Anda di halaman 1dari 31

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut

darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ

tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 120 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 80

mmHg (Syamsudin, 2011).

Hipertensi adalah kondisi medis ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal. Secara umum seseorang

dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi

140/90 mmHg (Sudarmoko, 2010).

b. Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah tekanan

darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang

dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah


8

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat

diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya

adalah:

Tabel 2. 1: Batasan Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal < 120 < 80


Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140 < 90
(Isolated systolic hypertension)
140-149 <90
Sub-group: perbatasan
Sumber: Triyanto (2016)

c. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab Hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu,

1) Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini

a) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor

genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga

yang memliki tekanan darah tinggi.


9

b) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita

menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat

dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada

perempuan.

c) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa

dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya

karena dengan mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan

tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya

dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang

tua karena jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang

bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak

dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

d) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga

berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%

diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi.

e) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup

dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu

hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan

dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat
10

menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh

dengan tekanan darah pasien.

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi

renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi dari

penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan

ginjal disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan ginjal

yang paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya

penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah

utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah

menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang

meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang terjadi pada tiroid

juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibtkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibtkan hipertensi (Kusmana, 2009).


11

d. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)

diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut

jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom

dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,

pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di vasomotor, pada medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu

dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
12

Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga

memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan

dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,

kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin,

2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua

faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).


13

e. Manifestasi Klinis Hipertensi


Tingginya tekanan darah kadang-kadang merupakan salah satunya

gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadinya komplikasi pada

ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

sakit kepala, apistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,

susah tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Masjoer,1999 dalam Kartini

2014).

Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala antara lain :

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Mual dan Muntah

4) Sesak nafas

5) Gelisah

6) Pandangan kabur

7) Mata berkunang-kunang

8) Mudah marah

9) Susah tidur

10) Nyeri kepala dan dada

11) Otot lemah

12) Mimisan (Indriyani 2009).


14

f. Pengobatan Hipertensi

1) Pengobatan farmakologi

Pengobatan farmakologi yang digunakan untuk mengendalikan

tekanan darah adalah :

a) Kalium

Obat Diuretik dengan kandungan kalium akan menurunkan

hipertensi dan akan terjadi apabila dikombinasikan dengan

diuretik seperti thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium

dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan

oleh diuretik lainnya.

b) Antagonis Aldosteron

Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium

juga tetapi lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset

aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan spironolakton).

c) Beta Blocker

Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat

melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif

dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.

Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan

kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor β 1

dari pada reseptor β2.


15

d) Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)

ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting

dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada

beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda

tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian,

tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah

bukan ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan

tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma

normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting

dalam hipertensi.

e) Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)

Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin

(termasuk ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim

lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-

angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,

reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti

inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.

f) Alpha blocker

Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat

reseptor α1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos

vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini


16

tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan

efek takikardia.

Menurut Palmer & Williams (2007) ada beberapa saran

perubahan gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah

adalah menjaga berat badan, mengurangi asupan garam

(Sodium/Na), mengurangi konsumsi lemak jenuh, lemak total, dan

kolesterol dan berolahraga.

2) Pengobatan Non Farmakologi

Sedangkan pengobatan non farmakologi dalam pengobatan

hipertensi menurut Pujiastuti (2016) adalah :

a) Menjaga berat badan dengan kisaran normal

Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah.

Jika menerapkan gaya hidup sehat dengan olahraga teratur dan

pola makan seimbang, maka dapat mengurangi berat badan dan

menurunkan tekan darah dengan cara-cara yang terkontrol.

b) Mengurangi asupan garam ( Sodium/Na )

Terlalu banyak mengkonsumsi garam dapat meningkat tekanan

darah hingga ke tingkat yang membahayakan. Menurut British

Hypertension Society menganjurkan asupan garam dibatasi sampai

kurang dari 2,4 g sehari.


