Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PKn 4

DISUSUN OLEH:
MARAQONITA ZUHRIYYAH RAMADHANI
X IPA 1 / 20

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 GARUM


Jln. Raya Bence-Garum Telp. (0342) 561395 BLITAR

UH PKn
~ WAWASAN Nusantara ~

 RUMUSAN MASALAH

1. Sebutkan Aspek Trigatra dan aspek Pancagatra

2. Jelaskan mengapa faktor kependudukan berpengaruh terhadap jumlah penduduk

3. Jelaskan dan berikan contoh masalah kependudukan yang terjadi akhir-akhir ini
yang dapat mempengaruhi jumlah penduduk.

4. Jelaskan hubungan Trigatra dengan Pancagatra.

5. Apakah masalah COVID -19 juga dapat dikatakan sebagai masalah


kependudukan? Jelaskan dan berikan contoh.

 PEMBAHASAN

1. Aspek Trigatra dan Aspek Pancagatra


 Aspek Trigatra yaitu :
1. Letak dan bentuk geografis
2. Keadaan dan kemampuan penduduk
3. Keadaan dan kekayaan alam
 Aspek Pancagatra yaitu :
1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial budaya
5. Pertahanan keamanan
Pembahasan
Wawasan nusantara merupakan konsep yang mencakup kehidupan bangsa meliputi
aspek trigatra (alamiah) dan pancagatra (sosial).

Aspek Trigatra yaitu :

Letak dan bentuk geografis. Indonesia terletak antara Benua Asia dan Benua
Australia serta antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia terletak pada 6°
LU–11° LS, 95°- 141° BT, berada di garis khatulistiwa.
Keadaan dan kemampuan penduduk. Ini sangat dipengaruhi oleh kelahiran, kematian,
pendatang, orang yang meninggalkan wilayah, migrasi, transmigrasi, dan pusat industri.
Keadaan dan kekayaan alam. Indonesia kaya akan sumber daya alam baik dari darat,
lautan, maupun di dalam tanah. Kekayaan ini harus dapat digunakan secara maksimal
oleh masyarakat dengan tetap memperhatikan lingkungan untuk bisa bersaing dengan
negara lain.
Aspek Pancagatra yaitu :

Ideologi merupakan prinsip dasar bagi suatu negara yang menjadi cita-cita dan yang
ingin diperjuangkan.
Politik. Sistem politik yang diterapkan menentukan kehidupan politik suatu negara.
Yang terpenting adalah bagaimana menerapkan nilai-nilai pancasila yang merupakan
cerminan dari demokrasi pancasila.
Ekonomi merupakan aktivitas pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor
produksi yang ada. Kemudian meningkatkan kelancaran barang dan jasa secara merata ke
seluruh daerah untuk tercapainya kesejahteraan rakyat.
Sosial budaya. Mengembangkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan agar tidak
mudah terpengaruh oleh ancaman yang datang baik dalam maupun luar negeri.
Pertahanan keamanan. Kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi ancaman yang dapat membahayakan negara dan keberlangsungan hidup
bangsa berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

2. Penjelasan

Faktor-Faktor Kependudukan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk


Besarnya jumlah penduduk Indonesia saat ini tidak terlepas dari pengaruh berbagai
faktor-faktor kependudukan. Faktor-faktor kependudukan adalah hal-hal yang
tercakup di dalam ilmu kependudukan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
jumlah penduduk suatu negara. mengetahui faktor-faktor kependudukan dapat
membantu kita dalam memahami apa penyebab negara kita menjadi sebesar ini,
dalam hal penduduknya. Di bawah ini merupakan uraian lebih lanjut mengenai faktor-
faktor kependudukan:

1. Fertilitas atau Angka Kelahiran


Menurut KBBI yang dimaksud dengan fertilitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan keturunan, sedangkan menurut sudut pandang ilmu demografi, yang
dimaksud dengan fertilitas yaitu kemampuan seorang perempuan secara nyata untuk
melahirkan yang diwujudkan dengan jumlah bayi riil yang dilahirkan ke dunia. Oleh
karena itu, fertilitas di dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan angka kelahiran.
Angka kelahiran juga dapat disebut dengan istilah natalitas. Tinggi dan rendahnya
angka kelahiran tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu seperti berikut ini:

 Struktur usia ibu


 Jumlah pernikahan
 Jumlah kelahiran
 Program Keluarga Berencana (penggunaan alat kontrasepsi)
 Tingkat pendidikan orang tua
 Status pekerjaan orang tua
 Kemajuan pembangunan nasional
2. Mortalitas atau Angka Kematian
Di dalam KBBI, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan mortalitas ialah angka
rata-rata kematian penduduk di suatu daerah atau wilayah. Angka kematian tentunya
tidak terlepas naik turunnya oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat berupa
penyakit, tingkat kesejahteraan, angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan faktor
lainnya. Angka kematian ini dapat dinyatakan dalam berbagai format. Di bawah ini
merupakan format angka kematian:

 Angka Kematian Kasar, yaitu angka yang memberi tahu kita sebesar apa kematian
setiap 1000 penduduk dalam satu tahun.
 Angka Kematian Khusus, angka ini menunjukkan berapa kematian tiap 1000
penduduk pada golongann umur tertentu dalam waktu satu tahun.
 Angka Kematian Bayi, yaitu angka yang menunjukkan besarnya kematian bayi di tiap
1000 kelahiran bayi hidup dalam waktu satu tahun.
3. Transisi Demografi
Suatu keadaan dimana terjadi perubahan drastis pada angka mortalitas dan/atau angka
natalitas akan menjadikan kondisi yang bernama transisi demografi. Keadaan ini akan
sangat mempengaruhi kondisi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah.

4. Migrasi atau Perpindahan Penduduk


Yang dimaksud dengan migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu tempat
(negara dan lain sebagainya), ke tempat (negara dan lain sebagainya) untuk menetap.
Tanda dari seseorang dikatakan telah bermigrasi adalah ketika seseorang tersebut
telah melewati batas administrasi (secara ketatanegaraan) wilayah lain atau secara
lebih khusus yaitu wilayah negara lain. Terdapat lima jenis migrasi yang umum kita
ketahui, seperti yang tertera di bawah ini:

 Imigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari luar negeri kemudian menetap di dalam
negeri
 Emigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar
negeri
 Re-emigrasi, yaitu penduduk yang telah melakukan emigrasi kemudian kembali
menetap di negeri asalnya
 Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota
 Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk
tujuan pemerataan jumlah penduduk.

3. Contoh masalah kependudukan


Permasalahan kependudukan yang akan kita bahas adalah mengenai laju pertumbuhan
penduduk serta jumlah penduduk. Di Indonesia, pertambahan jumlah penduduk selama 25
(dua puluh lima) tahun mendatang terus meningkat. Menurut hasil proyeksi yang
dilakukan oleh Data Statistik Indonesia (kerja sama antara Badan Pusat Statistik (BPS),
The Australian National University (ANU), dan Lembaga Demografi Universitas
Indonesia (LDUI), yang didukung oleh Australian Overseas Aid Program (AusAID)
menyatakan bahwa, pada tahun 2025 jumlah penduduk meningkat menjadi 273,2 juta
jiwa yang sebelumnya pada tahun 2000 berjumlah 205,1 juta jiwa.
Dari data angka di atas dapat kita lihat bahwa pertambahan jumlah penduduk tidak bisa
kita kelola dan direncanakan dengan baik. Data lain juga menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 2.5 juta jiwa lebih banyak dari perkiraan
para ahli. Selain itu, tingkat angka kelahiran tidak ada tanda-tanda penurunan yang
signifikan.
Dengan persoalan peningkatan jumlah penduduk ini Pemerintah Indonesia sejak tahun
1970-an membuat program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk membuat
keluarga yang harmonis dengan membatasi jumlah anak. Dengan adanya pembatasan
jumlah anak ini, pemerintah berharap kedepannya jumlah penduduk di Indonesia dapat
berkurang. Namun harapan itu sulit tercapai. Pasalnya jumlah penduduk sebelum tahun
1970 sudah terlampau banyak. Dengan adanya pembatasan yang diberlakukan beberapa
tahun sebelumnya, hal itu sama saja dengan menstabilkan jumlah penduduk, bukan
mengurangi. Ditambah lagi, jumlah kematian per tahunnya juga mengalami penurunan.
Keputusan waktu diberlakukannya program KB sendiri dinilai terlambat mengingat
jumlah penduduk yang sudah ada, seperti pernyataan di paragraf sebelumnya. Namun,
program tersebut juga dinilai berhasil dalam mengurangi jumlah penduduk. Dengan
dibatasinya jumlah anak yang diawali pada tahun 1980, maka jumlah penduduk beberapa
dekade kedepan juga ikut menurun, meskipun persentase penurunan tidaklah lebih dari
angka satu persen.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut merupakan kesalahan masyarakat Indonesia
sendiri. Pepatah Jawa mengatakatan, “banyak anak, banyak rejeki”. Hal itulah yang
menyebabkan masyarakat Indonesia meningkatkan jumlah kelahirannya. Selain itu,
penyebab lain adalah mengenai pengertian masyarakat terhadap keluarga harmonis yang
minim dipahami. Bisa dilihat masyarakat di pedesaan memiliki jumlah anak lebih dari
tiga (jumlah maksimum keluarga harmonis), sedangkan masyarakat di perkotaan
memiliki anak berjumlah dua, bahkan hanya satu. Jika memang program KB merupakan
jalan keluar dalam pembatasan kelahiran, maka seharusnya pemerintah harus serius
dalam hal pelaksanaan. Banyak penyelewengan-penyelewengan terjadi hampir di setiap
daerah. Sebut saja di Kabupaten Lamongan yang melaporkan bahwa jumlah pil KB yang
dimiliki selalu kurang. Setelah diselidiki, ternyata pil-pil tersebut digunakan oleh petani-
petani tambak sebagai pakan ikan lele. Selain itu, ketidakjelasan program KB di desa
membuat masyarakat desa enggan untuk melakukan program tersebut.
Jumlah penduduk yang tinggi juga memiliki problem yang lain, yakni masalah kehidupan
yang layak. Dengan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas daerah layak
huni menyebabkan syarat memiliki rumah yang ideal sulit tercapai. Ukuran luas rumah
yang ideal adalah minimal berukuran luas lantai 36 meter persegi (UU Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 22 Ayat 3). Sedangkan
kenyataannya saat ini, ada satu keluarga yang hanya memiliki luas rumah 3 meter x 5
meter. Bahkan letak rumah satu dengan yang lain saling berhimpitan yang membuat
sirkulasi udara menjadi tidak teratur. Sanitasi tiap rumahpun bisa dikatakan tidak layak.
Rumah yang saling berhimpitan satu sama lain disebabkan karena masyarakat yang
tinggal di area tersebut merupakan masyarakat pendatang yang ingin bekerja di daerah
yang mereka tempati sekarang. Dengan kata lain, urbanisasi. Tingkat kejadian urbanisasi
di Pulau Jawa lebih tinggi ketimbang di pulau-pulau lain di Indonesia. Bahkan ada daerah
yang sangat minim tetangga. Jika persebaran masyarakat tidak diawasi dan dikendalikan,
maka pulau lain atau daerah lain, akan kekurangan manusia untuk tinggal di sana. Roda
kegiatan ekonimi di daerah-daerah yang sepi juga akan mempengaruhi stabilitas ekonomi
negara. Bisa-bisa harga suatu barang di Pulau Jawa lebih murah ketimbang di Pulau
Kalimantan. Ketimpangan keseimbangan harga bisa kita lihat saat ini. Kita ambil contoh
berupa harga Koran. Harga Koran di Pulau Jawa lebih murah Rp 500,00 sampai Rp
1.000,00 ketimbang di luar Pulau Jawa. Padahal bila produsen koran bisa membuat pabrik
percetakan di luar Pulau Jawa, harga yang diberikan juga tidak akan terlampau jauh dari
Pulau Jawa. Namun bila hanya percetakan saja yang dikembangkan sedangkan sektor
basis tidak, maka sama saja produsen koran membuang uang. Setidaknya pemerintah bisa
mengatasi, bahkan menyelesaikan masalah keseimbanganpengelolaan dan pengolahan
sumber daya yang ada di seluruh sisi Indonesia.
Jumlah penduduk yang juga tidak selalu memberikan dampak negatif. Jumlah penduduk
yang banyak bisa dikatakan sebagai sumber tenaga kerja juga ikut banyak. Inilah yang
membuat investor-investor dari negara lain banyak menanamkan modal dan membuat
industri di Indonesia karena ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dengan harga yang
dibilang cukup murah ketimbang mendirikan industri di negara-negara yang jauh lebih
maju dari Indonesia. Dengan semakin banyaknya industri di Indonesia maka peluang
mendapatkan kerja juga semakin tinggi, sehingga tingkat pengangguran bisa menurun.
Efek buruk dari banyaknya industri juga lumayan banyak. Persaingan antar perusahaan
semakin lama semakin tidak sehat. Promosi hasil produksi berbeda dengan produksi
aslinya. Hal inilah yang membuat perusahaan tersebut semakin kaya, namun kesehatan
masyarakat tidak diperhatikan. Mereka lebih memilih keuntungan ketimbang kualitas.
Selain itu, kesewenang-wenangan pihak manajemen terhadap pekerja juga tidak kalah
hebohnya. Mereka tidak mau meningkatkan upah pekerja karena bisa menurunkan laba
perusahaan, padahal harga produk mereka sudah mereka naikkan. Kesejahteraan pekerja
juga ada yang diabaikan karena jumlah pekerja yang cukup banyak. Memang tidak
selamanya perusahaan asing memberikan kenyamanan dalam memberikan sesuatu kepada
pekerjanya. Mereka hanya memandang tenaga kerja Indonesia sebagai mesin pekerja
yang murah yang bisa digantikan kapanpun tanpa harus kehilangan modal, alias PHK.
Untuk mencegah PHK secara besar-besar yang mungkin akan terjadi saat ini mengingat
nilai tukar rupiah yang semakin naik, sebaiknya pemerintah memberikan kepastian
hokum mengenai pengangkatan pekerja oleh sebuah perusahaan. Pemerintah harus lebih
tegas kepada pemilik-pemilik modal dalam mengambil tindakan yang menguntungkan
masyarakat Indonesia.
Kembali ke persoalan awal, setidaknya pemerintah memilih jalan keluar lain dalam
pengendalian peningkatan jumlah penduduk. Seandainya saja program KB sudah tidak
sesuai lagi untuk diterapkan di masa yang akan datang, pemerintah sudah memiliki
program pengganti atau back-up plan yang lebih fleksibel dan mudah diterapkan di setiap
daerah. Lebih baik pemerintah berpikir kembali mengenai perkembangan program KB
tersebut. Penentuan program pengganti juga harus dipikirkan sekarang mengingat
perkembangan dunia tidak bisa kita proyeksikan. Seperti pepatah “sedia payung sebelum
hujan”, lebih baik kita menyiapkan rencana-rencana baru sebagai pengganti program
lama, meskipun nantinya kita tidak menggunakan rencana tersebut, daripada kita
merasakan masalahnya terlebih dahulu, baru kita membuat rencana pemecahan masalah.
Selain pemerintah, sebaiknya juga masyarakat Indonesia melaksanakan peranturan dan
program yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa masyarakat Indonesia selalu
melakukan kegiatannya tanpa melihat keadaan sekitarnya. Sebagai contoh simpelnya
adalah ketika berada di jalan raya. Jika kita melaksanakan aturan dan program pemerintah
dengan baik, maka kondisi kita kedepannya akan berubah menjadi semakin baik. Semoga
kedepannya pemerintah dapat memperbaiki sistem perencanaan kependudukan menjadi
lebih baik dan masyarakat Indonesia dapat melaksanakannya tanpa berat hati.

4. Hubungan Trigatra dan Pancagatra


Trigatra merupakan aspek alamiah yang meliputi posisi serta lokasi geografis negara,
keadaan dan kekayaan alam, serta keadaan dan kemampuan penduduknya.
Pancagatra merupakan aspek sosial kemasyarakatan yang terdiri dari
Ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan).
Wawasan Nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa yang mencakup segenap
kehidupan bangsa yang dinamakan astagatra (Trigatra dan Pancagatra)

Hubungan Trigatra dan Pancagatra dengan Wawasan Nusantara adalah Trigatra dan
Pancagatra merupakan kajian dalam wawasan nusantara karena keduanya termasuk dalam
Astagatra yang memiliki hubungan yang erat yang saling interdependensi atau saling
ketergantungan dengan aspek-aspek dalam wawasan nusantara.
Contohnya:

Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan mempunyai peranan besar baik
untuk kesejahteraan maupun untuk keamanan.
Kemudian, keadaan dari pertahanan dan keamanan suatu bangsa yang stabil dan dinamis,
serta maju dan berkembang di seluruh aspek kehidupan akan memperkokoh dan
menunjang kehidupan ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

5. Iya.
Sejak mewabah di China Desember lalu sampai sekarang, virus corona telah menginfeksi
lebih dari 110.000 orang dengan pasien meninggal mencapai lebih dari 3.600 orang di
lebih 80 negara di seluruh penjuru dunia.
Selain aksi-aksi dalam mencegah dan mengobati penyakit Covid-19, dampak sosial yang
ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2 itu juga sangat signifikan di Asia.
Kaum perempuan lah yang terkena dampaknya secara tidak proporsional.
"Krisis selalu memperburuk ketimpangan gender," kata Maria Holtsberg, penasihat risiko
bidang kemanusiaan dan bencana di UN Women Asia dan Pacific.
Berikut adalah lima akibat yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19 dalam kehidupan
sosial para perempuan di Asia.
1. Penutupan sekolah
"Saya sudah berada di rumah selama lebih dari tiga minggu sekarang, bersama anak-
anak," kata jurnalis dan ibu dari dua anak, Sung So-young.
Sung tinggal di Korea Selatan, yang baru-baru ini mengumumkan menunda jadwal masuk
tahun ajaran baru hingga dua minggu ke depan. Sehingga, anak sekolah diliburkan hingga
23 Maret mendatang.
Pada 4 Maret lalu, sekitar 253 juta murid sekolah di Korea Selatan, China, dan Jepang
dari tingkat pra-sekolah dasar hingga menengah atas tidak bersekolah, menurut angka
terbaru dari UNESCO.
Langkah itu menyulitkan para perempuan di Asia, seperti yang dialami Sung, karena di
banyak negara Asia timur para ibu memikul beban yang tidak proporsional di rumah, dan
dia mengatakan merasa "tertekan".
"Sejujurnya, saya ingin pergi ke kantor karena saya tidak bisa benar-benar fokus di
rumah," kata Sung. "Tapi suamiku adalah pencari nafkah dan dia tidak bisa meminta
cuti."
Sung bersama putrinya berusia 11 tahun dan putranya berusia lima tahun menghabiskan
hari dengan bermain dan menonton film. Dia mencoba menyelesaikan pekerjaan rumah
ketika kedua anaknya sedang tertidur.
Situasi yang dialami Sung merupakan cerminan atas catatan buruk Korea Selatan tentang
kesetaraan gender di tempat kerja. Pada tahun 2020, the World Economic Forum
menempatkan Korea Selatan diperingkat 127 dari 155 negara tentang partisipasi
perempuan dalam ekonomi.
Bahkan, Sung telah mendengar anekdot bahwa beberapa perusahaan memotong upah
karyawan perempuan yang tidak dapat datang ke kantor karena harus mengasuh anak
akibat dari penutupan sekolah.
"Banyak perusahaan tidak mengatakan ini, tetapi mereka masih melihat ibu yang bekerja
sebagai beban, dan kurang kompetitif. Lagi pula, jika Anda tidak memiliki anak, Anda
bisa datang ke kantor lebih sering," katanya.
Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa minggu ini akan memberikan insentif bagi
perusahaan hingga US$80 per orang per hari jika para karyawan mengambil cuti untuk
merawat anak-anak yang libur karena penutupan sekolah.
Pusat-pusat penitipan anak dan klub usai-sekolah diizinkan untuk beroperasi guna
membantu para orang tua, namun langkah itu tetap saja menimbulkan pertanyaan tentang
efektivitas penutupan.
"Menutup sekolah tidak membantu menghentikan sepenuhnya penyebaran virus. Itu
hanya menambah beban para ibu yang bekerja," kata Natsuko Fujimaki Takeuchi, pemilik
usaha kecil.
"Ini sangat menantang untuk bisnis saya, saya tidak mendapatkan dukungan yang sama
dengan perusahaan besar dapatkan di tengah gangguan ekonomi."
2. Kekerasan rumah tangga
Ketika jutaan orang di China menghabiskan waktu di dalam rumah atau ruangan untuk
melindungi diri dari virus corona, di sisi lain, aktivis hak asasi mengatakan terjadi pula
peningkatan kekerasan dalam rumah tangga.
Guo Jing, aktivis perempuan yang baru saja pindah ke Wuhan - tempat asal virus corona-
pada November 2019, mengatakan ia secara pribadi telah menerima laporan-laporan dari
orang muda yang tinggal di kota yang dikarantina itu yang menyaksikan kekerasan dalam
rumah tangga di antara orang tua mereka.
Jing mengatakan para penelepon tidak tahu ke mana harus mencari bantuan.
Kemudian, Xiao Li, seorang aktivis China yang tinggal di wilayah perbatasan antara
Provinsi Henan dan Provinsi Hubei, mengatakan ke BBC tentang kekhawatirannya
setelah seorang kerabat meminta bantuannya usai diserang oleh mantan suami.
"Awalnya, kami merasa tidak mungkin bisa mendapatkan izin bagi dia untuk
meninggalkan desanya," kata Li.
"Setelah menerima banyak bujukan, polisi akhirnya memberikan izin keluar dan masuk
kepada saudara lelaki untuk dapat bertemu dan menjenguk dia serta anak-anak."
Ketika laporan-laporan tentang kekerasan dalam rumah tangga bermuncul di media
sosial, beberapa perempuan membuat poster yang mengingatkan setiap orang untuk
membantu menghalangi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, dan tidak hanya
menjadi penonton yang pasif.

Anda mungkin juga menyukai