Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

OLEH :

A. RUANG DAHLIA

RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL


2017

1
B. KEJANG DEMAM

A. PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan
sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B. ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran
tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi
kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari
15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang
disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang

2
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi
epilepsi.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
 Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b. Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
 Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
 Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.

3
 Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
 Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
 Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
 Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E. KOMPLIKASI
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental

F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
 Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
 Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

4
 Panel elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin
 GDA
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan
kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15
menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang
sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
 Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti
konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan
sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira
sampai anak umur 4 tahun.
 Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
 Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri :

5
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau
diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN KEJANG DEMAM


A. Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
 Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi terhadap cahaya
 Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargi dan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
 Alam perasaan
 Labilitas
6. Aktivitas kejang
 Jenis

6
 Lamanya
7. Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
 Refleks tendo superfisial
 Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi cidera b/d kejang
2. Gangguan citra tubuh b/d frekuensi kejang yang berulang
3. Resiko tinggi koping keluarga b/d koping individu tidak efektif
C. Intervensi keperawatan
1. Kejang
 Lindungi anak dari cidera
 Jangan mencoba untuk merestrain anak
 Jika anak berdiri atau duduk sehingga terdapat kemungkinan jatuh,
turunkan anak tersebut agar tidak jatuh
 Jangan memasukan benda apapun kedalam mulut anak
 Longgarkan pakaiannya jika ketat
 Cegah anak agar tidak trpukul benda tajam, lapisi setiap benda yang
mungkin terbentur dengan anak dan singkirkan semua benda tajam dari
daerah tersebut
 Miringkan badan anak untuk mem fasilitasi bersihan jalan nafas dari
sekret
2. Lakukan observasi secara teliti dan catat aktiitas kejang untuk membantu
diagnosis atau pengkajian respon pengobatan
 Waktu awitan dan kejadian pemicu
 Aura
 Jenis kejang
 Lamanya kejang
 Intervensi selama kejang
 Tanda tanda vital

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. B
DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG DAHLIA
RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 April 2017.

I. IDENTITAS DATA
Nama : An. B
Umur : 2 bulan
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat : Protomulyo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA

II. KELUHAN UTAMA


An. B badannya panas, kesadaran apatis.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Ibu pasien mengatakan anaknya panas dan kejang di rumah 3x kurang dari satu
menit

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


 Penyakit waktu kecil
An. B belum pernah sakit yang serius sampai harus dirawat di rumah sakit.
 Pernah dirawat di rumah sakit
An. B belum pernah dirawat di RS.
 Obat-obatan yang digunakan
An. B tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
 Tindakan operasi
An. B belum pernah dilakukan tindakan operasi.
 Kecelakaan
An. B tidak pernah mengalami kecelakaan.
 Imunisasi
An. B sudah mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG

V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


 Pre Natal
Selama kehamilan Ny. S rutin memeriksakan kehamilan ke Puskesmas
terdekat setiap 1 bulan sekali, Ny. S mendapatkan imunisasi TT 1x. Ny. S
tidak pernah menderita sakit selama hamil, gizi Ny. S saat hamil baik, Ny. S
mendapatkan tablet tambah darah dan selalu diminum.

8
 Intra Natal
An. B lahir ditolong bidan di Rumah Bersalin, spontan, langsung menangis,
berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
 Post Natal
An. B diasuh sendiri oleh orang tuanya, An. B mendapatkan ASI eksklusif.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram

A B
30 th 35 th

An. B

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: An. B
A : Ny. S
B : Tn. S
-------- : Tinggal serumah

VI. RIWAYAT SOSIAL


 Yang mengasuh
An. B diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya, apabila ditinggal oleh orang
tuanya An. B dititipkan pada neneknya. Orang tuanya sangat menyayangi
An. B
 Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan baik dengan anggota keluarga yang lain
 Pembawaan secara umum
An. B kesadaran apatis, berbaring lemah diatas tempat tidur.
Sebelum sakit An. B aktif menangis seperti biasa.
 Lingkungan rumah
An. B tinggal dipinggiran kota, dekat dengan fasilitas kesehatan
(Puskesmas).