17

c) Membatasi konsumsi alkohol

Minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan

peningkatan tekan darah.Pesta minuman keras (Binge

drinkin)sangat membahayakan bagi kesehatan karena alkohol

berkaitan dengan stroke.

d) Mengurangi konsumsi lemak jenuh, lemak total, dan kolesterol.

Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit

arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.

e) Olahraga

Latihan aktivitas fisik misalnya, bersepeda, berenang, dan berjalan

dapat meningkatkan sirkulasi oksigen dalam darah.Olahraga

sebaiknya dilakukan setidaknya 30 menit sehari.Dengan

berolahraga mempunyai keuntungan berupa kepuasan pribadi juga

kesehatan fisik.

f) Meningkat porsi buah dan sayuran segar dalam pola makan

meningkatkan konsumsi buah dan sayuran sudah jelas terbukti

dapat menurunkan tekanan darah.

g) Pijat Refleksi Kaki

Terapi pijat refleksi kaki mempunyai pengaruh secara langsung

terhadap elastisitas dinding pembuluh darah yaitu dengan dengan

teknik memanipulasi dari struktur jaringan lunak dengan

meningkatkan hormon morpin endogen seperti endorpin, enkefalin


18

Aliran darah yang lancar akan meningkatkan sirkulasi darah yang

membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh tanpa ada hambatan

serta memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh tubuh

sehingga kondisi tubuh seimbang. Hal ini pijat refleksi kaki juga

merangsang pada sistem saraf simpatis yang mengalami

penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan penurunan tekanan

darah.

g. Komplikasi Hipertensi

Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari

stroke, infark miokard gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan

Pregnancy Included hypertension (PIH) (Suharjono 2014).

2. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Pencegahan Hipertensi

a. Defenisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses memampukan masyarakat untuk

mengontrol dan meningkkatkan kesehatannya (WHO, 2009). UU

Kesehatan No. 23 Tahun 1992 mengatakan bahwa promosi kesehatan

sebagai upaya kesehatan yang meningkatkan kesadaran, kemauan,

kemampuan masyarakat, dan individu untuk hidup sehat dalam

masyarakat sehat.

Promosi kesehatan adalah proses peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya menfasilitasi

perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan yang dirancang


19

untuk membawa perbaikan atau perubahan dalam individu, masyarakat,

dan lingkungan (Novita & Franciska, 2012).

Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Nomor

114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan

didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

b. Promosi Kesehatan di Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : 585/Menkes/SK/SKK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatan di puskesmas menimbang :

1) Bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi pusat kesehatan

masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan

kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diperlukan adanya

kebijakan dan langkah;langkah strategi yang digunakan sebagai

acuan penyelenggaraan puskesmas.


20

2) Bahwa pelaksanaan kebijakan promosi kesehatan yang

ditetapkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Nomor

114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatn di Daerah, khususnya yang berkaitan dengan

promosi kesehatan di puskesmas, perlu dijabarkan lebih lanjut

secara rinci.

3) Bahwa berdasrkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

huruf 1 dan 2 perlu ditetapkan Keputusan Mentri Kesehatan

Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di

puskesmas.

Dalam pelaksanaan strategi promosi kesehatan harus diperkuat

dengan metode dan media yang tepat, serta tersedianya sumber daya

yang memadai. Metode yang dimaksud adalah komunikasi.

Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan

informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial

budayanya), dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu. Sedangakan

sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaran promosi

kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber daya manusia atau

SDM), sarana atau peralatan termasuk media komunikasi, dan dana

atau anggaran (KMK/NO/585/MENKES/SK/V/2007).


21

Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas

maksudnya adalah promosi kesehatan yang dilaksanakan di

lingkungan dan gedung puskesmas seperti :

1) Tempat pendaftaran

Kegiatan promosi kesehatan di tempat pendaftaran dapat

dilakukan dengan penyebaran informasi melalui media seperti

poster, leaflet, selebaran yang dapat dipasang/diletakkan di

depan loket pendaftaran. Adapun jenis informasi yang

disediakan, yaitu:

a) Alur pelayanan puskesmas

b) Jenis pelayanan kesehatan

c) Denah poliklinik

d) Informasi masalah kesehatan yang menjadi isu pada saat itu

e) Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang

meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya.

2) Poli klinik

Media yang disediakan yaitu seperti lembar balik (flashcards),

poster, gambar-gambar atau model-model anatomi, dan brosur

(leaflet) yang biasa dibawa oleh pasien.


22

3) Ruang pelayanan KIA dan KB

Media yang perlu disediakan yaitu poster-poster, leaflet tentang

berbagai penyakit, khususnya yang menyerang bayi dan balita,

dan tentang pentingnya memeriksakan kehamilan teratur.

4) Ruang perawatan inap

Media yang di sediakan yaitu leaflet, flashcards (lembar balik),

dan gambar-gambar.

5) Laboratorium

Media yang digunakan seperti poster yang dapat dibaca dan

leaflet.

6) Kamar obat

Media yang dipasang seperti poster dan leaflet atau selebaran

tentang informasi kesehatan.

7) Tempat pembayaran

8) Klinik khusus

9) Halaman puskesmas (Arief, 2015).

c. Tujuan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan

memungkinkan individu meningkatkan kesehatanya berbasis filosofi

yang jelas mengenai perberdayaan diri sendiri. proses pemberdayaan

tersebut dilakukan bersama masyarakat serta sesuai dengan sosial

budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna,


23

baik dari fisik,mental maupun sosial, masyarakat harus mengenal dan

mewujudkan aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau

mengatasi lingkungannya (Kemenkes,2011).

d. Sasaran Promosi Kesehatan

Sasaran langsung promosi kesehatan adalah masyarakat. Namun

demikiann dikarenakan keterbatasan sumber daya yang ada, akan tidak

efektif apabila upaya promosi kesehatan langsung ditujukan ke

masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan penahapan sasaran

promosi kesehatan yang dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu

(Novita & Franciska, 2012).

1) Sasaran Primer (Primary Target).

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung promosi

kesehatan. Upaya promosi ini sejalan dengan strategi promosi

kesehatan pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2) Sasaran Sekunder (Secondary Target).

Sasaran sekundernya yang disebut ialah para toko masyarakat,

tokoh agama, dan toko adat. Dengan memberikan pendidikan

kesehatan kepada kelompok ini akan memberikan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Upaya kesehatan ini

sejalan dengan strategi promosi kesehtan dukungan sosial (social

support).
24

3) Sasaran Tersier (Tertiary Target).

Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah. Upaya promosi

kesehatan ini sejalan dengan strategi global promosi kesehatan yaitu

advokasi (advocacy).

e. Strategi Promosi Kesehatan

Strategi adalah cara untu mencapai atau mewujudkan visi dan

misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien (Notoatmodjo,

2012). Sebagaimana disebutkan dalam surat Keputusan Mentri

Kesehtan No 1193/Menkes/SK/X/2004 Tentang Kebijakan Nasional

Promosi Kesehatan Dan Surat Keputusan Mentri Kesehtan No

1114/Menkes/SK/VII/2005 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi

Kesehatan Didaerah, strategi dasar utama promosi kesehtan adalah:

a) Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah upaya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu,

keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat serta berperan aktif

dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.


25

b) Advokasi

Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memnerikan bantuan

kepada masyarakat dengan membuat keputusan (Decision makers)dan

penentu kebijakan (Policy makers) dalam bidang kesehatan maupun

sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap

masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan

mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk

peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan

bagi kesehatan masyarakatumum.

c) Kemitraan

Di indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru,

namun demikian prateknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi

sejak esensi zaman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal

istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.

