Anda di halaman 1dari 632

INFORMASI

PERATURAN
IZIN USAHA-IZIN LINGKUNGAN-IZIN OPERASIONAL

DI INDONESIA

2019
DAFTAR ISI

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANANREPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.22/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/7/2018/K.1/8/2018 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR,
DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DAN
TATA CARA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG PENGECUALIAN KEWAJIBAN MENYUSUN ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN YANG BERLOKASI DI DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG
TELAH MEMILIKI RENCANA DETAIL TATA RUANG

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG PEDOMAN PENETAPAN JENIS RENCANA USAHA DAN/
ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN
DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI
SECARA ELEKTRONIK
SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2018

TENTANG

PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan dan peningkatan


penanaman modal dan berusaha, perlu menerapkan
pelayanan Perizinan Berusaha terintegrasi secara
elektronik;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal serta Pasal 6 dan Pasal 7
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);

3. Undang-undang . . .
-2-

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAYANAN


PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:


1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

4. Perizinan . . .
-3-

4. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan


kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk
persetujuan yang dituangkan dalam bentuk
surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan/atau
Komitmen.
5. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku
Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
6. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non
perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
7. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau
kegiatan oleh Pelaku Usaha melalui OSS.
8. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga
OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha
melakukan Pendaftaran dan untuk memulai usaha
dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan
komersial atau operasional dengan memenuhi
persyaratan dan/atau Komitmen.
9. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan
untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional
dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.
10. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk
memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin
Komersial atau Operasional.
11. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal.

12. Nomor . . .
-4-

12. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB


adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran.
13. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
14. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDP
adalah surat tanda pengesahan yang diberikan oleh
Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha yang telah
melakukan Pendaftaran.
15. Angka Pengenal Importir yang selanjutnya disingkat API
adalah tanda pengenal sebagai importir.
16. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat
NIK adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik
atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang
terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
17. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang
selanjutnya disingkat RPTKA adalah rencana penggunaan
tenaga kerja asing pada jabatan tertentu yang dibuat oleh
pemberi kerja tenaga kerja asing untuk jangka waktu
tertentu yang disahkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk.
18. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada Pelaku
Usaha untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk
usaha dan/atau kegiatannya dan berlaku pula sebagai
izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah
tersebut untuk usaha dan/atau kegiatannya.
19. Izin Lokasi Perairan adalah izin lokasi sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
dibidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
20. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat
RDTR adalah rencana rinci untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.

21. Izin . . .
-5-

21. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada


Pelaku Usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
22. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
23. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
24. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
25. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut RKL adalah upaya penanganan dampak terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
26. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut RPL adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
27. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya
disebut IMB adalah perizinan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku.

28. Pelayanan . . .
-6-

28. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat


PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu
kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui
satu pintu.
29. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui komputer atau sistem
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
30. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang
terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi.
31. Hari adalah hari kerja sesuai yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 2
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(2) Kekuasaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diuraikan dalam berbagai urusan pemerintahan
yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara
dan penyelenggara Pemerintahan Daerah.
(3) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mencakup kewenangan pemberian Perizinan
Berusaha, fasilitas, dan/atau kemudahan untuk
pelaksanaan berusaha.

Pasal 3
(1) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan
penyelenggaraan kewenangan pemberian Perizinan
Berusaha sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang terkait.

(2) Peraturan . . .
-7-

(2) Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
kewenangan sektor atau kewenangan daerah dalam
Perizinan Berusaha sepanjang tidak diatur dalam
undang-undang dan tidak bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk pemberian fasilitas dan/atau kemudahan
untuk pelaksanaan berusaha.
(4) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan kewenangan
pemberian Perizinan Berusaha.

Pasal 4

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai:


a. jenis, pemohon, dan penerbit Perizinan Berusaha;
b. pelaksanaan Perizinan Berusaha;
c. reformasi Perizinan Berusaha sektor;
d. sistem OSS;
e. Lembaga OSS;
f. pendanaan OSS;
g. insentif atau disinsentif pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui OSS;
h. penyelesaian permasalahan dan hambatan Perizinan
Berusaha melalui OSS; dan
i. sanksi.

BAB II
JENIS, PEMOHON, DAN PENERBIT PERIZINAN BERUSAHA
Bagian Kesatu
Jenis Perizinan Berusaha

Pasal 5

Jenis Perizinan Berusaha terdiri atas:


a. Izin Usaha; dan

b. Izin . . .
-8-

b. Izin Komersial atau Operasional.

Bagian Kedua
Pemohon Perizinan Berusaha

Pasal 6

(1) Pemohon Perizinan Berusaha terdiri atas:


a. Pelaku Usaha perseorangan; dan
b. Pelaku Usaha non perseorangan.
(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan orang perorangan penduduk
Indonesia yang cakap untuk bertindak dan melakukan
perbuatan hukum.
(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. perseroan terbatas;
b. perusahaan umum;
c. perusahaan umum daerah;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;
e. badan layanan umum;
f. lembaga penyiaran;
g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;
h. koperasi;
i. persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap);
j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan
k. persekutuan perdata.

Pasal 7 . . .
-9-

Pasal 7

Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(3) huruf a merupakan perseroan terbatas sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang tentang perseroan terbatas,
yang telah disahkan oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.

Pasal 8

Perusahaan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(3) huruf b merupakan perusahaan umum sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang tentang badan usaha milik
negara.

Pasal 9

Perusahaan umum daerah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 ayat (3) huruf c merupakan perusahaan umum milik
daerah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang
pemerintahan daerah.

Pasal 10

Badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf d merupakan badan
hukum yang didirikan oleh negara dengan undang-undang.

Pasal 11

Badan layanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


ayat (3) huruf e merupakan satuan kerja Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang tentang perbendaharaan negara.

Pasal 12

Lembaga penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


ayat (3) huruf f merupakan lembaga penyiaran sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang tentang penyiaran.

Pasal 13 . . .
- 10 -

Pasal 13

(1) Badan usaha yang didirikan oleh yayasan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf g merupakan
badan usaha yang didirikan oleh yayasan sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang tentang yayasan yang
telah disahkan oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.
(2) Dalam hal Perizinan Berusaha diterbitkan kepada
yayasan, yayasan dimaksud harus dimaknai sebagai
badan usaha.

Pasal 14

(1) Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)


huruf h merupakan koperasi sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang tentang perkoperasian yang telah
disahkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Pengesahan koperasi oleh Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pengesahan akta
pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar koperasi,
serta pembubaran koperasi oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.
(3) Ketentuan mengenai pengesahan koperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.

Pasal 15

(1) Persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf i
merupakan persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap) yang telah didaftarkan kepada Pemerintah
Pusat.

(2) Pendaftaran . . .
- 11 -

(2) Pendaftaran persekutuan komanditer (commanditaire


vennootschap) kepada Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pendaftaran akta
pendirian persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap), perubahan anggaran dasar persekutuan
komanditer (commanditaire vennootschap) serta
pembubaran persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap) oleh kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran
persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum.

Pasal 16

(1) Persekutuan firma (venootschap onder firma) sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf j merupakan
persekutuan firma (venootschap onder firma) yang telah
didaftarkan kepada Pemerintah Pusat.
(2) Pendaftaran persekutuan firma (venootschap onder firma)
kepada Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pendaftaran akta pendirian persekutuan
firma (venootschap onder firma), perubahan anggaran
dasar persekutuan firma (venootschap onder firma) serta
pembubaran persekutuan firma (venootschap onder firma)
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran
persekutuan firma (venootschap onder firma) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.

Pasal 17

(1) Persekutuan perdata sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 ayat (3) huruf k merupakan persekutuan perdata yang
telah didaftarkan kepada Pemerintah Pusat.

(2) Pendaftaran . . .
- 12 -

(2) Pendaftaran persekutuan perdata kepada Pemerintah


Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pendaftaran akta pendirian persekutuan perdata,
perubahan anggaran dasar persekutuan perdata, serta
pembubaran persekutuan perdata oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran
persekutuan perdata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum.

Bagian Ketiga
Penerbit Perizinan Berusaha

Pasal 18

(1) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5 diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya.
(2) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk Perizinan Berusaha yang kewenangan
penerbitannya telah dilimpahkan atau didelegasikan
kepada pejabat lainnya.

Pasal 19

(1) Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 termasuk
penerbitan dokumen lain yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga
OSS.
(2) Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini untuk dan atas nama menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota menerbitkan
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam
bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan
transaksi elektronik.

(4) Dokumen . . .
- 13 -

(4) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) disertai dengan Tanda Tangan Elektronik.
(5) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum serta
merupakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang informasi dan
transaksi elektronik.
(6) Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat dicetak (print out).

BAB III
PELAKSANAAN PERIZINAN BERUSAHA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 20

Pelaksanaan Perizinan Berusaha meliputi:


a. Pendaftaran;
b. penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau
Operasional berdasarkan Komitmen;
c. pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan
Komitmen Izin Komersial atau Operasional;
d. pembayaran biaya;
e. fasilitasi;
f. masa berlaku; dan
g. pengawasan.

Bagian Kedua
Pendaftaran

Pasal 21

(1) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6


melakukan Pendaftaran untuk kegiatan berusaha dengan
cara mengakses laman OSS.

(2) Cara . . .
- 14 -

(2) Cara mengakses laman OSS sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan dengan cara memasukkan:
a. NIK dalam hal Pelaku Usaha merupakan
perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a;
b. nomor pengesahan akta pendirian atau nomor
pendaftaran perseroan terbatas, yayasan/badan
usaha yang didirikan oleh yayasan, koperasi,
persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap), persekutuan firma (venootschap
onder firma), atau persekutuan perdata;
c. dasar hukum pembentukan perusahaan umum,
perusahaan umum daerah, badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara, lembaga penyiaran publik,
atau badan layanan umum.

Pasal 22

(1) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a yang telah mendapatkan
akses dalam laman OSS, melakukan Pendaftaran dengan
mengisi data paling sedikit:
a. nama dan NIK;
b. alamat tempat tinggal;
c. bidang usaha;
d. lokasi penanaman modal;
e. besaran rencana penanaman modal;
f. rencana penggunaan tenaga kerja;
g. nomor kontak usaha dan/atau kegiatan;
h. rencana permintaan fasilitas fiskal, kepabeanan,
dan/atau fasilitas lainnya; dan
i. NPWP Pelaku Usaha perseorangan.
(2) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) huruf b dan huruf c yang telah
mendapatkan akses dalam laman OSS, melakukan
Pendaftaran dengan mengisi data paling sedikit:

a. nama . . .
- 15 -

a. nama dan/atau nomor pengesahan akta pendirian


atau nomor pendaftaran;
b. bidang usaha;
c. jenis penanaman modal;
d. negara asal penanaman modal, dalam hal terdapat
penanaman modal asing;
e. lokasi penanaman modal;
f. besaran rencana penanaman modal;
g. rencana penggunaan tenaga kerja;
h. nomor kontak badan usaha;
i. rencana permintaan fasilitas perpajakan,
kepabeanan, dan/atau fasilitas lainnya;
j. NPWP Pelaku Usaha non perseorangan; dan
k. NIK penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
ayat (2) huruf k menjadi syarat pendaftaran peserta
jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial
ketenagakerjaan.
(4) Jenis penanaman modal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, harus diisi sesuai dengan ketentuan
mengenai daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang
penanaman modal.

Pasal 23

Dalam hal Pelaku Usaha yang melakukan Pendaftaran


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 belum memiliki NPWP,
OSS memproses pemberian NPWP.

Pasal 24

(1) Lembaga OSS menerbitkan NIB setelah Pelaku Usaha


melakukan Pendaftaran melalui pengisian data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 secara lengkap
dan mendapatkan NPWP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23.
(2) NIB . . .
- 16 -

(2) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk 13


(tiga belas) digit angka acak yang diberi pengaman dan
disertai dengan Tanda Tangan Elektronik.

Pasal 25

(1) NIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 merupakan


identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku Usaha
untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
(2) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
Pelaku Usaha menjalankan usaha dan/atau kegiatannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku oleh Lembaga OSS dalam hal:
a. Pelaku Usaha melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang tidak sesuai dengan NIB; dan/atau
b. dinyatakan batal atau tidak sah berdasarkan putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 26

NIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 berlaku juga


sebagai:
a. TDP sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang tanda daftar perusahaan;
b. API sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perdagangan; dan
c. hak akses kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.

Pasal 27

TDP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, berlaku


ketentuan sebagai berikut:
a. NIB merupakan pengesahan TDP;

b. NIB . . .
- 17 -

b. NIB sebagai TDP berlaku selama jangka waktu


keberlakuan NIB;
c. Lembaga OSS merupakan kantor tempat pendaftaran
perusahaan; dan
d. basis data (data base) perusahaan pada NIB merupakan
data dan akta yang sah untuk pemenuhan persyaratan
pendaftaran perusahaan.

Pasal 28

Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 sekaligus terdaftar sebagai peserta
jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Pasal 29

(1) Dalam hal Pelaku Usaha akan mempekerjakan tenaga


kerja asing, Pelaku Usaha mengajukan pengesahan
RPTKA.
(2) Pelaku Usaha dalam rangka pengajuan pengesahan
RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengisi
data pada laman OSS berupa:
a. alasan penggunaan tenaga kerja asing;
b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing
dalam struktur organisasi perusahaan yang
bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing;
d. penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai
pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan;
dan
e. jumlah tenaga kerja asing.
(3) Berdasarkan data pengajuan RPTKA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), sistem OSS memproses
pengesahan RPTKA sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.

Pasal 30 . . .
- 18 -

Pasal 30

(1) Lembaga OSS setelah menerbitkan NIB sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24, sekaligus memberikan
informasi mengenai fasilitas fiskal yang akan didapat oleh
Pelaku Usaha sesuai bidang usaha dan besaran rencana
penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan pemberian fasilitas fiskal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Penerbitan Izin Usaha dan Penerbitan Izin Komersial atau Operasional
Berdasarkan Komitmen

Pasal 31

(1) Izin Usaha wajib dimiliki oleh Pelaku Usaha yang telah
mendapatkan NIB.
(2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan prasarana
untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau
b. Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Pelaku Usaha yang telah memiliki atau menguasai
prasarana; atau
b. Pelaku Usaha yang belum memiliki atau menguasai
prasarana.

Pasal 32

(1) Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan


Komitmen kepada:
a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan prasarana
untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf
a; dan
b. Pelaku . . .
- 19 -

b. Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk


menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan telah
memiliki atau menguasai prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf a.
(2) Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan
Komitmen kepada Pelaku Usaha yang memerlukan
prasarana untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan
tapi belum memiliki atau menguasai prasarana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) huruf b,
setelah Lembaga OSS menerbitkan:
a. Izin Lokasi;
b. Izin Lokasi Perairan;
c. Izin Lingkungan; dan/atau
d. IMB,
berdasarkan Komitmen.

Pasal 33

(1) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat


(2) huruf a diterbitkan oleh Lembaga OSS tanpa
Komitmen dalam hal:
a. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di
lokasi yang telah sesuai peruntukannya menurut
RDTR dan/atau rencana umum tata ruang kawasan
perkotaan;
b. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di
lokasi kawasan ekonomi khusus, kawasan industri,
serta kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas;
c. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan
tanah yang sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain
yang telah mendapatkan Izin Lokasi dan akan
digunakan oleh Pelaku Usaha;

d. tanah . . .
- 20 -

d. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan berasal dari


otorita atau badan penyelenggara pengembangan
suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang
kawasan pengembangan tersebut;
e. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan diperlukan
untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan
letak tanahnya berbatasan dengan lokasi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan;
f. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana Perizinan
Berusaha tidak lebih dari:
1) 25 ha (dua puluh lima hektare) untuk usaha
dan/atau kegiatan pertanian;
2) 5 ha (lima hektare) untuk pembangunan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
atau
3) 1 ha (satu hektare) untuk usaha dan/atau
kegiatan bukan pertanian; atau
g. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang akan
dipergunakan untuk proyek strategis nasional.
(2) Dalam hal Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin
Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
menggunakan atau memanfaatkan tanah, Pelaku Usaha
mengajukan pertimbangan teknis pertanahan kepada
kantor pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau
kegiatan melalui sistem OSS.
(3) Kantor pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melakukan pemeriksaan dan/atau inventarisasi atas
lokasi yang telah diberikan Izin Lokasi.
(4) Berdasarkan pemeriksaan dan/atau inventarisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kantor pertanahan
menyampaikan pertimbangan teknis kepada Pelaku
Usaha paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak
pengajuan pertimbangan teknis diterima dari sistem OSS.
(5) Dalam hal kantor pertanahan tidak menyampaikan
pertimbangan teknis dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), kantor pertanahan dimaksud
dianggap telah memberikan persetujuan pertimbangan
teknis.

Pasal 34 . . .
- 21 -

Pasal 34

Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32


ayat (2) huruf b diterbitkan oleh Lembaga OSS tanpa
Komitmen dalam hal:
a. lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di lokasi
kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, serta
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas;
b. lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan lokasi yang
sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain yang telah
mendapatkan Izin Lokasi Perairan dan akan digunakan
oleh Pelaku Usaha;
c. lokasi usaha dan/atau kegiatan berasal dari otorita atau
badan penyelenggara pengembangan suatu kawasan
sesuai dengan rencana tata ruang kawasan
pengembangan tersebut;
d. lokasi usaha dan/atau kegiatan yang dipergunakan oleh
usaha mikro dan usaha kecil; dan/atau
e. lokasi usaha dan/atau kegiatan yang akan dipergunakan
untuk proyek strategis nasional.

Pasal 35

(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32


ayat (2) huruf c tidak dipersyaratkan untuk penerbitan
Izin Usaha dalam hal:
a. lokasi usaha dan/atau kegiatan berada dalam
kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, atau
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas;
atau
b. usaha dan/atau kegiatan merupakan usaha mikro
dan kecil, usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
memiliki Amdal, atau usaha dan/atau kegiatan yang
tidak wajib memiliki UKL-UPL.
(2) Pelaku Usaha yang lokasi usaha dan/atau kegiatan
berada dalam kawasan ekonomi khusus, kawasan
industri, atau kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a menyusun RKL-RPL rinci berdasarkan RKL-RPL
kawasan.
(3) RKL-RPL . . .
- 22 -

(3) RKL-RPL rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


disetujui oleh pengelola kawasan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pengawasan atas RKL-RPL rinci diatur dengan peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
(5) Usaha dan/atau kegiatan yang merupakan usaha mikro
dan kecil dan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki UKL-UPL ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/wali kota berdasarkan pedoman yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

Pasal 36

IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d


tidak dipersyaratkan untuk penerbitan Izin Usaha dalam hal
bangunan gedung:
a. berada dalam kawasan ekonomi khusus, kawasan
industri, atau kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas, sepanjang pengelola kawasan telah
menetapkan pedoman bangunan (estate regulation).
b. merupakan proyek pemerintah atau proyek strategis
nasional sepanjang telah ditetapkan badan usaha
pemenang lelang atau badan usaha yang ditugaskan
untuk melaksanakan proyek pemerintah atau proyek
strategis nasional.

Pasal 37

(1) Izin Usaha berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.


(2) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dan
akan mengembangkan usaha dan/atau kegiatan di
wilayah lain, harus tetap memenuhi persyaratan Izin
Lokasi, Izin Lokasi Perairan, Izin Lingkungan, dan IMB di
masing-masing wilayah tersebut.

(3) Pelaku . . .
- 23 -

(3) Pelaku Usaha wajib memperbaharui informasi


pengembangan usaha dan/atau kegiatan pada sistem
OSS.

Pasal 38

(1) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dapat melakukan
kegiatan:
a. pengadaan tanah;
b. perubahan luas lahan;
c. pembangunan bangunan gedung dan
pengoperasiannya;
d. pengadaan peralatan atau sarana;
e. pengadaan sumber daya manusia;
f. penyelesaian sertifikasi atau kelaikan;
g. pelaksanaan uji coba produksi (commisioning);
dan/atau
h. pelaksanaan produksi.
(2) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 namun belum
menyelesaikan:
a. Amdal; dan/atau
b. rencana teknis bangunan gedung,
belum dapat melakukan kegiatan pembangunan
bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c.

Pasal 39

Lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau Operasional


berdasarkan Komitmen untuk memenuhi:
a. standar, sertifikat, dan/atau lisensi; dan/atau
b. pendaftaran barang/jasa,
sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang
dikomersialkan oleh Pelaku Usaha melalui sistem OSS.

Pasal 40 . . .
- 24 -

Pasal 40

Lembaga OSS membatalkan Izin Usaha yang sudah


diterbitkan dalam hal Pelaku Usaha tidak menyelesaikan
pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
dan/atau Izin Komersial atau Operasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39.

Pasal 41

Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional berlaku


efektif setelah Pelaku Usaha menyelesaikan Komitmen dan
melakukan pembayaran biaya Perizinan Berusaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-udangan.

Bagian Keempat
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan, Izin Lingkungan,
dan/atau Izin Mendirikan Bangunan

Paragraf 1
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi

Pasal 42

(1) Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan


pemenuhan Komitmen Izin Lokasi paling lama 10
(sepuluh) Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin
Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
huruf a.
(2) Pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS
dengan menyampaikan persyaratan pertimbangan teknis
pertanahan kepada kantor pertanahan tempat lokasi
usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan kantor pertanahan tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada
Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan.

(4) Dalam . . .
- 25 -

(4) Dalam hal kantor pertanahan tempat lokasi usaha tidak


memberikan pertimbangan teknis dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pertimbangan
teknis dianggap telah diberikan sesuai permohonan
Pelaku Usaha.
(5) Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dalam jangka waktu 2 (dua) Hari menyetujui pemenuhan
Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor pertanahan:
a. memberikan persetujuan dalam pertimbangan teknis;
atau
b. lebih dari 10 (sepuluh) Hari tidak memberikan
pertimbangan teknis.
(6) Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dalam jangka waktu 2 (dua) Hari menolak pemenuhan
Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor pertanahan
memberikan penolakan dalam pertimbangan teknis.
(7) Dalam hal kantor pertanahan dan/atau Pemerintah
Daerah kabupaten/kota tempat lokasi usaha dan/atau
kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
memberikan penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
(8) Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak
memberikan persetujuan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Izin Lokasi yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS efektif berlaku.

Pasal 43

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Izin Lokasi dan


pertimbangan teknis pertanahan diatur dengan peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agraria.
(2) Peraturan menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan paling lama 15 (lima belas) Hari sejak
Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 44 . . .
- 26 -

Pasal 44

(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang belum memiliki


RDTR, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan wajib
menetapkan RDTR untuk Kawasan Industri atau
kawasan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam rangka penetapan RDTR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang penataan ruang
memberikan bantuan teknis.

Pasal 45

(1) Kementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang penataan ruang menyampaikan
rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau RDTR
kabupaten/kota dalam bentuk digital ke Lembaga OSS.
(2) Lembaga OSS memuat rencana tata ruang
kabupaten/kota dan/atau RDTR kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam sistem OSS.
(3) Rencana tata ruang kabupaten/kota dan/atau RDTR
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi dasar penetapan tempat lokasi usaha dan/atau
kegiatan dalam penerbitan Izin Lokasi.

Pasal 46

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, ketentuan


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang yang mengatur mengenai
Izin Lokasi dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
ini atau tidak diatur secara khusus dalam Peraturan
Pemerintah ini.

Paragraf 2 . . .
- 27 -

Paragraf 2
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan

Pasal 47

Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32


ayat (2) huruf b diberikan kepada Pelaku Usaha yang
melakukan kegiatan di sebagian perairan di wilayah pesisir
dan/atau pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.

Pasal 48

(1) Pelaku Usaha wajib menyampaikan permohonan


pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil paling lama 10 (sepuluh)
Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lokasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b.
(2) Pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS
dengan menyampaikan persyaratan Izin Lokasi Perairan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kepada menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangan masing-masing.
(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu
paling lama 10 (sepuluh) Hari menyetujui atau menolak
pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan.
(4) Dalam hal menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan atau
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memberikan penolakan, Izin Lokasi Perairan dinyatakan
batal.
(5) Dalam hal menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan atau
Pemerintah Daerah tidak memberikan persetujuan atau
penolakan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Izin Lokasi perairan yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS efektif berlaku.

Pasal 49 . . .
- 28 -

Pasal 49

(1) Dalam rangka penyelesaian Komitmen Izin Lokasi


Perairan, menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan atau
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 menggunakan data rencana tata ruang laut nasional,
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
rencana zonasi kawasan strategis nasional, rencana
zonasi kawasan strategis nasional tertentu, rencana
zonasi kawasan antar wilayah, dan/atau data kebijakan
satu peta.
(2) Penggunaan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui penggunaan data secara bersama (data
sharing) dan terintegrasi secara elektronik (online).

Paragraf 3
Pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan

Pasal 50

Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan


yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c dengan melengkapi:
a. UKL-UPL; atau
b. dokumen Amdal.

Pasal 51

(1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 50 huruf a sesuai formulir UKL-
UPL.
(2) Formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat:
a. deskripsi rinci rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. dampak lingkungan yang akan terjadi; dan
c. program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.

(3) Formulir . . .
- 29 -

(3) Formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
masing-masing sektor bidang usaha dan/atau kegiatan
setelah mendapat pertimbangan dari menteri atau
pimpinan lembaga pembina sektor bidang usaha
dan/atau kegiatan terkait.

Pasal 52
(1) Dalam rangka pemenuhan Komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf a Pelaku Usaha melalui
Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya
paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan Izin Lingkungan.
(2) Pengajuan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan di sistem OSS.

Pasal 53
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota melakukan pemeriksaan
atas UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada Pasal 51
ayat (1) paling lama 5 (lima) Hari sejak disampaikan oleh
Pelaku Usaha.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, dan bupati/wali kota menetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada
Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdapat perbaikan UKL-UPL, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, dan bupati/wali kota menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS.

(4) Pelaku . . .
- 30 -

(4) Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan UKL-UPL dan


menyampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, gubernur, dan
bupati/wali kota melalui sistem OSS paling lama 5 (lima)
Hari sejak diterimanya hasil pemeriksaan.
(5) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL yang disampaikan oleh
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, dan bupati/wali kota menetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada
Pelaku Usaha melalui OSS.
(6) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat (5)
merupakan pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan.
(7) Dalam hal menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, gubernur, dan bupati/wali kota tidak
menetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan Komitmen Izin
Lingkungan dianggap telah dipenuhi.

Pasal 54

(1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b.
(2) Penyusunan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus mulai dilakukan paling lama 30 (tiga
puluh) Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin
Lingkungan.
(3) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui kegiatan:
a. penyusunan Andal dan RKL-RPL;
b. penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
c. keputusan kelayakan.
Pasal 55 . . .
- 31 -

Pasal 55

(1) Pelaku Usaha dalam penyusunan dokumen Amdal


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
mengikutsertakan masyarakat yang terkena dampak.
(2) Pelaku Usaha selain mengikutsertakan masyarakat yang
terkena dampak, dapat pula melibatkan pemerhati
lingkungan hidup.
(3) Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan/atau pemerhati lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan;
dan
b. konsultasi publik.
(4) Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan
melalui laman OSS, media massa, dan/atau pada lokasi
usaha dan/atau kegiatan.
(5) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam
jangka waktu 5 (lima) Hari terhitung sejak pengumuman
rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), berhak mengajukan saran,
pendapat, dan tanggapan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan.
(6) Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) disampaikan secara tertulis atau melalui
Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan Amdal
diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 56

(1) Pelaku Usaha menyusun Andal dan RKL-RPL


berdasarkan formulir kerangka acuan.

(2) Formulir . . .
- 32 -

(2) Formulir kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
masing-masing sektor bidang usaha setelah mendapat
pertimbangan dari menteri atau pimpinan lembaga
pembina sektor bidang usaha terkait.

Pasal 57

(1) Andal dan RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 56 diajukan kepada:
a. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui Komisi Penilai
Amdal Pusat, untuk kerangka acuan yang dinilai
oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. gubernur melalui Komisi Penilai Amdal provinsi,
untuk kerangka acuan yang dinilai oleh Komisi
Penilai Amdal provinsi; atau
c. bupati/walikota melalui Komisi Penilai Amdal
kabupaten/kota, untuk kerangka acuan yang dinilai
oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.
(2) Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian Andal dan
RKL-RPL sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 58

(1) Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal


57 menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan
RKL-RPL kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, gubernur, atau bupati/wali kota
sesuai kewenangannya.
(2) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.

(3) Dalam . . .
- 33 -

(3) Dalam hal rapat Komisi Penilai Amdal menyatakan bahwa


dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, Komisi
Penilai Amdal mengembalikan dokumen Andal dan RKL-
RPL kepada Pelaku Usaha selaku pemrakarsa untuk
diperbaiki.

Pasal 59

(1) Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan dokumen


Andal dan RKL-RPL sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1).
(2) Berdasarkan dokumen Andal dan RKL-RPL yang telah
diperbaiki sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi
Penilai Amdal melakukan penilaian akhir terhadap
dokumen Andal dan RKL-RPL.
(3) Komisi Penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian
akhir berupa rekomendasi hasil penilaian akhir kepada
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya.

Pasal 60

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota berdasarkan
rekomendasi hasil penilaian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (1) atau rekomendasi hasil penilaian
akhir dari Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (3), menetapkan keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
(2) Penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pemenuhan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 huruf b.

(3) Penetapan . . .
- 34 -

(3) Penetapan keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kegagalan pemenuhan dokumen Amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf b dan Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c dinyatakan
batal.

Pasal 61

Jangka waktu penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal


57, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-
RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, penilaian akhir
serta penyampaian hasil penilaian akhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59, dan penetapan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

Pasal 62

(1) Dalam hal Pelaku Usaha dalam usaha dan/atau


kegiatannya akan membangun pusat kegiatan,
permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan
gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, penyusunan
dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus dilakukan
dengan penyusunan analisis dampak lalu lintas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
(2) Hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dimuat dalam Amdal atau UKL-UPL
merupakan hasil analisis dampak lalu lintas
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang
lalu lintas dan angkutan jalan.

Pasal 63 . . .
- 35 -

Pasal 63

Dalam hal Pelaku Usaha memerlukan izin di bidang


pengelolaan lingkungan hidup untuk kegiatan:
a. menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun bahan berbahaya dan beracun dan
penyusunan dokumen Amdal dilakukan termasuk
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
b. pembuangan air limbah ke laut;
c. pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
d. memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut
diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan.

Pasal 64
Pengintegrasian izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup
tersebut ke dalam Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 dilakukan melalui:
a. mekanisme penyusunan dan penilaian Amdal atau UKL-
UPL pada tahap perencanaan usaha dan/atau kegiatan;
atau
b. perubahan Izin Lingkungan.

Pasal 65

Lembaga OSS mengumumkan Izin Lingkungan yang telah


diterbitkan di sistem OSS dan dalam hal dipandang perlu
dapat pula dimuat dalam media lainnya sesuai kebutuhan.

Pasal 66
(1) Pelaku Usaha wajib mengajukan permohonan perubahan
Izin Lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yang
telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan.
(2) Perubahan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;

c. perubahan . . .
- 36 -

c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan


hidup yang memenuhi kriteria:
1. perubahan dalam penggunaan alat-alat
produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;
3. perubahan spesifikasi teknik yang
memengaruhi lingkungan;
4. perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau
kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi usaha
dan/atau kegiatan;
7. usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan
yang belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;
8. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah
yang ditujukan dalam rangka peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan/atau
9. terjadi perubahan lingkungan hidup yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan;
d. terdapat perubahan dampak dan/atau risiko
terhadap lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian
analisis risiko lingkungan hidup dan/atau audit
lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau
e. tidak dilaksanakannya rencana usaha dan/atau
kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan.
(3) Pengajuan permohonan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d,
dan huruf e, disampaikan kepada Lembaga OSS.
(4) Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan
kepada Pelaku Usaha berdasarkan Komitmen.

(5) Pelaku . . .
LAMPIRAN 3.3
SK TIM PENYUSUN AMDAL
- 37 -

(5) Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin


Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
atau
b. penyampaian dan penilaian terhadap adendum
Andal dan RKL-RPL.
(6) Ketentuan mengenai penyusunan dokumen Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 sampai dengan
Pasal 65 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
dokumen Amdal baru atau adendum Andal dan RKL-RPL.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria perubahan
usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan tata cara perubahan keputusan kelayakan
lingkungan hidup, perubahan Rekomendasi UKL-UPL,
dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

Pasal 67

(1) Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan usaha


dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (2) huruf a, Lembaga OSS atas nama menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya
menerbitkan perubahan Izin Lingkungan.
(2) Dalam hal terjadi perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b, penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan menyampaikan laporan
perubahan kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, gubernur, atau
bupati/wali kota melalui sistem OSS.

(3) Berdasarkan . . .
- 38 -

(3) Berdasarkan laporan perubahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Lembaga OSS atas nama menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya
menerbitkan perubahan Izin Lingkungan.

Pasal 68

(1) Proses permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan,


penyusunan dokumen Amdal, serta UKL-UPL, dilakukan
melalui sistem OSS.
(2) Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup membangun dan mengembangkan
sistem untuk mendukung pelaksanaan sistem OSS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Sistem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
juga profesi yang bersertifikasi atau badan usaha yang
berkaitan dengan penyusunan dokumen Amdal dan UKL-
UPL.

Pasal 69

(1) Terhadap usaha dan/atau kegiatan yang merupakan


usaha mikro dan kecil dan usaha dan/atau kegiatan yang
tidak wajib memiliki UKL-UPL, Pelaku Usaha membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
(2) Usaha dan/atau kegiatan yang merupakan usaha mikro
dan kecil dan usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
memiliki UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh gubernur atau bupati/wali kota
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 70 . . .
- 39 -

Pasal 70

Pemrakarsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, harus dimaknai sebagai
Pelaku Usaha.

Pasal 71

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, ketentuan


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan yang mengatur mengenai penyusunan
dokumen Amdal dan UKL-UPL, penilaian Amdal dan
pemeriksaan UKL-UPL, serta permohonan dan penerbitan Izin
Lingkungan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
ini atau tidak diatur secara khusus dalam Peraturan
Pemerintah ini.

Paragraf 4
Pemenuhan Komitmen Izin Mendirikan Bangunan Gedung

Pasal 72

(1) Dalam rangka pemenuhan Komitmen sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d, Pelaku Usaha
melalui Lembaga OSS mengajukan penyelesaian IMB
kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang bangunan gedung, gubernur,
atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya paling lama
30 (tiga puluh) Hari sejak Lembaga OSS menerbitkan
IMB.
(2) Dalam hal IMB memerlukan penyelesaian dokumen
Amdal, Pelaku Usaha mengajukan penyelesaian IMB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 30 (tiga
puluh) Hari sejak Komitmen Amdal dipenuhi.
(3) Pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan melengkapi:
a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau
tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah;

b. data . . .
- 40 -

b. data pemilik bangunan gedung; dan


c. rencana teknis bangunan gedung.
(4) Dalam hal IMB memerlukan persyaratan Amdal,
pemenuhan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuaikan dengan penyelesaian dokumen Amdal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Rencana teknis bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c harus mendapatkan
pertimbangan teknis dari:
a. tim ahli bangunan gedung atau profesi ahli
bangunan gedung dalam hal IMB memerlukan
persyaratan Amdal, bangunan gedung merupakan
bangunan tidak sederhana untuk kepentingan
umum, dan bangunan gedung khusus;
b. profesi ahli bangunan gedung dalam hal IMB tidak
memerlukan persyaratan Amdal.
(6) Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf a termasuk pertimbangan teknis sektor sesuai
dengan fungsi bangunan gedung.

Pasal 73

(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan


surat keterangan rencana kabupaten/kota dalam bentuk
digital ke Lembaga OSS.
(2) Lembaga OSS memuat surat keterangan rencana
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam sistem OSS.
(3) Surat keterangan rencana kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar penyusunan
rencana teknis bangunan gedung untuk kegiatan
berusaha.

Pasal 74 . . .
- 41 -

Pasal 74

(1) Tim ahli bangunan gedung sebagaimana diatur dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, harus dimaknai sebagai
tim ahli bangunan gedung atau profesi ahli bangunan
gedung bersertifikat.
(2) Profesi ahli bangunan gedung bersertifikat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
bangunan gedung.

Pasal 75

(1) Dalam rangka pengoperasian bangunan gedung


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf c
pemilik bangunan gedung wajib memiliki sertifikat laik
fungsi.
(2) Sertifikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Lembaga OSS berdasarkan hasil
pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung oleh
profesi ahli bangunan gedung bersertifikat paling lama 3
(tiga) Hari.

Pasal 76

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, ketentuan


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung yang mengatur mengenai
IMB dan sertifikat laik fungsi dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini atau tidak diatur secara khusus
dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Kelima . . .
- 42 -

Bagian Kelima
Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha

Pasal 77

(1) Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:


a. penerimaan negara bukan pajak;
b. bea masuk dan/atau bea keluar;
c. cukai; dan/atau
d. pajak daerah atau retribusi daerah,
wajib dibayar oleh Pelaku Usaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan
oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari pemenuhan
Komitmen.
(3) Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengunggah bukti
pembayaran ke dalam sistem OSS.
(4) Pelaksanaan pembayaran biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat difasilitasi melalui sistem OSS.
(5) Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban
pembayaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang
telah diberikan dinyatakan batal.

Bagian Keenam
Fasilitasi Perizinan Berusaha

Pasal 78

(1) Lembaga OSS, kementerian, lembaga, dan Pemerintah


Daerah memberikan fasilitasi Perizinan Berusaha kepada
Pelaku Usaha terutama usaha mikro, kecil, dan
menengah.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pelayanan informasi yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha; dan

b. bantuan . . .
- 43 -

b. bantuan untuk mengakses laman OSS dalam rangka


mendapatkan Perizinan Berusaha.
(3) Dalam rangka memberikan fasilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Lembaga OSS, kementerian,
lembaga, dan Pemerintah Daerah menyediakan tempat
pelayanan dan petugas.
(4) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.

Bagian Ketujuh
Masa Berlaku Perizinan Berusaha

Pasal 79

(1) Izin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan


usaha dan/atau kegiatannya, kecuali diatur lain dalam
undang-undang.
(2) Izin Komersial atau Operasional berlaku sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur masing-masing izin.

Pasal 80
(1) Pelaku Usaha yang telah memiliki Perizinan Berusaha,
dapat mengembalikannya kepada menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota sebelum
jangka waktu Perizinan Berusaha berakhir.

(2) Pengembalian Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan kewajiban
Pelaku Usaha yang melekat dalam Perizinan Berusaha
tersebut.

Bagian Kedelapan
Pengawasan atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha

Pasal 81

(1) Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah


wajib melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen;

b. pemenuhan . . .
- 44 -

b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau


pendaftaran; dan/atau
c. usaha dan/atau kegiatan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam hal hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditemukan ketidaksesuaian atau
penyimpangan, kementerian, lembaga, dan/atau
Pemerintah Daerah mengambil tindakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan melalui sistem OSS oleh kementerian,
lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah kepada Lembaga
OSS.
(5) Lembaga OSS berdasarkan penyampaian kementerian,
lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) melakukan penghentian
sementara atau pencabutan Perizinan Berusaha.

Pasal 82

(1) Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah


dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 81 ayat (1) dapat bekerja sama dengan
profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah.
(2) Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki sertifikat keahlian sesuai dengan bidang yang
diperlukan.

Pasal 83 . . .
- 45 -

Pasal 83

(1) Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau


bupati/wali kota wajib melakukan pengawasan terhadap
aparatur sipil negara dalam pelaksanaan Perizinan
Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Aparatur sipil negara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
pelaksanaan Perizinan Berusaha, dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang aparatur sipil negara.

BAB IV
REFORMASI PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR

Pasal 84

(1) Dalam rangka percepatan pelayanan berusaha melalui


sistem OSS dilakukan reformasi peraturan Perizinan
Berusaha.
(2) Reformasi peraturan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran,
rekomendasi, persetujuan, penetapan, standar,
sertifikasi, atau lisensi;
b. penahapan untuk memperoleh perizinan; dan
c. pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan.
(3) Pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran,
rekomendasi, persetujuan, penetapan, standar,
sertifikasi, atau lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dilakukan melalui:
a. pengklasifikasian;
b. penghapusan;
c. penggabungan;
d. perubahan nomenklatur; atau
e. penyesuaian persyaratan.

(4) Penahapan . . .
- 46 -

(4) Penahapan untuk memperoleh perizinan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Pendaftaran;
b. pemberian Izin Usaha; dan
c. pemberian Izin Komersial atau Operasional.
(5) Pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan
untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan Izin Usaha atau Izin Komersial atau Operasional
yang telah diterbitkan.

Pasal 85

Pelaksanaan reformasi peraturan Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 terdiri atas Perizinan
Berusaha pada:
a. sektor ketenagalistrikan;
b. sektor pertanian;
c. sektor lingkungan hidup dan kehutanan;
d. sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
e. sektor kelautan dan perikanan;
f. sektor kesehatan;
g. sektor obat dan makanan;
h. sektor perindustrian;
i. sektor perdagangan;
j. sektor perhubungan;
k. sektor komunikasi dan informatika;
l. sektor keuangan;
m. sektor pariwisata;
n. sektor pendidikan dan kebudayaan;
o. sektor pendidikan tinggi;
p. sektor agama dan keagamaan;
q. sektor ketenagakerjaan;
r. sektor kepolisian;
s. sektor perkoperasian dan usaha mikro, kecil, menengah;
dan

t. sektor . . .
- 47 -

t. sektor ketenaganukliran,
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 86

(1) Pelaksanaan Perizinan Berusaha yang tidak termasuk


dalam Pasal 85 dilaksanakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan sektor bersangkutan.
(2) Menteri koordinator yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perekonomian melakukan
evaluasi dan reformasi atas peraturan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Pemerintah ini
diundangkan.

Pasal 87

Ketentuan Perizinan Berusaha pada sektor sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 85 yang telah ada sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah ini diatur dan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 88

(1) Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini,


menteri dan pimpinan lembaga menyusun dan
menetapkan standar Perizinan Berusaha di sektornya
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Standar Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup norma, standar, prosedur, dan kriteria
Perizinan Berusaha.
(3) Menteri dan pimpinan lembaga dalam menyusun standar
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berkoordinasi dengan menteri dan pimpinan lembaga
lain.
(4) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
difasilitasi oleh menteri koordinator yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perekonomian.

(5) Standar . . .
- 48 -

(5) Standar Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan paling lama 15 (lima belas) Hari sejak
diundangkannya Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 89

(1) Dalam rangka pelaksanaan standar Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota
mencabut dan menyatakan tidak berlaku seluruh
peraturan dan/atau keputusan yang mengatur mengenai
norma, standar, prosedur, dan kriteria Perizinan
Berusaha yang menjadi kewenangannya, yang tidak
sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
(2) Pencabutan peraturan dan/atau keputusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lama 15 (lima
belas) Hari sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah
ini.

BAB V
ONLINE SINGLE SUBMISSION

Bagian Kesatu
Sistem Online Single Submission

Pasal 90

(1) Pemerintah Pusat membangun, mengembangkan, dan


mengoperasionalkan sistem OSS.
(2) Sistem OSS terintegrasi dan menjadi gerbang (gateway)
dari sistem pelayanan pemerintahan yang telah ada pada
kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah.
(3) Sistem OSS menjadi acuan utama (single reference) dalam
pelaksanaan Perizinan Berusaha.
(4) Dalam hal kementerian, lembaga, Pemerintah Daerah
provinsi, atau Pemerintah Daerah kabupaten/kota
memiliki lebih dari 1 (satu) sistem perizinan elektronik,
maka sistem OSS melakukan integrasi pada 1 (satu)
pintu sistem perizinan elektronik yang ditentukan oleh
kementerian, lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Pasal 91 . . .
- 49 -

Pasal 91

(1) Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan


Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan
sistem OSS dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha
yang menjadi kewenangannya masing-masing.
(2) Penggunaan sistem OSS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengikuti standar integrasi sistem OSS.
(3) Standar integrasi sistem OSS sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mencakup paling sedikit:
a. standar otentikasi dan pengaturan hak akses dari
dan ke sistem OSS;
b. standar elemen data perizinan antar sistem
Perizinan Berusaha dengan sistem OSS;
c. standar model integrasi antar sistem Perizinan
Berusaha dengan sistem OSS;
d. standar keamanan bersama dan tanda tangan digital
antar sistem Perizinan Berusaha dengan sistem OSS;
dan
e. standar service level agreement antar sistem
Perizinan Berusaha dengan sistem OSS.
(4) Penetapan kelayakan standardisasi integrasi sistem OSS
dilakukan melalui proses uji kelayakan integrasi, yang
meliputi proses penelaahan teknis dan operasi atas aspek
yang mencakup:
a. kelayakan spesifikasi standar teknis aplikasi dan
data;
b. kelayakan standar prosedur operasi dan bisnis
proses;
c. kelayakan standar infrastruktur sistem perizinan;
dan
d. kelayakan standar dukungan layanan.
(5) Kelayakan standardisasi integrasi sistem OSS dituangkan
dalam bentuk sertifikasi uji laik integrasi.
(6) Sertifikat uji laik integrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika.

Pasal 92 . . .
- 50 -

Pasal 92

(1) Perangkat sistem OSS meliputi:


a. perangkat keras;
b. perangkat lunak;
c. jaringan; dan
d. perangkat pendukung.
(2) Perangkat sistem OSS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) beroperasi secara penuh selama 24 (dua puluh empat)
jam.
(3) Perangkat sistem OSS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memiliki cadangan perangkat yang beroperasi
secara berkesinambungan untuk menjaga kelangsungan
operasional sistem OSS.
(4) Perangkat sistem OSS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disediakan oleh Lembaga OSS, kementerian, lembaga,
Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota secara mandiri.
(5) Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika
menetapkan standar perangkat sistem OSS.