VII. PENGKAJIAN NUTRISI


 Berat badan : 5,6 kg
 Tinggi badan : - cm

9
 Kebiasaan pemberian makanan
Sebelum sakit, An. B biasa minum ASI
Setelah sakit, An. B kesadaran menurun dan tidak minum ASI
 Diet khusus
-

VIII. POLA SEHARI-HARI


 Pola istirahat atau tidur
An. B mempunyai kebiasaan tidur siang sekitar jam 14.00 WIB, kebiasaan
tidur malam jam 21.00 WIB.
Saat ini An. B dalam keadaan somnolen dan tidak bisa dimonitor jam berapa
An. B tidur siang dan malam.
 Pola kebersihan
An. B mandi 2 x dalam sehari, dilakukan dengan bantuan orang tua.
 Pola aktivitas bermain
-
 Pola eliminasi
An. B BAK (5-6/hari) dirumah, sekarang An. B sakit dan menggunakan
pampes, volume urine setiap 7 jam  400 cc.

IX. DATA PENUNJANG


 Hasil Lab tanggal 5 April 2017 Jam 12.44
Hb : 7.4 gr/dL (10.0 – 15.0)
L : 13.9 10^3/uL (4.0 – 10.0)
Tr : 225 10^3/uL (150 – 500)
Ht : 23.5 % (31.0 – 45.0)
GDS : 161 mg/dL

Hasil Lab tanggal 6 April 2017 jam 06.27


Hb : 6.6 gr/dL (10.0 – 15.0)
L : 16.6 10^3/uL (4.0 – 10.0)
Tr : 294 10^3/uL (150 – 500)
Ht : 20.7 % (31.0 – 45.0)
Retokulosit : 0.2 % (0.5 – 1.5)
Natrium : 136.7 mmol/l (135 – 155)
Kalium : 4.97 mmol/l (3.5 – 5.5)
Calcium : 1.10 mmol/l

MDT
Kesan : Gambaran anemia normositik normokronik disertai
proses infeksi (bakterial dan viral ?)
DD : - Anemia karena perdarahan
Anemia penyakit kronik
Saran : Retikulosit ulang, billirubin

Hasil Lab tanggal 6 April 2017 jam 19.02


Hb : 9.0 gr/dL (10.0 – 15.0)
L : 13.2 10^3/uL (4.0 – 10.0)
Tr : 259 10^3/uL (150 – 500)
Ht : 28.5 % (31.0 – 45.0)

10
Waktu protombin
PT : memanjang detik (11.3 – 14.7)
APTT : memanjang detik (27.4 – 39.3)
Natrium : 141.5 mmol/l (135 – 155)
Kalium : 4.42 mmol/l (3.5 – 5.5)
Calcium : 1.02 mmol/l

 Hasil CT SCAN NON KONTRAS


Kesan
- Gambaran intracerebral hemorage pada hemisfer cerebri kiri (vol.total
±10.32)
- Curiga gambaran intraventrikel hemorage
- Tampak tekanan intracranial

X. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan umum
Klien tampak sakit berat, lemah, kesadaran, somnolen, tampak kurus
terpasang infus ditangan kanan D5% untuk 8 tts/menit, cateter in, sonde in,
O2 masker 4 lt/menit, turgor kulit kembali dengan cepat.
 BB/TB/LL/LK/LD
5,6 kg
 Kepala
Mesosepal, rambut hitam, lurus, bersih
 Mata
Anemis (+), sklera ikterik (-), pupil isokhor, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
 Hidung
Bersih, sekret (-), tidak ada deviasi septum
 Telinga
Bersih, sekret (-), bentuk simetris
 Dada
Bentuk normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding
dada.
 Jantung
Tidak tampak ictus cordis, perkusi pekak, tidak ada pembesaran jantung,
tidak ada suara bising, gallop.
 Paru-paru
Pengembangan paru kanan-kiri simetris, sonor seluruh lapang pandang,
pernafasan vesikuler
 Abdomen
Datar, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati, perkusi tympani,
bising usus (+).
 Punggung
Bentuk normal, tidak ada kelainan bentuk, bersih tidak ada luka/lesi
dekubitus.
 Genetalia
Normal, tidak ada penyakit kelamin.
 Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada oedema, kelemahan otot (+), refleks fisiologis (-),
patologis (+).
 Kulit
Bersih, elastis, turgor kembali cepat, tampak pucat.

