Anda di halaman 1dari 25

MANAGEMEN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DISUSUN
OLEH

SITI MAGHFIRAH PANE


NPM. 1907201111

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


KESEHATAN MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2020
KATA PENGATAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Managemen Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas“
ini dengan baik tanpa hambatan. Hal ini tidak terlepas juga karena dukungan dari dosen
pembimbing kami. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan
yang telah diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah
berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan kami terima dengan
tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Lhokseumawe, Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
A. Managemen Mutu Pelayanan Keperawatan..................................................................4
1. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan......................................................................4
2. Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan............................................................................4
3. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan.............................................................................5
4. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan........................................................................7
5. Standar Mutu Pelayanan Keperawatan........................................................................9
B. Konsep Keperawatan Komunitas..................................................................................12
1. Definisi Keperawatan Komunitas.............................................................................12
2. Tujuan Keperawatan Komunitas...............................................................................14
3. Sasaran Keperawatan Komunitas..............................................................................14
4. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas........................................................16
5. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas.............................................................17
6. Model Asuhan Keperawatan Menurut Betty Neuman..............................................18
BAB III PENUTUP..................................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi, pasar


bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita, perubahan suhu politik
dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses
terhadap media menyebabkan masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi
mereka tentang pelayanan kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan
kesehatan membuat kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan
semakin meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar
terhadap profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan
yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (2011), dalam upaya mencapai pelayanan yang
paripurna tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara internal,
antara lain: (1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan
dan kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen strategis secara konkrit, (3)
mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya,
termasuk tenaga keperawatan dan (4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk
memperoleh kemandirian dan kesinambungan (Azwar, 2011).
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pelayanan kesehatan
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan holistik.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan
memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi
memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan

1
tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan publik.
Menanggapi dan mensikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat
ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan harus
berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat
terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Menurut Gilles (1994), keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan
posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat. Menurut Nursalam (2008), keperawatan sebagai
pelayanan yang professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik,
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan
obyektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan
etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum
merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia
dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan
dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta
tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang
paripurna memerlukan manajemen bangsal yang baik dan terencana. Salah satu
perencanaan manajemen bangsal adalah dengan adanya penambahan tenaga
keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun,
penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost yang
harus dikeluarkan Rumah Sakit untuk anggaran kesejahteraan dan operasional
pelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu berupa adanya
standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua pemberian pelayanan
keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat.
Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan mungkin
akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi profesionalisme
2
pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian pelayanan, tidak
tergantung kelas pelayanan untuk itulah diperlukan adanya suatu standar yang
menjamin perlakuan tindakan keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun berbeda
kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik keperawatan
untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil penelitian yang
ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga dapat menjamin
kualitas pelayanan.
Dari fakta dan fenomena di atas penulisa tertarik untuk menyusun sebuah
makalah dengan judul “Standar Mutu Pelayanan Keperawatan”. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca khususnya disiplin ilmu
keperawatan untuk memahami mengenai konsep Standar Mutu Pelayanan
Keperawatan untuk perubahan pelayanan keperawatan yang lebih baik ke depannya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah mahasiswa/I mampu mengetahui
tentang managemen mutu pelayanan keperawatan komunitas
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i mampu memahami tentang konsep dasar managemen mutu
pelayanan keperawatan
2. Mahasiswa/I mampu memahami tentnag konsep keperawatan komunitas.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi


mahasiswa/I dalam mempelajari tentang managemen pelayanan keperawatan
komunitas

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Managemen Mutu Pelayanan Keperawatan

1. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan


Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam
mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional
yang mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles,
assurance, responsiveness, dan empathy) (Bauk et al, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang
menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi
secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang
sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat
dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan pasien secara holistik.

2. Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan


Menurut Nursamalam cit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan
keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan terencana
berdasarkan standar kriteria masing-masing perawat.

b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan


kriteria. Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses
asuhan keperawatan dan sebagai pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan.

4
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi
yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan berkesinambungan.
Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien itu sendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat
dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu-
persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk
meminimkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan
tidakan keperawatan.
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara
optimal oleh perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies cit Asmuji (2012)
menyebutkan:
a. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output
keberhasilan yang optimal. Dari hasil yang optimal maka akan
mendukung kinerja dan meningkakan kerja perawat.
b. Tujuan yang memiliki kriteria sulit dan menantang harus
dikolaborasikan dengan tim sejawat lain maupun tim medis lainnya.
Disini perawat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan secara
persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil diskusi.
c. Tujuan keperawatan diharuskan dapat diukur, berisi ketentuan
kuantitatif sehingga akan lebih mudah membandingkan seberapa
besar pencapaian keberhasilan tersebut.
d. Tujuan keperawatan harus berdasarkan waktu yang ditentukan, agar
pencapaian target lebih baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan
dengan target dan tidak mengesampingkan kolaborasi dengan pasien.

3. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan


Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan
terdiri atas beberapa faktor yaitu:
a. Komunakasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication),
biasanya komunikasi dari mulut ke mulut sering dilakukan oleh
masyarakat awam yang telah mendapatkan perawatan dari sebuah
instansi. Yang nantinya akan menyebarkan berita positif apabila mereka

5
mendapatkan perlakuan yang baik selama di rawat atau
menyampaikan berita negatif tentang mutu pelayanan keperawatan
berdasarkan pengalaman yang tidak mengenakkan.
b. Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-masing
pasien bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan juga harus
menyesuaikan berdasarkan kebutuhan pribadi pasien.
c. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan
cenderung menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah mereka
alami. Didalam mutu pelayanan keperawatan yang baik akan
memberikan pengalaman yang baik kepada setiap pasien, namun
sebaliknya jika seseorang pernah mengalami hal kurang baik
terhadap mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat sampai dia
mendapatkan perawatan kembali di suatu instansi.
d. Komunikasi eksternal (company’s external communication), sebagai
pemberi mutu pelayanan keperawatan juga dapat melakukan promosi
sehingga pasien akan mempercayai penuh terhadap mutu pelayanan
keperawatan di instansi tersebut.
Sedangkan menurut Triwibowo (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
mutu pelayanan keperawatan itu sendiri meliputi 7 kriteria diantaranya:
a. Mengenal kemampuan diri, seorang perawat sebelum melakukan
sebuah tindakan keperawatan kepada pasien harus mengetahui
kelemahan dan kekuatan yang ada pada diri perawat sendiri. Karena
intropeksi diri yang baik akan menghasilkan atau meminimalisir kejadian
yang tidak diinginkan.
b. Meningkatkan kerja sama, perawat harus berkerjasama dalam
melakukan asuhan keperawatan baik dengan tim medis, teman
sejawat perawat, pasien dan keluarga pasien.
c. Pengetahuan keterampilan masa kini, dimaksudkan agar perawat
lebih memiliki pengetahuan yang luas dan berfungsi dalam
penyelesaian keluhan pasien dengan cermat dan baik.
d. Penyelesaian tugas, perawat merupakan anggota tim medis yang
paling dekat dengan pasien. oleh karena itu, perawat dituntut untuk

6
mengetahui keluhan pasien dengan mendetail dan melakukan
pendokumentasian teliti setelah melakukan asuhan.
e. Pertimbangan prioritas keperawatan, seorang perawat harus mampu
melakukan penilaian dan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas
utama pasien.
f. Evaluasi berkelanjutan, setelah melakukan perencanaan perawat juga
harus melakukan evaluasi pasien agar tindakan perawatan berjalan
dengan baik, dan perawat mampu melakukan pemantauan evaluasi secara
berkelanjutan.

4. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan


Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu
pelayanan dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat
terwujud apabila didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai
dengan profesi. Setiap profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu
dengan memberikan pelayanan yang optimal kepada semua pasien.

Suatu pelayanan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam


pemenuhan kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari pelayanan yang
baik tersebut maka akan menimbulkan budaya penanganan yang baik
kepada semua pasien. Dan akan tercapainya tingkat kepuasan pasien pada
standar yang setinggi-tingginya.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan
kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan
kesehatan di masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah
satu profesi dengan jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien.
Mutu pelayanan keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki
mutu yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
a. Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada
pasiennya. Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang

7
siap tanggap dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan
perawatan.
b. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota
medis lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan
dalam menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Disini perawat juga
bertanggung jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
c. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap
yang tidak acuh tak acuh, tetapi akan memberikan sikap baik kepada
pasien.
d. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat
akan selalu memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami
pasien. Tetapi perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat
membimbing kepercayaan pasien.
e. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri.
Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat
akan bersikap netral kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga
akan menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain
dalam hal kebaikan dan kemajuan pasien.
f. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah
satu kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien.
Perawat akan bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan
yang dialami pasien.
g. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi
teraupetik sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan
lebih terbuka dengan perawat.

Mutu pelayanan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak


pelayanan di rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang
berkualitas perawat professional harus memiliki kemampuan intelektual yang
cukup, teknikal dan interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan
standar praktik dan berdasarkan etik legal (Syahrudin et al, 2014).

8
Berdasarkan pendapat ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu pelayanan keperawatan dikatakan baik harus memiliki beberapa prisip
tertentu. Prinsip tersebut dapat meliputi caring, kecepatan, kolaborasi, empati,
courtesy, dan sincerity. Dalam melakukan pelayanan perawat juga harus
memiliki standar kompetensi yang baik dan berdasarkan etik legal keperawatan.
5. Standar Mutu Pelayanan Keperawatan
Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur pelayanan
kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara umum dapat dibedakan
atas dua macam yakni:
a. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu. Standar persyaratan minimal terdiri dari :
1) Standar Masukan (stuktur)
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu terdiri dari :
a) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;
b) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;
c) Jumlah dana (modal);
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut
dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika
standar masukan merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana
(standard of facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat
ditetapkan.
2) Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a) Garis-garis besar kebijakan (policy);
b) Pola organisasi (organization);
c) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap
pelaksana pelayanan kesehatan;
9
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi
dan manajemen (standard organization and management). Sama halnya
dengan masukan, untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka standar lingkungan harus ditetapkan.

3) Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses
yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu, terdiri dari :
a) Tindakan medis;
b) Tindakan non medis;
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of
conduct). Pada dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka haruslah
dapat diupayakan tersusunnya standar proses.
b. Standar Penampilan Minimal
Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan
kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur
keluaran, disebut  dengan nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan
standar penampilan (standar of performance). Standar keluaran merupakan
hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar keluaran akan
menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasi atau gagal. Keluaran
(outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan
kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan
diukur. Standar keluaran berupa penampilan aspek medis dan  penampilan
aspek non medis.
Mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas
kewajaran dapat diketahui dengan membandingkan pada standar keluaran
yang ditetapkan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka
keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta
berkesinambungan. Bila ditemukan penyimpangan,perlu segera diperbaiki.
Pada proses pelaksanaannya pemantauan standar-standar tersebut tergantung
kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas.

10
Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai,
yang secara umum dapat dibedakan pula atas empat macam yaitu indikator
masukan, proses, lingkungan serta keluaran. Dalam praktik sehari-hari,
sekalipun indikator mutu pelayanan kesehatan sebenarnya hanya merujuk pada
indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan
proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehaatan bermutu sering dikaitkan
pula dengan ketiga indikator tersebut. Dengan perkataan lain, indikator
masukan, proses, serta lingkungan yng sebenarnya lebih merujuk pada faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, turut diperhitungkan
pada waktu membicarakan mutu pelayanan kesehatan.
Kegiatan dalam mendukung pencapaian mutu pelayanan kesehatan,
keperawatan sebagai bagian yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan
juga memiliki andil dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
Upaya pemantauan yang berkesinambungan diperlukan untuk menilai mutu
pelayanan keperawatan di sarana kesehatan. Program pengendalian mutu yang
menunjang tercapainya pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif di
sarana kesehatan . Sehingga diperlukan standar mutu dalam pelayanan
keperawatan yang terdiri dari :
1) Struktur

a) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan


di sarana kesehatan.
b) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
c) Adanya standar pelayanan keperawatan.
d) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
e) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan
Kesehatan.
f) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
2) Proses
a) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih.
b) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit
keperawatan/ supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey

11
kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde
keperawatan.
c) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian
mutu.
d) Menyusun upaya tindak lanjut.
3) Hasil
a) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
b) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.
c) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas.
d) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan.
e) Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian asuhan
keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia
orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.

B. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas

Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,


memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu
sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan
komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah
individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan
terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan
oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American
Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan

12
pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada
kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang
bersifat episodik. (Effendi & Makhfudli, 2010).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public
Health Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan
teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
pada keseluruhan komunitas.
Menurut WHO (1974) keperawatan komunitas mencakup perawatan
kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah
kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan
pada orang lain.
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan
proteksi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan
ilmu kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996).
Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama
promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang
melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari

13
pengkajian, jaminan dan kebijakan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara
sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi
kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu dengan metode
epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi, advokasi pada penyedia
layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang
dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan langsung
pelayanan.

2. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan


peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan
kelompok

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi ,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara
kesehatan secara mandiri (self care)
3. Sasaran Keperawatan Komunitas
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu
memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.

14
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas.
a. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam
suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
d. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada
masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai:
1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
15
2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
4) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
5) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya

4. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas

Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas


dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan,
yaitu :
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
b. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung
pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis.
Peran home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
c. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan
d. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan
langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di tempat
kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan
kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang,
penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.

16
e. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda,
dan mental.
f. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
g. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas). Bab 1. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan
Komunitas (Efendi, 2009)
h. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas


adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
5. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
a. Proses kelompok ( group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya


setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/
pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan
oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit

17
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pendekatan pemecahan masalah kesehatan menggunakan
proses kelompok.
b. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan
adalah agar seorang mampu:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Efendy, 2010).

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-


Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
“meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.
c. Kerja Sama (Partner Ship)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak
di tangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat
luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan komunitas, melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih
cepat
6. Model Asuhan Keperawatan Menurut Betty Neuman

18
Asuhan Keperawatan yang di berikan pada komunitas atau kelompok
adalah sebagai berikut.
a. Pengkajian
Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai
berikut :
1) Inti (Core) meliputi Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai- nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
2) Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk
b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
f) System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan
dapat di manfaatkan di masyarakat tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
g) System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan
kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya di
bawah upah minimum.
h) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat di jangkau oleh masyakarat.
b. Diagnosis Keperawatan

19
Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang
ada.
c. Perencanaan Intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosis
keperawatan komunitas yang muncul.
d. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah di
rencanakan.
e. Evaluasi/ penilaian
1) Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah di
lakukan intervensi .
2) Menilai kemajuan yang di capai oleh komunitas setelah
dilakukan intervensi keperawatan
3) Meencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS .

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Managemen mutu pelayanan keperawatan komunitas adala pelayanan


keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan
pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok
bayi, balita, lansia dan ibu hamil

B. Saran

Kami menyadari penuisan maalah ini masih jauh dari kesempurnaan


sehingga saran dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 2011. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi kedua, PPT Bina Rupa Aksara.

Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2010. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Gillies, Dee Ann. 1994. Nursing Management A System Approach, 3rd Edittion. USA:


Saunders

Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba
Medika.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional


Edisi 2. Jakarta: Salemba  Medika.

Nursalam, 2014. Manajeman Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi Ke 4 Penerbit : Salemba Medika. Jakarta

UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

UU No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan
Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika.

Sabarguna, B. S. 2006. Sistem Bantu Keputusan Untuk Quality Management. Konsorsium RS


Islam Jateng-DIY. Yogyakarta.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Andi. Yogyakarta.

Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi.
Volume 2. Cetakan Kedua

22

Anda mungkin juga menyukai