(Waryana,2016).

d) Kesetaraan

Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat

hiraarkhis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa

masing-masing berada dalam kedududukan yang sama (berdiri sama

tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua
26

pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu

hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.

f. Metode dan Media Promosi Kesehatan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012) agar diperoleh hasil yang

efektif dalam proses promosi kesehatan diperlukan alat bantu atau

media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat

peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan tentang

kesehatan.

Metode promosi kesehatan adalah sebuah alat yang digunakan

oleh petugas kesehatan untuk membuat perubahan pada target grup

atau sasaran (Dignan dan Carr, 1992 dalam Trisnowati, 2018).

Menurut Soekidjo Notoadmojo (2002, dalam Trisnowati, 2018),

metode adalah satu cara untuk menyampaikan informasi secara tidak

langsung dan langsung dengan menggunakan media sesuai

peruntuknya.

Urgensi metode promosi kesehatan bertujuan untuk menentukan

perubahan perilaku seperti apa yang ingin dicapai dari target grup,

apakah dalam tataran pengetahuan, sikap, atau perilaku. Penggunaan

metode promosi kesehatan disesuaikan dengan target grup dan aspek

perubahan perilaku yang ingin diubah (Trisnowati, 2018). Menurut

Eggar dkk (1993, dalam Trisnowati) pemilihan metode promosi

kesehatan bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sumber dana,


27

efektifitas dalam mempengaruhi target audiensi, kompleksitas pesan,

waktu yang dibutuhkan, hubungan dengan media, tipe dari media, dan

ketersediaan media sarana. Jenis metode promosi kesehatan terdiri atas

audiovisual, modifikasi perilaku, pengembangan komunitas, televisi

pendidikan, instruksi perorangan (individual instructions),

pembelajaran penyelidikan (learning inquiry), diskusi pengajaran,

media masa, pengembangan organisasi, diskusi kelompok sebaya,

pembelajaran terprogram, permainan dan simulasi, pengembangan

kemampuan, aksi sosial, dan perencanaan sosial (Dignan & Car, 1992,

dalam Trisnowati). Metode yang digunakan untuk mempengaruhi

lingkungan dibagi menjadi enam yaitu : metode dasar, metode untuk

mengubah norma sosial, metode tingkat interpersonal, metode untuk

membangun organisasi promosi kesehatan, metode menciptakan

komunikasi promosi kesehatan, metode untuk menciptakan kebijakan

promosi kesehatan (Trisnowati, 2018).

Bartholomew, et.al. (2006, dalam Trisnowati, 2018) mengatakan

bahwa pemilihan metode tidak telepas dari determinan yang telah

ditemukan di lapangan. Determinan perilaku yang ingin diubah

disesuaikan dengan teori yang sesuai dengan keadaan sasaran.

Kemudian metode yang digunakan terbukti mampu untuk mengubah

sesuai dengan setting yang spesifik. Jadi, ada dua hal utama memilih

metode, yaitu relavance dan changeablity.


28

Media adalah tempat dimana pesan disampaikan (Trisnowati,

2018). Menurut Egger dkk (1993, dalam Trisnowati 2018) media

adalah sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain atau sarana

untuk berkomunikasi dengan orang lain atau masyarakat. Menurut

Depkes (2004,dalam Novita & Franciska, 2012) media adalah alat

bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, dirasa,

diraba, untuk memperlancar komunikasi dan penyebaran informasi.

Media adalah sarana untuk menyampaikan materi kepada sasaran

(Batholomew, et.al. 2006, dalam Trisnowati 2018). Media dapat dibuat

setelah menentukan metode, strategi, serta menetapkan materi yang

akan disampaikan.

Menurut Trisnowati (2018) urgensi media promosi kesehatan

adalah :

1) Untuk menargetkan perubahan perilaku

2) Meningkatkan tujuan sosial polotik (media advokasi)

3) Sebagai media pemberitahuan kepada masyarakat.

Jenis media promosi kesehatan menurut Simon & Morton (1995,

dalam Trisnowati, 2018) ada empat tipe media pendidikan kesehatan,

yaitu media yang dicetak (printed material), media audiovisual, media

interaksi dengan komputer, dan media masa. Menurut Egger, et.al.

