Anda di halaman 1dari 6

Abdat.

J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

[JDS]
JOURNAL OF SYIAH KUALA
DENTISTRY SOCIETY
Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/
E-ISSN : 2502-0412

PREVALENSI KARIES GIGI PERMANEN MOLAR PERTAMA DAN INSISIVUS


PADA SISWA MIN 1 BAITURRAHMAN BANDA ACEH USIA 8-10 TAHUN

Munifah Abdat
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala

Abstract

Dental caries is still a major problem in the child's oral cavity, generally at high risk of caries in the 8-
10 year age range. Permanent dental caries can cause changes in tooth position, loss of teeth, disruption
of absorption of food nutrients until the onset of infection. The purpose of this study was to determine
the prevalence of caries in incisors and permanent molars in Baiturrahman MIN 1 students in Banda
Aceh class IIIA and IVB. Descriptive research uses cross sectional research design with total sampling
technique and obtained research subjects amounting to 81 students aged 8-10 years. Data obtained
directly through DMF-T examination. The results showed high rates of caries of young permanent teeth
in the incisors and first molars of 82%, of 81 students found 67 students had caries. On average 2 out of
12 young permanent teeth in one oral cavity each student aged 8 experienced caries. It was concluded
that caries prevalence in incisors and permanent molars of Baiturrahman MIN 1 students was high for
ages 8-10 years, there were no significant differences between male and female students, and had an
impact on the emergence of new risks.

Keywords: caries prevalence, incisors, first molars

PENDAHULUAN
Hingga saat ini karies gigi masih
Karies adalah penyakit pada jaringan menjadi masalah utama dalam rongga mulut
keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, anak. Anak dengan rentang usia 8–10 tahun
yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik merupakan satu kelompok yang memiliki
dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Hal resiko tinggi karies karena umumnya anak-
ini ditandai dengan adanya demineralisasi anak pada umur tersebut masih mempunyai
jaringan keras gigi yang dikuti oleh kerusakan perilaku atau kebiasaan diri yang kurang
bahan organiknya sehingga mengakibatkan menunjang terhadap kesehatan gigi.2
invasi bakteri dan kematian pulpa serta Berdasarkan hasil penelitian Faraz dkk.3
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks prevalensi karies gigi secara keseluruhan pada
yang menghasilkan nyeri.1 anak umur 6-12 tahun di sekolah dasar di
Arab Saudi mencapai 73%. Prevalensi karies
gigi pada usia 6-9 tahun mencapai 78% dan
 Corresponding author kelompok usia 10-12 tahun mencapai 68%.
Email address: munifahabdat_dr@unsyiah.ac.id
Adhikari dkk.2 melakukan penelitian di Nepal
76
Abdat. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

pada kelompok usia 5-7, 8-10, dan 11-14 teknik sampling dengan mengambil seluruh
tahun, hasilnya menunjukkan bahwa angka sampel pada saat waktu yang telah ditentukan.
DMFT tertinggi ditemukan pada kelompok Diperoleh jumlah subyek penelitian sebanyak
umur 8-10 tahun. Hasil survei Depkes tahun 81 siswa. Kriteria Inklusi penelitian adalah
2007 menunjukkan prevalensi penduduk bersedia menjadi subyek penelitian dengan
Indonesia yang mengalami karies sebesar tandatangan orang tua; dan berusia 8-10
80% dari jumlah penduduk dan 90% tahun. Sedangkan kriteria eksklusi dalam
diantaranya pada anak usia sekolah.4 Sejalan penelitian ini adalah anak yang tidak
dengan hasil penelitian Nurlaila dkk.5 dan kooperatif; dan anak yang tidak hadir saat hari
Oktavalia dkk.6 di Karangantu dan Situbondo pemeriksaan.
yang menemukan bahwa karies gigi yang Jenis data yang digunakan dalam
tinggi terjadi pada anak SD. penelitian ini adalah data primer yaitu data
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik yang diperoleh secara langsung dari objek dan
untuk melakukan penelitian tentang dilakukan pemeriksaan secara langsung.
prevalensi karies pada gigi permanen siswa
SD dan memilih {Madrasah Ibtidaiyah Negri) Skrining/Pemeriksaan DMF-T
MIN 1 Baiturrahman sebagai lokasi Pemeriksaan yang dilakukan adalah
penelitian. Alasannya menurut data hasil pemeriksaan klinis menggunakan pemeriksa-
penjaringan Puskesmas Baiturrahman yang an DMF-T dimana decayed (D): gigi yang
telah dilakukan di seluruh SD yang berada di mengalami karies, missing (M): gigi karies
wilayah Baiturrahaman, dapat disimpulkan yang diindikasi cabut, dan filled (F): gigi yang
bahwa MIN 1 Baiturrahman merupakan SD ada tumpatan. Pemeriksaan dimulai dari
yang memiliki siswa dengan jumlah karies rahang atas posterior kanan sampai ke
paling tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk posterior rahang atas kiri, begitu juga
mengetahui prevalensi karies pada gigi insisif selanjutnya dengan pemeriksaan untuk rahang
dan molar permanen pada siswa MIN 1 bawah. Hasil data dari pemeriksaan klinis
Baiturrahman kelas IIIA dan IVB Banda DMF-T tersebut dicatat dalam form DMF-T
Aceh. pasien yang telah disediakan berbentuk tabel.