Bagian Kedua
Lembaga Online Single Submission

Pasal 93

Sistem OSS dikelola oleh Lembaga OSS.

Pasal 94

(1) Lembaga OSS berdasarkan Peraturan Pemerintah ini,


berwenang untuk:
a. menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem
OSS;
b. menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan
Berusaha melalui sistem OSS;

c. menetapkan . . .
- 51 -

c. menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan


Perizinan Berusaha pada sistem OSS;
d. mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
e. bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
(2) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan berkoordinasi dengan menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/wali kota.
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
difasilitasi oleh menteri koordinator yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perekonomian.

Bagian Ketiga
Pendanaan Sistem Online Single Submission

Pasal 95

(1) Pendanaan pembangunan dan pengembangan sistem


OSS dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
(2) Pendanaan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui
sistem OSS pada kementerian/lembaga dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(3) Pendanaan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui
sistem OSS pada Pemerintah Daerah provinsi dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
provinsi.
(4) Pendanaan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui
sistem OSS pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah kabupaten/kota.

Pasal 96

Pendanaan pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem


OSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 mencakup:
a. penyediaan peralatan untuk pelaksanaan sistem OSS;
b. jaringan sistem OSS; dan
c. sumber daya manusia untuk pelaksanaan sistem OSS.

BAB VI . . .
- 52 -

BAB VI
INSENTIF ATAU DISINSENTIF PELAKSANAAN PERIZINAN BERUSAHA
MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION

Pasal 97

(1) Pemerintah Pusat dapat menetapkan insentif atau


mengenakan disinsentif bagi kementerian/lembaga,
Pemerintah Daerah provinsi, atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota yang melaksanakan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS.
(2) Insentif bagi kementerian/lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tambahan
anggaran dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Insentif bagi pemerintah daerah provinsi atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Dana Insentif
Daerah berdasarkan penilaian atas kinerja pelayanan
pelaksanaan berusaha.
(4) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan kemampuan
keuangan negara.
(5) Disinsentif bagi kementerian/lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengurangan
anggaran dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Disinsentif bagi Pemerintah Daerah provinsi atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penundaan Dana
Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi
hak daerah bersangkutan dan bentuk lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Penundaan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi
Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan
setelah mempertimbangkan besaran penyaluran Dana
Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil, sanksi
pemotongan dan/atau penundaan lainnya, serta
kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.

(8) Ketentuan . . .
- 53 -

(8) Ketentuan pelaksanaan insentif dan disinsentif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan.

BAB VII
PENYELESAIAN PERMASALAHAN DAN HAMBATAN PERIZINAN BERUSAHA
MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION

Pasal 98

(1) Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali


kota wajib menyelesaikan hambatan dan permasalahan
dibidangnya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal peraturan perundang-undangan belum
mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk
penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam
pelaksanaan sistem OSS, menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, dan bupati/wali kota berwenang untuk
menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan
dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai dengan
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.

Pasal 99

(1) Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari


masyarakat kepada menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pelaksana
sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengenai penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan sistem
OSS, penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan
proses administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang administrasi
pemerintahan.

(2) Dalam . . .
- 54 -

(2) Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia meneruskan/menyampaikan laporan
masyarakat tersebut kepada menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota untuk dilakukan
pemeriksaan.
(3) Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota memeriksa laporan dan/atau pengaduan dari
masyarakat, baik yang diterima oleh kementerian,
lembaga, atau Pemerintah Daerah bersangkutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maupun yang
diteruskan oleh Kejaksaan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) Hari terhitung
sejak laporan masyarakat diterima.
(4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditemukan indikasi penyalahgunaan wewenang,
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali
kota meminta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
untuk melakukan pemeriksaan/audit lebih lanjut dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari.
(5) Hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa:
a. kesalahan administrasi yang tidak menimbulkan
kerugian negara;
b. kesalahan administrasi yang menimbulkan kerugian
negara; atau
c. tindak pidana yang bukan bersifat administratif.
(6) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah berupa kesalahan administrasi yang tidak
menimbulkan kerugian negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf a, penyelesaian dilakukan melalui
penyempurnaan administrasi paling lambat 10 (sepuluh)
Hari terhitung sejak hasil pemeriksaan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah disampaikan.

(7) Dalam . . .
- 55 -

(7) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern


Pemerintah berupa kesalahan administrasi yang
menimbulkan kerugian negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf b, penyelesaian dilakukan melalui
penyempurnaan administrasi dan pengembalian kerugian
negara paling lambat 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak
hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
disampaikan.
(8) Penyelesaian hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dan ayat (7) disampaikan oleh menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada
Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 5
(lima) Hari terhitung sejak hasil pemeriksaan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah disampaikan.
(9) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah berupa tindak pidana yang bukan bersifat
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
c, menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/wali kota dalam jangka waktu paling lambat 5
(lima) Hari terhitung sejak hasil pemeriksaan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah disampaikan,
menyampaikan kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
untuk ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
SANKSI

Pasal 100
(1) Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak memberikan
pelayanan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan/atau
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS kepada
Pelaku Usaha yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan
peraturan perundang-undangan terkait dikenai sanksi.

(2) Sanksi . . .
- 56 -

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa


teguran tertulis kepada:
a. gubernur oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri; dan
b. bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
(3) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan sebanyak 2 (dua) kali dengan jangka waktu
masing-masing paling lama 2 (dua) Hari.
(4) Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak
memberikan pelayanan pemenuhan Komitmen Izin Usaha
dan/atau Izin Komersial atau Operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan teguran tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) telah disampaikan 2 (dua) kali
berturut-turut:
a. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri mengambil alih
penyelesaian pemenuhan Komitmen Izin Usaha
dan/atau Izin Komersial atau Operasional yang
menjadi kewenangan gubernur dan
melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil
alih penyelesaian pemenuhan Komitmen Izin Usaha
dan/atau Izin Komersial atau Operasional yang
menjadi kewenangan bupati/wali kota dan
melimpahkannya kepada Lembaga OSS.

Pasal 101

(1) Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/


wali kota mengenakan sanksi kepada pejabat yang tidak
memberikan pelayanan OSS sesuai standar OSS.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang aparatur sipil negara.

BAB IX . . .
- 57 -

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 102

Penggunaan data OSS antarkementerian, lembaga, dan/atau


Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian Perizinan
Berusaha melalui sistem OSS, tidak dikenakan biaya.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 103

Perizinan Berusaha yang telah diajukan oleh Pelaku Usaha


sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belum
diterbitkan Perizinan Berusahanya, diproses melalui sistem
OSS sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 104
Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dan/atau
Izin Komersial atau Operasional sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku dan memerlukan Izin Usaha
dan/atau Izin Komersial atau Operasional yang baru untuk
pengembangan usaha, diatur ketentuan sebagai berikut:

a. pengajuan dan penerbitan Perizinan Berusaha untuk


pengembangan usaha dan/atau kegiatan atau komersial
atau operasional dilakukan melalui sistem OSS dengan
melengkapi data, Komitmen, dan/atau pemenuhan
Komitmen sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini;
b. Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional
yang telah diperoleh dan masih berlaku sesuai bidang
usaha dan/atau kegiatan tetap berlaku dan didaftarkan
ke sistem OSS;
c. Pelaku Usaha diberikan NIB sesuai dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini.

BAB XI . . .
- 58 -

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 105

(1) Dalam hal Lembaga OSS belum dapat melaksanakan


pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem
OSS sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah ini, pelayanan Perizinan Berusaha dan
pengelolaan sistem OSS dimaksud dilaksanakan oleh
kementerian koordinator yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perekonomian.
(2) Pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem
OSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sampai dengan ditetapkannya pengalihan pengelolaan
sistem OSS kepada lembaga pemerintah non
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal
berdasarkan keputusan menteri koordinator yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perekonomian.

Pasal 106

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua


ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pelayanan Perizinan Berusaha dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini atau tidak diatur secara
khusus dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 107

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar . . .
PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2018

TENTANG

PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

I. UMUM

Dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal dan


berusaha, Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh kementerian/lembaga
dan Pemerintah Daerah untuk memulai, melaksanakan, dan
mengembangkan usaha dan/atau kegiatan, perlu ditata kembali agar
menjadi pendukung dan bukan sebaliknya menjadi hambatan
perkembangan usaha dan/atau kegiatan. Penataan kembali dilakukan
pada sistem pelayanan, dan regulasi sesuai dengan tuntutan dunia usaha,
perkembangan teknologi, dan persaingan global.
Penataan kembali sistem pelayanan dilakukan terutama pada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Hal ini mengingat berdasarkan
Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, perusahaan penanaman modal yang akan melakukan
usaha dan/atau kegiatan wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan,
kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Selanjutnya pada ayat (5)
diatur bahwa pelayanan terhadap izin untuk melakukan usaha dan/atau
kegiatan tersebut dilakukan melalui PTSP.
Pelayanan PTSP pada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disempurnakan menjadi lebih efisien, melayani, dan modern. Salah
satunya yang paling signifikan adalah penyediaan sistem Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single
Submission – OSS). Melalui OSS tersebut, Pelaku Usaha melakukan
Pendaftaran dan mengurus penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin
Komersial dan/atau Operasional secara terintegrasi. Melalui OSS itu pula,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menerbitkan Perizinan
Berusaha yang diajukan oleh Pelaku Usaha.

Penataan . . .
-2-

Penataan kembali regulasi penanaman modal dan berusaha perlu


dilakukan dalam rangka memberikan dasar hukum bagi penerbitan
Perizinan Berusaha yang dilakukan secara terintegrasi dan elektronik,
serta penataan kembali perizinan dan/atau persyaratan lainnya bagi
Pelaku Usaha yang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
undangan. Penyempurnaan regulasi ini dilakukan berdasarkan:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang mengatur bahwa Presiden memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
2. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang mengatur bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai Pemerintahan Daerah, yang diatur dengan
undang-undang. Selanjutnya pada ayat (2) diatur bahwa Pemerintahan
Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3. Pasal 18A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang mengatur bahwa hubungan wewenang antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi, kabupaten, dan
kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota yang
pelaksanaannya diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah.
4. Sebagai pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, telah
ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
diatur beberapa prinsip dasar antara lain:
a. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Pasal 1 angka 2);
b. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom
(Pasal 1 angka 3);

c. Urusan . . .
-3-

c. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang


menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan
oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah
untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat (Pasal 1 angka 5);
d. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan kekuasaan pemerintahan tersebut diuraikan
dalam berbagai urusan pemerintahan (Pasal 5);
e. Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan (Pasal 6);
f. Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah dan
Presiden memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
dan daerah (Pasal 7);
g. Dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah, kepala
daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan apabila kepala
daerah tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai sanksi
administratif (Pasal 350).
Penyempurnaan regulasi dituangan dalam bentuk penyusunan
Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik yang mengatur ketentuan mengenai:
1. jenis, pemohon, dan penerbit Perizinan Berusaha;
2. pelaksanaan Perizinan Berusaha;
3. reformasi Perizinan Berusaha sektor;
4. sistem OSS;
5. Lembaga OSS;
6. pendanaan OSS;
7. insentif atau disinsentif pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui OSS;
8. penyelesaian permasalahan dan hambatan Perizinan Berusaha melalui
OSS; dan
9. sanksi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu ditetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2 . . .
-4-

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan lainnya
yang terkait” adalah peraturan perundang-undangan yang
mengatur Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangan menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/wali kota
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Izin pada sektor dengan nomenklatur lain yang ditujukan untuk
memulai kegiatan usaha sampai sebelum pelaksanaan komersial atau
operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen harus
dimaknai dengan nomenklatur Izin Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini.
Izin pada sektor dengan nomenklatur lain yang ditujukan untuk
melakukan kegiatan komersial atau operasional harus dimaknai
dengan nomenklatur Izin Komersial atau Operasional sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini.
Untuk kegiatan tertentu Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini sekaligus menjadi Izin Komersial atau Operasional.
Contoh Izin Usaha Perdagangan yang merupakan Izin Usaha sekaligus
merupakan Izin Komersial atau Operasional untuk kegiatan
perdagangan.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8 . . .
-5-

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Contoh Badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara antara lain:
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Lembaga penyiaran terdiri atas: lembaga penyiaran publik, lembaga
penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga
penyiaran berlangganan.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dokumen lain yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha” adalah sertifikat, rekomendasi, lisensi, hasil
pengujian, dan lainnya yang diperlukan untuk mendapatkan
Perizinan Berusaha.

Ayat (2) . . .
-6-

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “NIK” adalah nomor induk
kependudukan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada
setiap penduduk sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang administrasi kependudukan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “bidang usaha” yaitu bidang usaha
yang diatur dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI).
Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e . . .
-7-

Huruf e
Yang dimaksud dengan ”modal” yaitu aset dalam bentuk uang
atau bentuk lain bukan uang yang dimiliki oleh penanam
modal yang mempunyai nilai ekonomis.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “rencana penggunaan tenaga kerja”
yaitu jumlah, jenis, dan sumber tenaga kerja. Sumber tenaga
kerja termasuk penggunaan tenaga kerja asing dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “nomor kontak” yaitu alamat surat
menyurat, nomor telepon, email, website, dan/atau kotak pos.

Huruf h
Yang dimaksud dengan “fasilitas kepabeanan” yaitu fasilitas
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang
dari dan/atau ke wilayah pabean.
Huruf i
NPWP yang dimasukkan merupakan NPWP yang telah
diadministrasikan pada Direktorat Jenderal Pajak.

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bidang usaha” yaitu bidang usaha
yang diatur dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI).
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jenis penanaman modal” yaitu
penanaman modal dalam negeri atau penanaman modal asing
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f . . .
-8-

Huruf f
Yang dimaksud dengan ”modal” yaitu aset dalam bentuk uang
atau bentuk lain bukan uang yang dimiliki oleh penanam
modal yang mempunyai nilai ekonomis, yang dapat terdiri dari
modal asing dan/atau modal dalam negeri.
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian
atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara
Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia,
badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “rencana penggunaan tenaga kerja”
yaitu jumlah, jenis, dan sumber tenaga kerja. Sumber tenaga
kerja termasuk penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “nomor kontak” yaitu alamat surat
menyurat, nomor telepon, email, website, dan/atau kotak pos.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “fasilitas kepabeanan” yaitu fasilitas
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang
dari dan/atau ke wilayah pabean.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 23 . . .
-9-

Pasal 23
Dalam hal pelaku usaha yang mendaftar belum memiliki NPWP, OSS
yang terintegrasi dengan sistem di Direktorat Jenderal Pajak
memproses pemberian NPWP.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
API terdiri atas angka pengenal importir umum (API-U) dan angka
pengenal importir produsen (API-P).
API-U diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan
pendaftaran di bidang usaha perdagangan dan dipergunakan oleh
Pelaku Usaha untuk melakukan kegiatan impor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
API-P diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan pendaftaran
di bidang usaha selain perdagangan dan dipergunakan oleh Pelaku
Usaha untuk melakukan kegiatan impor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Pelaku Usaha melakukan usaha lebih dari 1 (satu)
bidang usaha dan salah satunya bidang usaha perdagangan maka
Pelaku Usaha diberikan pilihan menentukan jenis API.
Huruf c
Hak akses kepabeanan diberikan kepada Pelaku Usaha yang
melaksanakan kegiatan usaha sebagai pengusaha barang kena
cukai dan/atau menggunakan fasilitas kepabeanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30 . . .
- 10 -

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “prasarana” adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu usaha
dan/atau kegiatan. Contoh: gedung, pabrik, unit pengolahan
limbah dan lahan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “menguasai” termasuk sewa, pinjam
meminjam, atau bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan ekonomi khusus” adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
Yang dimaksud dengan “kawasan industri” adalah kawasan
tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh perusahaan kawasan industri.
Yang dimaksud dengan “kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas” adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan
bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas
barang mewah, dan cukai.

Dalam . . .
- 11 -

Dalam rangka penerbitan Izin Lokasi di kawasan perdagangan


bebas dan pelabuhan bebas, Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menyusun zonasi
wilayah untuk usaha dan/atau kegiatan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “proyek strategis nasional“ adalah
proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis
untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan daerah.
Daftar proyek strategis nasional ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37 . . .
- 12 -

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Yang dimaksud dengan “Komitmen” antara lain berupa pemenuhan
standar obat dan makanan yang dibuktikan dengan pemeriksaan
terhadap sarana produksi dalam rangka pemenuhan “Good
Manufacturing Practice (GMP)” oleh lembaga yang berwenang.
Yang dimaksud dengan “standar, sertifikat, dan/atau lisensi” antara
lain berupa sertifikat kelayakan pengolahan (SKP), sertifikat produksi
alat kesehatan dan sertifikat hygiene dan sanitasi, dan/atau lisensi
personel bandar udara.
Yang dimaksud dengan “pendaftaran barang/jasa” antara lain berupa
izin edar obat, izin edar alat kesehatan, pendaftaran barang kesehatan,
keselamatan, dan keamanan lingkungan (K3L).

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47 . . .
- 13 -

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62 . . .
- 14 -

Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Yang dimaksud dengan “bahan berbahaya dan beracun” yaitu zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4) . . .
- 15 -

Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Pertimbangan teknis sektor diperlukan untuk fungsi bangunan
gedung tertentu antara lain seperti bangunan gedung rumah sakit.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Cukup jelas.

Pasal 77
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Fasilitasi pembayaran biaya melalui sistem OSS tergantung
kesiapan sistem dan mekanisme penerimaan negara bukan pajak,
bea masuk dan/atau bea keluar, cukai, dan/atau pajak daerah
atau retribusi daerah.
Pelaksanaan pembayaran biaya untuk daerah dapat bekerjasama
dengan pihak perbankan.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79 . . .
- 16 -

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengawasan oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah meliputi pengecekan:
a. kesesuaian usaha dan/atau kegiatan;
b. keabsahan dokumen; dan/atau
c. kesesuaian standar, sertifikat, lisensi dan/atau pendaftaran.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 82
Cukup jelas.

Pasal 83
Cukup jelas.

Pasal 84
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Reformasi jenis perizinan yang menyangkut penghapusan atau
penggabungan dilakukan terhadap perizinan yang tidak
diperintahkan oleh Undang-Undang atau perizinan tersebut dinilai
sudah tidak diperlukan atau tidak efektif apabila dilakukan.

Perizinan . . .
- 17 -

Perizinan Berusaha yang berdasarkan Peraturan Pemerintah ini


dilakukan penghapusan, penggabungan, atau perubahan
nomenklatur Perizinan Berusaha namun sebelumnya telah
ditetapkan sebagai penerimaan negara bukan pajak, pajak daerah
atau retribusi daerah, Pelaku Usaha tetap melakukan pembayaran
atas penerimaan negara bukan pajak, pajak daerah, atau retribusi
daerah berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 85
Perizinan Berusaha pada sektor keuangan berupa Perizinan Berusaha
untuk perbankan dan non perbankan dilakukan di luar OSS oleh
Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selain itu, Perizinan Berusaha pada sektor pertambangan, minyak dan
gas bumi dilakukan di luar OSS oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan,
minyak, dan gas bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Cukup jelas.

Pasal 88
Cukup jelas.

Pasal 89
Cukup jelas.

Pasal 90
Cukup jelas.

Pasal 91
Cukup jelas.

Pasal 92 . . .
- 18 -

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Cukup jelas.

Pasal 94
Cukup jelas.

Pasal 95
Cukup jelas.

Pasal 96
Cukup jelas

Pasal 97
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan” dapat berupa:
a. peningkatan tunjangan kinerja;
b. peningkatan kapasitas SDM; dan/atau
c. peningkatan sarana dan prasarana yang terkait dengan
peningkatan pelayanan Perizinan Berusaha.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan” dapat berupa:
a. pengurangan anggaran;
b. pengurangan atau penundaan tunjangan kinerja; dan/atau
c. penajaman/refocusing anggaran.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7) . . .
- 19 -

Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas.

Pasal 100
Cukup jelas.

Pasal 101
Cukup jelas.

Pasal 102
Cukup jelas.

Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Cukup jelas.

Pasal 105
Cukup jelas.

Pasal 106
Cukup jelas.

Pasal 107
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6215


LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2018
TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA
ELEKTRONIK

A. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Ketenagalistrikan
1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Izin Usaha Penyediaan Tenaga Izin Usaha
(IUPTL) Listrik (IUPTL)

2. Izin Operasi Izin Operasi Izin Usaha

3. Penetapan Wilayah Usaha Penetapan Wilayah Usaha Izin Usaha

4. Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Izin Usaha
Negara Negara

5. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Izin Usaha
Listrik Listrik

6. Izin . . .
-2-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
6. Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Izin Pemanfaatan Jaringan Tenaga Izin Usaha
Listrik Untuk Kepentingan Listrik Untuk Kepentingan
Telekomunikasi, Multimedia, dan Telekomunikasi, Multimedia, dan
Informatika Informatika
7. Sertifikat Laik Operasi (SLO) Sertifikat Laik Operasi (SLO) Izin Komersial
atau Operasional
8. Sertifikat Badan Usaha (SBU) Sertifikat Badan Usaha (SBU) Izin Komersial
atau Operasional
9. Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik Sertifikat Kompetensi Tenaga Teknik Izin Komersial
Ketenagalistrikan (SKTTK) Ketenagalistrikan (SKTTK) atau Operasional

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

B. PERIZINAN . . .
-3-

B. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERTANIAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. a. Izin Usaha Budidaya Tanaman Izin Usaha Perkebunan Izin Usaha Digabung
Perkebunan (IUP-B)
b. Izin Usaha Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan (IUP-P)
c. Izin Usaha Perkebunan yang
terintegrasi antara budidaya
dengan industri pengolahan hasil
perkebunan (IUP)
d. Izin Usaha Produksi Perbenihan
Tanaman
2. a. Izin Usaha Obat Hewan (sebagai Izin Usaha Obat Hewan Izin Usaha Digabung
importir, eksportir, dan produsen)

b. Sertifikat Cara Pembuatan Obat


Yang Baik

3. a. Izin . . .
-4-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
3. a. Izin Usaha Proses Produksi Izin Usaha Tanaman Pangan Izin Usaha Digabung
Tanaman Pangan
b. Izin Usaha Penanganan Pasca
Panen Tanaman Pangan
c. Izin Usaha Keterpaduan antara
Proses Produksi Tanaman Pangan
dan Penanganan Pasca Panen
d. Izin Usaha Perbenihan Tanaman
4. a. Izin Usaha Budidaya Hortikultura Izin Usaha Hortikultura Izin Usaha Digabung
b. Izin Usaha Perbenihan
Hortikultura
5. Izin Usaha Peternakan Izin Usaha Peternakan Izin Usaha

6. a. Pendaftaran Usaha Budidaya Pendaftaran Usaha Perkebunan Izin Usaha Digabung


Tanaman Perkebunan (untuk skala kecil)
b. Pendaftaran Usaha Industri
Pengolahan Hasil Perkebunan

7. a. Pendaftaran . . .
-5-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
7. a. Pendaftaran Usaha Proses Pendaftaran Usaha Tanaman Izin Usaha Digabung
Produksi Tanaman Pangan Pangan (untuk skala kecil)
b. Pendaftaran Usaha Penanganan
Pasca Panen Tanaman Pangan
c. Pendaftaran Usaha Keterpaduan
antara Proses Produksi Tanaman
Pangan dan Penanganan Pasca
Panen
8. Pendaftaran Usaha Budidaya Pendaftaran Usaha Budidaya Izin Usaha (untuk skala kecil)
Hortikultura Hortikultura
9. Pendaftaran Usaha Peternakan Pendaftaran Usaha Peternakan Izin Usaha (untuk skala kecil)

10. a. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial Digabung
Benih Tanaman Pangan Benih Tanaman atau Operasional
b. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Benih Tanaman Hortikultura
c. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Benih Tanaman Perkebunan

d. Izin . . .
-6-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
d. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Benih/Bibit Hijauan Pakan Ternak
11. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial
Benih/Bibit Ternak Benih/Bibit Ternak atau Operasional
12. a. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial Digabung
Sumber Daya Genetik Tanaman Sumber Daya Genetik atau Operasional
untuk Penelitian
b. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Sumber Daya Genetik Ternak
13. Izin Pemasukan Agen Hayati Izin Pemasukan Agen Hayati Izin Komersial
atau Operasional
14. a. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial Digabung
Bahan Pakan Asal Hewan Bahan Pakan Asal Hewan dan atau Operasional
b. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Tumbuhan
Bahan Pakan Asal Tumbuhan
15. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial
Obat Hewan Obat Hewan atau Operasional
16. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial
Hewan Peliharaan Hewan Peliharaan atau Operasional

17. Pendaftaran . . .
-7-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
17. Pendaftaran Pangan Segar Asal Pendaftaran Pangan Segar Asal Izin Komersial
Tumbuhan Tumbuhan atau Operasional
18. a. Pendaftaran Alat Mesin Pertanian Pendaftaran Alat Mesin Pertanian Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Sertifikasi Alat Mesin Pertanian
19. Pendaftaran Pakan Ternak Pendaftaran Pakan Ternak Izin Komersial
atau Operasional
20. Pendaftaran/Registrasi Obat Hewan Pendaftaran/Registrasi Obat Hewan Izin Komersial
atau Operasional
21. a. Pendaftaran Varietas Hortikultura Pendaftaran/Pelepasan Varietas Izin Komersial Digabung
Tanaman atau Operasional
b. Pelepasan Varietas Tanaman
Pangan, Perkebunan, dan Hijauan
Pakan Ternak
22. a. Perlindungan Varietas Tanaman Perlindungan/Pendaftaran Varietas Izin Komersial Digabung
(PVT) Tanaman atau Operasional
b. Pendaftaran Varietas Tanaman
(Lokal dan Hasil Pemuliaan)
23. a. Izin Percobaan Pendaftaran Pestisida Izin Komersial

b. Izin . . .
-8-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Izin Tetap atau Operasional
24. a. Pendaftaran Pupuk An Organik Pendaftaran Pupuk Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Pendaftaran Pupuk Organik,
Pupuk Hayati, dan Pembenah
Tanah
25. Penetapan Instalasi Karantina Penetapan Instalasi Karantina Izin Komersial
Tumbuhan dan Hewan Tumbuhan dan Hewan atau Operasional
26. Rekomendasi Ekspor/Impor Beras Rekomendasi Ekspor/Impor Beras Izin Komersial
Tertentu Tertentu atau Operasional
27. Rekomendasi Impor Produk Rekomendasi Impor Produk Izin Komersial
Hortikultura Hortikultura atau Operasional
28. Rekomendasi Teknis Impor Produk Rekomendasi Teknis Impor Produk Izin Komersial
Tembakau Tembakau atau Operasional

29. a. Pemasukan . . .
-9-

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
29. a. Pemasukan Karkas, Daging, Rekomendasi Pemasukan dan Izin Komersial Digabung
Jeroan dan/atau olahannya Pengeluaran Produk Hewan atau Operasional
b. Pemasukan dan Pengeluaran
Produk Pangan Asal Hewan

c. Pemasukan dan Pengeluaran


Produk Hewan Non Pangan
d. Pemasukan Makanan Hewan
Kesayangan (Pet Food)

30. a. Pemasukan Ternak Ruminansia Rekomendasi Pemasukan dan Izin Komersial Digabung
Besar (Termasuk untuk Pemasukan Pengeluaran Ternak Ruminansia atau Operasional
Sapi Indukan dan Sapi Bakalan) dan Babi
b. Pengeluaran Ruminansia Kecil dan
Babi

31. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus


Penanaman Modal Izin Usaha Proses
Produksi Tanaman Pangan

32. Rekmendasi . . .
- 10 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
32. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Penanganan Pasca Panen Tanaman
Pangan

33. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus


Penanaman Modal Izin Usaha
Keterpaduan antara Proses Produksi
Tanaman Pangan dan Penanganan
Pasca Panen
34. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Perbenihan Tanaman
35. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Budidaya Hortikultura
36. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Perbenihan Hortikultura

37. Rekomendasi . . .
- 11 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
37. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Budidaya Tanaman Perkebunan
(IUP-B)
38. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha Industri
Pengolahan Hasil Perkebunan (IUP-P)
39. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Perkebunan yang terintegrasi antara
budidaya dengan industri pengolahan
hasil perkebunan (IUP)
40. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Produksi Perbenihan Tanaman
Perkebunan
41. Rekomendasi Teknis Dalam Rangka - - Dihapus
Penanaman Modal Izin Usaha
Peternakan

Keterangan . . .
- 12 -

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

C. Perizinan . . .
- 13 -

C. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Pemanfaatan Hutan
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Izin Usaha
Silvo Pastura Pada Hutan Produksi Silvo Pastura Pada Hutan Produksi
dan Hutan Lindung (IUPK dan Hutan Lindung (IUPK
Silvopastura) Silvopastura)
2. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Izin Usaha
Silvo Fishery Pada Hutan Produksi Silvo Fishery Pada Hutan Produksi
dan Hutan Lindung (IUPK Silvo dan Hutan Lindung (IUPK Silvo
Fishery) Fishery)

3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) Hutan Kayu Pada Hutan Alam
Pada Hutan Produksi (IUPHHK-HA) Pada Hutan Produksi

4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Kayu Hutan Tanaman
Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) pada Industri Pada Hutan Tanaman
Hutan Produksi (IUPHHK-HTI) pada Hutan Produksi

5. Izin . . .
- 14 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
5. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu Restorasi Ekosistem Pada Hutan Hutan Kayu Restorasi Ekosistem
Alam (IUPHHK-RE) pada Hutan Pada Hutan Alam (IUPHHK-RE)
Produksi pada Hutan Produksi
6. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Bukan Kayu (IUPHHBK) pada Hutan Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada
Produksi Hutan Produksi
7. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu Izin Usaha
pada Hutan Produksi pada Hutan Produksi
8. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Izin Pemungutan Hasil Hutan Izin Usaha
Kayu pada Hutan Produksi dan Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi
Lindung dan Hutan Lindung
9. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu pada Hutan Tanaman Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
Rehabilitasi (IUPHHK HTHR) pada Hasil Rehabilitasi (IUPHHK HTHR)
Hutan Produksi pada Hutan Produksi
10. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Izin Usaha Pemanfaatan Izin Usaha
dan/atau Penyimpanan Karbon pada Penyerapan dan/atau Penyimpanan
Hutan Produksi dan Hutan Lindung Karbon pada Hutan Produksi dan
Hutan Lindung

11. Izin . . .
- 15 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
11. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Izin Usaha
Lingkungan pada Hutan Produksi dan Lingkungan pada Hutan Produksi
Hutan Lindung dan Hutan Lindung
Bidang Penggunaan Kawasan Hutan Pada Hutan Produksi, Hutan Lindung, Pelepasan Kawasan Hutan dan Tukar Menukar Kawasan
Hutan
12. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Izin Usaha
13. Pelepasan Kawasan Hutan Pelepasan Kawasan Hutan Izin Usaha
14. Izin Tukar Menukar Kawasan Hutan Izin Tukar Menukar Kawasan Hutan Izin Usaha
Bidang Industri Kehutanan
15. Izin Usaha Industri Primer Hasil Izin Usaha Industri Primer Hasil Izin Usaha Digabung
Hutan Kayu kapasitas produksi sama Hutan Kayu (IUIPHHK)
dengan atau di atas 6.000 m3/tahun
16. Izin Usaha Industri Primer Hasil
Hutan Kayu kapasitas produksi di
bawah 6.000 m3/tahun
17. Izin Usaha Industri Primer Hasil Izin Usaha Industri Primer Hasil Izin Usaha
Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK) Hutan Bukan Kayu (IUIPHHBK)

Bidang . . .
- 16 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Perbenihan
18. Izin Pengadaan dan Peredaran Telur Izin Pengadaan dan Peredaran Telur Izin Usaha
Ulat Sutera Ulat Sutera
19. Penetapan Pengada dan Pengedar Penetapan Pengada dan Pengedar Izin Usaha
Benih dan/atau Bibit Terdaftar Benih dan/atau Bibit Terdaftar
20. Sertifikasi Sumber Benih Sertifikasi Sumber Benih Izin Komersial
atau Operasional
21. Sertifikasi Mutu Bibit dan Sertifikasi Sertifikasi Mutu Bibit dan Izin Komersial
Mutu Benih Sertifikasi Mutu Benih atau Operasional
22. Izin Pemasukan Benih dari Luar Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial
Negeri Benih Luar Negeri atau Operasional
23. Izin Pengeluaran Benih Tanaman Izin Pengeluaran Benih Tanaman Izin Komersial
Hutan ke Luar Negeri Hutan ke Luar Negeri atau Operasional
Bidang Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Tumbuhan/Satwa Liar
24. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Izin Usaha Penyediaan Sarana Izin Usaha
Alam (IUPSWA) Wisata Alam (IUPSWA)
25. Izin Lembaga Konservasi Izin Lembaga Konservasi Izin Usaha

26. Izin . . .
- 17 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
26. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Izin Usaha
Lingkungan Panas Bumi (IUPJLPB) Lingkungan Panas Bumi (IUPJLPB)
27. Izin Usaha Pemanfaatan Air untuk Izin Usaha Pemanfaatan Air untuk Izin Usaha
Skala Menengah dan Skala Besar di Skala Menengah dan Skala Besar di
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Taman
Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Nasional, Taman Wisata Alam dan
Raya Taman Hutan Raya
28. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha
untuk Skala Menengah dan Skala untuk Skala Menengah dan Skala
Besar di Suaka Margasatwa, Taman Besar di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Wisata Alam dan Nasional, Taman Wisata Alam dan
Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya
Bidang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
29. Izin Pengusahaan Taman Buru Izin Pengusahaan Taman Buru Izin Usaha
30. Izin Pemanfaatan Komersial untuk Izin Pemanfaatan Komersial untuk Izin Usaha
Budidaya Tanaman Obat Budidaya Tanaman Obat
31. Izin Penangkaran Tumbuhan dan Izin Penangkaran Tumbuhan dan Izin Usaha
Satwa Liar Satwa Liar

32. Izin . . .
- 18 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
32. Izin Peminjaman Jenis Satwa Liar Izin Peminjaman Jenis Satwa Liar Izin Komersial
Dilindungi Ke Luar Negeri Untuk Dilindungi Ke Luar Negeri Untuk atau Operasional
Kepentingan Pengembangbiakan Kepentingan Pengembangbiakan
(Breeding Loan) (Breeding Loan)
33. Izin Akses Sumber Daya Genetik Izin Akses Sumber Daya Genetik Izin Komersial Untuk pemohon dalam
(SDG) dan/atau Pengetahuan (SDG) dan/atau Pengetahuan atau Operasional negeri maupun asing
Tradisional – Sumber Daya Genetik Tradisional – Sumber Daya Genetik kegiatan komersial harus
Spesies Liar untuk kegiatan Spesies Liar untuk kegiatan dilengkapi dengan
Komersial Komersial Persetujuan Atas Dasar
Informasi Awal (Prior
Informed Consent) dan
Kesepakatan Bersama
(Mutual Agreed Terms)
34. Izin Pertukaran Jenis Tumbuhan atau Izin Pertukaran Jenis Tumbuhan Izin Komersial
Satwa Liar Dilindungi dengan atau Satwa Liar Dilindungi dengan atau Operasional
Lembaga Konservasi di Luar Negeri Lembaga Konservasi di Luar Negeri
35. Izin Perolehan Spesimen Tumbuhan Izin Perolehan Spesimen Tumbuhan Izin Komersial
dan Satwa Liar untuk Lembaga dan Satwa Liar untuk Lembaga atau Operasional
Konservasi Konservasi

36. Izin . . .
- 19 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
36. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Izin Komersial
Liar Dalam Negeri Liar Dalam Negeri atau Operasional
37. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Izin Komersial
Liar Luar Negeri Liar Luar Negeri atau Operasional
38. Izin Peragaan Tumbuhan dan Satwa Izin Peragaan Tumbuhan dan Satwa Izin Komersial
Liar Dilindungi Liar Dilindungi atau Operasional
39. Izin perolehan induk penangkaran Izin perolehan induk penangkaran Izin Komersial
Tumbuhan dan Satwa Liar Tumbuhan dan Satwa Liar atau Operasional
Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
40. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Izin Usaha Penyediaan Sarana Izin Usaha
Alam (IUPSWA) Wisata Alam (IUPSWA)
41. Izin Usaha Penyedia Jasa Wisata Alam Izin Usaha Penyedia Jasa Wisata Izin Usaha
(IUPJWA) Alam (IUPJWA)
42. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Izin Usaha
Panas Bumi (IPJLPB) Tahap Ekploitasi Panas Bumi (IPJLPB) Tahap
dan Pemanfaatan Ekploitasi dan Pemanfaatan
43. Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Izin Usaha
Skala Menengah dan Besar Skala Menengah dan Besar

44. Izin . . .
- 20 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
44. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha
(IUPEA) skala menengah dan besar (IUPEA) skala menengah dan besar
45. Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Izin Usaha
Skala Mikro dan Kecil Skala Mikro dan Kecil
46. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air Izin Usaha
(IUPEA) skala mikro dan kecil (IUPEA) skala mikro dan kecil
47. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Izin Komersial
Panas Bumi (IPJLPB) Tahap Panas Bumi (IPJLPB) Tahap atau Operasional
Eksplorasi Eksplorasi
Bidang Lingkungan Hidup
48. Izin Lingkungan Izin Lingkungan Izin Usaha
49. Surat Pernyataan Kesanggupan Surat Pernyataan kesanggupan Izin Usaha
Pengelolaan dan Pemantauan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL) Lingkungan hidup (SPPL)

Izin . . .
- 21 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Usaha Jasa
50. a. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Izin Pengelolaan Limbah Bahan Izin Usaha Digabung
Kegiatan Pengumpulan Limbah B3 Berbahaya dan Beracun (Limbah
B3) untuk Usaha Jasa
b. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pemanfaatan Limbah B3
c. Izin Pengelolaan B3 untuk
Kegiatan Pengolahan Limbah B3
d. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Penimbunan Limbah B3

Izin . . .
- 22 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Penghasil
51. a. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Izin Operasional Pengelolaan Izin Komersial Digabung
Kegiatan Penyimpanan Limbah B3 Limbah Bahan Berbahaya dan atau Operasional
Beracun (Limbah B3) untuk
b. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Penghasil
Kegiatan Pemanfaatan Limbah B3
c. Izin Pengelolaan B3 untuk
Kegiatan Pengolahan Limbah B3
d. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Penimbunan Limbah B3
e. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Dumping Limbah B3
52. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Rekomendasi Pengelolaan Limbah Izin Komersial Diubah
pengangkutan Limbah B3 B3 untuk pengangkutan limbah B3 atau Operasional
53. Persetujuan pelaksanaan Uji Coba Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Izin Komersial
Pemanfaatan Limbah B3 Pemanfaatan Limbah B3 atau Operasional
54. Persetujuan pelaksanaan Uji Coba Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Izin Komersial
Pengolahan Limbah B3 Pengolahan Limbah B3 atau Operasional

55. Rekomendasi . . .
- 23 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
55. Rekomendasi Impor Limbah Non B3 Rekomendasi Impor Limbah Non B3 Izin Komersial
atau Operasional
Izin Pembuangan Air Limbah
56. a. Izin Pembuangan Air Limbah ke Izin Pembuangan Air Limbah Izin Komersial Digabung
Air Permukaan atau Operasional
b. Izin Pembuangan Air Limbah ke
Laut
c. Izin Pembuangan Air Limbah
secara Injeksi
d. Izin Pembuangan Air Limbah
secara Aplikasi Tanah
57. Izin Emisi Izin Emisi Izin Komersial
atau Operasional

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

D. PERIZINAN . . .
- 24 -

D. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. a. Izin Usaha Jasa Konstruksi Izin Usaha Jasa Konstruksi Izin Usaha
Konsultan
b. Izin Usaha Jasa Konstruksi
Kontraktor
1) Tanda Daftar Usaha
Perorangan
2) Izin Usaha Jasa Konstruksi
(nasional)
3) Izin Usaha Jasa Konstruksi
Asing
a) Kantor Perwakilan;
b) PMA.
2. Izin Mendirikan Bangunan Izin Mendirikan Bangunan Izin Usaha

3. Surat Izin Pengambilan Air Tanah Surat Izin Pengambilan Air Tanah Izin Usaha a. Proses dilakukan
terintegrasi dengan
proses AMDAL

b. Prasyarat . . .
- 25 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Prasyarat Izin Lingkungan
4. Surat Izin Peil Banjir Surat Izin Peil Banjir Izin Usaha a. Proses dilakukan
terintegrasi dengan
proses AMDAL
b. Prasyarat Izin Lingkungan
5. Izin Rencana Fungsi dan Pemanfaatan Izin Rencana Fungsi dan Izin Komersial
Rusun Pemanfaatan Rusun atau Operasional
6. Izin Pengubahan Rencana Fungsi dan Izin Pengubahan Rencana Fungsi Izin Komersial
Pemanfaatan Rusun dan Pemanfaatan Rusun atau Operasional
7. Sertifikat Laik Fungsi/Izin Layak Huni Sertifikat Laik Fungsi Izin Komersial
atau Operasional
8. Pengesahan Pertelaan Pengesahan Pertelaan Izin Komersial
atau Operasional
9. Sertifikat HMRS a/n Developer Sertifikat HMRS a/n Developer Izin Komersial
atau Operasional
10. Sertifikat Hak Milik Satuan Rumah Sertifikat Hak Milik Satuan Rumah Izin Komersial
Susun (HMSRS) a/n pembeli Susun (HMSRS) a/n pembeli atau Operasional

Keterangan . . .
- 26 -

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

E. PERIZINAN . . .
- 27 -

E. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. a. Surat Izin Usaha Perikanan Bidang Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) Izin Usaha Digabung
Penangkapan
b. Surat Izin Usaha Perikanan Bidang
Pembudidayaan
c. Surat Izin Usaha Perikanan Bidang
Pengangkutan
d. Surat Izin Usaha Perikanan Bidang
Pengolahan
e. Surat Izin Usaha Perikanan Bidang
Pemasaran
Bidang Perikanan Tangkap
2. Bukti Pencatatan Kapal Perikanan Tanda Daftar Kapal Perikanan Izin Usaha Hanya untuk nelayan kecil
untuk nelayan kecil yang melakukan
penangkapan ikan dengan
menggunakan kapal ukuran
paling besar 10 GT

3. a. Surat . . .
- 28 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
3. a. Surat Izin Penangkapan Ikan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) Izin Komersial Digabung
untuk Kapal Penangkapan Ikan atau Operasional
b. Surat Izin Penangkapan Ikan
untuk Kapal Latih
c. Surat Izin Penangkapan Ikan
untuk Kapal Penelitian/Eksplorasi
Perikanan

4. a. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Izin Komersial Digabung
Angkut Hasil Tangkapan Ikan (SIKPI) atau Operasional
b. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan
Hasil Budidaya Ikan
5. Persetujuan Pengadaan Kapal Persetujuan Pengadaan Kapal Izin Komersial Proses persetujuannya
atau Operasional digabung dengan SIUP
Bidang Perikanan Budidaya
6. Surat Izin Pemuliaan Surat Izin Pemuliaan Izin Komersial
atau Operasional

7. Surat . . .
- 29 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
7. Surat Izin Pelepasan Surat Izin Pelepasan Izin Komersial
atau Operasional
8. Tanda Pencatatan Usaha Tanda Daftar bagi Pembudidaya Izin Usaha Hanya untuk pembudidaya
Pembudidayaan Ikan (TPUPI) Ikan Kecil ikan kecil dengan ukuran
luas lahan tertentu dan
teknologi sederhana.
1. Air tawar Pembenihan
maksimal 0,75 Ha;
Pembesaran maksimal 2
Ha
2. Air payau Pembenihan
maksimal 0,5 Ha
Pembesaran masksimal
5 Ha
3. Air Laut Pembenihan
maksimal 0,5 Ha;
Pembesaran maksimal 2
Ha.
Bidang Perikanan Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
9. Tanda daftar usaha pengolahan hasil Tanda daftar usaha pengolahan Izin Usaha Hanya untuk usaha skala
perikanan hasil perikanan mikro dan kecil

10. Tanda . . .
- 30 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
10. Tanda daftar usaha pergaraman bagi Tanda daftar usaha pergaraman Izin Usaha Hanya berlaku untuk
petambak garam kecil bagi petambak garam kecil petambak garam kecil
dengan luas lahan paling
luas 5 ha dan perebus garam
Bidang Pengelolaan Ruang Laut
11. a. Izin Pengelolaan WP-3-K Izin Pengelolaan Perairan di WP-3-K Izin Usaha Digabung
b. Surat Izin Pengusahaan Pariwisata
Alam Perairan di Kawasan
Konservasi Perairan Nasional
(SIPPAP)
c. Izin pengangkatan BMKT
d. Izin wisata bahari
e. Izin produksi garam
f. Izin biofarmakologi
g. Izin bioteknologi
h. Izin pemanfaatan air laut selain
energi

12. Izin . . .
- 31 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
12. Izin Pelaksanaan Reklamasi Izin Pelaksanaan Reklamasi Izin Usaha
13. Izin Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Izin Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Izin Usaha
dan Perairan di Sekitarnya Dalam dan Perairan di Sekitarnya Dalam
Rangka Penanaman Modal Asing Rangka Penanaman Modal Asing
14. Izin Pengambilan Jenis Ikan yang Surat Izin Pemanfaatan Jenis Ikan Izin Usaha Digabung
dilindungi (SIPJI) yang dilindungi
Izin Pemanfaatan Jenis Ikan
a. Izin pemanfaatan jenis ikan untuk
Kegiatan Penelitian dan
Pengembangan
b. Izin Pemanfaatan jenis ikan untuk
(SIPJI) kegiatan
Pengembangbiakan
c. Izin Pemanfaatan jenis ikan (SIPJI)
untuk kegiatan Perdagangan
d. Izin Pemanfaatan jenis ikan (SIPJI)
untuk kegiatan Aquaria
e. Izin Pemanfaatan jenis ikan (SIPJI)
untuk kegiatan Pertukaran

f. Izin . . .
- 32 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
f. Izin Pemanfaatan jenis ikan (SIPJI)
untuk kegiatan Pemeliharaan
untuk Kesenangan
Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan
Bidang Perikanan Tangkap
15. Sertifikat Hasil Perikanan Tangkap Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Izin Komersial
atau Operasional
16. Rekomendasi Cek Fisik Kapal Cek Fisik Kapal Izin Komersial
atau Operasional
17. Buku Kapal Perikanan Buku Kapal Perikanan Izin Komersial
atau Operasional
18. a. Sertifikat Cara Penanganan Ikan Sertifikat Cara Penanganan Ikan Izin Komersial Digabung
yang Baik yang Baik atau Operasional
b. Sertifikat Kelayakan Penanganan
dan Penyimpanan Ikan di Kapal
Penangkap Ikan dan/atau Kapal
Pengangkut Ikan

c. Sertifikat . . .
- 33 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Sertifikat Keterampilan
Penanganan Ikan
d. Sertifikat Ahli Alat Penangkapan
Ikan
Bidang Perikanan Budidaya
19. Rekomendasi Pengeluaran Ikan Hidup Rekomendasi Pengeluaran Ikan Izin Komersial
Hidup atau Operasional
20. Sertifikat Cara Pembesaran Ikan Yang Sertifikat Cara Pembesaran Ikan Izin Komersial
Baik Yang Baik atau Operasional
21. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Ikan Sertifikat Cara Pembuatan Obat Izin Komersial
yang Baik Ikan yang Baik atau Operasional
22. Sertifikat Cara Pembuatan Pakan Ikan Sertifikat Cara Pembuatan Pakan Izin Komersial
yang Baik Ikan yang Baik atau Operasional
23. Sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Sertifikat Cara Pembenihan Ikan Izin Komersial
Baik yang Baik atau Operasional
24. Sertifikat Pendaftaran Pakan Ikan Sertifikat Pendaftaran Pakan Ikan Izin Komersial
atau Operasional

25. Sertifikat . . .
- 34 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
25. Sertifikat Pendaftaran Obat Ikan Sertifikat Pendaftaran Obat Ikan Izin Komersial
atau Operasional
26. Surat Keterangan Pemasukan/ Surat Keterangan Pemasukan/ Izin Komersial
Pengeluaran Bahan Baku Obat Ikan, Pengeluaran Bahan Baku Obat atau Operasional
Obat Ikan, dan/atau Sampel Obat Ikan, Obat Ikan, dan/atau Sampel
Ikan Obat Ikan
27. Surat Keterangan Teknis Impor Pakan Surat Keterangan Teknis Impor Izin Komersial
dan Bahan Baku Pakan Ikan Pakan dan Bahan Baku Pakan Ikan atau Operasional
28. Sertifikat Cara Distribusi Obat Ikan Sertifikat Cara Distribusi Obat Ikan Izin Komersial
Yang Baik Yang Baik atau Operasional
29. Rekomendasi Pemasukan Calon Rekomendasi Pemasukan Calon Izin Komersial
Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau atau Operasional
ikan untuk kepentingan pameran, ikan untuk kepentingan pameran,
eksebisi atau kegiatan sejenis eksebisi atau kegiatan sejenis
Bidang Perikanan Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
30. Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) Sertifikat Kelayakan Pengolahan Izin Komersial
(SKP) atau Operasional
31. Sertifikat Penerapan Program Sertifikat Penerapan Program Izin Komersial
Manajemen Mutu Terpadu/HACCP Manajemen Mutu Terpadu /HACCP atau Operasional

32. Sertifikat . . .
- 35 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
32. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Sertifikat Produk Penggunaan Izin Komersial
Standar Nasional Indonesia Hasil Tanda Standar Nasional Indonesia atau Operasional
Perikanan (SPPT-SNI) Hasil Perikanan (SPPT-SNI) untuk
SNI wajib
33. Sertifikat Kesesuaian Sertifikat Kesesuaian SPPT SNI Izin Komersial
untuk SNI Sukarela atau Operasional
34. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan Sertifikat Instalasi Karantina Ikan Izin Komersial
atau Operasional
35. Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang Sertifikat Cara Penanganan Ikan Izin Komersial
Baik di Supplier yang Baik di Supplier atau Operasional
36. Rekomendasi Pemasukan Hasil Rekomendasi Pemasukan Hasil Izin Komersial
Perikanan Perikanan untuk hotel, restoran, atau Operasional
katering, pasar modern, umpan,
dan pemindangan
37. Sertifikat Kesehatan (Health Certificate Sertifikat Kesehatan (Health Izin Komersial
for Fish and Fish Products) Certificate for Fish and Fish atau Operasional
Products)
38. Sertifikat Pelepasan Sertifikat Pelepasan Izin Komersial
atau Operasional

39. Surat . . .
- 36 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
39. Surat Persetujuan Pengeluaran Media Surat Persetujuan Pengeluaran Izin Komersial
dari Tempat Pemasukan Media dari Tempat Pemasukan atau Operasional
40. Rekomendasi Impor komoditas Rekomendasi Impor komoditas Izin Komersial
pergaraman pergaraman untuk konsumsi atau Operasional
Bidang Pengelolaan Ruang Laut
41. a. Surat Angkut Jenis Ikan Dalam Surat Angkut Jenis Ikan yang Izin Komersial Digabung
Negeri (SAJI-DN)) Dilindungi/ Appendiks CITES atau Operasional
b. Surat Angkut Jenis Ikan Luar
Negeri (SAJI-LN) Ekspor
c. Surat Angkut Jenis Ikan Luar
Negeri (SAJI-LN) Impor
d. Surat Angkut Jenis Ikan Luar
Negeri (SAJI-LN) Re-Ekspor

e. Surat Angkut Jenis Ikan Luar


Negeri (SAJI-LN) Ekspor Jenis Ikan
Dilindungi (Non-Appendiks CITES)

42. Rekomendasi . . .
- 37 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
42. Rekomendasi Pemanfaatan Ikan Hiu Rekomendasi Pemanfaatan Jenis Izin Komersial
dan Pari yang tidak dilindungi, tidak Ikan Hiu dan Pari yang tidak atau Operasional
dilarang keluar wilayah NKRI, dan dilindungi, tidak dilarang keluar
tidak masuk dalam daftar Apendiks wilayah NKRI, dan tidak masuk
CITES dalam daftar Apendiks CITES
43. Rekomendasi Izin Lokasi Pulau-Pulau Rekomendasi Izin Lokasi Pulau- Izin Komersial
Kecil Pulau Kecil dengan luas dibawah atau Operasional
100 km2
44. Sertifikat Pra Konvensi (CITES Sertifikat Pra Konvensi (CITES Izin Komersial
Certificate of Pre Convention) Certificate of Pre Convention) atau Operasional
45. Sertifikat Introduksi dari Laut Sertifikat Introduksi dari Laut Izin Komersial
(Certificate of Introduction From The (Certificate of Introduction From The atau Operasional
Sea) Sea)
46. Izin Lokasi di WP-3-K - - Dihapus
47. Izin Lokasi di Laut - - Dihapus
48. Surat Izin Pemasangan Rumpon - - Dihapus
49. Surat Izin Pemasukan Ikan Hidup - - Dihapus

50. Izin . . .
- 38 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
50. Izin Penyediaan Obat Ikan - - Dihapus
51. Izin Peredaran Obat Ikan - - Dihapus
52. Izin Pemasukan Hasil Perikanan - - Dihapus
53. Izin Lokasi Reklamasi - - Dihapus
54. Rekomendasi Pembudidayaan Ikan - - Dihapus
Penanaman Modal
55. Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk - - Dihapus
Perikanan Domestik
56. Pertimbangan Teknis Pemanfaatan - - Dihapus
KKPN untuk Kegiatan Pembudidayaan
Ikan
57. Rekomendasi Izin Lokasi Reklamasi - - Dihapus
58. Rekomendasi Izin Pelaksanaan - - Dihapus
Reklamasi

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

F. PERIZINAN . . .
- 39 -

F. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KESEHATAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Farmasi
1. Izin Usaha Industri Farmasi Izin Usaha Industri Farmasi Izin Usaha Persyaratan:
Sertifikat Produksi Industri
Farmasi
2. Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Izin Usaha Industri Farmasi Bahan Izin Usaha Persyaratan:
Obat Obat Sertifikat Produksi Industri
Farmasi Bahan Obat
3. Izin Pedagang Besar Farmasi Sertifikat Distribusi Farmasi Izin Usaha Diubah

4. Izin Pedagang Besar Farmasi Cabang Sertifikat Distribusi Cabang Izin Usaha Diubah
Farmasi

Bidang . . .
- 40 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Obat Tradisional
5. a. Izin Industri Obat Tradisional (IOT) Izin Usaha Industri Obat Tradisional Izin Usaha Digabung
(IOT) / Industri Ekstrak Bahan Persyaratan:
b. Izin Industri Ekstrak Bahan Alam
Alam (IEBA) Sertifikat Produksi Industri
(IEBA)
Obat Tradisional atau
Ekstrak Bahan Alam
6. a. Izin Usaha Kecil Obat Tradisional Izin Usaha Kecil dan Mikro Obat Izin Usaha Digabung
Tradisional Persyaratan:
b. Izin Usaha Mikro Obat Tradisional
Sertifikat Produksi Usaha
Kecil dan Mikro Obat
Tradisional
Bidang Pangan Industri Rumah Tangga dan Pangan Siap Saji
7. Sertifikat Produksi Pangan Industri Sertifikat Produksi Pangan Industri Izin Komersial
Rumah Tangga Rumah Tangga atau Operasional
8. Sertifikat Higiene Sanitasi Pangan Sertifikat Higiene Sanitasi Pangan Izin Komersial
atau Operasional
Bidang Produksi Kosmetika
9. a. Produksi Kosmetika Golongan A Sertifikat Produksi Kosmetika Izin Komersial Digabung

b. Izin . . .
- 41 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Izin Produksi Kosmetika Golongan atau Operasional
B
Bidang Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
10. Importir Terdaftar Psikotropika dan Importir Terdaftar Psikotropika dan Izin Komersial
Prekursor Farmasi Prekursor atau Operasional
11. Importir Produsen Narkotika, Importir Produsen Narkotika, Izin Komersial
Psikotropika dan Prekursor Farmasi Psikotropika dan Prekursor Farmasi atau Operasional
12. Surat Persetujuan Impor Narkotika, Persetujuan Impor Narkotika, Izin Komersial
Psikotropika dan Prekursor Farmasi Psikotropika dan Prekursor Farmasi atau Operasional
13. Surat Persetujuan Ekspor Narkotika, Persetujuan Ekspor Narkotika, Izin Komersial
Psikotropika dan Prekursor Farmasi Psikotropika dan Prekursor Farmasi atau Operasional
Bidang Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
14. Izin Perusahaan Rumah Tangga (PRT) Izin Perusahaan Rumah Tangga Izin Usaha
Alat Kesehatan dan PKRT (PRT) Alat Kesehatan dan PKRT
15. Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan Izin Cabang Distribusi Alat Izin Komersial Diubah
Kesehatan atau Operasional

16. Izin . . .
- 42 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
16. Izin Toko Alat Kesehatan Izin Toko Alat Kesehatan Izin Komersial
atau Operasional

17. a. Izin Edar Alat Kesehatan Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Izin Komersial Digabung
Diagnosic In Vitro Dalam Negeri Kesehatan Diagnostik In Vitro dan atau Operasional
Perbekalan Kesehatan Rumah
b. Izin Edar Perbekalan Kesehatan
Tangga
Rumah Tangga Dalam Negeri
c. Izin Edar Alat Kesehatan
Diagnosic In Vitro Impor
d. Izin Edar Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga Impor
18. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Izin Komersial
PKRT dan PKRT atau Operasional
19. Izin Penyalur Alat Kesehatan Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan Izin Komersial Diubah
atau Operasional
20. Sertifikasi Cara Pembuatan Alat Sertifikasi Cara Pembuatan Alat Izin Komersial
Kesehatan yang Baik (CPAKB) Kesehatan yang Baik (CPAKB) atau Operasional

21. Sertifikasi . . .
- 43 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
21. Sertifikasi Cara Pembuatan PKRT yang Sertifikasi Cara Pembuatan PKRT Izin Komersial
Baik (CPPKRTB) yang Baik (CPPKRTB) atau Operasional
22. Sertifikasi Cara Distribusi Alat Sertifikasi Cara Distribusi Alat Izin Komersial
Kesehatan yang Baik (CDAKB) Kesehatan yang Baik (CDAKB) atau Operasional
Bidang Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian
23. Pendaftaran Penyelenggara Sistem Pendaftaran Penyelenggara Sistem Izin Komersial
Elektronik Farmasi Elektronik Farmasi atau Operasional
Bidang Rumah Sakit
24. a. Izin Mendirikan Rumah Sakit Izin Mendirikan Rumah Sakit Izin Usaha Digabung
Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Persyaratan:
Kelas D a. Dokumen kajian dan
b. Izin Mendirikan Rumah Sakit perencanaan bangunan
Penanaman Modal Asing (PMA) yang terdiri atas
Feasibility Study (FS),
Detail Engineering Design
(DED), dan Master Plan
b. Pemenuhan pelayanan
alat kesehatan

25. a Izin . . .
- 44 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
25. a. Izin Operasionalisasi Rumah Sakit Izin Operasional Rumah Sakit Izin Komersial Digabung
Kelas A, Kelas B, Kelas C dan atau Operasional
Kelas D
b. Izin Operasionalisasi Rumah Sakit
PMA
Bidang Klinik
26. a. Izin Mendirikan Klinik Izin Operasional Klinik Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Izin Operasionalisasi Klinik
Bidang Pengujian Fasilitas Kesehatan
27. Izin Institusi Pengujian Fasilitas Izin Institusi Pengujian Fasilitas Izin Komersial
Kesehatan Kesehatan atau Operasional
Bidang Laboratorium
28. a. Izin Mendirikan Laboratorium Izin Operasional Laboratorium Izin Komersial Digabung
Klinik Umum Utama, Madya, dan Klinik Umum dan Khusus atau Operasional
Pratama
b. Izin Mendirikan Laboratorium
Klinik Khusus

c. Izin . . .
- 45 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Izin Operasionalisasi Laboratorium
Klinik Umum Utama, Madya, dan
Pratama
d. Izin Operasionalisasi Laboratorium
Klinik Khusus
29. a. Izin Mendirikan Laboratorium Izin Operasional Laboratorium Izin Komersial Digabung
Pengolahan Sel Punca Pengolahan Sel Punca atau Operasional
b. Izin Operasionalisasi Laboratorium
Pengolahan Sel Punca
Bidang Bank Jaringan dan/atau Sel Punca
30. a. Izin Mendirikan Bank Jaringan Izin Operasional Bank Jaringan Izin Komersial Digabung
dan/atau Sel Punca dan/atau Sel Punca atau Operasional
b. Izin Operasionalisasi Bank
Jaringan dan/atau Sel Punca
Bidang Apotek
31. Izin Apotek Izin Apotek Izin Usaha

Bidang . . .
- 46 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Toko Obat
32. Izin Pedagang Obat Eceran Izin Toko Obat Izin Usaha Diubah

Bidang Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit


33. Izin Penyelenggaraan Pengendalian Izin Penyelenggaraan Pengendalian Izin Komersial
Vektor dan Binatang Pembawa Vektor dan Binatang Pembawa atau Operasional
Penyakit Penyakit

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

G. PERIZINAN . . .
- 47 -

G. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR OBAT DAN MAKANAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
1. a. Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Izin Komersial Digabung
yang Baik (CPOB) yang Baik (CPOB) atau Operasional
b. Sertifikasi Cara Pembuatan Bahan
Baku Aktif Obat yang Baik
(CPBBAOB)
2. Sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Sertifikasi Cara Distribusi Obat Izin Komersial
Baik (CDOB) yang Baik (CDOB) atau Operasional
3. Izin Edar Obat Izin Edar Obat Izin Komersial
a. Registrasi pertama obat baru oleh atau Operasional
industri farmasi yang melakukan
investasi di Indonesia.
b. Registrasi Obat Pengembangan
Baru
c. Registrasi pertama obat generik
pertama yang investasi di
Indonesia

d. Registrasi . . .
- 48 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
d. Registrasi pertama obat generik
pertama yang investasi di
Indonesia
4. Surat Keterangan Impor Obat (SKI) Surat Keterangan Impor Obat (SKI) Izin Komersial
atau Operasional
5. Surat Keterangan Ekspor/Certificate of Surat Keterangan Ekspor/Certificate Izin Komersial
Pharmaceutical Product (CPP) of Pharmaceutical Product (CPP) atau Operasional
6. Analisa Hasil Pengawasan (AHP) Analisa Hasil Pengawasan (AHP) Izin Komersial
Ekspor Impor Narkotika, Psikotropika Narkotika, Psikotropika dan atau Operasional
dan Prekursor Prekursor
Bidang Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
7. Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Izin Komersial
Tradisional yang Baik (CPOTB) Tradisional yang Baik (CPOTB) atau Operasional

8. Sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetik Sertifikasi Cara Pembuatan Izin Komersial


yang Baik (CPKB) Kosmetik yang Baik (CPKB) atau Operasional
9. Izin Edar Obat Tradisional Izin Edar Obat Tradisional Izin Komersial
atau Operasional

10. Izin . . .
- 49 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
10. Izin Edar Suplemen Kesehatan Izin Edar Suplemen Kesehatan Izin Komersial
atau Operasional
11. Izin Edar Kosmetik Izin Edar Kosmetik Izin Komersial
atau Operasional
12. Surat Keterangan Impor (SKI) Obat Surat Keterangan Impor (SKI) Obat Izin Komersial
Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Tradisional dan Suplemen atau Operasional
Kosmetik Kesehatan
Surat Keterangan Impor SKI
Kosmetik
13. Surat Keterangan Ekspor (SKE) Obat Surat Keterangan Ekspor (SKE) Izin Komersial
Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Obat Tradisional dan Suplemen atau Operasional
Kosmetik Kesehatan
Surat Keterangan Ekspor (SKE)
Kosmetik
Bidang Pangan Olahan
14. a. Sertifikasi Cara Produksi Pangan Sertifikasi Cara Produksi Pangan Izin Komersial Digabung
Olahan yang Baik (CPPOB) Olahan yang Baik (CPPOB) atau Operasional
b. Sertifikasi Higiene dan Sanitasi

15. a. Surat . . .
- 50 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
15. a. Surat Keterangan Impor (SKI) Obat Surat Keterangan Impor (SKI) Obat Izin Komersial
b. Surat Keterangan Impor (SKI) Obat dan Makanan atau Operasional
Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik
c. Surat Keterangan Impor (SKI)
Pangan

16. Surat Keterangan Impor (SKI) Pangan Surat Keterangan Impor (SKI) Izin Komersial
atau Operasional
17. Surat Keterangan Ekspor (SKE) Surat Keterangan Ekspor (SKE) Izin Komersial
Pangan Pangan atau Operasional
18. Persetujuan Rencana Induk - - Dihapus
Pembangunan (RIP)
19. Rekomendasi Izin Industri Farmasi - - Dihapus
20. Sertifikasi Cara Distribusi Pangan - - Dihapus
Olahan yang Baik (CPPOB)
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

H. PERIZINAN . . .
- 51 -

H. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERINDUSTRIAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Izin Usaha Industri Izin Usaha Industri Izin Usaha
2. Izin Perluasan Usaha Industri Izin Perluasan Izin Usaha
3. Izin Usaha Kawasan Industri Izin Usaha Kawasan Industri Izin Usaha
4. Izin Perluasan Kawasan Industri Izin Perluasan Izin Usaha
Rekomendasi Izin Usaha Industri
5. a. Rekomendasi Izin Usaha Industri Rekomendasi Izin Usaha Industri Izin Komersial
Minuman Beralkohol atau Operasional

b. Rekomendasi Izin Usaha Industri


Rokok

Pertimbangan . . .
- 52 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Pertimbangan Teknis
Industri Logam
6. a. Pertimbangan Teknis SNI Wajib Pertimbangan Teknis Logam Izin Komersial
Produk Besi/Baja atau Operasional

b. Pertimbangan Teknis SNI Wajib


Tabung Baja LPG

c. Pertimbangan Teknis SNI Wajib


Kabel Listrik

d. Pertimbangan Teknis SNI Wajib


Kompor Gas LPG

Industri Elektronika
7. a. Pertimbangan Teknis SNI Wajib Pertimbangan Teknis Elektronika Izin Komersial
Mesin Pendingin Ruangan atau Operasional
b. Pertimbangan Teknis SNI Wajib
Lemari Pendingin
c. Pertimbangan . . .
- 53 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Pertimbangan Teknis SNI Wajib
Mesin Cuci
Industri Alat Transportasi
8. Pertimbangan Teknis Impor Pelek Pertimbangan Teknis Alat Izin Komersial
tanpa SNI Transportasi atau Operasional
Rekomendasi Impor
Seluruh Industri
9. a. Rekomendasi Impor Barang Rekomendasi Impor Indutri Izin Komersial
Komplementer atau Operasional
b. Rekomendasi Impor Barang untuk
Keperluan Tes Pasar
c. Rekomendasi Impor Barang untuk
Keperluan Pelayanan Purna Jual
10. Rekomendasi Impor Limbah Non B3 Rekomendasi Impor Limbah Non B3 Izin Komersial
atau Operasional

Industri . . .
- 54 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Industri Kimia
11. a. Rekomendasi IP/IT Bahan Rekomendasi Impor Industri Kimia Izin Komersial
Berbahaya (B2) atau Operasional
b. Rekomendasi Importir Garam
c. Rekomendasi Importir Produsen
Prekursor Non-Farmasi
d. Rekomendasi Importir Produsen
Nitrocellulose (IP-NC)
Industri Makanan
12. a. Rekomendasi Persetujuan Impor Rekomendasi Impor Industri Izin Komersial
Gula Kristal Rafinasi Makanan atau Operasional
b. Rekomendasi IP Raw Sugar
c. Pertimbangan Teknis Impor Tepung
Terigu Non Makanan
d. Rekomendasi Impor Produk
Perikanan

Rekomendasi . . .
- 55 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Rekomendasi Ekspor
13. a. Rekomendasi Pengeluaran Hasil Rekomendasi Ekspor Izin Komersial
Produksi Kawasan Berikat atau Operasional
b. Rekomendasi Ekspor Skrap Logam
c. Rekomendasi Ekspor Produk
Industri Pulp dan Kertas Berbahan
Baku Non Kayu dan Kertas Bekas
d. Rekomendasi Ekspor Produk
Telepon Seluler/Komputer
Genggam (Handheld)/Komputer
Tablet Yang Akan Diimpor Kembali
Tanda Pendaftaran
14. a. Tanda Pendaftaran Tipe Kendaraan Tanda Pendaftaran Izin Komersial
Bermotor atau Operasional
b. Tanda Pendaftaran Produk Telepon
Seluler, Komputer Genggam
(Handheld), dan Komputer Tablet

Surat . . .
- 56 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Surat Persetujuan
15. a. Surat Persetujuan Impor Surat Persetujuan Izin Komersial
Kendaraan Bermotor atau Operasional
b. Surat Persetujuan Impor
Komponen Non-IKD
Surat Legalisasi
16. Surat Legalisasi Pendaftaran / Surat Legalisasi Pendaftaran Izin Komersial
Registrasi Mesin dan Peralatan atau Operasional
Industri Cakram Optik
SPPT SNI
17. Pemenuhan SNI Wajib SPPT SNI Izin Komersial Persyaratan bervariasi
atau Operasional berdasarkan SNI untuk
produk yang diberlakukan
SNI nya secara wajib dan
dijual di Indonesia
18. Rekomendasi Izin Usaha Industri - - Dihapus
Cakram Optik

19. Rekomendasi . . .
- 57 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
19. Rekomendasi dalam rangka - - Dihapus
Permohonan Izin Prinsip
Pembangunan Kawasan Industri
20. Pertimbangan Teknis Impor - - Dihapus
Pengecualian SNI Pompa Air
21. Pertimbangan Teknis Setrika - - Dihapus

22. Pertimbangan Teknis Pupuk Non SNI - - Dihapus


Wajib

23. Pertimbangan Teknis Impor Air Minum - - Dihapus


Non AMDK

24. Surat Pencatatan Pendaftaran SPPT - - Dihapus


SNI Pakaian Bayi

25. Surat Pencatatan Pendaftaran SPPT - - Dihapus


SNI Mainan Anak

26. Surat . . .
- 58 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
26. Surat Keterangan Konsultasi SPPT SNI - - Dihapus
Produk Logam

27. Rekomendasi Impor Besi atau Baja, - - Dihapus


Baja Paduan, dan Produk Turunannya

28. Tanda Pendaftaran Kategori Pelek - - Dihapus

29. Tanda Pendaftaran Tipe Sepeda - - Dihapus

30. Surat Pengakuan Keagenan - - Dihapus


Kendaraan Bermotor

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

I. PERIZINAN . . .
- 59 -

I. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERDAGANGAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Perdagangan Dalam Negeri
1. a. Surat Izin Usaha Perdagangan Surat Izin Usaha Perdagangan Izin Usaha Digabung dengan catatan:
(SIUP) (SIUP) a. Tiap bidang usaha
b. Surat Izin Usaha Penjualan memiliki persyaratan izin
Langsung (SIUPL) yang berbeda
b. Khusus SIUP, melalui
c. Surat Izin Usaha Perdagangan
OSS dapat diterbitkan
Minuman Beralkohol (SIUP-MB)
bersamaan dengan
d. Surat Izin Usaha Jasa Survei diterbitkannya NIB
(SIUJS)
e. Surat Izin Usaha Perusahaan
Perantara Perdagangan Properti
(SIU-P4)
f. Izin Usaha Toko Swalayan (IUTS)
g. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan
(IUPP)

h. SIUP . . .
- 60 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
h. SIUP Bahan Berbahaya (B2)
i. Surat Izin Usaha Perwakilan
Perusahaan Perdagangan Asing
j. Surat Izin Usaha Perdagangan
untuk Jasa Konsultan Manajemen
Bisnis
k. Surat Izin Usaha Perdagangan
untuk Jasa Penyewaan Mesin
l. Surat Izin Usaha Pergudangan
untuk Jasa Pergudangan
termasuk cold storage
2. Tanda Daftar Perusahaan Tanda Daftar Perusahaan Pendaftaran NIB sekaligus sebagai TDP –
dalam penerbitan dengan
sistem OSS
3. Tanda Pendaftaran Agen atau Tanda Pendaftaran Agen atau Izin Usaha
Distributor Barang dan/atau Jasa Distributor Barang dan/atau Jasa

4. Surat . . .
- 61 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
4. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba Surat Tanda Pendaftaran Waralaba Izin Usaha
(STPW) (STPW)
5. Tanda Daftar Gudang Tanda Daftar Gudang Izin Usaha

6. Surat Keterangan Pengecer Minuman Surat Keterangan Pengecer Izin Usaha


Beralkohol Golongan A (SKP-A) Minuman Beralkohol Golongan A
(SKP-A)
7. Surat Keterangan Penjual Langsung Surat Keterangan Penjual Langsung Izin Usaha
Minum di Tempat MB Gol A (SKPL-A) Minum di Tempat MB Gol A
(SKPL-A)
8. Tanda Daftar Pelaku Usaha Distribusi- Tanda Daftar Pelaku Usaha Izin Komersial
Barang Kebutuhan Pokok (TDPUD- Distribusi-Barang Kebutuhan Pokok atau Operasional
Bapok) (TDPUD-Bapok)
9. Surat Persetujuan Perdagangan Komitmen Perdagangan Antarpulau Izin Komersial Diubah
Antarpulau Gula Kristal Rafinasi Gula Kristal Rafinasi (SPPAGKR) atau Operasional
(SPPAGKR)

Bidang . . .
- 62 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Pengembangan Ekspor Nasional
10. Persetujuan Penyelenggaraan Pameran Persetujuan Penyelenggaraan Izin Komersial
Dagang, Konvensi dan atau Seminar Pameran Dagang, Konvensi dan atau Operasional
Dagang atau Seminar Dagang
Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
11. Pendaftaran Lembaga Penilaian Pendaftaran Lembaga Penilaian Izin Usaha
Kesesuaian (LPK) Kesesuaian (LPK)
12. Izin Tipe Alat-alat Ukur, Takar, Izin tipe UTTP: Izin Komersial Digabung
Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) a. UTTP Asal Impor atau Operasional
Izin Tanda Pabrik UTTP b. UTTP Produksi Dalam Negeri

13. Penerbitan Nomor Pendaftaran Barang Penerbitan Nomor Pendaftaran Izin Komersial Digabung
(NPB) untuk produk impor Barang yang diberlakukan SNI atau Operasional
secara wajib
Penerbitan Nomor Registrasi Produk
(NRP) untuk produk dalam negeri
14. Pendaftaran Tanda Pengenal Produsen Pendaftaran Tanda Pengenal Izin Komersial
Standard Indonesian Rubber (TPP SIR) Produsen Standard Indonesian atau Operasional
Rubber (TPP SIR)

15. Pendaftaran . . .
- 63 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
15. Pendaftaran Barang K3L Registrasi Produk Barang K3L asal Izin Komersial
dalam negeri dan luar negeri atau Operasional
16. Tanda Daftar Petunjuk Penggunaan Tanda Daftar Petunjuk Penggunaan Izin Komersial
(Manual) dan Kartu Jaminan (Manual) dan Kartu Jaminan atau Operasional
(Garansi)/Purna Jual Dalam Bahasa (Garansi)/Purna Jual Dalam
Indonesia Bagi Produk Telematika/ Bahasa Indonesia Bagi Produk
Elektronika Telematika/ Elektronika
Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi
17. Izin Usaha Bursa Berjangka Izin Usaha Bursa Berjangka Izin Usaha

18. Izin Usaha Lembaga Kliring Berjangka Izin Usaha Lembaga Kliring Izin Usaha
Berjangka
19. a. Izin Usaha Pialang Berjangka Izin Usaha Pialang Berjangka Izin Usaha Untuk perluasan usaha
terdapat persyaratan berupa
b. Persetujuan Pembukaan Kantor
pemeriksaan prasarana dan
Cabang Pialang Berjangka
sarana fisik, serta uji
kelayakan dan kepatutan
20. Izin Usaha Penasihat Berjangka Izin Usaha Penasihat Berjangka Izin Usaha

21. Izin . . .
- 64 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
21. Izin Usaha Pengelola Sentra Dana Izin Usaha Pengelola Sentra Dana Izin Usaha
Berjangka Berjangka
22. Izin Wakil Pialang Berjangka Izin Wakil Pialang Berjangka Izin Komersial
atau Operasional
23. Sertifikat Pendaftaran Pedagang Pendaftaran Pedagang Berjangka Izin Komersial Diubah
Berjangka atau Operasional
24. Persetujuan Penyaluran Amanat Luar Persetujuan Penyaluran Amanat Izin Komersial
Negeri Luar Negeri atau Operasional
25. Persetujuan Bank Umum sebagai Persetujuan Bank Umum sebagai Izin Komersial
Bank Penyimpan Margin, Dana Bank Penyimpan Margin, Dana atau Operasional
Kompensasi dan Dana Jaminan Kompensasi dan Dana Jaminan
26. Persetujuan Penyelenggara Sistem Persetujuan sebagai Penyelenggara Izin Komersial
Perdagangan Alternatif Sistem Perdagangan Alternatif atau Operasional
27. Persetujuan Peserta Sistem Persetujuan sebagai Peserta Sistem Izin Komersial
Perdagangan Alternatif Perdagangan Alternatif atau Operasional
28. Persetujuan Bursa Berjangka Untuk Persetujuan Bursa Berjangka Untuk Izin Komersial
Melakukan Kegiatan Penyelenggaraan Melakukan Kegiatan atau Operasional
Pasar Fisik Komoditi Terorganisasi Penyelenggaraan Pasar Fisik
Komoditi Terorganisasi

29. Persetujuan . . .
- 65 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
29. Persetujuan Lembaga Kliring Persetujuan Lembaga Kliring Izin Komersial
Berjangka Untuk Melakukan Kegiatan Berjangka Untuk Melakukan atau Operasional
Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Kegiatan Kliring dan Penjaminan
Transaksi di Pasar Fisik Terorganisasi Penyelesaian Transaksi di Pasar
Fisik Terorganisasi
30. Izin Wakil Penasihat Berjangka Izin Wakil Penasihat Berjangka Izin Komersial
atau Operasional
31. Izin Wakil Pengelola Sentra Dana Izin Wakil Pengelola Sentra Dana Izin Komersial
Berjangka Berjangka atau Operasional
32. Persetujuan sebagai Pengelola Gudang Persetujuan sebagai Pengelola Izin Komersial
Sistem resi Gudang Gudang Sistem resi Gudang atau Operasional
33. Persetujuan sebagai Gudang Sistem Persetujuan sebagai Gudang Sistem Izin Komersial
Resi Gudang Resi Gudang atau Operasional
34. Persetujuan sebagai Lembaga Persetujuan sebagai Lembaga Izin Komersial
Penilaian Kesesuaian Sistem Resi Penilaian Kesesuaian Sistem Resi atau Operasional
Gudang Gudang
35. Persetujuan sebagai Pusat Registrasi Persetujuan sebagai Pusat Izin Komersial
dalam Sistem Resi Gudang Registrasi dalam Sistem Resi atau Operasional
Gudang

36. Persetujuan . . .
- 66 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
36. Persetujuan Penyelenggara Pasar Persetujuan Penyelenggara Pasar Izin Komersial
Lelang Komoditas Lelang Komoditas atau Operasional
37. Persetujuan Lembaga Kliring dan Persetujuan Lembaga Kliring dan Izin Komersial
Penjaminan Pasar Lelang Komoditas Penjaminan Pasar Lelang Komoditas atau Operasional
38. Persetujuan Kepada Bank Sebagai Persetujuan Kepada Bank Sebagai Izin Komersial
Bank Penitipan Sentra Dana Bank Penitipan Sentra Dana atau Operasional
Berjangka Berjangka
Bidang Perdagangan Luar Negeri
39. a. Persetujuan Ekspor Intan Kasar Persetujuan Ekspor Izin Komersial Digabung
atau Operasional Komoditi:
b. Persetujuan Ekspor Pupuk Urea
Non Subsidi a. Intan Kasar
c. Persetujuan Ekspor Prekursor Non b. Pupuk Urea Non Subsidi
Farmasi c. Prekursor Non Farmasi
d. Persetujuan Ekspor Minyak Bumi d. Minyak Bumi dan Gas
dan Gas Bumi, dan Bahan Bakar Bumi, dan Bahan Bakar
Lain Lain

e. Persetujuan . . .
- 67 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
e. Persetujuan Ekspor produk e. produk Pertambangan
Pertambangan Hasil Pengolahan Hasil Pengolahan dan
dan Pemurnian Pemurnian
f. Timah murni batangan
f. Persetujuan Ekspor Timah:
g. Timah Industri
a) PE-Timah Murni Batangan
h. Sisa dan Skrap Logam
b) PE-Timah Industri
i. Produk Industri
g. Persetujuan Ekspor Sisa dan Pertambangan Sebagai
Skrap Logam Barang Contoh Untuk
Keperluan Penelitian dan
h. Persetujuan Ekspor Produk Pengembangan Teknologi
Industri Pertambangan Sebagai Pengolahan dan/atau
Barang Contoh Untuk Keperluan Pemurnian
Penelitian dan Pengembangan j. Jenis Tumbuhan dan
Teknologi Pengolahan dan/atau Satwa Liar
Pemurnian k. Hewan dan Produk
i. Persetujuan Ekspor Jenis Hewan
Tumbuhan alam dan Satwa Liar l. Beras Tertentu
m. Kopi
j. Persetujuan Ekspor Hewan dan
Produk Hewan

k. Persetujuan . . .
- 68 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
k. Persetujuan Ekspor Beras
Tertentu
l. Persetujuan Ekspor Kopi
40. a. Eksportir Terdaftar Batubara Eksportir Terdaftar Izin Komersial Digabung
atau Operasional Komoditi:
b. Eksportir Terdaftar Intan Kasar
a. Batubara
c. Eksportir Terdaftar Prekursor Non
Farmasi b. Intan Kasar
c. Prekursor Non Farmasi
d. Eksportir Terdaftar Minyak Bumi
dan Gas Bumi, dan Bahan Bakar d. Minyak Bumi dan Gas
Lain Bumi, dan Bahan Bakar
Lain
e. Eksportir Terdaftar Timah: e. Timah Murni Batangan
a) ET-Timah Murni Batangan
f. Timah Industri
b) ET-Timah Industri g. Sarang Burung Walet
f. Eksportir Terdaftar Sarang h. Kopi
Burung Walet
g. Eksportir Kopi Sementara
h. Eksportir Terdaftar Kopi

41. Angka . . .
- 69 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
41. Angka Pengenal Importir (API) Angka Pengenal Importir Pendaftaran NIB sekaligus sebagai API –
dalam penerbitan dengan
sistem OSS
42. a. Persetujuan Impor Intan Kasar Persetujuan Impor Izin Komersial Digabung
atau Operasional Komoditi:
b. Persetujuan Impor Hewan dan
Produk Hewan a. Intan Kasar
c. Persetujuan Impor Beras b. Hewan dan Produk
Hewan
d. Persetujuan Impor Barang Modal
c. Beras
Tidak Baru
d. Barang Modal Tidak Baru
e. Persetujuan Impor Produk
e. Produk Hortikultura
Hortikultura
f. Gula
f. Persetujuan Impor Gula g. Produk Kehutanan
g. Persetujuan Impor Produk h. Mutiara
Kehutanan i. Jagung
h. Persetujuan Impor Mutiara j. Besi atau Baja, Baja
i. Persetujuan Impor Jagung Paduan dan Produk
Turunannya

j. Persetujuan . . .
- 70 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
j. Persetujuan Impor Besi atau Baja, k. Mesin Multifungsi
Baja Paduan dan Produk Berwarna, Mesin Fotokopi
Turunannya Berwarna dan Mesin
Printer Berwarna
l. Ban
m. Semen Clinker dan semen
k. Persetujuan Impor Mesin
- Perkakas Tangan
Multifungsi Berwarna, Mesin
Fotokopi Berwarna dan Mesin - Pupuk Bersubsidi
Printer Berwarna - Sakarin dan Siklamat
l. Persetujuan Impor Ban - Preparat Bau-Bauan
Mengandung Alkohol
m. Persetujuan Impor Semen Clinker
- Tekstil dan Produk
dan Semen
Tekstil Batik dan Motif
n. Persetujuan Impor Perkakas Batik
Tangan - Tekstil dan Produk
o. Persetujuan Impor Pupuk Tekstil
Bersubsidi - Garam
p. Persetujuan Impor Sakarin dan - Minuman Beralkohol
Siklamat

q. Persetujuan . . .
- 71 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
q. Persetujuan Impor Preparat Bau- - Telepon Seluler,
Bauan Mengandung Alkohol Komputer (Handheld),
dan Komputer Tablet
r. Persetujuan Impor Tekstil dan
- Tembakau
Produk Tekstil Batik dan Motif
Batik - Rokok Elektrik
- Hasil Perikanan
s. Persetujuan Impor Tekstil dan
Produk Tekstil - Bahan Perusak Lapisan
Ozon
t. Persetujuan Impor Garam
- Bahan Berbahaya
u. Persetujuan Impor Minuman - Limbah Non Bahan
Beralkohol Berbahaya dan
Beracun (Non B3)
- Prekursor Non
Pharmasi
v. Persetujuan Impor Telepon
Seluler, Komputer (Handheld), dan n. Nitrocellulose
Komputer Tablet o. Minyak Bumi dan Gas
Bumi
w. Persetujuan Impor Tembakau
p. Bahan Bakar Lain
x. Persetujuan Impor Rokok Elektrik

y. Persetujuan . . .
- 72 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
y. Persetujuan Impor Hasil Perikanan q. Bahan Peledak Industri
(Komersial)
z. Persetujuan Impor Bahan Perusak
Lapisan Ozon
aa. Persetujuan Impor Bahan
Berbahaya
bb. Persetujuan Impor Limbah Non
Bahan Berbahaya dan Beracun
(Non B3)
cc. Persetujuan Impor Prekursor Non
Pharmasi
dd. Persetujuan Impor Nitrocellulose
ee. Persetujuan Impor Minyak Bumi
dan Gas Bumi
ff. Persetujuan Impor Bahan Bakar
Lain
gg. Persetujuan Impor Bahan Peledak
Industri (Komersial)

43. a. Importir . . .
- 73 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
43. a. Importir Terdaftar Minuman Importir Terdaftar Izin Komersial Digabung
Beralkohol atau Operasional Komoditi
b. Importir Terdaftar Telepon Seluler, a. Minuman Beralkohol
Komputer (Handheld), dan b. Telepon Seluler,
Komputer Tablet Komputer (Handheld),
c. Importir Terdaftar Bahan dan Komputer Tablet
Berbahaya c. Bahan Berbahaya
d. Importir Terdaftar Bahan Peledak d. Bahan Peledak Industri
Industri (Komersial) (Komersial)

44. Importir Terdaftar Intan Kasar - - Dihapus


45. Importir Terdaftar Bahan Baku Plastik - - Dihapus
46. Importir Terdaftar Nitrocellulose - - Dihapus
47. Importir Terdaftar Minyak Bumi dan - - Dihapus
Gas Bumi
48. Importir Terdaftar Bahan Bakar Lain - - Dihapus
49. Importir Terdaftar Prekursor Non - - Dihapus
Pharmasi

50. Importir . . .
- 74 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
50. Importir Produsen Nitrocellulose - - Dihapus
51. Importir Produsen Bahan Baku Plastik - - Dihapus
52. Importir Produsen Bahan Berbahaya - - Dihapus, dan diganti dengan
Persetujuan Impor
53. Importir Produsen Prekursor Non - - Dihapus
Pharmasi
54. Persetujuan Impor Bahan Baku - - Dihapus
Plastik
55. Persetujuan Impor Pelumas - - Dihapus
56. Izin Usaha Pengelolaan Pasar - - Dihapus
Tradisional/ Rakyat

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

J. PERIZINAN . . .
- 75 -

J. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERHUBUNGAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Perekeretaapian
1. a. Izin Usaha Prasarana Izin Penyelenggaraan Prasarana Izin Usaha Digabung
Perkeretaapian Umum Perkeretaapaian Umum
b. Izin Operasi Prasarana
Perkeretaapian Umum
c. Izin Pembangunan Prasarana
Perkeretaapian Umum
2. a. Izin Usaha Penyelenggara Sarana Izin Penyelenggaraan Sarana Izin Usaha Digabung
Perkeretaapian Umum Perkeretaapian Umum
b. Izin Operasi Sarana Perkeretaan
Umum
3. a. Izin Prinsip Pembangunan Izin Penyelenggaraan Izin Usaha Digabung
Perkeretaapian Khusus Perkeretaapian Khusus
b. Izin Pembangunan Perkeretaapian
Khusus

c. Izin . . .
- 76 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Izin Operasi Perkeretaapian
Khusus
4. Izin perpotongan dan/atau Izin perpotongan dan/atau Izin Komersial -
persinggungan jalur kereta api persinggungan jalur kereta api atau Operasional
dengan bangunan lain dengan bangunan lain
Bidang Darat
5. a. Izin Pembangunan Pelabuhan Izin Penyelenggaraan Pelabuhan Izin Usaha Digabung
Sungai dan Danau Sungai dan Danau

b. Izin penetapan lokasi pelabuhan


sungai danau
c. Izin pengoperasian pelabuhan
sungai dan danau
6. a. Izin Usaha Angkutan Orang Dalam Izin Penyelenggaraan Angkutan Izin Usaha Digabung
Trayek Orang
b. Izin Usaha Angkutan Tidak Dalam
Trayek

c. Izin . . .
- 77 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Izin Trayek/Operasi Angkutan
Umum
7. a. Izin penetapan lokasi pelabuhan Izin Penyelenggaraan Pelabuhan Izin Usaha Digabung
penyeberangan (pelayanan Penyeberangan
antarprovinsi dan lintas batas
negara)
b. Izin pembangunan pelabuhan
Penyeberangan (pelayanan
antarprovinsi dan lintas batas
negara)
c. Izin pengoperasian pelabuhan
Penyeberangan (pelayanan
antarprovinsi dan lintas batas
negara)
8. Izin Usaha Angkutan Sungai dan Izin Usaha Angkutan Sungai dan Izin Usaha Digabung
Danau Danau

9. Izin . . .
- 78 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
9. Izin Operasi Angkutan Sungai dan Persetujuan Pengoperasian Izin Komersial Diubah
Danau Untuk Kepentingan Sendiri Angkutan Sungai dan Danau lintas atau Operasional
(persetujuan) antar propinsi dan/atau antar
negara
10. Izin Penetapan Lokasi Terminal Persetujuan Penyelenggaraan Izin Komersial Diubah
Angkutan Barang Terminal Barang atau Operasional
11. a. Persetujuan Pengoperasian Persetujuan Pengoperasian Kapal Izin Komersial Digabung
(Perpanjangan Permanen) Kapal Angkutan Penyeberangan atau Operasional
Angkutan Penyeberangan Lintas
Antar Provinsi Non Perintis
(persetujuan)
b. Persetujuan Pengoperasian
(Perpanjangan Sementara) Kapal
Angkutan Penyeberangan Lintas
Antar Provinsi Non Perintis
12. Analisis Dampak Lalu Lintas Persetujuan Hasil Analisis Dampak Izin Komersial Diubah
(ANDALALIN) Lalu Lintas atau Operasional
13. Pengoperasian Angkutan Barang Pengoperasian Angkutan Barang Izin Komersial Diubah
Berbahaya Khusus atau Operasional

Bidang . . .
- 79 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Laut
14. a. Izin Usaha Badan Usaha Izin Pelabuhan Umum Izin Usaha Digabung
Pelabuhan
b. Penetapan Lokasi Pelabuhan
c. Izin Pembangunan Pelabuhan
Laut
d. Izin Pengembangan Pelabuhan

e. Pengoperasian Pelabuhan

15. a. Izin Usaha Angkutan Laut Izin Usaha Angkutan Laut Izin Usaha Digabung
(Angkutan di Perairan) (SIUPAL)

b. Izin Operasi Angkutan Laut


Khusus
16. Izin Usaha Angkutan Laut Pelayaran Izin Usaha Angkutan Laut Izin Usaha Diubah
Rakyat (Angkutan Di Perairan) Pelayaran Rakyat (Angkutan di
Perairan)

17. a. Izin . . .
- 80 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
17. a. Izin Usaha Bongkar Muat Barang Izin Usaha Jasa Terkait dengan Izin Usaha Diubah
Angkutan di Perairan
b. Izin Usaha Jasa Pengurusan
Transportasi
c. Izin Usaha Angkutan Perairan
Pelabuhan
d. Izin Usaha Penyewaan Peralatan
Angkutan Laut/Peralatan Jasa
Terkait Dengan Angkutan Laut
e. Izin Usaha Tally Mandiri

f. Izin Usaha Depo Peti Kemas

g. Izin Usaha Perawatan dan


Perbaikan Kapal

18. a. Surat . . .
- 81 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
18. a. Surat Izin Usaha Perusahaan Persetujuan Perusahaan Salvage Izin Komersial Digabung
Salvage dan Pekerjaan Bawah dan Pekerjaan Bawah Air atau Operasional
Air, yang modal seluruhnya
dalam negeri
b. Surat Izin Usaha Perusahaan
Salvage dan Pekerjaan Bawah Air
Untuk Penanaman Modal Luar
Negeri/Joint Venture
19. Izin Pengunaan Kapal Asing Persetujuan Penggunaan Kapala Izin Komersial Diubah
Asing (IPKA) atau Operasional
20. a. Surat Izin Kerja Keruk (SIKK) Persetujuan Kegiatan Kerja Keruk Izin Komersial Digabung
dan/atau Reklamasi atau Operasional
b. Surat Izin Kerja Reklamasi (SIKR)

21. Izin Terminal Khusus Yang Terbuka Penetapan Terminal Khusus Yang Izin Komersial Diubah
Bagi Perdagangan Luar Negeri Terbuka Bagi Perdagangan Luar atau Operasional
Negeri

22. Izin . . .
- 82 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
22. Izin Pemasangan/Pembangunan Persetujuan Pemasangan/ Izin Komersial Diubah
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pembangunan Sarana Bantu atau Operasional
Yang Dilaksnakan Oleh Pihak Ke-3 Navigasi Pelayaran Yang
Dilaksanakan Oleh Pihak Ke-3
23. Surat Izin Usaha Perekrutan dan Persetujuan Perekrutan dan Izin Komersial Diubah
(SIUPPAK) Awak Kapal Penempatan (SIUPPAK) Awak atau Operasional
Kapal
24. Pemberian Izin Prinsip Pembangunan Persetujuan Pengoperasian Vessel Izin Komersial Diubah
Vessel Traffic Service (VTS)non Traffic Service (VTS)non atau Operasional
DJPL/Local Port Service (LPS) DJPL/Local Port Service (LPS)
25. Surat Izin Membangun, Surat Izin Membangun, Izin Komersial
Memindahkan dan Membongkar Memindahkan dan Membongkar atau Operasional
Bangunan dan/atau Instalasi Bangunan dan/atau Instalasi
26. Izin Terminal Khusus/TUKS Izin Terminal Khusus/TUKS Izin Komersial
atau Operasional

27. Persetujuan . . .
- 83 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
27. Persetujuan Rencana Pengoperasian Persetujuan Rencana Izin Komersial
Kapal Pada Trayek Tidak Tetap dan Pengoperasian Kapal Pada Trayek atau Operasional
Tidak Teratur Angkutan Laut Dalam Tidak Tetap dan Tidak Teratur
Negeri (Tramper) Angkutan Laut Dalam Negeri
(Tramper)
28. Persetujuan Pemberitahuan Persetujuan Pemberitahuan Izin Komersial
Keagenan Kapal Asing (PKKA) Keagenan Kapal Asing (PKKA) atau Operasional
29. Surat Izin Usaha Keagenan Kapal Persetujuan Keagenan Kapal Izin Komersial Diubah
atau Operasional
30. a. Pembangunan Wilayah Tertentu Penetapan Pembangunan Wilayah Izin Komersial Digabung
di Daratan atau Perairan sebagai Tertentu di Daratan atau Perairan atau Operasional
Pelabuhan sebagai Pelabuhan
b. Izin Pembangunan Wilayah
Tertentu di daratan sebagai
Pelabuhan
c. Izin Pengoperasian Wilayah
Tertentu di Perairan Sebagai
Pelabuhan

Bidang . . .
- 84 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Bidang Udara
31. Angkutan udara (izin domestik) Izin Usaha/Kegiatan Angkutan Izin Usaha Digabung
Udara
32. Izin Badan Usaha Bandar Udara Izin Badan Usaha Bandar Udara Izin Usaha
33. Sertifikat Regulated Agent dan Izin Regulated Agent/Known Izin Usaha Diubah
Sertifikat Pengirim Pabrikan (Known Consignor
Consignor)

34. Pengadaan Pesawat Udara Persetujuan Pengadaan Pesawat Izin Komersial Diubah
Udara atau Operasional

35. Penetapan Lokasi Bandar Udara Izin Lokasi Bandar Udara Umum Izin Komersial
Umum atau Operasional

36. Penetapan Mendirikan Bangunan Izin Mendirikan Bangunan Bandar Izin Komersial
Bandar Udara/Khusus Udara/Khusus atau Operasional
37. Izin Mendirikan Tempat Tinggal Izin Mendirikan Tempat Tinggal Izin Komersial
Landas dan Mendarat Helikopter Landas dan Mendarat Helikopter atau Operasional

38. Penambahan . . .
- 85 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
38. Penambahan Kapasitas Angkutan Persetujuan Penambahan Izin Komersial Diubah
Udara (Izin Rute Penerbangan dan kapasitas angkutan udara atau Operasional
Penambahan Frekuensi
Penerbangan) (izin domestik)
39. Persetujuan Terbang (Flight Persetujuan Terbang Izin Komersial Diubah
Approval/FA) (izin domestik) atau Operasional

40. Persetujuan Penunjukan Kantor Persetujuan Penunjukan Kantor Izin Komersial


Perwakilan Perusahaan Angkutan Perwakilan Perusahaan Angkutan atau Operasional
Udara Asing (izin domestik) dan Udara Asing dan Agen Penjualan
Persetujuan Agen Penjualan Tiket Tiket Perusahaan Angkutan Udara
Perusahaan Angkutan Udara Asing Asing.
(GSA)
41. Persetujuan Tanda Daftar Agen Persetujuan Tanda Daftar Agen Izin Komersial
Pengurus Persetujuan Terbang (Flight Pengurus Persetujuan Terbang atau Operasional
Approval) Angkutan Udara Bukan (Flight Approval) Angkutan Udara
Niaga dan Niaga Tidak Berjadwal Bukan Niaga dan Niaga Tidak
Luar Negeri dengan Pesawat Udara Berjadwal Luar Negeri dengan
Sipil Asing ke dan dari dan/atau Pesawat Udara Sipil Asing ke dan
melalui wilayah Indonesia (izin dari dan/atau melalui wilayah
domestik) Indonesia

42. Penggunaan . . .
- 86 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
42. Penggunaan Bandar Udara Khusus Penggunaan Bandar Udara Khusus Izin Komersial Diubah
untuk Melayani Kepentingan atau Operasional
Umum
43. Penggunaan Pesawat Udara Register Surat Persetujuan Penggunaan Izin Komersial Diubah
Asing di Indonesia Pesawat Udara Register Asing di atau Operasional
Indonesia
44. Noise Statement Attesting Certification Surat Persetujuan Noise Statement Izin Komersial Diubah
Attesting Certification atau Operasional

45. Pemberian Letter of Authorization Surat Persetujuan Pemberian Izin Komersial Diubah
kepada Personel Operasi Pesawat Letter of Authorization kepada atau Operasional
Udara Personel Operasi Pesawat Udara
46. Modifikasi dan Perbaikan Besar Surat Persetujuan Modifikasi dan Izin Komersial Diubah
Pesawat Udara (Approval of Perbaikan Besar Pesawat Udara atau Operasional
Modification and Major Repair) (Approval of Modification and Major
Repair)
47. Suku cadang (Part Manufacturer Surat Izin Persetujuan Suku Izin Komersial Diubah
Approval) cadang (Part Manufacturer atau Operasional
Approval)

48. Kegiatan . . .
- 87 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
48. Kegiatan Pengangkutan Barang Izin Kegiatan Pengangkutan Izin Komersial Digabung
dan/atau Bahan Berbahaya dengan Barang dan/atau Bahan atau Operasional
Pesawat Udara Berbahaya dengan Pesawat Udara
Dangerous Goods Handling Manual

49. Izin Operasi Kegiatan Jasa Terkait Izin Operasi Kegiatan Jasa Terkait Izin Komersial
Bandar Udara atau Operasional
50. a. Reduced Vertical Separation Surat Persetujuan Operation Izin Komersial Digabung
Minima (RVSM) Spesification (Opspec) atau Operasional
b. Required Navigation Performance
(RNP-10)
c. Extended Range Operation with
Two Engine Aircraft (ETOPS)
d. Persetujuan Penetapan Waiver
Penerbangan VFR Malam Hari

Standar . . .
- 88 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan
Bidang Perkeretaapian
51. Penetapan Trase Jalur Kereta Api Penetapan Trase Jalur Kereta Api Izin Komersial
Umum Umum atau Operasional
52. Penetapan Trase Jalur Kereta Api Penetapan Trase Jalur Kereta Api Izin Komersial
Khusus Khusus atau Operasional
53. Penetapan Badan Usaha Penetapan Badan Usaha Izin Komersial
Penyelenggaraan Prasarana Penyelenggaraan Prasarana atau Operasional
Perekeretaapian Umum Perekeretaapian Umum

54. Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Izin Komersial
Perkeretaapian, dan petugas Perkeretaapian, dan petugas atau Operasional
prasarana perkeretaapian prasarana perkeretaapian
Bidang Darat
55. Akreditasi unit pelaksana uji berkala Akreditasi unit pelaksana uji Izin Komersial
kendaraan bermotor berkala kendaraan bermotor atau Operasional

56. Tanda . . .
- 89 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
56. Tanda Daftar Badan Usaha Penyedia Tanda Daftar Badan Usaha Izin Komersial
dan Pembuat Perlengkapan Jalan Penyedia dan Pembuat atau Operasional
Perlengkapan Jalan
57. Pengesahan Sertifikat Uji Tipe (SUT) Sertifikat Uji Tipe (SUT) Izin Komersial
atau Operasional
58. Pengesahan Sertifikat Registrasi Uji Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) Izin Komersial
Tipe (SRUT) atau Operasional
59. Sertifikasi bengkel BBG Sertifikasi bengkel BBG Izin Komersial
atau Operasional
60. Sertifikasi instalasi BBG pada Sertifikasi instalasi BBG pada Izin Komersial
kendaraan bermotor kendaraan bermotor atau Operasional
61. Pengesahan Rancang Bangun dan Pengesahan Rancang Bangun dan Izin Komersial
Rekayasa Kendaraan Bermotor Rekayasa Kendaraan Bermotor atau Operasional
62. Sertifikat kompetensi penguji Sertifikat kompetensi penguji Izin Komersial
kendaraan bermotor kendaraan bermotor atau Operasional

63. Sertifikasi . . .
- 90 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
63. Sertifikasi Standar Pelayanan Sertifikasi Standar Pelayanan Izin Komersial
Minimal (SPM) Angkutan Minimal (SPM) Angkutan atau Operasional
Penyeberangan Lintas antarprovinsi Penyeberangan Lintas
dan/atau antarnegara antarprovinsi dan/atau
antarnegara
64. Sertfikasi Kompetensi Penyusun Sertfikasi Kompetensi Penyusun Izin Komersial
Analisis Dampak Lalu Lintas Analisis Dampak Lalu Lintas atau Operasional
Bidang Laut
65. Penetapan Reconized Security Penetapan Reconized Security Izin Komersial
Organization Organization atau Operasional
66. Penetapan Frekuensi Marine untuk Penetapan Frekuensi Marine untuk Izin Komersial
Komunikasi Stasiun Radio Pantai Komunikasi Stasiun Radio Pantai atau Operasional
67. Rekomendasi Izin Komunikasi Data Rekomendasi Izin Komunikasi Izin Komersial
LRIT Data LRIT atau Operasional
68. Surat Keterangan Perubahan Pada Surat Keterangan Perubahan Pada Izin Komersial
SIUPAL dan SIOPSUS SIUPAL dan SIOPSUS atau Operasional
69. Penerbitan SoCPF Penerbitan SoCPF Izin Komersial
atau Operasional

70. Penetapan . . .
- 91 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
70. Penetapan Nomor Maritime Mobile Pernyataan Nomor Maritime Mobile Izin Komersial Diubah
Service Identities (MMSI) Service Identities (MMSI) atau Operasional
71. Pemberian Kuasa Perhitungan Jasa Pemberian Kuasa Perhitungan Izin Komersial
Telekomunikasi dalam Dinas Jasa Telekomunikasi dalam Dinas atau Operasional
Bergerak Pelayaran Accounting Bergerak Pelayaran Accounting
Authority Identification Code (AAIC) Authority Identification Code (AAIC)
72. a. Surat keterangan spesifikasi Sertifikasi di Bidang Lalu Lintas Izin Komersial Diubah
kapal; dan Angkutan Laut atau Operasional
b. Persetujuan rencana
pengoperasian kapal pada trayek
tetap dan teratur angkutan laut
dalam negeri;
c. Persetujuan pengoperasian kapal
nasional (ppkn) untuk angkutan
laut luar negeri
d. Surat keterangan pembukaan
kantor cabang;
e. Certificate Of Owner's
Representative (COR);

f. Persetujuan . . .
- 92 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
f. Persetujuan deviasi/ omisi/
substitusi;
g. Persetujuan penambahan
pelabuhan singgah/ urgensi
muatan.
73. a. Surat Persetujuan/ Penggantian Sertifikasi Bidang Perkapalan Izin Komersial Diubah
Bendera Kapal Asing Menjadi atau Operasional
Bendera Indonesia;
b. Surat Tanda Kebangsaan Kapal;
c. Surat Penetapan Tanda
Panggilan (Call Sign);
d. Dokumen Riwayat Kapal
(Continuous Synopsis Record);
e. Penerbitan Akta;
f. Surat Penggunaan Nama Kapal
dan Persetujuan Ganti Nama
Kapal;
g. Sertifikat Penghapusan Kapal
(Deletion Certificate);

h.h.Surat
Surat. .. .. .
- 93 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
h. Surat Penggunaan Bendera
Kapal Lelang;
i. Surat Penggunaan Nama Kapal;
j. Surat Penggunaan Bendera;
k. Surat Roya Kapal;
l. Halaman Tambahan Untuk
Grosse Akta;
m. Surat Ukur Sementara;
n. Surat Pengesahan Daftar Ukur;
o. Dokumen Penyesuaian
Manajemen Keselamatan
(Document Of Compliance/DOC)
Dan Sertifikat Manajemen
Keselamatan (Safety
Management Certificate/SMC);
p. Sertifikat Internasional Ballast
Water Management (BWM);
q. Sertifikat Nasional Pencegahan
Pencemaran (SNPP);

r. Sertifikat . . .
- 94 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
r. Sertifikat Internasional
Pencegahan Pencemaran Oleh
Minyak (IOPP);
s. Sertifikat Internasional
Pencegahan Pencemaran Oleh
Bahan Cair Beracun (NLS);
t. Sertifikat Internasional
Pencegahan Pencemaran Oleh
Kotoran (ISPP);
u. Sertifikat Internasional
Pencegahan Pencemaran Oleh
Udara (IAPP);
v. Sertifikat Internasional Efisiensi
Energi (IEEC);
w. Sertifikat Penilaian Kondisi Kapal
(Condition Assessment Scheme
/CAS);
x. Sertifikat Dana Jaminan Ganti
Rugi Pencemaran (CLC);

y. Sertifikat . . .
- 95 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
y. Sertifikat Dana Jaminan Ganti
Rugi Pencemaran Dari Bahan
Bakar Minyak (CLC BUNKER);
z. Sertifikat Pengendalian Sistem
Anti Teritip (Anti-Fouling
System/AFS);
aa. Sertifikat Keselamatan Kapal
dan Instruksi Internal;
bb. Sertifikat Pembebasan
(Exemption);
cc. Pengesahan Gambar Rancang
Bangun Kapal;
dd. Pengesahan Gambar Rancang
Bangun Kapal Dalam Rangka
Perombakan;
ee. Sertifikat Nasional/ Internasional
Garis Muat Kapal;
ff. Surat Autorisasi Garis Muat
Kapal;

gg. Persetujuan . . .
- 96 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
gg. Persetujuan Pencucian Tanki
Kapal (Tank Cleaning);
hh. Sertifikat Attestation Removal of
Wrecks 2017 (WR).
74. a. Dokumen Pengawakan (Safe Sertifikasi Bidang Kepelautan Izin Komersial Diubah
Manning Document); atau Operasional
b. Seafarers Identity Document
(SID);
c. Buku Pelaut Baru/ Habis Masa
Berlaku/ Kehilangan;
d. Penyijilan Awak Kapal Pada Buku
Pelaut Dan Pengesahan
Perjanjian Kerja Laut;
e. Rekomendasi Penggunaan Pelaut
Warga Negara Asing;
f. Sertifikat Pengukuhan (Certificate
Of Endorsement);
g. Sertifikat Pengukuhan Warga
Asing (COR);

h. Penerbitan . . .
- 97 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
h. Penerbitan Approval Lembaga
Diklat.
75. Penerbitan Buku Pemeriksaan Radio Penerbitan Buku Pemeriksaan Izin Komersial
untuk Komunikasi Stasiun Radio Radio untuk Komunikasi Stasiun atau Operasional
Kapal Radio Kapal
Bidang Udara
76. Penetapan Bandar Udara Penetapan Bandar Udara Izin Komersial
Internasional Internasional atau Operasional
77. Stasiun Radio Pesawat Udara dan Stasiun Radio Pesawat Udara dan Izin Komersial
Stasiun Radio Darat Penerbangan Stasiun Radio Darat Penerbangan atau Operasional
78. Pendaftaran/Perubahan/Pembataln Pendaftaran/Perubahan/Pembatal Izin Komersial
IDERA (Irrevocable Deregistration and an IDERA (Irrevocable atau Operasional
Export Request Authorization) Deregistration and Export Request
Authorization)
79. Teknis Pembangunan Heliport Rekomendasi Teknis Izin Komersial
Pembangunan Heliport atau Operasional
80. a. Ketinggian Gedung/Bangunan di Ketinggian Gedung/Bangunan di Izin Komersial Digabung
Dalam Kawasan Keselamatan Dalam Kawasan Keselamatan atau Operasional
Operasi Penerbangan Operasi Penerbangan

b. Rekomendasi . . .
- 98 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Rekomendasi Ketinggian
Gedung/Bangunan di Dalam
Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan
81. Masuk Orang pada Daerah Masuk Orang pada Daerah Izin Komersial
Keamanan Terbatas (pas orang) Keamanan Terbatas (pas orang) atau Operasional
82. Masuk Kendaran Pada Daerah Masuk Kendaran Pada Daerah Izin Komersial
Keamanan Terbatas (pas orang) Keamanan Terbatas (pas atau Operasional
kendaraan)
83. Alokasi Kode ELT 406 MHZ Alokasi Kode ELT 406 MHZ Izin Komersial
atau Operasional
84. Alokasi Secondary Surveillance Radar Alokasi Secondary Surveillance Izin Komersial
Mode-S Address Radar Mode-S Address atau Operasional
85. Lisensi Personel Bandar Udara Lisensi Personel Bandar Udara Izin Komersial
atau Operasional
86. Lisensi Personel Pertolongan Lisensi Personel Pertolongan Izin Komersial
Kecelakaan Penerbangan-Pemadam Kecelakaan Penerbangan- atau Operasional
Kebakaran (PKP-PK) Pemadam Kebakaran (PKP-PK)

87. Lisensi . . .
- 99 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
87. Lisensi Personel Pengamanan Lisensi Personel Pengamanan Izin Komersial
Penerbangan Sipil (AVSEC) Penerbangan Sipil (AVSEC) atau Operasional
88. Lisensi Personel Fasilitas Kemanan Lisensi Personel Fasilitas Kemanan Izin Komersial
Penerbangan Penerbangan atau Operasional

89. Lisensi Personel Penanganan Lisensi Personel Penanganan Izin Komersial


Pengangkutan Barang dan/atau Pengangkutan Barang dan/atau atau Operasional
Bahan Berbahaya dengan Pesawat Bahan Berbahaya dengan Pesawat
Udara Udara
90. a. Sertifikat Peralatan Pelayanan Sertifikat Fasilitas Bandar Udara Izin Komersial Digabung
Darat Pesawat Udara (GSE) dan atau Operasional
Kendaraan Operasional yang
Beroperasi di Sisi Udara
b. Sertifikat Peralatan Bantu
Pendaratan Visual (Airfield Lighting
System/AFL)
c. Sertifikat Peralatan Kelistrikan
Bandar Udara

d. Sertifikat . . .
- 100 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
d. Sertifikat Peralatan Mekanikal
Bandar Udara
e. Sertifikat Peralatan Sistem
Informasi dan Elektronika Bandar
Udara
f. Sertifikat Peralatan Pemeliharaan
Bandar Udara
g. Sertifikat Utilitas Bandar Udara
h. Sertifikat Prasarana Bandar Udara
91. a. Sertifikat/Register Bandar Udara Sertifikat/Register Bandar Udara Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Pengesahan Aerodrome Manual
dan Airport Emergency Plan
c. Pengesahan Buku Pedoman SMS
92. Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Izin Komersial
Pelatihan Personel Penerbangan di Pelatihan Personel Penerbangan di atau Operasional
Bidang Bandar Udara Bidang Bandar Udara

