Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN


PENGAMBILAN DAN PERSIAPAN CONTOH TANAH

DISUSUN OLEH :
1. PRETTY MELLANIA S. (1904097)
2. BRILLIANT ANAS (1904002)
3. JESICA HARDIANA (1904004)
4. ANASASYA AYANG M. (1904006)
5. RADYAN GANI W. (1904008)
6. ALFIANA FAUZIAH (1904010)

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN DIPLOMA III


POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA
2020
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai proses pelapukan, yaitu proses
pemecahan atau penghancuran. Pelapikan tersebut berasal dari batuan induk yang
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organic yaitub
sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh mikroorganisme. Dipengaruhi pula oleh
gabungan dari factor-faktor iklim, bahan induk, jasd hidup, bentuk wilayah dan
lamanya waktu pertumbuhan.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan


sifat-sifat fisik tanah di Laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah dimkasudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada
satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun.

Berdasarkan uraian di atas, maka kita perlu melakukan praktikum


pengamatan profil tanah untuk mengetahui dan mengenal tanah lebih lanjut
mengenai sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sehingga lebih dapat memahami
keadaan tanah pada suatu tempat.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan contoh tanah

2. Mahasiswa mengetahui perbedaan pengambilan contoh tanah yang disesuaikan


dengan sifat-sifat tanah

3. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara persiapan contoh tanah sebelum


digunakan untuk analisa
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran),


mineral – mineral padat yang tersedimentasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dan dari bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai
dengan zat cair dan gas yang mengisi setiap ruang – ruang kosong diantara
partikel-partikel padat tersebut (Badariah, 2014). Didalm pertanian maupun
perkebunan tanah digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu
menghasilkan berbagai macam makanan dan keperluan lainnya. (Poerwowidodo,
1991).

Contah tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari dari
suatu bagian tubuh tanah (horizon/ lapisan/ solum) dengan cara – cara tertentu
disesuaikan daengan sifat – sifat yang akan diteliti secara lebih di laboratorium.
Dalam Contoh tanah harus dapat mewakili areal yang relatif agak seragam dalam
hal jenis tanah, topografi, kemiringan dan bahan induk (Mpapa, 2016).
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat
fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di
laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah
di lapangan.

Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di


laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif
lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat
destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas
pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem
yang ada di dalam tanah, dan sebagainya. Sifat-sifat fisik tanah yang dapat
ditetapkan di laboratorium mencakup berat volume (BV), berat jenis partikel (PD
= particle density), tekstur tanah, permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah,
distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total (RPT), pori drainase, pori
air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas
tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier
extensibility), dan ketahanan geser tanah. Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium, antara lain dapat terjadi penyimpangan data akibat
pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode, waktu pengambilan maupun
jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium yang terlalu lama/jauh,
sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah.

Pengambilan contoh tanah terdiri atas contoh tanah agregat utuh


dan contoh tanah terganggu. Contoh tanah agregat utuh untuk penetapan
kemantapan agregat tanah. Sementara contoh tanah terganggu untuk analisis C-
organik tanah, kadar air lapang, dan tekstur (Jambak, 2017). Pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk
mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi
kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu
hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah.
Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan
contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan
dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan
luasan tertentu yang relatif homogen. Selain itu pengambilan contoh tanah sendiri
dilakukan untuk mengetahui status hara (kesuburan tanah) menggunakan sistem
composite sample, yaitu percampuran contoh yang diambil dari areal yang
dikehendaki (Rosmarkam, 2002).
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah dilakukan pada hari
Selasa, 10 Maret 2020 pukul 11.00 – 12.50 WIB. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Tanah. Adapun waktu pengambilan sampel tanah adalah
Jum’at, 28 Februari 2020, bertempat di daerah Pantai Samas, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Cangkul
2. Mangkuk
3. Kardus
4. Ayakan ukuran 2 mm
5. Ayakan ukuran 0,5 mm
6. Kantong plastik
b. Bahan
1. Contoh tanah jenis entisol
c. Cara kerja
1. Pengambilan contoh tanah terusik dalalm profil
Pengambilan contoh tanah terusik dalam profil dipilih di tempat
yang tidak tergenang air, tidak terkena sinar matahari secara langsung,
dan datar. Lalu, lubang baru digali untuk profil tanah, dengan dinding
tegak lurus di sebelah utara atau selatan, dengan ukuran 1m x 1m x
1m, kemudian dibuatkan lubang bertangga untuk diamati. Profil tanah
juga dapat dibuat pada tebing yang dibuat tegak lurus. Kemudian,
lapisan tanah yang ada ditandai berdasarkan warna, suara ketukan, dan
kekerasan tiap perlapisan dengan garis yang tegas. Selanjutnya, ciri –
ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir pelukisan
profil dicatat. Ciri – ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir
pelukisan profil juga dicatat. Kemudian, contoh tanah kering angin
yang diambil sekitar 1 – 2 kg tiap perlapisan dengan plastic yang
beretiket : kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan
dan ciri – ciri istimewa lain.

2. Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan

Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan dipilih di


tempat yang tidak tergenang air, tidak terkena sinar matahari langsung,
dan datar. Kemudian seresah, batuan, dan benda alam lain di lapisan
permukaan dibersihkan sehingga tubuh tanah terlihat. Contoh tanah
kering angin diambil sekitar 1 – 2 kg dengan pacul, cethok, dan
dimasukkan ke dalam plastic yang beretiket : kode tempat, kode
perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri – ciri istimewanya.

3. Pengambilan contoh tanah terusik dengan bor

Pertama, mata bor diletakkan di permukaan tubuh tanah. Lalu,


pegangan bor di putar perlahan – lahan ke arah kanan dengan disertai
tekanan sampai seluruh kepala bor terbenam. Kepala bor perlahan –
lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan cara pegangan bor tanah
diputar ke arah kiri dengan disertai tarikan. Kemudian, contoh tanah
yang terbawa kepala bor dilepaskanperlahan sampai bersih dan
diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah. Kemudian
pengeboran dilanjutkan setiap ketebalan 20 cm sampai kedalaman yang
dikehendaki. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20
cm itu diletakkan tersusun sesuai kedalaman aslinya, sehingga akan
diperoleh gambaran profil tanah. Selanjutnya, contoh tanah kering
angin sekitar 1 – 2 kg dimasukkan ked lam plastik yang beretiket kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri – ciri
istimewa lainnya.

4. Contoh tanah utuh (tidak terusik)

Pertama, permukaan bagian tubuh tanah yang akan di ambil dari


penutupan tumbuhan, seresah, dan batu dibersihkan. Kemudian, tabung
silinder diletakkan pda permukaan tanah yang akan disidik dengan
bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan. Perlahan – lahan

3
ditekan dengan tekanan merata sampai terbenam nya. Lalu, tabung
4
silinder kedua diletakkan diatasnya, kemudian tekan sampai tabung
pertama pada kedalaman yang diinginkan. Tanah digali disekeliling
tabung hingga tabung – tabung tersebut dapat diambil secara bersamaan
dalam keadaan bertautan. Tanah lebihan dirapikan di sisi depan dan
belakang dengan pisau tipis tajam. Selanjutnya, kedua mulut tabung
silinder ditutup dengan tutup tersedia, kemudian diisolasi dan beri kode
tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan, dan ciri – ciri
istimewa lainnya.

5. Pengambilan contoh tanah dengan agregat tak terusik dan contoh


tanah terusik.

Tanah digali sampai jeluk atau lapisan yang diinginkan. Untuk


kemantapan agregat umumnya diambil sedalam mintakat (zone)
perakaran. Lalu, gumpalan – gumpalan tanah yang masih ada
menunjukkan aslinya diambil dan dimasukkan kea dalm kotak yang
telah tersedia. Selanjutnya, lokasi dan jeluk pengambilannya dicatat dan
diberi label pada kotak atau kantong plastic.

6. Pengeringan

Contoh disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas sampul.


Label karton yang berisi nomor laboratorium contoh diselipkan di
bawah kertas. Lalu akar – akar sisa tanaman dibuang dan bongkahkan
contoh tanah dengan tangan menjadi kcil. Kemudian contoh tanah
dikeringkan sselama 1 miinggu, pada tempat yang ternaungi, tetapi
tidak terkena sinar matahari ataupun air hujan secara langsung.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Pengambilan Contoh Tanah Terusik


Gambar 2. Pengambilan Tanah Agregat Tak Terusik.

