Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS FT KOMPREHENSIF II

BALAI KESEHATAN TRADISIONAL MASAYARAKAT MAKASSAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI GANGGUAN


AKTIVITAS FUNGSIONAL ET CAUSE ISCHIALGIA

Disusun oleh:

A. FITRI AISYAH

PO.71.4.241.16.1.001

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN FISIOTERAPI

TAHUN 2020

1
2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kasus ................................................ 3

B. Tinjauan tentang pengukuran....................................... 12

C. Tinjauan tentang Intervensi Fisioterapi ....................... 20

BAB III PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien.................................................. 24

B. Anamnesis Khusus........................................................ 24

C. Inspeksi/Observasi........................................................ 24

D. Pemeriksaan Fungsi Dasar............................................ 24

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi....... 26

F. Diagnosa Fisioterapi...................................................... 28

G. Problematik Fisioterapi................................................. 28

H. Tujuan Intervensi Fisioterapi........................................ 29

I. Program Intervensi Fisioterapi...................................... 29

J. Evaluasi Fisioterapi....................................................... 30

BAB IV PENUTUP.......................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... ii

3
BAB I

PENDAHULUAN

Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk

bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu dapat

menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya, terutama

sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri pinggang juga

dapat menurunkan produktivitas manusia.

Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus

yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari serabut-serabut saraf

Spinal L4 - S3. Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma atau

osteofit di Spina Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di

sepanjang perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna,

1988). Penyakit Ischialgia akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya

kelainan adalah proses degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya trauma

atau proses ketuaan. Proses degeneratif ini dimulai dari Discus Intervertebralis

yaitu timbulnya proses dehidrasi dan berkurangnya kekenyalan Nucleus pulposus

disertai degenerasi Fibriler dan Annulus fibrosu kehilangan elastisitasnya.

Akibat proses ini pada korpus vertebralis di bagian tulang khondral yang

menghadap kearah nucleus pulposus mengeras dan melebar, berbentuk osteofit di

ujung-ujung tulang. Sehingga merangsang ligamentum dan jaringan Myofascia

4
yang sangat peka terhadap rangsangan sehingga timbul rasa nyeri di daerah

tersebut ( TITAFI, 1988).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang kasus

1. Defenisi

Ischialgia atau sciatica secara umum diartikan sebagai nyeri menjalar ke

bawah sepanjang perjalanan saraf ischiadiskus. (Cailliet, 1981).Rasa nyeri sering

ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak

membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering

diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Kadang nyeri menjalar dari

pantat sampai ke bawah tungkai dan kaki.Nyeri terasa disertai kasemutan dan pegal-

pegal pada pantat dan tungkai. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan

mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah / tungkai bawah yang disertai

dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.

Nyeri yang terasa sepanjang tungkai dinamakan Ischialgia.Di tinjau dari arti

katanya, maka Ischialgiaialah nyeri yang terasa sepanajang nervus ischiadiskus.

Berkas saraf yang memilki nama tersebut seberkas sensorik dan motorik yang

meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju ke foramen infrapiriforme dan

keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan lipatan pantat. Pada aspek

spasium poplitea bercabang dua dan lebih jauh ke distal sehingga tidak ada berkas

saraf yang memilki nama nervus ischiadiskustersebut. Nama kedua cabang itu yang

meruapakan lanjutan nervus ischiadiskusialah nervus peroneus komunis dan nervus

tibialis.Oleh karena itu Ischialgiaharus didefinisikan sebagai nyeri yang terasa

sepanajang nervus ischiadiskusdan lanjutannya sepanjang tungkai.

6
Nyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area

pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah;

merupakan keluhan umum dengan insidensi sekitar 60–90% selama hidup

seseorang.Frekuensi sindrom piriformis diperkirakan hampir 6% dari total kasus

Ischialgiadalam praktek dokter keluarga di AS, sementara di Indonesia belum ada

dataBeberapa laporan menunjukkan rasio angka kejadian perempuan disbanding

laki-laki.

2. Anatomi

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf

perifer yakni N. tibialis dan N. poreneus.N ischiadicus keluar dari foramen

ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian

dari tuberositas ischii.

Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat n.

ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum

femoris.Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea.

7
Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :

 Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )

 Lumbal ( Pinggang Atas )

 Lumbal sacral ( Pinggang bawah )

 Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )

 Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )

Adapun komponen – komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas,

tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila semuanya ini mengalami

gangguan maka sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi

ishialgia.

Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki

percabangan antara lain:

 N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula

 N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal

 N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah

 N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles

 N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki

Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi

menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu

dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh

ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan

terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan

8
lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen

intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus spinosus dan tranversus melekat

otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan

kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian

besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan

sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra

dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan

langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai

kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada

gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat

mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra

dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara

tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan

menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan.

Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering

sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf.

N. Ischiadicus mempersarafi:

 m. Semitendinosus

 m. Semimbranosus

 m. Biceps Femoris

 m. Adduktor Magnus

9
N. Poroneus Mempersarafi

 m. tibialis anterior

 m. ekstensor digitorum longus

 m. ekstensor halluci longus

 m. digitorum brevis

 m. poroneus tertius

N. Tibialis Mempersarafi

 m. gastrocnemius

 m. popliteus

 m. soleus

 m. plantaris

 m. tibialis posterior

 m. fleksor digitorum longus

 m. fleksor hallucis longus

Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang biasa

disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting dalam

pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap aktivitas terutama

dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa tulang, ligamen, dan otot

dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan saling menguatkan.

10
Beberapa tulang pembentuk hip joint :

1) Acetabulum

Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium, dan

os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin cartilage dan

tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro cartilage, keduanya

tebal ditepi dan tipis di center

2) Os Femur

Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait dalam

pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :

 Caput femur

Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah bola

dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris (sering

fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor,

selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur.

 Collum Femur

Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk

piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan

membentuk sudut pada bagian medial. Sudut terbesar terjadi

pada saat bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan,

sehingga pada saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada

aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur

11
membentuk sudut sebesar 1250 dan bervariasi tergantung pada

perkembangan pelvis wanita lebih besar.

Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament ini

sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada lima

ligament terkuat pada hip joint, antara lain :

1) Ligamentum Capitis Femoris

Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari

fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput femoris,

selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris

yang datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai

oleh A circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis.

2) Ligamentum Pubofemoral

Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang

berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona

orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris.

3) Tranverse Acetabulum Ligament

Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan seluruh

permukaan caput femoris.

4) Iliofemoral Ligament

Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum

serta membentang ke linea intertrochanterica.

12
5) Ischiofemoral Ligament

Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal

melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament

iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi medial paha.

3. Etiologi

a. Herniated disc

b. Lumbar spinal stenosis

c. Spondylolisthesis

d. Trauma

e. Sindrom piriformis

f. Tumor tulang belakang

4. Patofisiologi

Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus

ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen

infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum nervus

poroneus dan nervus tibialis harus di curigaisebagai manifestasiischiadicus

primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaca.

Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat

saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik

itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti

perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang

terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan

13
motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena

berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.

Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan

hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang

perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan

menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan

terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik

dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi

dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di

tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau

terkena patologic di sekitarnya.

5. Manifestasi Klinis

a) Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seeorang merasakannya

(Tamsuri, 2007)

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri

adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Nyeri merupakan keluhan utama yang dirasakan pada

penderita ischialgia.Pada kasus ischialgia akibat spasme otot piriformis,

14
nyeri berasal dari daerah pantat dan menjalar menurut perjalanan n.

ischiadicus dan selanjutnya pada n. tibialis dan n. peroneus communis.

Adanya nyeri tersebut membuat pasien enggan menggerakkan

badannya sehingga lama-kelamaan akan menimbulkan keterbatasan gerak

dan kelemahan otot.

b) Spasme Otot
Spasme otot sudah pasti terjadi pada daerah m. piriformis.Karena

pada kasus ini penyebabnya adalah spasme m. piriformis. Namun akibatnya

juga bisa menimbulkan spasme pada otot lain. Spasme biasanya

mengenai m. erector spine dan pada m. quadratus lumborum. Sering

terdapat ketidakseimbangan tonus otot antara m. abductor hip dan juga

antar adductor hip. Pada m. hamstring juga kadang lebih tegang dari yang

lain.

c) Gangguan Aktifitas

Pada kasus ischialgia ini gangguan aktifitas terjadi karena pada

tungkai yang sakit mengalami penurunan kekuatan otot akibat nyeri

sehingga kaki yang sehat menjadi tumpuannya.

B. Tinjauan tentang Pengukuran Fisioterapi

1. Pengukuran Skala Nyeri Menggunakan VAS

Nyeri adalah aktivitas sensorik dan emosional sebagai manifestasi dan

proses patologis pada tubuh yang kemudian mempengaruhi saraf sensorik.

15
Dalam penelitian ini tingkat nyeri yang dirasakan pasien diukur dengan

menggunakan skala vas (visual Analog Scale). Adapun parameter vas yaitu :

a. Skala 0 : tidak ada nyeri

b. Skala 1-4 : nyeri ringan

c. Skala 5-7 : nyeri sedang

d. Skala 8-10 : nyeri berat

2. Oswestry Disability Index (ODI)

Oswestry Disability Index (ODI) adalah indeks yang berasal dari Oswestry

Low Back Pain Questionnaire yang digunakan oleh dokter dan peneliti untuk

mengukur rasa nyeri yang rendah. Pertama kali dipublikasikan oleh Jeremy

Fairbank pada tahun 1980. Oswestry Disability Index (ODI) saat ini dianggap

sebagai salah satu standar emas untuk mengukur derajat kecacatan dan

memperkirakan kualitas hidup seseorang yang sering terkena sakit nyeri

pinggang. Dalam penggunaan skala nyeri ini, pasien akan diberikan angket

untuk menentukan intensitas nyerinya, meliputi kemampuan untuk mengangkat

anggota gerak, kemampuan untuk merawat diri sendiri, kemampuan untuk

berjalan, kemampuan untuk duduk, fungsi seksual, kemampuan untuk berdiri,

kehidupan sosial, kualitas tidur, dan kemampuan untuk melakukan perjalanan.

Setiap kategori topik terdiri dari 6 pernyataan yang menggambarkan skenario

potensial yang berbeda dalam kehidupan pasien yang berkaitan dengan topik.

Pasien kemudian memberi jawaban atas pernyataan yang paling menyerupai

kondisi mereka. Setiap pertanyaan mengandung skala 0-5 dimana pernyataan

16
pertama bernilai nol yang menunjukkan sedikitnya jumlah kecacatan dan

pernyataan terakhir adalah bernilai 5 yang menunjukkan kecacatan paling

parah. Selanjutnya skor dijumlahkan kemudian dikalikan dengan dua untuk

mendapatkan indeks (kisaran 0 sampai 100). Nol disamakan tanpa cacat dan

100 adalah cacat maksimum yang mungkin dialami pasien.

ODI (OSWESTRY DISABILITY INDEX) SCORE


1. Intensitas Nyeri

0 = saya dapat mentolerir nyeri tanpa menggunakan

obat pereda nyeri

1 = nyeri terasa buruk, tapi saya dapat menangani

tanpa obat pereda nyeri

2 = obat pereda nyeri membantu mengurangi nyeri

saya secara keseluruhan

3 = obat pereda nyeri mengurangi sebagian nyeri saya

4 = obat pereda nyeri mengurangi sedikit nyeri saya

5 = obat pereda nyeri tidak mempunyai efek terhadap

nyeri yang saya alami


2. Perawatan Diri

0 = saya dapat merawat diri secara normal tanpa

menambah nyeri

1 = saya dapat merawat diri secara normal, tetapi

menambah nyeri saya

2 = perawatan diri menyebabkan nyeri, sehingga

17
melakukan dengan lambat dan berhati- hati

3 = saya butuh bntuan, tetapi saya dapat menangani

sebagian besar perawatan diri saya

4 = saya butuh bantuan dalam sebagian besar aspek

perawatan diri saya

5 = saya tidak berpakaian, kesulitan mencuci, dan

tetap ditempat tidur


3. Mengangkat

0 = saya dapat mengangkat benda berat tanpa

menambah nyeri

1 = saya dapat mengangkat beda berat, tetapi

menambah nyeri

2 = nyeri mencegah saya mengangkat benda berat dari

lain, tetapi tetapi saya dapat menangani jika benda

tertentu ditempatkan pada tempat yang membuat saya

nyaman ( misalnya diatas meja)

3 = nyeri mencegah saya mengangkat benda berat dari

lantai, tetapi saya dapat menangani benda ringan dan

sedang pada tempat yang membuat saya nyaman

4 = saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat

ringan

5 = saya tidak dapat mengangkat atau membawa suatu

benda

18
4. Berjalan

0 = nyeri tidak menghambat saya berjalan dalam

berbagai jarak

1 = nyeri menghambat saya berjalan lebih dari 1 km

2 = nyeri menhambat saya berjalan lebih dari setengah

km

3 = nyeri menghambat saya berjalan lebih dari

seperempat km

4 = saya dapat berjalan dengan tongkat atau kruk

5 = sebagian besar waktu saya di tempat tidur dan saya

harus merangkak ke toilet


5. Duduk

0 = saya dapat duduk diberbagai jenis kursi sepanjang

waktu saya suka

1 = saya hanya dapat duduk di kursi favorit saya

sepanjang waktu saya suka

2 = nyeri menghambat saya duduk lebih dari 1 jam

3 = nyeri mencegah saya duduk lebih daro 30 menit

4 = nyeri mencegah saya duduk lebih dari 10 menit

5 = nyeri mengahambat saya duduk


6. Berdiri

0 = saya dapat berdiri selama yang saya inginkan

tambah menambah nyeri

19
1 = saya dapat berdiri selama yang saya inginkan,

tetapi menmbah nyeri

2 = nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 1 jam

3 = nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 30 menit

4 = nyeri menghambat saya berdiri lebih dari 10 menit

5 = nyeri menghambat saya berdiri


7. Tidur

0 = nyeri tidak menghambat saya tidur nyaman

1 = saya dapat tidur nyaman jika menggunakan obat

pereda nyeri

2 = meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri,

tidur saya kurang dari 6 jam

3 = meskipun saya menggunakan obat pereda nyer,

tidur saya kurang dari 4 jam

4 = meskipun saya menggunakan obat pereda nyeri,

tidur saya kurang dari 2 jam

5 = nyeri menghambat tidur saya


8. Kehidupan sosial

0 = kehidupan sosial normal tanpa menghambat nyeri

1 = kehidupan sosial saya normal, tetapi tingkat nyeri

saya bertambah

2 = nyeri menghambat saya berpartisipasi melakukan

kegiatan banyak energik (olahraga, dansa, dll)

20
3 = nyeri sering menghambat saya keluar

4 = nyeri menghambat kehidupan sosial saya dirumah

5 = saya kesulitan melakukan kehidupan sosial karena

nyeri
9. Bepergian

0 = saya dapat bepergian kemana saja tanpa

menambah nyeri

1 = saya dapat bepergian kemana saja, tetapi

menambah nyeri

2 = nyeri menghambat saya bepergian lebih dari 2 jam

3 = nyeri menghambat saya bepergian lebih dari 1 jam

4 = nyeri menghambat saya bepergian untuk suatu

kebutuhan di bawah setengah jam

5 = nyeri menghambat saya bepergian kecuali

mengunjungi dokter atau terapis atau kerumah sakit


10. Pekerjan/Rumah Tangga

0 = pekerjaan/aktivitas kerja normal tidak

menyebabkan nyeri

1 = urusan rumah tangga/aktivitas kerja normal

menambah nyeri, tetapi saya dapat melakukan semua

yang membutuhkan saya

2 = saya dapat melakukan kegiatan urusan rumah

tangga/tugas rumah tetapi nyeri menghambat saya

21
melakukan kegiatan yang membutuhkan aktivitas fisik

(misalnya mengangkat, membersihkan rumah)

3 = nyeri menghambat saya melakukan sesuatu kecuali

pekerjaan ringan

4 = nyeri menghambat saya melakukan aktivitas

pekerjaan/urusan rumah tangga sehari hari

5 = saya sama sekali tidak dapat melakukan urusan

pekerjaaan/rumah tangga
Total Skor
Skor dalam ODI : 0 – 20 : cacat minimal

21-40 : Cacat moderat

41-60 : Cacat parah

61-80 : Nyeri punggung melumpuhkan

81-100 : Merasakan gejala nyeri yang hebat

C. Tinjauan tentang Intervensi Fisioterapi

1. Massage

a. Pengertian

Massage tubuh dengan cara manual adalah salah satu cara perawatan

tubuh  dengan menggunakan kedua tangan pada bagian telapak tangan

maupun jari-jari tangan.  Massage yang berate penekanan secara pelan. Dan

di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pijat.  Yang pada awalnya massage

22
bertujuan sebagai theurapetic tubuh yang akhirnya berkembang untuk lebih

mencapai kecantikan tubuh.

b. Manfaat massage

Hal yang paling utama dari manfaat massage adalah memperlancar

peredaran darah dan getah bening. Dimana massage akan membantu

memperlancar metabolism dalam tubuh.  Treatment  massage  akan

mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan

vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah

bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa

metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone endorphin yang

berfungsi memberikan rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali

manfaat massage bagi peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.

Efek kesembuhan secara holistikpun bisa didapatkan dari massage

yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran, menghilangkan depresi dan

perasaan panic dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak

khusus yang ditimbulkan dari sentuhan massage.

c. Teknik massage

1. Mengusap (Efflurage/strocking) Adalah gerakan mengusap dengan

menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini

dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun

kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi

otot dan ujung-ujung syaraf.

23
2. Meremas (Petrisage) Adalah gerakan memijit atau meremas dengan

menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan

pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal.

3. Friction adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang

lebih dalam menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya

digunakan pada area tubuh tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan

ketegangan otot akibat asam laktat yang berlebih.

4. Menggetar (vibration) adalah gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh

pangkal lengan dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari

tangan.

5. Memukul (tapotement/ tapotage) adalah gerakan menepuk atau memukul

dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan

bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit

pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan

fleksibilitas pergelangan tangan.

Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol

ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri.

Variasi gerakan tapotement, yaitu :

a. Memukul (beating)

b. Mencincang (hacking)

c. Menepuk (clapping)

2. Stretching

24
Static stretching adalah salah satu metode stretchingstatis yang dilakukan

dengan menempatkan tubuh dalam posisi dimana otot (atau sekelompok otot)

yang akan membentang di bawah ketegangan. Lalu dengan perlahan dan hati-

hati tubuh akan dipindahkan untuk meningkatkan ketegangan dari otot (atau

kelompok otot) menjadi terulur.Posisi ini dipertahankan untukmemungkinkan

otot untuk memperpanjang(Walker, 2007).Proses pemanjangan otot sehingga

meningkatkan jangkauan gerakan dimulaididalamsarkomerotot. Ketika otot

memanjang, myofilaments tumpang-tindih antara tebal dan tipis mulai

meregang. Ketika semua sarkomer sepenuhnya meregang, serabut otot (muscle

fiber)berada pada kondisi istirahat memanjang maksimum. Dalam

posisiinipereganganlebih lanjut akan membantu untuk memperpanjang jaringan

ikat dan fasia otot (Walker, 2007). Menurut Goldsping dan Williams dalam

Walker (2007) Dengan peregangan teratur dari waktu ke waktu, jumlah

sarkomer ini diyakini akan meningkat secara seri, dengan sarkomer baru

ditambahkan ke akhir miofibril yangada, sehingga dapat meningkatkan panjang

otot secara maksimal dan luas gerakan(range of motion).

Static stretching dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk dengan

tungkai lurus dan permukaan plantar kaki pasien menempel ke dinding untuk

menjamin pergelangan kaki tetap pada posisi 90 derajad. Tangan terapis diatas

tulang belakangbagianleherdan tangan satunya menstabilisasi lutut pasien, lalu

terapis memberikan tekanan kearah flexi. Posisi tersebutditahan selama 30 detik.

Jumlah pengulangan sebanyak5kalipengulangan.Total waktu yang dibutuhkan

25
untuk melakukan static stretchingkurang lebih 3 sampai 4 menit. Dilakukan 2

kali seminggu selama 3 minggu (Cleland et al., 2006).

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien

Nama : Ny. A

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Makassar

26
Usia : 52 Tahun

B. Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : nyeri menjalar dari daerah pinggang hingga tungkai kiri

Rpp : Pasien merasakan nyeri di daerah pinggang yang menjalar

hingga tungkai sisi kiri

C. Inspeksi/Observasi

a. Statis
Bahu tampak simestris ( normal )
Posisi pelvic tampak simestris (normal)
b. Dinamis
Pasien berjalanan agak lambat
D. Pemeriksaan Fungsi Dasar
1. Aktif
 Lumbal
- Fleksi : Nyeri, ROM full
- Ekstensi : Sedikit Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
- Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM full
- Fleksi Knee : nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full
2. Pasif
 Lumbal
- Fleksi : tidak nyeri, ROM full

27
- Ekstensi : tidak Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
 Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM terbatas
- Fleksi Knee : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full
3. TIMT
 Lumbal
- Fleksi : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi : tidak Nyeri, ROM full
- Lateral Fleksi kanan kiri : Tidak nyeri, ROM full
- Rotasi kanan/ kiri : tidak nyeri, ROM full
 Hip dan Knee
- Fleksi Hip : Nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Hip : Sedikit nyeri, ROM terbatas
- Fleksi Knee : tidak nyeri, ROM full
- Ekstensi Knee : tidak nyeri, ROM full

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi

1. Straigt Leg Raising (Lasegue’s Test)


Tes ini adalah tes pasif dilakukan dalam posisi pasien tidur terlentang dengan
medial rotasi hip dan ekstensi knee. selanjutnya fleksikan hip joint sampai
timbul rasa nyeri atau ketegangan. Unilateral Straight leg raising sampai 70 0
menyebakan saraf terulur maksimal 2-6mm, terutama akar saraf L5, S1, dan S2.
nyeri timbul sebelum 70ofleksi hip, cidera mungkin pada sacroiliaca joint dan
jika tes ini menimbulkan nyeri diatas 70o mungkin cidera pada lumbal spine.

28
Tujuan:. untuk mengetahui adanya pengendapan N. Ischiadicus
Prosedur tes
 Pasien terlentang dengan posisi kedua hip endorotasi dan
adduksi,serta knee ekstensi,rileks.
 Praktikan meletakkan satu tangan pada anklepasien.praktikan
selanjutnya secara pasif memfleksikan hip pasien hingga pasien
merasakan nyeri atau tightness pada pinggangang atau bagian
posterior. Praktekkan kemudian secara perlahan dan hati hati
menurunkan tungkai pasien sehingga pasien tidak merasakan nyeri
atau tightness.
Posisi tes : Jika nyeri terutama di rasakan pada pinggang, maka lebih kea rah
disc herniation atau penyebab patologi penekanan pada sisi sentral.jika nyeri
terutama pada tungkai, maka patologi akan menyebabkan penekanan terhadap
jaringan saraf lebih pada sisi lateral.
Interpritasi
Jika nyeri indikasi Penyempitan N. Ischiadicus
Hasil : Nyeri diatas 70°

2. Bragard Test
a. Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada durameter atau lesi pada
spinal cord serta untuk mengetahui adanya gangguan pada N. Ischiadicus
b. Prosedur Test
Prosedur sama seperti Lasegue’s test. Bedanya pada Bragard’s test,
praktikkan menambahkan fleksi cervical pasien secara pasif, disertai
dorsofleksi ankle paien (tension yang terjadi pada area cervicothoracic
junction adalah normal dan tidak semestinya menimbulkan gejala.Jika
gejalah timbul pada lumbar, tungkai, atau lengan, berarti jaringan saraf
terlibat).Praktikkan kemudian secara perlahan dan hati-hati menurunkan

29
kepala dan tungkai pasien sehingga pasien tidak merasakan nyeri atau
tightness.
c. Positif Test
Peningkatan nyeri dengan fleksi cervical, dorsofleksi ankle, atau
keduanya mengindikasikan penguluran pada dura meter dari spinal cord atau
lesi pada spinal cord ( seperti; disc heniation, tumor, meningitis). Nyeri yang
tidak meningkat dengan fleksi servical mengindikasikan lesi pada area
hamstring (tight hamstring) atau pada lumbosacral atau area sacroiliac joint.
d. Interpretasi
Posisi test mengindikasikan patologi pada dura meter atau lesi pada
spinal cord. Jika nyeri indikasi Penyempitan N. Ischiadicus
e. Hasil : Nyeri ditumit

3. Palpasi (musculus Piriformis)


a. teknik palpasi
1. posisi pasien prone lying
2. lokalisir tepi lateral sacrum dengan thumb anda
3. geser thum secara lateral dan ke arah distal trochanter major
(ingat : muscle sciatic menggeletak dekat muscle belly
piriformis,untuk menghindari penekanan pada nervus ini, palpasi
mengikuti serabut olique otot .
4. palpasi dan telusuri serabut otot sebagaimana keseluruhannya menyatu
dan berinsersio pada permukaan superior dari trochantor major.
5. untuk merasakan kontraksi piriformis, minta pasien secara perlahan
melakukan eksorotasi hip secara aktif.
b. Tujuan : Untuk mengetahui adanya spasme
c. Hasil : spasme pada M. Piriformis

4. VAS

30

0 6 10
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-4 : agak nyeri
 5-6 : nyeri
7-8 : lebih nyeri
9-10: sangat nyeri
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)

“ Gangguan Aktivitas Fungsional Tungkai kanan akibat Ischialgia karena Spasme


M. Piriformis“
a. Anatomical Impairment
Nyeri pada musculus piriformis yang menjalar hingga paha sebelah kiri
b. Activity limitation
1. Keterbatasan gerakan ekstensi hip
2. Keterbatasangerakan fleksi hip
3. Keterbatasan adduksi hip
4. Kesulitan dalam berjalan dan berjongkok
c. Participation Restriction
Pasien tidak bisa duduk dan berdiri lama dikantor serta tidak bisa berjalan jauh.
G. Tujuan Intervensi Fisioterapi

1. Tujuan jangka pajang


Mengembalikan kapasitas fisik dan fungsional tungkai kanan
2. Tujuan jangka pendek
f. Mengurangi Nyeri
g. Menghilangkan Spasme M. Piriformis
h. Menignkatkan kebugaran pasien
H. Program Intervensi Fisioterapi

31
1. Massage

Teknik massage

a. Mengusap (Efflurage/strocking) Adalah gerakan mengusap dengan

menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini

dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-

kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan

ujung-ujung syaraf.

b. Meremas (Petrisage) Adalah gerakan memijit atau meremas dengan

menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan

pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal.

c. Friction adalah gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih

dalam menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada

area tubuh tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot

akibat asam laktat yang berlebih.

d. Menggetar (vibration) adalah gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh

pangkal lengan dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari

tangan.

e. Memukul (tapotement/ tapotage) adalah gerakan menepuk atau memukul

dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan

bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit

pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan

fleksibilitas pergelangan tangan.

2. Stretching

32
Static stretching dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk dengan tungkai

lurus dan permukaan plantar kaki pasien menempel ke dinding untuk menjamin

pergelangan kaki tetap pada posisi 90 derajad. Tangan terapis diatas tulang

belakangbagianleherdan tangan satunya menstabilisasi lutut pasien, lalu terapis

memberikan tekanan kearah flexi. Posisi tersebutditahan selama 30 detik.

Jumlah pengulangan sebanyak5kalipengulangan.Total waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan static stretchingkurang lebih 3 sampai 4 menit.

I. Evaluasi Fisioterapi

a. Sesaat : pasien merasa lebih nyaman dan nyeri agak berkurang.

b. Berkala : setelah beberapa kali terapi pasien merasakan perubahan yang baik.

penurunan nyeri yang dirasakan baik dalam keadaan istirahat maupun pada saat
beraktivitas.
BAB IV

PENUTUP

Ischialgia atau sciatica secara umum diartikan sebagai nyeri menjalar ke

bawah sepanjang perjalanan saraf ischiadiskus. (Cailliet, 1981).Rasa nyeri sering

ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak

membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering

diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Kadang nyeri menjalar dari

pantat sampai ke bawah tungkai dan kaki.Nyeri terasa disertai kasemutan dan pegal-

pegal pada pantat dan tungkai. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan

mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah / tungkai bawah yang disertai

33
dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut. Pada kasus ischialgia

intervensi fisioterapi yang diberikan yaitu massage dan stretching.

Massage tubuh dengan cara manual adalah salah satu cara perawatan tubuh 

dengan menggunakan kedua tangan pada bagian telapak tangan maupun jari-jari

tangan. Static stretching adalah salah satu metode stretchingstatis yang dilakukan

dengan menempatkan tubuh dalam posisi dimana otot (atau sekelompok otot) yang

akan membentang di bawah ketegangan. Lalu dengan perlahan dan hati-hati tubuh

akan dipindahkan untuk meningkatkan ketegangan dari otot (atau kelompok otot)

menjadi terulur

DAFTAR PUSTAKA

Aras, Djohan dkk. 2014. Tes Spesifik Muskuloskeletal Disorder. Makassar: PhysioCare

Pulishing

Fendy Nugroho. Pengaruh penambahan mobilisasi saraf dan static stretching setelah

intervensi SWD untuk mengurangi nyeri akibat ischialgia

Hasnia, Ahmad dkk. 2011. Pemeriksaan Fisioterapi Pada Ekstremitas. Kementerian RI

Politeknik Kesehehatan Makassar

Mardjono, Mahar dkk. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

34
Sidharta, Priguna. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat

Sidharta, P. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Edisi ke- lima, Dian Rakyat,

Jakarta, hal. 202-251.

Wolf, De.1990. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Houten/Zaventem: Bohn Stafleu Van

Loghum

35

Anda mungkin juga menyukai