Percobaan 4
Percobaan 4
PENDAHULUAN
tanpa pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik,
seseorang yang mampu untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu
dari itu kekeliruan dalam memimpin akan terjadi apabila seorang pemimpin
yang akan diterapkan dengan keadaan yang ada dalam organisasi sehingga
1
Namun pada jurusan tersebut kebutuhan para pegawai berbeda-beda, tetapi
perilaku pemimpin kepada para bawahan cenderung sama rata. Seperti yang di
jelaskan sebelumnya apabila pemimpin tidak dapat memilih gaya yang tepat
Pandang?
digunakan.
1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada Program Studi D3
Niaga
2
3. Dapat menjadi referensi bagi pihak yang membutuhkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi-Definisi
adalah orang yang paling berorientasi hasil, dan kepastian dari hasil ini hanya
adalah pionir sebagai orang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang
tidak diketahui”.
Pemimpin dan pimpinan merupakan dua istilah yang hampir sama namun
mengemukakan bahwa “pejabat sudah pasti pimpinan, tapi belum tentu dapat
3
informal”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin
(2014:2).
4
dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan
Thoha (2014:261).
2.2.1 Definisi-Definisi
Inggris “style” yang berarti mode seseorang yang selalu nampak menjadi ciri
gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang
adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
5
adalah pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja
dengan dan melalui orang lain seperti dipersepsikan orang-orang itu. Pola-pola
itu timbul pada diri orang-orang pada waktu mereka mulai serupa, pola itu
seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat. Hal ini sama dengan yang dikemukakan Stoner dalam
pekerjaan”. Stoner membagi dua gaya kepemimpinan yaitu: (1) Gaya yang
6
gagasannya dalam sebuah gambar yang memiliki dua bidang pengaruh
Ketujuh model ini masih dalam kerangka dua gaya otokratis dan
7
pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam rangka pembuatan
keputusan.
8
Gambar 2.1 Perilaku Kontinum Pemimpin
9
ditengah-tengah gaya ekstrem tersebut. Sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar berikut:
Gambar
2.2
Manajerial Grid
2. Grid 9.9, Team Management. Pada grid ini, manajer mempunyai rasa
10
merencanakan semua usahanya dengan senantiasa memikirkan
dikatakan sebagai manajer Tim yang riil (the real team manajer). Dia
5. Grid 5.5, Middle of the road Management. Pada grid ini, Manajer
11
produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok.
Dia tidak menciptakan target yang tinggi sehingga sulit dicapai, dan
dalam modelnya, sehingga model ini dikenal dengan Gaya Kepemimpinan Tiga
atas dan ke bawah menggambarkan gaya efektif dan tidak efektif dari seorang
pemimpin. Pada kotak atas, terdapat empat gaya kepemimpinan efektif, yaitu:
ini disebut sebagai motivator yang baik, mau menetapkan standar kerja
12
organisasinya, dan sangat memperhatikan pengembangan mereka sebagai
individu.
Manajer ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan bagaimana
terhadap tugas maupun hubungan kerja. Manajer ini sangat tertarik pada
1. Compromiser, Gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan
terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai. Manajer semacam ini
13
sesuai. Manajer seperti ini tidak mempunyai kepercayaan pada orang
lain, tidak menyenangkan, dan hanya tertarik pada jenis pekerjaan yang
segera selesai.
4. Deserter, Gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik pada
tugas maupun pada hubungan kerja. Dalam situasi tertentu gaya ini tidak
begitu terpuji, karena manajer seperti ini menunjukkan sikap positif dan
berikut:
Gambar 2.3
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan (2) kepemimpinan
yaitu:
14
1. Kekompakan tinggi dan kerja rendah: Gaya kepemimpinan ini berusaha
hubungan antar kelompok, kalau ada, sedikit dan kadang-kadang saja. Maka
gaya ini tidak akan jalan, jika dipergunakan bagi kelompok yang bertujuan
tuntutannya adalah hasil kerja atau tercapainya tujuan bukan pada keakraban,
untuk kelompok yang baru dibentuk, yang membutuhkan tujuan dan sasaran
yang jelas, dan kelompok yang telah kehilangan arah, tidak mempunyai lagi
tujuan dan sasaran, tidak mempunyai kriteria untuk meninjau lagi hasil
kerjanya, yang sudah kacau dan tak berarti lagi. Karena gaya ini memberi
kejelasan tujuan dan sasaran kerja serta pengawasan yang ketat atas usaha
mencapai tujuan dan sasaran itu. Gaya kepemimpinan yang direktif ini tepat
dipergunakan dalam usaha dagang yang penuh persaingan, situasi gawat dan
dikalangan militer.
15
3. Kerja Tinggi dan Kekompakan Tinggi. Gaya kepemimpinan ini ideal
tujuan dan sasaran itu, serta usaha untuk membina hubungan antara para
pada sejarah dan keadaan kelompok yang ada. Apakah kelompok itu memang
sudah dan masih mampu menjalankan tugas untuk mencapai tujuan bersama
masih mempergunakan struktur kerja dan cara kerja yang sehat; apakah
kelompok itu sudah dan masih peka terhadap kebutuhan kelompok? Kalau
16
Gaya kepemimpinan ini disebut pula dengan Teori Path-Goal atau
House’s path goal theory yang dikembangkan oleh Robert J. House, yang
berakar pada teori harapan yang dikembangkan oleh Victor Vroom dan juga
Martin G. Evans.
sebagaimana berikut:
standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol perilaku ketika standar kinerja
dikeluarkan.
mereka.
17
mencapai tujuan yang menantang. Gaya ini sama dengan pandangan teori
penetapan tujuan.
terbagi tiga yaitu: (1)Teori Genetik, (2) Teori Sosial, dan (3) Teori Ekologis.
1. Teori Genetik
karena bakat yang dimiliki luar biasa, atau dengan kata lain seorang
2. Teori Sosial
Pemimpin harus dibangun atau dibentuk, tidak begitu saja muncul atau
3. Teori Ekologis
Gabungan dari teori genetik dan teori sosial. Teori berasumsi bahwa
18
2.4 Kepemimpinan Situasional
gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard.
pada tugas sangat tinggi, anggota diberi instruksi yang jelas dan dibiasakan
dengan peraturan, struktur, dan prosedur kerja. (2) Anggota sudah mampu
belum dapat bekerja tanpa struktur. (3) Anggota mempunyai kemampuan lebih
besar dan motivasi berprestasi mulai tampak dan mereka secara aktif mencari
tanggung jawab yang lebih besar. (4) Tahap di mana anggota mulai percaya diri,
19
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua hal yang
mendukung.
dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini
Kepemimpinan
20
Gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak
instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi pengikutnya, dan secara
ketat mengawasi tugas mereka. Dalam hal ini pemimpin memberikan batasan
peranan pengikutnya dan memberi tahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana
pemimpin.
dan banyak memberikan dukungan. Dalam gaya ini dirujuk sebagai Konsultasi,
pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini
dukungan dan sedikit pengarahan. Gaya ini dirujuk sebagai Partisipasi, karena
posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuat keputusan yang dipegang
secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling
tukar menukar ide dalam pemecahan masalah, komunikasi dua arah ditingkatkan,
21
dan pemimpin juga mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas
pengikutnya.
kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pengontrolan atas tugas-
kematangan bawahan dalam empat tingkat: rendah (M1), rendah ke sedang (M2),
22
Gambar 2.5 Gaya Kepemimpinan Situasional
Orang yang tidak mampu dan mau (percaya diri) (M1) memiliki tanggungjawab
kemampuan dan antusias, tampaknya merupakan gaya yang sesuai digunakan bagi
mereka yakin atas kemampuannya tetapi tidak mau, maka keengganan mereka
23
untuk melaksanakan tugas tersebut lebih merupakan persoalan motivasi
dengan tingkat kematangan seperti ini adalah mampu dan mau atau mempunyai
1. Kekuasaan Menghargai
2. Kekuasaan Memaksa
dipengaruhi.
24
Kekuasaan yang ada ketika seorang bawahan atau orang yang dipengaruhi
4. Kekuasaan Keahlian
5. Kekuasaan Rujukan
bawahannya. Untuk lebih jelasnya dapat dibuat pada kerangka konseptual pada
gambar berikut:
PT Maradeka Gaya
Kelapa Terpadu Kepemimpinan Hasil
1. Gaya Instruksi
2. Gaya konsultasi
3. Gaya partispasi
4. Gaya delegasi
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan
Blanchard dalam Pasolong (2013:50) 25
Umpan Balik
BAB III
METODE PENELITIAN
26
Kegiatan ini akan dilakukan dengan jangka waktu 1 bulan, dimulai
3.3.1 Populasi
suatu sampel dalam penelitian”. Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah
3.3.2 Sampel
27
Menurut Nawawi dalam Pasolong (2016:100) “Sampel adalah sebagian bagian
dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian”.
Penelitian ini akan menggunakan teknik random sampling yaitu sistem yang
Penarikan sampel yang dilakukan dengan cara acak atau mengundi tanpa
3.4.1 Kuesioner
Yaitu suatu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh
3.4.2 Wawancara
harus dijawab oleh informan itu sendiri melalui face to face antara penulis Civitas
Adapun alat bantu yang digunakan yaitu, buku catatan, dan dokumentasi.
28
3.5.1 Jenis Data
Data Kuantitatif, yaitu data yang menunjukkan angka yang disajikan dalam
tabel.
1. Data Primer
yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti
hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh
peneliti”.
2. Data Sekunder
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram”.
tingkat yang lebih konkret agar konsep tersebut dapat diukur secara empiris”.
Adapun yang menjadi definisi operasional pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
29
1. Gaya Instruksi, yaitu perilaku pemimpin yang menggunakan komunikasi satu
pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini perilaku tugas tinggi dan hubungan
melaksanakan pekerjaan.
dua arah terhadap bawahan, tetapi masih banyak memberikan pengarahan dan
keputusan masih tetap ada pada pimpinan, dalam hal ini perilaku tugas tinggi
melaksanakan pekerjaan.
30
3. Gaya Partisipasi, yaitu perilaku pemimpin yang melibatkan bawahan dalam
keputusan sebagian besar berada pada bawahan, dalam hal ini perilaku tugas
keputusan.
melaksanakan pekerjaan.
bagi bawahan untuk melaksanakannya, dalam hal ini perilaku tugas rendah
melaksanakan pekerjaan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu analis yang
31
terkumpul dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2016:107)
skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sesorang
Kategori Skor
Sangat Sesuai (SS) 5
Sesuai (S) 4
Kurang Sesuai (KS) 3
Tidak Sesuai (TS) 2
Sangat tidak Sesuai (STS) 1
STS TS KS S SS
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif kuantitatif yang membahas tentang masalah yang akan diteliti dengan
32
setiap jumlah tanggapan responden kemudian mengambil kesimpulan dengan
DAFTAR PUSTAKA
33
34