Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan merupakan elemen yang sangat penting

dalam kehidupan manusia sehari-hari. Untuk menciptakan suatu karya dan

hasil yang baik, aktivitas manusia perlu didukung oleh tubuh yang sehat,

lingkungan yang bersih dan aman serta kenyamanan pada saat melakukan

aktifitas. Seiring dengan majunya zaman dan kebutuhan akan sumber daya

manusia yang berkompeten juga semakin meningkat, dan ini menyebabkan

manusia berlomba-lomba dan bersaing menunjukan kemampuan personal.

Atas dasar faktor kompetensi manusia inilah, maka sumber daya

(SDM) sering mengabaikan kesehatan dan keselamatan dalam

melaksanakan aktifitas di dunia kerja. Hal yang sangat sering terjadi dan

paling mudah diamati pada saat ini adalah semakin meningkat dan semakin

tingginya aktifitas yang dikerjakan manusia, maka kesadaran akan kesehatan

dan keselamatan dalam melaksanakan setiap pekerjaan atau aktifitas

semakin lemah atau menurun. Hal ini mengakibatkan fokus kerja pada

manusia berkurang sehingga banyak mengakibatkan terjadinya kecelakaan

kerja.
2

Dalam setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, baik itu pekerjaan ringan

maupun pekerjaan berat, kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaan

sangat diperlukan. Terutama pada dunia pertambangan yang melibatkan

banyak aspek, baik itu pemimpin perusahaan, pegawai, lingkungan dan

masyarakat sekitar untuk meningkatkan kinerja pegawai dan perusahaan

tersebut.

Hal diatas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

tentang keselamatan kerja, menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak

mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan dan setiap orang lain di tempat kerja perlu terjamin pula

keselamatannya. Serta setiap sumber energi dipakai dan dipergunakan

secara aman dan efektif sehingga proses produksi berjalan dengan lancar.

Undang-undang tersebut mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat

kerja baik darat, di laut, di dalam tanah, maupun di udara. Selain undang-

undang tersebut, khususnya dibidang pertambangan umum, keselamatan

dan kesehatan kerja diatur melalui Keputusan Mentri Pertambangan dan

Energi (kepmentamben) nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) Pertambangan umum.

Potensi bahaya yang sering timbul pada sebuah kecelakaan kerja

umumnya merupakan insiden yang sering terjadi pada dunia kerja, baik itu

dalam pekerjaan ringan maupun berat. Keadaan ini biasanya dapat ditangani
3

sendiri oleh individu tersebut maupun pihak yang terkait yang bertugas untuk

menangani kecelakaan kerja tersebut.

Kesalahan didalam penggunaan peralatan, kurangnya perlengkapan

alat pelindung tenaga kerja, serta keterampilan tenaga kerja yang kurang

memadai ternyata dapat menimbulkan kemungkinan bahaya yang sangat

besar berupa kecelakaan kerja, kebakaran, peledakan, pencemaran

lingkungan dan penyakit. Oleh karena itu pihak perusahaan harus lebih

memperhatikan keadaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya terutama

yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, sehingga dapat mengurangi

terjadinya risiko kecelakaan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah didalam penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja adalah penggunaan alat pelindung diri

(APD). APD ini berperan penting dalam suatu instansi atau perusahaan,

Artinya alat pelindung diri ini sangat penting untuk karyawan atau pekerja

saat melakukan pekerjaan, karena dengan adanya alat pelindung diri ini

maka kemungkinan pihak perusahaan ataupun pekerja bisa mengurangi

terjadinya resiko kecelakaan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dalam penulisan tugas

akhir ini dengan judul “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Serta Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk. Tanjung Enim.


4

1.1. Aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk.

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk adalah perusahaan yang

mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Sebelum

melaksanakan kerja praktek mahasiswa diberikan induksi di satuan kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hal ini dikarenakan PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk tidak menginginkan terjadinya kerugian baik pihak mahasiswa,

karyawan maupun pihak perusahaan. Dalam melaksanakan aktifitas atau

pekerjaan akan timbul risiko yang dapat membahayakan diri sendiri maupun

orang lain.

Pemberi kerja dan pekerja wajib memenuhi komitmen dan kebijakan

keselamatan kerja yang ditetapkan. Menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, menjelaskan bahwa setiap tenaga

kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan dan setiap orang lain di tempat kerja perlu terjamin pula

keselamatannya. Serta setiap sumber energi dipakai dan dipergunakan

secara aman dan efektif sehingga proses produksi berjalan dengan lancar.

Selain undang-undang tersebut, khususnya dibidang pertambangan umum,


5

keselamatan dan kesehatan kerja diatur melalui Keputusan Menteri

Pertambangan dan Energi (kepmentamben) nomor 555.K/26/M.PE/1995

tentang K3 Pertambangan Umum.

Dalam penerapan system manajemen tambang K3 sebagaimana

diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05/men/1996 tanggal 12

Desember tentang pedoman Penerapan Sintem Manajemen K3, secara

umum, tujuan penerapan sistem manajemen K3 ini adalah melindungi para

pekerja dan orang lain ditempat bekerja, menjamin agar setiap sumber

produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, serta menjamin proses

produksi berjalan lancar.

Oleh karena itu untuk mengurangi resiko cidera pada karyawannya,

PT. Bukit Asam (Persero), Tbk membuat peraturan yang berlaku dan wajib

dilaksanakan serta di patuhi oleh semua karyawan PT. Bukit Asam (Persero),

Tbk maupun kontraktor selaku mitra kerja PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Peraturan-peraturan tersebut kemudian dibahas bersama antara pihak

perusahaan dan satuan kerja (satker) K3 yang kemudian pelaksanaannya

dilapangan diawasi oleh satker K3. Peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi

oleh karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk dan kontraktor (Mitra Kerja)

tersebut meliputi:

1. Semua jenis pekerjaan

Sebelum memulai pekerjaan, anda harus mengidentifikasikan bahaya

yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dan anda harus


6

mengendalikan bahaya tersebut supaya anda bisa bekerja dengan aman.

Bila pekerjaan itu tidak aman, jangan lakukan dan beritahu supervisor

anda.

2. Keselamatan kendaraan bergerak

Anda dilarang mengoperasikan kendaraan maupun alat yang mengalami

kerusakan.

3. Keselamatan dijalan dan peraturan lalu lintas

Anda harus memahami dan mematuhi peraturan lalu lintas PT. Bukit

Asam.

4. Keselamatan untuk pekerja listrik

Saat menggunakan peralatan listrik, anda harus memastikan peralatan

tersebut dalam kondisi aman.

5. Bekerja di ketinggian

Anda harus selalu melindungi diri anda dari kemungkinan terjatuh saat

bekerja diketinggian (lebih dari 1,8 meter diatas permukaan tanah)

6. Ruang terbatas

Dilarang memasuki ruang terbatas tanpa izin masuk ruang terbatas.

7. Bekerja di dekat area peledakan

Orang atau kendaraan yang tidak berwenang dilarang memasuki area

yang sedang diisi dengan bahan peledak tanpa seizin blaster yang sedang

bertugas.
7

Dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta

penggunaan alat pelindung diri (APD) di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

sudah dilaksanakan dengan baik dan sudah sesuai dengan prosedur yang

telah disepakati dan disarkan dengan perundang-undangan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ada. Dalam penerapannya

diruang lingkup kerja baik ditambang maupun dikantor, K3 tetap diberlakukan

dengan sangat baik, sehingga apabila terjadi sebuah pelanggaran maupun

kecelakaan dapat langsung diberikan sanksi maupun penyelidikan yang

dinyatakan sebagai paktor penyebab baik teknis maupun faktor manusia

(Human error).

Didalam pelaksanaannya, di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

bagian/satuan kerja (Satker) K3 dibagi menjadi 5 satuan kerja (satker) yang

masing-masing dipimpin oleh seorang asisten manajer (asman) dan kesemua

satuan kerja itu dipimpin oleh seorang manajer yang berugas sebagai

penanggung jawab lapangan. 5 satuan kerja yang terdapat di PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk memiliki tugas yang masing-masing nantinya akan diserahkan

kepada pimpinan dari setiap satuan kerja tersebut dalam hal ini adalah

asisten manajer sebelum akhirnya temuan tersebut diberikan/diserahkan

kapada manajer K3 untuk didiskusikan bagaimana penyelesaiannya agar

pelanggarannya dan kecelakaan tersebut tidak terjadi kembali atau tidak

menimbulkan kerugian. 5 satuan kerja tersebut adalah :

1. Satker Pembinaan dan Sarana K3


8

2. Satker Pengawasan K3 & Hyperkes

3. Satker Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran (PK & K)

4. Satker Pengawasan Lingkungan

5. Satker Kajian K3

1. Satker Pembinaan dan Sarana K3

Satuan kerja pembinaan K3 juga termasuk kedalam satker yang

terdapat dalam manajemen K3 di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang

tugasnya memberikan induksi/pembinaan sistem K3, satuan kerja pembinaan

dan sarana K3 tidak hanya memberikan induksi kepada karyawan saja, tetapi

induksi juga diberikan kepada tamu yang berkunjung maupun siswa dan

mahasiswa yang melaksanakan praktek di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Dalam program kerja utama, program kerjanya dibagi menjadi 14

program kerja yang masing-masing mempunyai fungsi dan peranan yang

berbeda. Empat belas program kerja yang termasuk dalam program kerja

utama adalah:

1. Program kerja utama

a. Safety Talk, meliputi :

1) Perusahaan

2) Mitra Kerja

3) Satuan Kerja
9

b. Safety Induksi

1) Surat Izin Mengemudi Dalam Lokasi Tambang (SIM DLT)

2) Tamu (Siswa, Mahasiswa dan Perusahaan) dan Pegawai Mutasi

c. Pembinaan Pegawai, meliputi :

1) Pembinaan Lingkungan

2) Pembinaan K3 Listrik

3) Pembinaan K3 Mekanik

4) Pembinaan K3 Welder

5) Pembinaan K3 Opersional BWE

6) Pembinaan K3 Pengawas Tambang

7) Pembinaan Mine Rescue

d. Membuat Lembar Pembinaan

e. Pembuatan Modul Pelatihan K3, meliputi :

1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan (SMK3)

2) Surat Izin Mengemudi Dalam Lokasi Tambang (SIM DLT)

3) Penanggulangan Bahaya Kebakaran

f. Pembuatan Modul Pelatihan Keteknikan

1) Operator BWE

2) Listrik

3) Mekanik

4) Welder
10

g. Pembuatan Buku Panduan, meliputi :

1) Panduan Keselamatan Tamu Perusahaan

2) Panduan Keselamatan Siswa & Mahasiswa Praktek

3) Panduan Keselamatan Pegawai Kontraktor

h. Pembuatan buku saku, meliputi:

1) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2) Pedoman Kesadaran Untuk Keselamatan Bermotor

3) Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

4) Tata Cara Penanganan Keadaan Darurat

5) Petunjuk Pengoperasian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

6) Petunjuk Bagi Oporator Alat Berat

i. Pembuatan Stiker / Spanduk

j. Perencanaan, pembuatan, pemasangan, perawatan, dan kebutuhan

rambu, baleho.

m. Pengawasan Rambu-rambu di kontraktor

n. Pembuatan dan Pengendalian Rencana Kerja Anggaran Perusahaan

(RKAP)

o. Pelaporan Bulanan ( Administrasi) Pembinaan

p. Pelaporan Bulanan (Absen) Pembinaan

Dalam satker pembinaan & sarana K3 maupun dilingkup PT. Bukit

Asam (Persero), Tbk dikenal ada 4 macam induksi, 4 macam induksi tersebut

adalah :
11

1. Induksi Umum : Induksi ini diberikan kepada mahasiswa dan siswa yang

melaksanakan praktek di PT. Bukit Asam (Persero),

Tbk. Biasanya induksi ini berisikan tentang gambaran

umum perusahaan.

2. Induksi Khusus : Induksi ini diberikan kepada karyawan yang melakukan

atau melasanakan pekerja berat/berbahaya, ruang

terbatas, bekerja di daerah panas, penggalian,

ketinggian dan lain-lain.

3. Induksi Mutasi : Induksi ini diberikan kepada karyawan yang naik

jabatan atau dipindahkan tempat kerja.

4. Induksi Ulang : Induksi ini di berikan kembali kepada karyawan yang

dikira kurang cakep/belum ahli dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaan, sehingga dapat membahayakan

dirinya dan orang lain.

2. Satker Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja &

Hyperkes

Satuan kerja yang mengawasi pelaksanaan inspeksi dan melakukan

koordinasi untuk tindakan pencegahan kecelakaan termasuk melakukan

evaluasi potensi resiko, sehingga tersedianya data hasil inspeksi sebagai


12

unsulan/perbaikan realistis atau dengan kata lain tugas satker ini adalah

melakukan pengawasan dan member sanksi/penegak pelanggar K3 yang

terjadi di area tambang. Satker ini membagi pelanggaran menjadi 3 bagian,

yaitu:

1. Manusia, dimana pelanggaran yang sering dilakukan adalah sering

melepas (tidak menggunakan) alat pelindung diri (APD) yang telah

ditentukan, sering tidak fokus, dan lain-lain

2. Kendaraan, dimana hal yang sering diperhatikan adalah kelalaian

kendaraan yang akan digunakan didaerah tambang, izin penggunaan

kendaraan, dan lain-lain

3. Rambu, dimana hal ini yang diperhatikan adalah pelanggaran terhadap

rambu-rambu yang ada disepanjang jalan area tambang, biasanya rambu

yang sering dilanggar adalah rambu kecepatan maksimum (40 km/jam).

Dalam pelaksanaan tugasnya dilapangan, satker pengawasan K3 dan

hyperkes memiliki beberapa tugas / tanggung jawab utama. Tanggung jawab

utama satker ini adalah :

1. Inspeksi K3

Dalam melakukan penyelidikan kecelakaan, staff/supervisor inspeksi

melakukan penyelidikan awal dan mengumpulkan data untuk

pelaksanaan proses penyelidikan kecelakaan untuk mengetahui kondisi


13

keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bahan untuk perbaikan,

sehingga tersedianya informasi/data mengenai kecelakaan secara lebih

rinci dan akurat.

2. Pengelolaan Satuan Kerja

Dalam pengelolaan satuan kerja, satker ini mengelola satuan kerja

dengan cara mengorganisir pekerjaan, memberikan arahan kepada

pegawai, memantau kemajuan pekerjaan serta menciptakan hubungan

yang harmonis antara karyawan dilingkungan kerjanya, sehingga target

kerja dalam satuan kerja dapat tercapai secara optimal.

3. Transfer pengetahuan

Yang dimaksud dalam transfer pengetahuan ini adalah pemberian

pelatihan yang ditugaskan oleh perusahaan maupun pelatihan ditempat

kerja dengan cara mempersiapkan dan menyajikan materi pelatihan

sesuai kebutuhan, sehingga pengetahuan dan keterampilan karyawan

meningkat.

Disamping tugas diatas satker ini juga memiliki tugas lain yaitu

pelaksanaan hyperkes, dimana hyperkes itu adalah hygine perusahaan

kesehatan kerja. Hal yang sering dilakukan dalam pelaksanaan hyperkes

adalah:

1. Melakukan pemantauan kesehatan lingkungan kerja

2. Melakukan pemantauan berbahaya lapangan seperti kebisingan, cahaya,

debu, dan lain-lain


14

3. Memberikan dan melakukan penyuluhan kesehatan.

3. Satker Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran (PK&K)

Satker Penanggulangan Kebakaran dan Kecelakaan merupakan

satker yang ada di K3 yang berfungsi/bertugas melakukan penyelamatan dan

pertolongan di lokasi tambang (internal), maupun dilingkungan masyarakat

(eksternal).

Untuk perawatan, definisi dari satker PK&K sendiri adalah menyiapkan

penanganan sebuah kejadian (kecelakaan) yang berkaitan dengan

keselamatan maupun alat keselamatan itu sendiri. Hal tersebut perlu

dilakukan karena apabila terjadi suatu musibah/kecelakaan, baik personil

maupun alatnya dapat bekerja dengan maksimal.

Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal, satker ini

selalu rutin mengadakan latihan personil maupun pengecekan kendaraan

dan alat. Kendaraan dan alat yang digunakan sebagai penunjang pekerjaan

satker ini adalah :

1. Dua (2) unit mobil fire truck (truck pemadam kebakaran)

2. Satu (1) unit mobil rescue

3. Satu (1) unit mobil ambulance

4. Tiga (3) unit perahu karet

5. Tiga ribu (3000) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan hydrant box
15

Untuk kendaraan, satker PK & K selalu melakukan pengecekan/

perawatan secara rutin, seprti memanaskan mesin mobil, tenaga angin ban

dan perahu karet, bahan bakar, persedian air didalam tangki fire truck, APAR

pada masing-masing mobil operasional, cadangan ban dimobil, pelampung,

dayung, oksigen, dan lain-lain.