11
 Tanda-tanda vital
Suhu : 38 oC/axila
Nadi : 100 x/menit, kuat, teratur
RR : 30 x/menit, teratur

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Klien masuk tanggal 4 April 2017 dengan panas tinggi dan kejang di rumah
Terapi yang diberikan di RSUD dr. H. Soewondo Kendal :
Infus D5 ¼ NS 24 tetes per menit (mikro)
O2 nasal canul 2 liter / menit
Obat Injeksi :
- Ampicillin 3 x 185 mg
- Gentamicin 2 x 14 mg
- Sibital 3 x 6 mg
- Diazepam 1,5 mgl (bila kejang)

12
ANALISA DATA
Nama : An. B
Umur : 2 Bulan
No Data Etiologi Masalah
1. Selasa, 4 April 2017 Penurunan kesadaran, Perubahan nutrisi
Jam 21.30 WIB tidak adanya refleks kurang dari
Data Subyektif : -- menelan kebutuhan tubuh
Data Obyektif :
- BB 5,6 kg
- Kesadaran : somnolen
- Refleks menelan (-)
- Diet : TM

2. Data Subyektif : - Ganggauan aliran Perubahan perfusi


Data Obyektif : darah ke otak jaringan serebral
- Perubahan tingkat kesadaran (hemoragie,
An. B kesadaran : somnolen hematoma), edema
- Perubahan respon motorik dan serebral (respon lokal
sensorik, kelemahan otot, refleks atau umum pada
pupil cahaya (-), refleks perubahan metabolik
fisiologis (-), refleks patologis
(+)
- Perubahan tanda-tanda
vital :
Suhu : 38 oC/axila
Nadi : 100x/menit
RR : 36 x/menit
SPO2 : 98%

3. Data Subyektif : -- Reaksi infeksi Peningkatan suhu


Data Obyektif : tubuh
- Suhu tubuh 38oC/axila
- Tubuh teraba panas
- Nadi : 100 x/menit
RR : 36 x/menit

13
PRIORITAS MASALAH

1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah ke otak


(hemoragie, hematoma), edema serebral (respon lokal atau umum pada
perubahan metabolik)
2. Peningkatan suhu tubuh b.d reaksi infeksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kesadaran, tidak
adanya refleks menelan

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An. B
Umur : 2 bulan
No
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DP
1. Setelah dilakukan tindakan - Observasi dan catat tingkat
keperawatan selama 3 x 24 jam, kesadaran
perfusi jaringan serebral adekuat. - Pantau dan catat status
Kriteria Hasil : neurologi setiap 1-2 jam (respon pupil,
- Tanda-tanda vital dalam kejang, gerakan mata, respon verbal,
keadaan stabil gerakan infantil)
Suhu : 36 o-37 oC - Monitor adanya peningkatan
Nadi : 85-95 x/menit tekanan intracramial (menignkatnya
RR : 17-22 x/menit lingkar kepala, fentanel menonjol,
- Tidak terjadi PTIK meningkatnya tekanan darah,
(edema pupil, muntah proyektil, menurunnya nadi, pernapasan tidak
sakit/nyeri kepala) beraturan, perubahan pupil, kejang)
- Kesadaran membaik - Pertahankan kepala dan leher
dalam satu garis lurus, sokong dengan
gulungan handuk kecil atau bantal kecil,
hindari pemakaian bantal besar pada
kepala
- Pantau suhu dan atur suhu
lingkungan sesuai indikasi
- Pantau pemasukan dan
pengeluaran, ukur berat badan sesuai
indikasi dan catat turgor kulit dan
keadaan membran mukosa
- Berikan lingkungan yang
nyaman dan tenang
- Anjurkan orang terdekat
(keluarga untuk berbicara dengan klien)

