Kel. 11 - Kanker Lambung

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lambung atau yang disebut juga dengan Gaster, merupakan organ
pencernaan berbentuk kantong yang terletak dibawah diafragma. Lambung
berfungsi sebagai tampat penampung makanan, tempat melumat dan mencerna
makanan, Membunuh semua bakteri atau kuman berbahaya yang masuk
bersamaan dengan makanan lewat sekresi HCL, serta sebagai fungsi endokrin.

Lambung rentan akan penyakit yang diakibatkandari berbagai faktor


seperti makanan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, serta minum-minuman
beralkohol. Satu diantara penyakit lambung adalah Kanker Lambung.[CITATION
Azi11 \l 1057 ] Sekitar 990.000 tiap orang di seluruh dunia, di diagnosa dengan
kanker gaster dengan 738.000 kasus kematian, hal tersebut membuat kanker
gaster menjadi penyebab kematian akibat kanker ke-2. [CITATION Par15 \l 1057 ]
Sebagian besar kanker lambung merupakan Adekarsinoma. Jenis kanker lambung
lainya merupakan leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma yang disebab
kan oleh infeksi Helicobacter pylori.

Kanker lambung mempunyai prognosis yang buruk, dan salah satu strategi
utama yang berguna untuk klinik adalah secara dini menemukan penderita yang
terinfeksi Helicobacter pylori serta mempunyai keluhan secara klinis. Salah satu
cara menemukan infeksi Helicobacterpylori adalah pada jaringan biopsi lambung
yang didapat pada saat melakukan pemeriksaan endoskopi.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 1


1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari kanker lambung?
2. Apa saja etiologi/penyebab dari kanker lambung?
3. Bagaimana patofisiologi dari kanker lambung?
4. Apa saja klasifikasi dari kanker lambung?
5. Apa saja manifestasi dari kanker lambung?
6. Pemeriksaan diagnostik apa yang dilakukan untuk penyakit kanker
lambung?
7. Penatalaksanaan medik apa yang dilakukan untuk penyakit kanker
lambung?
8. Apa-apa saja komplikasi dari kanker lambung?
9. Apa-apa saja pengkajian data keperawatan dari penyakit kanker lambung?
10. Diagnosa keperawatan apa yang muncul dari penyakit kanker lambung?
11. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada kanker lambung?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari kanker lambung
2. Menjelaskan etiologi dari kanker lambung
3. Menjelaskan patofisiologi dari kanker lambung
4. Menjelaskan klasifikasi dari kanker lambung
5. Menjelaskan manifestasi dari kanker lambung
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kanker
lambung
7. Menjelaskan penatalaksanaan medik yang dilakukan pada kanker lambung
8. Menjelaskan komplikasi dari kanker lambung
9. Menjelaskan pengkajian data keperawatan dari kanker lambung
10. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dari kanker lambung
11. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada kanker lambung

Kanker Lambung kelompok 11 Page 2


1.4 Manfaat
1. Mengetahui definisi dari kanker lambung
2. Mengetahui etiologi dari kanker lambung
3. Mengetahui patofisiologi dari kanker lambung
4. Mengetahui klasifikasi dari kanker lambung
5. Mengetahui manifestasi dari kanker lambung
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kanker lambung
7. Mengetahui penatalaksanaan medik yang dilakukan pada kanker lambung
8. Mengetahui komplikasi dari kanker lambung
9. Mengetahui pengkajian data keperawatan dsari kanker lambung
10. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul dari kanker lambung
11. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada kanker lambung

Kanker Lambung kelompok 11 Page 3


BAB 2
Pembahasan

2.1. Definisi kanker lambung


Kanker lambung merupakan penyebab kematian yang disebabkan karena
kanker urut ke 8. Kanker ini terjadi pada antrum dan pilorus. Salah satu penyebab
terjadinya karsinoma gaster yaitu infeksi lambung yang diakibat oleh
Heliocobacter Pylori.
Kanker lambung adalah penyakit yang menyerang sel lambung dalam
waktu lama. Prognosis kanker lambung ditentukan oleh stadium pertumbuhannya.
Kanker lambung stadium awal memiliki harapan sembuh jauh lebih besar
dibanding dengan kanker lambung stadium lanjut. (Suratun,2010).
Kanker Gaster merupakan keganasan penyebab kematian pertama di dunia
sebelum tahun 1990, namun setelah tahun 1990 kematian akibat kanker gaster
menempati urutan ke 2 setalah kanker paru. [CITATION alA11 \l 1057 ]

2.2. Etiologi kanker lambung


Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung
meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat dari kanker
lambung, bukan sebagai penyebab kanker.Beberapa ahli berpendapat, ulkus
gastrikum bisa menyebabkan kanker. Tapi kebanyakan penderita ulkus dan kanker
lambung, kemungkinan sudah mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum
tukaknya terbentuk.Helicobacter pylori, kuman yang memegang peranan penting
dalam ulkus duodenalis, juga bisaberperan dalam terjadinya kanker lambung.
Polip lambung, suatu pertumbuhan jinak yang berbentuk bundar, yang tumbuh ke
dalam ronggalambung, diduga merupakan pertanda kanker dan oleh karena itu
polip selalu diangkat.Kanker mungkin terjadi bersamaan dengan jenis polip
tertentu, yaitu polip yang lebih besar dari 1,8cm atau polip yang jumlahnya lebih
dari 1.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 4


Berikut ada 2 jenis factor yang mempengaruhi terjadinya kanker lambung
yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetik.
Sebenarnya hanya ada sekitar 1-3% kasus GC pada lelaki yang
didiagnosis berasal dari keturunan, sisanya terkena kanker karena pola
hidup yang tak sehat . sindrom ini termasuk kanker keturunan difus
lambung (HDGC), keluarga adenomatous polyposis (FAP), dan sindrom
Peutz-Jeghers (PJS).walaupun begitu, kanker jenis ini termasuk sangat
jarang dan merupakan turunan yang lebih parah daripada kanker lambung.
Sekitar 10% pasien yang mengalami  kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi
adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker
lambung. Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip
adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker
lambung [ CITATION Par15 \l 1057 ]
b. Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1
% kurang dari 30 tahun (Nafratilofa, 2013).

2.  Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan
menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung. Study kohort di korea
sempat menunjukkan hubugan antara makanan asin dan pembentukan
kanker, hasilnya adalah orang yang suka memakan makanan asin memiliki
potensi yang lebih besar dalam terkena kanker lambung. asin dapat
menfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines

Kanker Lambung kelompok 11 Page 5


didalam lambung. Kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan
peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberikan
konstribusi terbentuknya kanker lambung. Selain makanan asin, makanan
yang diasapkan pun dapat memicu kanker lambung. Study di finlandia dan
Iceland menunjukkan jika penduduknya memiliki tingkat resiko yang
paling tinggi diantara Negara lainnya. Finlandia dan Iceland sendiri
merupakan Negara yang memiliki tingkat konsumsi daging asap dan ikan
asap tertinggi [ CITATION Par15 \l 1057 ].
b. Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
doudenum dan 80% tukak lambung (fuccio, 2013). Bakteri ini menempel
dipermukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara membran
bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel
epitel lambung (fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam
menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung
melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi
endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam
membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada
beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila
kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih
luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan lambung, tetapi
juga meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan dilendir lambung
juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic
neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma MALT (Mucosa
Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan penting dalam menjaga
kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan
metaplastik pada dinding lambung (Coccolini,2014).
c. Mengkonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih
dari 30 batang sehari dan kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan
meningkatkan risiko kanker lambung. Resiko kanker lambung pada pria
yang merokok meningkat sekitar 60% sedangkan wanita yang merokok
meningkat sekitar 20% [ CITATION Par15 \l 1057 ].

Kanker Lambung kelompok 11 Page 6


d. NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini
(polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip
lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung [ CITATION
Par15 \l 1057 ]
e. Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan
kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya
faktor instrinsik sekresi lambung, kombinasi anemia pernisiosa dengan
infeksi H. Pylori memberikan konstribusi penting terbentuknya
tumorigenesis pada dinding lambung (Coccolini,2014)
f. Tidak mengonsumsi buah dan sayur. Penelitian yang dilakuan
menuntujukkan buah-buahan yang mengandung allium dapat menurunkan
resiko kanker hingga 23%. Buah dan sayuran merupakan sumber yang
kaya vitamin C, folat, karotenoid, dan fitokimia, yang dapat menghambat
karsinogenesis oleh modulasi enzim xenobiotik-metabolisme. [ CITATION
Par15 \l 1057 ]
g. Ulkus Gaster. Ulkus gaster disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori.
Ulkus peptikum mengenai 1-2% orang dewas, dan merupakan penyakit
kronis yang ditandai oleh episode penyakit yang berulang. Helicobacter
pylori sendiri telah dilaporkan sebagai penyebab dari GC dengan tingkat
resiko 65-80% dan 660.000 kasus baru setiap harinya [ CITATION Par15 \l
1057 ]

2.3. Klasifikasi kanker lambung menurut Suratun, 2010 yaitu :


Tumor gaster pun memiliki 2 jenis yaitu tumor jinak dan tumor ganas.tumor jinak
kemudian dibagi lagi menjadi tumor jinak epitel dan tumor jinak non epitel.

1. Tumor jinak epitel


a. Adenoma
Adenoma sering terdapat terbatas pada lambung, tetapi dapat
merupakan bagian polip adenoma generalisata pada saluran
cerna.Didapatkan pada 1% dari pasien yang dilakukan pemeriksaan
radiologi dan endoskopi. Terutama didapatkan pada pria, biasanya usia

Kanker Lambung kelompok 11 Page 7


dewasa. Biasanya berbentuk polip yang bertangkai, dengan permukaan
licin, besarnya hanya beberapa centimeter.umumnya tanpa keluhan,
kadang-kadang timbul perdarahan yang dapat menyebabkan anemia.
Lokasi tumor yang tersering daerah pylorus dan antrum (50%), fundus
(20%), kurvaturaminor (20%) dan kardia (10%).Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan
bertangkai.Pemeriksaan gastroskopi merupakanpemeriksaan yang
memastikan lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus.Setiap
polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsy untuk
melihatpatologi anatominya.Bila pasien tanpa keluhan, sebaiknya
dilakukan pemantauansecara teratur.Jika terlihat adanya komplikasi
sebaiknya dilakukan polipektomi.Adenoma hiperplastik pada gastritis
atrofi kronis permukaan mukosa danalveolar, berubah menjadi
hyperplasia.Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.
b. Adenoma Heterotropik
Anomali pankreas paling sering didapatkan. Kira-kira 0,5% dari
autopsi. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 22-55
tahun.Lokasi terbanyak di daerah antrum dan pylorus.Biasanya
pankreas aberan ini kecil (diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis
dengan kontras ganda sangat membantu diagnosis
c. Bruninoma
Biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada pemeriksaan
radiologis didapatkan polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di
daerah pylorus danantrum. (bing hu,2012)
2. Tumor jinak non epitel
a. Tumor neurogenic
Sering didapatkan Schwannoma yang tumbuh dalam submukosa dan
menonjol kedalam lumen.Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa
cm, dapat terjadi ulcerasidan perdarahan.
b. Leiomyoma

Kanker Lambung kelompok 11 Page 8


Sering didapatkan pada pasien dewasa pada otopsi.Biasanya tunggal
dengan diameter 2 cm di daerah antrum dan pylorus. Dapat
menyebabkan hipertrofi pylorus stenosis
c. Fibroma
Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti neurofibroma,
miofibroma, lipofibroma dan lain-lain. Fibroma ini lebih jarang
ditemukan daripada schwannoma.Gejala yang sering timbul adalah
perdarahan dan rasa nyeri.
d. Lipoma
Lipoma ini didapatkan pada autopsi lebih kurang 0,03%. Lipoma
tumbuh di dalam sub mukosa dengan keluhan rasa nyeri dan kadang-
kadang ada perdarahan.
Diatas sudah dijabarkan klasifikasi kanker jinak, maka saya akan lanjut
menjabarkan tentang kanker yang telah memasuki tahap ganas. Tumor ganas
sendiri terdiri dari Karsinoma lambung dini (Early Gastric Cancer: EGC) dan
Karsinoma lambung lanjut (Advanced Gastric Cancer= AGCr).
1. Karsinoma lambung dini (Early Gastric Cancer: EGC)
Istilah EGC ini meliputi semua karsinoma yang tidak invasif kedalam
lapisan muskularis dan masih terbatas pada mukosa dan
submukosa.EGC dapat berupa penonjolan dari fokus kecil dan kadang
secara diam-diam meluas, sehingga mengesankan kemungkinan dari
gabungan beberapa fokus (multicentris).
2. Karsinoma lambung lanjut (Advanced Gastric Cancer= AGCr).
Pada tipe lanjut, sel-sel kanker sudah terjadi perluasan pada lapisan
mukosa, submukosa, muskularis, kadang-kadang sampai lapisan
propria dan serosa.Bahkan sering terjadi infiltrasi atau metastase ke
kelenjar limfe atau organ lainnya.(bing hu, 2012)
Jika di klasifikasikan lagi menurut pemeriksaan radiologi, maka dapat
diklasifikasikn seperti :

Kanker Lambung kelompok 11 Page 9


Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil pemeriksaan
radiolog dapat dibagi atas:
1.    Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan
atau tanpa ulserasi.
2.    Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.

a. Tipe II.a. (Elevated type)


Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung.Hampir seperti tipe I, terdapat
sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.

4. Tipe III. (Excavated type)

Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti
tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut klasifikasi Bormann dapat
dibagi atas :

a. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut
sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan
iregular.
b. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi
ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.Dasar

Kanker Lambung kelompok 11 Page 10


ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan
merah kehitaman.Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik
c.   Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas
pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas
pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa. (bing hu,
2012)

2.4. Manifestasi klinis kanker lambung

Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak
dihiraukan.Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana lokasi
kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak nyaman
setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada bagian bawah
lambung.Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh
kesulitan makan atauketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral.
Anemia bisa diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala
lainnya.Kadang penderita juga bisa mengalami muntah darah yang banyak
(hematemesis) ataumengeluarkan tinja kehitaman (melena).
Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya massa pada
dinding perut.Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar
(metastasis) ke tempat yang jauh.Penyebaran tumor bisa menyebabkan
pembesaran hati, sakit kuning (jaundice), pengumpulancairan di perut (asites) dan
nodul kulit yang bersifat ganas.Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan
pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah tulang. [ CITATION Med11 \l 1057 ]

Gejala-gejala awal sering kali indenfinitif, karena kebanyakan tumor mulai


pada kurvatura minor tempat dimana tumor ini hanya menyebabkan gangguan
kecil pada fungsi lambung

Kanker Lambung kelompok 11 Page 11


a. Tahap awal : gejala-gejala dapat saja tidak terlihat, mungkin
menyerupai gejala-gejala pada pasien dengan ulkus jinak, misalnya nyeri
yang akan hilang dengan pemberian antasida
b. Gejala-gejala dari penyakit yang progresif, tidak dapat mencerna,
anoreksia, dispesia, penurunan berat badan, nyeri abdomen ( biasanya
merupkan gejala akhir ), konstipasi , anemia, mual serta muntah
c. Kanker lambung seringkali terlambat diketahui , karena tidak ada gejala
klinis awal. Walaupun dispesia tetap merupakan indikaasi umum untuk
melakukan endoskopi diagnostik segera , secara ironis paseien kanker
lambung seringkali menghasilkan asam lambung yang menurun (misalnya
atrofi gaster) banyak kanker lambung terbukti berada pada stadium lanjut
saat teridentifikasi.

d. Anemia: perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibatkan


defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang
paling umum

e. Penurunan berat badan: sering dijumpai dan menggambarkan penyakit


metastatis lanjut

f. Muntah: merupakan indikasi akan terjadinya (Impeding) obstruksi aliran


keluar lambung (Japanese Gastric Cancer Association,2011)

2.5. Patofisiologi kanker lambung

Berdasarkan klasifikasi laurens yang menggunakan gambaran histologi,


kanker gaster dapat dibedakan menjadi dua yaitu tipe intestinal, tipe difus. Tipe
intestinal memiliki karakteristik adanya struktur kelenjar yang menyerupai
kelenjar usus halus, tipe intestinal diyakini berkembang dari gastritis atrofi kronis.
Tipe tersebut, berhubungan dengan faktor risiko yang berasal dari lingkungan dan
makanan termasuk infeksi h.pylori. Tipe difus memiliki karakteristik adanya
infiltrasi secara difus kedalam stroma gaster dengan sedikit atau tanpa gambaran
struktur kelenjar. berbeda dengan tipe intestinal, tipe difus lebih tidak

Kanker Lambung kelompok 11 Page 12


berhubungan dengan faktor resiko yang bersal dari lingkungaan serta tidak berasal
dari metaplasia usus. Insidens kanker gaster tipe intestinal menurun selama
beberapa tahun terakhir sedangkan pada tipe difus terjadi sebaliknya, prognosis
tipe difus lebih buruk dibandingkan tipe intestinal.

Perkembangan kanker gaster tipe intestinal berasal dari beberapa tahap


yang menyerupai kanker kolon. Tahapan tersebut diawali oleh perubahan mukosa
gaster normal menjadi epitel hiperproliferatif,adenoma awal, adenoma lanjut dan
akhirnya karsinoma, teori tersebut dikembangkan oleh Correa dkk yang
menyatakan bahwa perubahan awal yang ditemukan pada kanker gaster tipe
intestinal adalah inflamasi, inflamasi terutama disebabkan oleh infeksi H.pylori.
Faktor lain yang juga dapat menimbulkan inflamasi adalah makanan . inflamasi
yang berlanjut akan menyebabkan gastritis atrofi dilanjutkan dengan metaplasia
intestinal, displasia. Kanker gaster awal dan akhirnya gaster lanjut, perkembangan
kanker gaster tipe difus hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Secara in vitro, ekspresi COX-2 telah menunjukkan beberapa efek selular


termasuk proliferasi , menghambat apoptosis , meningkatkan angiogenesis ,
menurunkan ekspresi E-cadherin dan meningkatkan potensial invasif/metastasis.
Hal ini telah dilaporkan pada beberapa studi mengenai kanker kolorektal, kanker
pankreas, karsinoma hepatoselular, kanker esofageal dan kanker gaster. Ekpresi
COX-2 sangat nyata terjadi pada kanker gastrointestinal sehingga merupakan
peran penting dalam patogenesis kanker gastrointestinal.

Studi yang dilakukan oleh Murdani dkk menunjukkan adanya peran COX-
2 pada kanker gaster dan berkorelasi dengan ukuran tumor , invasi serosa, dan
metastasis kelenjar getah bening ,menandakan adanya peran COX-2 terhadap
pertumbuhan dan metastasis kanker gaster. Studi yang dilakukan oleh Ohno dkk
melaporkan adanya hubungan antara derajat elevasi mRNA COX-2 dengan
kedalaman invasi tumor primer . hal yang sama juga ditemukan oleh Murata dkk
bahwa kadar COX-2 yang tinggi ditemukan pada kanker gaster stadium lanjut
dibandingkan dengan stadium awal (Ari syam, 2007)

Kanker Lambung kelompok 11 Page 13


PATHWAY

Merokok & Kondisi Infeksi Konsumsi


Faktor Genetik Konsumsi OIANS
Alkohol sosioekonomi Helicobacter makanan yang
rendah pylori diasinkan,
diasap,atau
Kontak gen Polip lambung
Anemia pengawet
Karsinogenik berulang
Pernisiosa
Karsinogenik
Mutasi gen E-
nitrosamines di dalam
cadherin
lambung
Perubahan metaplasia pada
epitalium dinding lambung

Kanker Lambung

Invasi jaringan dan efek Risiko tinggi injury


kompresi oleh tumor

Kompresi saraf Intervensi radiasi Respons Intervensi bedah


Disfagia Anoeksia
lokal dan kemoterapi psikologis gastrektomi

Nyeri Retrosternal Asupan nutrisi tidak


Kecemasan Preoperatif
adekuat
pemenuhan informasi
Nyeri Aktual/risiko
ketidakseimbangan Perubahan
Pascabedah
nutrisi kurang dari intake nutrisi
kebutuhan
Luka Pascabedah

Respons serabut Kerusakan jaringan


lokal lunak pascabedah
Port de entree
Penurunan kemampuan batuk efektif pascabedah

Risiko Infeksi
Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas

Kanker Lambung kelompok 11 Page 14


2.6.Pemeriksaan diagnostik kanker lambung

Menurut Suriatun, 2010 yaitu :

a. Pemeriksaan radiologi :pemberian barium oral atau seri gastrointestinal


bagian atas dapat mengindikasi adanya lesi dalam lambung.

Pemeriksaan radiologi
b. CT scan dan MRI mungkin bermanfaat untuk mengetauhi massa dan
menentukan luasnya penyebaran atau metastasis dari kanker lambung.

Ct-scan

Kanker Lambung kelompok 11 Page 15


MRI
c. Endoskopi dengan biopsi atau sikat sitologi tetap merupakan metode amat
penting untuk mendiagnosis kanker lambung.

Endoskopi

Hasil endoskopi pada kanker lambung

Kanker Lambung kelompok 11 Page 16


d. Ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui adanya massa dalam lambung.

Ultrasonografi

Diagnosis banding kanker lambung yaitu :


- gastritis
- Penyakit ulkus peptic
- kanker esophagus
- kanker pancreas
- amiloidosis
- sarkoidosis
- sindrom peutz-jegher
- polip(hiperplastik, adenomatosis, atau inflamatoris)
- karsinoid
2.7. Penatalaksanaan kanker lambung
1) Pembersihan H.pylori
Salah satu penyebab kaknker lambung adalah bakteri H.Pylori , maka dari
itu penting untuk melakukan pengobatan dengan membasmi penyebabnya
terlebih dahulu.
1. Pada pasien dengan gatritis kronik non-atrofik . satu penelitian
membuktikan bahwa keberhasilan pembersihan H.pylori
mengurangi risiko kanker lambung
2. Pada pasien dengan atropik gastritis , metaplasia usus,
dysplasia. Terapi pembersihan dapat menyebabkan regresi lesi

Kanker Lambung kelompok 11 Page 17


penurunan perkembangan H.pylori, meskipun 45% pasien
masih dapat berkembang.
3. Pada pasien dengan kanker lambung awal, pembersihan
menurunkan tingkat kekambuhan metachronous (Dong, Mamie
and Ghosh Pradipta, 2010).

2) Reseksi Endoskopi
Endoscopic Mucosal Resection ( EMR) secara dramatis telah
mengubah pengobatan kanker lambung dini. EMR adalah prosedur invasif
minimal yang menyediakan reseksi kuratif tumor melalui lumen perut.
Menurut pedoman pengobatan Jepang untuk kanker lambung, EMR adalah
pengobatan standar untuk kanker lambung dengan ukuran kurang dari 2
cm dan tanpa tanda-tanda ulkus. Pengobatan endoskopik diindikasikan
untuk pasien yang kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening
(Kitagawa et al., 2013).

3) Bedah Laparoskopi
Sejak kolesistektomi laparoskopi pertama pada tahun 1980, operasi
laparoskopi telah digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk operasi
gastrointestinal. Operasi laparoskopi diberikan pada pasien dengan kanker
lambung yang tidak bisa diberi pengobatan endoskopi. Sebuah laparskop
( tabung tipis dan fleksibel) dimasukkan melalui pembedahan kecil disisi
pasien. Laparoskop memiliki kamera video kecil diujungnya, yang
mengirimkan gambar dari dalam perut kelayar TV. Manfaat dari operasi
laparoskopi adalah rasa sakit pasca operasi berkurang, hasil tampilan lebih
baik, dan pemulihan lebih cepat. Laparoskopi dibantu operasi telah banyak
dilakukan di rekonstruksi di mana usus ditarik keluar dari tubuh melalui
luka laparotomi kecil. Metode rekonstruksi telah memasukkan laparotomi,
Billroth-I rekonstruksi, dan Roux-en-Y rekonstruksi. Baru-baru ini,
operasi laparoskopi murni juga telah digunakan di mana serangkaian
prosedur limfadenektomi, reseksi, dan rekonstruksi benar-benar dilakukan
intraabdominally (Kitagawa et al., 2013).

Kanker Lambung kelompok 11 Page 18


4) Terapi Radiasi
Tujuan radioterapi adalah untuk membunuh sel-sel kanker. Pada
radioterapi, metode pengobatan dilakukan dengan menggunakan pancaran
energi radiasi. Biasanya metode radioterapi diterapkan pada kasus kanker
lambung stadium tinggi dengan gejala pendarahan.
Sebelum operasi, radioterapi bisa dilakukan untuk memperkecil
ukuran tumor lambung sehingga lebih mudah diangkat. Sedangkan
radioterapi yang dilakukan setelahnya bertujuan membunuh sel-sel kanker
yang mungkin masih tersisa, sekaligus mencegah kanker berkembang
kembali.
Kemajuan teknologi dalam terapi tiga dimensi konformal radiasi
(3DCRT) dan intensitas terapi radiasi termodulasi (IMRT) telah
memungkinkan pengobatan pinpoint. Perawatan ini telah dilakukan
sebagai bagian dari terapi multidisiplin, terutama sebagai terapi tambahan.
Terapi radiasi sering digunakan sebagai pengobatan paliatif dan digunakan
dengan kombinasi kemoterapi.
Ada beberapa efek samping dari penggunaan radioterapi yang juga
harus diperhatikan, diantaranya:
 Iritasi atau warna kehitaman pada kulit di sekitar area yang
diobati.
 Diare.
 Lelah.
 Mual.
 Muntah.
 Gangguan pencernaan.

Pelaksanaan radioterapi biasanya dilakukan secara rutin tiap


minggu. Dalam satu minggu, biasanya ada lima kali sesi pengobatan
selama lima hari dan masing-masing sesi berlangsung selama beberapa
menit. Batas waktu pengobatan radioterapi tergantung pada tujuan dan
tingkat keparahan (Hamonangan, Rachmat dkk. 2010).

Kanker Lambung kelompok 11 Page 19


5) Kemoterapi
Pada tumor ganas lambung dapat dilakukan pemberian obat secara
tunggal atau kombinasi kemoterapi. Diantara obat yang digunakan adalah
5 FU, trimetrexote, mitomisin C, hidrourea, epirubisin, dan karmisetin
dengan hasil 18%-30%.
Kombinasi kemoterapi telah memberikan hasil lebih baik sebesar
53%. Regimen FAM (5 FU,doksorubisin,mitomisin C), adalah kombinasi
yang sering digunakan.
Sama seperti radioterapi, waktu pelaksanaan kemoterapi dibagi
menjadi beberapa sesi. Ada yang hanya berlangsung selama tiga minggu
atau beberapa bulan dengan pemberian dosis tertentu secara konstan
(Kitagawa et al., 2013).
Adapun efek samping dari kemoterapi menurut Hamonangan,
Rachmat (2010) adalah:

 Mual.
 Muntah.
 Diare.
 Badan terasa lelah.
 Anemia.
 Rambut rontok.
 Kerusakan saraf.

6) Adjuvant Therapy
Selain obat utama, manfaat anti nyeri akan bertambah baik denga
menambahkan obat ajuvan yang diberikan sesuai dengan indikasi. Oban
ajuvan tersebut adalah :
 Kortikosteroid : lebih sering dipakai untuk proses inflamasi.
 Obat anti convulsan dan anti depresi
Suatu penambahan pengobatan atau substansi kepengobatan utama
yang sedang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dari pengobatan. Ada
keterbatasan tertentu ketika kanker lambung lanjut diperlakukan hanya

Kanker Lambung kelompok 11 Page 20


dengan operasi. Di AS, Eropa, dan Asia, telah ada upaya untuk
meningkatkan hasil terapi menggunakan kemoterapi dan terapi
kemoradiasi sebagai neoadjuvant dan terapi adjuvan. Di AS, sidang INT-
0116 meneliti efektivitas terapi ajuvan kemoradiasi (CRT) menggunakan
5-FU / LV setelah reseksi kuratif (R0) pada pasien dengan stadium IB-IV
(M0) kanker lambung dan kanker persimpangan esofagogastrik.
Berdasarkan hasil survival, pada kelompok pasien yang menerima
pembedahan tanpa menerima adjuvant kelangsungan hidup bebas tanpa
penyakitnya hanya dapat bertahan selama 27 minggu. Sedangkan pada
kelompok pasien yang menerima operasi dan adjuvant CRT dapat
bertahan hingga 36 minggu (Kitagawa et al., 2013).

2.8. Komplikasi kanker lambung


a. Perforasi

Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik

1. Perforasi akut

sering terjadi perfirasi yaitu: tipe ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura
minor, diantrium dekat pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip
demean perforasi dari ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria
[ CITATION Ans14 \l 1057 ].

2. Perforasi kronik

Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan terjadinya
penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik, gastroenterik
dan gastrokolik fistula [ CITATION Ans14 \l 1057 ]

b. Hematemesis

Kanker Lambung kelompok 11 Page 21


Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma ventrikuli
menyebabkan banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia hipokromik
[ CITATION Ans14 \l 1057 ]

d. Obstruksi

Dapat terjadi pada bagian daerah pilorus yang disertai dengan perasaan ingin
muntah dan mual [ CITATION FCo13 \l 1057 ].

e. Adhesi

Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi penempelan tumor dan
kemudian terjadilah infiltrasi dengan organ sekitar lambung sehingga memicu
nyeri tak tertahankan [ CITATION Ans14 \l 1057 ]

Kanker Lambung kelompok 11 Page 22


BAB 3

Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian
A. Wawancara (Anamnesis)
 Identitas Klien: Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, usia,
pekerjaan, nama ayah/ibu, pekejaan, alamat, suku bangsa, pendidikan
terakhir
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji adanya riwayat gangguan saluran pencernaan pada
masa lalu seperti diare, dyspepsia, gangguan lambung, usus, hati,
pancreas, dan sebagainya. Tanyakan apakah klien pernah sampai
dirawat di rumah sakit, berapa lama, dan pulang dengan status apa
(sembuh, APS, dirujuk, dan sebagainya). Riwayat pembedahan juga
perlu dikaji baik pembedahan abdomen atau system lain. Adanya
fluktuasi berat badan juga perlu diperhatikan untuk dikaji, karena
berat badan sering menjadi parameter utama gangguan saluran
pencernaan. Selain itu juga perlu dikaji pola penggunaan obat-obatan.
Apakah obat yang dikonsumsi berdasar resep dokter atau tidak.
Sebagai contoh kebiasaan mengonsumsi antacid yang berlebihan
dapat menyebabkan kondisi lambung bersifat alkali dan mengganggu
pencernaan makanan dan bahkan secara sistemik berbahaya.
Termasuk disini adalah kebiasaan buruk seperti alkoholik, kopi, dan
arsen, merkuri, formalin yang banyak digunakan untuk pengawet
makanan.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji secara hati-hati namun
detail, karena banyak penyakit saluran pencernaan terjadi akibat pola
kebiasaan pada keluarga yang kurang baik seperti penyiapan dan

Kanker Lambung kelompok 11 Page 23


penyimpanan makanan, pola diet keluarga, dan bahkan pola sanitasi
keluarga yang kurang seperti cuci tangan, tempat BAB, dan pola
memasak makanan. Selain itu, banyak penyakit saluran pencernaan
yang bersifat menular seperti diare, hepatitis, dan sebagainya.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian dimulai dengan menanyakan keluhan utama pasien
secara kronologis, yaitu waktu, pencetus, durasi, manajemen keluarga,
dan laan dibawa kerumah sakit. Keluhan-keluhan utama yang sering
dirasakan oleh klien yang mengalami gangguan system pencernaan
antara lain :
a. Anoreksia
b. Mual
c. Muntah
d. Kembung
e. Diare
f. Nyeri
B. Observasi
Observasi merupakan suatu tindakan pengamatan pada kondisi,
perilaku, keadaan umum pasian pada rentang waktu tertentu. Observasi ini
dilakukan untuk menguatkan atau mendukung data hasil anamnesis yang
kurang jelas atau memperjelas data hasil anamnesa yang dilakukan.
Sebagai contoh klien mengeluh sakit perut, maka untuk mendukung
keluhan klien tersebut perawat mengobservasi perilaku klien, missal
perilaku membatasi gerak, memegangi area nyeri secara terus-menerus,
dan sebagainya. Observasi ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan
alat, missal observasi suhu pasien pada pasien yang mengeluh demam.
Dalam beberapa sumber, observasi ini dimasukkan dalam metode
pemeriksaan fisik.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mengetahui manifestasi fisik
akibat saluran cerna yang meliputi :
 Keadaan umum

Kanker Lambung kelompok 11 Page 24


Meliputi aktivitas motorik, posisi tubuh, perubahan status nutrisi
(antropometri).
 Kulit
Meliputi warna : ikterus, sianosis, pucat, turgor, edema, tekstur
(berminyak, kering, dan kondisi dermatologi).
 Mata
Warna sklera, konjungtiva, mata cekung, bau napas, kondisi gigi,
lidah, dan mukosa bucal.
 Abdomen
Ukuran, bentuk, perubahan warna kulit, tonjolan yang tampak,
jaringan parut, fistula, pengembangan respirasi yang terbatas, lipatan
kulit yang berlebihan (mengindikasikan otot yang lemah).
 Faktor-faktor psikologis
Kegelisahan, depresi, ansietas.

1) Pemeriksaan Fisik Abdomen


Pada pemeriksaan klinis, abdomen biasanya dibagi menjadi dua
kategori , yaitu kuadran (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas, dan
kiri bawah) dan region (biasanya menggunakan Sembilan region dengan
menggunakan tiga istilah, yaitu epigastrik, umbilical, dan
hipogastrik/suprapubik).
Untuk mendapatkan data yang valid, sebaiknya pada pemeriksaan fisik
abdomen dilakukan pada kodisi kandung kemih kosong, berbaring pada
posisi terlentang dengan posisi tangan kebawah dan posisi lutut sedikit
ditekuk. Posisi ini akan menurunkan tekanan dinding abdomen.
Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan melakukan inspeksi, auskultasi,
perkusi, dan palpasi. Dari pemeriksaan abdomen didapatkan bising usus
menurun, nyeri tekan didapatkan di regio epigastrik hingga umbilikal dan
terdapat ascites dengan pemeriksaan undulasi dan shifting dulness.
a. inspeksi
inspeksi dimulai dari kepala untuk melihat warna rambut,kondisi atau
warna konjungtiva, warna sklera, pembesaran kelenjar tiroid. Cermati

Kanker Lambung kelompok 11 Page 25


tanda-tanda anemia, ikterus, tiroiditis dan sebagainya. Kemudian
mulailah menginspeksi abdomen terhadap simetri, masa yang terlihat,
dan denyutan yang terlihat. Denyut aorta normalnya terlihat pada
daerah epigastrium. Yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Warna kulit
Apakah ada sikatriks, striae, atau vena yang melebar. Secara
normal mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna
ungu terdapat pada penyakit chusing syndrome, vena yang melebar
(spider naevi) terdapat pada serosis hepatis atau bendungan vena
cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rush, ikterik, atau
kelainan kulit lainnya.
2. Umbilikus
Perhatikan warna, bentuk, dan lokasinya, dan perhatikan apakah
ada tanda-tanda hernia dan inflamasi. Warna kebiruan pada
umbilicus (Cullen) menandakan adanya perdarahan intra-abdomen.

3. Countur
Perhatikan counter (bentuk) abdomen, termasuk daerah femoral
dan inguinal. Bentuk bisa datar, membesar, penonjolan suprapubik,
penonjolan yang tidak simetris mungkin terjadi karena masa intra-
abdomen seperti tumor. Bedakan dengan teliti antara ascites,
kembung, distensi, kehamilan, dan retensi uri.
4. Kesimetrisan dinding abdomen.
5. Pembesaran organ : hepatomegali, splenomegali.
6. Masa.
7. Peristaltik. Peristaltik kadang Nampak pada orang yang sangat
kurus.
8. Pulsasi.
b. Auskultasi
Auskultasi sebaiknya dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk
menghindari perubahan frekuensi dan kualitas bising usus.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 26


Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan
gerakan usus, dan kemungkinan adanya gangguan vaskuler.
Pemeriksaan dilakukan dengan urut dari kanan ke kiri kemudian ke
bawah dengan menggunakan diafragma stetoskop. Dengarkan suara
usus dan perhatikan frekuensi dan karakteristiknya. Suara peristaltik
usus yang normal etrdiri atas cliks dan gurgles dengan frekuensi
normal 5-35 kali/menit.
c. Palpasi
Palpassi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan meraba atau
memegang area tubuh. Pada umumnya palpasi untuk pemeriksaan
gastrointestinal difokuskan pada palpasi abdomen. Palpasi abdomen
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
1. Palpasi Ringan (Superfisial)
Teknik ini berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot,
nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superfisial.
2. Palpasi Dalam
Palpasi dalam bertujuan untuk memeriksa masa di abdomen.
3. Palpasi Khusus
Dilakukan untuk mengetahui kalainan organ-organ ascesori seperti
hepar, lien, ginjal.
d. Perkusi
Perkusi berguna untuk mengetahui ukuran hepar, lien, ascites, masa
padat atau kistik, dan adanya udara pada lambung atau usus. Perkusi
dilakukan dengan cara meletakkan minimal tiga jari pada permukaan
abdomen kemudian diketuk dengan ujung jari. Pemeriksaan dilakukan
secara sistematis dari minimal tiga bagian abdomen atas sampai bawah
sesuai kuadrannya. Pada umumnya perkusi abdomen normal adalah
timpani. Adanya air akan muncul suara pekak/redup misalnya pada
ascites, sedang timbunan udara akan menghasilkan suara hipertimpani,
misalnya pada kondisi kembung (flatulensi).
2) Pemeriksaan Khusus

Kanker Lambung kelompok 11 Page 27


Pemeriksaan khusus abdomen ditujukan untuk mengetahui tanda-tanda
khusus dari beberapa kelainan, yaitu :
 Pemeriksaan Ascites
Ascites ditandai dengan perut membesar tetapi kendor, adanya
undulasi air (fluid wave) pada palpasi, adanya perubahan posisi air
dengan perubahan posis, dan redup/pekak beralih (shifting dullness).
Kadang ascites sering dikonotasikan sama dengan perut katak.
 Pemeriksaan Appendiksitis
Klien appendiksitis akut biasanya mempunyai tanda sangat khas, yaitu
jalan membungkuk, condong ke kanan, psoas mayor test positif, dan
nyeri perut kanan atas.
 Pemeriksaan “Murphys Sign”
Adalah tanda khas pada penderita cholecystitis ataupun cholelithiasis,
yang ditandai nyeri lepas pada area kanan atas, kadang klien saat
disuruh tarik napas kemudian mengeluarkannya, tiba-tiba berhenti
pada saat ekspirasi.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic yang lazim atau sering
dilakukan bagi pasien yang mengalami masalah pada system pencernaan
diantaranya :
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi bertujuan untuk mengetahui profil darah.
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui beberapa kelainan seperti
infeksi, anemia, dehidrasi, malnutrisi, dan alergi. Secara umum
pemeriksaan dibedakan menjadi pemeriksaan darah rutin seperti
leukosit, Hb, trombosit, hematokrit, serta pemeriksaan darah lengkap
dengan ditambah pemeriksaan hitung jenis leukosit atau pemeriksaan
khusus seperti kimia darah, seroimmunologi, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Barium Meal
Adalah cara pengambilan gambar kontras pada gaster dan usus
halus meliputi ukuran, bentuk, dan letaknya, sehingga dapat

Kanker Lambung kelompok 11 Page 28


diketahui kelainan-kelainan yang terjadi pada gaster dan usus
halus.
Dari pemeriksaan ini dapat diperoleh gambaran adanya kelainan :
stenosis pylorus, benda asing, polip, divertikuli, tumor, sindroma
malabsorpsi, ulserasi, peradangan mukosa pada lambung.
b. Barium Enema
Adalah suatu cara pengambilan gambar kontras pada kolon,
meliputi ukuran, bentuk, dan letak kolon sehingga dapat diketahui
kelainan-kelainan yang terdapat di kolon.
Dari pemeriksaan ini dapat diperoleh gambaran kelainan : polip
kolon, stenosis, obstruksi, tumor, divertikuli, fistula, inflamasi, dan
hernia.
c. Barium Swallow
Adalah suatu teknik radiografik kontras untuk memvisualisasikan
esophagus sehingga dapat diketahui kelainan pada esophagus.
Prosedur pemeriksaan hamper sama dengan barium meal, bedanya
barium yang digunakan lebih pekat.
Dari pemeriksaan ini dapat diperoleh gambaran : tumor, struktur,
hiatal hernia, varises, ulcer, motilitas.
d. Cholecystografi
Adalah pengambilan gambar X-ray dari kandung empedu.
e. Ultrasonografi (USG)
Adalah prosedur noninvasive yang menggunakan gelombang suara
untuk melihat struktur jaringan tubuh.
3. Pemeriksaan Endoskopi
Suatu cara untuk melihat secara langsung (visualisasi) organ-organ
dalam tubuh, sehingga dapat dilihat sejelas-jelasnya setiap kelainan
yang ada pada organ yang diperiksa. Endoskopi dengan biopsy dan
sitologi untuk memastikan penyakit maligna. Endoskopi dapat bersifat
diagnostic dan terapi. Dalam hand out ini akan dibahas endoskopi
sebagai diagnostic.
a. Cara kerja endoskopi :

Kanker Lambung kelompok 11 Page 29


Endoskopi dihubungkan dengan sumber cahaya menggunakan
serat fiberglass dan di ujung skop dipasang kamera video yang
dapat dilihat menggunakan televise monitor. Dari televise monitor
kita dapat melihat dengan jelas seluruh saluran cerna bagian atas
maupun bawah. Alat endoskopi ini sifatnya sangat lentur sehingga
mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit.
b. Jenis pemeriksaan endoskopi
1) Gastroskopi
Adalah visualisasi langsung ke dalam lambung melalui insersi
gastroskopi fiberoptik yang bertujuan untuk
mengidentifikasikan kelainan-kelainan pada lambung.
2) Kolonoskopi
Adalah visualisasi langsung pada organ kolon melalui insersi
kolonoskop fiberoptik dengan tujuan mengidentifikasi
kelainan-kelainan pada kolon.
c. Macam-macam Endoskopi
 Esofagoskopi
 Gastroskopi
 Enteroskopi
 Anuskopi
 Kolonoskopi
 Sigmoidoskopi
 Duodenoskopi
4. Pemeriksaan Analisis Cairan Lambung
Merupakan suatu tindakan untuk mengeluarkan isi atau cairan
lambung untuk mengkaji tingkat keasaman lambung dalam keadaan
puasa dan dengan perangsangan (stimulasi).
5. Sinar X GI bagian atas dengan media kontras awalnya menunjukkan
kecurigaan ulserasi yang memerlukan evaluasi lanjut.
6. Studi pencitraan (pemindai tulang,hati) untuk menentukan metastasis.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 30


2 Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


o

1 Ds : Kurangnya Ketidakseimbangan
 Pasien mengeluh muntah asupan nutrisi kurang dari
makanan yang kebutuhan tubuh
Do : adekuat.
 muntah-muntah
 Berat badan turun dari 60 kg
menjadi 45 kg.
 Nafsu makan pasien menurun

2 Ds : Iritasi saluran Nyeri


gastrointestinal
 Klien juga mengeluh rasa
nyeri ringan pada bagian
dada dan perut juga
dirasakan pasien terutama
setelah makan.

Do :

 Perubahan nafsu makan.


 Muntah-muntah.
 Perut klien tampak
membesar.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 31


Ds: Kehilangan
3. cairan aktif Kekurangan volume
 Pasien mengeluh mencret cairan
Do:

 Frekuensi BAB meningkat


hingga 5 – 6x/hari, tidak
tampak darah atau lendir
pada feses pasien
 BAB pasien dikatakan cair
dan tidak berbau khas.
 Pasien terlihat lemas

3.3. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri behubungan dengan Iritasi saluran gastrointestinal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Kurangnya asupan makanan yang adekuat
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif

3.4. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Nyeri behubungan dengan Iritasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
saluran gastrointestinal 1x2 jam diharapkan pasien - Lakukan
tidak lagi merasa nyeri manajemen nyeri
Kriteria Hasil: secara
- Mampu mengontrol nyeri komperhensif
- Melaporkan bahwa nyeri termasuk lokasi,
berkurang dengan karakteristik, durasi,

Kanker Lambung kelompok 11 Page 32


menggunakan manajemen frekuensi, kualitas
nyeri dan faktor
- Mampu mengenali nyeri presipitasi
- Menyatakan rasa nyaman - Observasi reaksi
setelah nyeri berkurang nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan tekni
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengelaman nyeri
pasien
- Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
- Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 1x24 jam - Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Kurangnya diharapkan kebutuhan nutrisi makanan
asupan makanan yang adekuat pasien terpenuhi - Kolaborasi dengan
Keriteria Hasil: ahli gizi untuk
- Adanya peningkatan menentukan jumlah
berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi
dengan tinggi badan yang dibutuhkan
- Mampu menidentifikasi pasien

Kanker Lambung kelompok 11 Page 33


kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien
- Menunjukkan untuk meningkatkan
peningkatan fungsi protein dan vitamin
pengecapan dari menelan C
- Tidak terjadi penurunan - Berikan substansi
berat badan yang berarti gula
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
3 Risiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
cairan berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Timbang Pembalut
kehilangan cairan aktif diharapkan pasien tidak jika diperlukan
mengalami dehidrasi - Pertahankan
Kriteria Hasil: catatan intake
- Tidak ada tanda – tanda output yang akurat
dehidrasi, alastisitas - Monitor status
turgor kulit baik, dehidrasi
membran mukosa ( kelembaban
lembab, tidak ada rasa mukosa, nadi
haus yang berlebihan adekuat, tekanan
- Tekanan darah, nadi, darah ortostatik)
suhu tubuh dalam batas - Monitor visual
normal sign
- Mempertahankan urine - Monitor status
output sesuai dengan usia dan nutrisi
BB, BJ urine normal, HT
normal

Kanker Lambung kelompok 11 Page 34


BAB 4

Penutup

4.1 Kesimpulan

Kanker lambung adalah penyakit yang menyerang sel lambung dalam


waktu lama. Kanker lambnng juga merupakan salah satu penyakit pembunuh
manusia dengan jumlah kematian 14,700 setiap tahun dengan persentase sebesar
2,4% kematian akibat kanker lambung. Penyebab pasti dari kanker lambung
tersebut belum diketahui tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan kanker
lambung tersebut mencakup Inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria
( tidak adanya hidroklorida ), Ulkus lambung, bakteri H. plylori, dan keturunan.
Kanker lambung sulit untuk disembuhkan kecuali ditemukan kanker lambung nya
pada tahap awal. Tetapi kanker lambung dapat diobati dengan tujuan mengurangi
gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

4.2 Kritik dan Saran

Kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan teman-
teman sangat berguna bagi kami sebagai penulis untuk kesempurnaan makalah
yang kami tulis ini.

Kanker Lambung kelompok 11 Page 35


Referensi
Aziz rani et al. (2011). Buku ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna publishing.

Ansari Nagar & Katoch. (2014). consensus document for management of gastric cancer .
indian council of medical research , 2.

F.Coccolini et al. (2013). Intraperitoneal chemotheraphy in advanced gastric cancer


meta-analisis of randomized trials . Science Direct .

Medicastore. (2011). Manajemen modern dan kesehatan Masyarakat: Kanker


Lambung . Jakarta: Itokindo.

Parisa Karimi et al. (2015). Gastric Cancer: Descriptive epidemiology, Risk Factors,
Screening, and Preventing. NIH Public Access, 2.

Rani, A. d. (2011). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing.

Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Gangguan Pencernaan. Jakarta: Publishing.

Smeltzer Suzanne C. and Bare, Brenda G. 2013. Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8, Vol.1. Jakarta : EGC.

Kitagawa, Yuko et al. (2013). “ Gastric Cancer: Current Status of Diagnosis and
Treatment”.
Hamonangan, Rachmat dkk. (2010). Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing
Dong, Mamie and Ghosh, Pradipta. (2010). “Gastric
Cancer”.http://gastro.ucds.edu/fellowship (di akses tanggal 4 desember
2016).
fuccio,lorenzo dkk. (2013). diagnosis and management of gastric antral vascular.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3547119/(di akses tanggal
4 desember 2016).

Kanker Lambung kelompok 11 Page 36


Bing hu dkk. (2012). gastric cancer : classification, histology & application of
molecular pathology. gastrointest oncol 3(3):251-261. Pioneer bioscience
publishing company.
nafratilofa,lidia. (2013). pemberian nutrisi melalui continuous feeding untuk
menghindari gejala gastro esophageal reflux pada klien dengan
gastrektomi.http://scholar.google.co.id/scholar=jurnal+keperawatan+soedr
iman+perbedaan+kadar+albumin+plasma (diakses pada 4 desember 2016)

Kanker Lambung kelompok 11 Page 37

Anda mungkin juga menyukai