Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) disebabkan oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada
pengidap HIV. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit karena imunitas
tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan kuman yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit. Proses infeksi ini dapat disebabkan oleh berbagai
virus, jamur, bakteri dan parasit serta dapat menyerang berbagai organ antara lain,
saluran kulit, saluran cerna/usus, paru-paru, dan otak (Ersha, 2018).
Penyakit HIV/AIDS terus berkembang dan menjadi masalah global yang
melanda dunia. Pada tahun 2016 diestimasikan 36.7 juta orang didunia hidup
dengan HIV, sebanyak 1.8 juta orang baru terinfeksi HIV, dan menyebabkan 1 juta
kematian pada tahun 2016 (WHO, 2017). Pada umumnya di tahun,2018
diestimasikan 37.9 juta orang di dunia hidup dengan HIV, 79% terdiagnosis
HIV/AIDS dan 62% dari orang yang didiagnosis dengan HIV sedang dalam
pengobatan ARV, 53% dari merka yang mendapat ARV, dapat terjadi supresi atau
dapan menekan virus HIV (WHO, 2019). Asia tenggara menduduki peringkat
kedua sebaai penderita HIV terbanyak setelah afrika, yakni sebesar 3.5 juta orang
dengan 39% penderita HIV merupakan wanita dan anak perempuan (WHO, 2016).
Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia.. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018,
HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya di 34 provinsi di Indonesia dengan
jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 301.959 jiwa (47% dari
estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV/ AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443
jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun.
Dan sejak September 2013, Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai wilayah
dengan prevalensi HIV yang terkonsentrasi bersama 5 (lima) provinsi lainnya, yaitu
DKI Jakarta, Papua, Bali, Riau dan Jawa Barat. Sampai dengan Desember 2018,
jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 920 orang, dan 8.885 kasus HIV. Dari
jumlah tersebut 193 (2,8%) diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut
sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang sebenarnya terjadi, dan

1
dari hasil estimasi sampai dengan tahun 2019 diperkirakan jumlah ODHA di Jawa
Timur mencapai 63.581 orang. Sedangkan untuk kasus di Bojonegoro,tahun 2016
jumlah penderita 166 kasus dan meninggal 41 penderita, sementara tahun 2017
sebanyak 176 kasus, dan meninggal 24 penderita.(Kemenkes, 2019)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penyebaran kasus baru HIV/AIDS di Puskesmas Kanor tahun
2018 dan 2019?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisa kasus baru HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Kanor di
tahun 2018 dan 2019
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menganalisa distribusi angka penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis
kelamin, usia, kelurahan,tempat tinggal, pengobatan.
2. Membandingkan angka kejadian distribusi penderita HIV/AIDS
berdasarkan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, pengobatan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Peneliti
1. Untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
HIV/AIDS.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program Internsip
Dokter Umum Indonesia.
b. Manfaat bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan gambaran persebaran HIV/AIDS di wilayah kerja
Puskesmas Kanor
c. Manfaat bagi Puskesmas
1. Untuk memberikan informasi kepada puskesmas mengenai Gambaran tentang
persebaran kejadian kasus baru HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Kanor.

Anda mungkin juga menyukai