Anda di halaman 1dari 52

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN

SEMESTER I
A. Pengertian Al-Qur’an dan Tata Cara Al-Qur’an di turunkan
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab qara’a, yang berarti
bacaan. Adapun defenisi Al-Qur’an ialah kalam Allah yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui perantara
Malaikat Jibril, dituliskan di dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir
(berkesinambungan), yang dinilai ibadah karena membacanya. Diawali dengan
surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Dengan defenisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi- Nabi
selain Nabi Muhammad SAW. Tidak dinamakan Al-Qur’an. Seperti Injil yang
diturunkan kepada Nabi Isa A.S, Taurat kepada Nabi Musa A.S, serta Zabur
kepada Nabi Dawud A.S. Selain itu, kalam Allah yang berupa Hadits qusdi,
juga tidak dinamakan Al-Qur’an, dan membacanya pun tidak dinilai ibadah.
Defenisi tersebut yang disepakati oleh jumhur ulama’. Allah menurunkan
Al-Qur’an adalah sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk.
Sekaligus sebagai tanda kebenaran Rasulullah SAW. Atas kenabian dan
kerasulannya. Al-Qur’an merupakan hujjah yang akan tetap tegak sampai hari
kiamat.
Jadi, pengertian Al-Qur’an adalah firman atau wahyu yang berasal dari
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat
jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa,
bangsa dan lokasi. Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah
kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul.
B. Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan perantaraan malaikat jibril
sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di
Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun
yaitu surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Sedangkan terakhir Al-Qur’an turun yakni
pada tanggal 9 Zulhijjah tahun 10 Hijriah yakni surah Al-Maidah ayat 3.

1
Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik
beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat , dan sebagainya. Turunnya
ayat dan surah disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan
keperluan. Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW
akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya.
Lama Al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2
bulan dan 22 hari.
C. Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan Al-Qur’an
1. Tauhid – Keimanan terhadap Allah SWT
2. Ibadah – Pengabdian terhadap Allah SWT
3. Akhlak – Sikap dan perilaku terhadap Allah SWT, sesama manusia dan
makhluk lain
4. Hukum – Mengatur Manusia
5. Hubungan Masyarakat – Mengatur tata cara kehidupan manusia
6. Janji Dan Ancaman – Reward dan punishment bagi manusia
7. Sejarah – Teladan dari kejadian di masa lampau
D. Keistimewaan Dan Keutamaan AlQur’an Dibandingkan dengan kitab lain
1. Memberi petunjuk lengkap disertai hukumnya untuk kesejahteraan manusia
segala zaman,tempat dan bangsa.
2. Susunan Ayat yang mengagumkan dan mempengaruhi jiwa pendengarnya.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pedoman kehidupan manusia.
4. Menghilangkan ketidakbebasan berfikir yang melemahkan daya upaya dan
kreatifitas manusia (memutus rantai taqlid).
5. Memberi penjelasan ilmu pengetahuan untuk merangsang
perkembangannya.
6. Memuliakan akal sebagai dasar memahami urusan manusia dan hukum –
hukumnya.
7. Menghilangkan perbedaan antar manusia dari sisi kelas dan fisik serta
membedakan manusia hanya dari sisi takwanya kepada Allah SWT.

2
E. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an
Pada permulaan islam kebanyakan bangsa arab islam adalah buta huruf
mereka tidak mengenal yang namanya kertas mereka hanya bisa menghafal.
Sangat sedikit diantara mereka yang bisa membaca dan menulis. Tiap-tiap di
turunkannya ayat Nabi Muhammad SAW menyuruh menghafalnya dan
melukiskannya dibatu, kulit binatang, pelepa tamar dan apa saja yang bisa
disusun dalam sesuatu surat. Nabi Muhammad menerangkan tertib urut ayat-
ayat itu. Nabi Muhammad mengadakan peraturan hanya Al-Qur’an, Hadits-
hadits atau pelajaran-pelajaran yang di dengar dari mulut Nabi Muhammad
dilarang menuliskannya. Larangan ini bermaksud supaya Al-Qur’an itu
terpelihara, jangan campur aduk dengan yang lain-lain yang juga didengar dari
Nabi Muhammad SAW.
Pembukuan Al-Qur’an
Istilah pengumpulan kadang-kadang dimaksudkan dengan penghafalan
dalam hati, dan kadang-kadang pula dimaksudkan dengan penulisan dan
pencatatan dalam lembaran-lembaran.
F. Mengenal Huruf Hijaiyah
Huruf Hijaiyah adalah huruf alfabet dalam bahasa arab.

Qaf ‫ق‬ Zay ‫ﺯ‬ Alif ‫ا‬


Kaf ‫ك‬ Sin ‫س‬ Ba ‫ب‬
Lam ‫ل‬ Syin ‫ش‬ Ta ‫ت‬
Mim ‫م‬ Shad ‫ص‬ Tsa ‫ث‬
Nun ‫ن‬ Dhad ‫ض‬ Jim ‫ج‬
Wau ‫و‬ Tha ‫ط‬ Ha ‫ح‬
Hà Dzha ‫ظ‬ Kha ‫خ‬
Lam ‫ﻻ‬ ‘Ain ‫ع‬ Dal ‫د‬
Alif
Hamza ‫ء‬ Ghain ‫غ‬ Dzal ‫ذ‬
h
Ya ‫ي‬ Fa ‫ف‬ Ra ‫ر‬

3
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah (29) itu memang banyak orang
berpendapat, namun dari sekian pendapat yang paling banyak diikuti oleh
ulama qurro’ dan ahlul ada’ adalah pendapat Syekh Kholil bin Ahmad an-
Nahwiy (Guru Imam Sibaweh). Adapun menurut beliau Makhorijul Huruf
Hujaiyah itu ada 17 tempat, dan bila diringkas ada 5 tempat, yaitu: Al- Jauf
(lubang / rongga mulut), Al- Halqu (tenggorokan / kerongkongan), Al- Lisanu
(lidah), Asy- Syafatain (dua bibir) dan Al- Khoisyum (janur hidung).
G. Mengenal Ma’raj dan Tajwid
Di bawah ini adalah huruf-huruf yang dapat disambung tetapi tak dapat
menyambung.
‫و‬ ‫ز‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫د‬ ‫ا‬
Selain enam huruf diatas, semua huruf dapat menyambung dan
disambung.
H. Harakat Huruf Al-Qur’an
1. Fathah dengan tanda ( َ )
2. Kasrah dengan tanda ( ِ )
3. Damah dengan tanda ( ُ )
4. Sukun dengan tanda (‫)ه‬
5. Tasydid (dibaca dobel mati) dengan tanda (ّ )
6. Fathatain (tanwin fathah) dengan tanda dan berbunyi an
7. Kasrahtain (tanwin kasrah) dengan tanda dan berbunyi in
8. Dammatain (tanwin damah) dengan tanda dan berbunyi un.
Huruf Al-Qur’an dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Huruf Qamariah yaitu huruf yang tidak merubah bacaan. Ada 14 huruf
yaitu :
Huruf qamariah atau huruf bulan adalah huruf yang dibaca secara jelas
namun tetap mempertegas pembacaan dari huruf lam, contohnya pada kata
al-qamariyah (‫ )القمرية‬harus dan tetap dibaca al-qamariyah dengan
menegaskan pembacaan dari huruf lam. Jumlah huruf qamariah ada 14
huruf hijaiah, yakni: ‫ا ب غ ح ج ك و خ ف ء ع ق ي م ه‬

4
2. Huruf Syamsiyah yaitu huruf yang merubah bacaan. Ada 14 huruf yaitu :
Huruf syamsiah atau huruf matahari adalah huruf yang menghilangkan
pembacaan dari huruf lam, contohnya pada kata al-Syamsiyah (‫ية‬ll‫)الشمس‬
harus dibaca as-syamsiyah dengan menghilangkan pembacaan dari huruf
lam. Jumlah huruf syamsiah ada 14 huruf hijaiah, yakni: ‫ط ث ص ر ت ض ذ ن‬
‫دسظزشل‬
I. IQLAB ( ‫) اقالب‬
Iqlab artinya membalik atau mengganti. Apabila nun mati/tanwin
bertemu dengan huruf ‫ب‬, maka hukum bacaannya disebut iqlab. Cara
membacanya adalah bunyi nun mati/ tanwin berubah menjadi bunyi mim ( ‫) ْم‬
Huruf iqlab hanya satu yaitu huruf ‫ب‬
Contoh bacaan iqlab:
Huru Nun mati (‫) ْن‬ Tanwin (ً ٍ ٌ )
f
‫ب‬ ‫ِمنْ بَ ْع ِد ِه ْم‬ ‫ص ْي ٌر‬
ِ َ‫س ِم ْي ٌع ب‬
َ

J. IKHFA ( ‫)اِ ْخفَا ٌء‬


Ikhfa artinya menyamarkan/menyembunyikan bunyi nun mati atau
tanwin. Maksudnya bunyi nun mati/ tanwin dibaca samar-samar antara jelas
dan dengung, serta cara membacanya ditahan sejenak. Hukum bacaan disebut
ikhfa apabila nun mati/tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa yang
jumlahnya ada 15 yaitu: ‫ت ـ ث ـ ج ـ د ـ ذ ـ ز – س ـ ش ـ ص ـ ض ـ ط ـ ظ ـ ف ـ ق ـ ك‬
Contoh bacaan ikhfa:
No Huruf Nun mati (‫) ْن‬ Tanwin (ً ٍ ٌ )
1 ‫ت‬ ٍ ّ‫َجن‬
‫ت ت َْج ِرى‬
‫فَ َمنْ تَبِ َع‬
2 ‫ث‬ ْ‫فَ َمنْ ثَقُلَت‬ ‫ب‬ ٌ ِ‫اب ثَاق‬ ٌ ‫ش َه‬ِ
3 ‫ج‬ ‫اِنْ َجا َء ُك ْم‬ ‫ق َج ِد ْي ٍد‬ٍ ْ
‫ل‬ َ
‫خ‬
4 ‫د‬ ‫اَ ْندَادًا‬ ‫َد ًّكا َد ًّكا‬

K. IDGHAM

5
Idgam (‫ )اضغم‬menurut bahasa artinya memasukkan atau melebur huruf.
Menurut istilah idgham berarti pengucapan dua huruf yang ditasydidkan.
Menurut devenisi diatas dapat disimpulkan bahwa idgham adalah
berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan
cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya.
PEMBAGIAN IDGHAM
a) Berdasarkan makhroj al-huruf (tempat-tempat keluarnya huruf) dan sifat-
sifat yang dimilikinya, idgham dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Idgham Mutamaatsilain ( ‫) اﻻضغم اﻤﺘﻤاثلين‬
Yaitu pertemuan dua huruf yang sama Makhraj dan sifatnya
( ‫) ﺧﺎ ﻤﺧﺮ ﻭ صفﺔ فان الحر يتفق ان‬
Dan hukumnya wajib di idgham-kan.
2. Idgham Mutaqorribain ( ‫) ﺒﯿﻦ ااﻤﺘﻘﺭ غام اد‬
Yaitu pertemuan dua huruf yang Makhroj dan sifatnya berdekatan
(hampir sama). (‫ ﺘﻘاﺮ ﻤا‬l‫ ﺠﺍ ﺍ ﻤﺨﺮ ﺐ‬l‫)ﺼﻔﺔ ﻮ‬. Huruf-hurufnya ‫ ﻞ‬l--- l, ‫ ﻖ‬l--- l‫ﻚ‬
‫ ﺭ‬--- .
3. Idgham Mutajaanisain ( ‫) ﺍﺍﻤﺘﺠﺍﻨﺴﻴﻦ ﻏﺍﻡ إﺪ‬
Yaitu pertemuan dua huruf yang sama makhroj, namun sifatnya
berlainan. Didalam Al-Qur’an pertemuan huruf-huruf yang sama
makhroj dan berlainan sifatnya terjadi pada huruf berikut ini :
a. ‫ ﻂ‬--- ‫ ﺪ‬--- ‫ﺖ‬
b. ‫ ﺙ‬---‫ ﺬ‬--- ‫ﻈ‬
c. ‫ ﻡ‬--- ‫ﺐ‬
Pengecualian:
Apabila awal huruf yang pertama itu wau (‫ )ﻮ‬mad dan huruf yang kedua
wau (‫ )ﻮ‬yang berharkat, ataupun yaa’ (‫ )ﻱ‬mad dan huruf yang kedua
yaa’(‫ )ﻱ‬berharkat, maka tidak lah keduanya tersebut dikatakan idgham.
b) Berdasarkan hukum nun mati atau tanwin, maka idgham di bagi
menjadi dua.
1. Idgham Bighunnah ( ‫ﺒﻐﻨﻪ ﺍﻀﻐﺍﻡ‬m )

6
Dinamakan juga Idgham naqis, yaitu apabila nun mati atau tanwin
bertemu dengan salah satu huruf ‫ ﻡ ﻦ ﻱ‬l‫ ﻮ‬. Cara membacanya yaitu
ditahan kira-kira dua ketukan, disertai suara sengau (dengung).
2. Idgham Bilaghunnah ( ‫) ﻏﻨﻪ ﺒﻼ ﺍﻀﻐﻡ‬
Dinamakan juga dengan idgham kamil. Yaitu apabila nun mati atau
tanwin bertemu dengan huruf ‫ ﻞ‬dan ‫ ﺮ‬. Cara membacanya yaitu
ditahan kira-kira dua ketukan dan tidak disertai suara sengau
(dengung).
pengecualian :
Ketentuan idgham tersebut diatas tidak berlaku pada pertemuan nun
mati dengan ‫ ﻮ‬dan ‫ ﻱ‬yang ada terjadi dalam satu kata berikut ini : ‫ﺪ ۫ۥﻨﻴَﺍ‬
Kasus seperti ini disebut dengan istilah izh-harmuthlaq, yang harus
dibaca jelas.
L. MAD (PEMANJANGAN) HURUF AL-QUR’AN
1. Apabila ada Alif “ ‫ ” ا‬dan sebelumnya ada huruf yang berharakat Fathah.
2. Apabila ada Ya mati “‫ ” ي‬dan sebelumnya ada huruf yang berharakat
kasrah.
3. Apabila Wa mati atau Wa Sukun “ ” dan sebelumnya ada huruf berbaris
damah.
Keterangan :
 Apabila ada Mad thobi’iy (َ‫ْيع ّي َم ّد‬
ِ ‫)طب‬
ِ Mad ini biasa juga dinamakan mad
ashli, yang dimaksud dengan mad thobi’iy adalah mad yang panjang
bacaannya satu alif atau dua harakat di mana syaratnya yaitu setelah
huruf mad tidak ada hamzah atau huruf mad yang mati, baik karena
lَ ‫ُدبُنع‬
sukun atau waqaf, contoh : ‫ْك يَّإ‬
 Huruf mad Thobi’iy/ashli ada tiga yaitu : alif, waw dan ya’ dengan
syarat, bahwa huruf-huruf tersebut berharakat sukun atau mati dengan
ketentuan sebagai berikut
 Alif yang sukun dan didahului oleh huruf hijaiyyah lainnya yang
berharokat fathah. Contoh: ْ‫ َما‬- ‫ قَاْ َل‬- َ‫ َكاْن‬, dan sebagainya.

7
 Waw yang sukun dan didahului oleh huruf hijaiyyah lainnya yang
berharakat dhommah. Contoh : َ‫ َذ َكرُوْ ا – نال ُم ْسلِ ُموْ ِمن‬- ‫ َج َعل ُو ْا‬, dan sebagainya.
 Ya’ yang sukun dan didahului oleh huruf hijaiyyah lainnya yang
berharakat kasrah. Contoh : - ‫ فِ ْيهَا‬- َ‫ افِ ِظ ْين‬lll‫ َح‬-‫ ْال َحلِ ْي ُم‬, dan sebagainya.
Namun apabila tidak memenuhi ketiga kententuan tersebut maka huruf-
huruf tersebut tidak dibaca dengan mad (kecuali diwaqafkan), misalnya :
‫( ْال َخ ْي ُر‬ya’ tidak dimadkan karena huruf sebelumnya berharakat fathah).
1. Mad ashli sebenarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu : a) Mad Ashli
Zhahiry, adalah mad jelas tanda dan juga bacaannya sekaligus, dan 2)
Mad Ashli Muqadda, adalah yang ada kalanya huruf-huruf mad tersebut
dalam penulisannya tidak ditulis, tetapi diganti dengan lambang atau
simbol tertentu untuk menandakan bahwa kalimat tersebut dibaca
dengan mad.
ِ َّ‫)مت‬
2. Mad wajib Muttashil (ُ‫ص ُل َو ِجبْ َم ّد‬
Maksudnya yaitu mad yang wajib dibaca panjang karena terdapat huruf
hamzah yang berada dalam satu kata, jadi ada syarat tertentu untuk mad
wajib muttashil yaitu adanya huruf hamzah sesudah huruf mad yang
terkumpul pada satu kata dan panjang bacaannya adalah 1½ sampai 2½
alif (3 sampai 5 harakat). Contoh : ‫ َو َجآ َء‬,‫نَّ َشآ ُء َم ْن‬
Dengan demikian apabila ada huruf hamzah yang tidak terkumpul
dalam satu kata maka, tidak dikategorikan dengan bagian mad ini.
Perhatikan contoh :
 ‫ السّمآء‬Setelah huruf mad ada hamzah yang terkumpul dalam satu
kata
 ‫ بَآ َء‬Setelah huruf mad ada hamzah yang terkumpul dalam satu kata
 ‫ ِس ْي َئ‬Setelah huruf mad ada hamzah yang terkumpul dalam satu kata
 ‫ئ‬
َ ْ‫و‬l‫ ُس‬Setelah huruf mad ada hamzah yang terkumpul dalam satu
kata
 ‫ ِج ْي َئ‬Setelah huruf mad ada hamzah yang terkumpul dalam satu kata
ْ ِ ‫ص ُل َجا‬
3. Mad Jaiz Munfashil (ُ‫ئز َمد‬ ِ َ‫) ْمنف‬

8
Mad Jaiz maksudnya adalah jaiz atau boleh dibaca panjang atau pendek,
dan munfashil artinya terpisah. Jadi pengertian secara istilah dapat
disimpulkan dari pengertian di atas bahwa Mad jaiz Munfashil artinya
kebolehan membaca pendek atau panjang bacaan/huruf mad jika huruf
mad tersebut tidak terkumpul dengan huruf hamzah dalam satu kata. Jadi
harus ada syarat yang dipenuhi dalam mad jaiz munfashil ini, yaitu
adanya huruf hamzah (‫ )ء‬sesudah huruf mad tetapi tidak terkumpul
dalam satu kata (dalam bahasa Arab disebut kalimat). Untuk panjang
bacaannya dapat sama dengan mad wajib muttashil atau bisa juga sama
dengan mad thobi’iy, sehingga mad jaiz munfashil dapat dibaca
sepanjang satu sampai 2 ½ alif.
ْ
4. Mad Lazim Kilmy (ِ‫)كل ِمى الَ ِز ْم َم ّد‬
Mad Lazim artinya kelaziman untuk memanjangkan bacaan dan kilmy
artinya kata, maksudnya adalah kelaziman memanjangkan huruf mad
karena sesudah huruf mad ada huruf yang bertasydid, ini biasanya berada
di tengah-tengah kalimat, di mana dalam kalimat tersebut setelah huruf
mad ada huruf yang bertasydid (syaddah) yang merupakan tanda
khususnya, karenanya disebut dengan mad lazim kilmy atau ahli ilmu
tajwid sering juga menyebut mad ini dengan nama mad lazim
muthowwal (‫)مطوّل لزم مد‬, artinya panjang bacaan mad ini adalah wajib
paling tidak 2½ sampai 3 alif atau 5-6 harakat. Contoh : َ‫ الضَّالِّ ْينَ َوال‬.
5. Mad Iwadh (‫)عوض مد‬
Iwadh secara bahasa berarti pengganti, sedangkan secara istilah yaitu
mad yang terjadi karena waqaf (berhenti) pada lafal yang ditanwinkan
(khususnya fathatain) dibaca nasab di akhir kalimat. Kesimpulannya
bahwa mad iwadh semula berupa kata yang berharakat fathatain,
kemudian diwaqafkan sehingga fathatainnya diganti dan dibaca dengan
nasab/fathah dan bacaannya lebih panjang sekitar 1 alif.
6. Mad Badal (‫)بدل مد‬
Badal secara bahasa artinya pengganti, sedangkan menurut istilah yaitu
adanya huruf mad dan hamzah yang terkumpul dalam satu kata, namun

9
huruf hamzah lebih dahulu dari pada huruf mad. Untuk panjang bacaan
mad ini, ulama sepakat selama 1 alif.Contoh : ‫أ َمنُوْ ا‬
7. Mad Shilah (‫)صلة مد‬
Mad Shilah artinya bacaan mad yang disambung, atau dengan kata lain,
mad shilah adalah huruf mad tambahan yang diperkirakan setelah huruf
ha’ dhomir, yang dikira-kirakan dengan harakat dhommah atau kasrah.
8. Mad Lien (‫)لين مد‬
Mad ini hanya dibaca pada huruf waw dan ya’ yang berharakat sukun
setelah huruf lain yang berharakat fathah. Jika bacaannya diteruskan
dengan kalimat lain, maka panjang bacaannya 1 alif, sedangkan apabila
diwaqafkan (berada pada akhir kalimat) maka dibaca sepanjang 2-3 alif.
Berikut contohnya :
ٌ ‫ بَـي‬Bai-tun Huruf lien berada setelah fathah (jika waqaf dibaca :
1. ‫ْت‬
Bay-yt).
2. ٌ‫ َغيْب‬Ghoi-bun Huruf lien berada setelah fathah (jika waqaf dibaca :
Ghoyyb).
3. ٌ‫ َريْب‬Roi-bun Huruf lien berada setelah fathah (jika waqaf dibaca :
Roy-yb).
9. Mad Tamkin (‫ مد‬l‫)تمكين‬
Mad tamkin yaitu mad yang dibaca karena adanya dua huruf ya’ yang
pertama berharakat hidup, bertasdid dan kasrah, sedangkan yang kedua
berharakat sukun. Panjang bacaannya 1 alif. Contoh :
a. َ‫ النَّبِيِّ ْين‬Nabiyyii-na, sebelum ya’ sukun, ada ya’ yang bertasydid
b. ‫ ُحيِّ ْيتُ ْم‬Huyyii-tum Sda.
10. Mad Farqu (‫)فرقع مد‬
Farqu (bisa juga disebut mad istifham), secara bahasa berarti pembeda,
dengan kata lain mad farqu adalah mad yang fungsinya membedakan
antara istifham (kata tanya) dengan khabar (berita), sehingga jika tidak
dibaca mad, maka hamzah akan disangka sebagai hamzah khabar,
padahal ia berfungsi sebagai kata tanya. Panjang bacaannya adalah 3 alif,
dan di dalam Alquran hanya terdapat 4 tempat saja, yaitu :

10
1. ‫ ال َّذ َك َر ْينِأ‬Aaa-dzakaroini
2. ‫ اللهُأ‬Aaa-llohu
M. ADAB MEMBACA AL-QUR’AN
Ada empat hal dalam membaca Al-Qur’an, yaitu :
1. Disunahkan mengambil air wudhu
2. Disunahkan memakai pakaian bersih lagi halal
3. Disunahkan pada tempat yang bersih
4. Disunahkan menghadap ke kiblat.

11
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER II
A. Hajat Manusia Terhadap Agama
Pada dasarnya semua manusia mempunyai fitrah (perasaan) keagamaan,
termasuk orang kafir, orang fasik dan orang munafik. Hanya saja fitrah
tersebut kabur di selubungi oleh pengaruh negatif berbagai aspek kehidupan,
tanpa terarahkan oleh ketiga faktor pendidikan yakni pendidikan informal,
formal dan non formal.
Agama sebagai penuntun, pembimbing, pengarah kepada kepercayaan
yang gaib secara benar melalui petunjuk wahyu untuk mendapatkan
kebahagiaan, kesejahteraan dunia akhirat. Untuk mencapai hal tersebut, maka
Allah memberikan beberapa tingkatan atau macam- macam hidayah yaitu :
1. Hidayah Tabiat
Tabiat dibawa sejak lahir yang dengannya dapat di ketahui keinginan
manusia sesuai ekspresinya.
2. Hidayah Indera
Manusia mempunyai lima indera (panca indera) yaitu telinga, hidung,
mata, lidah, dan kulit
3. Hidayah Akal
Hidayah akal anugerah Allah kepada manusia secara khusus. Dengan akal
ini manusia dapat berinteraksi, beraktifitas, dan berdaya guna sesuai
kemampuan SDM-nya untuk mengolah dan memamfaatkan SDA secara
maksimal.
4. Hidayah Ad-din
Hidayah inilah yang bisa mengarahkan ketiga hidayah tersebut (hidayah
tabiat, indera, dan akal) untuk mencapai kebenaran yang hakiki untuk
mendapatkan kebahagiaan sejati dan abadi.
B. Pengertian Hajat Dan Agama

12
Hajat berasal dari bahasa Arab yang artinya kebutuhan. Agama berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu a = tidak dan gama = kacau, berarti agama =
tidak kacau.
Manusia secara umum cara beragamanya dalam sejarah ada 4, yaitu :
1. Dengan cara mistik (batin) : selalu berdzikir kepada Allah SWT.
2. Dengan cara penalaran : tidak menerima jika tidak sama rasionya atau
pikiran.
3. Dengan cara amal saleh : dalam aktifitasnya selalu dibarengi dengan
kebajikan.
4. Dengan cara singkritisme : belajar dengan baik, mengerjakan,
mengamalkan dan mengajarkan ke sesama.
Secara etimologi menurut prof. Dr. Harun Nasution, masyarakat
indonesia mengenai kata agam yaitu din dari bahasa arab, religi bahasa eropa,
atau agama berasal dari kata sangsekerta
1) CIRI-CIRI AGAMA :
 Mempunyai kitab suci
 Mempunyai doktrin tentang tuhan
 Mempunyai tata cara peribadatan
2) AGAMA ADA DUA KELOMPOK :
 Agama wahyu (dari Tuhan) seperti Islam, Nasrani, Yahudi
 Agama wadh’i (budaya) ciptaan manusia sendiri seperti Hindu, Budha,
Majusi, Komputsu, Sinto, Tao dll
 CIRI-CIRI AGAMA WAHYU :
 Sejarahnya jelas.
 Disampaikan oleh Nabi atau Rasul.
 Konsep ketuhanannya monotisme mutlak.
 Memiliki kitab suci dan tidak mengalami perubahan.
 Ajarannya tidak berubah, walaupun masyarakat penganutnya
berubah.
 Ajarannya tentang alam nyata sesuai dengan perkembangan IPTEK.

13
 Prinsip-prinsip ajarannya tahan dengan kritikan akal.
 CIRI-CIRI AGAMA WAD’I
 Tumbuhnya secara evolusioner sejarahnya tidak jelas
 Tidak disampaikan oleh rasul/ nabi
 Tidak memiliki kitab suci yang permanen
 Konsep ketuhanannya, animisme politeisme, materialisme
 Ajarannya bisa berubah sesuai perkembangan zaman, akal dan iptek
atau kehendak manusia (penganutnya)
 Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal.
C. Pengertian Islam Secara Khusus
1. Secara etimologis islam dalam bahasa arab berasal dari kata “salima”
artinya selamat sentosa dan damai. Kemudian menjadi “assalama” artinya
berserah diri, masuk kedalam kedamaian, tunduk taat dan patut serta
memelihara, sedangkan kata “sullam” yang berarti tangga (alat naik).
2. Secara terminologi, menurut Harun Nasution, islam sebagai agama yang
ajarannya di wahyukan tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad
SAW sebagai rasul yang pada hakikatnya membawa ajaran berbagai aspek
kehidupan manusia.
Defenisi islam oleh Dr. Farid Wajdi Ensiklophedi Islam yakni :
“Islam adalah suatu sistem yang mengatur hubungan antar manusia dengan
sesamanya”.
Kata islam adalah nama yang diberikan Tuhan sendiri berdasarkan
wahyu dari segi misi ajarannya. Islam adalah agama sepanjang sejarah
manusia yang merupakan agama semua Nabi dan Rasul yang pernah
diutus Allah SWT.
3. Hakikat Islam
 Islam adalah agama penutup dan agama-agama samawi (wahyu). Islam
datang bukan menghapus agama sebelumnya tetapi datang untuk
memperbaharui, melengkapi, dan menyempurnakan.

14
 Agama islam membawa ajaran yang bersifat universal (menyeluruh)
dan tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat (sekuler)
 Semua ajarannya tidak ada yang bertentangan dengan akal sehat, hanya
adakalanya belum dipahami atau belum terjangkau oleh akal manusia
sehingga dianggap bertentangan
a. Islam menurut faham Muhammadiyah
Yakni agama islam yang datang pada Nabi Muhammad SAW, yaitu
apa yang Allah turunkan dalam al qur’an dan apa yang datang sunnah
yang sahih, baik berupa perintah maupun larangan, dan petunjuk untuk
keselamatan hamba dunia akhirat.
b. Al qur’an dan al hadits sumber ajaran islam
1. Al-Qur’an bacaan
Q.S Yusuf Ayat 2 :
‫تَ ْعقِلُونَ لَ َعلَّ ُك ْم َع َربِيًّا قُ ْرآَنًأ َ ْنزَ ْلنَا ُهإِنَّا‬
Artinya :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan
berbahasa Arab agar Kamu memahaminya.
2. Al-Kitab ditulis
Q.S Al-Baqarah Ayat 2 :
Artinya :
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.
3. Al-Furqan pemuda
Q.S Al-Furqan Ayat 1 :
‫تَبَا َركَ الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرًا‬
Artinya :
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam.
4. As-Syiqru
Q.S Al-Hijr Ayat 9 :

15
‫ظُونَ لَ َحافِلَهُ َوإِنَّاال ِّذ ْك َر نَ َّز ْلنَا نَحْ نُ إِنَّا‬
Artinya :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.

Pokok-pokok isi Al-Qur’an :


1. Imam, aqidah, tauhid
- Q.S Al-Baqarah ayat 285
- Q.S Al-A’la Ayat 3
- Q.S Al-Baqarah Ayat 177.
2. Ibadah
- Ibadah shalat (do’a) : Q.S At-Taubah Ayat 5, 103
- Ibadah puasa : Q.S Al-Baqarah Ayat 183
- Ibadah haji : Q.S Al-Baqarah Ayat 197
3. Muamalah
- Q.S An-Nur Ayat 32
- Q.S An-Nisa’ Ayat 3, 11, 23, 29
4. Hukum
- Pencurian : Q.S Al-Maidah Ayat 38
- Zina : Q.S An-Nur Ayat 2
- Qeshash (setimpal) : Q.S Al-Baqarah Ayat 178
5. Kisah-kisah
- Kisah Maryam dan Nabi Isa AS : Q.S Al-Imran Ayat 42-47
- Kisah Nabi Yusuf : Q.S Yusuf 27-28
6. Janji dan ancaman.
a. Janji
 Janji di dunia : Q.S An-Nur Ayat 55
 Janji di akhirat : Q.S Al-Baqarah Ayat 25
b. Ancaman
 Ancaman dunia : Q.S Al-A’raf Ayat 130 dan 133
 Ancaman akhirat : Q.S At-Taubah Ayat 35 dan Q.S An-Nisa’ 56

16
D. Hadist
Hadist sebagai sumber Islam yang kedua. Hadist menurut bahasa yaitu :
berita atau kabar. Hadist menurut istilah yaitu perkataan, perbuatan, dan
persetujuan atau baik sebelum, maupun setelah diangkat menjadi Rasul.
Fungsi Hadist, yaitu :
1. Menjadi kewajiban bagi setiap muslim taat kepada Allah SWT dan Rasul-
Nya : Q.S An-Nisa’ Ayat 80 dan Q.S An-Fhad Ayat 20.
2. Menjadi hadist sebagai sumber hokum Islam adalah tata orang yang
beriman : Q.S An-Nisa’ Ayat 65.
3. Mengikuti hadist Nabi adalah kunci diterimanya amal.
4. Sebagai penjelasan dan tafsiran-tafsiran.
Hadist ditinjau dari segi penyampaiannya :
1. Hadist Kauliah (perkataan)
2. Hadist Fi’liah (perbuatan)
3. Hadist Ta’ririah (takdir/persetujuan)
Hadist ditinjau dari segi jumlah yang menyampaikan :
1. Hadist Mutawaatir (bersambung-sambung)
2. Hadist Masyhur (terkenal)
3. Hadist Ahadun (seorang)
Hadist ditinjau dari segi kualitasnya :
1. Hadist Sahiiun (benar)
2. Hadist Hasanun (lemah ingatan)
3. Hadist Daiifun (pendusta)
4. Hadist Mauduun (hadist yang dibuat-buat/palsu).
Fungsi hadist kepada siapa disandarkan :
1. Hadist Madfuun : hadist yang disandarkan kepada Nabi.
2. Hadist Madquufun : hadist yang disandarkan kepada sahabat. Sahabat
adalah bertemu atau tidak dan mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi.
3. Hadist Maqtuun : hadist yang disandarkan kepada tabi’i. Tabi’i adalah
semasa sahabat bertemu atau tidak dan mempercayai ajaran yang dibawa
oleh Nabi.

