Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
METODELOGI KEPERAWATAN
Disusun Oleh
2015
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya lah
akhirnaya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Flu Burung”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugasindividu yang diberikan
dosen mata ajarMetodelogi Keperawatan
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik-
Nya, namun patut kiranya kami menghaturkan rasa terimakasih kepada para pihak yang telah
membantu guna terselesaikannya makalah ini tanpa bermaksud melupakan kepada seluruh pihak
yang telah berjasa memberikan bantuannya, kelompok ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd.S.Kep.MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
dan selaku dosen mata ajar KMB 1 Pre Dan Post Operasi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
2. Bapak Ns. Ragil Supriono,S.kep Selaku Wali Kelas Tingkat II Akademi Keperawatan Harum
Jakarta.
3. Kedua orangtua kami yang telah membantu moril maupun materi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga Tuhan memberkati dan melimpahkan berkat dan Anugerah terhadap ketulusan kebaikan
mereka, dan kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifatnya
membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Jakarta, Desember 2015
Nur Qomariyah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................... 5
B. Tujuan...................................................................................................... 5
C. Metode..................................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup........................................................................................ 6
E. Sistematika Penulisan.............................................................................. 6
C. Etiologi.................................................................................................... 11
D. Klasifikasi................................................................................................ 11
E. Patofisiologi............................................................................................. 13
F. Manifestasi Klinik.................................................................................... 15
G. Komplikasi............................................................................................... 15
I. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 19
1. Pengkajian.......................................................................................... 20
2. Dignosa Keperawatan........................................................................ 21
3. Rencana Keperawatan....................................................................... 21
4. Implemantasi...................................................................................... 28
5. Evaluasi.............................................................................................. 29
A. Pengkajian................................................................................................ 30
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 42
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................................. 52
B. Saran........................................................................................................ 52
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di
Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan.
Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar
biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus new castle, namun konfirmasi terakhir dari
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang
mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal.
Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga negara Vietnam tewas
akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu
burung. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan
bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung
sangat tinggi.
Komplikasi dari penyakit flu burung itu sendiri, dapat menyebabkan Meningitis (peradangan pada
selaput menginal), Encephalitis (suatu peradangan dari otak), Myocarditis (peradangan pada otot
jantung atau miokardium), Pneumonia (radang paru-paru) dan dapat menyebabkan kematian.
Perawat sebagai salah satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha pencegahan dan
penanganan kasus Avian Influenza (AI) ini. Peran perawat dimulai dari usaha promotif, preventif ,
kuratif, hingga rehabilitatif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
h. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kasus flu burung
k. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada pasien penderita flu burung
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistem kepustakaan yaitu dengan membaca,
mempelajari, memahami buku, dan sumber lain untuk mendapatkan hasil materiMetodelogi yaitu
tentang “Asuhan Keperawatan dengan Flu Burung”.
D. Ruang Lingkup
Makalah ini merupakan karya tulis ilmiah, yang membahas suatu masalah yaitu tentang “Asuhan
Keperawatan dengan Flu Burung”.
E. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,
Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Dasar
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung (bahas Inggris: avian
influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya
menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza tipe A) yang terdapat pada
unggas dan umumnya tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata
dapat menyerang manusia khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. (FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner)
Jadi menurut kelompok, penyakit flu burung itu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A yang ditularkan melalui unggas yang dapat menyerang makhluk hidup (burung dan
mamalia). Flu burung (avian influenza) ini yang dapat menyerang yaitu virus influenza dengan
subtipe H5N1.
1. Anatomi Pernafasan
a. Hidung
Terdapat bagian eksternal dan internal. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut
septum. Rongga hidung dilapisi membran mukosa yang banyak mengandung vaskular disebut
mukosa hidung. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara yang mengalir ke dan dari paru-paru
sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-
paru.
b. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut
ke laring. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring
adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d. Trakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C.
Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan esofagus.
e. Bronkus
e. Paru – Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa
setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas
untuk tempat pertukaran gas.
2. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas melalui hidung, oksigen masuk
melalui trakea sampai ke alveoli. Kemudian terjadi difusi oksigen dari alveolus ke kapiler arteri paru-
paru yang terletak di dinding alveolus, disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial di
alveolus dan paru-paru. Kemudian, oksigen di kapiler arteri akan diikat oleh eritrosit yang
mengandung hemoglobin lalu dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh.
C. Etiologi.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf
ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan
N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus
tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.
Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan
detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
D. Klasifikasi
Penderita H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV: Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress
a. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor utamanya. Di kemudian
hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub
tipe ini justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi, setidaknya
terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya 1/12 dari flu burung. Flu babi
hanya memiliki kemungkinan fatal sebesar 6%, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus influenza A yang
juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada
manusia dan hewan, khususnya babi.
c. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi banyak sekali
variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu
lainnya yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab pandemik
pada manusia di tahun 1889.
d. H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai “casing”nya,
hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus ini dapat menginfeksi manusia dan
unggas.
e. Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu
unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang
terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20%. Meskipun hanya
ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih
dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain. Virus ini merupakan jenis virus yang
bersifat epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar manusia dan juga bersifat panzootik
yang mampu mempengaruhi beragam spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini
sudah “sukses” membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan
juta lainnya.
Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan bahwa setidaknya
terjadi 447 kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat tinggi,
lebih dari 50% dengan angka kematian mencapai 267 orang.
f. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan H9N2. Ketiga
jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat
membunuh pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti
memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi manusia,
burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada uji laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus yang
digunakan dalan percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi bebek. Pada
perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-
anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.
E. Patofisiologi.
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang
terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi
dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi
semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu
burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada
bukti penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat
daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu
manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak
langsung, misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan
yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan
ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung
menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke
manusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada
dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak,
digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung
akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam
sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula produksi
sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas dan berperan penting
dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak,
justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah
usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem
kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa Inkubasi
b. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.
Pada anak sampai 21 hari .
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari
hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal
dari kotoran atau sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke
manusia juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama. Virus memiliki
inti virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah
ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak
protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan
menyerang selaput lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat
pada dinding luar (envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput lendir
dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini akan merubah susunan protein
yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang
telah terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah.
Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat itu juga virus mulai
menyebar.
F. Manifestasi Klinik.
1. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa gejala), sampai
sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri.
Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam,
diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala
awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf
dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24
jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering
dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari;
sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala
timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai
infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory
distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya
kadar CO.
G. Komplikasi.
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus,
bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
2. Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan
disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus.
Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari
otak.
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui mekanisme dasar, yaitu:
f. Kematian
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh,
pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di
rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan
berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b. Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah
ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria
pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case
Management” & pengembangan laboratorium regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006.
a. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
d. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari
sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
e. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
f. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
3. Keperawatan
a. Perhatikan :
1) Keadaan umum.
2) Kesadaran.
3) Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
4) Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama.
Adapun pilihan obat :
1) Penghambat M2 : Amantadin (symadine), Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100
mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2) Penghambatan neuramidase (WHO) : Zanamivir (relenza), Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis
2x75 mg selama 1 minggu.
a. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik
jika ada indikasi.
b. Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic
spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus
pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg
sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).
4. Pengobatan
e) Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat
badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
I. Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin
dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Trombosit,
Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
1) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen
dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer
antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14
setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah
merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3) Uji penapisan
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya
dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium
sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran
infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan
adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks
normal sebagai langkah diagnostik dini.
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil
sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk
pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
1. Pengkajian.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama, pengumpulan
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua,
dan penghasilan.
b. Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3 hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit
tenggorokan
2) Infeksi paru.
d. Pemeriksaan Fisik.
2) Mata : orang yang terkena flu burung sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.
3) Mulut dan Lidah : Lidah kotor, mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
2. Diagnosa Keperawatan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi).
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Rencana Keperawatan.