2. Setelah dilakukan tindakan - Kaji sekresi, catat kualitas,


keperawatan selama 3 x 24 jam, warna dan konsistensinya
pasien menunjukkan pola pernapasan - Kaji frekwensi/kedalaman
efektif pernapasan dan gerakan dada
Kriteria hasil : - Auskultasi bunyi dada untuk
- Frekuensi, irama dan mendengarkan adanya suara tambahan
kedalaman pernapasan normal (renchi, krekels, frictron rub)
- Bunyi paru jelas - Lakukan penghisapan
- AGD dalam batas normal nasofaringeal atau nasotrakeal
- Perbanyak cairan sesuai

14
indikasi untuk membantu mengencerkan
sekresi
- Baringkan pasien untuk
mendapatkan pernapasan yang optimal
dan batuk optimal
- Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
- Pantau hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan rontgen
dan CT SCAN
3. Setelah dilakukan tindakan - Pantau suhu tubuh setiap 4-8
keperawatan selama 3 x 24 jam, atau sesuai indikasi
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh - Pantau tanda-tanda vital setiap
(normotermil) jam
Kriteria hasil : - Lakukan "tepid sponge" (seka)
- Suhu tubuh normal 36o- dengan air biasa
37oC - Singkirkan peralatan tenun
- Tanda-tanda vital dalam tempat tidur yang berlebihan
batas normal - Ganti alat tenun yang basah
- Kulit hangat dan kering dan pertahankan tetap bersih dan kering
- Berikan antibiotik dan antipiret
yang telah diresepkan

IMPLEMENTASI
Nama : An. B
Umur : 2 bln
No
Waktu Implementasi Respon Klien Ttd
DP
Selasa 1 - Memonitor keadaan umum Klien tampak sakit berat,
4-4-17 klien kesadaran somnolen.
21.45 2 - Menjaga kepatenan O2 Oksigen lancar
nasal kanul 2 ltr/menit
- Memonitor tetesan Tetesan infus lancar
infus
21.15 3 - Mengukur tanda – Ku : CM
tanda vital Suhu : 38 oC/axila
Nadi : 110 x/menit
RR : 36 x/menit
SPO2 : 100%

- Mengganti cairan D5 ¼ NS 24 tts/menit


infuse
01.00 3 - Mengukur suhu Suhu 38 oC/axila
01.05 3 - Memberikan obat Paracetamol inf 5,6 mg
penurun panas melalui selang
infuse
02.00 - Pasien Kejang Inj. Diasepam 1,5 mg (I)

02.15 3 - Memberikan kompres Kompres didada, kening dan


air biasa sela ketiak

15
05.00 3 - Mengukur suhu tubuh Suhu : 38.3 oC/axila
3 - Memberikan kompres An. B tenang
air biasa
3 - Memberikan obat Paracetamol inf. 5,6 mg
turun panas
05.10 1 - Membantu mengambil Darah dapat keluar dengan
darah untuk pemeriksaan DR lancar (pembuluh darah
arteri)
06.00 1 - Pasien Kejang Inj. Diasepam 1,5 mg (II)

No
Waktu Implementasi Respon Klien Ttd
DP
Rabu 1 - Mengobservasi An. B tampak sakit berat
5-4-17 keadaan umum klien Kesadaran : somnolent
08.30 1 - Memberikan Obat injeksi masuk melalui
suntikan/injeksi Ampicillin185 selang infus, An. B tidak
mg, Gentamicin 14 mg, Sibital 6 kesakitan
mg