METODE PENELITIAN Analisis Data


Jenis penelitian ini merupakan Analisis data yang digunakan dalam
penelitian deskriptif dengan desain penelitian penelitian ini adalah descriptive statistics
cross sectional study. Penelitian dilakukan di yaitu untuk memberi gambaran terhadap
MIN 1 Baiturrahman Banda Aceh pada bulan objek yang diteliti melalui data sampel atau
September 2017. populasi yang ada membuat kesimpulan yang
Populasi penelitian adalah seluruh berlaku untuk umum. Perhitungan data
siswa-siswi sekolah MIN 1 Baiturrahman descriptive statistics ditampilkan dalam
Banda Aceh dalam waktu yang telah bentuk tabel distribusi frekuensi dilengkapi
ditentukan. Subyek yang digunakan dalam dengan persentase.
penelitian ini adalah siswa-siswi usia 8-10
tahun (kelas IIIA dan kelas IVB) MIN 1 HASIL PENELITIAN
Baiturrahman Banda Aceh yang memenuhi Penelitian ini dilakukan di MIN 1
kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan Baiturrahman Banda Aceh dengan subyek
subyek penelitian dilakukan dengan penelitian adalah seluruh siswa kelas IIIA dan
menggunakan teknik total sampling yaitu kelas IVB yang hadir dengan jumlah siswa 81
77
Abdat. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

orang, terdiri dari 38 orang siswa kelas IIIA Tabel 3. Distribusi Indeks DMF-T dan Status
dan 43 orang siswa kelas IVB. Berdasarkan Karies Menurut Jenis Kelamin Siswa
survei prevalensi karies gigi permanen pada Kelas IIIA
siswa kelas IIIA dan IVB MIN 1 Jenis Jumlah Σ elemen gigi Indeks
Baiturrahman Banda Aceh terhadap kesehatan Kelamin Siswa D M F DMFT
gigi dan mulut diperoleh hasil seperti terlihat Laki-laki 20 38 - -
pada Tabel 1.
Perempuan 18 34 1 - 1,94
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Persentase Total 38 72 1 -
Kerusakan Gigi Permanen pada
Siswa MIN
Σ Karies Gigi Pada Tabel 3 distribusi indeks DMF-T
Jumlah Permanen Persentase dan status karies di atas menunjukkan bahwa
Kelas
Siswa perorang 100% siswa kelas IIIA MIN 1 Baiturrahman di
(I1 I2 M1) Banda Aceh yang ditentukan menggunakan
IIIA 38 32 84% kategori perhitungan indeks DMF-T menurut
IVB 43 35 81% WHO memiliki total indeks DMF-T 1,94
Total 81 67 82% yang tergolong kategori rendah.

Tabel 4. Distribusi Indeks DMF-T dan Status


Pada Tabel 1 di atas menunjukkan Karies Menurut Jenis Kelamin Pada
bahwa siswa kelas IIIA dan IVB MIN 1 Siswa Kelas IVB
Baiturrahman memiliki persentase masing- Jumlah Indeks
masing sebesar 84% dan 81% yang tergolong Jenis Σ elemen gigi
Siswa DMFT
cukup tinggi untuk gigi permanen muda pada Kelamin
D M F
usia 8-10 tahun.
Laki-laki 20 33 - - 1,46
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karies Gigi
Permanen Beserta Elemen Gigi pada
Siswa MIN Perempuan 23 30 - -
Σ elemen gigi karies
Kelas Total 43 63 - -
I1 I2 M1
IIIA 1 - 71
Pada Tabel 4 distribusi indeks DMFT
IVB - - 62
dan status karies di atas menunjukkan bahwa
Total 1 - 133 siswa kelas IVB MIN 1 Baiturrahman di
Banda Aceh yang diukur menggunakan
Pada Tabel 2 di atas menunjukkan kategori perhitungan indeks DMF-T menurut
bahwa siswa kelas IIIA dan IVB MIN 1 WHO memiliki total indeks DMF-T 1,46
Baiturrahman memiliki jumlah karies gigi yang tergolong kategori rendah.
insisivus dan karies gigi molar pertama
sebanyak 133 gigi dengan jumlah setiap kelas PEMBAHASAN
terhitung 72 gigi karies pada siswa di kelas Penelitian dilakukan untuk melihat
IIIA dan 62 gigi karies pada siswa kelas IVB. gambaran karies pada gigi insisif dan molar
permanen siswa kelas IIIA dan IVB MIN 1
Baiturrahman umur 8-10 tahun di Banda

78
Abdat. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

Aceh. Penelitian dilakukan pada gigi karies dari 12 gigi geligi permanen muda yang
permanen karena karies pada gigi permanen ada di dalam satu rongga mulut setiap siswa.
dapat menyebabkan masalah kesehatan gigi Jika 1 gigi tersebut dibandingkan dengan 4
lainnya seperti kehilangan gigi, gangguan gigi molar pertama yang ada di dalam satu
pada saat makan, terjadinya infeksi lanjutan rongga mulut setiap siswa maka kerusakan
yang dapat menyebabkan kematian, dan gigi permanen muda dalam satu rongga mulut
berkurangnya kualitas hidup, dimana menurut bisa mencapai 25% untuk setiap siswa di
data Departemen Kesehatan Republik kelas IVB.
Indonesia (Depkes RI) tahun 2009, sebanyak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
89% anak Indonesia di bawah usia 12 tahun Kapuran dkk.8 yang menyatakan bahwa lebih
menderita karies gigi.7 dari setengah gigi permanen molar pertama
Penelitian dilakukan di MIN yang diperiksa memiliki komponen DMF-T.
Baiturrahman yang melibatkan 81 subyek Hasil penelitian tersebut juga menyatakan
penelitian, dimana persentase kerusakan gigi bahwa prevalensi kerusakan gigi permanen
permanen pada subyek penelitian (Tabel 5.1) molar pertama meningkat menurut umur
menunjukkan bahwa siswa kelas IIIA dan sebagaimana dinyatakan oleh penelitian
IVB MIN Baiturrahman memiliki prevalensi sebelumnya. Ingegred Mejare9 juga
karies tinggi, dari 38 siswa kelas IIIA 32 anak menemukan bahwa bagian distal dari gigi
giginya karies atau sebesar 84% dan dari 43 molar pertama permanen mandibula
siswa kelas IIIA 35 anak giginya karies atau merupakan bagian yang paling rentan terkena
sebesar 81% pada gigi insisivus sentral, karies. Pada penelitian Marsela dkk.10 juga
insisivus lateral dan molar satu di usia 8-10 menyatakan bahwa gigi molar satu mandibula
tahun. Secara total, prevalensi karies gigi merupakan gigi tetap yang pertama erupsi
permanen muda pada insisivus dan molar satu pada umur sekitar 6-7 tahun, sehingga
sebesar 82%, dari 81 siswa ditemukan 67 menjadi gigi yang paling berisiko terkena
siswa telah mengalami karies. karies. Bila gigi tersebut terkena karies, dapat
Jumlah kerusakan gigi permanen muda berakibat pencabutan, yang menimbulkan
insisivus sentral dan gigi molar pertama risiko baru seperti perubahan posisi gigi,
sebanyak 133 gigi dengan jumlah setiap kelas mempengaruhi oklusi, sendi rahang, dan
terhitung 72 gigi yang rusak pada siswa di proses mastikasi yang berdampak pada
kelas IIIA dan 62 gigi yang rusak pada siswa penyerapan nutrisi makanan.
di kelas IVB. Dari gigi geligi permanen muda Indeks DMF-T dan status karies
yang diperiksa, terdapat satu di antaranya berdasarkan jenis kelamin pada siswa kelas
karies pada insisivus sentral dan 133 gigi IIIA MIN 1 Baiturrahman menunjukan bahwa
molar satu yang karies. Dari 38 siswa di kelas indeks DMFT pada laki–laki lebih rendah dari
IIIA, rata–rata 2 gigi mengalami karies dari perempuan yaitu 1,90 dan 1,94. Sebaliknya
12 gigi geligi permanen muda yang ada di pada siswa kelas IVB MIN 1 Baiturrahman
dalam satu rongga mulut setiap siswa pada menunjukan bahwa indeks DMFT pada laki–
usia 8. Jika 2 gigi tersebut dibandingkan laki lebih tinggi dari perempuan yaitu 1,65
dengan 4 gigi molar pertama yang ada di dan 1,30. Hal ini sejalan dengan hasil
dalam satu rongga mulut setiap siswa maka penelitian Allwyn Samuel dkk.11 pada tahun
kerusakan gigi permanen muda dalam satu 2017 menunjukkan bahwa karies gigi pada
rongga mulut bisa mencapai 50% untuk setiap anak laki–laki mencapai 57% dan pada anak
siswa di kelas IIIA. Sedangkan dari 43 siswa perempuan mencapai 43% dengan tidak ada
di kelas IVB, rata–rata 1 gigi mengalami perbedaan statistik pada kedua jenis kelamin.
79
Abdat. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

