Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.

2, September 2011

RANGKAIAN PENYEARAH SETENGAH TERKENDALI


TIGA FASA UNTUK PENGENDALIAN
KARAKTERISTIK MOTOR ARUS SEARAH SHUNT
Ahmad Antares Adam
Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia
email: ahmad.ad4m@yahoo.co.id

Abstract-A modern control of electric Semua ini dapat dilakukan dengan


motor’s speed in an industry needs a mudah dan baik dengan menggunakan
variable direct voltage. The variable perangkat penyearah yang menggunakan
direct voltage can be supplied by komponen semikonduktor berupa diode,
semiconductor devices such as SCR. transistor, thyristor (SCR) dan triac.
The output voltage of a SCR rectifier Komponen semikonduktor ini tidak
depends on the delay angle of the mempunyai bagian yang bergerak,
SCR. The aim of this research is to sehingga lebih mudah perawatannya.
make a SCR rectifier circuit and Selain itu, pada komponen
applying it for observing the semikonduktor ini tidak terjadi bunga api
characteristics of a shunt direct atau loncatan busur api, sehingga
current motor. The result shows the penggunaannya lebih aman untuk
circuit can work to demonstrate the lingkungan yang berbahaya, contohnya
shunt motor characteristics. lingkungan yang padanya terdapat gas
atau uap yang mudah menyala.
Keywords : Rectifier ciscuit, Three Tegangan keluaran yang
phases, Shunt motor, Characteristics. dihasilkan penyearah thyristor (SCR)
bervariasi bergantung pada sudut
I. .PENDAHULUAN penyalaan dari thyristor. Thyristor yang
dikendalikan fasanya dinyalakan dengan
Motor arus searah merupakan
memberikan suatu pulsa pendek pada
motor listrik yang kecepatannya mudah
gerbangnya dan dimatikan melalui
diatur. Pengaturan kecepatan pada
komutasi natural. Penyearah thyristor
motor jenis ini adalah dengan cara
terkendali merupakan penyearah yang
mengatur besar tegangan masukan pada
sederhana dan efisien untuk
terminalnya. Oleh karenanya, sumber
mengendalikan mesin-mesin penggerak
tegangan searah yang dapat diubah-ubah
dengan kecepatan yang dapat diatur
(variabel) sangat dibutuhkan dalam
mulai dari mesin berdaya kecil hingga
industri yang menggunakan motor-motor
mesin dengan daya megawatt (Rashid,
arus searah sebagai alat penggeraknya.
1993).
Namun di lain pihak, kebanyakan
Penelitian ini dilakukan untuk
pembangkit tenaga listrik hanya
membuat rangkian penyearah setengah
menyediakan sumber tegangan bolak-
terkendali tiga fasa dengan
balik yang tetap.
menggunakan SCR. Penyearah setengah
Pada sistem kendali modern
terkendali tiga fasa ini mempunyai
dibutuhkan suatu pengendalian
tegangan masukan 3 x 110 VAC dan
kecepatan motor arus searah yang
tegangan keluaran berubah-ubah
berubah-ubah, pengereman dinamik,
starting dan stopping yang lembut (variabel) 0 – 220 VDC dengan arus 7,5
ataupun pembalikan arah putaran motor. ampere. Selanjutnya rangkaian

88
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

penyearah ini diaplikasikan untuk freewheeling Dm tidak akan tersambung


mengendalikan motor arus searah shunt (Rashid, 1993).
dengan mengatur tegangan keluaran Jika didefinisikan tiga tegangan
penyearah. Dari pengaturan tegangan line- netral sebagai berikut :
keluaran penyearah ini, dapat diuji van = Vm sin ωt
karakteristik dari motor tersebut. vbn = Vm sin
II. TINJAUAN PUSTAKA vcn = Vm sin
A. Penyearah Setengah Terkendali Tegangan line–to– line yang
Tiga Fasa bersesuaian adalah
Kendali motor dengan peralatan vac = van – vcn = Vm sin
semikonduktor menggunakan rangkaian
penyearah setengah terkendali tiga fasa
dengan menggunakan SCR diperlihatkan vba = vbn – van = Vm sin
pada gambar di bawah ini:

vcb = vcn – vbn = Vm sin

vab = van – vbn = Vm sin

Untuk α ≥ 60o, dan tegangan


keluaran diskontinyu : tegangan keluaran
rata-rata diperoleh sebagai berikut :
Gambar 1. Rangkaian penyearah setengah Vdc =
terkendali tiga fasa
n sin
Rangkaian penyearah ini terdiri
atas tiga buah thyristor dan tiga buah = ( 1 + cos α) .........(1)
diode. Sudut penyalaannya (α) dapat
diatur pada interval 0 sampai 180o . Pada
periode 30o ≤ ωt ≤ 210o, thyristor T1
terbias maju. Jika T1 dinyalakan pada ωt
= 30o + α, T1 dan D1 akan tersambung
dan tegangan line-to-line Vac akan
muncul dibeban. Pada ωt = 210o , Vac
akan mulai negative dan diode
freewheeling Dm akan tersambung. Arus
beban akan terus mengalir melalui Dm;
T1 dan D1 akan dimatikan. Jika tidak ada
diode freewheeling Dm ,T1 akan terus
tersambung hingga thyristor T2
o
dinyalakan pada ωt = 150 + α, dan aksi
freewheeling akan dihasilkan melalui T1
dan D2. Jika α ≤ 60o setiap thyristor
akan tersambung selama 120o dan diode Gambar 2. Bentuk gelombang untuk α ≤ 60o

89
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

B. Motor arus searah shunt Ea = Ka Φωm = Vt - IaRa .......... (6)


Diagram skematik sebuh motor T = Ka ΦIa ........... (7)
arus searah shunt dijelaskan oleh Sen
(1987) seperti pada gambar 3. Pada Dari kedua persamaan di atas,
motor ini, rangkaian jangkar dan kecepatan motor ωm dapat diturunkan
rangkaian medan shunt dihubungkan sebagai berikut :
melalui sebuah sumber arus searah ωm = .............................(8)
dengan tegangan tetap Vt. Sebuah
tahanan geser medan luar (Rtc)
digunakan dalam rangkaian medan untuk III. METODOLOGI
mengendalikan kecepatan motor. Motor
Penelitian ini dilakukan di dua
ini mengambil daya dari sumber arus
laboratorium, yaitu untuk pembuatan
searah, sehingga arus motor mengalir ke
rangkaian penyearah dilakukan di
dalam mesin dari terminal positif
Laboratorium Elektronika Daya dan
sumber arus searah tersebut.
Sistem Kendali dan pengujian rangkaian
dilakukan di Laboratorium Mesin-mesin
ListrikTeknik Elektro Universitas
Tadulako. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode
eksperimental, dengan cara membuat
rangkaian penyearah setengah terkendali
tiga fasa dan kemudian menguji apakah
rangkaian tersebut dapat menampilkan
karakteristik motor arus searah shunt
dengan baik.
Gambar 3 Rangkaian ekivalen motor arus
searah shunt. A. Alat dan Bahan Penelitian

Persamaan motor untuk operasi keadaan Alat dan bahan yang digunakan
mantap adalah sebagai berikut : dalam penelitian ini adalah:
Vt = IaRa + Ea ......................... 1. Chip TCA 785
(2) 2. Rangkaian drive trafo pulsa
It = Ia + If …...................... 3. Papan PCB
(3) 4. Thiristor
Ea = Ka Φωm .......................... 5. Dioda
(4) 6. Solder
Ea = Vt - IaRa ........................................... 7. Motor arus searah shunt
(5) 8. Transformator tiga fasa
Arus jangkar Ia dan kecepatan motor ωm 9. Voltmeter 1 buah
tergantung dari beban mekanik yang 10. Amperemeter 3 buah
dihubungkan ke shaft motor. 11. Modul pengereman dinamik
12. Torsimeter
C. Karakteristik torsi putaran motor 13. Tachometer
arus searah shunt 14. Osiloskop
Pada motor ini tegangan, arus, 15. Jamper
kecepatan, dan torsi direlasikan sebagai
berikut (Sen, 1987).:

