Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pasolong (2015:36), menyatakan bahwa “gaya kepemimpinan merupakan

cara atau norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang

tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang diamati.

Pasolong (2015:36) juga menyatakan “secara umum gaya kepemimnan hanya

dikenal dalam dua gaya yaitu gaya otoriter dan gaya demokrasi. Gaya

kepemimpinan otoriter biasanya dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas

kekuatan posisi dan penggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya

sebagai pemimpin. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan

dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan”.

Dalam suatu badan usaha, pimpinan harus memiliki gaya kepemimpinan

yang menjadi ciri tersendiri dari pimpinan tersebut. Hal inilah yang masih

menjadi kontroversi ketika pemikiran dari yang dipimpin tidak sejalan dengan

pimpinan, terutama pada kebijakan-kebijakan yang diberikan serta pada saat

pengambilan keputusan. Bawahan akan cenderung menilai pimpinan tidak

demokratis ketika saran atau masukan yang diberikan tidak dijalankan.

Sebaliknya pimpinan akan dinilai tidak konsisten ketika menerima dan

melakukan semua saran. Hal tersebut menggambarkan bahwa pimpinan tidak

memiliki pendirian. Inilah yang menjadi problematik di badan usaha ketika

tidak adanya gaya kepemimpinan yang tepat untuk digunakan pada

lingkungan badan usaha tersebut.


Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing, hal

inilah yang akan menggambarkan kombinasi antara ketermapilan, sifat dan

sikap yang mendasari perilaku seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan akan

berpengaruh besar terhadap outout atau hasil kerja serta pencapaian tujuan

dari badan usaha tersebut. Pasolong (2015:36-37), menjelaskan bahwa

“pemilihan gaya kepemimpinan yang benar disertai dengan motivasi eksternal

yang tepat dapat mengarahkan pencapain tujuaan perseorangan maupun tujuan

birokrasi. Dengan gaya kepemimpinan atau teknik memotivasi yang tidak

tepat, tujuan birokrasi akan tergganggu dan pegawai-pegawai dapat merasa

kesal, gelisah, konfilk dan tidak puas”.

Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah instansi perguruan tinggi yang

memiliki 6 jurusan, salah satunya ialah jurusan Administrasi Niaga yang

terdiri dari 2 prodi yaitu D4 Administrasi Bisnis dan D3 Administrasi Bisnis.

Tentu pimpinan dari jurusan Administrasi Niaga memiliki gaya tersendiri

dalam memimpin.Inilah yang kan dijadikan sebagai objek penelitian dan hasil

penelitian akan menjelaskan tentang gaya kepemimpinan, serta pengaruh dari

gaya kepemimpinan yang digunakan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka judul dari penelitian ini

ialah “Gaya Kepemimpinan Ketua Jurusan Administrasi Niaga”

1.2 Rumusan Masalah

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan badan

usaha atau organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan variabel pengukur

dalam suatu badan usaha atau organisasi. Berdasarkan uraian latar belakang
diatas rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana gaya kepemimpinan

dari Ketua Jurusan Administrasi Niaga?

1.3 Tujuan

Dari perumusan masalah, maka tujuan penelitian ialah untuk menganilisis

bagaimana gaya kepemimpinan Ketua Jurusan Administrasi Niaga.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk ilmu Administrasi Niaga

dan juga sebagai bahan evaluasi bagi jurusan untuk perkembangan

kedepannya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Pasolong (2015:37), menjelaskan “gaya pada dasarnya berasal dari bahasa

Inggris “style” yang berarti mode seseorang yang selalu nampak menjadi ciri

khas orang tersebut”. Stoner (1996:165) dalam Pasolong (2015:37)

mengatakan bahwa gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai

pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan

mempengaruhi pekerja. Gaya kepemimpinan menurut Thoha (2004:49) dalam

Pasolong (2015:37) adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang

lain. Gaya kepemimpinan menurut Hersey & Blanchard (1982:152) dalam

Pasolong (2015:37) adalah pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan

dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti dipersepsikan orang-

orang itu. Pola-pola itu timbul pada diri orang-orang pada waktu mereka mulai

serupa, pola itu membentuk kebiasaan tindakan yang setidaknya dapat

diperkirakan bagi mereka yang bekerja dengan pemimpin itu.

2.2 Jenis Gaya Kepemimpinan menurut ahli

Keating (1986:11) dalam Pasolong (2015:38), membagi dua gaya

kepemimpinan yaitu: (1) Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task

oriented)., (2) Kepemimpinan yang berorientasi pada manusia (human

relationship oriented). House (1997) dalam Pasolong (2015:39),


mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yang perilaku seorang

pemimpin yaitu: (1) Kepemimpinan direktif (directive leadership) pemimpin

memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengetahui apa yang

menjadi harapan pimpinannya dan pimpinan tersebut menyatakan kepada

bawahannya tentang bagaimana dapat melaksanakan suatu tugas. Gaya ini

mengandung arti bahwa pemimpin berorinetasi pada hasil. (2) Kepemimpinan

partisipatif (parcipative leadership) pemimpin berkomunikasi dengan

bawahannya dan bertanya untuk mendapatkan masukan-masukan atau saran-

saran dalam rangka pengambilan keputusan. (3) Kepemimpinan suportif

(Supportive leadership) yaitu usaha pemimpin untuk menekankan diri dan

bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya. (4) Kepemimpinan

berorientasi pada prestasi (achievement oriented leadership) pemimpin

menetapkan tujuan-tujuan yang bersifat menentang: pemimpin tersebut

mengharapkan agar bawahan berusaha mencapai tujua tersebut secara efektif,

serta pemimpin menunjukkan rasa percaya diri kepada bawahannya bahwa

mereka akan memenuhi tuntutan bawahannya. Tannembaum & Schmidt

dalam Thoha (2007:304) dalam Pasolong (2015:41), memperkenalkan gaya

kepemimpinan kontinum. Gaya ini terbagi dua bidang pengaruh gaya yaitu (1)

bidang pengaruh pimpinan, dan (2) bidang pengaruh kebebasan bawahan.

Bidang pertama pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya

kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukkan

gaya yang demokratis. Blake & Mouton (1964) dalam Pasolong (2015:42)

mengidentifikasi gaya manajemen yang diterapkan dalam manajemen yaitu


“Gaya Manajerial Grid”. Ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan

sebagai yang ekstrim, sedangkan lainnya hanya gaya yang dikatakan berada di

managerial grid itu antara lain : (1) Grid 1.1, yaitu manajer sedikit dengannya,

dan produksi yang harus dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan

tugas manajer dalam grid 1.1 ini menganggap dirinya sebagai perantara yang

hanya mengkomunikasikan informasi dari atasan kepada bawahan. (2) Grid

9.9, yaitu manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk

memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya.

Manajer mencoba untuk merencanakan semua usahanya dengan senantiasa

memikirkan dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja

dalam organisasinya. (3) Grid 1.9 yaitu manajer mempunyai rasa tanggung

jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam

organisasi, tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. (4) Grid 9.1 yaitu

manajer yaitu menjalankan tugas secara otokratis (otocratic task managers).

Manajer semacam ini hanya memikirkan tentang usaha peningkatan efesiensi

pelaksanaan kerja, tetapi tidak mempunyai rasa tanggung jawab pada orang-

orang yang bekerja dalam organisasinya. Grid 5.5 yaitu manajer mempunyai

pemikiran yang medium baik pada produksi maupun pada orang-orang.

Harsey & Blanchard (1996:180) dalam Pasolong (2015:47), mengatakan

bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara yang terbaik untuk

mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana yang harus

diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau sekelompok orang

bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi


oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan transformating menurut Anderson

(1998) dalam Pasolong (2015:60), ialah visi perencanaan, komunikasi, dan

tindakan kreatif yang berdampak positif pada sekelompok orang dalam sebuah

susunan nilai dan keyakinan yang jelas, untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan jelas dan dapat diukur. Robert Greenleaf (1970) dalam

Pasolong (2015:65), menjelaskan model kepemimpinan pelayanan pada

dasarnya melayani orang lain yaitu pelayanan kepada pegawai, pelanggan,

dan masyarakat, sebagai prioritas utama dan pertama.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Kegiatan ini dilakukan pada Politeknik Negeri Ujung Pandang

yang berlokasi pada Jl. Perintis Kemerdekaan 10, Tamalanrea, Makassar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Kegiatan ini akan dilakukan dengan jangka waktu 1 bulan, dimulai

dari bulan Juni hingga bulan Juli.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Pasolong (2016:100) “Populasi adalah keseluruhan atau univers

yang ciri-cirinya atau karakteristik-karakteristiknya dapat diamati untuk

ditarik menjadi suatu sampel dalam penelitian”. Pada penelitian ini, yang

menjadi populasi adalah civitas akademik pada jurusan Administrasi

Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2.2 Sampel

Menurut Nawawi dalam Pasolong (2016:100) “Sampel adalah

sebagian bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya
dalam suatu penelitian”. Penelitian ini akan menggunakan teknik random

sampling yaitu sistem yang memberi kesempatan pada seluruh anggota

populasi untuk menjadi sampel. Penarikan sampel yang dilakukan dengan

cara acak atau mengundi tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

anggota populasi tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terbagi atas

dua cara, yaitu :

1) Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden

untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang akan digunakan

sebagai sumber informasi.

2) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab

secara tatap muka dengan dua orang atau lebih yang dianggap

berkompeten sebagai informan dan mampu memberikan informasi

yang dibutuhkan terkait penelitian.

3.4 Jenis Data

Ada beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian. Pasolong

(2016:70) bahwa jenis penelitian berdasarakan digunakan dapat dibagi menjadi:

1) Data kualitatif yaitu nilai dari perubahan-perubahan yang tidak dapat

dinyatakan dalam angka-angka (statistik). Jadi data kualitatif adalah data


yang berupa kata dan atau kalimat, gambar, skema yang belum

dibgunakan.

2) Data kuantitatif yaitu penelitian yang menggunkan data yang dapat

dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kuat. Jadi data

kuantitatif adalah nilai dari perubahan yang dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka (statistik).

3) Data primier adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data

(peneliti) dari objek penelitiannya. Jadi data primer yaitu data yang

dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau

menggunakannya.

4) Data sekunder adalah semua data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian. Jadi data sekunder adalah data yang dikumpulkan

atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan analisis data kualitatif.

3.6 Definisi Operasional

Secara garis besar gaya kepemimpinan adalah cara seseorang

memengaruhi orang lain untuk melakukan suatu kegiatan. Gaya kepemimpinan

juga merupakan faktor pendukung bagi seorang pemimpin dimana ia bisa

diketahui baik dari sisi kepribadiannya maupun bagaimana cara orang tersebut

mengambil keputusan serta bagaimana cara dia menyelesaikan masalah. Gaya


kepemimpinan terbagi atas beberapa jenis, semua ini tergantung dari pemimpin

tersebut untuk memiliki gaya seperti apa dalam memimpin suatu badan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Pasolong, Harbani. 2015. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Pasolong, Harbani. 2016. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung:

Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai