Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937


Vol. 5 No 2, 2018

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Atraksi Adventure Tourism di
Kawasan Air Terjun Aling-Aling Sambangan
Rut Wiratami a, 1, Gde Indra Bhaskara a, 2
1irut_mekeprut@yahoo.co.id, 2gbhaskara@unud.ac.id
a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Tourist safety is an important aspect in tourism activities and must have serious attention from the manager
of a tourism destination. It is also one of tourist satisfaction over the service which further will imposes image of the
destination around the world. Sambangan tourism village is one of the tourist destinations in North Bali which is
currently popular to domestic and foreign tourists. There are two unique attractions become flagship attractions
that are sliding and jumping. Along with the development of an increasing tourist visits since last few years,
problems began appear. An accident even cause the loss of life and one of them is a local guide who made a living in
that area. Therefore, this research is considered necessary and important in order to find out how the application of
safety and health of work have been done so far. Data obtained through library studies, participatory observation
and interviews with the determined informants. This research found that the safety and health aspects of work in
Sambangan tourism village are still simple due to the limitations of funding and a lack of understanding in the health
aspects so that the implementation of health and safety of work is done based on understanding. Therefore, in the
future a further research is needed related to the health aspects of a medical, increasing of security aspects in the
location of tourists attraction and also the attention and support from the government especially tourism
department.

Keywords : Safety and Healthy, Adventure Tourism, Attraction, Waterfall.


I. PENDAHULUAN
Kegiatan pariwisata bertujuan untuk kerja/prosedur saat melakukan atraksi wisata.
memperoleh profit/keuntungan ekonomi bagi Apabila ketiga komponen keselamatan kerja ini
pengelola suatu destinasi khususnya dapat dipenuhi maka dapat menekan sekecil
masyarakat lokal sebagai host dan memberikan mungkin risiko-risiko kecelakaan yang tidak
kepuasan kepada wisatawan sebagai guest atas diinginkan. Secara umum, aspek keselamatan
produk yang dijual. Dua hal ini hendaknya termasuk di dalamnya keberadaan infratruktur,
membentuk sebuah integrasi yang dapat fasilitas, sarana dan personel penyelamat, di
menguntungkan kedua belah pihak. Kepuasan banyak daya tarik wisata masih terabaikan.
tersebut meliputi profesionalitas kinerja dan Pengelolaan daya tarik wisata semestinya
keramahtamahan guide saat melayani mengintegrasikan infratruktur dan
wisatawan, fasilitas pendukung pariwisata yang perlengkapan keselamatan di dalamnya sejak
memadai, dan hal terpenting adalah awal. Kurangnya perhatian pemerintah dan
keselamatan dan kesehatan wisatawan atau masyarakat terhadap keselamatan publik di
sering disingkat dengan K3. tempat-tempat pariwisata menyebabkan
“Keselamatan kerja dalam suatu tempat kurangnya pengendalian terhadap risiko yang
mencangkup berbagai aspek yang berkaitan ada. Tidak tersedianya sarana keselamatan
dengan kondisi dan keselamatan sarana dan yang sesuai standar merupakan salah satu
prasarana produksi, manusia dan cara kerja” penyebab terjadinya kecelakaan di kawasan
(Undang-Undang No. 1 tahun 1970). Jika wisata. Bahkan tak sedikit daya tarik wisata
diimplementasikan dalam konteks pariwisata, yang sama sekali tidak memiliki fasilitas
keselamatan dan kesehatan kerja yang penyelamatan tersebut meski pengunjung
dimaksudkan dalam penelitian ini ditekankan cukup ramai terutama wisatawan nusantara.
pada aspek keselamatan kerja. Keselamatan Kita tidak bisa menduga bahwa musibah bisa
kerja tersebut meliputi keselamatan sarana dan terjadi setiap saat. Melalui peningkatan aspek
prasarana atraksi wisata/kondisi lingkungan keselamatan di lokasi wisata, setidaknya dapat
kerja, keselamatan pemandu wisata dan menekan risiko musibah menjadi sekecil
wisatawan, serta keselamatan pada cara mungkin.

287
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018


Hal tersebutlah yang menjadi alasan Dive and Watersport oleh Agastya, 2014. Dalam
penelitian tentang aspek keselamatan di kawasan penelitiannya disebutkan bahwa pihak pengelola
Air Terjun Aling-Aling Desa Sambangan ini watersport sudah mempunyai SOP (Standard
dilakukan, dengan harapan ke depannya segala Operational Procedure) yang patut dan harus
aktivitas pariwisata yang berlangsung di dilaksanakan oleh seluruh karyawan saat dan
dalamnya dapat berjalan dengan baik, aman dan selama berlangsungnya aktivitas watersport.
nyaman baik bagi pengelola terlebih bagi Adapun kendala yang dihadapi oleh pihak
wisatawan yang berkunjung sehingga citra daya pengelola adalah kurangnya kemampuan
tarik wisata tetap terjaga baik pula. karyawan dalam penguasaan bahasa asing dan
kondisi peralatan watersport yang jarang dirawat.
II. TINJAUAN PUSTAKA Dari hasil penelitian tersebut, ada beberapa
Penelitian sebelumnya yang dijadikan hal penting yang dapat dijadikan tolak ukur
referensi dalam penelitian ini ada dua yang dalam penelitian selanjutnya yaitu pentingnya
didasarkan pada kesamaan lokus dan topik. peran karyawan/guide dalam menguasai
Penelitian yang dilakukan oleh Anak Agung Gde prosedur atraksi dan mengikuti seluruh aturan
Raka Dalem tahun 2009 tentang Potensi, Prospek yang ditetapkan perusahaan/pengelola, menjaga
dan Penyusunan Program dalam Pengembangan keselamatan diri sendiri maupun wisatawan
Ekowisata di Desa Sambangan, Kecamatan serta memahami kondisi kawasan atraksi dengan
Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Dengan baik.
persamaan lokus, hasil penelitiannya disebutkan Ada beberapa konsep yang digunakan
bahwa Desa Sambangan memiliki potensi dalam untuk menganalisis permasalaham dalam
pengembangan ekowisata, di samping agrowisata penelitian ini diantaranya; konsep penerapan
dan wisata spiritual. Paket wisata yang bisa dijual oleh (Ali, 1995) untuk menganalisis penerapan
dan sudah mulai digarap adalah trekking dan terdiri atas program yang akan dilaksanakan,
meditasi serta camping. Trekking ini diantaranya kelompok target yang menjadi sasaran dan akan
memanfaatkan kawasan hutan desa yang di menerima manfaat dari program tersebut dan
dalamnya terdapat beberapa air terjun dan juga pelaksana program baik organisasi maupun
memanfaatkan lokasi pertanian sehingga perorangan yang bertanggungjawab dalam
berkaitan dengan kegiatan ekowisata. pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Keterbatasan permodalan dan rendahnya Program yang dimaksud adalah penerapan aspek
kualitas SDM merupakan kendala dalam K3 dalam prosedur atraksi sliding dan jumping;
pengembangan ekowisata di desa ini. Namun konsep tentang keselamatan dan kesehatan kerja
kendala ini masih bisa diatasi jika berbagai pihak menurut (Sucipto, 2014) dan (Suma’mur 1981)
terkait (stakeholder) mau bekerjasama di dalam dalam (Sucipto, 2014) untuk menganalisis upaya
pengembangan ekowisata di wilayah ini. yang dilakukan pengelola dalam menjamin
Adapun paket trekking yang sudah keutuhan jasmani maupun rohani tenaga
dirancang dan dikemas sejak awal program kerja/guide pada khususnya, dan wisatawan pada
pengembangan ekowisata di Desa Sambangan umumnya, serta menciptakan suasana aman dan
sampai saat ini tetap dijual kepada wisatawan tenteram bagi semua stakeholder yang terlibat
bahkan menjadi daya tarik dan atraksi unggulan dalam kegiatan wisata; konsep atraksi wisata
di desa ini. Di dalam paket short trekking tersebut menurut (Soekadijo, 1996) untuk menganalisis
terdapat atraksi sliding dan jumping yang bentuk dan jenis atraksi yang dimiliki; dan
menjadi objek penelitian terkait dengan aspek konsep adventure tourism menurut (Cater, 2000)
keselamatan dan kesehatan kerja pada atraksi untuk menganalisis kriteria dan karakteristik
wisata dan pelaku atraksi yakni Guide dan atraksi wisata yang tergolong dalam adventure
wisatawan. tourism.
Selanjutnya penelitian dengan kesamaan
topik yaitu penerapan K3 di Benoa Tirta Harum

288
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018

Terjun Aling-Aling, disebut sebagai kawasan Air
Terjun Aling-Aling karena; pertama, Air Terjun
III. METODE Aling-Aling dengan ketinggian kurang lebih 30
Sumber data yang digunakan dalam meter merupakan maskot Desa Sambangan dan
penelitian ini yaitu data primer dan data paling terkenal diantara air terjun lain yang ada
sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk di desa ini. Kedua, di sekitar kawasan air terjun
verbal atau kata-kata yang diucapkan secara tersebut, masih terdapat tiga air terjun lagi yang
lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan masih berada dalam satu kawasan dimana
subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek lokasinya secara beruntun ke arah utara bawah
penelitian atau informan yang berkenaan dengan dengan radius kurang dari 100 meter dari air
variabel yang diteliti atau data yang diperoleh terjun satu ke air terjun selanjutnya. Sebelah
dari responden secara langsung. Sedangkan data utara Air Terjun Aling-Aling terdapat Air Terjun
sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik Kroya atau dalam Bahasa Bali disebut juga Tibuan
pengumpulan data yang menunjang data primer Kroya (12 meter). Tibuan berarti sebuah
(Arikunto, 2010). pemandian. Tempat ini memang menyerupai
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh sebuah kolam pemandian, sehingga orang-orang
melalui informan yang telah ditentukan yaitu lebih lazim menyebutnya dengan nama Tibuan
stakeholder pariwisata di Desa Sambangan Kroya. Selanjutnya, turun ke bawah utara dengan
diantaranya, ketua kelompok sadar wisata, jarak kurang dari 100 meter, kita akan
guide/pemandu wisata, dan wisatawan. Data menjumpai Air Terjun Kembar (10 meter). Dan
sekunder diperoleh dari hasil observasi di air terjun terakhir yang terletak paling bawah
lapangan serta studi pustaka berupa data bernama Air Terjun Pucuk (15 meter).
monografi desa, foto-foto, penelitian sebelumnya Atraksi sliding dan jumping dikemas ke dalam
dan lain-lain. paket trekking. Ada tiga jenis paket trekking
Untuk mendapatkan data-data tersebut, diantaranya short, medium dan long trekking.
teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan Paket trekking yang paling sering dibeli
jenis data yang dibutuhkan, apakah data primer wisatawan adalah short trekking. Dalam paket ini
atau data sekunder bahkan kedua-duanya dengan jalur trekking tidak terlalu jauh dan di sini
tahapan observasi, wawancara mendalam dan wisatawan dapat melakukan atraksi sliding dan
studi pustaka. jumping lebih banyak karena kegiatan terfokus di
Data yang diperoleh dalam penelitian ini kawasan Air Terjun Aling-Aling yaitu di Air
akan dianalisis secara kualitatif menggunakan Terjun Kroya, Air Terjun Kembar dan Air Terjun
teknik deskriptif-kualitatif. Data yang diperoleh Pucuk.
dipilah menjadi satuan yang dapat dikelola,
disintesis sehingga ditemukan pola, apa yang 4.2 Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
penting dan apa yang dapat dipelajari untuk (K3) Pada Atraksi Adventure Tourism Di
selanjutnya diputuskan apa yang dapat Kawasan Air Terjun Aling - Aling Sambangan
diceritakan kepada orang lain. (Bogdan dan
Biklen, 1982 dalam Bungin, 2007). Peranan kesehatan dan keselamatan kerja
sangat penting untuk menjamin keselamatan dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN kesehatan baik jasmani maupun rohani
4.1 Gambaran Umum seseorang di tempat bekerja. Tempat bekerja
dalam penelitian ini adalah lokasi atraksi sliding
Atraksi sliding dan jumping merupakan dan jumping di kawasan Air Terjun Aling-Aling
maskot utama atraksi wisata di Desa Wisata yakni pada Air Terjun Kroya tempat melakukan
Sambangan yang dikelola oleh kelompok sadar sliding, Air Terjun Kembar dan Air Terjun Pucuk
wisata Tunjung Mekar dimana sebagian besar tempat atraksi jumping. Penerapan K3 pada
pengurus didominasi oleh kaum muda-mudi Desa atraksi adventure tourism diterapkan pada tiga
Sambangan. Atraksi ini berlokasi di kawasan Air komponen yang terkait dengan pelaksanaan