17
E. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 di Yogyakarta.
Organisasi ini lahir sebagai perwujudan keprihatinan karena melihat
kenyataan umat Islam di Indonesia dalam cara menjalankan perintah-perintah
agama Islam banyak yang tidak bersumber dari ajaran Al Qur’an dan
tuntunan Rasulullah SAW. Dalam hal itu KH Ahmad Dahlan menghendaki
agar dengan Muhammadiyah, orang-orang Islam mengamalkan dan
menggerakkan Islam dengan berorganisasi.
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tidak secara kebetulan tetapi
didorong oleh aspirasinya yang besar tentang masa depan Islam Indonesia.
Aspirasi ini dapat dilacak dari perjalanan intelektual, spiritual, dan sosial
Ahmad Dahlan dalam dua fase dari biografi kehidupannya, yaitu fase
pertama, setelah menunaikan ibadah haji yang pertama (1889) dan fase
kedua, setelah menunaikan ibadah haji yang kedua tahun 1903 (Syaitullah,
1997:27-28).
 Faktor yang melatarbelakangi Muhammadiyah yaitu :
Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah
yaitu :
1. Faktor Interen ( dalam pribadi Ahmad Dahlan sendiri )
2. Faktor Eksteren ( aspek sosial, keagamaan, pendidikan, dan politik
bangsa ).
 Sejarah berdirinya Muhammadiyah
Bila ditinjau dari sejarah, organisasi Muhammadiyah berdiri setelah
Rasulullah SAW wafat pada pertengahan Abad ke-7, wafatnya
Rasulullah SAW menimbulkan persoalan serius di kalangan para
sahabat, baik yang menyangkut kelangsungan kepemimpinan Islam dan
munculnya berbagai persoalan sosial sementara rasul sebagai rujukan

18
utama penyelesaian problem tersebut telah tiada. Perkembangan
pemikiran tentang Islam tersebut di atas memberikan inspirasi lahirnya
Muhammadiyah di indonesia tahun 1912, yang pada akhirnya
Muhammadiyah ini berkaitan dengan gerakan pembaharuan Islam seperti
gerakan Wahabi di Arab, gerakan Jamludin Al Afgani di Asia Afrika dan
Muhammad Abduh di Mesir. Dalam kondisi kehidupan umat tersebut di
atas pada tahun 1912 Kiyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta.
 Latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan pengertian
Muhammadiyah
Keinginan dari KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi
yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang bersumber pada Al Qur’an
( Al imran : 104 dan Al ma’un ) sebagai sumber dari gerakan sosial
praktis untuk mewujudkan gerakan Tauhid.
Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat
Islam Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi Islam
dan tradisi lokal Nusantara ketika masih bermuatan paham animisme dan
dinamisme. Sehingga dalam prakteknya umat Islam di Indonesia
memperlihatkan hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam, terutama yang berhubungan dengan prinsip aqidah Islam yang
menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat.
Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam
Indonesia.
Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan
menjadi sumber keprihatinan untuk mendapatkan solusi agar dapat
keluar dari keterbelakangan. Keterbelakangan Umat Islam dalam dunia
pendidikan menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban.
Pesantren tidak bisa selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya
generasi baru muda Islam yang berpikir modern. Kesejahteraan Umat

19
Islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika kebodohan masih
melingkupi Umat Islam Indonesia.
Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari
Imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam.
Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperalisme dan
modernisasi bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah
koloni untuk memasarkan produk-produk hasil refolusi yang melanda
Eropa.
Imperalisme Eropa tidak hanya menggandeng grilia gerejawan dan
para penginjil untuk menyampaikan ajaran Yesus untuk menyapa umat
manusia di seluruh dunia untuk mengikuti ajarannya. Tetapi juga
membawa angin yang sedang melanda Eropa. Modernisasi yang
berhembus melalui model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia
mengusung paham-paham yang melahirkan modernisasi Eropa, seperti
sekularisme, Individualisme, liberalisme, dan rasionalisme. Jika penetrasi
itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru Islam yang rasional
tetapi liberal dan sekuler.
Dari uraian di atas, maka diperoleh bahwa Muhammadiyah
bmerupakan gerakan islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-
benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa agama islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlak,
dan mu’amalat duniawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan dan kolektif. Dengan
mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan
atau mengaktualisasikan agama islam menjadi rahmatan lil-‘alamin
dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah, yaitu sebagai gerakan islam yang
berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah dengan watak tajdid yang
dimilikinya senantiasa Istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah

20
islam amar ma’ruf nahi munkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan lil-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju
terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah
SWT dalam kehidupan di dunia ini. Adapun misi Muhammadiyah
adalah:
1. Menegakkan keyakinan Tauhid yang murni sesuai dengan ajaran
Allah SWT yang di bawa oleh Rasulullah SAW yang disyariatkan
sejak Nabi Muhammad SAW.
2. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan
jiwa ajaran islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-
persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
3. Menyebutkan ajaran islam yang bersumber pada Al Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4. Mewujudkan amalan-amalan islam dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat. ( Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-
39 Muhammadiyah Sumatra Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto ).
 Faktor-faktor yang melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad,
karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya
nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan islam, da’wah
amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan As
Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah
secara garis besar faktor penyebabnya, yaitu :
1. Faktor subyektif yang merupakan hasil pendalaman KH. Ahmad
Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas, dan
mengkaji kandungan isinya.
2. Faktor obyektif yang dapat dilihat secara internal dan eksternal.
Secara internal ketidakmurnian amalan islam akibat tidak
dijadikannya Al Qur’an dan As Sunnah sebagai satu-satunya rujukan
oleh sebagian besar umat islam Indonesia.
 Adapun faktor internal dan eksternalnya adalah sebagai berikut :

21
1. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat
ialam sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama
dan sistem pendidikan islam.

2. Faktor Eksternal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran
Muhammadiyah adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan
oleh politik penjajahan kolonial Belanda. Faktor tersebut antara lain
tampak dalam sistem pendidikan kolonial usaha ke arah westernisasi dan
kristenisasi.
 Tujuan Didirikannya Muhammadiyah
Tujuan Muhammadiyah adalah untuk mengembalikan ajaran islam
sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Dengan fokus bergerak di
bidang kemasyarakatan seperti sosial, ekonomi, budaya, lembaga dakwah
dan terutama dalam masalah pendidikan.
F. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
Gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah.
Ciri ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan
dalam jati diri Muhammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab
terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman KH. Ahmad Dahlan terdapat ayat-
ayat Al Qur’an Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat: 104.
Berdasarkan surat Ali Imran, ayat:104 inilah Muhammadiyah meletakkan
khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak)
Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya.
Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa
Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar
dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga
pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun
sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal

22
usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu menifestasi
dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan
tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah islamiyah.

 Muhammadiyah ( pengertian dan latar belakang berdirinya )


Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, 8 dzulhijjah 1330 H
atau 18 November 1912 M di kampung kauman Yogyakarta.
 Pengertian Muhammadiyah
1. Secara etimologi adalah bahasa arab dari kata “Muhammad” yaitu
nama Nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah “ya nisbah” yang
berarti meniru-niru atau mengikuti. Maka jadilah kata
“Muhammadiyah” yang berarti pengikut-pengikut Muhammad yakni
Nabi Muhammad SAW.
2. Secara terminologi, Muhammadiyah adalah persyerikatan yang
merupakan gerakan islam, di perkasai oleh K.H Ahmad Dahlan
memakai nama Muhammadiyah, karena sesuai dengan sifatnya, yakni
menghimpun pengikut-pengikut Nabi Muhammad SAW. Dan
bertujuan untuk mengikuti ajarannya (mengikuti dan
memperjuangkannya).
Jadi pengertian Muhammadiyah secara umum adalah sebagai berikut :
“Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf
nahi mungkar berakidah Islam dan bersumber kepada Al-Qur an dan
Sunnah. Persyarikatan ini berazazkan Islam dan bertujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Secara historis, organisasi
ini termasuk yang tertua sesudah Syarikat Islam (1908), didirikan oleh
KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan
dengan tanggal 18 November 1912 M di Yogyakarta”.

23
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER III
A. Pengertian Aqidah
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, secara etimologi (bahasa) aqidah
berasal dari kata Aqadah-Yaqqidu-Aqidatan yang berarti simpul, ikatan,
perjanjian, dan pokok atau buhul dan mahkota. Dalam konteks ini aqidah
berarti keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian atau sesuatu yang terbuhul dari dalam
hati dan dihormati seperti mahkota.
Pengertian Aqidah secara terminologis, menurut Hasan Al-Banna.
Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh
hatimu, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikit pun dengan keraguan-keraguan.
Beberapa istilah tentang aqidah :
1. Iman. Menurut ulama Salaf, Iman adalah sesuatu yang diyakini di dalam
hati diucapakan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh.
2. Tauhid. Tauhid artinya mengEsakan. Ajaran tauhid adalah tema sentral
aqidah dan iman.
3. Ushuluddin. Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah iman dan
tauhid disebut juga ushuluddin karena merupakan pokok-pokok ajaran
agama islam.
4. Ilmu Qalam. Qalam artinya berbicara atau pembicaraan. Dinamai dengan
ilmu Qalam karena banyak dan luasnya dialog dan pendekatan yang terjadi
antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal.

24
5. Fiqih Akbar (hukum besar). Berdasarkan Qur’an surah At-Taubah ayat
122 yang artinya “bukan hanya masalah fiqih namun lebih utama masalah
aqidah”.
B. Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan sunnah, artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan oleh Rasul dalam
sunnahnya wajib diimani, diyakini, dan diamalkan.
Ruang lingkup pembahasan aqidah adalah :
a) Ilahiyat. Ilahiyat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah
SWT baik zatnya, sifatnya, namanya maupun perbuatannya.
b) Nubuwat . Nubuwat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi-nabi dan Rasul-rasul, kitab-kitab suci, mukjizat, karomah, dan lain-
lain.
c) Ruhaniyat. Ruhaniyat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam meta fisik seperti : malaikat, jin dan roh.
d) Sam’iyat. Syam’iyat yaitu segala sesuatu yang hanya dapat diketahui
melalui sam’i (dalil naqli) seperti alam kubur (alam barza), azab kubur,
akhirat dan lain-lain.
C. Konsepsi Tauhid
Tema utama aqidah Islam adalah Iman kepada Allah SWT. Esensi iman
tersebut adalah mengesakannya baik dalam dzat, asma wa shifat (nama-nama
dan sifatnya) maupun perbuatan-perbuatannya(Af’al).
Secara sederhana tauhid dapat dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1. Tauhid Rububiyah, yaitu mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya
Rab, yang mencakup pengertian Khaliq (Maha Pencipta), Raziq (Maha
Pemberi Rezki), Hafish (Maha Memelihara), Muzabbir (Maha Mengelola),
Malik (Maha Memiliki).
2. Tauhid Mulkiyah, yaitu mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Raja
yang berdaulat bagi seluruh alam, yang mencakup pengertian, wali
(pemimpin), hakim (penguasa yang menentukan hukum dan semua
pengaturan kehidupan), Ghayah (yang menjadi tujuan segala sesuatu).

25
3. Tauhid Ilahiyah, yaitu Mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Al-
Ma’bud (yang disembah)
D. Aplikasi Tauhid Dalam Kehidupan
Seseorang yang bertauhid kepada Allah SWT akan mencintainya lebih
dari segala-galanya (Q.S 2 : 165). Apabila disebut nama Allah hatinya
bergetar (Q.S 8 : 2). Sebagai bukti cintanya dia akan patuh kepada Allah
dalam segala aspek kehidupannya dan rela menerima, mengikuti segala
keputusan Allah dan Rasu-Nya tanpa ada sikap penolakan sedikitpun
walaupun hanya dalam hati (Q.S 4 : 65). Kepatuhannya kepada Allah dan
Rasul-Nya diwujudkan dalam bentuk melaksanakan ajaran Islam secara
total/kaffa (Q.S 2 : 208). Seseorang yang bertauhid kepada Allah memiliki
kemerdekaan dalam kehidupan. Dia hanya bergantung semata-mata kepada
Allah SWT dan bebas dari segala belenggu kehidupan seperti belenggu harta,
pangkat, manusia, dan lain-lain. Bebas dari segala kemusryikan baik yang
tradisional, Ijimad, mantra, tenung, dan lain-lain, maupun kemusryikan
modern (mempertuhankan ilmu pengetahuan, materi dan kedudukan).

26
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER IV
A. IBADAH
Secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar) dari fi’il (kata
kerja) yang berarti : taat, tunduk, hina dan pengabdian.
Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan
ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya terdapat
unsur cinta (al-hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada Allah
kecuali bila ia mencintai Allah lebih dari cintanya kepada apapun dan
siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur cinta maka tidak bisa diartikan sebagai
ibadah dalam arti yang sebenarnya. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa
akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi adalah penghambaan diri,
sedangkan awalnya adalah ketergantungan.
Adapun defenisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang
diperkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, hlm.276).
 Pembagian Ibadah
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Ibadah Khashshah (Ibadah Khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya
telah ditetapkan oleh nash, seperti : thaharah, shalat, zakat, dan
semacamnya.

27
2. Ibadah Ammah (Ibadah Umum), yaitu semua perbuatan baik yang
dilakukan dengan niat karena Allah SWT. Semata, misalnya:
berdakwah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar di berbagai bidang,
menuntut ilmu, bekerja, rekreasi, dan lain-lain yang semuanya itu
diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingin mendekatkan diri
kepada-Nya.

 Prinsip-prinsip Ibadah
Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam
memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:
1. Prinsip Utama dalam ibadah adalah hanya menyembah kepada Allah
semata sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT (al-tawhid bi-
llah).
2. Ibadah tanpa perantara. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT
yang terdapat pada Qs. Al-Baqarah / 2 : 186.
3. Ibadah harus dilakukan secara ikhlas yakni dengan niat yang murni
semata hanya mengharap keridhaan Allah SWT. Keikhlasan harus ada
dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan, maka tidak mungkin ada
ibadah yang sesungguhnya.
4. Ibadah harus sesuai dengan tuntunan.
5. Seimbang antara unsur jasmani dengan rohani.
6. Mudah dan meringankan.
B. THAHARAH
Secara bahasa thaharah berasal dari bahasa Arab : ‫ ﻂﻬﺮ‬yang berarti suci
dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun kotoran batin berupa sifat
dan perbuatan tercela. Cara menyucikan batin yakni dengan bertaubat dari
segala noda dosa dan penyakit hati yang menjauhkan manusia dari Tuhannya,
seperti : syirik, su’udzan (buruk sangka), dengki, kikir, dzalim dan segala
perbuatan maksiat lainnya. Sedangkan cara menyucikan lahir yakni dengan
membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari segala kotoran (najis) dan

28
hadats. Makna kedua inilah yang dimaksudkan dengan thaharah dalam istilah
fiqh yakni: mensucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat
dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu. Penyucian
diri di sini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan
tempat.
Hukum thaharah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang
akan melaksanakan shalat.
 Alat Bersuci
Alat untuk bersuci terdiri dari air, debu, dan batu atau benda padat
lainnya.
1. Air sebagai alat bersuci yang paling besar perananya dalam kegiatan
bersuci. Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah : a) air
muthlaq yaitu air suci lagi mensucikan, seperti: air mata air, air
sungai, zamzam, air hujan, salju, embun dan air laut. b) air musta’mal
yaitu air yang telah digunakan untuk wudlu dan mandi. Hukumnya
sama dengan air mutlak yaitu sah untuk bersuci.
2. Debu yang digunakan untuk bersuci atau bertayammum adalah debu
yang suci dan kering. Debu ini bisa terletak di tanah, pasir, tembok,
atau dinding.
3. Batu atau benda padat lainnya selain tahi dan tulang. Debu, batu, daun
dan tisu itu digunakan khususnya ketika tidak ada air.
 Najis dan Hadats
Najis adalah segala kotoran seperti tinja, kencing, darah (termasuk
nanah, karena ia merupakan darah yang membusuk), daging babi,
bangkai, liur anjing, madzi (air berwarna putih cair yang keluar dari
kemaluan laki-laki yang biasanya karena syahwat seks, tetapi bukan air
mani), wadi dan semacamnya.
Hadats adalah sesuatu yang diperbuat oleh anggota badan yang
menyebabkan ia terhalang untuk melakukan shalat. Hadats ada dua
macam yaitu hadats kecil seperti buang air besar dan air kecil, kentut,
menyentuh kemaluan tampa pembatas, dan tidur nyenyak dalam posisi

29
berbaring sedangkan hadats besar seperti junub dan haid yang harus
disucikan dengan mandi besar, atau bila tidak memungkinkan untuk
mandi maka cukup berwudlu atau tayyammum.
 Wudlu’
Tata cara berwudlu secara lengkap berdasarkan sunnah Rasulullah
saw adalah sebagai berikut:
1. Niat berwudlu karena Allah semata adalah awal yang sangat
menentukan dalam melakukan setiap perbuatan. Niat dilakukan dalam
hati dan tidak perlu dilafalkan.
2. Membasuh tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jari jemarinya.
3. Berkumur-kumur secara sempurna sambil memasukkan air ke hidung
dan kemudian menyemburkannya sebanyak tiga kali.
4. Membasuh wajah tiga kali secara merata sambil mengucek ujung
bagian dalam kedua mata.
5. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri
dengan cara yang sama.
6. Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup satu kali.
7. Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki sambil menyela-nyelai
jemari sebanyak tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang
sama.
8. Tertib
9. Berdoa setelah wudlu dengan menghadap qiblat.
 Mandi
Mandi atau biasa disebut dengan mandi besar atau mandi junub
adalah membasahi seluruh badan dengan air suci. Tata cara mandi secara
runtut menurut Rasulullah saw adalah:
1. Niat mandi karena Allah semata dengan tampa dilisankan dan cukup
membaca basmalah.
2. Mencuci kedua tanga.

30
3. Mencuci kemaluan dengan tangan kiri. Setelah itu dituntutkan pula
mencuci tangan kiri dengan tanah atau cukup digantikan dengan sabun
mandi.
4. Berwudlu seperti wudlu untuk shalat.
5. Menyiramkan air kepala secara merata (keramas) sambil
menguceknya sampai ke dasar kulit kepala.
6. Menyiramkan air ke seluruh badan (mandi) sampai rata yang dimulai
dari kanan kemudian ke kiri.
 Tayammum
Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudlu, dan mandi besar
bila ada halangan, seperti sakit atau ketiadaan air untuk bersuci,
misalnya karena musafir. Cara bertayammum adalah sebagai berikut:
1. Mengucap basmalah sambil meletakkan kedua telapak tangan di
tanah (boleh di dinding) kemudian meniup debu yang menempel
dikedua telapak tangan tersebut.
2. Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah satu kali, kemudian
langsung mengusap tangan kanan hingga pergelangan lalu kiri
dengan cara yang sama, masing-masing satu kali.
C. SHALAT
Menurut bahasa, shalat berarti do’a atau rahmat. Sedangkan menurut
istilah shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan
tertentu yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam.
Di dalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang
sangat istimewa, antara lain:
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT
yang perintahnya langsung diterima Rasulullah saw pada malam Isra-
Mi’raj.
2. Shalat merupakan tiang agama.
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
 Hukum Meninggalkan Shalat

31
Bagi muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh
dan berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, dihukumi
syirik dan kufur.
D. ZAKAT
 Pengertian Zakat
1. Etimologi (lubat) : subur, bertambah
2. Terminologi (istilah) : jumlah harta yang dibayarkan kepada
golongan yang telah ditetapkan Allah
 Dasar Hukum
Surah Al Muzammil : 73 : 20
‫ك يَ ْعلَ ُم َربَّكَ ِإ َّن‬ َ َّ‫طائِفَةٌ َوثُلُثَهُ َونِصْ فَهُ للَّ ْي ِل ثُلُثَ ِي ِم ْن أَ ْدن َٰى تَقُو ُم أَن‬ َ ‫ك الَّ ِذينَ ِمنَ َو‬َ ‫َم َع‬
ُ ‫َاب تُحْ صُوهُ لَ ْن أَ ْن َعلِ َم َوالنَّهَار اللَّ ْي َل يُقَ ِّد ُر َوهَّللا‬ َ ‫ْالقُرْ آ ِن ِمنَ تَيَسَّ َما فَا ْق َر ُءوا َعلَ ْي ُك ْم فَت‬
‫ضى ِم ْن ُك ْم َسيَ ُكونُ أَ ْن َعلِ َم‬
َ ْ‫ض فِي نَ ضْ ِربُو َوآ َخرُونَ َمر‬ ِ ْ‫َوآ َخرُونَ هَّلل َ فَضْ ِل ِم ْن يَ ْبتَ ُغونَ اأْل َر‬
َ‫صاَل ةَ َوأَقِي ُموا ِم ْنهُ تَيَسَّ َما ا ْق َر ُءوا هَّلل ِ َسبِي ِل فِي يُقَاتِلُون‬
َّ ‫هَّللا َ َوأَ ْق ِرضُوا ال َّز َكاةَ َوآتُوا ال‬

‫َخ ْيرًا هُ َو هَّللا ِ ِع ْن َد اتَ ِجدُوهُ خَ ْي ِم ْن أِل َ ْنفُ ِس ُك ْم تُقَ ِّد ُموا َو َما َح َسنًاقَرْ ضًا هَّللا َ َوأَ ْق ِرضُوا‬

َ ‫َر ِحي ٌم َغفُو ٌر هَّللا َ اإِ َّن ا هَّللا َ َوا ْستَ ْغفِرُوا أَجْ رًا َوأَ ْع‬
‫ظ َم‬

Artinya :
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan
batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia
mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah

32
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

E. PUASA
Puasa (Shiyam) : etimologi (lugat) : menahan diri. Terminology (istilah) :
menahan diri dari makan/minum, jima’ dan lain - lain disiang hari dengan
cara yang dituntun agama. Karena mengharap pahala dari Allah SWT.

 Dasar Hukum
Surah Al Baqarah, 2 : 183

‫صيَا ُم َعلَ ْي ُك ُم ُكتِ َب آ َمنُوا الَّ ِذينَ أَيُّ َها يَا‬


ِّ ‫قَ ْبلِ ُك ْم ِمنْ الَّ ِذينَ تَتَّقُونَ َعلَى ُكتِ َب َك َما ال‬
‫تَتَّقُونَ لَ َعلَّ ُك ْـم‬
Artinya :
Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa
 Rahasia Puasa
1. Membiasakan bersabar dari penderitaan
2. Memperingatkan diri dengan kehinaan dan kemiskinan
3. Memelihara dari perbuatan dosa
4. Menggerakkan orang kaya agar membantu orang miskin
5. Memperoleh manfaat dari kelaparan.
F. HAJI
 Pengertian Haji
Etimologi (Lugat) : Mengeja sesuatu. Terminologi (istilah) :
Dengan sengaja mengunjungi Ka’bah (Baitullah) untuk melakukan

33
beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat tertentu yang telah
ditetapkan syara’.
 Rahasia Haji
1. Mewujudkan pikiran/ketenangan akan pertemuan dipadang mahsyar
2. Membktikan sebab – sebab memperoleh rahmat dari Allah
3. Menyelami keutamaan menjauhkan diri dari syahwat.

G. PENYELENGGARAAN JENAZAH MENURUT PUTUSAN MAJELIS


TARDJIH
Cara Memandikan Mayat
Kalau kamu hendak memandikan mayat, maka mulai anggota kanannya
serta anggoa wudhu dan mandikanlah gasal (ganjil) :tiga atau lima kali
atau lebih dari itu, dengan air dan daun bidara, serta pada pemandian yang
terakhir taruhlah kapur barus, meskipun sedikit dan jalinlah rambut mayat
perempuan tiga pintal, lalu keringkanlah dengan semacam handuk.
Mandikanlah mayat pria oleh orang pria dan dari salah seorang dari suami-
istri, boleh memandikan lainnya. Dan sembunyikanlah cacatnya.
Cara Mengafan Mayat
Kafan (bungkus)-lah mayat itu dengan kafan yang baik dalam kain putih
yang menutup seluruh tubuhnya.Kafanilah mayat pria dalam tiga helai
kain dan mayat wanita dengan kain basahan, baju kurung, kudung
selubung lalu kain. Janganlah berlebih – lebihan dalam hal kafan.
Cara Menshalatkan Mayat
Sesudah sempurna dimandikan dan dikafani, maka sembahyangkanlah
mayat itu dengan syarat – syarat shalat, dengan niat yang ikhlas karena
Allah dan takbir-lah, lal bacalah Fatihah dan shalawat atas Nabi s.a.w
lalu takbir, lal berdo’alah dengan mengangkut tangan pada tiap takbir.
Cara Mengubur Mayat
Sesudah dishalatkan bawalah jenazah itu kepekubran dengan cepat-cepat
dan iringilah ia dengan berjalan disekelilingnya, dekat padanya, dengan

34
diam. Dan janganlah orang wanita pergi mengiringnya. Begitu juga
janganlah kamu duduk hingga jenazah itu diletakkan.
H. TIGA IDENTITAS MUHAMMADIYAH
Adapun ciri – ciri dari perjuangan Muhammadiyah itu adalah :
1. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Reformasi)

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER V
A. AGAMA, DUNIA, DAN IBADAH
1. Agama
Agama yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Qur’an dan yang tersebut dalam
Sunnah yang dhahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta
petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
Agama adalah apa yang di syari’atkan Allah dengan perantaraan Nabi-
nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk
untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
2. Dunia
Yang dimaksud “urusan dunia” dalam sabda Rasulullah saw. “Kamu
lebih mengerti urusan duniamu” ialah segala perkara yang tidak menjadi
tugas diutusnya para Nabi (yaitu perkara-perkara/ pekerjaan-pekerjaan/
urusan-urusan yang diserahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan
manusia).
3. Ibadah
Ibadah adalah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan
jalan menta’ati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-
Nya, dan mengamalkan segala yang diidzikan Allah. Ibadah itu ada yang
Umum dan ada yang Khusus :
a. Yang Umum ialah segala amalan yang diidzinkan Allah.

35
b. Sedangkan yang Khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan
perincian-perinciannya, tingkah dan cara-caranya yang tertentu.
B. AL ISLAM
Secara Etimologi Islam adalah ketundukan, ketaatan, penyerahan diri,
keselamatan. Islam adalah Agama Allah SWT. Seperti yang dijelaskan
dalam sebuah ayat yang artinya : “ sesungguhnya agama (yang diridhai)
disisi Allah hanyalah Islam” (Qs. Ali Imran 03:19) dan telah dijelaskan pula
bahwa “barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi”. (Qs. Ali Imran 03:85)
 Fundamentals Islam
1). Aqidah : Tauhid Syahadatain, Arkaanul Iman
2). Ibadah :
3) Khusus : Waktu, gerakan, bacaan, dan cara-caranya sesuai ketetapan
Allah dan Rasul-Nya.
4) Umum : semua amalan yang sesuai izin dan ridha Allah SWT.

(3). Muamalah Duniawiyah :

- Dunia bisnis/ perdagangan


- Sosial/ Kemasyarakatan.
- Kehidupan bernegara
- Dunia profesi.
- Pendidikan dan pengembangan IPTEK.

Pelaksanaannya berdasarkan syari’ah Allah SWT. Hukum yang lima.

(5). Akklaqul Karimah :

- Kesatuan : jiwa, mental, pikiran, lisan, dan perbuatan


- Personifikasi (mengikuti pada sosok) Nabi Muhammad
C. ISLAM TENTANG ETOS KERJA

36
Penyakit yang mengakibatkan umat Islam lemah di bidang ekonomi
dewasa ini ialah etos kerja yang lembek. Untuk membangun etos kerja umat,
maka perlu menyakini dan mengamalkan prinsip-prinsip Islam sbb:
1. Untuk hidup sejahtera dan bahagia (hayatan thayyibah) ialah dengan iman
dan amal saleh. Qs. An Nahl/ 16:97
2. Tidak dibenarkan iri hati kepada orang yang sukses. Setiap laki-laki
maupun perempuan diberi peluang untuk berusaha. Qs. An Nisa’/ 4:32
3. Agar manusia seimbang hidup duniawinya dengan ukhrawinya. Al
Qashash/ 28: 77 (hlm.58)
4. Usaha paling afdal ialah dengan kerja keras dengan cucuran keringat
sendiri.
5. Modal Iman dan ilmu pengetahuan (termasuk keterampilan), adalah
jaminan untuk memperoleh martabat hidup yang tinggi. Qs. Al Mujadilah/
58 : 11
6. Memilih usaha sesuai kemampuan, tidak mudah bosan dan kontinyu.
7. Selalu berdo’a dan berupaya serius untuk meraih hidup bahagia (hasanah)
di dunia dan akhirat. Qs. Al Baqarah/ 2:201
8. Harta benda yang diperoleh dengan cara yang halal, legal dan tampa
pemerasan, adalah hak milik (baik secara individual atau berserikat). Pada
hakekatnya adalah titipan Allah SWT untuk sebagiannya berfungsi sosial:
zakat, sadaqah, wakaf, waris, qurban, dll. Qs. Al- Hadid/ 57:7
D. MUHAMMADIYAH
Secara garis besar Muhammadiyah itu diambil dari nama Muhammad
yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18
November 1912 M di Yogyakarta.
 Identitas dan Azas (Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 4) :
- Gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid
bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
- Berasas Islam
 Maksud dan Tujuan (Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 6) :

37
- Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
- Untuk mencapai Tujuan dilakukan kegiatan dan amal usaha.
 Multi Gerakan :
- Tabligh/ Dakwah
- Sosial Kemasyarakatan
- Pendidikan dengan lembaga-lembaganya
- Ekonomi, perdagangan dan Industri
- Memberdayakan warga/umat menjadi kekuatan penentu dalam hidup
bernegara. (tidak berpolitik praktis)
 Persyarikatan Muhammadiyah sebagai wujud (menurut cita-cita KH.
Ahmad Dahlan) Qs. Ali Imran 03:110
 Pada paragraf terakhir Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah: “...
dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam ini dapatlah
diantarkan ke pintu gerbang surga jannatunna’im dengan keridhaan Allah
yang Rahman dan Rahim.”

38
AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER VI
A. AKHLAK
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluqun yang berarti
budi pekerti perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang
berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (penciptaan). Sedangkan
etimologis akhlaq adallah bukan saja merupakan tata aturan atau norma
perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan bahkan dengan
alam semesta sekalipun.
Rasulullah SAW menerangkan hakikat risalahnya yaitu
menyempurnakan Akhlaqul Khariemah. Akhlaqul kariemah dalam multi
dimensi :
1. Hubungan dengan Allah SWT antara lain yaitu Tauhid kepada Allah,
Taqwa, Berdo’a, Dzikrullah, Tawakkal, Istighfaar, dan Taubat.
2. Akhlak Diri Sendiri antara lain yaitu Sabar, Syukur, Tawadhu’, benar,
Amanah, Syaja’ah. Kana’ah.
3. Akhlak terhadap Keluarga antara lain yaitu Birrul Walidain, Adil terhadap
Saudara, Mendidik Keluarga, dan Memelihara keturunan.

39
4. Akhlak terhadap Masyarakat antara lain yaitu Ukhuwwah, Ta’awun, Adil,
Pemurah, Penyantun, Pemaaf, Menepati Janji dan sumpah, musyawarah,
dan wasiat di dalam kebenaran.
5. Akhlak terhadap Alam yaitu memperhatikan dan merenungkan tentang
penciptaan alam. Memamfaatkan alam secara tidak mubazir. Memelihara
alam dari pencemaran dan kerusakan.
Aklaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting
dalam Islam. Di antaranya:
1) Akhlak menjadi salah satu misi utama Rasulullah SAW. Sabda beliau:
‫إنما بعثت التم مكارم االخالق (رواه البيهاقى‬
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia."
(HR. Baihaqi)
2) Akhlak yang baik memberatkan timbangan kebaikan seseorang pada Hari
Kiamat.
‫ (رواه الترميذى‬...‫ما من شئ اثقل فى ميزان العبد المؤمن يوم القيامة من حسن الخلق‬
"Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam timbangan (kebaikan) seorang
hamba mukmin pada Hari Kiamat dari pada akhlaq yang baik." (HR.
Tirmidzi)
3) Akhlak murupakan ukurun kualitas iman seseorang.
‫ إيمانا أحسنهم خلقا (رواه الثرميذى‬l‫أكمل المؤمنين‬
"Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaqnya."
(HR. Tirmidzi)
4) Akhlak yang baik menjadi buah ibadah kepada Allah.
‫ إن الصالة تنهى عن الفحشاء و المنكر (العنكبوت‬, ‫و أقم الصالة‬
“…dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah (prbuatan-
perbuatan) keji dan munkar." (QS AL-'Ankabut: 45)

5) Di dalam Al-Qur'an banyak terdapat ayat tentang akhlak.