90
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

B. Tahapan Penelitian alat ukur, seperti amperemeter dan


tachometer.
Penelitian ini dilakukan melalui d. Pada penelitian ini dilakukan dua
tahapan-tahapan sebagai berikut: percobaan, yaitu percobaan dengan
1. Mengumpulkan alat dan bahan yang beban konstan dan percobaan
akan digunakan untuk membuat dengan beban bervariasi.
rangkaian penyearah setengah e. Setelah percobaan selesai, power
terkendali tiga fasa. suplai dimatikan (di-off-kan).
2. Membuat rangkaian penyearah
setengah terkendali tiga fasa. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan rangkaian dilakukan
dengan cara: A. Pembuatan rangkaian penyearah
a. Membuat lintasan-lintasan setengah terkendali tiga fasa
pengawatan rangkaian pada papan
PCB. 1. Spesifikasi penyearah yang dibuat
b. Kemudian berdasarkan lintasan sebagai berikut:
pengawatan yang ada, komponen VOUT = 0 – 220 VDC
dipasang pada posisi yang VIN = 3 x 110 VAC
bersesuaian pada papan PCB. IOUTMAX = 7,5 A
c. Setelah itu rangkaian diuji dengan 2. Blok diagram rangkaian:
memasukkan tegangan suplai 15
volt dari transformator penurun
tegangan (stepdown transformer).
Tegangan masukan transformator
ini adalah 3 x 110 VAC. Tegangan
ini adalah keluaran dari
transformator tiga fasa lain yang
disuplai oleh power suplai tiga fasa
. Tujuan pengujian rangkaian ini
adalah untuk mengetes rangkaian
kontrolnya apakah bekerja atau
tidak. Gambar 4 Blok diagram rangkaian
3. Setelah rangkaian penyearah yang Rangkaian penyearah ini
dibuat selesai, maka dilakukan menggunakan sebuah transformator daya
pengujian rangkaian tersebut pada yang berfungsi sebagai penstabil
motor arus searah shunt untuk melihat tegangan jala-jala tiga fasa. Hal ini
karakteristik motor tersebut. karena rangkaian penyearah dengan
Pengujian ini dilakukan melalui menggunakan thyristor (SCR) tidak
langkah-langkah sebagai berikut: dapat menahan tegangan relatif tinggi
a. Semua intrumen ukur pada posisi yang tidak stabil. Tegangan yang tidak
standby atau dalam kondisi on. stabil dapat menyebabkan waktu
b. Menghidupkan power suplai yang penyalaan thyristor tidak dapat
mencatu tegangan transformator. dikendalikan dengan baik.
Keluaran transformator ini adalah Untuk pengaturan sudut picu pada
3 x 110 VAC . rangkaian penyearah dilakukan oleh
c. Mengambil data percobaan dengan rangkaian kontrol yang berfungsi
mencatat tampilan dari beberapa sebagai pembangkit sudut pulsa (α) pada
rangkaian daya penyearah.

91
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

Transformator penurun tegangan berasal dari prosesor Chip TCA


yang digunakan mempunyai rating arus 785.
1 ampere dan tegangan output 15 Volt,
berfungsi sebagai pencatu tegangan pada
terminal IC pada prosesor. IC ini
berfungsi sebagai penyinkron gelombang
sinus jala-jala dan untuk membangkitkan
gelombang gigi gergaji. Prosesor sebagai
pembentuk penyalaan pada gerbang
(gate) menggunakan Chip TCA 785
yang berfungsi sebagai pembangkit
sinyal gerbang pada thyristor sehingga
membuat thyristor hidup dan Gambar 5 Rangkaian kontrol penyearah
menghasilkan gelombang arus searah setengah terkendali tiga fasa.
pada terminal outputnya.
Untuk membentuk tegangan searah 4. Rangkaian Daya
yang lebih baik digunakan filter Rangkaian daya yang digunakan
kapasitor dan filter induktor. Pada filter pada rangkian penyearah ini adalah
kapasitor, pada saat tegangan naik maka silicon controlled rectifier (SCR) yang
kapasitor akan mengisi muatan dan pada dioperasikan sebagai saklar, terhubung
saat tegangan nol maka kapasitor akan seri dengan diode dan terhubung seri
membuang muatannya ke beban. dengan beban. Pada saat SCR ditrigger
Sedangkan pada filter induktor, saat arus ON, waktu trigger disebut sudut picu (α)
turun maka induktor akan menyimpan akan mempengaruhi besar kecilnya
arus dan pada saat arus naik, induktor tegangan outputnya.
akan membuang arus yang disimpannya.

3. Rangkaian kontrol
Rangkaian kontrol terdiri dari
komponen-komponen berikut:
a. Prosesor Chip TCA 785
Rangkaian kontrol pemicu SCR
menggunakan prosesor chip TCA
785 yang berfungsi untuk
Gambar 6 Rangkaian daya penyearah setengah
mengendalikan sudut penyalaan terkendali tiga fasa.
pada rangkaian penyearah,
sehingga menghasilkan tegangan
arus searah yang variabel.
b. Rangkaian drive trafo pulsa
Trafo pulsa digunakan sebagai
komponen untuk membentuk pulsa
picu yang dimasukkan ke gate
SCR. Pulsa picu tersebut
dihasilkan dari sinyal kotak yang
dibentuk oleh transistor switching.
Sedangkan pengendali dari basis
transistor adalah pulsa yang Gambar 7 Rangkaian daya dan rangkaian
kontrol penyearah setengah terkendali tiga fasa.

92
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

berkurang. Penurunan tegangan masukan


pada motor akan menyebabkan
kecepatan motor ωm semakin berkurang.
Terlihat pula bahwa arus medan menjadi
berkurang dengan menurunnya tegangan
input motor tersebut, sedangkan arus
beban semakin bertambah seiring
turunnya tegangan itu.
Grafik tegangan keluaran
penyearah dan kecepatan motor sebagai
fungsi sudut picu untuk torsi T = 0,1 N –
Gambar 8 Rangkaian percobaan m (konstan) diperlihatkan pada Gambar
9.
B. Pengujian rangkaian penyearah
setengah terkendali tiga fasa pada 3000
motor arus searah shunt
2500
Gambar rangkaian percobaan 2000
Kecepata
rangkaian penyearah setengah terkendali 1500 n (rpm)
tiga fasa pada pengujian karakteristik 1000
Tegangan
motor arus searah shunt diperlihatkan 500 (Volt)
pada gambar 8.
0
50
65
85
C. Hasil Pengujian 105

Data tabel hasil pengujian Gambar 9 Grafik tegangan keluaran penyearah


diberikan di bawah ini. dan kecepatan motor sebagai fungsi sudut picu.
1. Pengukuran dengan beban
konstan, torsi (T) = 0,1 N-m 2. Pengukuran dengan beban
berubah
Tabel 1. Data hasil pengukuran dengan beban Tabel 2. Data hasil pengukuran dengan beban
konstan. berubah
N Sdut Tegangan Arus Arus Arus Torsi Kec. N Sudut Tegangan Arus Arus Arus Torsi Kcptn
o Picu keluaran Mdan Jang Beban (N- (rpm) o Picu keluaran Mdan Jngkr Bban (N-m) (rpm)
(α)o penyearah (mA) (A) (A)
(α)o pnyearah (mA) kar (A) m)
(Volt)
(Volt) (A) 58 0,32 0,4 0 2000
1 50 210 90 0,24 0,45 0 2600 57 0,36 1,15 0,3 1675
2 55 200 86 0,24 0,575 0,1 2500 1 85 140 56 0,42 1,6 0,45 1500
3 65 180 76 0,28 0,65 0,1 2250 56 0,54 2,4 0,6 1300
4 75 160 68 0,3 0,675 0,1 2050
5 85 140 60 0,32 0,7 0,1 1875
6 95 120 50 0,34 0,725 0,1 1700 40 0,32 0,42 0 1700
7 105 100 42 0,32 0,775 0,1 1500 39 0,42 1,55 0,3 1050
5 2 105 100 38 0,48 1,9 0,35 800
8 115 80 32 0,32 0,95 0,1 1150 38 0,60 2,5 0,45 500
34 0,37 0,5 0 1500
3 115 80 34 0,35 0,8 0,1 1350
32 0,38 1,4 0,2 900
Dari percobaan di atas dapat 32 0,42 1,8 0,3 400
dilihat bahwa dengan bertambahnya
sudut penundaan pada penyearah Grafik tegangan keluaran
tersebut, maka tegangan keluaran dari penyearah dan kecepatan motor sebagai
penyearah yang sama dengan tegangan fungsi sudut picu untuk torsi T = 0 N –
masukan dari motor tersebut semakin m diperlihatkan pada Gambar 10.

93
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

2500 ini juga akan mengakibatkan ggl


lawan (Ea) berkurang. Dengan
2000 berkurangnya Ea, maka
1500 Kecepata
perbandingan antara Ea dan Vt
n (rpm) akan semakin besar (Ea<<Vt).
1000 Dengan demikian, arus jangkar (Ia)
Tegangan
yang ditarik motor dari sumber
500 (Volt)
semakin besar.
0
85 105 115

Gambar 10. Grafik tegangan keluaran


penyearah dan kecepatan motor sebagai fungsi
sudut picu.

Grafik tegangan keluaran penyearah dan


kecepatan motor sebagai fungsi sudut
picu untuk torsi T = 0,3 N – m
diperlihatkan pada Gambar 11. Gambar 12. Grafik kecepatan sebagai fungsi
arus jangkar ωm = f (Ia), Vt konstan
1600
1400 Dengan berkurangnya Ea, maka
1200 akan mempengaruhi kecepatan
1000 Kecepatan sehingga kecepatan akan
800 (rpm) berkurang. Kecepatan berkurang
600 pada saat pertambahan beban.
Tegangan
400
(Volt)
200 2. Hubungan antara torsi (T) dan arus
0
jangkar (Ia)
85 105 115 Jika tegangan terminal Vt konstan,
Gambar 11 . Grafik tegangan keluaran
maka arus penguat magnit (Im)
penyearah dan kecepatan motor sebagai fungsi juga konstan maka Φ juga konstan.
sudut picu. Sehingga untuk tegangan terminal
yang konstan, torsi motor shunt
Dari data hasil percobaan di atas, hanya bergantung pada arus
kita dapat melihat karakteristik motor jangkar (Ia). Jika diasumsikan dari
tersebut, yaitu: persamaan torsi T = K . Ia . Φ.
1. Hubungan antara kecepatan ωm Dengan begitu T bergantung pada
dan arus jangkar Ia. arus jangkar (Ia). Pada percobaan
Pada percobaan ini, fluks Φ di atas bila Ia semakin besar maka
dianggap konstan, maka ωm torsi semakin besar pula.
sebanding dengan Ea dan Ea akan Karakteristik torsi sebagai fungsi
konstan jika putaran dari motor arus jangkar pada tegangan 140
juga konstan. Ea dan fluks akan volt
berkurang dengan adanya
pertambahan beban. Dengan
adanya pertambahan beban maka
kecepatan rotor berkurang dan hal

94
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

pembentuk pulsa picu untuk


mendapatkan unjuk kerja yang
maksimal. Pada alat ini sinkronisasi
output pengolah sinyal kontrol
dengan sinyal input jala-jala menjadi
bagian yang amat penting
dikarenakan adanya penundaan yang
terjadi ketika pengambilan sampling
waktu dari sinyal input jala-jala
Gambar 13. Grafik torsi sebagai fungsi arus hingga dihasilkan pulsa picu untuk
jangkar, T = f (Ia), Vt konstan kontrol.
2. Pada pengujian dengan beban
3. Hubungan antara torsi (T) dan konstan, tegangan keluaran terbesar
kecepatan (ωm) diperoleh pada sudut picu α = 500
Dari persamaan ωm = , yaitu sebesar 210 volt dengan
dapat dilihat pada motor arus kecepatan motor 2600 rpm. Ketika
searah shunt, apabila torsi T = K . tegangan keluaran penyearah turun
Ia . Φ bertambah, Ia akan menjadi 80 volt, kecepatan motor
bertambah sedangkan fluks tetap. juga turun secara drastis menjadi
Dengan bertambahnya torsi (T), 1150 rpm. Pada percobaan ini, terlihat
maka kecepatan akan menurun. bahwa dengan bertambahnya sudut
Karakteristik kecepatan sebagai penundaan pada penyearah tersebut,
fungsi torsi pada tegangan 140 volt maka tegangan masukan dari motor
diberikan pada gambar 14. semakin berkurang. Dengan
berkurangnya tegangan masukan pada
motor, menyebabkan kecepatan motor
ωm semakin berkurang.
3. Dari pengujian dengan beban yang
bervariasi, dapat dilihat bahwa untuk
tegangan terminal motor yang tetap,
dengan adanya pertambahan beban
(pertambahan nilai torsi) maka
kecepatan motor akan menurun.
Sebagai contoh, untuk tegangan
masukan motor 140 volt, kecepatan
motor adalah 2000 rpm untuk torsi 0.
Ketika torsi dinaikkan menjadi 0,3 N
Gambar 14. Karakteristik kecepatan sebagai – m kecepatan motor turun menjadi
fungsi torsi, ωm = f (T), Vt konstan 1675 rpm. Pada saat torsi dinaikkan
menjadi 0,45 N-m kecepatan motor
V. KESIMPULAN berkurang menjadi 1500 rpm.
Kecepatan motor kemudian terus
1. Secara umum efektifitas penggunaan turun secara signifikan menjadi 1300
thyristor sebagai komponen utama rpm ketika torsi dinaikkan menjadi
penyearah menggunakan teknik 0,6 N-m.
kontrol fasa cukup baik, akan tetapi 4. Secara umum performansi dari
hal ini sangat tergantung pada rangkaian penyearah ini cukup baik
kesempurnaan rangkaian kontrol untuk menguji karakteristik dari

95
Jurnal Ilmiah Foristek Vol.1, No.2, September 2011

motor arus searah shunt. Rasyid, M.H. , 1999. Elektronika Daya,


Edisi bahasa Indonesia, PT.
DAFTAR PUSTAKA Prenhallindo, Jakarta.

Kenjo, T.,1995. Power Electronics For Sen, P.C., 1987. Principles of Electric
The Microposesor Age, United Machines and Power
State By Oxford University Press Electronics, John Wiley & Sons,
Inc., New York. Canada.

Malvino, Barmawi, 1996. Prinsip- heraja, B. L., 1984. Element Of


Prinsip Elektronika, Edisi Electrical and Mechanical
Ketiga, Erlangga, Jakarta. Engineering, Ram, Nagar, New
Delhi.
Petruzella, F.D., 2001. Elektronika
Industri, Penerbit Audi Offset, Warsito, 2001. Vademekum
Yogyakarta. Elektronika, Edisi Kedua,
Penerbit Gramedia, Jakarta.

96

Anda mungkin juga menyukai