08.35 2 - Memantau Hasil Lab Ku : Somnolen


Hb : 7,4 gr/dL GCS : 5
L : 13,9 10^3/uL
Tr : 225 10^3/uL
Ht : 23.5 mg/dL
GDS : 161 mg/dL

08.40 2 - Mempertahankan Kepala sedikit ekstensi


kepala dan leher dalam satu
garis lurus dan mengganjal
dibawah leher dengan gulungan
kain
0850 2 - Mempertahankan O2 konsentrasi penuh
kepatenan O2 nasal kanul
2lt/menit
09.00 1,3 - Mengukur tanda-tanda Suhu : 37,5 oC/axila
vital Nadi : 98 x/menit
RR : 35 x/menit
SPO2 : 98%

10.00 2 - Merapikan tempat Sekitar tempat tidur tampak


tidur dan menyingkirkan rapi
barang-barang di sekitar klien
yang tidak diperlukan
13.00 3 - Mengukur suhu tubuh Suhu 38oC/rectal
13.10 3 - Memberikan obat Obat masuk IV melalui
penurun panas Paracetamol selang infus
infus
3 - Memberikan kompres Tubuh teraba hangat
air biasa di daerah dahi, dada
dan sela ketiak

16
3 - Mempertahankan Suasana ruang kamar tenang,
lingkungan tetap tenagn sebagian keluarga menunggu
Memberitahukan pada keluarga di luar kamar
untuk bergantian berada didalam
kamar, jangan terlalu banyak
orang didalam kamar

13.45 3 - Memberikan kompres An. B tampak tenang


air biasa di dada dan sela ketiak

Kamis 1 - Mengobservasi An. B tampak sakit berat


6-4-17 keadaan umum klien Kesadaran : somnolent
08.00 1 - Memberikan Obat injeksi masuk melalui
suntikan/injeksi Ampicillin185 selang infus, An. B tidak
mg, Gentamicin 14 mg, Sibital 6 kesakitan
mg

08.15 2 - Memantau Hasil Lab Ku : Somnolen


Hb : 6,6 gr/dL Tansfusi PRC 50cc
L : 16.6 10^3/uL GCS : 5
Tr : 29410^3/uL
Ht : 20.7 mg/dL
Retikulosit : 0.2%
Na : 136.7 mmol/l
Ka : 4.97 mmol/l
Ca : 1.10 mmol/l

MDT
Kesan : Gambaran anemia
normositik normokronik disertai
proses infeksi (bakterial dan
viral ?)
DD : - Anemia karena
perdarahan
Anemia penyakit kronik
Saran : Retikulosit ulang,
billirubin

08.40 2 - Mempertahankan Kepala sedikit ekstensi


kepala dan leher dalam satu
garis lurus dan mengganjal
dibawah leher dengan gulungan
kain
09.00 3 - Mengukur suhu tubuh Suhu 37oC/axila

17
10.00 2 - Merapikan tempat Sekitar tempat tidur tampak
tidur dan menyingkirkan rapi
barang-barang di sekitar klien
yang tidak diperlukan

11.00 - CT SCAN NON KU : Somnolen


KONTRAS dan memantau hasil Motivasi Rujuk RSUP dr
CT SCAN Karyadi Semarang
Kesan :
- Gambaran intracerebral
hemorage pada hemisfer
cerebri kiri (vol.total
±10.32)
- Curiga gambaran
intraventrikel hemorage
- Tampak tekanan
intracranial

13.00 3 - Mengukur suhu tubuh Suhu 37.5oC/axila

19.00 2 - Memantau Hasil Lab Ku : Koma


post trasfusi GCS : 3
Hb : 9.0 gr/dL
L : 13.2 10^3/uL
Tr : 259 10^3/uL
Ht : 28.5 mg/dL
PT : memanjang
APTT : memanjang
Na : 141.5 mmol/l
Ka : 4.42 mmol/l
Ca : 1.02 mmol/l

20.00 2 - RUJUK RSDK

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.