Gambar 3. Foto Kelompok Dengan Petani.


Gambar 4. Kenampakan Lahan.

B. Pembahasan

Tanah merupakan benda alami yang tersusun atas pasir, debu, dan liat
atau lempung, di dalam tanah terdapat komposisi mineral, udara, air dan juga
bahan organic. Tanah sebagai media tumbuh bagi tumbuhan atau tanaman,
dimanana tanaman tumbuh dan menyerap unsur hara dari dalam tanah. Tanah
tentunya akan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Unsur hara dalam tanah
tidak akan sama di setiap lokasinya, kondisi tersebut menyebabkan tingkat
kesuburan tanah yang berbeda sehingga kesuburan tumbuhan yang hidup di
atasnya berbeda pula (Mpapa, 2016). Untuk mengatasi permasalahan ini
maka di lakukan kegiatan pengambilan contoh tanah yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi kadar unsur hara dan zat zat yang lainnya.

Persiapan dan pengambilan contoh tanah di lakukan dengan dua jenis


cara yakni pengambilan contoh tanah terusik dan pengambilan contoh tanah
tidak terusik yang di sebut juga pengambilan contoh tanah utuh. Dua jenis
pengambilan contoh tanah tersebut memiliki perbedaan yakni dari cara dan
prosedur pengambilan contoh tanahnya. Namun dua hal tersebut memiliki
tujuan yang sama yakni bertujuan untuk mengetahui keadaan dari tanah
tersebut termasuk sifat fisik tanahnya, kandungan kadar air tanah, kandungan
mineral, kandungan kimia/unsur hara tanah.

Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) mengerut (bila


kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengkerut maka menjadi
pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengkerutnya tanah disebabkan oleh
kandungan mineral liat montmorilloinit yang tinggi. Besarnya pengembangan
dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Co efificient of Linear
Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell Index = indeks
pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah
(pedology) sedang PVC banyak digunakan dalam bidang engineering
(pembuatan jalan, gedung-gedung dan sebagainya) (Hardjowigeno,2010).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam


program uji tanah. Analisis kimia dan fisika dari contoh tanah yang diambil
diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara, pH, tekstur,
struktur, warna tanah dan sebagainya. Namun, hasil uji tanah tidak berarti
apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya, tidak dengan cara yang benar dalam pengambilannya dan
menyebabkan tanah itu menjadi rusak. Oleh karena itu pengambilan contoh
tanah merupakan tahap penting di dalam program uji tanah (Hanafiah, 2004).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat diketahui bahwa cara pengambilan contoh
tanah ada tiga macam yaitu: contoh tanah tidak terusik,, contoh tanah dalam
keadaan agregat tak terusik dan , contoh tanah terusik. Pengambilan contoh
tanah dalam profil, dengan membuat lubang 1m x 1m x 1m, sedangkan
pengambilan contoh tanah terusik dapat menggunkan cangkul atau cetok dan
tanah yang diambil hanya di lapisan permukaan, dan pengambilan tanah tak
terusik dapat juga meggunakan bor. Cara persiapan tanah sebelum digunakan
untuk analisa yaitu dengan cara pengeringan, kertika sudah kering kemudian
ditumbuk dan diayak.

B. Saran

Setelah membaca laporan ini diharapkan pambaca dapat melakukan


pengambilan dan persiapan contoh tanah baik dan benar. Diharapkan saat asisten
dosen memberikan materi mahasiswa harus mendengarkan dengan cermat.
Apabila kurang faham dengan materi tersebut, hendaknya segera ditanyakan agar
tidak ada kendala dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Badariah, C. N. 2014. Perbaikan Tanah Dasar Jalan Raya dengan Penambahan


Kapur. Jurnal Rancang Sipil Volume 1(1): 57.

Hanafiah, K. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada, Jakarta

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Jambak, M. K. F. A, D. P. Tejobaskoro, dan E. D. Wahjunie. 2017. Karakteristik


Sifat Fisik Tanah Pada Sistem Pengolahan Tanah Konservasi (Studi
Kasus: Kebun Percobaan Cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1):2-3.

Mpapa, Bahidin Laode. 2016. Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon
Jati (Tectona Grandis L.) Pada Ketinggian Yang Berbeda. Jurnal Agrista
20(3): 136.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Rajawali Pers, Jakarta

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai