PENDAHALUAN
merupakan negera ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan
salah satu penghasil devisa negara dengan jumlah yang cukup tinggi, dan
merupakan sumber penghasilan bagi petani terutama petani kakao itu sendiri,
yang mendukung serta memadai untuk hasil produksi yang maksimal pada kakao,
dalam menghadapi ekonomi global pada tahun-tahun yang akan datang perlu
adanya penigkatan pengetahuan dan teknologi yang memadai dalam hal budidaya
yang penting setelah kelapa sawit dan karet. Hal ini karena disamping permintaan
membutuhkan bahan baku kakao seperti permen, bubuk coklat dan lemak coklat
yang biasa digunakan untuk industri farmasi dan industri komestik. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk menempatkan kedudukan kakao sama dengan
kelapa sawit dan karet adalah dengan cara peningkatkan kualitas hasil
(Nurwijayanti, 2012).
teknik budidaya dan kualitas bibit. Pembibitan kakao mempunyai peranan penting
1
menyediakan hara pada media tanaman sesuai dengan kebutuhan bibit.
banyak dipilih petani dalam usaha memenuhi kebutuhan hara tanaman. Selama
kurun waktu 20 tahun terakhir terjadi penggunaan pupuk kimia sintesis hanpir 5
(Sugito, 2002).
kandungan unsur hara juga rendah, salah satunya kalium yang merupakan unsur
merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. (Rosmarkam dan Yuwono,
2002). Salah saru upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar N,P dan
organik juga dapat menekan pemakaian pupuk anorganik N, P dan K dosis tinggi
disekitar lahan pertania seperti : jerami, rumput tanaman kacang, sekam pupuk
2
Gamal merupakan tanaman jenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku
terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan
2009).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk
bokashi daun gamal terhadap pertumbuhan bibit kakao. Kegunaan dari penelitian
ini adalah sebagai bahan informasi kepada petani untuk mengembangkan dan
daun gamal.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
dan hasil tanaman terung ungu (solanum melongena L.) pada berbagai pemberian
dosis pupuk bokashi daun gamal. Menyimpulkan bahwa pemberian bokashi daun
gamal berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 4 MST, 6 MST dan12
MSt, serta jumlah per petak, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun, berat segar total tanaman per petak ubinan, berat kering total tanaman per
petak ubinan, bobot buah per petak ubinan, dan hasil ton per ha. Dosis bokashi
Amirudin (2007) meneliti tentang pertumbuhan dan hasil jagung pulut (Zea
mays certain) pada berbagai dosis bokashi daun gamal (gliricidia sepium) dan
pupuk N.P.K dalam sistem alley cropping. Disimpulkan bahwa peningkatan dosis
bokashi daun gamal sampai 15 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman jagung
pulut pada setiap dosis N.P.K. dosis bokashi daun gamal sampai 15 ton/ha
memberikan hasil tanaman (bobot tongkol dengan klobot 5,23 ton/ha dan bobot
bokashi daun gamal pada entisol sidera terhadap serapan nitrogen dan hasil
bokashi daun gamal dengan dosis 35 ton/ha dapat meningkatkan ph tanah, bobot
kering tanah, N-tanaman, bobot kering tanaman, serapan N, dan hasil produksi
4
Berdasarkan uraian diatas, Peneliti akan melakukan penelitian mengenai
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk
bokashi daun gamal terhadap pertumbuhan bibit kakao. Kegunaan dari penelitian
ini adalah sebagai bahan informasi kepada petani untuk mengembangkan dan
daun gamal.
Kakao Tanaman kakao berasal dari daerah sungai Amazon dan sungai
Orimico. Penanaman kakao pertama diusahakan oleh penduduk maya dan orang-
orang Indian astec. Adapun sistematika tanaman kakao yaitu sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi 721,231 ton, dibawah
negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 juta ton (FAO, 2013).
5
II.3 Morfologi Tanaman Kakao
a. Akar
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar
kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm,
26% pada jeluk 11-20, 14% pada jeluk 21-30 cm dan hanya 4% tumbuh pada
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat dari panjang
1 cm pada umur satu minggu, mencapai 16-18 cm pada umur satu bulan, dan 25
cm pada umur tiga bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan untuk
permukaan tanah. Fase ini disebut dengan fase serdadu. Fase kedua ditandai
periodik dengan interval waktu tertentu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2004).
6
b. Batang
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 m akan berhenti
dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman
stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas
daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3-6
cabang lateral (Fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun (Pusat
jorket. Tanaman kakao akan membentuk jorket setelah memiliki ruas batang
sebanyak 60-70 buah. Namun, batasan tersebut tidak pasti karena kenyataannya
kakao yang ditanam dalam polibag dan mendapat intensitas cahaya 80% akan
membentuk jorket lebih pendek dari pada tanaman yang ditanam di kebun.
Selain itu, jarak antar daun sangat dekat dan ukuran daunnya lebih kecil.
7
Sebaliknya, tanaman kakao yang ditanam di kebun dengan jarak rapat akan
membentuk jorket yang tinggi sebagai efek dari etiolasi (pertumbuhan batang
c. Daun
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun
bentuknya 1313 silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Pusat
Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian
dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang
permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat
seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya.
Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan
d. Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempuna, yang terdiri atas daun kelompok
8
Diameter bunga mencapai 1,5 cm. Tumbuhnya secara berkelompak pada
bantalan bunga yang menempel pada batang tua, cabang atau ranting. Bunga
yang keluar pada ketiak akhirnya akan jadi gemuk membesar. Inilah yang
disebut bantalan bunga atau buah. Bantalan yang ada pada cabang tumbuh bunga
disebut Ramiflora dan yang ada pada batang tumbuh bunga disebut Cauliflora.
Serbuk sarinya hanya berdiameter 2-3 mikron, sangat kecil (Sugiharti, 2006).
e. Buah
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua
macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika
sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda
berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye). Buah kakao yang
masih 9 muda disebut Cherelle, kemudian sampai tiga bulan pertama akan
terjadi Cherelle wilt, yakni gejala spesifik dari buah kakao yang disebut
Physiological Effect Thiming, yaitu buah muda menjadi kering dan mengeras.
buah dapat mencapai 80% dari seluruh buah. Buah kakao yang berusia tigabulan
biasanya sudah tidak mengalami 1919 Cherelle wilt, tetapi berkembang menjadi
buah masak jika tidak ada serangan hama atau penyakit (Sugiharti, 2006).
f. Biji
Biji kakao tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya
beragam, yaitu 20-50 butir perbuah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji
disusun oleh dua kotiledeon yang saling melipat dan bagian pangkalnya
9
menempel pada poros lembaga (embriyo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe
criollo dan ungu untuk tipe forstero (Pusat penelitian dan pengembangan
perkebunan, 2010).
Biji kako di bungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih,
rasanya asam manis dan diduga mengandung zat yang dapat menghambat
membugkus dua kotiledon dan proses embrio. Biji kakao tidak memiliki masa
terlambat dipanen karena daging buahnya telah mengering (Pusat penelitian kopi
a. Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk pertanaman kakao adalah 1100-3000 mm,
dengan distribusi curah hujan sepanjang tahun. Curah hujan di atas 4500 mm
pertahun kurang baik untuk tanaman kakao karena kondisi hujan seperti ini akan
penyakit busuk buah kakao yang merupakan penyakit utama pada tanaman ini.
Daerah yang memiliki curah hujan kurang dari 1200 mm per tahun masih dapat
ditanam kakao tentu dengan pengelolaan yang baik misal memberikan naungan
Hutan hujan tropis Upper Amazon adalah daerah tanaman kakao yang
tumbuh dan terlindung oleh pohon-pohon yang lebih besar dari tanaman kakao.
10
Mungkin karena itulah timbul anggapan bahwa pohon kakao perlu pohon
kurang dari 15 0C. Bila terjadi penurunan temperatur dibawah 22 0C, maka 10
perkembangan primordial bunga terhenti dan akan normal kembali setelah suhu
b. Tanah
tergantung pada sifat fisik dan kimia tanahnya untuk mendukung pertumbuhan
organik, unsur hara, kapasitas absorbsi dan kejenuhan basa merupakan sifat
kimia yang perlu diperhatikan sedangkan sifat fisik yang meliputi kedalaman
efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, srtuktur dan konsistensi tanah.
Selain itu, ketinggian tempat dan kemiringan lahan berlereng datar sampai
dengan 3%) sangat sesuai untuk tanaman kakao. Kakao pada umumnya ditanam
pada ketinggian 0-800 m dpl. Tekstur tanah yang diperlukan lempung liat
berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir dan 10-20% debu.
Tanah yang banyak mengandung humus dan bahan organik dengan pH antara
11
meningkatkan keanekaragaman mikroba dari tanah maupun tanaman serta
disekitar lahan pertania seperti : jerami, rumput tanaman kacang, sekam pupuk
organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia
dan biologi tanah, yang akhirnya berdampak pada peningkatan produkivitas tanah
terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan
2009).
pengolahan tanah juga besar peranannya dalam mempengaruhi sifat fisika tanah.
12
semakin intensif pengolahan tanah maka semakin halus diameter agregat yang
13
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus s/d bulan oktober 2020,
tahun ajaran 2020/2021 semester ganjil. Penelitian ini dilakukan di Screen House
kakao, EM4, air cucian beras, bogol pisang, gula merah, kotoran ternak, tanah.
P1 = 5 g/polybag
P2 = 10 g/polybag
P3 = 15 g/polybag
P4 = 20 g/polybag
P5 = 25 g/polybag
14
Pertama siapkan EM4 sebanyak 200 ml dan gula merah dilarutkan kedalam
air lalu diamkan beberapa menit agar gula larut, lalu air cucian beras, kemudian
daun gamal dan bogol pisang d cincang menjadi kecil, siapkan kotoran ternak,
lalu campur secara merata kemudian di siramkan larutan EM4 secara perlahan-
lahan kedalam adonan secara merata, kemudian adonan di tutup dengan terpal
dan gundukan dibolak-balik kemudian di tutup kembali dengan terpal. Suhu yang
telah selesai tefermetasi ndan siap digunakan sebagai pupuk organic (Sutedjo,
2008).
Media tanam yang digunakan adalah tanah asal kebun akademik fakultas
pertanian, terlebih dahulu tanah dibersihkan dari sisa-sisa akar dan bebatuan
kemudian di ayak, lalu tanah tadi di campur dengan pupuk kandang yang telah
III.5.2 Persemaian
Memilih buah kakao yang bagus dan dipilih biji yang seragam, kemudian
biji d bersihkan setelah itu disemai di karung yang lembab selama 14 hari. Setelah
III.5.3 Penanaman
15
Penanaman dilakukan di tempat yang teduh setelah polybag sudah siap
untuk di tanami dan benih kakao juga sudah selesai di semai selama 14 hari.
Pemberian bokashi daun gamal dilakaukan pada saat bibit kakao telah
berumur dua minggu, dosis yang diberikan sesuai dengan perlakuan yang telah di
tentukan. Pemberian bokashi daun gamal pada bibit kakao dengan cara di letakkan
III.5.5 Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sesuai dengan kondisi tanahnya.
(polybag).
a. Tinggi bibit diukur pada saat tanaman telah berumur 1,2,3 dan 4 minggu
b. Diameter batang diukur pada saat bibit berumur 1,2,3 dan 4 minggu setalah
aplikasi
c. Luas daun, di ukur pada akhir penelitian yaitu dengan menggunakan alat
16
d. Jumlah daun dihitung pada saat bibit berumur 1,2,3 dan 4 minggu setelah
aplikasi
e. Panjang akar, di ukur dengan cara melihat akar terpanjang dari sampel yang
digunakan
f. Volume akar dilakukan dengan cara memasukkan akar kedalam gelas ukur
yang telah berisi air, selisih volume air setelah akar di masukkan merupakan
maka dilakukan analisis keragaman atau uji f pada taraf 5%. Jika analisis
17
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, 2007. Pertumbuan Dan Hasil Jagung Pulut (Zea Mays Certain) Pada
Dosis Bokasi Gamal (Gliricidia Sepium) Da Pupu N, P, K, Dalam Sistem
Alley Cropping. Jurnal Agrisains No 8 (1):10-17
Atekan dan Surahman, A., 2004. Peranan Bahan Organik Asal Daun Gamal
(Gliricidia Sepium) Sebagai Amelioran Aluminium Pada Tanah Ultisol.
Balah Pengkajian Teknologi Pertanian Nusatenggara Barat.
Isroi, 2007. Pengomposan Limbah Kakao. Materi Pelatihan TOT Budidaya Kopi
dan Kakao. Staf BPTP di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.
Isrun, 2009. Perubahan Status N, P, K, Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea Mays Secharata Strut) Akibat Pemberian Pupuk Cair Organik Pada
Entisol. Jurnal Agroland 16(4) : 281-285
Mars Cocoa Clinik, 2010. Penanaman Ulang. PT. Mars Incorporated. Luwu
Timur
Moh. Haerudin. 2019. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum
Melongena L.). Skripsi. Palu. Universitas Tadulako
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Jakarta: Agromedia Pustaka
18
Safiara, 2017. Pengaruh Pemberian Bokashi Daun Gamal Pada Entisol Sidera
Terhadap Serapan Nitrogen Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays
Saccarata). Skripsi. Palu. Universitas Tadulako
Sutedjo, M.M dan Kartasapaetra, A.G. 2008. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya
Tanah dan Pertanian. Rineka Cipta
19