Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK BEKAS SEBAGAI

ALTERNATIF MEDIA TANAM VERTIKULTUR


Oleh: Ni Komang Putri Seroja (9236)

“Soal memenuhi keperluan pangan harus mendapat prioritas utama, karena


rakyat yang diharuskan ikut serta di dalam gerakan produksi sehebat-hebatnya
itu, harus ada jaminan pangan, khususnya beras,”

(Bung Karno, 1901-1970)

Indonesia merupakan negara dengan banyak julukan yang menyertainya.


Salah satunya merupakan negara agraris. Negara Indonesia mendapat julukan
negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai seorang petani yang berkutat di bidang pertanian. Selain sebagai negara
agraris, Indonesia juga memiliki julukan sebagai negara maritim karena 2/3
wilayah Indonesia merupakan lautan yang menyebabkan Indonesia disebut negara
kepulauan.

Dengan banyaknya julukan tersebut, negara Indonesia tidak terlepas dari


melimpahnya sumber daya alam. Mulai dari sumber daya pangan, sumber daya
perikanan, dan lain sebagainya. Sumber daya alam yang melimpah inilah yang
merupakan salah satu potensi negara Indonesia untuk menopang kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dalam suatu negara, selain memiliki kelebihan
negara tersebut juga pasti memiliki kekurangan. Begitu pula dengan Indonesia,
yang saat ini memiliki suatu masalah yang cukup pelik dan sangat kronis, yaitu
masalah sampah. Sampah ialah suatu masalah yang jika kita telisik lebih jauh
tidak akan ada habisnya dan merupakan salah satu persoalan yang belum dapat
diatasi di Indonesia. Jika dipikir-pikir jumlah sampah saat ini masih sangat
membludak, bahkan kemungkinan populasi sampah akan melebihi populasi
manusia itu sendiri.

Penyebab banyaknya sampah saat ini tentunya tidak lepas dari campur
tangan manusia itu sendiri. Kesadaran manusia merupakan salah satu kunci dari
masalah sampah saat ini. Jika manusia tidak memiliki kesadaran mulai dari hal
yang kecil sekalipun, seperti membuang sampah pada tempatnya maka kelestarian

1
lingkungan pun tidak akan terwujud. Selain kesadaran manusia, hal lain yang
menjadi penyebab dari masalah sampah ini adalah kepadatan penduduk yang
mempengaruhi tingkat konsumsi menjadi lebih tinggi dan lahan untuk
menampung sisa konsumsi itu pun sangat terbatas terutama di daerah perkotaan.

Perkembangan Sampah Plastik Dewasa Ini

Salah satu jenis sampah yang berbahaya yaitu sampah plastik. Karena pada
faktanya, plastik membutuhkan waktu 50-100 tahun untuk terurai sedangkan
kantong plastik membutuhkan 10-20 tahun (P-WEC, 2016). Hasil riset Jenna R
Jambeck dan kawan-kawan (publikasi di www.sciencemag.org 12 Februari 2015)
yang diunduh dari laman www.iswa.org pada 20 Januari 2016 menyebutkan
Indonesia berada di posisi kedua penyumbang sampah plastik ke laut setelah
Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Menurut Riset Greeneration,
organisasi nonpemerintah yang 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di
Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong
plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem (Kompas,
2016).

 Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi


Indonesia. Riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan
sebanyak 24 persen sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Ini artinya, dari
sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta
ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani. Sedangkan, 7
persen sampah didaur ulang dan 69 persen sampah berakhir di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Dari laporan itu diketahui juga jenis sampah yang
paling banyak dihasilkan adalah sampah organik sebanyak 60 persen, sampah
plastik 14 persen, diikuti sampah kertas (9%), metal (4,3%), kaca, kayu dan bahan
lainnya (12,7%). (CNN Indonesia, 2018). Jika kita lihat, sampah plastik yang
tidak terkelola mencapai 14 persen. Ini merupakan angka yang tidak bisa dibilang
sedikit jika dilihat dari keseluruhan. Jumlah sampah plastik ini masih dinilai
sangat banyak, mengingat plastik tidak mudah terurai. Jika tidak dikelola di TPA
atau didaur ulang, akan merusak ekosistem. Sampah plastik yang tidak dikelola
ini biasanya tertimbun di tanah, atau ikut mengalir ke lautan. Jika sampah plastik

2
ini berada di air akan lebih sulit terurai. Melihat keadaan yang seperti ini, penulis
ingin melakukan suatu perubahan yang diharapkan akan membantu masalah ini,
terutama masalah sampah plastik. Jadi, penulis mengeluarkan sebuah inovasi yaitu
Perkebunan Vertikal Sederhana dan Murah dalam Mengoptimalkan
Peminimalisiran Limbah Botol Plastik Bekas dengan Memanfaatkannya sebagai
Media Tanam Vertikultur.

Konsolidasi dan Probabilitas Limbah Botol Plastik Bekas sebagai Media


Tanam Vertikultur Dewasa Ini

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, pengelolaan sampah plastik


tidaklah mudah. Biasanya sampah plastik jika tidak dikelola di TPA maka akan di
daur ulang. Maka pada kesempatan kali ini, penulis berusaha memanfaatkan botol
plastik bekas agar dapat berguna kembali yaitu sebagai media tanam vertikultur.
Selain masalah sampah plastik, hal yang menjadi masalah lain pada saat ini yaitu
menurunnya hasil panen petani karena cuaca yang tidak menentu. Seperti yang
terjadi di salah satu ekowisata di Bali yaitu ekowisata Subak Sembung yang
memiliki kendala dalam lahan pertaniannya. Pada musim hujan beberapa lahan
pertanian yang tempatnya kurang strategis mengalami banjir. Hal ini tentunya
menjadi salah satu penyebab turunnya hasil panen petani akibat gagal panen
karena banjir. Jadi, hal ini dapat diatasi dengan membudidayakan tanaman
vertikultur. Vertikultur adalah cara bertanam dengan menempatkan media tanam
dalam wadah yang tersusun secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa
vertikultur upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal. (Marsema Kaka Mone,
2006). Penanaman dengan teknik vertikultur ini tidak lepas dari keuntungan dan
kerugiannya. Keuntungan dari teknik ini yaitu dapat memanfaatkan lahan yang
sempit dengan lebih optimal, perawatan lebih mudah dan cenderung simpel,
pertumbuhannya pun akan lebih cepat jika kita menanam dengan baik dan benar,
dan hasil dari tanaman ini dapat dijual belikan dengan mudah dan cepat. Bertanam
dengan teknik vertikultur ini juga ada kelemahannya, yaitu membutuhkan
keterampilan khusus dalam pembuatannya, membutuhkan perawatan yang cukup
teratur dan jenis tanaman yang ditanam juga terbatas atau tidak banyak. Tanaman
yang biasanya ditanam menggunakan teknik ini yaitu jenis tanaman musiman
yaitu sawi, selada, kubis, wortel, cabai dan lain sebagainya. Selain itu, yang

3
sangat perlu diperhatikan yaitu penanaman dengan teknik ini memerlukan bahan
yang steril. Jadi kita dapat menggunakan botol plastik bekas sebagai media
tanamnya asalkan kita harus mensterilkan botol tersebut agar hasil tanamannya
dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan yang kita inginkan.

Jadi memanfaatkan botol plastik bekas sebagai media tanam vertikultur


merupakan suatu inovasi yang dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul saat
ini. Yang pertama masalah sampah plastik. Jadi dengan digunakannya botol
plastik bekas sebagai media tanamnya, maka masalah sampah plastik dapat
teratasi karena hal ini merupakan salah satu tindakan peminimalisiran berbasis
daur ulang. Selain masalah sampah plastik, masalah lain yang dapat teratasi yaitu
persentase penurunan hasil panen yang terjadi akibat lahan banjir di musim hujan
akan mengalami pengurangan karena sudah diatasi dengan bertanam dengan
teknik vertikultur yaitu menanam secara vertikal baik digantung atau tidak.

“Even if I knew that tomorrow the world would go to pieces, I would still plant
my apple tree” (Martin Luther King)

Anda mungkin juga menyukai