Jakarta : EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa :
Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
5. ………, ( 2003 ). Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php

19
EVALUASI
Nama : An. B
Umur : 2 bulan
No
Waktu Evaluasi Ttd
DP
Selasa 1 S :-
4-4-17 O : Klien tampak sakit berat, kesadaran somnolent, respon
06.30 pupil (-) terhadap cahaya, refleks fisiologis (-). Suhu :
38.3oC/axila, Nadi : 105 x/menit, RR : 36 x/menit.
A : An. B masih menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan
perfusi jaringan serebral
P : Lanjutkan intervensi, monitor status neurologi setiap 4 jam

06.45 2 S :-
O : An. R tampak sesak nafas, O2 nasal kanul 2 lt/menit, Nadi :
105 x/menit, RR : 36 x/menit
A : An. B masih menunjukkan ketidak efektifan jalan nafas
P : Lanjutkan intervensi, jaga kepatenan O2 nasal kanul 2
lt/menit

06.50 3 S :-
O : Suhu tubuh : 38oC /rectal, Nadi : 105 x/menit, RR : 36
x/menit, tubuh teraba hangat
A : An. B masih menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh
P : Lanjutkan intervensi, ukur suhu tubuh setiap 4 jam,
berikan kompres air biasa

Rabu 1 S :-
5-4-17 O : Klien tampak sakit berat, kesadaran : somnolen terpasang
13.05 infus D5 % untuk 8 tetes, sonde fooding in, kateter in, O2
nasal kanul 2 lt/menit, suhu : 37.5oC, Nadi : 98 x/menit,
RR : 35 x/menit.
A : An. B masih menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan
perfusi jaringan serebral
P : Lanjutkan intervensi, monitor status neurologi dan adanya
PTIK

13.10 2 S :-
O : Klien tampak sesak nafas, O2 masker 4 lt/menit, Nadi : 98
x/menit, RR : 35 x/menit,
A : An. B masih menunjukkan tanda-tanda ketidakefektifan
jalan napas
P : Lanjutkan intervensi, pertahankan kepatenan O2 nasal
kanul 2 lt/menit

13.15 3 S :-
O : Suhu tubuh : 37.8oC, Nadi : 98 x/menit, RR : 35 x/menit,
tubuh teraba hangat
A : An. B masih menunjukkan tanda-tanda peningkatan suhu
tubuh
P : Lanjutkan intervensi, monitor suhu tubuh setiap 4 jam,
berikan kompres air biasa, jaga lingkungan tetap stabil

20
Kamis 1 S :-
6-4-17 O : Klien tampak sakit berat, kesadaran : somnolent refleks
12.05 fisiologis (+), refleks patologis (+), refleks pupil terhadap
cahaya (-), gerakan volunter (-), suhu : 37.5oC/axila, Nadi :
92 x/menit, RR : 27 x/menit
A : An. B masih menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan
perfusi jaringan serebral
P : Lanjutkan intervensi, monitor status neurologi dan adanya
PTIK
13.10 2 S :-
O : Klien tampak sesak nafas, O2 nasal kanul 2 lt/menit, Nadi :
92 x/menit, RR : 27 x/menit.
A : An. B masih menunjukkan tanda-tanda ketidak efektifan
jalan nafas
P : Lanjutkan intervensi, jaga kepatenan O2 nasal kanul 2
lt/menit

13.15 3 S :-
O : Suhu tubuh 37.5oC/axila, Nadi : 92 x/menit, RR : 27
x/menit, tubuh teraba panas
A : An. B masih menunjukkan tanda-tanda peningkatan suhu
tubuh
P : Lanjutkan intervensi, monitor suhu tubuh setiap 4 jam,
berikan intake cairan yang adekuat

21

Anda mungkin juga menyukai