Peningkatan prevalensi karies pada anak Indeks DMF-T dan status karies pada
laki-laki bisa karena adanya kecenderungan siswa kelas IIIA dan kelas IVB MIN 1
dalam pemberian makanan, dimana anak Baiturrahman menunjukan bahwa indeks
lelaki lebih sering mengemil dibandingkan DMFT yaitu 1,94 dan 1,46 yang tergolong
anak perempuan dan kurang memperhatikan rendah. Namun dari pemeriksaan didapatkan
kebersihan mulutnya.12 Tingginya karies pada karies pada gigi insisivus dan molar satu
anak karena kurangnya komunikasi orangtua, sebesar 82%, dari 81 siswa ditemukan 67
kurangnya kesadaran kesehatan rongga mulut siswa telah mengalami karies pada gigi
ditambah dengan faktor akses ke fasilitas insisivus dan molar satu di usia 8-10 tahun.
pelayanan seperti klinik dan RS, adanya Rata–rata 2 gigi mengalami karies dari 12 gigi
antrian pasien yang panjang akibat sedikitnya geligi permanen muda dalam satu rongga
dokter gigi spesialis anak juga membuat mulut setiap siswa.
perawatan seringkali tertunda.13
Pengalaman karies sebelumnya, UCAPAN TERIMA KASIH
frekuensi konsumsi sukrosa, menyikat gigi, Terima kasih kepada atas dukungan
frekuensi pemberian flour, kapasitas buffer pihak Sekolah MIN 1 Baiturrahman Banda
saliva dan tingkat laju aliran saliva, jumlah Aceh hingga terlaksananya penelitian ini.
S.mutans yang banyak, faktor
sosiodemografik, sosioekonomik, dan faktor DAFTAR PUSTAKA
kebiasaan senantiasa dihubungkan dengan 1. Kidd E, Sally J. Dasar-Dasar Karies.
karies gigi permanen.14,15 Kondisi sosial Jakarta: EGC; 1992:p.1-8
ekonomi keluarga didasarkan pada 2. Adhikari RB, N NM, Bhandari PS.
pendapatan, tingkat pendidikan orang tua dan Prevalence and treatment needs of
status sosial ekonomi orang tua sangat dental caries in school-going children
attending dental outpatient department
berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan of a tertiary care centre in western
hidup sehari-hari termasuk pemenuhan region of Nepal. NJMS.
kebutuhan perawatan medis.16 Dari hasil 2012;1(2):115-8.
penelitian secara keseluruhan, banyak siswa 3. Farooqi F. Prevalence of dental caries
yang kurang memiliki pengetahuan dan in primary and permanent teeth and its
kesadaran merawat gigi dan mulut. Sejalan relation with tooth brushing habits
among schoolchildren in Eastern
dengan penelitian Al shammery dkk,
Saudi Arabia. Saudi Med J. 2015;36.
melaporkan bahwa prevalensi tertinggi dari 4. Pintauli S. Menuju Gigi dan Mulut
karies molar pada anak-anak sekolah dasar Sehat, Pencegahan dan Pemeliharaan.
berhubungan dengan tingkat pengetahuan Medan: USU Press, 2008:p.2-15.
orang tua.17 5. Nurlaila AM, Herwati D, Darwita RR.
Hubugan status gizi dengan karies gigi
SIMPULAN pada murid murid di sekolah dasar
Kecamatan Karangantu. IJD.
Berdasarkan penelitian tentang karies
2005;12(1):5-9.
gigi pada insisif dan molar permanen siswa 6. Oktavalia WD, Probosari N,
MIN 1 Baiturrahman kelas IIIA dan IVB di Sulistyani. Perbedaan OHI-S DMF-T
Banda Aceh termasuk tinggi untuk usia 8-10 dan def-t pada siswa sekolah dasar
tahun. Pengalaman karies tidak ada perbedaan berdasarkan letak geografis
secara signifikan antara anak perempuan dan dikabupaten situbondo. E-jurnal
laki-laki. pustaka kesehatan. 2014;2(1):34-41.

80
Abdat. J Syiah Kuala Dent Soc, 2018, 3 (2): 76-81

7. Kartika PS. Efektivitas komik dental 13. Al-Samadani KH. Oral health
sebagai upaya peningkatan knowledge and practice among 9-12-
pengetahuan tentang pencegahan year-old schoolchildren in the region
karies gigi pada anak usia sekolah of Madinah, Saudi Arabia, and its
dasar. Skripsi. e-jurnal Unair. 2012. impact on the prevalence of dental
Available from http://lib.unair.ac.id/ caries. EJGD. 2017.
8. Kapuran M. Dental anxiety and the 14. Asmawati, Pasolon F. Analisis
status of first permanent molars in 11 hubungan karies gigi dan status gizi
and 15 years old children. Serbian anak usia 10 – 11 tahu di SD Athirah,
Dental Journal. 2017;64. SDN 1 Bawakaraeng dan SDN 3
9. Mejare I, Stenlund H, Holmlund CZ. Bangkala. Dentofasial Jurnal. 2007;
Caries incidence and lesion 6(2):78-84.
progression from adolescence to 15. Americano G. A systematic review on
young adulthood : a prospective 15- the association between molar incisor
year cohort study in Sweden. Caries hypomineralisation and dental caries.
Res. 2004;38. International Journal of Pediatric
10. Liwe M, Mintjelungan CN, Gunawan Dentistry. 2016.
PN. Prevalensi karies gigi molar satu 16. Wala HC. Gambaran status karies gigi
permanen pada anak umur 6-9 tahun anak usia 11-12 tahun pada keluarga
di sekolah dasar kecamatan Tomohon pemegang Jamkesmas di kelurahan
Selatan. Jurnal e-GiGi. 2015;3(2). Tumatangtang I kecamatan Tomohon
11. Samuel A. Caries status and salivary Selatan. Manado. Jurnal e-GiGi.
characteristics of south indian school 201;2(1).
with molar incisor hypomineralization: 17. A. R. al-Shammery, E. E. Guile, and
a cross-sectional study. JIAPHD. M. el-Backly. Prevalence of caries in
2017. primary school children in Saudi
12. Reddy KS. Prevalence Of Dental Arabia Community Dent Oral
Caries Among 6-12 Years School Epidemiol.1990; 18(6):320-1.
Children Of Mahbubnagar District,
Telangana State, India: a cross-
sectional study. IJDS. 2017.

81

Anda mungkin juga menyukai