Imaging Pituitary: Oleh: Widya Hardianti (1602511027)
Imaging Pituitary: Oleh: Widya Hardianti (1602511027)
OLEH :
FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
kontraindikasi pada keadaan-keadaan tertentu, contohnya seperti pasien dengan
pacemaker atau implan logam di otak atau mata. Namun, kontras jaringan lunak
kurang optimal dan terdapat paparan radiasi. Karena dua hal itulah penggunaan CT
scan jarang digunakan dalam mengevaluasi lesi pituitari.4
Penggunaan MRI saat ini merupakan suatu pilihan untuk mendiagnosa
gangguan pituitari termasuk tumor hipotalamus, patologis selar dan paraselar. Hal
tersebut karena kontras yang dihasilkan pada jaringan lunak sangat baik, kemampuan
multiplanar, serta tidak menimbulkan radiasi. Selain itu, MRI juga memberikan
informasi tentang hubungan kelenjar dengan struktur anatomi yang berdekatan dan
membantu untuk merencanakan strategi medis atau bedah. Penggunaan MRI dalam
mendiagnosa gangguan atau lesi pituitari telah mengalami perkembangan yang sangat
cepat mulai dari MRI non-kontras pada tahun 1980 dan adanya MRI kontras pada
pertengan tahun 1990an.4
Gambaran radiologi dalam mendiagnosa sangat penting untuk diagnosis dini
maupun sebagai evaluasi terapi, sehingga perlu dibahas lebih lanjut mengenai
tinjauan umum kelainan pituitari, gambaran umum CT scan dan MRI sebagai
modalitas radiologi pada kelainan pituitari, serta menjelaskan hasil gambaran
radiologi pada beberapa kelainan pituitari seperti pituitari adenoma, pembesaran selar
tursika, dan penurunan penglihatan lapang pandang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.1 Hiperpituitarisme
Hiperpituitarisme (hyperpituitarism) adalah aktivitas sekresi yang
berlebihan dari satu atau lebih hormon pada hipofisis. Hal ini paling sering
menyebabkan adenoma fungsional pada lobus anterior kelenjar pituitari.
Adenoma kelenjar pituitari adalah suatu tumor jinak (non-kanker) dengan sel
yang berasal dari sel monoklonal dan merupakan tipe gangguan pituitari yang
paling sering ditemui. Berdasarkan ukurannya, tumor pada kelenjar pituitari
dibagi menjadi dua, jika tumor berukuran 10 mm atau lebih besar (≥ 10 mm)
maka dinamakan sebagai makroadenoma. Sedangkan jika kurang dari 10 mm
(≤ 10 mm) maka disebut dengan mikroadenoma. Mikroadenoma sedikit lebih
sering ditemui dibandingkan makroadenoma (57,4% : 42,6%).6
Patofisilogi dari adenoma pituitari yaitu adanya peningkatan tekanan lokal
dari sela tursika yang menekan perkembangan adenoma kearah superior, hal
ini menimbulkan beberapa efek seperti terjadinya kompresi saraf optik (optik
kiasma) yang menimbulkan gangguan lapang pandang berupa hemianopsia
bitemporal, penekanan massa kearah dura yang menimbulkan sakit kepala,
hipopituitarisme secara kompleks ataupun parsial, distorsi pada bagian otak
tengah yang meningkatkan tekanan intrakranial dan hidrosepalus, terjadinya
kelumpuhan pada CN III, IV dan VI.6
2.1.2 Hipopituitarisme (Insufisiensi Pituitari)
Hipopituitarisme didefinisikan sebagai sekresi hormon hipofisis yang
tidak cukup. Gambaran klinis dari hipopituitarisme ini tergantung pada usia
pasien, jenis hormon dan tingkat keparahan dari kekurangan hormon
tersebut.(1) Hipopituitarisme secara primer disebabkan oleh kerusakan
kelenjar hipofisis anterior atau fenomena sekunder yang dihasilkan dari
defisiensi faktor stimulasi hipotalamus yang biasanya bekerja pada hipofisis.
Secara umum, akan diperoleh hilangnya fungsi dari pituitari anterior
mengikuti rangkaian hormon GH, LH / FSH, TSH, ACTH, dan PRL. 2
Pada anak-anak, perawakan pendek menjadi presentasi klinis yang paling
sering pada disfungsi hipotalamus-hipofisis, sehingga defisiensi GH harus
5
dipertimbangkan. Anak-anak pada defisiensi GH ini adalah mereka yang
mungkin mengalami hipoglikemia puasa dan memiliki perlambatan bertahap
dalam kecepatan pertumbuhan setelah usia 6 sampai 12 bulan.2
2.1.3 Pembesaran Sela Tursika
Pasien dengan pembesaran sela tursika, tercatat pada pasien yang
melakukan radiografi untuk trauma kepala atau pada seri sinus. Pasien-pasien
ini biasanya memiliki sebuah adenoma hipofisis atau sindrom sela kosong.
Penyebab kurang umum lainnya termasuk kraniopharingioma, hipofisitis
limfositik, dan aneurisma arteri karotis. Evaluasi mengenai hal ini harus
mencakup penilaian klinis disfungsi hipofisis, pengukuran PRL, tiroid dan
fungsi adrenal. Fungsi hipofisis biasanya normal pada sindrom sela kosong,
diagnosis ini dapat dikonfirmasi oleh MRI.2
2.1.4 Kerusakan Lapang Pandang (Visual Field Defect)
Pasien dengan hemianopsia bitemporal, cacat visual yang tidak dapat
dijelaskan atau hilangnya penglihatan harus dipertimbangkan memiliki
gangguan hipofisis atau hipotalamus. Kerusakan lapang pandang ini dapat
terjadi karena hubungan letak secara anatomi dari kelenjar pituitari dan optik
kiasma. Dimana optik kiasma terletak sekitar 5 sampai 10 mm di bagian
superior dari diafragma sela dan bagian anterior dari tangkai hipofisis.
Langkah-langkah awal dalam diagnosis harus melakukan evaluasi
neuroradiologi dan studi neuro-oftalmologi dengan MRI, yang akan
mengungkapkan kemungkinan adanya tumor. Pasien-pasien ini juga harus
melakukan pengukuran PRL dan dinilai untuk insufisiensi hipofisis anterior,
yang sangat sering berhubungan dengan adenoma hipofisis ukuran besar.2
6
pasien. Pemeriksaan radiologi dapat memeriksa organ-organ padat serta lunak di
dalam tubuh yang terdiri dari x-ray atau foto polos, CT scan, MRI, dan lain
sebagainya.
2.2.1 Computed Tomography Scan (CT Scan)
a. Gambaran umum CT Scan
Computed Tomography Scan atau yang lebih dikenal dengan CT scan,
merupakan salah satu teknologi dalam bidang Kedokteran khususnya
Radiologi dalam hal untuk menunjang diagnosa dari suatu penyakit. Dan
sering menjadi pilihan modalitas pertama untuk imaging, tidak hanya untuk
penunjang dalam diagnosa namun juga sebagai panduan untuk melakukan
pengobatan. CT scan adalah prosedur yang menyediakan gambar dari otak
kepada dokter yang memungkinkan untuk mendeteksi gangguan seperti
memar, pembekuan darah dan pembengkakan.7
b. Prinsip kerja CT Scan
Pada dasarnya, konsep kerja CT scan menggunakan x-ray sebagai alat untuk
membuat foto melintang dari tubuh. Foto melintang dari tubuh ini
direkonstruksi dari pengukuran koefisien atenuasi dari x-ray. Prinsip utama
yang diterapkan pada CT scan adalah bahwa densitas atau massa jenis dari
suatu benda dapat dihitung berdasarkan koefisien atenuasi. Untuk
mendapatkan gambar tomografik, hasil scan tersebut akan dihitung secara
kompleks melalui algoritma matematis yang pada akhirnyaakan menghasilkan
rekonstruksi gambar.7
c. Jenis CT scan
Tanpa kontras : pemeriksaan CT scan tanpa menggunakan tambahan
kontras.8
Dengan kontras : bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang
digunakan untuk meningkatkan visualisasi struktur-struktur internal pada
sebuah pemeriksaan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada
pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya atenuasi dari sinar-X.
Media kontras mampu membedakan jaringan-jaringan pada gambar foto
7
polos yang tidak terlihat dalam radiografi biasa. Dapat tampak karena
perbedaan berat atom bagian tubuh dengan bahan kontras.8
d. Indikasi penggunaan CT Scan
CT Scan otak digunakan sebagai teknik pertama untuk mengetahui kelainan pada
otak ketika MRI tidak tersedia. Pada kondisi akut, CT scan memiliki kemampuan
lebih cepat untuk deteksi perdarahan, hidrosefalus, dan massa pada otak sehingga
rencana terapi lebih cepat bisa ditentukan. Indikasi primer menggunakan CT scan
otak yaitu trauma kepala akut, perdarahan akut intrakranial, vaskulitis, deteksi
atau evaluasi kalsifikasi, perubahan status mental, peningkatan tekanan
intracranial, sakit kepala, defisit neurologi akut, hidrosefalus, infeksi intrakranial,
lesi kongenital, herniasi otak, penilaian gangguan psikiatri, curiga ada massa atau
tumor.
e. Kelebihan dan kekurangan CT Scan
Kelebihan dari CT Scan dilihat dari beberapa aspek CT scan memiliki banyak
keuntungan dibandingkan pemeriksaan imaging lainnya baik yang bersifat
konvesional maupun modern. Hal ini dapat dilihat dari:10
- CT scan dapat digunakan pada saat darurat karena waktu yang diperlukan
sampai memberikan hasil cukup cepat dan akurat dalam mendiagnosis
berbagai patologi selain itu tidak memberikan rasa sakit atau tidak nyaman
pada pasien.
- Dari segi harga, CT scan memiliki harga yang terjangkau dan lebih murah
dari pada MRI.
- CT scan dapat memberikan gambaran 3 dimensi dari bagian yang difoto
seperti tempurung kepala dan pembuluh darah.
Kekurangan dari CT scan meliputi beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dan melakukan diagnosis penunjang menggunakan CT scan,
yaitu: 10
- Memiliki paparan radiasi yang lebih kuat dibanding foto polos biasa,
paparan berulang ini dari CT scan dapat memberikan dampak yang
meningkatkan risiko pasien terkena kanker.
8
- Pada beberapa kasus penggunaan CT scan, hindari pada penderita
penyakit ginjal, jantung, asma, diabetes atau tiroid, karena kontras pada
CT scan berdampak buruk pada pasien.
- Penggunaan kontras dapat menimbulkan alergi dan asma baik pada
penderita tersebut atau tidak sama saja dapat menimbulkan reaksi tersebut.
9
dari inti atom dengan cara yang melepaskan energi dalam bentuk Frekuensi Radio
(FR), yang dicatat oleh scanner dan kemudian komputer diproses untuk
membentuk sebuah gambar. Fungsi MRI didasarkan oleh inti hidrogen (yang
mengandung satu proton) karena kelimpahan mereka dalam tubuh manusia.
Setiap proton memiliki muatan listrik positif, dan proton juga memiliki spin
(putaran) dimana terus bergerak. Muatan listrik yang bergerak adalah arus listrik,
dan karena arus listrik menginduksi medan magnet, masing-masing proton
memiliki medan magnetnya sendiri (disebut momen magnetik). Ketika seorang
pasien memasuki scanner MRI, semua mini magnet proton menyelaraskan dengan
lebih kuat ke magnetik eksternal dari MRI.12
c. Jenis-jenis MRI
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari: 11
MRI Tesla tinggi (High Field Tesla) memiliki kekuatan di atas 1 -1,5 T.
MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 T.
MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
d. Indikasi penggunaan MRI
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morfologi (lokasi, ukuran,
bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat
diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh
aksial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan
patologinya. Biasanya MRI diberikan kontras yaitu sebuah agen paramagnetik
yang mengandung gadolinium. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan
organ yang akan dilihat, misalnya : 13
Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada kelenjar pituitari, lubang
telinga dalam, rongga mata, sinus.
Pemeriksaan otak untuk mendeteksi stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainanbawaan, kelainan pembuluh darah
sepertianeurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi.
Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses degenerasi (HNP), tumor,
infeksi, trauma, kelainan bawaan.
10
Pemeriksaan muskuloskeletal luntuk organ lutut, bahu, siku, pergelangan
tangan, pergelangan kaki, untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon,
ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain.
Pemeriksaan abdomen untuk melihat hati, ginjal, kantong dan saluran
empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat.
Pemeriksaan thorax untuk melihat paru –paru dan jantung.
e. Kelebihan dan kekurangan MRI
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT scan
yaitu : 11,12
- MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak
seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
- Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
- Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi,
perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT scan.
- Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
- MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
- Tidak berbahaya, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak terpapar radiasi.
- Diferensiasi yang lebih baik antara abu-abu dan putih.
- Gambaran lebih baik pada medula spinal dan visualisasi lebih baik secara
noninvasif menggunakan MR angiografi.
Kerugian dari penggunaan MRI ini, yaitu : 12
- Biaya cukup mahal.
- Waktu pemeriksaan cukup lama, sehingga terkadang beberapa pasien diberikan
obat penenang khususnya pada penderita claustrophobia.
- Pasien yang memakai alat-alat logam di dalam tubuhnya seperti anting, jam
tangan dan sebagainya, serta pasien yang memakai alat pacu jantung tidak
dapat diperiksa memakai MRI.
11
2.3 Gambaran Radiologi Pada Gangguan Pituitari
2.3.1 Adenoma Pituitari
Adenoma pituitari atau yang biasa disebut dengan tumor hipofisis
merupakan tumor jinak yang berasal dari sel-sel kelenjar hipofisis dan biasanya
memiliki sifat pertumbuhan yang cenderung lambat. Adenoma pituitari juga
dapat diartikan sebagai neoplasma yang terletak di dalam sela Tursika.14
Pasien dengan adenoma pituitari biasanya tidak menyadari bahwa dirinya
sakit sampai gejala-gejala akut muncul. Hal ini disebabkan karena gejala yang
muncul tidak spefisik, seperti sakit kepala, disorientasi tempat dan gangguan
penglihatan yang biasanya diikuti dengan mual, muntah, okular palsi dan juga
meningitis. Untuk mendiagnosis pituitari adenoma ini, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan radiologi.15, 16
a. Radiologi CT Scan
Pemeriksaan imaging pada kelenjar hipofisis tidak hanya berguna untuk
diagnosis, tapi juga unutk mengeksklusi penyakit lain dan patokan terapi.
Pemeriksaan radiologi dengan x-ray tidak terlalu efektif dalam melihat tumor
yang merupakan jaringan lunak. Oleh karena itu, pada pasien biasanya
dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.16
Pemeriksaan dengan CT scan dilakukan biasanya untuk melihat kalsifikasi
jaringan lunak dan kerusakan tulang. Namun tidak hanya itu, CT scan juga
dapat digunakan untuk melihatan perdarahan yang terjadi pada kelenjar
hipofisis. Gambaran yang didapatkan biasanya adanya titik-titik atau bentukan
aliran sungai yang bersifat hiperdense. Sayangnya, gambaran hiperdense tidak
hanya ditemukan pada tumor hipofisis, melainkan dapat pula ditemukan pada
penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan perdarahan. Namun, dengan
memberikan tambahan kontras medium, biasanya akan ditemukan adanya
gambaran hipodense di sela Tursika yang biasanya dikelilingi dengan
peningkatan warna yang dapat digunakan sebagai tanda dari tumor hipofisis. 15
Pemeriksaan menggunakan CT scan akan memberikan gambaran serupa
antara kista atau perubahan degeneratif dengan perdarahan yang subakut pada
12
hipofisis. Hal ini menyebabkan hasil CT scan biasanya akan terlihat normal
pada beberapa kasus seperti pasien dengan tumor hipofisis tanpa perdarahan.
Oleh karena itu, pemeriksaan CT scan biasanya dilakukan untuk mengeksklusi
penyakit-penyakit lainnya atau untuk pasien yang meniliki kontraindikasi untuk
dilakukan MRI, seperti pada pasien dengan pacemaker atau implant besi di otak
ataupun disekitar mata. 15, 16
13
kecil atau mikroadenoma. Tetapi MRI mungkin tidak dapat mendeteksi banyak
mikroadenoma yang lebih kecil dari 3 mm.25
Pada mikroadenoma, pencitraan atau imaging T1-weighted terlihat sekitar 80-
90% dengan intensitas sinyal yang lebih rendah dibandingkan dengan yang normal
(hypointense) jika diberikan kontras. Kasus-kasus lain dari mikroadenoma bisa
isointense dan akan menjadi tidak terlihat pada gambar T1-weighted sebelum
pemberian kontras. Kelenjar di bawah otak mikroadenoma juga dapat
mengungkapkan intensitas sinyal tinggi pada gambar T1-weighted, hal tersebut
mungkin disebabkan oleh transformasi hemoragik dari adenoma dan ini adalah tanda
yang sering terjadi pada prolaktinoma. 25
Gambar 2. Penampang koronal pada MRI sebelum diberi kontras. (A) T2-
weighted image (B) T1-weighted image.25
14
A B
15
Gambar 4. Penampang koronal pada T1-weighted sebelum (A) dan sesudah
pemberian kontras (B). Selar dan supraselar makroadenoma menunjukkan
peningkatan kontras, hal ini bukti terjadinya penekanan pada optik kiasma dan
ventrikel 3. 25
16
Pasien yang mengalami pembesaran pada selar dapat dideteksi dengan
menggunakan radiologi. Pembesaran sela tursika ini dapat menjadi penyebab
adenoma hipofisis, empty sella syndrome, craniopharyngioma, lymphocytic
hipophysitis dan carotid artery aneurysm. Evaluasi harus termasuk
pemeriksaan hipofisis (disfungsi hipofisis) kadar PRL, thyroid dan fungsi
adrenal. Diagnosa dapat ditegakkan dengan MRI.
a. Craniopharyngioma adalah tumor jinak yang umum dari wilayah
paraselar. Paling sering mengenai anak-anak. Tumor ini timbul dari sisa-
sisa epitel sumbing Rathke. Patologi secara garis besarnya adalah adanya
variabel tumor yang sama, bisa berupa jaringan yang solid, berbagai jenis
kista, dan kalsifikasi. 18,19
b. Meningioma pada daerah selar (sinus kavernosa, planum sphenoidale,
diaphragma sellae, prosess clinoid) merupakan 20-30% dari semua
meningioma intrakranial. Tumor jinak perlahan-lahan tumbuh dan dapat
mencapai ukuran yang cukup pada saat diagnosis. Untuk membedakan
meningiomas dari neurinomas, meningkatkan kontras dinamik MRI
mungkin berguna, karena meningioma biasanya menunjukkan
peningkatan lebih awal, sementara neurinomas meningkat secara bertahap.
Karena pola pertumbuhan en-plak sering dikaitkan dengan "dural-tail",
demarkasi dari makroadenoma hipofisis biasanya bukan suatu masalah.
Meningioma intrasellar murni, meskipun sangat jarang, mungkin sulit
untuk membedakan dari adenoma. Mereka biasanya berasal dari dorsum
sella. Ketika menyerang ke dalam sinus kavernosus, meningioma
cenderung menyempitkan lumen karotis, yang biasanya tidak dilakukan
adenoma. Mereka sering dapat menyebabkan hiperostosis di situs
lampiran tulang. Pada gambara MRI terlihat isointens dibandingkan
dengan grey matter pada T1-weighted image dan isointens atau sedikit
hiperintens pada T2-weighted image. Setelah pemberian kontras
menunjukkan peningkatam homogen.20,25
17
c. Sindrom sela kosong (empty sella syndrome )
Pada kasus ini terjadi ketika ruang subarachnoid meluas kedalam sela
tursika, setengahnya terisi cairan cerebrospinal. Hal tersebut yang
menyebakannya terjadinya perubahan bntuk dan pembesaran sela tursika
dan mendatarkan kelenjar pituitari. Pada penampang CT scan secara
umum menunjukkan daerah fossa yang terisi dengan CSF. Jika hasil
gambaran tipis, diperoleh infundibulum yang dapat dilihat mengalir
melaui suatu ruangan. Sedangkan, pada MRI juga ditemukan adanya
cairan di sella dan infundibulum juga dapat dilihat melintasi suatu
ruangan, sehingga tidak termasuk massa kistik. Hal ini dinamakan tanda
infundibulum. Selain itu, pada MRI juga didapatkan bahwa kelenjar
pituitari ditekan oleh sela tursika dan membentuk cekungan atau “half
moon” dalam berbagai derajat.25
18
Gambar 6. Penampang koronal MRI meningioma T1 weighted
dengan pemberian kontras. Meningioma pada sinus kavernosa di
bagian kiri terlihat jelas. 25
19
2.3.3 Kerusakan Lapang Pandang Penglihatan (Visual Field Defect )
Kelenjar pituitari adalah organ yang terletak di garis tengah di dasar otak
tepatnya di dalam kantong tulang disebut sela tursika. Pituitari (hipofisis) itu
sendiri dikenal sebagai "master kelenjar" karena membantu untuk mengontrol
sekresi hormon dari sejumlah kelenjar lain dan organ target di dalam tubuh.1
Apabila kelenjar pituitari terganggu maka akan mengakibatkan gangguan
sekresi hormon dari kelenjar lain. Salah satu gangguan yang terjadi sering
pada kelenjar pituitari adalah tumor pituitari. Istilah medis untuk jenis yang
paling umum dari tumor hipofisis adalah adenoma hipofisis (adeno berarti
kelenjar, oma berarti tumor). Adanya lesi atau tumor pada kelenjar pituitari
menyebabkan timbulnya beberapa manifestasi yaitu sekresi hormon pituitari
yang belebihan atau sedikit, pembesaran sellar dan gangguan lapang pandang
penglihatan21,22,23.
Pasien dengan tumor pituitari yang kecil (mikroadenoma) biasanya tidak
menyebabkan gangguan visual karena tumor tidak merusak jaringan disekitar.
Namun tumor ini dapat menyebabkan produksi hormon yang abnormal
(hipersekresi atau hiposekresi). Jadi gejala yang timbul berhubungan dengan
jumlah hormon yang diproduksi. Apabila tumor pituitari telah tumbuh lebih
besar atau makroadenoma (biasanya lebih dari 1 cm), selain menyebabkan
produksi hormon yang abnormal, pasien dapat mengalami gangguan
penglihatan di salah satu atau kedua mata.21,23
AA
BB
21
Tumor pituitari juga dapat menyebabkan penglihatan kabur. Jika optik kiasma
dan atau salah satu atau kedua saraf optik yang ditekan oleh pertumbuhan dari tumor
hipofisis, pasien mungkin akan mengalami penglihatan kabur pada satu atau kedua
mata. Beberapa pasien juga menyadari bahwa warna yang dilihat tampaknya tidak
seterang dulu, misalnya terang benda berwarna merah dilihat sebagai warna merah
muda. Hal ini karena penekanan saraf optik atau kiasma sering menyebabkan
hilangnya penglihatan warna sebelum menyebabkan hilangnya tajam penglihatan.
Biasanya penglihatan kabur yang disebabkan oleh tumor hipofisis onsetnya secara
bertahap dan akan memburuk selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.4
Kadang-kadang tumor pituitari tumbuh ke samping menuju area otak yang disebut
sinus kavernosa. Saraf yang mengontrol gerakan mata dijalankan melalui sinus
kavernosa, dan penekanan pada saraf ini akibat tumor menyebabkan penglihatan
ganda (diplopia). Dalam kasus yang tidak biasa, pasien tumor hipofisis bisa datang
dengan penglihatan ganda.23,24
A B
22
BAB III
SIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
9. Adam A, Dixon AK, Gillard JH, Schaefer-Prokop C, Grainger RG, Allison DJ.
Grainger & Allison’s Diagnostic Radiology. 6th ed. New York: Elsevier Health
Sciences; 2014.
10. Kwong RY, Yucel EK. Computed Tomography Scan and Magnetic Resonance
Imaging. J Am Hear Assoc. 2003;108:104–6
24
11. Keevil SF. Magnetic resonance imaging [Internet]. Magnetic Resonance Imaging.
2011. p. 1–15. Available from: http://www.medicalradiation.com/types-of-
medical-imaging/other-types-of-medical-imaging/magnetic-resonance-imaging/
21. American Cancer Society. Pituitary Tumors [Internet]. American Cancer Society.
Available at http://www.cancer.org/cancer/pituitarytumors/. Accessed: November
11, 2016.
25
22. Marcy G, Linda S, Samya V. Pituitary Adenomas: An Overview. American
Academy of Family Physicians. September 1, 2013; 88(2) : 319-327
23. Sashank Prasad. Visual Problems due to Pituitary Tumors [Internet]. Brigham and
Women’s Hospital Harvard Medical School. 2011. Available at
http://www.brighamandwomens.org/Departments_and_Services/neurology/servic
es/NeuroOphthamology/Images/PatientResources/PituitaryTumor.pdf. Accessed:
November 11, 2016.
24. Anthony Pane. Pituitary Tumours and Vision. Australian Pituitary Foundation
Ltd. January 2013.
25. Bladowska J, Marek S. Diagnostic Imaging of the Pituitary and Parasellar Region.
In: Movaghar VR, editor. Croatia: inTech; 2012. p. 13–31.
26. Razvi S, Perros P. MRI Studies of the Patient’s Pituitary Gland [Internet]. U.S.
National Library of Medicine. 2007 [cited 2016 Nov 22]. Available from:
https://openi.nlm.nih.gov/detailedresult.php?img=PMC1808067_pmed.0040029.g
002&req=4
27. Prasad S. Visual Problems due to Pituitary Tumors [Internet]. Brigham and
Women’s Hospital Division of Neuro-Ophthalmology. 2011 [cited 2016 Nov 22].
Available from:
http://www.brighamandwomens.org/Departments_and_Services/neurology/servic
es/NeuroOphthamology/Images/PatientResources/PituitaryTumor.pdf
28. Weed MC, Longmuir RA, Thurtell MJ. Pituitary Adenoma Causing Compression
of the Optic Chiasm [Internet]. University of IOWA Health Care. 2013 [cited
2016 Nov 22]. Available from:
http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/177-pituitary-adenoma.h
26
27