(1993, dalam Trisnowati, 2018) media promosi kesehatan

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media elektronik yang terdiri atas


29

televisi, radio, vidio, dan komputer; media cetak yang terdiri atas

koran, majalah, pamflet, lembar info, laporan berkala, poster, baju

kaos, dan stiker; dan media surat menyurat.

Media yang digunakan untuk promosi di puskesmas seperti :

1) Spanduk

Spanduk adalah suatu kain rentang yang isinya propaganda,

slogan ataupun berita yang perlu diketahui oleh umum.

2) Baliho

Baliho adalah sarana ataupun media yang digunakan untuk

promosi, mempunyai unsur memberitakan informasi event

ataupun kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat umum.

3) Leafleat

Salah satu bentuk publikasi singkat yang mana biasanya berbentuk

selebaran yang berisi keterangan atau informasi tentang sebuah

perusahaan, produk, organisasi atau bentuk layanan lainnya yang

perlu diketahui oleh khallayak umum.

4) Poster

Poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum berupa

pengumuman atau iklan.


30

5) Selebaran

Selebaran adalah terbitan tidak berjilid (tidak berkulit) yang

disebarkan kepada umum, biasanya untuk mempropagandakan

sesuatu. Lembaran kecil barang cetakan, baik dilipat maupun tidak

6) Billboard

Billboard adalah papan pengumuman yang berisi iklan atau

infornasi.

Setelah memilih media promosi kesehatan, pelaku promosi

kesehatan perlu melakukan uji coba media. Uji coba media promosi

kesehatan merupakan sebuah proses menguji cobakan pesan dari

produk program kepada partisipan yang direncanakan sebelum

produksi akhir dilakukan (Batholomew, et.al., 2006, dalam Trisnowati,

2018).

Ada dua hal yang harus diukur pada saat uji coba program (media

dan metode). Pertama yaitu menguji cobakan media dan yang kedua

yaitu menguji cobakan pilot media pada kelompok yang mirip dengan

kelompok sasaran seperti didaerah keramain pasar. Uji coba ini

dilakukan guna memastikan apakah kelompok tersebut mampu

menjelaskan pesan dan materi yang disampaikan lewat pilot media.

Tes terakhir yaitu dengan menguji cobakan format awal dari media

kepada konselor. Tahap ini dilakukan guna memastikan media yang


31

digunakan betul-betul sesuai dan memberi dampak pada faktor yang

ingin di ubah (Trisnowati, 2018).

Dalam pelaksanaan strategi promosi kesehatan harus diperkuat

dengan metode dan media yang tepat, serta tersedianya sumber daya

yang memadai. Metode yang dimaksud adalah komunikasi.

Sedangakan sumber daya utama yang diperlukan untuk

penyelenggaran promosi kesehatan puskesmas adalah tenaga (sumber

daya manusia atau SDM), sarana atau peralatan termasuk media

komunikasi, dan dana atau anggaran.

(KMK/NO/585/MENKES/SK/V/2007).

g. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1193/Menkes/SK/X/2004 promosi kesehatan merupakan bagian

integral dari upaya untuk mencapai Visi sebagai : “perilaku hidup

bersih dan sehat 2010” atau PHBS 2010”. Adapun yang dimaksud

adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga

(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup

sehat dalam rangka :

1) Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan

lain.

2) Menangulanngi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.


32

3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan.

4) Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan

bersumber masyarakat.

Visi dalam promosi kesehatan adalah apa yang diinginka oleh

promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan

yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-

Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 dan WHO, yaitu

meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan, misalnya pembrantasan penyakit

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,

kesehatan ibu dan anak, serta program kesehatan lainnya dengan

harapan adanya kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

individu, kelompok, dan masyarakat (Novita & Franciska, 2012).

Misi promosi kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan

untuk mencapai visi promosi kesehatan. Misi promosi kesehatan

secara umum yaitu (Novita & Franciska, 2012) :

1) Advokat

Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para

pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai program

dan sektor yang terkait dengan kesehatan mempercayai dan

meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu


33

didukung oleh kebijakan atau keputusan-keputusan yang

dikeluarkan oleh mereka.

2) Menjembatani

Menjalin kemitraan dan bekerja sama dengan berbagai program

dan sektor yang terkait dengan kesehatan untuk melaksanakan

program-program kesehatan.

3) Memampukan

Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat

agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri secara mandiri.

Misi Nasional Promosi Kesehatan menurut Keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004.

1) Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok

dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan

keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan

masyarakat.

2) Membina suasana atau lingkungan yang kodusif bagi terciptanya

perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

3) Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan

serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.


34

3. Penelitian Terkait

a. Olivia (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “pelaksanaan promosi

kesehatan pencegahan hipertensi di Puskesmas Kuranji Kota Padang tahun

2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan

promosi kesehatan pencegahan hipertensi di Puskesmas Kuranji Kota

Padang tahun 2017. Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Informan penelitian

ditentukan berdasarkan purposive sampling. Pengumpulan data dengan

cara wawancara mendalam, Focus Group Discussion, observasi, telaah

dokumen. Variabel yang diteliti meliputi input (tenaga, dana, sarana

prasarana, dan metode) process (promosi kesehatan dalam gedung, luar

gedung, strategi promkes) dan output (pelaksanaan promosi kesehatan).

Pengolahan data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data,

penarikan kesimpulan dan analisa data dilakukan dengan triangulasi

sumber dan metode. Hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah

tenaga promosi kesehatan pencegahan hipertensi sudah mencukupi, namun

belum mendapatkan pelatihan, dana yang ada masih belum mencukupi,

sarana prasarana masih kurang dan tidak disediakan leaflet untuk dibaca

pengunjung.

Pelaksanaan promosi kesehatan pencegahan hipertensi dalam gedung

untuk penyuluhan tidak langsung seperti pembagian leaflet belum terlaksana.

Promosi kesehatan luar gedung sudah terlaksana penyuluhan di Posbindu


35

namun partisipasi masyarakat untuk datang ke Posbindu kurang, kunjungan

rumah dilakukan hanya kepada pasien hipertensi.


36

B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan abstrak dari teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian yang dirancang (Notoadmojo, 2012). Kerangka teori dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :

Skema 2.1 Kerangka Teori

Promosi kesehatan di Puskesmas

1. Tempat pendaftaran
2. Ruang tunggu
Media promosi kesehatan :
poliklinik
3. Ruang KIA dan KB 1. Spanduk
4. Ruangan rawat inap 2. Baliho
5. Laboratorium 3. Leaflet
6. Kamar obat 4. Poster
7. Tempat pembayaran 5. Selebaran
8. Klinik khusus
6. Billboard
9. Halaman puskesmas
10. Tempat ibadah

Sumber: Kepmenkes No. 585 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas
37

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah kerangka yang berhubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmojo, 2010). Kenseptual pada penelitian ini disusun berdasarkan

serangkain konsep yang saling terkait yaitu evaluai implementasi promosi

kesehatan di puskesmas Kampar Kuok, berdasarkan tinjauan teoritis diatas,

maka dapat disusun kerangka konsep dalam penelitian ini seperti gambar 2.2

berikut :

Skema 2.2 kerangka konsep

Penderita hipertensi Promosi kesehatan di puskesmas

Tempat pendaftaran Ruang tunggu Tempat pembayaran Halaman Puskesmas


poliklinik

1. Poster 1. Lembar 1. Poster 1. Baliho


2. Leafleat balik 2. Leafleat 2. Billboard
3. Selebaran 2. Poster 3. Selebaran
3. Leafleat

Sumber: Kepmenkes No. 585 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas

Anda mungkin juga menyukai