Dengue antara Metode Ceramah dan Video Animasi Pada Murid Kelas V dan VI SD Negeri 12 Metro Pusat
Abstrak
Penyakit demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang berpotensi menyebabkan kematian. Pendidikan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan siswa SD agar dapat melakukan tindakan pencegahan DBD di lingkungan rumah
dan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan tentang DBD antara
metode ceramah dan video animasi pada anak kelas V dan VI SD Negeri 12 Metro Pusat. Penelitian ini menggunakan metode
quasi experiment. Sampel terdiri dari siswa kelas V dan VI yang dibagi menjadi dua kelompok secara acak yang masing-masing
berjumlah 36 orang. Setiap kelompok mendapatkan salah satu metode ceramah atau video animasi. Pretest dilakukan
sebelum penyuluhan kesehatan dan kemudian diberikan intervensi berupa penyuluhan kesehatan yang kemudian setelahnya
dilakukan posttest. Data pretest dan posttest kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan menggunakan uji t berpasangan,
uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara pretest dan
posttest baik pada metode ceramah (p = 0,024) dan video animasi (p = 0,000). Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan
yang bermakna peningkatan pengetahuan antara metode ceramah dengan video animasi (p = 0,005). Terdapat perbedaan
peningkatan pengetahuan tentang DBD antara metode ceramah dan video animasi pada anak SD kelas V dan VI SD Negeri 12
Metro Pusat. Video animasi dapat digunakan menjadi salah satu alternatif penyuluhan kesehatan pada anak SD.
Korespondensi: Aulia Sari Pratiwi, alamat Jalan Terong No.116, Iring Mulyo, Metro Timur, Hp 082221449235, email
saripratiwiaulia@yahoo.com
memiliki manifestasi klinis yang semakin berat per 100.000 penduduk dan tahun 2012
sebagai demam berdarah dengue dan meningkat menjadi 260,5 per 100.000
frekuensi kejadian luar biasa meningkat. penduduk, dan meningkat lagi tahun 2013
Indonesia merupakan negara dengan jumlah menjadi 305 per100.000 penduduk.5
populasi yang padat mencapai 245 juta Faktor resiko yang mempengaruhi
penduduk. Walaupun demikian, penyakit penyakit DBD dalam pengetahuan misalnya
Dengue banyak dilaporkan di kota besar dan pengetahuan tentang penyebab, tanda atau
pedesaan di Indonesia dan telah menyebar gejala, cara penularan dan pencegahan
sampai di desa-desa terpencil oleh karena penyakit DBD. Faktor sikap dan tindakan
perpindahan dan kepadatan penduduk yang misalnya sikap dan tindakan terhadap upaya
tinggi.3 penanggulangan DBD serta kebiasaan
Tahun 2012 di Indonesia jumlah masyarakat juga berperan dalam penularan
penderita DBD dilaporkan sebanyak 90.245 DBD.6 Perilaku masyarakat mempunyai
kasus dengan jumlah kematian 816 orang. Dari peranan cukup penting terhadap penularan
jumlah tersebut angka kesakitan atau DBD. Namun, perilaku tersebut harus didukung
Incidence Rate (IR) sebanyak 37,11 per 100.000 oleh pengetahuan, sikap dan tindakan yang
penduduk dan case fatality rate (CFR) 0,90%. benar sehingga dapat diterapkan dengan
Terjadi peningkatan jumlah kasus tahun 2012 benar. Sekarang ini masih ada anggapan
dibandingkan tahun 2011 sebanyak 65.725 berkembang di masyarakat yang menunjukan
kasus IR 27,67 per 100.000 penduduk.4 perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa
Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia DBD hanya terjadi di daerah kumuh dan
kasus DBD terutama menyerang kelompok pemberantasan sarang nyamuk tidak tampak
umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 jelas hasilnya dibanding fogging. Anggapan
insidens kelompok umur lebih dari 15 tahun seperti ini sering diabaikan, padahal sangat
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
2007 di Provinsi DKI Jakarta, persentase kasus dalam mengambil keputusan khususnya
DBD terbanyak merupakan kelompok umur 5- terhadap penularan DBD.7
14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih Sasaran pendidikan kesehatan di
dari 5 tahun (31%), kelompok 15-44 tahun Indonesia berdasarkan pada program
(22%) dan lebih dari 45 tahun (11%). Data dari pembangunan Indonesia adalah sekolah.8
tahun 2006 menunjukkan proporsi jenis Sekolah menjadi sasaran utama untuk program
