Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI ANAK (ASKEP)

Sikap Anak Dalam Perawatan Gigi

Disusun
O
L
E
H
Sinta Dwi Ramawati 1612402029

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syuku kadirat tuhan yang maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
tentang “sikap anak dalam perawatan gigi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupakan juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang tela berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembacademi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 12 Juli 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Masalah............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Anak Dalam Perawatan Gigi.................................... 2
2.2 Hal – Hal Yang Mempengaruhi Prilaku Anak............................. 6
2.3 Cara Penanganan Prilaku Anak................................................... 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 9
3.2 Saran............................................................................................ 9

Daftar pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah
bagaimana sikap (perilaku). Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan,
pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-
aspek tertentu dalam lingkungannya.1 Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan.
perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, Sikap
adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan
perasaan seseorang terhadap sesuatu.
Maka dalam hal ini bagaimana sifat (perilaku) anak untuk menerima suatu perawatan
yang diberikan oleh dokter gigi. Anak-anak memiliki berbagai macam sifat yang dipengaruhi
oleh lingkungan, keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Perilaku anak ada
kalanya dapat memudahkan atau menyulitkan perawat gigi dalam melakukan perawatan.
Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang perawat
gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak dengan baik
sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah. Penulisan ini bertujuan untuk
mengetahui strategi pengendalian tingkah laku anak dalam praktek kedokteran gigi.2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi anak dalam perawatan gigi ?
2. Apa saja hal – hal yang mempengaruhi perilaku anak ?
3. Bagaimana cara penanganan perilaku anak dalam perawatan gigi ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi anak dalam perawatan gigi.
2. Untuk mengetahui hal – hal yang mempengaruhi perilaku anak.
3. Untuk mengetahui cara penanganan perilaku anak dalam perawatan gigi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi Prilaku Anak


Sebelumnya tingkah laku/prilaku dalam ahli psikologi percaya bahwa pendekatan melalui
pendidikan dalam hal perawatan pencegahan tidak berhasil karena tidak mempertimbangkan
motivasi pasien.7 Perilaku anak dalam perawatan gigi sangat bervariasi dan prilaku anak di
bagi menjadi 4 kelas yaitu normal atau berani, takut, histerik dan memberontak. Adapun
pendapat lain yang menulis bahwa ada 5 tipe anak yaitu hipersensitif, nervus, ketakutan,
secara fisik anak tidak sehat dan keras kepala.3
Anak usia 2-5 tahun biasanya disebut golongan anak prasekolah dan biasanya juga masih
sulit untuk berkomunikasi dengan orang baru di luar lingkungannya. Anak usia sekolah yaitu
antara 6-12 tahun, memiliki perbedaan dalam sikap dan perilaku dalam setiap tingkatannya.
Usia 6-7 tahun merupakan periode tidak kooperatif dan emosinya mudah meledak-ledak
karena pengendalian dirinya masih belum seimbang. Anak usia 8-9 tahun lebih bertanggung
jawab, patuh, mandiri, mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan anak usia 10-12 tahun
lebih mudah diatur, timbul rasa ingin bersaing, baik dalam kegiatan fisik maupun keberanian
berbuat sesuatu.3,4,5
Ada berbagai cara yang di lakukan untuk mengklasifikasikan prilaku anak di dalam
perawat gigi.
A. Klasifikasi Anak Menurut Frankl Behaviolar Rating Scale

Merupakan sistem yang di perkenalkan oleh Frankl, Shiere, Forgels pada tahun 1962.
Dan kelompok dalam dalam Frankl Behaviolar Rating Scale adalah :
1. Jelas negative (--)
Menolak perawatan, menangis sekencang – kencangnya, ketakutan dan memiliki
tingkah laku yang ekstrem, menentang dan tidak mau mendengarkan.3

2. Negatif (-)
Segan menerima perawatan, tidak mampu diajak kerjasama, beberapa petunjuk sikap
negative yang tidak jelas, misalnya cemberut, menarik diri.3
3. Positif (-)
Suatu ketika tidak mau mengikuti intruksi dokter gigi, tetapi suatu ketika mau untuk
mengikuti atau mematuhi dokter gigi dengan syarat tertentu.3
4. Jelas positif (-)
Hubungan dengan dokter gigi baik, tertarik pada prosedur perawatan gigi, tertawa dan
menyukai situasinya.3
B. Klasifikasi Anak Menurut White

Perilaku anak dapat di tinjau dari pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut mereka.
Seorang dokter gigi pada saat memeriksa pasien anak hampir selalu menilai perilaku –
perilaku / sifat anak itu, karena kunci untuk melakukan perawatan gigi bersifat kooperatif.
Kebanyakan dari dokter gigi mengarakteristikkan anak dari salah satu dari 3 tipe ini:
Kooperatif, Tidak mampu menjadi kooperatif, Berpotensi Kooperatif.
1. Tipe Kooperatif

Yaitu tipe anak yang dapat di ajak kerjasama dengan baik, kebanyakan anak memiliki
sifat yang kooperatif dan hanya memiliki rasa takut yang minimal. Dan dapat di lakukan
dengan pendekatan Tell-Show-Do yaitu menceritai tentan perawatan gigi yang dilakukan.
Tipe anak seperti ini sangat membantu dokter gigi untuk bekerja secara efektif dan efisien.
Pada anak yang bertingkah laku baik selama perawatan awal dan selanjutnya berlu di
tambahkan “pujian” kepada anak tersebut.3,5
Pengalaman anak yang menyenangkan pada saat perawatan gigi akan menjadikannya
pasien yang baik dan perawatan dengan baik agar dapat menikmati kesehatan gigi yang baik
sepanjang hidup.5

2. Tipe Tidak Mampu Menjadi Kooperatif

Yaitu tipe yang belum mampu di ajak kerjasama dengan baik, pada tipe ini anak
belum dapat di lakukan komunikasi karena belum pempunyai pemahaman. Misalnya pada
anak di bawah usia 3 tahun masih sulit untuk berkomunikasi dengan orang – orang di luar
lingkungannya, dan pada anak cacat mental anak ini tidak mempunyai kemampuan menjadi
kooperatif karena kemampuannya terbatas. Tetapi pada anak normal ini hanya bersifat
sementara karena semakin bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan.3,6

3. Berpotensi Untuk Kooperatif

Yaitu tipe anak yang pada awal perawatan biasanya tidak mau diajak kerjasama oleh
dokter gigi dan perawat gigi, tetapi dengan teknik pendekatan yang tepat maka si kecil dapat
diajak utuk bekerjasama.3,6 Anak yang berpotensi menjadi kooperatif adalah anak yang
berperilaku sebagai berikut :
a) Perilaku yang tidak terkendali
Biasanya pada anak usia 3-6 tahun, atau kadang – kadang baru pertama kali
berkunjung ke dokter gigi dan sudah pernah berkunjung ke dokter gigi tetapi
memiliki pengalaman yang tidak mengenakan. Cirinya dapat di lihat pada saat
melakukan pendaftaran atau memasuki ruangan poli gigi, dapat ditandai dengan
ekspresi marah, cemberut, keluarnya air mata, menangis keras-keras, memukul,
mencaci maki dan sebagainya.
Untuk anak usia 30 – 36 bulan umumnya belum mampu kooperatif dan orangtua
di minta untuk membantu dalam pemeriksaan, dan tidak diajurkan memakai
dentai chair. Dokter gigi cukup duduk berhadapan dengan orangtua dan anak nya
berada di dalam pangkuan orang tua agar anak tetap merasa nyaman.3,9

b) Perilaku menentang
Perilaku ini dapat di kenal dengan semua umur anak, tetapi lebih tipikal pada
anak usia sekolah. Pada prilaku menentang ini masih dapat di kendalikan, dapat
di kenal dengan teriakan “tidak mau” atau ‘tidak” dan juga prilaku anak yang
sama sekali tidak bereaksi verbal. Pada dokter gigi yng mencoba melakukan
perawatan dan hasil komunikasi gagal. Biasanya anak tersebut tidak mau
membuka mulutnya, dengan kesungguhan melorot dari dental chair, menggeleng
– gelengkan kepalanya dan seringkali anak menghindari bertatapan mata dengan
dokter gigi.3,9

c) Perilaku Takut
Perilaku ini merupakan perilaku berbentuk negatif yang lebih ringan. Tetapi jika
penanganan anak ini tidak benar akan menimbulkan perilaku yang tidak
terkendalikan. Karena takut beberapa anak bersebunyi di balik orangtuanya,
mengelak, ragu – ragu bila diberi petunjuk, merengek, tidak menangis secara
histeris, kadang – kadang menutup matanya sambil menangis, tetapi sering kali
ada beberapa yang menyembunyikan air matanya saat sedang menangis.
Tipe anak ketakutan ini perlu ditingkatkan kepercayaannya terhadap dirinya
sendiri dan dokter gigi. Anak – anak tersebut harus secara hati – hati dibimbing
dengan diperkenalkan situasi praktik serta peralatannya, anak yang takut biasanya
merasa sangat cemas tipe ini terjadi pada anak yang baru pertama kali berkunjung
ke poli gigi / klinik gigi.3
d) Perilaku Tegang
Tipikan anak ini menerima perawatan yang diberikan padanya, dan seringkali
menunjukan bahasa badan, matanya mengikuti gerakan – gerakan dokter gigi dan
bila berbicara suaranya terdengan bergemetar. Paling sering kali ditandai dengan
berkeringatnya telapak tangan dan kening karna mereka mengendalikan emosi.3

e) Perilaku Cengeng/Menangis
Anak dalam perilaku ini dapat dilakukan perawatan, tetapi sepanjang waktu
perawatan anak tersebut menangis, anak tetap menangis walaupun telah
dibesarkan hatinya. Untuk mengidentifikasi perilaku cengeng, anak menangis
tidak keras, terkendali, suaranya konstan, jarang disertai air mata, kadang –
kadang menjengkelkan dan pada saat menghapi anak seperti ini sangat
diperlukannya kesabaran. Yang terpenting anak mau membuka mulut agar dapat
di lakukan perawatan oleh dokter gigi.3

2.2. Hal – hal yang Mempengaruhi Perilaku Anak

1. Faktor anak
Dapat di kelompokkan dalam tingkatan umur :
 Usia 2 tahun
Masih mempunyai rasa takut, cara yang terang juga dapat menyebabkan anak menjadi
takut. Pada usia ini wajib bagi nya orangtua untuk menemani si anak dalam
menjalankan perawatan gigi.
 Usia 3 tahun
Pada usia ini sikap kooperatif anak sudah muncul dan dilakukan tindakan pendekatan.
 Usia 4 tahun
Pada usia ini jika anak tidak di atur dengan baik maka dapat menjadi tidak patuh dan
menentang.
 Usia 5 tahun
Pada usia ini anak hanya memiliki sedikit rasa khawatir tetapi selebihnya sudah siap
berpartisipasi dan dapat di lakukan kerjasama yang baik.
 Usia 6 sampai 12 tahun
Dan pada usia ini anak sudah dapat menangani ketakutan terhadap perawat gigi dan
sudah dapat bertanya tujuan dari perawatan gigi yang dilakukan.8
2. Pengalaman Medis Pada Perawatan Gigi

Pengalaman medis melibatkan kondisi anak yang buruk, dapat membentuk dan
mempengaruhi perilaku yang tidak menyenangkan pada anak. Perilaku yang tidak kooperatif
dapat di kaitkan dengan ketakutan pada pengalaman perawatan gigi. 4,9

3. Pengaruh Keluarga

Anak kecil membutuhkan kasih sayang, wibawa, serta bimbingan dari orangtua.
Pembentukan kasih sayang itu berati mencurahkan waktu untuk menciptakan hubungan satu
sama lain dengan anak. Dua antara lain yang terpenting adalah harus di perlihatkan dalam
kaitannya dengan anak ialah kejujuran dan kekonsistenan. Karena orangtua/keluarga sangat
penting dalam pembentukan prilaku pasien. Sikap orang tua membentuk perilaku anak secara
langsung pada periode awal perkembangan. Rendahnya tingkat sosial ekonomi anak
cenderung takut dan kurang nya kooperatif. 4,9
4. Ruang Lingkup Praktek Dokter Gigi

Pengaruh positif dengan praktek dental harus di berikan dokter gigi dan staf yang
berkerja pada klinik gigi/poli gigi. Perilaku positif sangat berpengaruh secara tidak langsung
pada dental team. Perilaku negative merupakan pengalaman medis dan pengalaman dental
yang buruk dapat dipengaruhi secara positif dengan cara bijaksana keluarga dan prosedur
perilaku yang dilakukan kembali oleh dental team.4,9

2.3. Cara Penanganan Pada Perawatan Gigi

Untuk mencapai suatu keberhasilan dokter gigi harus bertindak untuk mengarahkan
orangtua pada perawatan yang di indikasikan kepada anaknya. Sedangkan pada usia bayi
sampai 18 bulan di lakukan komunikasi dan kerjasama dalam perawatan gigi dari dokter
dengan orangtua dan anaknya.
Sikap dan tingkah laku anak pada saat akan melakukan perawatan di klinik dapat di
tangani secara psikologi (Hebdrastuti 2003).
Menurut Soemartono 2003 penanganan rasa takut dapat di tangani dengan cara :
1. Tell Show Do
Teknik ini merupakan dengan menceritakan perawatan dan memperlihatkan beberapa
bagian perawatan pada anak bagaimana mengerjakannya. Perlu dilakukan pujian untuk
memberi penguatan tingkah laku yang baik.8
2. Hand Over Mouth
Biasanya cara ini dilakukan pada anak yang tidak kooperatif dan bersifat melawan
pada perawatan yang akan  dilakukan. Teknik ini dilakukan dengan cara meletakkan tangan
diatas dengan kendali suara dengan mengatakan bahwa tangan anak ini diangkat sgera stelah
anak berhenti menangis. 8
3. Desensitasi
Sering dilakukan oleh ahli psikologi untuk melawan rasa yaitu melatih paisen untuk
rileks. 8
4. Modeling
Dapat dilakukan dengan mengikuti sertakan anak untuk mengamati anak lain
menjalani perawatan dan memperlihatkan tingkah laku yang baik. 8
5. Penguatan Positif

Penghargaan dan hukuman dari lingkungannya bentuk hadiah yang penting adalah
kasih sayang dan pengakuan yang diperolehnya. 8
6. Komunikasi

Mengelola pasien merupakan kesanggupan berkomunikasi dengan anak agar


memperoleh rasa percaya diri dan anak akan bertindak secara kooperatif. Dan berkomunikasi
dengan anak itu dengan cara verbal yaitu bahasa lisan. Komunikasi non verbal dapat di
lakukan semisal kontak mata langsung dengan pasien anak.8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam hal ini ada banyak cara yang bisa dilakukan sehingga penting untuk seorang
perawat gigi mengetahui perilaku anak dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak
dengan baik sehingga perawatan yang dilakukan menjadi lebih mudah. Tingkah laku anak di
klinik dokter gigi dipengaruhi oleh hubungan antara dokter gigi – pasien anak – orang tua/
orang yang mendampingi anak tersebut. 3 tipe sikap seseorang pasien anak kooperatif, tidak
mampu menjadi kooperatif, berpotensi kooperatif.
Perilaku pada anak pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi dari sosial budaya,
keluarga, pengalaman medis sebelumnya, tempat praktek dokter gigi, persiapan sebelum
perawatan dan tingkah laku yang tidak kooperatif dalam keluarga.

3.2 Saran
Dalam pengendalikan tingkah laku/sikap anak membutuhkan komunikasi yang baik
antara dokter gigi – pasien anak – orang tua/orang yang mendampingi anak tersebut. Selain
itu dokter gigi juga harus mengetahui teknik-teknik dalam pengendalian tingkah laku/sikap
anak sehingga dapat mengendalikan tingkah laku/sikap anak yang tidak kooperatif saat
perawatan gigi dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
2. http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-sikap-apa-itu-sikap.html
3. Drg. Endang Sariningsih. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta. PT. Alex
Media Kumpotindo Kompas Gramedia.
4. http://tofanggraeni.blogspot.co.id/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo_2042.html
5. http://id.wikipedia.org/wiki/anak_usia_dini
6. http://email-dentin.blogspot.co.id/2011/10/manajemen-perilaku-pediatric-
dentistry.html
7. G.G. Kent, A.S. blinkhorn. 2012. Pengelolah Tingkah Laku Pasien Pada Praktik
Dokter Gigi. Jakarta. Buku Kedokteran
8. https://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/11/30/bagaimanakah-peranan-orang-tua-
terhadap-keberhasilan-perawatan-gigi-anak/
9. Dr.D.P.Addy. 1991. Kesehatan Anak. Jakarta. ARCAN

LAMPIRAN
1. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini
mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sikap

2. Pengertian Sikap: Apa itu Sikap? | Apa yang dimaksud sikap? Secara umum,
pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang
yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-
perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap
adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki
konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap.
Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi.
Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku
ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui
sikap individu, dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh
individu yang bersangkutan.
http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-sikap-apa-itu-sikap.html

3. Drg. Endang Sariningsih. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Dini. Jakarta. PT. Alex
Media Kumpotindo Kompas Gramedia.

4. Anak usia sekolah, yaitu antara 6-12 tahun, memiliki perbedaan dalam sikap dan
perilaku dalam setiap tingkatannya. Usia 6-7 tahun merupakan periode tidak
kooperatif dan emosinya mudah meledak-ledak karena pengendalian dirinya masih
belum seimbang. Anak usia 8-9 tahun lebih bertanggung jawab, patuh, mandiri,
mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan anak usia 10-12 tahunlebih mudah
diatur, timbul rasa ingin bersaing, baik dalam kegiatan fisik maupun keberanian
berbuat sesuatu. Amrullah AA.Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6,9,dan
12 Tahun terhadap Perawatan Gigi: Penelitian ini dilakukan di SDN Tamalanrea dan
SD Inpres Kantisang Kecamatan Tamalanrea Makassar pada Tahun
2012.www.scribd.com/doc/115711924/FIX-JURNAL-Tingkat-Kecemasan-Anak-
Sekolah-Dasar-Usia-6-9-Dan-12-Tahun-Terhadap-Perawatan-Gigi>. (5 Desember
2012).
http://tofanggraeni.blogspot.co.id/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo_2042.html

5. Sepanjang hidup manusia, mulai masih dalam kandungan , dilahirkan, dan kemudian
sampai tua memproleh sebutan yang berganti-ganti. Pergantian sebutan didasarkan
pada usianya, dan merupakan fase-fase dalam perkembangan yang dilewati. Menurut
Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) secara garis besar ada 5 fase perkembangan dalm
hidup manusia:
a) Fase Prenatal (sebelum lahir.

b) Fase Infant (bayi), yaitu fase perkembangan mulai lahir sampai umur 1-2
tahun. Mulai lahir sampai 4 minggu merupakan fase kelahiran atau neonatal.

c) Fase Childhood (anak-anak), adalah fase perkembangan mulai umur 1atau 2


tahun sampai 10-12 tahun, fase ini diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu
early childhood (anak kecil) antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar)
antara 6-12 tahun.

‘’’Anak Usia Dini’’’ oleh Beeker dikelompokkan pada anak yang berusia antara 3-6
tahun, anak usia tersebut biasanya mengikuti program pendidikan dini atau
kindergarten. Dalam bukunya,Soemiarti (2003), menyebutnya anak prasekolah, yang
di Indonesia biasanya mengikuti program di Tempat Penitipan Anak, Pendidikan anak
usia dini, dan Taman Kanak-kanak.

http://id.wikipedia.org/wiki/anak_usia_dini

6. Klasifikasi Perilaku Anak


Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:
1. Kooperatif
Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan rileks. Mereka sangat antusias
menerima perawatan dari dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan
mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah laku (perilaku).
2. Kurang kooperatif
Pasien ini termasuk anak-anak yang sangat muda di mana komunikasinya belum baik
dan tidak dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur mereka, mereka
tergolong ke dalam pasien yang kurang kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke
dalam pasien yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki keterbatasan yang
spesifik. Untuk anak-anak golongan ini, suatu waktu tekhnik manajemen perilaku
secara khusus diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan perilaku secara
imediat yang positif tidak dapat diperkirakan.
3. Potensial kooperatif
Secara karakteristik, yang termasuk ke dalam kooperatif potensial adalah
permasalahan perilaku. Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena
anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi kooperatif. Ini merupakan
perbedaan yang penting. Ketika memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi kooperatif.

http://email-dentin.blogspot.co.id/2011/10/manajemen-perilaku-pediatric-
dentistry.html
7. G.G. Kent, A.S. blinkhorn. 2012. Pengelolah Tingkah Laku Pasien Pada Praktik
Dokter Gigi. Jakarta. Buku Kedokteran

8. Sikap dan Perilaku Anak Pada Perawatan Gigi

Menurut Shire dan Fogels (1962) cit. Soegiyono (1990) ada beberapa tingkah laku
anak yang selanjutnya disebut “Frankle Behavior Ratino Scale” yang dibedakan atas 4
kategori:
a) Jelas negatif ditunjukkan dengan menolak perawatan, menagis takut atau
bermacam-macam hal yang kesemuanya itu menunjukkan hal yang negatif.
b) Negatif hal ini ditunjukkan dengan ketidak kooperatifnya anak dengan dokter
gigi, seperti sikap bersungguh-sungguh tidak menjawab pertanyaaan dan
sebaliknya.
c) Positif perawatan dapat dilaksanakan tetapi kadang-kadang agar suka walau
masih mau menuruti kehendak dokternya.
d) Jelas positif dapat bekerja sama dengan baik nasehat dokter gigi diperhatikan
dan menimbulkan situasi yang menyenangkan.

Menurut Soegiyono (1990) untuk melakukan perawat diperlukan suatu kerja sama
antara dokter gigi dan penderita. Hampir semua anak diajak bekerja sama asal
pendekatan antara anak dan dokter giginya diperhatikan. Berdasarkan pengalaman di
praktek pribadi, hal-hal berikut ini sering dijumpai dan dapat menyulitkan perawatan
gigi pada anak-anak.

Sangat tidak terkontrol


Anak usia muda antara 3-6 tahun mempunyai sifat tidak terkontrol. Pada anak yang
baru pertama dibawah ke dokter gigi kadang-kadang reaksinya sudah terlihat pada
waktu masih di ruang tunggu. Reaksinya berupa tangisan keras menyepak-nyepak,
menendang kakinya, memukul tangan ibunya.

Melawan
Sikap melawan dapat di jumpai pada semua umur. Manifestasinya dengan ucapan-
ucapan tidak mau setiap akan dimulai perawatan. Biasanya sifat ini dibawah oleh
anak ini sering bertingkah laku yang sama. Anak dengan tingkah laku ini mempunyai
keberanian yang cukup.

Pemalu
Anak pemalu masih lebih dapat diterima, dari pada anak yang melawan, asal dokter
menghadapinya harus dengan cara yang cepat. Sifat ini dapat ditunjukan dengan
berlindung pada ibunya, menarik-narik ibunya, mencari-cari alasan.

Tegang
Tingkah laku anak yang tegang, berada dalam negatif dan positif. Pada umumnya
dapat menerima perawatan, dapat dikenali dengan gerak-gerak, suara bergetar,
matanya selalu mengikuti perubahan sikap dokternya atau asistennya.
Menangis berkepanjangan
Anak yang menangis berkepajangan akan menunjukkan sifat dapat diajak bekerja
sama. Tangisannya menunjukkan manifestasinya reaksinya tetapi ia tidak melawan
waktu diadakan perawatan (Soegiyono, 1990).

2. Hubungan Anak dengan Dokter Gigi/ Perawat Gigi

Anak kecil membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tua mereka. Kasih
sayang itu penting dan itu berarti mencurahkan waktu untuk menciptakan hubungan
satu sama lain dengan anak anda. Akan tetapi, hal itu tidak selalu berarti membiarkan
ia melakukan apa yang diinginkan. Bermain melihat-lihat buku dan membaca sebuah
cerita untuknya sangat penting dan anda harus meluangkan waktu untuk kegiatan ini.
Tetapi, anak anda juga harus belajar bahwa ada saatnya anda melakukan hal-hal lain.
Dua diantara hal terpenting yang harus diperlihatkan dalam kaitannya dengan anak
anda adalah kejujuran dan kekonsistenan (Addy, P.A, 1993)

Menurut Andlaw (1996) kebanyakan pasien merasa cemas pada kunjungan pertama
ke dokter gigi. Tujuan yang paling penting bagi dokter gigi dan stafnya adalah
menghilangkan rasa cemas ini. Resepsionis harus menyambut anak dengan bersahabat
dan gembira, ruang tunggu harus diisi dengan suatu tentang anak. Jadi keseluruhan
lingkungan tempat penerimaan ruang tunggu harus mampu berkomunikasi
persahabatan dan penyambutan yang hangat. Satu hal yang harus diingat bahwa dalam
keperawatan anak, klien anda bukan hanya anak-anak semata, tetapi juga orang tua
(Supartini, 2004).

Kebanyakan dokter gigi atau perawat gigi menangani pasien secara halus, dan tidak
melaksanakan pemakaian kekerasan, kebanyakan dokter gigi atau perawat gigi anak
sekali-sekali memakai ketidaksabaran secara paksa melakukan penekanan memakai
tangan secara sengaja untuk dapat menjalani tingkat perawatan atau mengatasi pasien
anak yang sulit untuk duduk dikursi gigi menyampaikan sikap berpura-pura (Noerdin,
2002).

Hubungan anak dengan dokter gigi atau perawat gigi harus berupa hubungan yang
menggembirakan sejak semula atau kunjungan pertama. Makin cepat pembentukan
hubungan ini pada kehidupan anak, sehingga makin mudah antara anak dan dokter
atau perawat gigi harus memasukkan segenap perhatian usaha menjelaskan kepada
orang lain, tentang pentingnya membawa anak usia sekolah ke dokter gigi hanya
sedikit anak merasa takut karena cerita-cerita seram tentang kunjungan ke dokter gigi.
Anak yang sudah menjadi kawan dari dokter gigi atau perawat gigi sebelum mendapat
pengaruh buruk (Yuwono, at. Forrest and Fids,1995).

3.    Penanganan rasa takut anak dalam perawatan gigi


Menurut Hendrastuti (2003) sikap dan tingkah laku anak pada saat akan dilakukan
perawatan di klinik dapat ditangani secara psikologis.

Menurut Soemartono (2003) penanganan rasa takut dapat di tangani antara lain ;

1).   Tell ‘show do’


Teknik ini merupakan dengan menceritakan perawatan dan memperlihatkan beberapa
bagian perawatan pada anak bagaimana mengerjakannya. Perlu dilakukan pujian
untuk memberi penguatan tingkah laku yang baik.

2).   Hand Over Mouth


Biasanya cara ini dilakukan pada anak yang tidak kooperatif dan bersifat melawan
pada perawatan yang akan  dilakukan. Teknik ini dilakukan dengan cara meletakkan
tangan diatas dengan kendali suara dengan mengatakan bahwa tangan anak ini
diangkat segera setelah anak berhenti menangis.

3.)   Desensitasi
Sering dilakukan oleh ahli psikologi untuk melawan rasa yaitu melatih paisen untuk
rileks.

4.)   Modeling
Dapat dilakukan dengan mengikuti sertakan anak untuk mengamati anak lain
menjalani perawatan dan memperlihatkan tingkah laku yang baik.

5).   Penguatan Positif


Penghargaan dan hukuman dari lingkungannya bentuk hadiah yang penting adalah
kasih sayang dan pengakuan yang diperolehnya.

6).  Pengendalian fisik


Suatu teknik yang digunakan untuk menahan gerakan mulut dan fisik anak selama
perawatan gigi, dapat dilakukan dengan tangan dan ikat pinggang (Hendrastuti, 2003).

Menurut Barnes (1994) setiap dokter memiliki barbagai teknik pemeriksaan yang
dikembangkan berdasarkan pengalamannya masing-masing pada anak yang sudah
besar, kerjasama dapat dimulai dengan bujukan, percakapan, bahkan diskusi tentang
minat mereka. Untuk anak anda dapat menenangkan dan menaruh perhatian mereka
dengan barang-barang menarik anak yang berusia 2-4 tahun seringkali akan tertarik
dan tetap tenang jika mendengar anda bercerita, terutama tentang binatang, dan
sesekali tanyakan pendapat mereka mengenai binatang tersebut. Seorang anak berusia
2 tahun kadang-kadang telah dapat dibujuk, pemberian barang apapun biasanya
disukai oleh anak (Barness, 1994).

Terjadinya kerja sama antara dokter gigi anak dan orang tua memang perlu dilakukan.
Hal ini terutama untuk mencari kesempatan serta kerja sama dalam melakukan
perawatan baik dilakukan di klinik maupun dilanjutkan dirumah  (Heriandi, 2002).

C.  Peranan Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi Anak


Keberhasilan perawatan gigi anak tidak lepas dari kerja sama antara beberapa pihak,
dalam hal ini diperlukan peran serta orang tua. Adapun peranan orang tua terhadap
keberhasilan perawatan gigi anak yaitu :

a) Orang tua sebagai teladan yang akan dijadikan oleh seorang anak sebagai
panutan yang akan memberikan contoh yang baik terhadap perawatan gigi
anak.
b) Orang tua berperan sebagai kontroler untuk tetap mengawasi anaknya untuk
tetap memperhatikan kebersihan giginya.
c) Orang tua sebagai figur yang dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada anak tentang apa yang baik untuk perawatan gigi anak.
d) Orang tua sebagai motivator yang akan selalu memberikan bimbingan kepada
seorang anak untuk tetap memperhatikan kebersihan giginya.

Hal ini dapat terlihat pada anak yang takut dan tidak mau dicabut giginya, dimana
orang tua dituntut untuk tetap memberikan motivasi dan arahan yang baik perihal
tentang giginya, sehingga anak akan terpacu dan tidak menghawatirkan atau takut jika
akan memeriksakan giginya.

https://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/11/30/bagaimanakah-peranan-orang-tua-
terhadap-keberhasilan-perawatan-gigi-anak/

9. Dr.D.P.Addy. 1991. Kesehatan Anak. Jakarta. ARCAN

Anda mungkin juga menyukai