Kriteria hasil :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pertukaran gas
kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal
(PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala distres pernapasan.
No Intervensi Rasional
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan Sianosis perifer (terlihat pada kuku) atau
warna membran mukosa. sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun
telinga). Keabu-abuan dan dianosis
sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anorexia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perubahan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
3. Berikan perawatan oral sering, Rasa tak enak, bau dan penampilan
buang sekret, berikan wadah adalah pencetus utama terhadap nafsu
khusus untuk sekali pakai dan tisu. makan dan dapat membuat mual dan
muntah dengan peningkatan kesulitan
napas.
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
7. Kolaborasi :
-
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan peningkatan suhu
tubuh (Hipertermi) kembali normal.
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
4. Implementasi.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kreteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi sebagai berikut :
f. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan
peran serta untuk merawat diri sendiri (Self care);
j. Bersifat holistik;
l. Melakukan dokumentasi.
5. Evaluasi.
Menurut Craven Hirnle (2000). Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektivitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
klien yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi :
a. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kreteria hasil
yang telah ditetapkan;
b. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang
sesuai dengan tujuan dan kreteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah ataau
diagnosa keperawatan baru.
BAB III
TINJUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. R berusia 30 tahun dengan suku bangsa Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir
sekolah menengah atas, pekerjaan penujual ayam dipasar, status perkawinan sudah menikah 1 kali
selama 3 tahun dengan Ny. E berusia 29 tahun suku bangsa Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir
sekolah menengah atas, pekerjaan Ibu Rumah tangga dan bertempat tinggal di Jln. Marunda nomor
14 RT 024 RW 07 Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Sumbe biaya klien adalah BPJS, sumber
informasi didapat dari klien dan keluarga
2. Resume
Tn. R (30 tahun) datang ke Rumah Sakit X pada tanggal 01 Desember 2015 pukul 14.10 WIB atas
rujukan dari puskesmas Cilincing dengan riwayat sesak nafas. Saat dibawa ke UGD rumah sakit X Tn.
R mengeluh Panas tinggi tinggi saat dirumah 38˚C lebih dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek,
klien mengatakan batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien
mengatakan nyeri otot, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien mengatakan sakit saat menelan,
klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur malamnya terganggu karena
batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam, klien terkadang batuk
dengan mengeluarkan sedikit sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental. Tanda–tanda vital:
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 380C. berat badan
klien saat iniHasil laboratorium tanggal 01 Desember 2015 jam 16.33 WIB yaitu leukosit 19,60
10ˆ3/µl, klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam dan Imunisasi
aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit. Setelah dievaluasi 3
masalah keperawatan belum teratasi.
3. Riwayat keperawatan
Keluhan utama yang dirasakan klien mengatakan badannya terasa panas lebih dari 3 hari yang lalu,
pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, dan nyeri otot, factor pencetus awalnya banyak ayam yang
mati dibelakang rumahnya, timbulnya keluhannya mendadak lamanya 3 hai yang lalu, upanya
mengatasinya adalah meminum obat warung (parasatamol) dan dating ke Puskesmas X
Klien pernah masuk kerumah sakit yang sama karana jatuh dari motor kurang lebih 3 tahun yang
lalu, klien tidak ada alergi obat
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= meninggal
= pasien
Klien mengatakan bahwa ayah klien pernah menderita stoke sebelum akhirnya meninggal
Klien mengatakan orang terdekat adalah istri dan anak-anak, interaksi dalam keluarga baik dan
pengembilan keputusan dalam keluarga adalah klien sendiri, dampak penyakit klien terhadap
keluarga yaitu keluarga beserta istrinya terlihat cemas dengan keadaan salah satu anggota keluarga
yang sedang sakit. Masalah yang mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya. Mekanisme kopling terhadap masalah yang dialami klien yaitu diselesainya secara
bersama-sama dengan angkota keluarga, klien ingin segera pulang dan dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya, dan harapan klien setelah dilakukan perawatan ingin cepat sembuh dan
penyakitnya tidak muncul kembali, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah sulit
beraktifitas. klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatannya. Aktifitas
keagamaan/kepercayaan yang dilakukan klien adalah sholat lima waktu. kondisi lingkungan rumah
klien berada di daerah marunda kan di belakang rumah klien terdapat perternakan unggas (ayam)
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan klien 3 kali sehari dengan jenis makanan:nasi, lauk pauk, sayur dan buah, nafsu
makan baik, tidak ada mual/muntah, klien mengatakan tidak alergi makanan dan tidak ada
pantangan makanan. kebiasaan klien sebelum makan adalah dan berdoa.
2) Pola Eliminasi
Klien buang air besar 2 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi defekasi,
tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid, klien mengatakan tidak pernah
menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air kecil 5-6 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak
ada keluhan buang air kecil.
Kebiasaan klien mandi 3 kali sehari dengan menggunakan sabun, oral hygiene 2 kali sehari waktunya
pagi dan sore hari, mencuci rambut 3 kali seminggu dengan menggunakan shampoo pada pagi hari.
Klien bekerja sebagai wirausahawan, waktu kerja klien adalah pagi hingga sore, klien mengatakan
jarang tidur siang, tidak ada keluhan/masalah saat tidur. Klien jarang berolaraga.
Klien pernah merokok namun berhenti sejak 1 tahun yang lalu, tidak minum minuman keras dan
tidak ketergantungan obat.
1) Pola Nutrisi
Frekwensi makan klien selama dirumah sakit 2 kali sehari, nafsu makan klien tidak baik karena
merasa sakit saat menelan dan mual, dan diet klien dirumah sakit TKTP 1900 kalori.
2) Pola Eliminasi
Klien buang air besar 1 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi defekasi,
tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid, klien mengatakan tidak pernah
menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air kecil 4-5 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak
ada keluhan buang air kecil, dan tidak ada penggunaan alat bantu kateter.
Klien mandi 1 kali sehari dengan menggunakan sabun dirumah sakit, oral hygiene 2 kali sehari
waktunya pagi dan sore hari, belum melakukan cuci rambut dirumah sakit
4) Pola istirahat dan tidur
klien selama dirumah sakit sekitar 3 jam sehari, klien tidur siang sekitar 4 jam. Kebiasan klien
sebelum tidur adalah berdoa
Selama dirumah sakit klien tidak bekerja, tidak melakukan olahraga, klien mengatakan sesak saat
beraktifitas dan terkadang sesak saat tidur.
Selama ditumah sakit klien tidak merokok, dan tidak meminum minuman keras
4. Pengkajian Fisik
Berat badan saat ini adalah 52kg dan beratadan klien sebelum sakit adalah 56 kg, tinggi badan klien
165 cm, keadaan umum klien sedang, klien tidak ada emmbesaran pada kelenjar getah bening.
b. Sistem Pengelihatan
Posisi mata klien terlihat simetris, kelopak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal,
konjung tiva klie terlihat anemis, kornea mata klien terlihat normal, skera klien ikterik, pupil klien
terlihat isokor, otot-otot mata klien terlihat tidak ada kelainan, fungsi peengelihatan klien baik, tidak
ada tanda-tanda radang pada mata klien, klien tidak menggunakan kaca mata dan tidak mengunakan
kontak lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik dan normal
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga klien terlihat normal, tidak ada karakteristik serum pada telinga klien, kondisi telinga
tengah klien terlihat normal, tidak ada cairan dari telinga klien, tidak ada perasaan penuh pada
telinga klien, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran klien normal, tidak ada gangguan keseimbangan,
klien tidak mengunakan alat bantu pendengaran.
d. System Wicara
e. Sistem Pernafasan
Pada jalan nafas klien ada sumbatan berapa sputum, klien mengatakan sesak saat bernafas, klien
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas klien 28x permenit, irama nafas klien tidak
teratur, jenis pernafasan klien ronkhi, kedalamaan nafas klien dangkal, klien batuk produktif, sputum
klien berwarna hijau, dengan kkonsistensi kental, tidak terdapat darah pada sputum klien, saat
palpasi terdapat nyeri tekan, suara nafas klien ronkhi, klien mengatakan terdapat nyeri saat
bernafas, klien menggunakan alat bantu nefas beruapa O2 2 liter.
f. Sistem Karndiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Nadi klien 86 x permenit dengan irama tidak teratur, denyutan lemah, tekanan darah klien 130\90
mmHg, distensi vena jugularis kanan tidak ada dan kiri juga tidak ada, temperature kulit klien hangat,
warna kulit klien pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical klien 84x perrmenit, iramanya teratur, tidak ada klienan bunyi jantung,
tidak ada sakit pada dada klien.
g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada hematologi, klien terlihat pucat, dan tidak ada pendarahan.
Klien mengatakan sakit pada kepalanya, tingkat kesadaran klien compos metis, Glasgow coma scale
(GSC) klien Eyes 4, motoric 5 dan verbal 6, tanda-tanda peningkatan TIK pada klien tidak, tidak ada
gangguan system persyarafan, pemeriksaan reflek fisiologi klien normal, reflek patologis tidak ada.
i. System Pencernaan
Keadaan umum klien tidak ada caries pada gigi, tidak ada penggunanaan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah klien terlihat kotor, salifa klien normal, klien muntah sekali saat dirumah,
muntahnya berisi cairan, klien mengatakan tidak ada nyeri pada daerah perut, bising usus 12 x
permenit, klien tidak ada diare, klien juga mengatakan tidak da konstipasi, hepar kiln tidak teraba,
keadaan abdomen klien lembek.
j. System Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nafas yang berbau keton, tidak ada luka ganggren.
k. System Urogenital
Balance cairan klien dengan intake 2000ml dan output ml, tidak ada perubahan pola perkemihan
klien, warna urine klien kuning jernih, ada distensi atau ketegangan kandung kemih, klien tidak ada
keluhan sakit pada pinggang, dan tidak ada nyeri pada system perkemihannya.
l. System Integumen
Turgor kulit klien elastis, temperature kulit klien teraba hangat, warna kulit klien terlihat pucat,
keadaan kulit klien terlihat baik dan tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada kulit klien, kondisi kulit
didaerah pemasangan infus terlihat baik, keadaan tekstur rambut klien baik, kebersihannya baik.
m. System Muskuloskeletal
Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat bergerak, klien mengatakan tidak ada sakit pada tulang,
sendi dan kulit, klien tidak mengalami fraktur, klien tidak ada kelainan bentuk pad tulang belakang,
keadaan tonus otot klien baik, kekuatan tonus otot klien 5555 5555 5555 5555
Data Tambahan
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita saat ini
5. Data Penunjang
6. Penatalaksaan (therapy/pengobatan/diet)
Klien mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam dan Imunisasi aktif :
Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit,Ranitidin 2x 10gr, Flexatide
atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg, diet yang didapat
klien TKTP 1900 kalori.
7. Data Fokus
a. Data Subyektif
Klien mengatakan sesak, klien mengatakan panas tinggi saat dirumah 39˚C lebih dari 3 hari yang lalu,
klien mengatakan pilek, klien mengatakan batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan
sakit kepala, klien mengatakan nyeri pada otot dan sendi, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien
mengatakan sakit saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur
malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang
ayam, klien mengatakan berat badannya turun, klien sputumnya berwarna hijau, klien mengatakan
pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan nyeri otot nya seperti ditusuk-tusuk, Nyeri terasa
seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala
nyeri 2 dan dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit, klien mengatakan sakit tenggrokan saat
batuk, klien mengatakan panasnya sekitar 3hari, klien mengatakan hanya menghabiskan ½ porsi
makanan dirumah sakit, klien mangatakan
b. Data Obyektif
Klien terlihat sesak nafas, klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, klien terlihat
memegangi dadanya, klien terlihat lemas, klien terlihat dibantu saat melakukan aktifitas, klien
terlihat tidak nafsu makan, klien terlihat pucat, klien terlihat nyeri saat batuk, klien terlihat meringis
kesakitan pada pungungnya, klien terlihat menguap, klien terlihat hanya menghabiskan ½ porsi
makannya, batuk klien terlihat berdahak, dahak klien terlihat berwarna hijau dan kental, pernafsaan
klien terdengar ronkhi, nafas klien terlihat dangkal dan pendek, klien terlihat cemas, klien terlihat
mual, klien terlihat muntah 1x seharian, mukosa bibit klien terlihat kering, bantung mata klien
terlihat hitam. Setelah dilakukan tidakan keperawatan mandiri diketahui Tanda–tanda vital: tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 38,70C. Hasil laboratorium
tanggal 01 Juni 2015 jam 15.33 WIB yaitu hemoglobin 16,5 gr/dL (12,5-16,0 gr/dl), leukosit 10.250
mg/dl (4,00-10,50 10ˆ3/µl), hematocrit 40,1%(37,0-47,0%), trombosit 366.000 mg/dL (182-369
10ˆ3/µl). klien terpasang infus asering 20 tetes/menit, klien mendapat oksigen 2 liter, klien
mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam dan Imunisasi aktif : Vaccine,
0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit, Ranitidin 2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1
dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg, diet yang didapat klien TKTP 1900
kalori.
8. Analisa Data
Data Obyektif
a. Tubuh klien teraba panas
Data Objektif :
Data Obyektif
a. Skala nyeri 2
B. Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum yang
berlebihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah
peningkatan suhu tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil: suhu tubuh kembali normal 36-37,5˚C , tadan-tanda infeksi tidak terjadi, dan ttanda-
tanda vital dalam batas normal:tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-80x/menit, pernapasan 18-
20x/menit, suhu 36-37,50C.
Perencanaan:
Mandiri
b. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi
panas
c. Anjurkan klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti katun
Kolaborasi
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air
biasa) pada daerah tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan
klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun. Respon:klien terlihat
mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat antipiretik paracetamol
500mg. Respon: klien terlihat menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
S:
O:
3. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 380C. Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa)
pada daerah tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien
untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun. Respon:klien terlihat
mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat antipiretik paracetamol
500mg. Respon: klien terlihat menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
S:
O:
5. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 85x/menit, pernapasan 26x/menit, suhu
380C
Pelaksanaan
Evaluasi
S:
O:
5. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu
380C
P: Pertahankan intervensi 1
2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum yang
berlebihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih atau jelas, bunyi nafas kelien kembali
normal yaitu vesikuler, produksi sputum klien kembali normal
Perencanaan
Mandiri
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi
napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
b. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan
gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
Kolaborasi
e. Kolaborasi dengen dokter dalam pemberian obat seperti inhalasi dengan obat combivent
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi
nafas klien rokhi. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien
mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
S:
O:
3. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi
nafas klien rokhi. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien
mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
S:
O:
6. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi
nafas klien vesikuler. Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien
mengatakan nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
S:
O:
9. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu
37,50C
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan
masalah Intoleransi aktifitasdapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri, klien tidak merasa nyeri, skala nyeri klien 0, nyeri
klien berkurang
Perencanaan
Mandiri
Rasional:meminimalkan kelelahan
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah
aktivitas. Respon: klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan nyeri dan sesak saat bergerak. Jam
11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya berkurang. Jam 12.35 WIB.
Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
S:
O:
3. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
Pelaksanaan
Jam 09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan
20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C. Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah
aktivitas. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan tidak terlalu nyeri dan sesak saat bergerak. Jam
11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya berkurang. Jam 12.35 WIB.
Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
S:
O:
3. Tanda-tanda vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu
380C
P: Pertahankan intervensi 1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung bisa menular ke
manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Satu-
satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika
virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan
melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena
menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui pakan ternak). Penularan
dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus
unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
B. Saran
Kita sebagai perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada
masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup
tentang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi virus H5N1 dan segera
membawa ke rumah sakit dan diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan
pengobatan dengan baik agar tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan penyebaran virus
H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah
serta kerjasama dengan masyarakat.
Daftar Pustaka