Anda di halaman 1dari 50

PERAWATAN PELUMASAN UNTUK MENUNJANG KINERJA MOTOR INDUK DI

MV. CTP FORTUNE

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Jenjang Diploma-III

Pada Jurusan Tekhnika

Disusun Oleh :
RIFALDY

NIT:16304238

AKADEMI MARITIM (AKMI) SUAKA BAHARI CIREBON


TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : PERAWATAN PELUMASAN UNTUK


MENUNJANG KINERJA MOTOR INDUK
DI MV.CTP FORTUNE

Nama Taruna : Rifaldy

Jurusan / NIT : Teknika / 16304238

Tugas Akhir dengan judul diatas telah disetujui untuk diajukan, sebagai bagian

dari persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program studi,

Teknika di Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

(FINO WASPODO, ATT III .SE ) (YEYEN HERLINA, M.Pd )

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal :

Mengetahui,
Kepala Program Studi

ABDUROHMAN,SM.Tr ATT II
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : PERAWATAN PELUMASAN UNTUK MENUNJANG


KINERJA MOTOR INDUK DI MV. CTP FORTUNE
Nama Taruna : Rifaldy

Jurusan / NIT : Teknika / 16304238

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

pada program studi, Teknika di Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon

DOSEN PENGUJI
Penguji I Penguji II

(…………………….) (……………………….)
Pembimbing I Pembimbing II

(FINO WASPODO, ATT III .SE ) (YEYEN HERLINA,


M.Pd )

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal :
Mengetahui,
Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon

ASEP RAHMAT,SH,MM
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Rifaldy

NIT : 16304238

Judul Karya Tulis :“PERAWATAN PELUMASAN UNTUK

MENUNJANG KINERJA MOTOR INDUK DI

MV. CTP FORTUNE”

Menyatakan bahwa Karya Tulis yang saya ajukan ini adalah hasil karya

sendiri, yang kemudian belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada

Progam Diploma III (D3) Jurusan Teknika ataupun pada Program yang lainnya.

Karya Tulis ini adalah milik saya, karena itu pertanggungjawaban sepenuhnya

berada di pundak saya.

Cirebon,
Yang membuat pernyataan

(RIFALDY)
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena Berkat rahmat dan anugerahnya, maka penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan: Dalam hal ini

penulis mengambil bidang Keahlian Tekhnika, berusaha menyusun tugas akhir ini

dengan judul:

“PERAWATAN PELUMASAN UNTUK MENUNJANG KINERJA

MOTOR INDUK DI MV. CTP FORTUNE”

Judul ini penulis pilih karena berdasarkan penelitian penulis ketika

Study on board, ditambah dengan berbagai disiplin ilmu yang penulis

dapatkan dari buku-buku yang pernah penulis baca

Di dalam penulisan tugas akhir ini penulis berusaha semaksimal mungkin

untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul sesuai dengan kemampuan dan

pengetahuan yang saya miliki, baik pada saat penulis menimba ilmu di

bangku sekolah maupun di lingkungan masyarakat maritime.

Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan bagi rekan-rakan pembaca yang belum memahami atau baru

ingin mempelajari hal-hal yang ingin dibahas dalam tugas akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna baik dari segi pembahasan materi maupun dari segi pemilihan

kata dan penyusunan kalimatnya.

Oleh sebab itu penulis sangat mengaharapkan adanya tanggapan-

tanggapan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna

menyempurnakan tugas akhir ini.


Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, penulis

tidak akan dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimah kasih yang sebesarnya-

besarnya pada yang terhormat :

Bapak Direktur Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon (AKMI) yang telah

berkenan memberikan kesempatan belajar di Akademi yang dipimpinnya.

Bapak Fino Waspodo, ATT III,SE Selaku dosen akmi sekaligus pembimbing

materi dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Ibu Yeyen Herlina, M.Pd selaku dosen pembimbing teknik penulisan tugas akhir.

Segenap Dosen dan Staf Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon yang senantiasa

membimbing kegiatan belajar penulis.

Nahkoda, KKM, Perwira-perwira dan seluruh crew kapal MV.CTP FORTUNE

yang telah memberikan bantuan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama

penulis melaksanakan praktek.

Seluruh rekan Taruna yang selalu mendukung dan membantu penulis sehingga

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan


kekurangan di dalam penulisan tugas akhir ini.
Cirebon,20 Februari 2020
Penulis,

RIFALDY
DAFTAR ISI

Halaman
Cover
Halaman persetujuan..........................................................................................................i
Lembar pengesahan....................................................................................... ii
Halaman pernyataan...........................................................................................................iii
Kata pengantar.................................................................................................................... iv
Daftar isi............................................................................................................................v
Daftar gambar..................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar belakang............................................................................................ 1
Pokok Permasalahan................................................................................. 2
lingkup Bahasan........................................................................................ 3
Tujuan dan Manfaat penulisan............................................................... 3
Metode penelitian ..................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................... 9

Teori ............................................................................................................ 9
Definisi........................................................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN PENELITIAN ............................................................ 18
A.Identifikasi masalah.............................................................................. 18
B.Tinjauan Teoritis.................................................................................... 18
C.Pemecahan Masalah.............................................................................. 27
BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 29
Kesimpulan.................................................................................................. 29
Saran-Saran ................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................ 32
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1Sistem turbocharger..........................................................40
Gambar 3.2 Turbin..............................................................................40
Gambar 3.3 compressor housing & compressor whell........................41
Gambar 3.4 saluran pipa......................................................................41
Gambar 3.5 Center housing & rotating assemblig..............................42
Gambar 3.6 intercooler........................................................................42
Gambar 1.0 Komponen turbocharger....................................................43

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapal adalah sarana transportasi yang sangat efisien. Mengikuti

perkembangan jaman yang dewasa ini semakin maju dan modern serta

canggih, kapal juga dirancang sedemikian sehingga dapat memenuhi

kebutuhan yang diinginkan .

Untuk menunjang Operasional kapal tersebut ,diperlukan pula ABK

yang terampil dan siap kerja diatas kapal. Lancarnya kinerja dari mesin

induk tidak lepas dari peran serta peralatan seperti pompa pelumasan.

Pada sistim pelumasan tergantung juga pada dua faktor yaitu :

1. Faktor bahan pelumas

2. Faktor bahan yang dilumasi itu sendiri.

2
Oleh karena itu mutu dan kebersihan minyak lumas perlu dijaga supaya

menjamin kelancaran kinerja dari mesin induk,karena sering terjadi kinerja

mesin induk terganggu disebabkan pada bahan minyak lumas banyak

terdapat endapan.

Kotoran atau endapan pada minyak lumas dapat dihindari dengan suatu

alat yaitu Lubricating Oil Separator karena kerja dari alat tersebut untuk

memisahkan air dan kotoran – kotoran lainya yang telah tercampur dengan

minyak lumas. Dengan pentingnya fungsi dari pompa pelumasan maka

penulis memilih judul :

”PERAWATAN PELUMASAN UNTUK MENUNJANG KINERJA

MOTOR INDUK DI MV. CTP FORTUNE”

B. Pokok Permasalahan.

Di dalam mempertahankan mutu pelayanan kepada pengguna jasa

angkutan kapal, maka kapal itu harus siap dioperasikan setiap saat dengan

aman dan tepat waktu.

Kinerja Motor induk harus dapat dipertahankan didukung oleh kerja

pompa pelumasan yang baik, salah satunya adalah minyak lumas, sehingga

yang diharapkan dari kerja motor induk dapat dipertahankan. Motor induk

bekerja kurang sempurna apabila pelumasan tidak berjalan sebagaimana

mestinya.

3
Dari beberapa pengalaman selama penulis diatas kapal dan dari

pengamatan penulis selama bertugas, ditemukan bahwa adanya endapan

yang berlebihan dan cepatnya terjadi perubahan warna pada minyak lumas

yang tidak normal atau tidak sebagaimana mestinya. Dari kondisi minyak

lumas yang kurang baik mengakibatkan terganggunya kerja pompa

pelumasan disamping itu pompa pelumasan juga perlu perawatan. Kondisi

minyak lumas menurun dan saringan minyak lumas motor induk sering kotor

yang menyebabkan tekanan minyak lumas menjadi turun dan mengganggu

kelancaran operasional kapal.

Dari berbagai permasalahan pada sisitim pelumasan sehingga

mengakibatkan tidak lancarnya pengoperasian mesin induk terletak pada

pokok permasalahan perawatan pompa pelumasan. Setelah di identifikasi

pada perawatan peralatan pompa pelumasan terdapat pokok permasalahan

sebagai berikut :

1. Kerja Pompa Pelumasan Kurang Optimal

2. Kurangnya Perawatan yang Terencana

3. Kondisi Minyak Lumas Menurun

4
C. Lingkup Bahasan

Dalam pembahasan tentang permasalahan perawatan pompa pelumasan

dan hubungannya dengan kondisi minyak lumas, sebenarnya memang ada

banyak hal yang dapat diungkapkan dan dapat ditinjau serta di pandang dari

berbagai aspek, apalagi bila dewasa ini di era modernisasi, ada beragam jenis

pompa pelumasan yang digunakan dengan sistem dan prinsip kerjanya

masing-masing, dan dari pabrik yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu

penulis dalam kesempatan ini akan membatasi dan memperkecil lingkup

bahasan dengan hanya membahas mengenai masalah bagaimana

mengoptimalkan perawatan pompa pelumasan pada umumnya di kapal MV.

CTP FORTUNE

DATA MESIN INDUK

Tipe : HITACHI ZOSEN MAN B&W 6S60MC

Pabrik Pembuat : JAPAN

Tahun Pembuatan : 1998

Kecepatan : 19.013 knots

5
Horse Power : 12,443 BHP

RPM : 105 Max

D. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui beberapa hal mengenai gangguan pada kerja

pompa pelumasan dan cara penanganan perawatan sehingga diharapkan

dapat menunjang pengoperasian mesin induk lebih optimal.

2. Manfaat Penulisan.

6
a. Memberikan pemahaman ke pada pembaca agar mengerti akan

pentingnya perawatan peralatan pompa pelumasan guna

menunjang kinerja mesin induk

b. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada pembaca

yang akan bekerja dikapal.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada

objek yang diteliti dan data informasi ini dikumpulkan melalui :

1. Deskriptif Kualitatif

Pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena pada masalah yang terjadi pada pendekatan ini. Peneliti

membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci

dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang

alami.

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk

mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami masalah, untuk

mengembangkan teori dan untuk memastikan kebenaran data.

7
2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang obyektif, aktual, akurat, serta dapat

dipertanggung jawabkan di dalam menyusun data untuk tugas akhir

ini, maka penulis akan menjelaskan bagimana teknik-teknik

pengumpulan data, dan sangatlah penting sebagai bahan analisa untuk

menyelesaikan permasalahan yang dirumuskan. Data-data ini disusun

secara sistematis dan juga sesuai dengan masalah peneliti, di dalam hal

ini masalah yang berkaitan adalah mesin / sistem pendingin air tawar

Berikut ini adalah beberapa teknik-teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti didalam melakukan penelitian, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara terjun langsung kelapangan, dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap permesinan yang diamati dalam hal

ini pengaruh temperatur air tawar terhadap mesin induk .

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara yang di pakai oleh

penulis di dalam teknik pengumpulan data-data yang dibutuhkan di

dalam menyelesaikan tugas akhir teknik ini. di lakukan yaitu

dengan mengadakan diskusi bersama dosen teknik, yang sudah

lebih berpengalaman dalam mengatasi permasalahan-permasalahan

8
yang terjadi pada permesinan di atas kapal khususnya pada system

pendingin air tawar. Cara ini dianggap cukup efisien mengingat

tidak selamanya informasi yang terdapat dalam buku petunjuk

manual dapat menyelesaikan suatu masalah yang terjadi.

Penjelasan yang di dapatkan dalam diskusi yang telah dilakukan,

dirasakan sangat membantu penulis juga melakukan diskusi

dengan teman-teman taruna dikelas dengan maksud mendapatkan

hasil dan dapat dibandingkan antara permasalahan yang telah

pernah terjadi di kapal.

c. Dokumentasi

Didalam hal ini arsip-arsip serta dokumen-dokumen kapal

digunakan untuk melengkapi data-data yang diperoleh, sehingga

data-data yang didapat lebih akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan, dokumen kapal yang dijadikan referensi yaitu:

1) Daftar pengecekan kamar mesin (Engine Log Book) yang

berisikan tentang hal-hal yang perlu diperiksa sebelum masinis

meninggalkan kamar mesin. Hal yang perlu diperiksa berupa

keadaan temperatur dan tekanan dari semua permesinan yang

ada di kamar mesin baik itu mesin utama atau pun permesinan

bantu lainnya, selanjutnya catatan-catatan dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan tersebut dipindahkan ke dalam

Engine Log Book.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerja Pompa Pelumasan Kurang Optimal

10
Berdasarkan fakta dan pengalaman yang penulis alami sewaktu

bekerja diatas MV. CTP FORTUNE , pompa pelumasan sering bekerja

tidak optimal sehingga mengganggu kinerja mesin induk dalam menunjang

pengoperasian kapal.

Mesin induk dalam pengoperasian sangat tergantung dari sistim

pelumasan, oleh karena itu perawatan pompa pelumasan dan perawatan

minyak lumas itu sendiri sangatlah mutlak diperlukan. Sehubungan dengan

kurang optimalnya kerja pompa pelumasan maka minyak lumas sering

mengalami over flow dan tumpah ke tangki kotor dikarenakan kurang

kedapnya penutupan bowl hood dengan body sehingga minyak lumas lebih

banyak yang masuk ke sludge tank di banding yang keluar dari Lubricating

Oil Separator masuk ke sistem.

Dalam hal ini dapat di lihat dari lubang pembuangan lumpur yang

selalu mengalir lumas dan kotoran – kotoran. Disamping itu juga bisa di

lihat dari kondisi tangki kotor cepat naik dan juga minyak lumas dalam

sump tank cepat berkurang. Selain itu fluktuasi temperatur menyulitkan

pengoperasian pompa pelumasan sehingga mengganggu kelancaran

operasionalnya.

Pengoperasian Lubricating Oil Separator pada sistem pemanasnya

perlu mendapatkan perhatian agar kelancaran operasionalnya dapat

berlangsung terus menerus sehingga diharapkan kondisi pemanasan minyak

11
0
lumas tidak melebihi batas ketentuan suhu yang disetting yaitu antara 75

C – 80 0 C.

Akibat dari suhu melebihi set poin maka over heat alat kendali

automatic bekerja ( trip ) mengakibatkan electric heater akan “ cut off “

sehingga minyak keluar dari heater tidak masuk ke Separator untuk

dipurifikasi melainkan hanya bersirkulasi kembali ke sisi isap dari “ feed

pump “ heater melalui three way valve menuju heater dan begitu

seterusnya.

Selama ini berlangsung / berjalan , otomatis aliran minyak lumas itu

tidak terpurifikasi, dengan kata lain minyak lumas yang terdapat di sump

tank ( tangki endap ) terdapat kotoran – kotoran yang mengendap ,

sedangkan pelumasan pada motor induk terus berjalan , bila hal ini terus

berlangsung tentu akan mengganggu kelancaran pelumasan motor induk.

B. Kurangnya Perawatan Yang Terencana

Plant Maintenance Sistem adalah sistim perawatan terencana yang

harus dilaksanakan di semua kapal-kapal, khususnya Kapal MV. CTP

FORTUNE , PMS sudah dilaksanakan namun tidak berjalan sesuai yang

diharapkan.

12
Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain perawatan

yang kurang terencana, suku cadang, SDM, peralatan dan anggaran

keuangan. Keempat unsur–unsur tersebut adalah sebagai faktor

penunjang berjalannya sistim perawatan terencana di atas kapal. Jika

salah satu faktor tidak terpenuhi maka Plant Maintenance Sistem tidak

akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Khusus di Kapal MV. CTP FORTUNE kendala utama tidak

berjalannya Plant Maintenance Sistem adalah faktor perawatan pompa

pelumasan dan cepat rusak. Dalam melaksanakan perawatan pompa

pelumasan yang asal-asalan mengakibatkan kinerja dari pompa

pelumasan tidak menjamin akan bekerja secara optimal.

Dengan demikian sangatlah penting sekali adanya Plant

Maintenance Sistem yang harus berjalan

C. Kondisi Minyak Lumas Menurun

Pada waktu kapal MV. CTP FORTUNE beroperasi melayanai

bongkar muat container dari dermaga menuju ke tengah laut dalam

perjalanan, tiba–tiba terjadi hal – hal yang diluar kebiasaan , antara lain

temperatur pada minyak lumas secara pasti merambat naik hingga

13
mencapai 700 C normalnya 600 sehingga alarm kamar mesin berbunyi,

setelah diadakan pemeriksaan ternyata pada manometer tekanan di control

room menunjukkan penurunan.

Dampak dari turunnya tekanan minyak lumas tersebut putaran motor

induk ikut turun dan pompa stand by minyak lumas bekerja secara

otomatis, dengan demikian minyak lumas berangsur naik hingga tekanan

mendekati normal. yaitu normalnya 5,9 kg/cm2

Untuk menjaga kelancaran / keselamatan operasional kapal diambil

langkah menurunkan putaran kemudian stop mesin untuk membersihkan

saringan isap minyak lumas karena kotor dan menambahkan minyak lumas

baru kedalam sump tank, sehingga mengganggu operasional kapal.

Akibat kurang optimalnya kerja Lubricating Oil Separator maka

minyak lumas tersebut tidak terpurifikasi, sehingga lama kelamaan terjadi

endapan kotoran pada tangki endap ( sump tank ) yang mengakibatkan

kondisi minyak lumas tersebut kotor, juga over heat akan menyebabkan

oksidasi dan hal ini meningkatkan viscositas yang pada akhirnya umur

minyak lumas jadi pendek.

D. Kerja Pompa Pelumasan Optimal.

Pompa Pelumasan digerakan oleh motor listrik untuk memutar atau

menggerakan poros bowl part melalui roda cacing, sedangkan poros bowl

14
tersebut dilengkapi dengan ball bearing komplit dengan haushing sehingga

dapat meredam getaran dengan baik dan putarannya ringan.

Lubricating Oil Separator yang baik harus dapat memisahkan

minyak lumas dengan kotoran (lumpur) dan air dengan tidak ada gangguan

dalam proses operasinya. Temperatur masuk pompa pelumasan menjadi

normal sehingga pengoperasian Lubricating Oil Separator menjadi mudah

dan lancar tanpa gangguan.

Perubahan beban pada mesin, kecepatan dan temperatur

mengakibatkan suhu masuk ke Lubricating Oil separator menjadi tidak

stabil sehingga menyulitkan bagi operator untuk mendapatkan temperatur

yang ideal.

Apabila dalam proses pengoperasian Lubricating Oil Separator

dipertahakan terus menerus dengan tujuan agar minyak pelumas benar-

benar tidak tercemar dengan lumpur (kotoran) maupun air, sehingga daya

tahan minyak lumas akan lebih baik dan juga akan mempengaruhi

pelumasan dalam poros engkol maupun bagian-bagian yang memerlukan

pelumasan.

Untuk pembersihan bowl partnya secara otomatis tanpa memutus

kerjanya Separator dan juga dalam proses pembuangannya berjalan lancar

bekerja secara otomatis, setelah air masuk ke bowl partnya maka valve

silinder akan membuka dan lumpur yang ada ditempat bowl part akan ikut

15
terbawa oleh air kedalam sludge tank (penampungan lumpur) Separator

yang normal apabila:

1. Putaran tercapai dengan getaran yang halus

2. Pada saat pembuangan lumpur, kerugian minyak lumas dapat

dibatasi hingga sekecil mungkin.

3. Temperatur masuk Lubricating Oil Separator ideal, maka dapat

memisahkan minyak lumas dan kotoran-kotoran dengan mudah

B. Adanya Perawatan Yang Terencana

Plant Maintenance Sistem adalah sistim perawatan terencana yang

harus dilaksanakan di semua kapal-kapal, khususnya Kapal MV. CTP

FORTUNE, PMS sudah dilaksanakan namun tidak berjalan sesuai yang

diharapkan.

Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain perawatan

yang kurang terencana, suku cadang, SDM, peralatan dan anggaran

keuangan. Keempat unsur–unsur tersebut adalah sebagai faktor

16
penunjang berjalannya sistim perawatan terencana di atas kapal. Jika

salah satu faktor tidak terpenuhi maka Plant Maintenance Sistem tidak

akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Khusus di Kapal MV. CTP FORTUNE kendala utama tidak

berjalannya Plant Maintenance Sistem adalah faktor perawatan pompa

pelumasan dan cepat rusak. Dalam melaksanakan perawatan pompa

pelumasan yang asal-asalan mengakibatkan kinerja dari pompa

pelumasan tidak menjamin akan bekerja secara optimal.

Dengan demikian sangatlah penting sekali adanya Plant

Maintenance Sistem yang harus berjalan

C. Kondisi Minyak Lumas Baik.

Dengan terjaganya kondisi minyak lumas maka proses pelumasan

tersebut dapat menjaga permukaan benda – benda yang saling bergesekan

tidak cepat aus sekaligus mendinginkan dan mencegah dari panas yang

berlebihan.

Adalah penting pompa pelumas untuk menjaga kondisi minyak

lumas , yang mana pada motor induk bercampur dengan kotoran, air , serta

benda – benda asing dapat dipisahkan.

17
Mengingat hal tersebut maka sangat penting menjaga performance

Lubricating Oil Separator, sehingga lancarnya pengoperasian pompa

pelumas akan menambah umur pemakaian minyak lumas.

Karena prinsip pelumasan pada motor induk adalah :

1. Memisahkan benda yang saling bergesekan dengan lapisan oil film dari

minyak lumas yang baik.

2. Untuk membentuk seal / penahan antara permukaan piston ring dan

cylinder liner, untuk mencegah bocornya gas pembakaran keruang

crank case.

3. Menetralisir korosi yang diakibatkan oleh pembakaran yang dihasilkan

dan mencegah cylinder liner piston ring dari pengaratan.

4. Melembutkan endapan/deposit sekaligus mencegah atau mengurangi

keausan karena gesekan.

5. Mengurangi keausan pada bearing.

Mendinginkan permukaan – permukaan benda yang panas tanpa media

pendingin tersebut terbakar

Bagiamanapun permasalahannya dan dalam keadaan apapun juga,

diakui bahwa keberadaan suku cadang di atas kapal adalah sangat penting

dalam menunjang kelancaran perawatan dan perbaikan, bahkan seringkali

dijumpai bahwa suatu kegiatan perawatan dan perbaikan menjadi

18
terbengkalai atau tertunda hanya karena ketidak tersedianya suku cadang

yang diperlukan.

Oleh sebab itu perlu dicari suatu solusi yang baik bagaimana

mengelola dan mengupayakan pengadaan suku cadang yang cukup dan

memadai serta bagaimana menyesuaikannya dengan kondisi dan lokasi

pengoperasian kapal, juga dengan memperhitungkan seberapa jauh dan

seberapa pentingnya kebutuhan suku cadang dan bagaimana mengefisiensi

penggunannya, sehingga di atas kapal selalu tersedia suku cadang yang

memadai.

19
BAB III

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Identifikasi Masalah

Pada kenyataan sebenarnya dalam praktek sehari–hari, permasalahan

tentang perawatan pompa pelumas tidaklah semudah apa yang

dibayangkan, hal ini terbukti dari pengalaman penulis sendiri diatas kapal

yang mengalami kendala dalam penanganan perawatan pompa pelumas.

Penulis pernah mengalami dan menghadapi kerusakan pada Vertical

shaft yang tidak diketahui kebengkokannya, sehingga pompa pelumas tidak

bekerja sebagai mana mestinya yang tidak diketahui oleh para perwira

mesin. Dari keadaan tersebut penulis mencoba untuk mengidentifikasi

permaslahan yang dihadapi itu melalui beberapa analisa dan pemeriksaan.

Bertolak dari kerusakan yang telah dikemukakan sebelumnya itu penulis

menemukan dan menyimpulkan ada beberapa hal yang menjadi penyebab

terjadinya kerusakan yaitu :

20
1. Belum dilaksanakan Plan Maintenance System (PMS).

MV. CTP FORTUNE adalah kapal yang telah menerapkan Plan

Maintenance System namun dalam pelaksanaan perawatan khususnya

perawatan pompa pelumasan beserta peralatan lain yang ada.

Bengkoknya vertical shaft adalah disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain adanya keausan dari gigi – gigi penghubung (spiral – gear

dan pinion – gear ) adanya keausan karena korosi, karena pengaruh

kerusakan bearing, karena penggunaan suku cadang dengan mutu yang

rendah mempercepat kelelahan bahan, dan faktor yang tidak kalah

pentingnya adalah karena kesalahan manusia ( human error ) pada

waktu mengadakan perawatan, perbaikan overhouling dan pemasangan

kembali dari berbagai pekerjaanya.

2. Minyak Lumas Belum Sesuai Suhu Ideal.

Apabila temperatur masuk ke pompa pelumas belum mencapai

suhu yang ideal, maka operator berusaha mencapai suhu ideal tersebut

dengan jalan mengatur katup manual pengatur tekanannya dengan cara

menutup atau membuka krannya, ketidak tepatan pengaturannya

kadang–kadang mengakibatkan high temperature device bekerja

memutus arus pengontrol magnetic coil untuk sumber heater 380 V,

21
akibatnya heater tidak akan bekerja kecuali temperature dibawah 90 0 C

dan push buttom di reset, katup three way valve tidak akan membuka

pemasukan ke Lubricating Oil Separator sehingga minyak lumas akan

kembali lagi ke Separator feed pump.

3. Pengguna Gravity Disc Yang Tidak Tepat.

Minyak lumas yang keluar dari motor induk masuk ke dalam bowl dan

tumpukan disc oleh pompa sirkulasi dengan suhu yang tertentu,

berkisar antara 700 C – 800 C, kotoran yang bercampur dengan minyak

pelumas dibagi dalam tiga jenis bahan yang berbeda - beda, yaitu :

- Cairan ringan ( minyak lumas )

- Cairan berat ( air tawar dan air laut )

- Zat padat

Zat – zat padat dari kotoran minyak lumas yang mempunyai berat

jenis paling besar diantara ketiganya akan terpisah dan menempel pada

dinding – dinding dari disc dan bowl yang berputar dengan kecepatan

yang sangat tinggi dan adanya “gaya sentrifugal“. Fungsi gravity disc

seperti yang kita ketahui bersama adalah untuk menentukan jarak

ukuran pengeluaran antara minyak lumas dan air sehingga proses

pemisahan itu dapat berlangsung dengan baik, namun sering kali

22
ukuran bahkan tidak mendapat perhatian sehingga penggunaannya tidak

tepat ( keliru ).

Akibatnya proses purifikasi tidak berlangsung dengan baik,

minyak lumas yang keluar dari Lubricating Oil Separator seharusnya

adalah murni tapi ternyata masih mengandung kadar air , apalagi bila

suhu minyak lumas yang masuk kedalam separator lebih tinggi dari

yang ditentukan, menyebabkan berat jenis semakin kecil dan selisih

permukaan dari kedua cairan dalam perangkat bowl bertambah besar.

4. Penggunaan Suku Cadang Bukan Asli.

Karena seringnya terjadi kerusakan pada pompa pelumas

mempengaruhi pemakaian suku cadang, dimana pada setiap kali

mengadakan perbaikan dengan sendirinya diikuti dengan penggantian

suku cadang yang baru, sehingga pemakaian suku cadang Lubricating

Oil Separator boros dan mengakibatkan habisnya persediaan.

23
Dalam keadaan seperti ini, ketika terjadi kerusakan dan suku

cadang yang dibutuhkan tidak ada, sedangkan jika menunggu

pengiriman dari perusahaan memakan waktu yang lama karena lokasi

dan kondisi pengoperasian kapal tidak memungkinkan pengiriman yang

lancar, padahal perbaikan dan penggunaannya sudah sangat mendesak,

akhirnya jalan keluar yang diambil adalah mencari atau membeli suku

cadang yang bukan asli tapi yang equivalen di pelabuhan – pelabuhan

tujuan ketika kapal tiba, walaupun disadari mutunya kurang baik.

5. Sering Terjadi Over Flow Dari Minyak Lumas.

Kejadian ini sering terjadi sebagai gejala yang mendahului adanya

kerusakan pada pompa pelumas, keadaan ini bila tidak segera

ditanggulangi akan menyebabkan pemakaian minyak lumas lebih boros

dan akan berpengaruh pada kinerja motor induk.

Motor induk akan mendapat pelumasan dengan mutu minyak

lumas yang rendah, kerugian-kerugian panas akibat gesekan bertambah

besar, sehingga dikuatirkan akan terjadi kerusakan yang serius dan

dapat menyebabkan terganggunya kelancaran operasional kapal.

6. Kurangnya Perawatan Pada Pompa Pelumas.

24
Masinis yang diberi tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan

perawatan dan perbaikan pompa pelumas seringkali menemukan

kesullitan dalam menyesuaikan waktu pelaksanaan perawatan dan

perbaikan pada pesawat tersebut, karena pesawat tersebut dituntut

untuk selalu dapat beroperasi secara terus menerus ( running continue ),

mengingat fungsi pesawat itu sendiri untuk memurnikan minyak lumas

motor induk.

Keadaan demikian menyebabkan Masinis cenderung menerapkan

atau mengikuti strategi perawatan insidentil, yaitu menunggu sampai

terjadi kerusakan atau kotornya pompa pelumas tersebut baru diadakan

perawatan dan perbaikan.

7. Kurangnya Ketelitian Pada Pelaksanaan Perawatan Dan Perbaikan.

Kejadian yang sering terjadi bahwa ketika mengadakan perawatan

dan perbaikan terhadap pompa pelumas ada kesan seperti tergesa – gesa

dari para Masinis yang sedang menangani pekerjaan tersebut.

Hal ini disebabkan karena Masinis yang belum memadai, pada

umumnya mereka masih muda dan dengan sendirinya ketenangan dan

emosi mereka dalam bekerja belum mapan, faktor inilah yang

mendorong kearah terjadinya ketidak-telitian dalam bekerja.

25
B. Tinjauan Teoritis

1. Pembengkokan Vertical Shaft.

Bengkoknya vertical shaft dapat terjadi karena beberapa hal,

namun khusus dalam kasus ini penulis menemukan ada 2 hal yang

menjadi penyebab utamanya dari kerusakan tersebut yaitu :

a. Kerusakan Karena Kelelahan Bahan

b. Adanya Kelalaian Pada Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Perbaikan.

a. Kerusakan Karena Kelelahan Bahan

Sebagaimana diketahui bersama bahwa setiap logam

mempunyai sifat mekanis yaitu kemampuan suatu logam

untuk menahan beban yang dikenakan padanya, baik berupa

pembebanan secara statis ( beban tetap ) maupun pembebasan

secara dinamis ( beban yang berubah – ubah ). Sifat mekanis

dan setiap logam tidak sama , demikian juga halnya dengan

26
Vertical shaft yang karena seringnya mengalami tegangan dan

beban yang berat serta adanya getaran yang timbul akibat efek

kerja mekanis, akhirnya Vertical shaft dan bearing –

bearingnya mengalami kelelahan ( fatigue ).

Faktor lain yang menjadi penyebab bengkoknya Verrtical

shaft adalah keausan pada gigi penghubung yaitu Pinion gear

dan Spiral gear, karena terlalu sering dioperasikan, sehingga

menimbulkan keausan dan terjadinya celah ( clearance )

diantara kedua gigi tersebut, kedudukan hubungannya bergeser,

hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

bengkok pada Vertical shaft.

b. Adanya Kelalaian Pada Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan

Sebagiamana yang diketahui tentang masalah kelalaian,

maka sebenarnya hal itu terjadi karena akibat dari strategi

perawatan yang diterapkan adalah strategis perawatan

insidentil, sehingga pada saat dilakukan perbaikan, keadaan

rusaknya dari Lubricating Oil Separator sudah cukkup berat

sehingga menyulitkan para Masinis dalam pelaksanaan

perbaikan (overhaul), karena telah mengalami kemacetan.

27
Dengan adanya masalah ini dan ditambah pula dengan

keterbatasan waktu menyebabkan adanya kesan bertindak

kurang sabar, kurang teliti dan terburu – buru dalam

melaksanakan pekerjaan perbaikan. Tanpa disadari keadaan ini

telah menyebabkan kesalahan prosedur yang dilakukan dalam

melakukan overhaul maupun pada waktu pemasangan kembali,

akibatnya tanpa disadari terjadi pencabutan paksa terhadap

Vertical shaft pada waktu melakukan overhauling atau terjadi

ketidak lurusan pada saat pemasangan kembali.

Bengkoknya Vertical shaft memang tidak begitu besar

bahkan tidak bisa dilihat secara kasat mata, melainkan dapat

diketahui setelah diadakan pengukuran alignment dengan

menggunakan Dial Gauge, karena putaran yang sangat tinggi

mengakibatkan pengaruh yang sangat besar terutama getaran

yang ditimbulkan cukup kuat sehingga bearing – bearing cepat

mengalami kerusakan.

2. Perawatan Pada Lubricating Oil Separator

Mengingat perawatan Lubricating Oil Separator sangat

diperlukan maka kita harus mengacu pada buku petunjuk yang dibuat

28
oleh pabrik. Sehingga kita bisa mengetahui kapan perbaikan-

perbaikan yang harus diantisipasi dan suku cadang apa yang perlu

diganti. Sesuai dengan kinerja dari Lubricating Oil Separator dalam

membersihkan / memurnikan minyak lumas penanganan dan

perawatan Lubricating Oil Separator harus maksimal.

Perawatan terencana perlu diterapkan dan ini merupakan bukti

perawatan Lubricating Oil Separator, sehingga apabila dipakai

sewaktu-waktu bisa beroperasi dengan sempurna.

C. Pemecahan Masalah Secara Teoritis

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dari analisis

penyebab gangguan / kerusakan ditemukan ada 2 ( dua ) masalah yang

menjadi pokok utama penyebab ketidak optimalan kinerja Lubricating Oil

Separator , yang kemudian diuraikan lagi menjadi 4 permasalahan yang

memerlukan adanya tindak lanjut untuk di upayakan solusi pemecahan

masalahnya.

29
Dalam pembahasan mengenai alternatif pemecahan masalah, penulis

ingin mengemukakan beberapa alternatif yang dapat dilakukan pemecahan

masalah ini terdiri dari beberapa bagian sesuai urutan analisis penyebab

sebagai berikut .

1. Kerusakan karena kelelahan bahan ( fatigue )

Pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pemeeriksaan secara berkala ( periodik )

b. Memperbaiki sistem pemgelolaan suku cadang

a. Melakukan pemeriksaan secara berkala ( periodik )

Untuk mencegah / menjaga kerusakan tersebut supaya

tidak terulang kembali maka perlu secara terus menerus

meningkatkan perawatan yang lebih baik dengan mengikuti

strategi perawatan berencana melalui pedoman – pedoman yang

tersedia diatas kapal misalnya Manual instruction book.

30
Adapun pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi Vertical

shaft dan komponen – komponen lainnya antara lain :

1) Memeriksa tingkat korosi pada bagian atas dari vertical

shaft yang berhubungan langsung dengan bowl dan water

operating.

2) Memeriksa permukaan tirus yang berhubungan dengan

bowl bushing , supaya diusahakan permukaannya tetap

halus dan tidk ada cacat.

3) Memeriksa keadaan upper - bearing dan lower – bearing

apakah kondisinya masih baik dan tidak terjadi slip dengan

shaftnya.

4) Memeriksa kondisi piniion gear dan spiral gear apakah

terjadi abrasi, kalau ada beberapa tingkat abrasinya, bila

sudah terlalu besar sebaiknya diganti dengan yang baru.

5) Melakukan pengukuran secara berkala terhadap

penyimpangan kelurusan ( Center deviation ) pada bagian

fitting dengan lower bearingnya, dan bagian tengah dari

Vertical shaft, bila sudah melebihi batas ketentuan yang

diizinkan maka shaft harus cepat diganti.

b. Memperbaiki sistim pengelolaan suku cadang

31
Untuk menata semua suku cadang diatas kapal, maka

perlulah mempergunakan suatu sistem sebagai sarana

mengorganisasikan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

suku cadang. Suatu sistim suku cadang harus memuat

penjelasan tentang : penanganan sukku cadang, nomor suku

cadang dalamstock, tempat suku cadang, stock minimum,

waktu / tanggal permintaan dan penerimaan, catatan permintaan

dan sebagainya. Sistim suku cadang juga harus diatur dan

diberikan label menurut kode klasifikasi.

Tempat penyimpanannya harus dapat dilihat secara

keseluruhan dengan baik, serta mudah untuk pengambilan atau

penyimpanan kembali dan mudah untuk pengontrolan ,

melakukan pengelompokan suku cadang mana yang masih bisa

direkondisi dan mana yang tidak.

2. Adanya kelalaian pada waktu pelaksanaan pekerjaan perbaikan.

Pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan ketelitian dalam bekerja

32
b. Memupuk kerja sama dan komunikasi yang baik

a. Meningkatkan ketelitian dalam bekerja

Untuk membangkitkan dan mengembangkan sikap

keseriusan dan kedisiplinan dalam mendapatkan ketelitian

kerja, sebagai seorang Chief engineer jangan sampai

membiarkan suatu kesalahan yang telah kita ketahui tanpa

melakukan suatu tindakan yang tegas, sebab bila tidak

dilakukan tindakan atau membiarkan kekeliruan tersebut terjadi

berlarut – larut tanpa tindakan yang tegas, maka para karyawan

(dalam hal ini ahli mesin kapal) akan mengulangi lagi

kekeliruan yang sama, karena tidak adanya tindakan tegas.

Tindakan tegas yang dapat berupa peringatan atau teguran

yang bertujuan untuk melakukan pendidikan kearah

peningkatan kedisiplinan kearah peningkatan kedisiplinan dan

melatih diri dalam meningkatkan ketelitian kerja.

b. Memupuk suatu kerja sama dan komunikasi yang baik

33
Melakukan suatu jalinan saling pengertian antara satu

dengan yang lain sesama pekerja sehingga apa yang

dikomunikasikan dapat dimengerti , dipikirkan dan akhirnya

dilaksanakan.

Tanpa adanya komunikasi yang baik, pekerjaan akan

menjadi simpangsiur, sehingga tujuan pekerjaan perawatan

tidak akan tercapai , komunikasi yang baik dapat dijadikan

sarana untuk beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan.

3. Interval waktu perawatan tidak menurut pedoman (jadwal).

Pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

a. Menitik beratkan perhatian terhadap perawatan Lubricating Oil

Separator

b. Membuat komitmen terhadap waktu perawatan

a. Menitik beratkan perhatian terhadap perawatan Lubricating Oil

Separator

34
Yang dimaksud dari menitik beratkan perhatian terhadap

perawatan adalah segala upaya harus ditujukan pada bagaimana

mengoptimalkan perawatan Lubricating Oil Separator yang

terencana dan bagaimana menyesuaikannya dengan waktu dan

kondisi yang ada.

Untuk masalah ini diperlukan kemampuan seorang Chief

Engineer sebagai penanggung jawab perawatan diatas kapal

untuk memotifasi suatu kegiatan perawatan terencana untuk

kelancaran pengoperasian kapal.

Menerapkan sistim administrasi perencanaan pengontrolan

sistim ini meliputi berbagai unsur, seperti : perencanaan

pekerjaan, pengendalian suku cadang, informasi dan instruksi.

Hal ini harus ditunjang oleh alat pengelola yang lebih baik

dengan sistim penerapan yang lebih mudah sehingga para

Masinis dengan cepat menjadi yakin untuk menggunakan sistim

tersebut sebagai suatu sarana perawatan diatas kapal khususnya

perawatan terhadap Lubricating Oil Separator.

b. Membuat komitmen terhadap waktu perawatan

35
Perlu adanya penekanan untuk sebaiknya tidak menunda –

nunda pekerjaan. Lakukan semua pekerjaan sesuai jadwal yang

telah ditentukan berdasarkan petunjuk Plan Meintenance

Schedule ( P.M.S ) dan buku petunjuk perawatan mesin

( Manual Instruction Book ) yang tersedia.

Perlu ditanamkan kesadaran tentang pentingnya partisipasi

yang mendalam, sehingga para Masinis dapat merasakan bahwa

segala peraturan dan pedoman kerja itu merupakan hasil

persetujuan bersama, sehingga dalam melaksanakannya dapat

dirasakan sebagai suatu konsekwensi bersama dan bukan

sebagai beban.

4. Kurangnya kedisiplinan dan ketidak konsekwen terhadap perawatan.

Pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kedisiplinan para Masinis

b. Meningkatkan semangat kerja dan memupuk kerja sama yang

baik.

a. Meningkatkan kedisiplinan Perwira Mesin

36
Kedisiplinan adalah suatu sikap, tingkah laku dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang

tertulis maupun tidak. Kedisiplinan tidak hanya ditentukan oleh

faktor kesejahteraan semata, tetapi perlu dilatih secara terus

menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan dan bukan karena

terpaksa ataupun dipaksa.

Kedisiplinan bukan hanya untuk disiplin saja, tetapi

kedisiplinan harus dapat menunjang tujuan dari pengoperasian

yang digarasikan perusahaan.

b. Meningkatkan semangat kerja dan memupuk kerja sama yang

baik

Semangat kerja dan kegairahan kerja adalah dua hal yang

saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam

kaitannya dengan etos kerja. Semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara lebih cepat dan lebih baik, sedangkan

kegairahan kerja adalah kesenangan terhadap pekerjaan yang

dilakukan.

37
Hal – hal yang juga dapat dilakukan sebagai seorang

pimpinan diatas kapal terhadap anak buahnya adalah : Berikan

harapan bagi Masinis untuk maju, berikan penghargaan atas

prestasi kerja yang dicapai, ciptakan suasana santai dan

kekeluargaan, bangkitkan harga diri dan tanamkan rasa percaya

diri melakukan suatu jalinan saling pengertian antara satu

dengan yang lain sesama pekerja sehingga apa yang

dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya

dilaksanakan.

BAB IV

38
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas, khususnya mengenai

optimalisasi / upaya meningkatlkan kinerja Lubricating Oil Separator dalam

mempertahankan mutu minyak lumas diatas kapal MV.CTP FORTUNE ada

beberapa hal yang dapat diambil sebagai kesimpulan sebagai berikut :

1. Seringnya terjadi kerusakan pada Lubricating Oil Separator disebabkan

proses perawatan dan perbaikan tidak terencana atau asal-asalan.

2. Minimnya pengalaman dan ketrampilan awak kapal dalam

melaksanakan perawatan Lubricating Oil Separator karena factor usia

dan masa kerja yang baru.

39
3. Pelaksanaan pekerjaan perawatan Lubricating Oil Separator sering

kekurangan suku cadang sehingga menggunakan suku cadang yang

kualitasnya kurang baik.

B. Saran – Saran

Sebagai tindak lanjut dari suatu pemecahan masalah yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, dan untuk mendapatkan suatu

penyelesaian masalah tuntas , maka melalui kesempatan ini penulis

menyampaikan beberapa saran untuk dapat dipertimbangkan oleh

perusahaan antara lain sebagai berikut :

1. Sebaiknya para masinis melaksanakan proses perawatan dan perbaikan

sesuai perencanaan yang telah ada sehingga dapat menjamin kinerja

Lubricating Oil Separator maksimal.

40
2. Sebaiknya diadakan familiarisasi alat-alat yang digunakan dalam

melaksanakan perawatan Lubricating Oil Separator dengan sistim on

board training bagi awak kapal.

3. Permintaan suku cadang sebaiknya mengacu pada prosedur pengadaan

dan kebutuhan suku cadang selama periode tertentu sehingga tidak

terjadi kekurangan atau menggunakan suku cadang yang kualitasnya

tidak baik / sama.

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku referensi yang penulis gunakan dalam mendukung penulisan makalah

ini adalah :

1. Bowden JK “ Marine Diesel Engine”, Tenth Edition, Editor James Munro &

Co

2. “Manajemen Perawatan dan Perbaikan”, Terbitan DITJEN PERLA.

3. Manen P. Van, “Motor Diesel Kapal” jilid I, Terbitan DITJEN PERLA.

4. Purifier Mitsubishi Kakoki Maintenance and Adjustment Book.

42

Anda mungkin juga menyukai