289
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018

atraksi diantaranya atraksi sliding dan jumping memberikan saran kepada wisatawan agar
itu sendiri, K3 pada guide, dan wisatawan. mereka tidak panik pada saat meluncur ke bagian
bawah kolam.
7. Setelah puas melakukan sliding di Air Terjun
4.2.1 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kroya, atraksi selanjutnya yang dilakukan adalah
Pada Atraksi Sliding dan Jumping jumping atau melompat di Air Terjun Kembar
yakni dari bagian permukaan atas air terjun
Adapun penerapan kesehatan dan menuju ke bagian bawah/dasar kolam. Jarak
keselamatan kerja yang saat ini diterapkan oleh antara air terjun ini sangat berdekatan bahkan
pihak pengelola saat ini masih sederhana sebagai kurang dari 50 meter. Sama halnya seperti
berikut: sebelumnya, sebelum wisatawan melakukan
1. Peralatan keselamatan yang didapatkan atraksi jumping ini, kesiapan mereka ditanya
wisatawan pada saat melakukan atraksi adalah kembali dan mereka diberikan intruksi
life jacket atau jaket pelampung. Wisatawan yang melompat yang benar.
bisa berenang diperbolehkan untuk tidak 8. Setelah diperagakan pertama kali oleh pemandu,
menggunakan jaket keselamatan, sebaliknya kemudian wisatawan mempraktikkan
wisatawan yang tidak bisa berenang namun tetap sebagaimana yang telah diintruksikan.
ingin melakukan atraksi tersebut harus 9. Wisatawan boleh melakukan kedua atraksi baik
menggunakan jaket pelampung. sliding maupun jumping sepuasnya. Apabila
2. Pengecekan terhadap kondisi kolam di masing- wisatawan mengalami cedera kecil, maka pihak
masing air terjun untuk memastikan bahwa tidak pengelola sudah menyediakan kotak P3K pada
terdapat benda-benda asing di dasar kolam pos yang tersedia di dekat air terjun tersebut.
sebelum kegiatan atraksi dimulai. Terdapat pula
kegiatan gotong royong secara rutin di sekitar air Berdasarkan penuturan ketua
tejun setiap seminggu sekali. kelompok sadarwisata (darwis), hampir tidak
3. Untuk memastikan kondisi air aman, maka salah pernah terjadi kecelakaan berat yang menimpa
satu pemandu bertugas sebagai pemantau wisatawan selama mereka melakukan atraksi.
kondisi air dengan berada di bagian hulu air Selama wisatawan sudah mengikuti intruksi dari
terjun dan berkomunikasi lewat HT. Dengan alat pemandu, dan mendapatkan pengawasan dari
tersebut ia akan berkomunikasi dengan pemandu pemandu maka pihak pengelola berani
yang bertugas menemani wisatawan pada saat memastikan bahwa tidak akan terjadi kecelakaan
itu. berat. Apabila hal itu terjadi, maka pihak
4. Sementara itu, pada bagian hilir kolam sudah ada pengelola sudah siap menanggung risiko yang
satu atau dua pemandu lainnya yang bertugas terjadi yaitu mereka akan menanggung semua
untuk menunggu/menjaga wisatawan saat biaya pengobatan wisatawan karena mereka
mereka selesai melakukan atraksi. telah bekerjasama dengan pihak asuransi.
5. Atraksi yang akan dilakukan wisatawan pertama Peristiwa kelam yang pernah terjadi di tahun-
kali adalah adalah sliding di Tibuan Kroya. tahun sebelumnya yaitu kecelakaan yang sampai
Pemandu akan menanyakan sekali lagi kesiapan menimbulkan kematian disebabkan karena
wisatawan pada saat berada di lokasi untuk peristiwa alam. Oleh karena itu apabila cuaca
memastikan apakah mereka berani atau tidak sedang tidak mendukung atau terjadi hujan
untuk meluncur di tibuan tersebut. Wisatawan deras, maka kegiatan atraksi tidak dilakukan
tidak akan dipaksa apabila mereka tidak pada hari itu (wawancara, 2016).
sepenuhnya yakin/ragu-ragu. 4.2.2 Penerapan K3 pada Guide / Pemandu
6. Setelah pemandu memberikan intruksi, maka Wisata
wisatawan akan dituntun untuk langsung Tujuan utama dari penerapan Kesehatan
mempraktikkan. Kunci keberhasilan dalam dan Keselamatan Kerja (K3) tidak hanya
melakukan atraksi ini adalah keberanian dan difokuskan pada lokasi maupun atraksi yang
ketenangan. Jadi, dengan tenang pemandu dilakukan. Keselamatan kerja yang dimaksudkan

290
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018

juga merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman bagi para Adapun penerapan kesehatan dan
pemandu yang bekerja atau bertugas untuk keselamatan kerja pada guide lokal adalah
mendampingi wisatawan pada saat melakukan sebagai berikut;
atraksi. Para pemandu wisata/guide lokal yang 1. Kondisi fisik guide harus dipastikan sehat
bekerja di kelompok sadar wisata tidak serta jasmani rohani sebelum terjun kelapangan.
merta diterima begitu saja dan boleh bekerja 2. Masing-masing guide membawa life jacket baik
sesuai dengan keinginan mereka sendiri. untuk diri sendiri dan wisatawan yang dipandu.
Bagi kaum muda yang ingin bergabung 3. Membawa alat HT untuk berkomunikasi maupun
dalam kelompok sadar wisata (darwis) Tunjung berkoordinasi dengan guide yang lain.
Mekar harus mengikuti prosedur yang telah 4. Membawa peralatan P3K untuk pengobatan
ditetapkan. Pertama-tama harus mengikuti pertama apabila mengalami cedera atau
trening selama tiga bulan. Dalam kurun waktu kecelakaan ringan.
tersebut, guide pemula menjalani masa 5. Setiap guide yang betugas mendampingi tamu
pelatihan/training dengan cara mengikuti memiliki satu atau lebih rekan guide,
pemandu senior pada saat guiding. Jadi mereka dikondisikan dengan jumlah wisatawan yang
akan dilatih dengan cara sharing pengalaman datang sehingga guide utama yang bertugas bisa
satu sama lain. Secara otodidak mereka belajar meminta bantuan rekan-rekan lainnya apabila
bersama-sama di lapangan. Apabila guide pemula menghadapi kesulitan-kesulitan yang tidak
ini sudah fasih melakukan atraksi, memiliki dapat diselesaikan sendiri selama berada di
kemampuan renang dan mampu berkomunikasi lapangan.
dalam Bahasa Inggris dengan baik, maka pada 6. Setiap guide di kelompok sadar wisata Tunjung
saat itulah mereka dinyatakan lulus dan boleh Mekar Sambangan sudah terdaftar asuransi
mendampingi wisatawan. sehingga apabila mengalami kecelakaan atau
Dengan keahlian yang dimiliki tersebut, hal-hal yang tidak diinginkan, biaya pengobatan
setiap guide yang sudah dinyatakan lulus atau sepenuhnya ditanggung oleh pihak asuransi.
diijinkan memandu wisatawan harus mampu
bertanggung jawab terhadap kesehatan dan 4.2.3 Penerapan K3 pada wisatawan
keselamatan dirinya sendiri, menciptakan sistem
kerja yang aman dan nyaman sehingga Keselamatan wisatawan dalam berwisata
wisatawan yang dipandu merasa aman dan adalah salah satu bentuk kewajiban dan tanggung
terjamin keselamatannya sedari mereka datang jawab pihak pengelola suatu destinasi wisata. Ini
sampai mereka meninggalkan daya tarik wisata. juga merupakan salah satu tolak ukur suatu
Pemandu harus bersikap secara profesional dan destinasi wisata layak atau tidak untuk
mampu memposisikan diri sebagai penyelamat dikunjungi khususnya menyangkut aspek
ketika mengalami suatu kesulitan, hambatan keamanan wisatawan. Keselamatan wisatawan
bahkan kecelakaan yang tidak diinginkan. adalah hal yang sangat penting dan juga bentuk
Adapun penerapan kesehatan dan keselamatan kepuasaan atas pelayanan yang diberikan. Oleh
kerja pada guide sebenarnya tidak berbeda jauh karena itu, pihak pengelola harus menjadikan hal
dengan penerapan kesehatan dan keselamatan ini sebagai prioritas utama untuk menjaga citra
kerja pada wisatawan (wawancara, 2016). destinasi di mata wisatawan dan juga adanya
Peralatan keselamatan yang digunakan trust atau kepercayaan terhadap produk yang
selama memandu wisatawan di lapangan adalah ditawarkan dalam hal ini yang dimaksud adalah
sebagai berikut: atraksi sliding dan jumping. Peralatan
1. Life jacket (jaket pelampung) keselamatan yang didapatkan wisatawan selama
2. HT untuk berkomunikasi dengan pemandu lain melakukan atraksi adalah life jacket / jaket
yang bertugas mengawasi kondisi air di bagian pelampung.
hulu air terjun.
3. Kotak P3K

291
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018

Berikut di bawah ini bentuk penerapan kawasan Air Terjun Aling-Aling sudah baik,
kesehatan dan keselamatan kerja pada namun masih bersifat seadanya. Hal tersebut
wisatawan: disebabkan oleh keterbatasan dana dan
1. Wisatawan akan diberikan intruksi dari pemandu kurangnya pemahaman di bidang kesehatan serta
wisata sebelum melakukan atraksi wisata. tidak ada sumber daya manusia yang
Masing-masing wisatawan mendapatkan life berkompeten dalam bidang tersebut. Sarana
jacket, bagi yang tidak bisa berenang diwajibkan keselamatan utama pada saat melakukan atraksi
menggunakan agar tetap dalam posisi terapung. adalah life jacket baik bagi guide maupun
Sementara bagi wisatawan yang bisa berenang wisatawan dan HT yang digunakan untuk
diperbolehkan untuk tidak menggunakan jaket controlling. Selain itu setiap guide dituntut
pelampung. memiliki kemampuan renang yang baik sehingga
2. Setelah menggunakan life jacket, wisatawan dapat mengantisipasi atau memberikan
dituntun ke bagian hulu air terjun oleh pemandu. pertolongan kepada wisatawan tatkala
Sebelum terjun, pemandu mendemonstrasikan mendapatkan kesulitan selama berada di air.
langkah-langkah untuk melakukan masing- Pada pos peristirahatan terdapat pula kotak P3K
masing atraksi dengan benar. untuk memberikan pertolongan pertama pada
3. Pada saat wisatawan meluncur maupun cedera atau kecelakaan yang bersifat ringan.
melompat ke bagian dasar kolam, beberapa Apabila terjadi kecelakaan skala besar, maka
pemandu yang lain sudah siap menunggu di pihak pengelola akan membawa korban ke
bagian pinggir kolam untuk menjemput rumah sakit dan biaya pengobatan ditanggung
wisatawan dan mengantar ke pos peristirahatan. pihak asuransi karena paket wisata yang dijual
4. Apabila wisatawan mengalami cedera, kotak P3K sudah include biaya asuransi.
sudah tersedia dan mereka boleh beristirahat di
pos peristirahatan yang terletak di antara Tibuan 5.2 Saran
Kroya dan Tibuan Kembar. 5.2.1 Saran Kepada Pengelola
5. Wisatawan yang mengalami cedera atau
Berikut beberapa saran yang penulis
kecelakaan yang cukup parah akan dibawa ke
ajukan kepada pihak pengelola Desa Wisata
rumah sakit dan biaya pengobatan sepenuhnya
Sambangan dalam hal ini Kelompok Sadar Wisata
ditanggung oleh pihak asuransi karena biaya
Tunjung Mekar, yaitu;
pembelian paket trekking yang dibayarkan sudah
1. Untuk meningkatkan aspek kesehatan dan
termasuk biaya asuransi (observasi, 2016).
keselamatan pada atraksi sliding dan jumping

terlebih juga bagi keselamatan Guide dan
V. SIMPULAN DAN SARAN
wisatawan, pihak pengelola harus melakukan
5.1 Simpulan
riset kesehatan atau berkonsultasi dengan pakar
Atraksi wisata sliding dan jumping yang ada
kesehatan terkait dengan resiko atau efek
di Desa Wisata Sambangan tergolong ke dalam
samping yang dialami tubuh setelah melakukan
kegiatan adventure tourism atau kegiatan
atraksi sliding dan jumping.
pariwisata yang berhubungan dengan aktivitas
2. Selama ini pihak pengelola belum menentukan
petualangan karena dalam pelaksanaannya
syarat-syarat yang memenuhi kriteria
terdapat unsur tantangan/uji nyali, menguras
wisatawan untuk melakukan atraksi sliding dan
emosi, adanya resiko yang harus diantisipasi, dan
jumping, misalnya syarat minimal umur, berat
tentunya ada pengalaman baru yang diperoleh
badan, riwayat kesehatan sebelumnya dan lain-
dari aktivitas adventure tourism tersebut.
lain. Ini sebenarnya sangat penting diketahui
Petualangan ini melibatkan usaha maupun
dan diterapkan untuk mengantisipasi cedera
komitmen orang yang bersangkutan, selalu ada
atau trauma yang berkaitan dengan aspek
persiapan mental dan fisik serta
kesehatan.
pelatihan/pengarahan bila diperlukan.
3. Sarana keselamatan harus lebih ditingkatkan,
Penerapan kesehatan dan keselamatan
dimana selain life jacket diperlukan juga helm
kerja (K3) pada atraksi sliding dan jumping di
untuk melindungi kepala dari benturan,

292
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018

4. pelindung siku pada lengan dan kaki serta Lokakarya Ekowisata di Desa Sambangan pada
yang lain-lain. Sehingga pihak pengelola juga tanggal 15 April 2009: tidak diterbitkan.
Kusmayadi, Ir., dan Ir. Endar Sugiarto, MM. 2000.
perlu untuk mencari referensi tentang jenis Metodologi Penelitian Dalam Bidang
peralatan safety yang digunakan dalam atraksi Kepariwisataan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
tersebut. Utama.
5. Pihak pengelola seharusnya membuat rambu- Paramitha, Fernia. 2012. Sarana Keselamatan Pengunjung
Wisata Pantai (Studi Kasus Pantai Indah Ancol
rambu keselamatan di sepanjang jalur trekking dan Pantai Jakat Bengkulu). Skripsi Sarjana pada
dan di sekitar kawasan air terjun tempat Universitas Indonesia: tidak diterbitkan.
atraksi dilakukan. Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar
6. Pengelola Kelompok Sadar Wisata Tunjung Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mekar Desa Sambangan hapir 95 persen Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT.
didominasi oleh kaum pria, oleh karena itu Dian Rakyat.
diperlukan juga adanya kesetaraan gender Sucipto, Cecep Dani, 2014. Keselamatan dan Kesehatan
dalam hal ini peran kaum perempuan harus Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing
diperhatikan lagi. Sugiono, Prof. Dr. 2014. Cetakan ke-14. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA,CV.
5.2.2 Saran Kepada Pemerintah Sultengpost, Keselamatan di Lokasi Wisata,
Pemerintah Kabupaten Buleleng http://sultengpost.com/?p=5466 (diakses 16
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan April 2015).
Pariwisisata seharusnya memberikan perhatian Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar
Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
khusus kepada desa-desa wisata yang sedang Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan
berkembang saat ini. Bantuan maupun dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT.
dukungan baik secara material dan nonmaterial Dian Rakyat.
sangat diperlukan untuk kemajuan dan Sucipto, Cecep Dani, 2014. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing
peningkatan kualitas manajemen pengelolaan Sugiono, Prof. Dr. 2014. Cetakan ke-14. Metode Penelitian
desa wisata. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
1. Peralatan dengan teknologi yang canggih juga ALFABETA,CV.
diperlukan untuk mendeteksi adanya hal-hal Sultengpost, Keselamatan di Lokasi Wisata,
yang berbahaya misalnya alat pendeteksi http://sultengpost.com/?p=5466 (diakses 16
April 2015).
banjir. Tribun Bali. Coba Selamatkan Wisatawan Hanyut, Tour
2. Di setiap hilir air terjun tempat melakukan Gude Ini Hilang dan Belum
atraksi, sebaiknya dibangun semacam tanggul Ditemukan,http://bali.tribunnews.com/2015/04
untuk menahan orang yang hanyut apabila /12/coba-selamtkan-wisatawan-hanyut-tour-
Guide-ini-hilang-dan-belum-ditemukan (diakses
tidak sengaja terbawa arus. Hal ini untuk 14 April 2015)
mengantisipasi apabil terjadi hal-hal tak WTO, 2003. Tuntunan Keselamatan dan Keamanan
terduga. Wisatawan. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Undang-Undang Kepariwisataan No.10 tahun


2009
Balipost.com. Polisi Tewas di Air Terjun Aling - Aling,
http://balipost.com/read/headline/2014/09/28
/22251/polisi-tewas-tenggelam-di-air-terjun-
aling-aling.html (diakses 14 April 2015)
Bungin, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PRENADA
MEDIA GROUP
Swarbrooke, John. 2003. Adventure Tourism The New
Frontier. Great Britain : Elsevier Science
Dalem, Raka. 2009. Potensi, Prospek dan Penyusunan
Program dalam Pengembangan Ekowisata di
Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng (makalah ceramah).

293

Anda mungkin juga menyukai