Sedangkan untuk APAR dan Hydrant Box, satker PK & K melakukan

pengecekan alat dalam kurun waktu 1 x dalam 6 bulan, sesuai dengan

peraturan perundang–undangan. Tetapi karena dirasa kurang dan riskin akan

tidak berfungsinya alat saat dibutuhkan, maka satker PK & K melakukan

pengecekan 1 x dalam kurun waktu 3 bulan, bahkan tidak menutup

kemungkinan pengecekan dilakukan tiap bulan.

Sedangkan untuk penanganan satker PK & K memiliki dua tugas, yaitu

sebagai team pemadam kebakaran dan sebagai team rescue. Dalam

prakteknya satu team yang terdapat dalam satker PK &K terdiri dari 5 orang

yang memiliki peran penting masing-masing, peran mereka antara lain :

1. Satu orang sebagai operator yang betugas sebagai sopir dan

mengendalikan kekuatan semprotan air.

2. Satu orang sebagai nozzle man yang bertugas mengatur mengatur

panjang pendek, arah selang dan memabantu fire man memadamkan

api.

3. Satu orang sebagai fire man yang bertugas memadamkan api pada saat

terjadi kebakaran.
16

4. Satu orang bertugas sebagai mengemudi mobil rescue.

5. Satu orang bertugas sebagai pengemudi ambulance.

Untuk penanganan kebakaran dan penyelamatan, satker PK & K

sendiri lebih banyak bertugas diluar (eksternal) dilingkungan masyarakat dari

pada lingkungan tambang. Hal ini disebabkan karena kecelakaan maupun

kebakaran tidak banyak terjadi di daerah tambang, walaupun terjadi,

biasanya dapat diselesaikan oleh satker dimana kejadian itu terjadi, hal itu

disebabkan karena disetiap bagian / satker yang berada didalam lingkup PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk memiliki APAR dan hydrand box yang dapat

digunakan sewaktu-waktu ada kebakaran.

Disamping itu, biasanya kebakaran di area tambang hanya berupa

kebakaran pada daerah stockpile, yang disebabkan karena kejadiannya

pemadatan yang tidak sempurna. Penumpukan dan pemadatan yang tidak

sempurna inilah yang biasanya menyebabkan terjadinya kebakaran karena

sifat batubara itu sendiri. Karena seperti diketahui, kebakaran disebabkan

oleh adanya panas, bahan bakar dan oxygen, yang semua persyaratan itu

telah dilengkapi oleh batubara yang terakumulasi di stockpile. Oleh karena

itu, batubara yang ditumpuk/diendapkan pada stockpile tidak boleh terlalu

lama didiamkan, hal ini dikarenakan apabila terlalu lama didiamkan batubara

yang berada pada stockpile tersebut dapat meledak.

4. Satker Pengawasan Lingkungan


17

Penambangan di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk merupakan

penambangan terbuka (Surface Mining). Penambangan dengan sistem

tersebut meliputi kegiatan pengupasan, penggalian, pengambilan batubara,

penumpukan bahan non batubara dan penimbunan yang akan

mengakibatkan dampak bagi lingkungan, baik positif maupun negatif.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk untuk

meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar penambangan

adalah :

1. Pemantauan kualitas udara ambient

2. Pemantauan emisi udara

3. Pemantauan kebisingan

4. Pemantauan kualitas air

5. Pemantauan kualitas tanah

6. Pemantauan revegetasi

7. Pemantauan housekeeping

8. Pemantauan swabakar timbunan batubara

9. Pemantauan erosi dan sedimentasi

10. Pemantauan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

11. Pemantauan biota air

12. Pemantauan satwa liar

Untuk memastikan efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan yang

dilaksanakan dilapangan, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk secara berkala


18

melakukan pemantauan terhadap lingkungan sekitar, khususnya untuk

memantau komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan mengalami

perubahan akibat kegiatan penambangan batubara sehingga dapat dilakukan

penyempurnaan apabila diperlukan.

Selain itu manfaat dari kegiatan pemantauan lingkungan adalah :

1. Sebagai sarana pembelaan diri apabila PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

dituduh melakukan kegiatan yang mencemari lingkungan atau

menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.

2. Sebagai informasi ilmiah yang dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai

dengan kepentingannya.

5. Satker Kajian K3

Merupakan salah satu satker yang termasuk didalam manajemen

semua satker, kemudian data yang didapat diolah/diproses menjadi laporan

yang digunakan untuk mencari hasil/pemecahan dari temuan yang didapat,

pemecahan masalah dari hasil temuan tersebut diperoleh dari rapat kerja

antara manajer dan asisten manajer yang kemudian diberikan/diumumkan

kepada karyawan. Satuan kerja ini memiliki tugas, antara lain :

1. Mengelola alat pelindung diri (APD)

2. Melakukan penyelidikan izin internal perusahaan (SIM pengemudi mobil

yang beroperasi didaerah tamabang, izin kendaraan yang beroperasi

didaerah tambang PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.


19

3. Memuat laporan kegiatan pengelolaan K3 yang sama kegiatannya

didokumentasikan disini (Kajian K3).

4. Membuat laporan kegiatan/pelaksanaan K3 yang setiap bulannya

diserahkan kepada perusahaan dan tiap 3 bulan laporan diserahkan

kepemerintah.

5. Membuat dan melakukan olah data/membuat statistik mengenai

penyelidikan K3 dari penanganan, penggunaan, kebutuhan alat

pelindung diri, penyebab kecelakaan, dan lain-lain.

Disamping sebagai pengelolah data, kajan K3 juga berfungsi sebagai

satker administrasi, dimana dalam hal ini, satker ini juga bertugas

memberikan/menyiapkan kelengkapan alat pelindung diri (APD) yang

digunakan dalam area pertambangan baik yang digunakan karyawan PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk maupun tamu yang melakukan kunjungan (study

banding), pembuatan SIM DLT bagi pengemudi kendaraan di area tambang,

izin operasi kendaraan, pengurusan izin peledakan, dan lain-lain.

Karena sifatnya yang vital, APD menjadi perlengkapan wajib yang

harus digunakan oleh karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk yang akan

memasuki kawasan pertambangan. Hal ini dikarenakan PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk sangat tegas dan memperhatikan karyawan dalam

penggunaan APD, dengan cara melaksanakan inspeksi terhadap kendaraan

dan karyawan melalui K3 bagian pengawasan K3 dan Hyperkes.

Syarat untuk memperoleh/mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD)


20

1. Pengajuan permohonan dan pengadaan APD

2. Pengajuan anggaran APD.

Karena sifat pekerjaan yang berada dan tingkat pekerjaan yang

berbeda, maka permintaan akan APD berbeda-beda disetiap tempat dan

bagiannya. Oleh karena itu agar tidak terjadi penumpukan APD yang sama,

maka sangat diperlukan pengajuan surat permohonan dan pengadaan APD

menurut keperluan dan tempat kerja (satker) masing-masing pekerja atau

karyawan.

Sedangkan untuk penyediaan APD bagi tamu yang melakukan

penelitian, study banding, kunjungan kerja, dan lain-lain. Pihak PT. Bukit

Asam (Persero), Tbk dalam hal ini satker kajian K3 telah menyiapkan APD

yang dikhususkan bagi tamu tersebut. Dengan syarat tamu yang akan

berkunjung telah terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk yang nantinya akan diproses dan dikirimkan

kepada pihak atau surat balasan kesediaan dari pihak PT. Bukit Asam

(Persero), Tbk. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya salah komunikasi

antara pihak kantor dan pihak lapangan (satker) yang terkait, penumpukan

tamu, penyampaian materi yang tidak sempurna bagi tamu, dan lain-lain.

Berdasarkan informasi kecelakaan kerja yang didapat di PT. Bukit

Asam (Persero), Tbk dari tahun 2009 s/d 2012 (Tabel 1), terjadi

penurunan yang sangat signifikan dalam hal kecelakan kerja pada

daerah pertambangan. Dari hasil laporan kegiatan yang diperlihatkan


21

oleh bagian/satker Kajian K3 dapat dikatakan sistem K3 pada PT.

Bukit Asam (Persero), Tbk telah berjalan dengan sangat baik sesuai

dengan perundang-undangan dan komitmen yang telah disepakati. Hal

ini juga didukung dengan kamauan dan kesadaran dari para karyawan

(pekerja) sendiri tentang pentingnya APD dan keselamatan.

Tabel I
Jumlah Kecelakaan Kerja PT. BA (Persero), Tbk – Unit
Penambangan Tanjung Enim

TAHUN
SIFAT
2009 2010 2011 2012 TOTAL

RINGAN 4 2 2 1 9

BERAT 3 2 2 2 9

MATI 0 1 2 1 4

TOTAL 7 5 6 4 22
Sumber : PT. BA (Persero), Tbk - UPTE

Walaupun tingkat kecelakaan kerja di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

cenderung mengalami penurunan, tetapi tidak menutup kemungkinan

terjadinya sebuah kecelakaan kerja, hal ini dikarenakan ada sebagian kecil

karyawan yang belum sadar dan menganggap remeh arti pentingnya sebuah
22

keselamatan, penyebab terjadinya sebuah kecelakaan itu sendiri bervariasi

sehingga tidak ada penyebab yang dominan antara teknis dan non teknis.

Diantara faktor penyebab terjadinya sebuah kecelakaan, baik yang

disebabkan oleh pekerjaan sendiri maupun karena gejala alam, penyebab

terjadi sebuah kecelakaan di wilayah Unit Penambangan Tanjung Enim baik

yang di alami karyawan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk maupun Mitra Kerja

dikarenakan oleh faktor tindakan tidak aman yaitu dengan persentase 69 %

dan faktor kondisi tidak aman hanya 31%.

Tindakan tidak aman sendiri dibagi beberapa kateria, diantaranya :

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya

3. Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman

4. Melalaikan penggunaan APD yang ditentukan

5. Lupa mengamankan, member tanda / peringatan

6. Hirarki Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja

Risiko yang ada ditempat kerja harus dapat dikendalikan pendekatan

hirarki pengendalian merupakan upaya dalam pengendalian risiko jenis

pengendalian yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan Permenaker No.

05/MEN/1996 adalah :

1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,

isolasi, ventilasi.
23

2. Pendidikan dan pelatihan

3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus

Pengendalian tersebut di atas dapat diterapkan dengan memahami

hirarki pengendalian, diman langkah-langkahnya dijalankan dari yang

tertinggi kemudian diikuti langkah berikutnya secara berurutan, yaitu:

1. Eliminasi

Tahap pengendalian bahaya dengan jalan menghilangkan atau

menghapus barang, alat kerja, atau cara kerja yang dapat menimbulkan

bahaya baik terhadap kesehatan maupun keselamatan.

2. Subsitusi

Bila eliminasi tidak dapat dilakukan maka pengendalian dengan cara

mengganti barang, alat atau cara kerja yang dapat menimbulkan

bahaya dengan barang, alat, atau cara kerja yang lain yang kurang

berbahay.

3. Engineering

Pengendalian ini dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan

dibidang rekayasa untuk mnghilangkan atau mengurangi resiko seperti

modofikasi alat, ventilasi, pengamanan alat, dan sebagainya.

4. Pengendalian Administrasi (Kontrol Administrasi)

Tahap penanggulangan bahaya secara administrasi seperti pembuatan

prosedur, pemasangan rambu, pengaturan jam kerja, pemberian


24

pelatihan, penetapan aturan khusus, mengikuti aspek hukum atau

peraturan pemerintah terkait serta penerapan higine perusahaan.

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pemakaian alat pelindung diri merupakan tahap terakhir dari hirarki

pengendalian bila upaya lain tidak dapat memenuhi maksud

menghilangkan atau mengurangi resiko secara maksimal.

.
7. Jenis Alat Pelindung Diri

Berbagai macam jenis alat pelindung diri yang digunakan di PT. Bukit

Asam (Persero), Tbk yaitu:

a. Pelindung kepala

b. Pelindung mata

c. Pelindung telinga

d. Pakaian kerja

e. Pelindung kaki

f. Masker

g. Sarung tangan

h. Sabuk pengaman

Berbagai macam alat pelindung diri yang digunakan di Unit

Penambangan Tanjung Enim disetiap lingkungan kerjanya digunakan untuk

mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti tersengat, tertimpa


25

peralatan, terjatuh dari ketinggian, kesilauan, kebisingan, terpeleset, dan

bahaya yang ada di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai