Anda di halaman 1dari 6

Cognitive Psikologi Berkaitan Dengan Fenomena Covid-19

Oleh
Andy Yulius Canser
NIM 46118110112

Pada tanggal 11 maret 2020, WHO (World Health Organization) mengumumkan


bahwasanya virus corona (COVID-19) adalah sebagai pandemic. Apa itu pandemic,
pandemic adalah epidemi yang sudah menyebar ke berbagai negara dan benua,
dan menjangkiti khalayak ramai. Sementara, epidemi adalah sebuah istilah yang
dipakai ketika jumlah kasus orang yang terjangkit suatu penyakit di dalam suatu
populasi di daerah tertentu meningkat. Pandemi bukanlah suatu istilah yang dipakai
untk mengkategorikan parahnya suatu penyakit akan tetapi hanya tingkat
penyebarannya yang masif dan cepat. Dengan kasus ini COVID-19 merupakan
pandemic pertama yang penyebabnya virus corona. Pandemi mempunyai beberapa
fase, yaitu : Fase 1 : Virus yang berada di hewan tidak dapat mengifeksi manusia,
Fase 2 : Mulai diketahuinya ada suatu virus yang terdapat pada hewan yang mampu
mengifeksi manusia, dan ini dalah potensi pandemic, Fase 3 : Virus pada hewan
mulai bertranfer pada manusia akan tetapi hanya sebagian kecil kelompok manusia,
penularanya terbatas dan tidak dapat disebut sebagai wabah, Fase 4 : Manusia
yang tertular dari hewan semakin bertabah jumlahnya, resiko pandemic bertambah,
Fase 5 : Penyebaran virus dari suatu individu ke individu yang lainnya meningkat
dan terjadi di dua negara di satu wilayah WHO. Sebagian negara lainya tidak
terpengaruh akan tetapi ini adalah pertanda pandemic sudah kuat, dan perlu
melakukan rencana penanggulanganya, Fase 6 : Sudadh meluas ke berbagai
negara yang ada, periodenya bisa berbeda di tiap tiap negara.

Ganguan Psikosomatis.

Asal dari penyakit psikosomatik adalah stress emosional yang bermanifestasi di


dalam badan seseorang sebagai rasa sakit fisik dan danya gejala gejala lainya.
Pada waktu seseorang stress maka dia akan bingung, kenapa dada saya terasa
sesak, padahal sesak tersebut berasal dari kecemasan.

1
Gejala covid-19 akan muncul di waktu masa inkubasi selama 2-14 hari setelah
terpapar virus tersebut, reaksi yang timbul adalah demam,batuk dan sesak napas,
selain itu si penderita akan mesakan sesak napas yang amat sangta, tekanan yang
ada di dada, bibir serta wajar kebiru biruan. Pandemi covid-19 melanda seluruh
negara yang ada didunia, dan ini meyebabkan ketidak pastian dan ketakutan.

Seluruh gejala diatas adalah respon normal yang dilakukan tubuh seseorang di
dalam kondisi tidak normal, kesehatan menta sama pentingnya dengan kesehatan
fisik

Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJS)

Piramida intervensi untuk DKJS

Ketika menghadapi sebuah wabah, wajar apabila manusia merasa khawatir dan
tertekan. Respons umum dari orang orang yang terkena virus ini adalah sebagai
berikut ;

1. Takut akan sakit dan maninggal.


2. Tidak ingin datang ke tempat fasilitas kesehatan karena khawatir akan
tertular.
3. Takut kehilangan pemasukan karena tidak bisa bekerja selama di isolasi
4. Takut akan pengasingan masyarakat atau lingkungan sebagai akibat terkena
virus corona
5. Takut tidak bisa melindungi orang yang dicintai karena penyebaran virus yang
masif
2
6. Takut tidak bisa mengurus orang tua, karena orang tua harus di isolasi agar
tidak terkena virus tersebut.
7. Tidak berdaya dan depresi ketika diisolasi

Dalam situasi darurat maka akan ada selalu yang Namanya tekanan, beberapa
factor penyebab tekanan wabah corona yang bisa berpengaruh terhadap
masyarakat adalah sebagai berikut ;

1. Resiko terinfeksi atau menginfeksi orang lain.


2. Gejala masalah kesehatan lain, seperti batuk atau demam dapat diartikan
sebagai gejala covid-19 dan menyebabkan takut terinfeksi.
3. Resiko turunnya kesehatan fisik dan jiwa untuk kelompok usia lanjut.

Beberapa petugas medis mungkin diasingkan oleh pihak keluarga atau bahkan
masyarakat karena takut akan terinfeksi dan stigma. Stigma ini merugikan
kesehatan mental orang yang diperlakukan seperti itu, ini akan berdampak pada
semangat kerjanya dalam menagani pandemic ini. Kesehatan mental para petugas
medis perlu dilindungi, dukungan sosial, peran serta pihak yang terkait dan pimpinan
masyarakat diperlukan agar stigma ini tidak terjadi.

Agar Anak Terhindar Dari Stress Selama Wabah Covid-19


Respons umum dari tiap anak anak sangat berbeda ketika mereka dihadapkan pada
rutinitas baru yaitu SFH (Study From Home), ini dapat menyebabkan stress, karena
banyak sekali orang tua terutama ibu ibu harus mengerjakan 2 atau bahkan 3 fungsi
sekaligus, sebagai karyawan yang Work From Home (WFH), Sebagai Ibu guru bagi
anak anak yang Study From Home (SFH) dan sebagai ibu rumah tangga. Anak anak
sering kali menjadi pelampiasan dari ketidak mampuan menghadapi situsasi ini, ini
bisa membuat si anak stress. Berikut adalah beberapa langkah agar sia anak
terhindar dari stress;

1. Ajak anak agar dia dapat mengungkapkan perasaan ketika dia sudah tidak
nyaman, kegiatan kreatif seperti bermain, menggambar dapat menjadi
solusinya.
2. Anak anak perlu kasih saying dari orang dewasa.
3. Emosi anak sering terpengaruh dari emosi orang dewasa yang ada
disekitarnya, ketika dalam keadaan krisi seperti ini, orang dewasa perlu
mengontrol diri agar tidak memengaruhi emosi si anak.
4. Jalankan rutinitas dilingkungan baru, seperti belajar dari rumah dengan
suasana santai.

Hal ini terjadi pada anak saya yang masih sekolah di TK O besar, pada dasarnya
anak saya sendir sangat suka pergi sekolah karena disana dia dapat bermain
dengan teman temanya, dia tidak ingin melewatkan satu haripun tanpa sekolah,
akan tetapi saat ini kondisinya membuat dia tidak dapat berinteraksi dengan teman
temanya. Sebagai solusinya saya telah mengirimkan beberapa video yang bisa

3
diakai untuk bermain dirumah dengan istri dan si mbak dirumah, dan sangat senang
sekali.

Fenomena Panic Buying.

Ketika bapak presiden Jokowi pada tanggal 2 maret 2020 mengumumkan


bahwasanya corina virus atau Cvid-19 sudah masuk ke Indonesia, sejumlah
masyarakat melakukan panic buying. Fenomena panic buying ini tidak hanya terjadi
di Indonesia saja, di Italia bahkan di Amerika pun terjadi fenomena ini.

Sebagian besar barang yang diborong adalah masker dan hand sanitizer, serta
bahan makanan pokok. Psikolog klinis asal hongkong Dr.Cindy Chan mengatakan
fenomena panic buying terjadi karena beberapa orang ingin mendapatkan rasa
control. Beberapa orang perlu melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk diri
mereka sendiri maka dari itu beberapa orang pergi keluar dan memborong beberapa
barang, ini merupakan rasa control, ini adalah fenomena pemikiran kelompok , atau
bisa juga disebut sebagai mentalitas kelompok, dilansir South China Morning Post,
Rabu (4/3/2020).

Dari sudut pandang ilmu saraf, pada waktu manusia terancam oleh virus corona
atau covid-19, otak manusia tersebut merespons dan memporses rasa takut serta
emosi (amygdala) dan aktifitasnya tinggi, ini mematikan pola piker rasional
sementara waktu, kita tidak beripkir secara rasional, kita dipengaruhi oleh pola piker
yang dihasilkan dari suatu kelompok, dan prilaku kita menjadi irasional.

Para konsumen membeli kebutuhan akan suatu produk untuk meningkatkan rasa
control mereka dan menyelesaikan permasalahn yang mereka hadapi, alih alih
berbelanja pakaina yang tidak perlu, tulis asisten professor Organosational Behavior
di INSEAD, Andy J Yap (knowledge.insead.edu).

Pendampingan Psikologis Diperlukan Untuk Pasian Covid-19

Acmad Yurianto adalah juru bicara dari pemerintah terkait dengan penanganan virus
corona, beliau telah berdiskusi dengan RSPU Sulianti Saroso agar pasien 01 yang
positif corona diberikan pendampingan psikologis. Pasen 01 masih positif karena
psikologis nya terganggu sebai akibat identitasnya telah tersebar melalui media
masa, dia merasa khawatir nanti jika pulang tidak diterima oleh tetangganya,
lingkungan dan sebagainya. Pendampingan psikologis perlu diberikan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa takut atau khawatir tersebut, teori Ellis dan
Beck dapat digunakan untuk menghilangkan pikiran pikiran negative yang ada dalam
diri si pasien 01.

Ketika dalam masa perawatan si pasien harus diisolasi, ketika dalam masa isolasi ini
ada beberapa pasien yang mengalami gangguan psikologis, karena ada beberapa
diantara mereka yang cemas dan depresi sebagai akibat dari sudah berhari hari
dirawat di rumah sakit. Konseling dan psikoterapi telah dilakukan oleh tim psikolog
dari RSPI Sulianti Saroso agar dapat menimalisir gangguan yang terjadi. Ganguan

4
yang terjadi dapat berpengaruh pada kondisi fisik yang berujung pada menurunya
tingkt imunitas para pasien.

Saat ini tim RS PI Sulianti Saroso sedang merancang program agar dapat
membantu memulihkan kondisi psikologis pasien yang dinyatakan positif dengan
corona yang saat ini sedang di isolasi. Pihak rumah sakit akan membuat suatu video
yang nantinya video tersebut dapat ditonton dan dilihat oleh para pasien yang
sedang diisolasi, konsep videonya sendiri seperti apa, masih dalam tahapan
penyusunan oleh tim psikolog.

Pesan Pesan Dalam Menghadapi Stress Selama Wabah Covid-19

Pesan pesan dibawah ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan
mental di masyarakat ayang terdampak oleh covid-19.
1. Perasaan sedih, tertekan, bingung, takut, dan marah di saat kirisis adalah
normal adanya.
2. Komunikasi dengan orang terpercaya, teman, dan keluarga
3. Jiak harus mengisolasi dirumah, jaga pola hidup sehat 9atur pola makan,
tidur, tetap berolahraga), melakukan kontak dengan keluarga dan teman
melaui email, telefon, atau menggunakan media sosial sebagai perantaranya.
4. Jangan memakan tembakau atau mengkonsumsi alcohol untuk mengatasi
perasaan.
5. Jika mersa sudah tidak sanggup lagi, hubungi pihak kesehatan, atau pihak
yang terkait untuk meminta pertolongan.
6. Dapatkan fakata yang dapat mendukung dalam menghadapi resiko
pemaparan, seperti cara pencegahan, carilah dari sumber yang dapat
dipercaya (WHO), sebagai contoh beberpa waktu yang lalu WHO
mengajarkan bagaimana cara sederhana dalam membuat hand sanitizer
ditengah langka nya barang tersebut dipasaran.
7. Kurangi aktifitas menonton atau mendengar berita yang negative yang dapat
meresahkan.

Referensi:

Rehiya, S. (2020, Maret 20). Alert WHO resmi tetapkan corona pandemi. CNBC Indonesia. Retrived
from https://www.cnbcindonesia.com/news/20200312064200-4-144245/alert-who-resmi-
tetapkan-corona-pandemi

Dina, R. (2020, Maret 20). Ditetapkan sebagai pandemi apa artinya. Sehat Q. Retrieved from
https://www.sehatq.com/artikel/covid-19-ditetapkan-sebagai-pandemi-apa-artinya

Devina, H. (2020, Maret 29). Psikolog soal psikosomatis saat pandemi covid-19. Kompas. Retreieved
from https://nasional.kompas.com/read/2020/03/29/15521921/psikolog-soal-psikosomatis-
saat-pandemi-covid-19-bisa-jadi-sesak-itu-karena

CNN. (2020). Pemerintah beri pendamping psikologis pasien corna 01. Retreived from
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200310161754-20-482160/pemerintah-beri-

5
pendampingan-psikologis-pasien-corona-01

Andre, S. (2020, Maret 12). Cara Psikolog pulihkan kondisi psikologis pasien corona. Republika.
Retrieved from https://republika.co.id/berita/q72r2a409/cara-psikolog-pulihkan-kondisi-
psikologis-pasien-corona

Elenoera, P. E. W., Rosiana C., (2020, Maret 4). Fenomena panic buying akibat virus corna psikolog
mereka perlu kontrol. Suara. Retreieved from
https://www.suara.com/health/2020/03/04/084702/fenomena-panic-buying-akibat-virus-
corona-psikolog-mereka-perlu-kontrol

IASC. (2020). Catatan tentang aspek kesehatan jiwa dan psikososial wabah covid-19versi 1.0.
Retreieved from https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/catatan-tentang-aspek-kesehatan-jiwa-dan-psikososial-
wabah-covid-19-feb-2020-indonesian.pdf?sfvrsn=ebae5645_2

Anda mungkin juga menyukai