 Ihsan dan Amal Shalih

40
Ihsan dan amal shalih kaitannya dengan pembahasan ini, yakni
Akhlaqul Kariemah ialah pola perilaku yang dilandaskan pada dan
dimanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam, Ihsan, dan Amal Shalih.
 Pengertian Akhlak menurut Al-Ghazali (Ihya Ulumuddin/3:58). “Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, daripadanya timbul perilaku yang
mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran”.
B. PRIBADI MUSLIM
Seorang Muslim adalah seorang yang utuh pribadinya, utuh hidupnya
dan kehidupannya. Cara berfikirnya, tutur katanya dan laku perbuatannya,
secara terpadu terwujud menjadi karakter Islami. Dalam suasana, situasi dan
kondisi apapun, seorang muslim selalu menyatakan dan menampakkan
identitasnya sebagai seorang muslim (beragama Islam).
Prinsip-prinsip kehidupan pribadi seorang muslim antara lain sebagai
berikut:
1. Selalu Istiqamah beraqidah tauhid kepada Allah SWT berpegangan teguh
pada Rukun Iman. Menjadi muslim, mukmin, muhsin dan muttaqin.
2. Dengan penuh kesadaran, menjauhi dan menolak syirik, takhyul, khufarat
dan bi’dah yang menodai iman dan tauhid kepada Allah SWT maka
senantiasa membiasakan diri membaca Al-Qur’an dan memahami
maknanya.
3. Dengan penuh kesadaran, taat menegakkan Arkanul Islam (bersyhadat,
shalat lima waktu, berzakat, puasa Ramadhan, dan berhaji bila telah
mampu menunaikannya).
4. Selalu taat melaksanakan ibadah Mahdhah (khusus) dengan ikhlas dan
khusyu’ juga melaksanakan amal nawafil (ibadah sunnah) seperti shalat
sunnat rawatib, shalat witir dan shalat lail sesuai tuntunan Rasulullah
SAW.
5. Sebagai muslim berupaya melakukan shalat berjamaah, terutama
berjamaah di masjid bila tidak ada halangan syar’i.

41
6. Sebagai seorang muslim, selalu berupaya meningkatkan kualitas hidupnya
dengan motifasi hidup yang tinggi dalam bidang-bidang : keterampilan,
ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan profesinya.
7. Sebagai muslim membina diri menjadi orang shalih (gemar beramal
kebijakan) dalam masyarakatnya. Ia cinta masyarakatnya dan masyarakat
mencintainya.
8. Sebagai muslim wajib meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW,
menghiasi dirinya akhlaqul karimah (akhlak mulia), sehingga menjadi
uswatun hasanah (teladan yang baik) dengan sifat-sifat :
a. 1). Fathanah (cerdas)
2). Amanah (jujur)
3). Shiddiq (benar)
4). Tabligh (penyampai kebenaran)
b. Dalam melakukan amal dan kegiatan sosial, senantiasa dengan dasar
niat ikhlas dan mencari redha Allah SWT. Menjauhkan diri dari
perilaku riya, sombong, maksiat, munkar, dan semua perbuatan tak
terpuji.
c. Dalam melaksanakan tugas dan kerja dalam kehidupan sehari-nari
dilaksanakan dengan mentaati hukum, peraturan-peraturan yang berlaku
dan dengan ucapan dan bahasa yang santun, menjauhkan diri dari
perilaku: malas, curang, manipulasi, suap-menyuap dan semua
perbuatan yang merugikan hak-hak orang banyak.
9. Sebagai Muslim/ muslimah wajib berbusana menutup aurat.
10. Dalam melaksanakan muamalah – duniawi dengan prinsip-prinsip :
a. Sadar sebagai hamba Allah SWT dan Khalifah di bumi, sehingga
memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif dan positif.
Tidak mengisolasi diri dari pergaulan kehidupan. Berbuat kebajikan
secara maksimal dalam masyarakat sebagai amal shalih.
b. Senantiasa berfikir positif dan sehat serta beramal Islami, terwujud
dalam karya-karya nyata, bermamfaat bagi masyarakat.

42
c. Berpegang teguh pada Etos kerja Islami, yaitu : propesional, kerja
keras, terampil, disiplin, sadar tentang perlunya kerjasama dalam
kebajikan, menghargai waktu, terus berupaya menambah kualitas ilmu
dan keterampilan, bekerja secara berencana untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan.
Maka segala usaha dan upaya yang dilakukan seorang muslim
secara maksimal berpedoman dan mengamalkan 10 prinsip yang telah
dikemukakan itu, hakekatnya adalah jihad-akbar, jihadun-nafs, yakni
jihad paling besar untuk mewujudkan diri menjadi Muslim- Kaffah.

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN
SEMESTER VII

A. KEPEMIMPINAN ISLAM

Khalifah adalah bentuk tunggal dari khulafa yang berarti menggantikan


orang lain disebabkan ghaibnya (tidak ada di tempat) orang yang akan
digantikan atau karena meninggal atau karena tidak mampu atau sebagai
penghormatan terhadap apa yang menggantikannya. Ar Roghib Al Asfahani
dalam mufradat mengatakan makna kholafah fulanan berarti bertanggung
jawab terhadap urusannya secara bersama-sama dengan dia atau setelah dia.
Dalam konteks firman Allah SWT dalam surat Al Baqoroh, ayat 20:
“sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi,”
Para mufasir menjelaskan bahwa khalifa Allah adalah para nabi dan
orang-orang yang menggantikan kedudukan mereka dalam menjalankan
ketaatan kepada Allah, mengatur urusan manusia dan menegakkan hukum

43
secara adil. Menurut Roghib Asfahani, penisbatan itu sendiri adalah bentuk
penghormatan yang diberikan Allah SWT kepada mereka.
Khilafah (kepemimpinan) menjadi isu krusial dan tema sentral dalam
sistem politik Islam. Sedemikian krusialnya isu itu membuat para sahabat
menunda pemakaman Nabi untuk berkumpul di Bani Tsaqifah. Mereka
bermusyawarah untuk mengangkat pemimpin (Kholifah) pengganti Nabi. Allah
SWT berfirman:
“ Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (khalifah) dimuka bumi,
sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
dan sungguh dia akan meneguhkan agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-
Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang
siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
yang fasik” (Qs. 24:55)
Terminologi Khilafah sendiri dipakai untuk menjelaskan tugas yang
diemban para pemimpin pasca kenabian. Istilah itu digunakan untuk
membedakan sistem kerajaan dan kepemimpinan diktator. Hal ini menyiratkan
bahwa sistem khalifah yang dimaksud dalam berbagai hadist di atas adalah
bahwa sistem khalifah ini sejalan dengan prinsip-prinsip kenabian
(nubuwwah). Sistem kepemimpinan ini dibangun dari antitesis sistem kerajaan
dimana kekuasaan berdasarkan pewarisan keluarga (dinasti) ataupun sistem
diktator yang cenderung berbuat zalim dan tidak disukai rakyat.
Ibnu Taimiyah dalam Minhajus Sunnah menjelaskan bahwa
“Khulafaur Rasyidin yang berlangsung tiga puluh tahun adalah kepemimpinan
kenabian dan kemudian urusan itu pemerintah beralih ke Muawiyyah, seorang
raja pertama. Al Mulk (raja-raja) adalah orang yang memerintah yang tidak
menyempurnakan syarat-syarat kepemimpinan dalam islam (khilafah).”

44
Kepemimpinan dalam perspektif khilafah lebih merefleksikan
pemahaman terhadap nilai dan prinsip kepemimpinan yang benar menurut
islam ketimbang sebagai sebuah eksistensi maupun bentuk pemerintahan.
Khilafah lebih merupakan subtansi nilai yang bersifat dinamis. Kekhilafahan
sebagai prinsip nilai dan idealitas yang diembannya, yakni penegakan syariah
bukan sebagai lembaga pemerintahan. Kekhilafahan sebagai sebuah nilai
setidaknya mengacu kepada dua hal pokok, yakni pertama, kepemimpinan
(khilafah) itu harus merefleksikan kewajiban meneruskan tugas-tugas pasca
kenabian untuk meminjam istilah Ibnu Hayyan mengatur urusan umat,
menjalankan hukum secara adil dan mensejahterahkan umat manusia serta
melestarikan bumi. Kedua, kepemimpinan harus dibangun berdasarkan prinsip
kerelaan dan dukungan mayoritas umat, bukan pendelegasian kekuasaan
berdasarkan keturunan (muluk) dan kediktatoran (jabariyah). Islam tidak
menetapkan khilafah seperti institusi politik dengan hirarki dan pola
kelembagaan baku yang rigid dan memiliki otoritas politik tanpa batas seperti
layaknya raja. Ini berarti Islam memberikan keluasan kepada kaum muslimin
untuk merumuskan aplikasi kekuasaan dan bentuk pemerintahan beserta
perangkat-perangkat yang dibutuhkan dengan memperhatikan faktor
kemaslahan dan kepentingan perubahan zaman. Keluasan tersebut adalah
hikmah bagi kaum Muslimin, dimanapun mereka menemukan maka berhak
memungutnya.
B. TUGAS PEMIMPIN
Secara garis besar menurut Al Mawardi ada 10 tugas pemimpin dalam
Islam, yakni :
1. Menjaga kemurnian agama.
2. Membuat keputusan hukum di antara pihak-pihak yang bersengketa.
3. Menjaga kemurnian nasab.
4. Menerapkan hukum pidana Islam.
5. Menjaga keamanan wilayah dengan kekuatan Militer.
6. Mengorganisir jihad dalam menghadapi pihak-pihak yang menentang
dakwah Islam.

45
7. Mengumpulkan dan mendistribusikan harta pampasan perang dan zakat
8. Membuat anggaran belanja negara.
9. Melimpahkan kewenangan kepada orang-orang yang amanah.
10. Melakukan pengawasan melekat kepada hirarki dibawahnya, tidak semat
11. Mengandalkan laporan bawahannya, sekalipun dengan alasan kesibukan
beribadah.
C. KARAKTER KEPEMIMPINAN ISLAM
Karakter kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan sipil. Mandat
kepemimpinan dalam Islam tidak ditentukan oleh Tuhan namun dipilih oleh
umat. Kedaulatan milik Tuhan namun sumber otoritas kekuasaan adalah umat
Islam. Pemimpin tidak memiliki kekebalan dosa (ma’shum) sehingga
memungkinkan yang bersangkutan menggabungkan semua kemuasaan baik
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif dalam genggamannya. Islam tidak
mengenal jenis pemerintahan seperti yang dilakukan Eropa di abad
pertengahan sebab khalifah dipilih dan dapat diberhentikan oleh rakyat. Ibnu
Hazam menyatakan bahwa para ulama bersepakat (ijma’) perihal wajibnya
khilfah atau imarah (kepemimpinan) dan bahwa penentuan khalifah atau
pemimpin menjadi kewajiban kaum Muslimin dalam rangka melindungi dan
mengurus kepentingan mereka.
Oleh karena itu, Abu Bakar Ra menolak mendapatkan panggilan khalifah
Allah dan memilih sebutan khalifah Rasul karena dia mewakili Nabi dalam
menjalankan tugas kepemimpinan dan sebagai khalifah, beliau juga memahami
kekuasaannya bersifat temporal, yang dipilih dan diawasi rakyat. Dengan
demikian, pemimpin bukan wakil Tuhan dimuka bumi. Dalam kepemimpinan
sipil, umat mengontrol dan memberhentikannya. Semua mazhab Ahli Sunnah
Wal Jamaah menyakini bahwa Rasulullah SAW tidak mencalonkan
seorangpun untuk memegang kendali kepemimpinan sepeninggal beliau. Abu
Bakar menjadi khalifah karena dipilih kaum Muslimin bukan karena
menggantikan Nabi SAW menjadi iman shalat. Demikian pula Umar diangkat
sebagai khalifah bukan semata karena diusulkan Abu Bakar namun karena
beliau dipilih para sahabat dan dibaiat mayoritas kaum muslimin.

46
Adapun berkaitan dengan pembagian wewenang kekuasaan Eksekutif,
legislatif, dan yudikatif dalam pandangan Ali Bahnasawi lebih merefleksikan
kebutuhan yang tidak terelakkan baik dalam perspektif strategis maupun teknis.
Nabi SAW sendiri telah mendelegasikan beberapa aspek legislatif kepada para
sahabat dan sepeninggal beliau, wewenang legislatif dan yudikatif dipisahkan
dari tugas kekhalifahan. Kondisi ini pula yang secara alamiah menjadi titik
pijak transformasi sistem peradilan sepanjang pemerintahan Islam pasca Nabi
SAW, seperti adanya lembaga qadhi dan hisbah, mahkamah mazhalim dan
lain-lain. Dalam konteks strategis, pembagian kekuasaan adalah sebagai upaya
untuk mengurangi kemungkinan adanya pelanggaran kekuasaan (abuse of
power) sebagai akibat terkonsentrasinya kekuasaan. Mengutip Lord acton,
“power tends to corupt, absolute power tends to absolute corrupt”. Tabiat
kekuasaan tanpa kendali moral akan cenderung korup dan menindas maka
selain integritas moral dibutuhkan sistem yang dapat menggaransi tabiat jahat
kekuasaan tersebut muncul.

D. SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


Secara umum, Al Qur’an mensyaratkan seorang pemimpin diangkat
karena faktor keluasan pengetahuan (ilmi) dan fisik (jism) seperti dijelaskan
dalam :
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka : “sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab : “Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
dari padanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?”
Nabi (mereka) berkata : “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah
memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Baqarah : 247)
Syarat kepemimpinan menurut Ibnu Taimiyyah mencakup dua aspek, yaitu
Qawiy kekuatan (fisik dan intelektual) dan Amin (dapat dipercaya). Sedangkan

47
Al Mawardi menetapkan tujuh syarat kepemimpinan yang mencakup adil,
memiliki kemampuan berijtihaj, sehat jasmani, tidak memiliki cacat fisik yang
menghalangi menjalankan tugas, memiliki visi yang kuat, pemberani dalam
mengambil keputusan, memiliki nasab Quraisy.
Berpijak dari pemahaman umum nash dari Al qur’an dan sunnah, serta
pandangan ulama, setidaknya ada tiga syarat utama kepemimpinan dalam
Islam, yakni integrasi aspek keluasan Ilmu, integrasi moral (kesalihan
individual) dan kemampuan profesional. Yang dimaksudkan keluasan ilmu,
seorang pemimpin tidak hanya mampu menegakkan keadilan berdasarkan
prinsip-prinsip dan kaidah syariah, namun juga mampu berijtihaj dalam
merespon dinamika sosial politik yang terjadi ditengah masyarakat. Sementara
kesalihan adalah kepemilikan sifat amanah, kesucian dan kerendahan hati dan
istiqomah dengan kebenaran. Adapun profesional adalah kecakapan praktis
yang dibutuhkan pemimpin dalam mengelola urusan politik dan administrasi
kenegaraan.
Jika tidak dipenuhi keseluruhan syarat-syarat tersebut maka diperintahkan
mengambil yang ashlah (lebih utama). Misalnya, jika kaum muslimin
dihadapkan kepada situasi untuk memilih salah satu dari dua pilihan yang
buruk, yakni antara seorang pemimpin yang cakap namun kurang shalih maka
menurut Ibnu Taimiyyah hendaknya didahulukan memilih pemimpin yang
cakap sekalipun kurang salih. Karena seorang pemimpin yang salih namun
tidak cakap maka kesalihan tersebut hanya bermamfaat bagi dirinya namun
ketidakcakapannya merugikan masyarakat sebaliknya pemimpin yang cakap
namun kurang shalih maka kecakapannya membawa kemaslahatan bagi
masyarakat sementara ketidak shalihannya merugikan dirinya sendiri.
E. HAK DAN KEWAJIBAN PEMIMPIN MUSLIM
1. Niat Yang Lurus.
2. Hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat
sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Lalu iringi hal itu dengan
mengharapkan keridhaan-Nya saja. Kepemimpinan atau jabatan adalah
tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

48
3. Laki- Laki
Wanita sebaiknya tidak memegang tampuk kepemimpinan. Rasulullah
Shalallahu’ alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan beruntung kaum yang
dipimpin oleh seorang wanita” (Riwayat Bukhari dari Abu Bakarah
Radhiyallahu’anhu).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
“Wahai Abdul Rahman bin Samurah! Janganlah kamu meminta untuk
menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada
kamu karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk
menanggungnya.”(Riwayat Bukhari dan Muslimin)
5. Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin, Allah berfirman, “Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al
Maaidah : 49). Jika ia meninggalkan hukum Allah, maka seharusnya
dicopot dari jabatannya.
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara
kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat,
entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerumuskan oleh
Kezhalimannya,” (Riwayat Baihaqidari Abu Hurairah dalam kitab Al-
Kabir).
7. Tidak Menutup Diri
Hendaklah selalu membuka pintu untuk setiap pengaduan dan permasalahan
rakyat. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah
yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali
Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan
kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At Tirmidzi).
8. Menasehati Rakyat

49
Rasulullah bersabda, “Tidaklah Seorang pemimpin yang memegang
urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak
menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama
mereka (rakyatnya).”
9. Mencari Pemimpin Yang Baik
Rasulullah bersabda. “ Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi atau
menjadikan seorang Khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan
pejabat (pembantu). Yaitu pejabat yang menyuruh kepada kebaikan dan
mendorongnya kesana, dan pejabat yang menyuruh kepada kemungkaran
dan mendorongnya ke sana. Maka orang yang terjaga adalah orang yang
dijaga oleh Allah.”
10. Lemah Lembut
Do’a Rasulullah, “ Ya Allah barang siapa mengurus satu perkara umatku
lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang
mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka,
maka berlemah lembutlah kepadanya.
11. Tidak Meragukan dan Memata-matai Rakyat
Rasulullah bersabda, “ jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan
dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.”
F. KEPEMIMPINAN KOLEGIAL DALAM MUHAMMADIYAH
Kepemimpinan yang di kehendaki dalam Muhammadiyah termasuk
ortom-ortom adalah kepemimpinan yang kolegial. Sehingga dituntut sangat
perlunya dipenuhi persyaratan kepemimpinan yang telah disiapkan didalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Mohammad Djasman mengatakan bahwa, kepemimpinan yang efektif
dalam Muhammadiyah dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Mampu memahami diri sendiri. Kemampuan ini diperlukan karena
seseorang yang mampu memahami kekurangan dan kelebihannya akan
dapat mengambil keputusan sendiri, sektor kepemimpinan amal usaha mana
yang paling tepat baginya.
2. Mampu melakukan komunikasi.

50
3. Mempunyai kesadaran tentang perlunya untuk menambah ilmu.
4. Mempunyai kesadaran untuk menghayati nilai-nilai persyarikatan.
5. Mampu mengembangkan sikap sosialnya.
G. KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW DALAM KONTEKS MODERN
Dilihat dari kacamata kepemimpinan, tidak diragukan lagi bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil, yang
sukses dengan gilang gemilang. Untuk dapat menjadi pedoman dan teladan
bagi kita sekarang ini, marilah kita pelajari Sirah Rasulullah SAW, kenapa
beliau berhasil memimpin, apa rahasianya dapat kita lihat antara lain :
1. Selalu dibimbing Wahyu, ini adalah inti atau kunci dari semuanya, di
dalam memimpin Nabi Muhammad SAW selalu dibimbing wahyu.
Berbeda dengan pemimpin-pemimpin dunia yang lain, yang belajar sendiri
dari pengalaman dan buku-buku, maka Nabi Muhammad SAW langsung
dibimbing oleh Allah SWT Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan
Maha Memimpin. Nabi selalu dibimbing oleh wahyu baik secara langsung,
maupun tidak langsung.
2. Menghidupkan Syura, rahasia kedua keberhasilan kepemimpinan Rasullah
SAW adalah syura atau musyawarah. Supaya seorang pemimpin dapat
berhasil dengan baik, setidaknya dia harus membuka diri untuk menerima
masukan dari berbagai pihak, baik yang disampaikan langsung secara
pribadi atau melalui forum-forum pertemuan yang memang sengaja
diadakan untuk mendiskusikan suatu persoalan. Musyawarah sangat
diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang paling baik, disamping
untuk memperkokoh persatuan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab
bersama.
3. Keteladanan, adalah cara yang paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai
yang positif. Jika pemimpin memberikan contoh yang baik tentang
kejujuran, disiplin, kerja keras, tepat waktu, kebersihan dan nilai-nilai baik
yang sudah dicontohkan itu, maka pemimpin punya hak moral untuk
menegur dan meluruskannya.

51
4. Egaliter, rahasia keempat, Nabi adalah seorang yang egaliter, bukan
feodalis. Nabi tidak ingin diperlakukan berlebihan seperti orang-orang
Persia memperlakukan Kisra atau Kaisarnya. Egaliternya Nabi dapat
dilihat dari panggilan yang digunakan oleh Nabi kepada umatnya, yaitu
Sahabat. Istilah sahabat menunjukkan kesetaraan.
5. Mementingkan Kaderisasi, dalam memimpin Rasulullah SAW
mementingkan kaderisasi. Seorang pemimpin tidak boleh mematikan
kader yang tumbuh. Misalnya, kalau ada seseorang yang menonjol,
sebagai pemimpin dia merasa khawatir lalu mematikan, menutup
langkahnya. Dia tidak ingin ada matahari-matahari lain selain dirinya, dia
ingin bersinar sendirian, yang lain redup. Itu bukan seorang pemimpin
yang punya visi kaderisasi kedepan.
6. Integrasi Pribadi, rahasia terakhir atau rahasia keenam keberhasilan
kepemimpinan Rasulullah SAW adalah karena beliau memiliki al-akhlaq
al karimah, sampai dipuji oleh Al-Qur’an. Beliau adalah seorang
pemimpin yang sangat mencintai umatnya. Beliau hidup dan bergaul serta
dapat merasakan denyut nadi mereka. Beliau sangat menyayangi Umatnya.

52

Anda mungkin juga menyukai