kelamin lelaki lebih banyak dibanding pencegahan DBD dikarenakan beberapa hal
perempuan pada semua kelompok umur.4 diantaranya anak usia sekolah merupakan
Penyakit DBD dapat menyerang semua umur kelompok umur yang paling susceptible
baik anak-anak maupun dewasa. Penyakit ini terserang DBD dan lebih banyak menghabiskan
menyerang segala usia tetapi beberapa waktu siang hari di sekolah.9 Selain itu,
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lingkungan sekolah yang kurang sehat juga
lebih rentan terhadap penyakit yang dapat meningkatkan resiko pada anak terkena
berpotensi mematikan ini.2 gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti yang
Kota Metro merupakan daerah mengandung virus Dengue yang efektif
endemis DHF atau DBD. Setiap tahun jumlah menggigit pada siang hari.10
kasus selalu tinggi dimana IR pada tahun 2009 Banyak metode pendidikan kesehatan
kasus DBD di Kota Metro dengan jumlah yang dapat digunakan dalam memberikan
penderita sebanyak 118 orang dan pada tahun informasi kesehatan antara lain pendidikan
2010 sebanyak 117 orang dan terjadi kesehatan individual, kelompok dan massa.11
penurunan yang sangat tajam pada tahun 2011 Media pendidikan memiliki peran penting
sebanyak 26 kasus, tetapi pada tahun 2012 dalam proses pembelajaran, karena media
terjadi peningkatan yang sangat tinggi yaitu dapat memudahkan guru untuk
390 kasus dan meningkat lagi pada tahun 2013 menyampaikan isi materi, menarik perhatian,
dengan 470 kasus. Adapun IR DBD pada tahun meningkatkan konsentrasi dan partisipasi
2009 adalah 86 per 100.000 penduduk dan siswa dalam mempelajari materi yang
tahun 2010 adalah 83,06 per 100.000 diberikan sehingga proses pembelajaran
penduduk, tahun 2011 menurun menjadi 17,68 menjadi lebih efektif.12
salah satu metode untuk memberikan kesehatan tentang ciri-ciri nyamuk Aedes
informasi.16 aegypti, pencegahan dan pemberantasan.
Setelah dilakukan uji statistik Adapun pada hasil pretest dan posttest
didapatkan peningkatan pengetahuan sebelum untuk pendidikan kesehatan dengan metode
dan sesudah pada metode ceramah yang ceramah didapatkan pertanyaan dengan
bermakna dengan nilai p=0,024. Terdapat 10 jawaban benar terbanyak pada nomor 1, 2, 4,
orang dengan hasil pengetahuan setelah 5, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 25. Sehingga diketahui
diberikan metode ceramah lebih rendah bahwa banyak responden yang sudah
daripada sebelum diberikan metode ceramah, memahami materi pendidikan kesehatan
5 orang tetap, dan 21 orang mempunyai tentang pengertian DBD, penyebab DBD, cara
pengetahuan yang lebih baik dari sebelum penularan, ciri-cir nyamuk Aedes aegypti,
diberikan metode ceramah. Penurunan skor tanda dan gejala, pencegahan dan
pada siswa dalam penelitian ini dapat terjadi pemberantasan. Metode ini termasuk metode
karena siswa merasa bosan untuk pendidikan kelompok besar dengan peserta
mendengarkan ceramah yang membuat siswa pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang
menjadi pasif dan kurangnya fokus siswa dalam sampai dengan 50 orang dan metode ini baik
menerima materi. untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang maupun rendah.11 Selain itu, metode ceramah
dilakukan oleh Budiman, tentang efektivitas efektif untuk menyampaikan materi karena
penyampaian menggunakan ceramah murah dan mudah serta dapat menyajikan
terhadap pengetahuan siswa SMA tentang HIV materi secara luas. Akan tetapi kelemahan dari
AIDS dengan nilai probabilitas (p=0,000).17 Hal metode ini adalah membuat sasaran pasif dan
ini diperkuat oleh hasil penelitian Salasa, cepat membosankan jika ceramah kurang
tentang penyuluhan PHBS untuk mengetahui menarik.12
pengetahuan dan sikap menggunakan metode Berdasarkan penelitian didapatkan
ceramah di SDN 065014 dengan nilai peningkatan pengetahuan sebelum dan
probabilitas (0,0001).18 Hasil penelitian ini sesudah diberikan video animasi. Hal ini dilihat
sesuai dengan Widyawati yang menyatakan dari peningkatan rata-rata nilai posttest lebih
bahwa, penyuluhan kesehatan berpengaruh besar daripada nilai pretest. Menurut Fitriani,
terhadap pengetahuan dan sikap siswa Sekolah salah satu yang berperan dalam suksesnya
Dasar (SD) dalam pencegahan Demam sebuah pendidikan kesehatan adalah proses.
Berdarah Dengue (DBD).19 Hal ini sesuai Video animasi adalah proses yang menarik dan
dengan yang diungkapkan oleh Simamora, mudah dimengerti terutama oleh anak-anak,
bahwa metode ceramah merupakan sehingga pendidikan atau pengetahuan yang
penuturan materi secara lisan yang dapat diberikan dapat mudah dipahami oleh anak-
meningkatkan pengetahuan peserta didik dan anak.8 Setelah dilakukan uji statistik
metode paling ekonomis untuk menyampaikan didapatkan peningkatan pengetahuan sebelum
informasi dan paling efektif dalam mengatasi dan sesudah pada video animasi yang
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai bermakna dengan nilai p=0,000. Terdapat 5
dengan jangkauan daya beli serta daya paham orang dengan hasil pengetahuan setelah
peserta didik.12 diberikan video animasi lebih rendah daripada
Kuesioner penelitian ini terdapat 25 sebelum diberikan video animasi, 3 orang
pertanyaan yang terdiri dari 7 materi tetap, dan 28 orang mempunyai pengetahuan
pendidikan kesehatan, yaitu pengertian, yang lebih baik dari sebelum diberikan video
penyebab, cara penularan, ciri-ciri nyamuk animasi. Keterbatasan video animasi dalam
Aedes aegypti, tanda dan gejala, pencegahan penelitian ini yaitu tidak ada penjelasan materi
dan cara pemberantasan sarang nyamuk serta mengenai jarak terbang nyamuk Aedes
pengobatan DBD. Berdasarkan hasil pretest Aegypty sedangkan materi tersebut terdapat
dan posttest dengan metode ceramah dalam pertanyaan pretest dan posttest.
didapatkan pertanyaan dengan jawaban salah Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
terbanyak pada nomor 8, 9, 18, 23 dan 24. dilakukan oleh Azmi, tentang pengaruh
Sehingga diketahui bahwa banyak responden penyampaian materi menggunakan video
yang belum memahami materi pendidikan animasi terhadap hasil belajar siswa SDN
Tamanan 2 Bondowoso.20 Hal ini diperkuat juga yang digunakan, semakin banyak dan semakin
oleh hasil penelitian Suarjaya, tentang jelas pula pengertian atau pengetahuan yang
pemanfaatan video kartun animasi untuk diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkatkan keterampilan menulis opini keberadaan alat peraga dimaksudkan
pada siswa SMA Negeri 1 Ubud.21 Kuesioner mengerahkan indera sebanyak mungkin pada
penelitian ini terdapat 25 pertanyaan yang suatu objek sehingga memudahkan
24
terdiri dari 7 materi pendidikan kesehatan pemahaman. WHO mengemukakan bahwa
yaitu pengertian, penyebab, cara penularan, orang-orang menyukai media audio visual
ciri-cirinyamuk Aedes aegypti, tanda dan dikarenakan kemampuannya menyediakan
gejala, pencegahan dan cara pemberantasan atau menampilkan suatu tindakan, warna dan
sarang nyamuk serta pengobatan DBD. bunyi yang serasi dan visual-aids. Beberapa
Berdasarkan hasil pretest dan posttest untuk jenis media audio visual seperti film dan video
pendidikan kesehatan dengan video animasi compact disc mempertunjukkan keterampilan
didapatkan pertanyaan dengan jawaban salah lain seperti permainan dan menunjukkan
terbanyak pada nomor 7, 8, 9, 18, 23, dan 24. situasi kehidupan yang nyata, sehingga media
Sehingga diketahui bahwa banyak responden tersebut menjadi media komunikasi yang
yang belum memahami materi pendidikan bermanfaat bagi perubahan perilaku
23
kesehatan tentang ciri-ciri nyamuk Aedes kesehatan. Media audio visual juga memiliki
aegypti, pencegahan dan pemberantasan. kelebihan. Kelebihan audio visual, antara lain
Adapun hasil pretest dan posttest tidak membosankan penerima pesan,
untuk pendidikan kesehatan dengan video perpaduan antara suara dan visualisai sehingga
animasi didapatkan pertanyaan dengan tidak monoton; pesan yang disampaikan dapat
jawaban benar terbanyak pada nomor 2, 4, 5, mudah dimengerti dan dipahami, karena
6, 13, 17, 19, dan 21. Sehingga diketahui bahwa melibatkan dua indra secara bersamaan.25
banyak responden yang sudah memahami Bardasarkan penelitian yang telah
materi pendidikan kesehatan tentang dilakukan, didapatkan selisih skor nilai
pengertian DBD, penyebab DBD, cara p=0,005, sehingga dapat disimpulkan pada
penularan, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti, selisih skor ada perbedaan bermakna pada
pencegahan dan pemberantasan. Seperti selisih skor antara responden yang mendapat
dikatakan Arief S. Sadiman, bahwa media audio media ceramah dan yang mendapat media
visual tidak lagi hanya kita pandang sebagai video animasi. Penurunan tingkat
alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, pengetahuan yang dilihat dari skor pada siswa
tetap lebih sebagai alat penyalur pesan dari dalam penelitian ini dapat terjadi karena siswa
pemberi pesan (guru, penulis buku, produser merasa bosan untuk mendengarkan ceramah
dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa yang membuat siswa menjadi pasif dan
atau pelajar).22 Sebagai penyaji dan penyalur kurangnya fokus siswa dalam menerima
pesan, media pengajaran dalam hal-hal materi. Sedangkan pada video animasi
tertentu bisa mewakili guru pendidikan sejarah cenderung diminati siswa karena terdapat
menyajikan informasi belajar kepada siswa. suara dan gambar dalam pemberian materi
Pendidikan kesehatan dapat diterima oleh sehingga lebih memotivasi dan membuat
sasaran apabila pendidikan tersebut perhatian siswa menjadi lebih fokus. Hasil
merangsang indera penerima. Rangsangan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
tersebut dapat diperkuat dengan pemakaian dilakukan oleh Latif, dengan judul Studi
media sehingga dikatakan bahwa media Komparatif Prestasi Siswa yang Menggunakan
merupakan sarana penunjang komunikasi yang Video Pembelajaran dan yang tidak
sangat penting, karena dapat meningkatkan Menggunakan Video Pembelajaran Materi
efektivitas komunikasi dalam proses Sistem Stater dan Pengisisan Kelas XI di SMK
pendidikan kesehatan.23 Walisongo Kaliori Rembang didapatkan nilai
Media atau alat peraga dalam rata-rata posttest dengan menggunakan media
pendidikan kesehatan dibuat berdasarkan video Kompetensi Sistem Stater dan Pengisian
prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada sebesar 75,58 sedangkan dengan metode
setiap orang diterima atau ditangkap melalui pengajaran ceramah atau konvensional
panca indera. Semakin banyak panca indera sebesar 68,53.26