Anda di halaman 1dari 5

Tugas Bahasa Indonesia

Nama : Geraldy Petra Wollah

NIM : 19111101104

Kelas : 1-C

Judul Artikel : Kecerdasan Emosional Dalam Belajar


Sumber http://nadhirin.blogspot.com/2009/07/kecerdasan-emosional-dalam-belajar.html

Kecerdasan Emosional Dalam Belajar

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal
yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak
berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi
yang terbaik seperti membentuk kelompok belajar atau mengikuti bimbingan belajar. Usaha
semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut
adalah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan
persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-
kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan
menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi
perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan emosional yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki
motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas
kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya
untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan
bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta seorang siswa atau
kemampuan dirinya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial: yakni
pada diri sendiri dan mempunyai minat; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan
bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal; mampu menunggu, mengikuti
petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk,
menurut laporan tersebut, tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini
(tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitan-kesulitan kognitif seperti
ketidakmampuan belajar). (Goleman, 2002: 273)
Penelitian Walter Mischel (1960) mengenai “marsmallow challenge” di Universitas
Stanford menunjukkan anak yang ketika berumur empat tahun mampu menunda dorongan
hatinya, setelah lulus sekolah menengah atas, secara akademis lebih kompeten, lebih mampu
menyusun gagasan secara nalar, serta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi. Mereka memiliki
skor yang secara signifikan lebih tinggi pada tes SAT dibanding dengan anak yang tidak mampu
menunda dorongan hatinya (Goleman, 2002: 81). Individu yang memiliki tingkat kecerdasan
emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan
cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam
berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja
akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 1998: xvii)
Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk
kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak
diajarkan ketrampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh
pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam
memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses di
sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-
resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman (Gottman,
1998: 250)
Siswa bukanlah benda mati yang hanya bergerak bila ada daya dari luar yang
mendorongnya, melainkan mahluk yang mempunyai daya-daya dalam dirinya untuk bergerak
yaitu motivasi. Dengan adanya motivasi, manusia kemudian terdorong untuk melakukan suatu
tindakan atau perilaku, yang termasuk di dalamnya adalah keinginan untuk berprestasi tinggi di
dalam belajar. (Irwanto, 1997: 184)
Arden N. Fardesen mengatakan bahwa hal yang mendorong seorang untuk belajar adalah:
a.       Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang amat luas.
b.      Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
c.       Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman.
d.      Adanya uasaha untuk memperbaiki kegagalaan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan
koprasi maupun dengan kompetisi.
e.       Adanya usaha untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
f.       Adanya ganjaran atau hukuman sebagai konsekwensi dari belajar. (Suryabrata, 1998: 253)
Keenam poin tersebut adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa. Bila seorang siswa
mampu mengaturnya dengan baik, hal tersebut menunjukan kecerdasan emosional yang baik dan
akan memberikan sumbangan yang besar terhadap prestasi baiknya dalam belajar. Tapi
kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami kesulitan
dalam belajar.
Melihat uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional
merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang
memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di sekolah. Siswa dengan
ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam
pelajaran, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Sebaliknya,
siswa yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan
mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada
pelajaran ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih, sehingga bagaimana siswa diharapkan
berprestasi kalau mereka masih kesulitan mengatur emosi mereka.

Perbaikan kalimat tidak efektif


1.    merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami
kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut
tinggal kelas.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kosakata kegagalan dan
ketidakberhasilan dapat dipilih salah satu saja karena maknanya sama.
Kalimat efektif :
merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami
kegagalan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.

2.      namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai
keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah
kecerdasan emosional.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kosakata kecerdasan
atau kecakapan dapat dipilih salah satu karena maknanya sama.
Kalimat efektif : namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
mencapai keberhasilan selain kecerdasan intelektual, faktor tersebut adalah
kecerdasan emosional.

3.      Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk
menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak sepadan dengan kalimat sebelumnya, selain
itu penggunaan kata karena setelah tanda titik juga tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.

4.      Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi


perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi
perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.
Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat. Penggunaan kata dan berlebihan
sehingga kalimat sulit dimengerti. Selain itu, penggunaan kata mereka sendiri juga tidak
efektif

Kalimat efektif 3 dan 4:


Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi
perasaan mereka dengan baik serta mampu membaca dan menghadapi perasaan-
perasaan orang lain dengan efektif karena kecerdasan intelektual saja tidak
memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun
kesulitan-kesulitan dan kehidupan.

5.      dan memiliki pikiran yang jernih.


Kalimat berikut tidak efektif karena tidak sepadan dengan kalimat sebelumnya.
Sehingga menurut saya, kalimat ini lebih baik dihilangkan saja.

6.      Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk
kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya.
Kalimat berikut tidak efektif karena penggunaan kosakata keterampilan bukan yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Keterampilanharusnya ditulis ketrampilan.
Penggunaan kata besar pengaruhnya pun kurang tepatdalam hal ini.
Kalimat efektif :
Ketrampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan
proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional
tersebut memiliki pengaruh yang besar.

7.      Tapi kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami
kesulitan dalam belajar.
Kalimat berikut kurang efektif dalam hal pemilihan kosakatanya karena biasanya kata
tapi tidak digunakan setelah tanda titik. Bila ingin digunakan setelah tanda titik maka
ditambahkan menjadi Akan tetapi.
Kalimat efektif :
Akan tetapi, kalau yang terjadi sebaliknya, maka siswa akan terhambat dan mengalami
kesulitan dalam belajar.

8. kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya
dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di
sekolah. Kalimat berikut kurang efektif dalam hal penggunaan kosakata yang
seharusnya. Terlalu banyak menggunakan kata penghubung yang sehingga alangkah
lebih baik kosakata tersebut dihilangkan dan makna pun tidak akan berubah.
Kalimat efektif :
kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting dimiliki oleh siswa
yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang baik di sekolah.

9. memberikan sumbangan yang besar terhadap prestasi baiknya dalam belajar.


Kalimat berikut tidak efektif karena tidak hemat.Penggunaan kata yang berlebihan
sehingga kalimat sulit dimengerti

10. sehingga bagaimana siswa diharapkan berprestasi kalau mereka masih kesulitan
mengatur emosi mereka.
Kalimat tersebut tidak efektif karena kata diharapkan seharusnya menjadi di harapkan
agar menjadi kalimat efektif.

Anda mungkin juga menyukai