93. Sertifikat . . .
- 101 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
93. Sertifikat Lembaga Inspeksi Sertifikat Lembaga Inspeksi Izin Komersial
Keselamatan Bandar Udara, Heliport, Keselamatan Bandar Udara, atau Operasional
dan Waterbase Beregister Heliport, dan Waterbase Beregister
94. Tanda Izin Mengemudi (TIM) Tanda Izin Mengemudi (TIM) Izin Komersial
atau Operasional
95. a. Program Keamanan Bandar Udara Pengesahan Program Keamanan Izin Komersial Digabung
(Airport Security Programme (ASP) atau Operasional
dan Airport Contingency Plan)
b. Pengesahan Program Keamanan
Airlines/Pengoperasian Pesawat
Udara (Aircraft Operation Security
Programme (AOSP))
c. Program Keamanan Air Traffic
Service Provider
d. Program Keamanan Kargo dan Pos
Regulated Agent/Known Consignor
96. Dokumen Rencana Penanggulangan Dokumen Rencana Izin Komersial
Keadaan Darurat/Airport Emergency Penanggulangan Keadaan atau Operasional
Plan Darurat/Airport Emergency Plan

97. Sertifikat . . .
- 102 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
97. Sertifikat Peralatan Fasilitas Sertifikat Peralatan Fasilitas Izin Komersial
Keamanan Penerbangan Keamanan Penerbangan atau Operasional
98. a. Sertifikat Kelaikan Kendaraan Sertifikat Pelayanan Pertolongan Izin Komersial Digabung
PKP-PK Kecelakaan Penerbangan dan atau Operasional
Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
b. Sertifikat Pelayanan Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
99. Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Izin Komersial Digabung
Pelatihan Personel Penerbangan di Pelatihan Personel Penerbangan di atau Operasional
Bidang Keamanan Penerbangan Bidang Keamanan Penerbangan
dan Bidang Dangerous Goods
Dangerous Goods Handling Manual
(DG Manual)
100. Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Izin Komersial
Pelatihan Personel Penerbangan di Pelatihan Personel Penerbangan di atau Operasional
Bidang PKP-PK dan Salvage Bidang PKP-PK dan Salvage
101. a.Lisensi Pemandu Lalu Lintas Lisensi Personel Navigasi Izin Komersial Digabung
Penerbangan/Air Traffic Controller Penerbangan atau Operasional
(ATC)

b. Lisensi . . .
- 103 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Lisensi Pemandu Komunikasi
Penerbangan (FSO, BATS, AGGR)
c. Lisensi Teknisi Telekomunikasi
Penerbangan
d. Lisensi Teknisi Kalibrasi
Penerbangan
e. Lisensi Personel Pelayanan
Informasi Aeronautika
f. Lisensi Personel Perancang
Prosedur Penerbangan
102. Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Izin Komersial
Telekomunikasi Penerbangan Telekomunikasi Penerbangan atau Operasional
103. Sertifikat Lembaga Penyelenggara Sertifikat Lembaga Penyelenggara Izin Komersial
Kalibrasi Fasilitas Navigasi Kalibrasi Fasilitas Navigasi atau Operasional
Penerbangan Penerbangan
104. Sertifikat Penyelenggara Lalu Lintas Sertifikat Penyelenggara Lalu Izin Komersial
Penerbangan LIntas Penerbangan atau Operasional

105. Sertifikat . . .
- 104 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
105. Sertifikat Penyelenggara Pendidikan Sertifikat Penyelenggara Izin Komersial
dan Pelatihan Bidang Navigasi Pendidikan dan Pelatihan Bidang atau Operasional
Penerbangan Navigasi Penerbangan
106. Sertifikat Penyelenggara Perancangan Sertifikat Penyelenggara Izin Komersial
Prosedur Penerbangan Perancangan Prosedur atau Operasional
Penerbangan
107. Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Izin Komersial
Informasi Aeronautika Informasi Aeronautika atau Operasional
108. Dokumen Operasi/Perawatan Pengesahan Dokumen Izin Komersial
Pesawat Udara (awal/revisi) Operasi/Perawatan Pesawat Udara atau Operasional
(awal/revisi)
109. Lisensi Penerbang Perorangan Lisensi Penerbang Perorangan Izin Komersial
atau Operasional
110. Lisensi Teknisi Penerbangan (Flight Lisensi Teknisi Penerbangan (Flight Izin Komersial
Engineering License/FEL) Engineering License/FEL) atau Operasional
111. Lisensi Awak Kabin Pesawat Udara Lisensi Awak Kabin Pesawat Udara Izin Komersial
(Flight Attendant License/FAL) (Flight Attendant License/FAL) atau Operasional

112. Lisensi . . .
- 105 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
112. Lisensi Petugas Operasi Penerbangan Lisensi Petugas Operasi Izin Komersial
(Flight Operation Officer Penerbangan (Flight Operation atau Operasional
License/FOOL) Officer License/FOOL)
113. Llisensi Teknisi Perawatan Pesawat Llisensi Teknisi Perawatan Pesawat Izin Komersial
Udara/Penerbitan Ijasah Ahli Udara/Penerbitan Ijasah Ahli atau Operasional
Perawatan Pesawat Udara Perawatan Pesawat Udara
(AMEL/APPU) (AMEL/APPU)
114. Sertifikat Kesehatan Personel Sertifikat Kesehatan Personel Izin Komersial
Penerbangan Penerbangan atau Operasional
115. Sertifikat Kelaikudaraan Sertifikat Kelaikudaraan Izin Komersial
atau Operasional
116. Sertifikat Kelaikudaraan untuk Sertifikat Kelaikudaraan untuk Izin Komersial
Ekspor Pesawat Udara (Export Ekspor Pesawat Udara (Export atau Operasional
Certificate of Airworthiness) Certificate of Airworthiness)

117. Sertifikat Pendaftaran Pesawat Udara Sertifikat Pendaftaran Pesawat Izin Komersial
Udara atau Operasional

118. a. Sertifikat . . .
- 106 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
118. a. Sertifikat Organisasi Sekolah Sertifikat Lembaga Pendidikan dan Izin Komersial Digabung
Penerbang (PSC 141) Pelatihan Personel Penerbangan di atau Operasional
Bidang Pesawat Udara
b. Sertifikat Organisasi Pusat
Pelatihan (Training Center, TCC
142)
c. Sertifikat Organisasi Pelatihan
Personel Perawatan Pesawat
Udara (AMTO 147)
119. Sertifikat Produksi Sertifikat Produksi Izin Komersial
atau Operasional
120. Sertifikat Pengoperasian Pesawat Sertifikat Pengoperasian Pesawat Izin Komersial
Udara (OC-91) Udara (OC-91) atau Operasional
121. Sertifikat Operator Pesawat Udara Sertifikat Operator Pesawat Udara Izin Komersial
(Air Operator Certificate) (Air Operator Certificate) atau Operasional
122. Sertifikat Organisasi Perawatan Sertifikat Organisasi Perawatan Izin Komersial
Pesawat Udara (Aircraft Maintenance Pesawat Udara (Aircraft atau Operasional
Organization/AMO) Maintenance Organization/AMO)

123. Sertifikat . . .
- 107 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
123. Sertifikat Organisasi /Perorangan Sertifikat Organisasi /Perorangan Izin Komersial
yang Melakukan Kegiatan Rancang yang Melakukan Kegiatan Rancang atau Operasional
Bangun Pesawat Udara, Mesin Bangun Pesawat Udara, Mesin
Pesawat Udara, dan Baling-baling Pesawat Udara, dan Baling-baling
Pesawat Terbang (DOA) Pesawat Terbang (DOA)
124. Penetapan Pengoperasian Pesawat Penetapan Pengoperasian Pesawat Izin Komersial
tanpa awak tanpa awak atau Operasional
125. Penetapan Kawasan Pelatihan Penetapan Kawasan Pelatihan Izin Komersial
Terbang Terbang atau Operasional

126. Izin Usaha Angkutan Penyeberangan - - Dihapus

127. Persetujuan Penyelenggaraan - - Dihapus


Terminal Barang untuk Kepentingan
Sendiri
128. Pengoperasian Angkutan Barang - - Dihapus
Tidak Berbahaya

129. Rencana . . .
- 108 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
129. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja - - Dihapus
Asing
130. Pendaftaran atau Penghapusan - - Dihapus
Tanda Pendaftaran Pesawat Udara
131. Lisensi Navigator Penerbangan (Flight - - Dihapus
Navigator License/FNL)
132. Penerbitan Airworthiness Approval - - Dihapus
Tag (AAT)
133. Validasi bagi Personel Operasi - - Dihapus
Pesawat Udara dari Negara Lain
134. Sertifikasi - - Dihapus

135. Validasi Sertifikat Tipe/Validasi - - Dihapus


Sertifikat Tipe Tambahan (Type
Certificate (TC)/Supplemental Type
Certificate (STC) Validation)

136. Pencatatan . . .
- 109 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
136. Pencatatan dan Penghapusan - - Dihapus
Penjaminan Pesawat Udara
137. Izin Angkutan Barang Khusus (Izin - - Dihapus
Angkutan Barang Berbahaya, Izin
Angkutan Alat Berat)

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

K. PERIZINAN . . .
- 110 -

K. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
A. Perizinan
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
1. a. Izin Stasiun Radio Dinas Tetap dan Izin Penggunaan Spektrum Izin Komersial Digabung
Bergerak Darat Frekuensi Radio atau Operasional Apabila ketersediaan
b. Izin Stasiun Radio Penyiaran spektrum frekuensi radio
Televisi dan Radio tidak memenuhi permintaan
atau kebutuhan
c. Izin Stasiun Radio Dinas penyelenggaraan
Penerbangan telekomunikasi, maka
d. Izin Radio Dinas Maritim perolehan izinnya
dimungkinkan melalui
e. Izin Stasiun Radio Satelit mekanisme pelelangan.
f. Izin Pita Frekuensi Radio

Perizinan . . .
- 111 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Perizinan Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi
2. a. Jaringan Tetap Lokal Berbasis Perizinan Penyelenggaraan Jaringan Izin Komersial Pelaku usaha terlebih
Circuit Switched Telekomunikasi atau Operasional dahulu harus lulus tahapan
seleksi sesuai dengan
b. Jaringan Tetap Lokal Berbasis
ketentuan peraturan
Packed Switched
perundang-undangan.
c. Jaringan Tetap SLJJ
d. Jaringan Tetap SLI
e. Jaringan Tetap Tertutup
f. Jaringan Bergerak Seluler

g. Jaringan Bergerak Satelit

h. Jaringan Bergerak Terestrial Radio


Trunking

Perizinan . . .
- 112 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Perizinan Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi
3. a. Jasa Teleponi Dasar Perizinan Penyelenggaraan Jasa Izin Komersial Digabung
Telekomunikasi atau Operasional Terdapat persyaratan untuk
b. Jasa Nilai Tambah Teleponi:
tiap bidang usaha
1) Layanan Pusat Panggilan
Informasi;
2) Layanan Panggilan Terkelola;
3) Layanan ITKP; dan/atau
4) Layanan Konten.
c. Jasa Multimedia:
1) Layanan Akses Internet
(Internet Service Provider/ISP);
2) Layanan Gerbang Akses
Internet;
3) Layanan Sistem Komunikasi
Data; dan/atau
4) Layanan IPTV.

Perizinan . . .
- 113 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Perizinan Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus
4. Perizinan Penyelenggaraan Perizinan Penyelenggaraan Izin Komersial
Telekomunikasi Khusus Telekomunikasi Khusus untuk atau Operasional
Keperluan Badan Hukum
Perizinan Penyelenggaraan Pos
5. a. Perizinan Penyelenggaraan Pos Perizinan Penyelenggaraan Pos Izin Komersial Digabung
dengan Wilayah Layanan Nasional atau Operasional
b. Perizinan Penyelenggaraan Pos
dengan Wilayah Layanan Provinsi
c. Perizinan Penyelenggaraan Pos
dengan Wilayah Layanan
Kabupaten/Kota
Perizinan Penyelenggaraan Penyiaran
6. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) TV Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) TV Izin Komersial Izin Penyelenggaraan
dan Radio dan Radio atau Operasional Penyiaran hanya dapat
diterbitkan setelah
7. Lembaga Penyiaran Berbayar (TV) Lembaga Penyiaran Berbayar (TV) Izin Komersial memperoleh:
atau Operasional

8. Lembaga . . .
- 114 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
8. Lembaga Penyiaran Komunitas (TV Lembaga Penyiaran Komunitas (TV Izin Komersial a. masukan dan hasil
dan Radio) dan Radio) atau Operasional evaluasi dengar pendapat
antara pemohon dan KPI;
9. Lembaga Penyiaran Publik Lokal (TV Lembaga Penyiaran Publik Lokal (TV Izin Komersial b. rekomendasi kelayakan
dan Radio) dan Radio) atau Operasional penyelenggaraan
penyiaran dari KPI;
c. persetujuan dalam Forum
Rapat Bersama;
d. dalam hal membutuhkan,
Izin penggunaan
spektrum frekuensi radio
B. Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan
10. Pendaftaran Penyelenggara Sistem Pendaftaran Penyelenggara Sistem Izin Komersial
Elektronik Elektronik atau Operasional
11. Pendaftaran Penyelenggara Agen Pendaftaran Penyelenggara Agen Izin Komersial
Elektronik Elektronik atau Operasional
Pendaftaran Lembaga Sertifikasi
12. Untuk mendapat pengakuan sebagai Pendaftaran untuk mendapat Izin Komersial
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik pengakuan sebagai Penyelenggara atau Operasional
Sertifikasi Elektronik

13. Lembaga . . .
- 115 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
13. Lembaga Sertifikasi Keandalan Pendaftaran sebagai Lembaga Izin Komersial
Sertifikasi Keandalan atau Operasional
14. Lembaga Sertifikasi Sistem Pendaftaran sebagai Lembaga Izin Komersial
Manajemen Pengamanan Informasi Sertifikasi Sistem Manajemen atau Operasional
Pengamanan Informasi
Pendaftaran Profesi Profesional
15. Konsultan Teknologi Informasi Pendaftaran Konsultan Teknologi Izin Komersial
Informasi atau Operasional
16. Auditor Teknologi Informasi Pendaftaran Auditor Teknologi Izin Komersial
Informasi atau Operasional
17. Konsultan Hukum bidang Teknologi Pendaftaran Konsultan Hukum Izin Komersial
Informasi Bidang Teknologi Informasi atau Operasional
18. Pendaftaran Auditor Sistem Pendaftaran Auditor Sistem Izin Komersial
Manajemen Pengamanan Informasi Manajemen Pengamanan Informasi atau Operasional

19. Pendaftaran Registrar Nama Domain Pendaftaran Registrar Nama Izin Komersial
selain Instansi Penyelenggara Negara Domain selain Instansi atau Operasional
Penyelenggara Negara

20. Pendaftaran . . .
- 116 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
20. Pendaftaran untuk mendapatkan Pendaftaran untuk mendapatkan Izin Komersial
Sertifikat Kelaikan Sistem Elektronik Sertifikat Kelaikan Sistem atau Operasional
Elektronik
21. Sertifikasi Alat dan Perangkat Sertifikasi Alat dan Perangkat Izin Komersial
Telekomunikasi Telekomunikasi atau Operasional
22. Hak Labuh Satelit Hak Labuh Satelit Izin Komersial
atau Operasional
23. Penomoran Telekomunikasi Penomoran Telekomunikasi Izin Komersial
atau Operasional

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

L. PERIZINAN . . .
- 117 -

L. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KEUANGAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Registrasi Kepabeanan Registrasi Kepabeanan Izin Komersial
atau Operasional
2. Izin Tempat Penimbunan Berikat Izin Tempat Penimbunan Berikat Izin Komersial Pernyataan komitmen:
atau Operasional Pemeriksaan lokasi, proses
bisnis, dan pemenuhan
kriteria
3. Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Nomor Pokok Pengusaha Barang Izin Komersial
Cukai Kena Cukai atau Operasional
4. Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Izin Komersial Pernyataan komitmen:
Ekspor (KITE) Ekspor (KITE) atau Operasional Pemeriksaan lokasi, proses
bisnis, dan pemenuhan
kriteria

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

M. PERIZINAN . . .
- 118 -

M. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PARIWISATA

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Tanda Daftar Usaha Pariwisata Tanda Daftar Usaha Pariwisata Izin Usaha
2. Sertifikasi Usaha Sertifikasi Usaha Izin Komersial
atau Operasional

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

N. PERIZINAN . . .
- 119 -

N. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. a. Izin Usaha Pengedaran Film Izin Usaha Perfilman Izin Usaha Digabung
b. Izin Usaha Ekspor Film
c. Izin Usaha Impor Film
d. Izin Usaha Pertunjukan Film
e. Izin Usaha Penjualan dan/atau
Penyewaan Film
2. Izin Pendirian Program atau Satuan Izin Pendirian Program atau Satuan Izin Usaha
Pendidikan (formal) Pendidikan
3. Izin Pengembangan Program atau Izin Penambahan dan Perubahan Izin Komersial Diubah
Satuan Pendidikan (formal) Program Keahlian pada SMK atau Operasional
4. Kerja Sama Penyelenggaraan antara Izin Operasional Satuan Pendidikan Izin Komersial Diubah
Lembaga Pendidikan Asing dan Kerja Sama (SPK) atau Operasional
Lembaga Pendidikan Indonesia
5. Izin Pendirian Satuan Pendidikan Izin Penyelenggaraan Satuan Izin Komersial Diubah
Nonformal Pendidikan Nonformal atau Operasional

6. Penyelenggaraan . . .
- 120 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
6. Penyelenggaraan Pendidikan Izin Penyelenggaraan Pendidikan Izin Komersial Diubah
Nonformal dengan modal asing Nonformal dengan modal asing atau Operasional
7. Pemberitahuan Pembuatan Film Tanda Pemberitahuan Pembuatan Izin Komersial Diubah
Film atau Operasional
8. a. Pendaftaran Usaha Pembuatan Tanda Daftar Usaha Perfilman Izin Komersial Digabung
Film atau Operasional

b. Pendaftaran Usaha Jasa Teknik


Film
c. Pendaftaran Usaha Pengarsipan
Film
9. Surat
. Rekomendasi Impor Film Surat Rekomendasi Impor Film Izin Komersial
atau Operasional
10. Izin Pembuatan Film oleh orang asing - - Dihapus (tidak dimasukkan
di Indonesia karena berkaitan dengan
security clearance)
11. Izin Pengoperasian Program atau - - Dihapus
Satuan Pendidikan (formal)

Keterangan . . .
- 121 -

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

O. PERIZINAN . . .
- 122 -

O. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PENDIDIKAN TINGGI

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Izin Pendirian Perguruan Tinggi Izin Pendirian Perguruan Tinggi Izin Komersial
atau Operasional
2. Izin Pembukaan Program Studi Izin Pembukaan Program Studi Izin Komersial
atau Operasional
3. Izin Kerja Sama Joint Program Izin Kerja Sama Joint Program Izin Komersial
atau Operasional
4. Izin Perubahan Perguruan Tinggi - - Dihapus
5. Izin Penggabungan dan Penyatuan - - Dihapus
Perguruan Tinggi Swasta

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

P. PERIZINAN . . .
- 123 -

P. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR AGAMA DAN KEAGAMAAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Izin Pendirian satuan pendidikan Izin Pendirian satuan pendidikan Izin Komersial Termasuk semua jenjang
keagamaan keagamaan atau Operasional pendidikan
2. Izin bagi Pendidikan diniyah Izin bagi Pendidikan diniyah Izin Komersial Pengembangan dari non
nonformal yang berkembang menjadi nonformal yang berkembang atau Operasional formal menjadi formal
satuan pendidikan menjadi satuan pendidikan
3. Izin Pendirian Perguruan Tinggi Izin Pendirian Perguruan Tinggi Izin Komersial Termasuk izin pendirian dan
Keagamaan Swasta Keagamaan Swasta atau Operasional perubahan Perguruan Tinggi
Keagamaan Swasta serta
pencabutan izin Perguruan
Tinggi Keagamaan Swasta
4. Izin Pembukaan Program Studi dan Izin Pembukaan Program Studi dan Izin Komersial
Pencabutan izin Program Studi Pencabutan izin Program Studi atau Operasional
Rumpun Ilmu Agama Rumpun Ilmu Agama
5. Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Izin Penyelenggaraan Ibadah Haji Izin Komersial
Khusus bagi Penyelenggara Ibadah Khusus bagi Penyelenggara Ibadah atau Operasional
Haji Khusus Haji Khusus
6. Izin Penyelenggaraan Ibadah Umrah Izin Penyelenggaraan Ibadah Umrah Izin Komersial
bagi Penyelenggara Ibadah Umrah bagi Penyelenggara Ibadah Umrah atau Operasional

7. Izin . . .
- 124 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
7. Izin Pembentukan Lembaga Amil Izin Pembentukan Lembaga Amil Izin Komersial
Zakat (LAZ) Zakat (LAZ) atau Operasional
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Q. PERIZINAN . . .
- 125 -

Q. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KETENAGAKERJAAN


Perizinan Berusaha yang
No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan Pendaftaran
2. IMTA Pengesahan RPTKA Pendaftaran

3. Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Surat Izin Perusahaan Penempatan Izin Usaha Tetap
Migran Indonesia Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI) Penerapan bersifat bersyarat
4. Izin Kantor Cabang Perusahaan Izin Kantor Cabang Izin Usaha
Penempatan Pekerja Migran Indonesia
5. Izin Tempat Penampungan Pekerja Izin Tempat Penampungan Izin Usaha
Migran Indonesia
6. Izin Usaha Lembaga Penempatan Izin Usaha Lembaga Penempatan Izin Usaha
Tenaga Kerja Swasta Tenaga Kerja Swasta
7. Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Izin Usaha
Pekerja Rumah Tangga Pekerja Rumah Tangga
8. Izin Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Izin Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Izin Usaha

9. Izin Operasional Perusahaan Penyedia Izin Operasional Perusahaan Izin Komersial


Jasa Pekerja/Buruh Penyedia Jasa Pekerja/Buruh atau Operasional
10. IMTA Perpanjangan Lintas Provinsi - Dihapus

11. IMTA Perpanjangan Lintas - Dihapus


Kabupaten/Kota
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

R. PERIZINAN . . .
- 126 -

R. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KEPOLISIAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Surat
1 Izin Operasi Surat Izin Operasi Izin Komersial
a. Usaha Jasa Konsultasi Keamanan atau Operasional
b. Usaha Jasa Penerapan Peralatan
Keamanan
c. Usaha Jasa Pelatihan Keamanan
d. Usaha Jasa Kawal Angkut Uang
dan Barang Berharga
e. Usaha Jasa Penyediaan Tenaga
Pengaman
f. Usaha Jasa Penyediaan Satwa

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

S. PERIZINAN . . .
- 127 -

S. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERKOPERASIAN DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM)

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. Izin
1 Koperasi Simpan Pinjam Izin Koperasi Simpan Pinjam Izin Usaha
2. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) Izin Usaha
3. Izin
2 Pembukaan Kantor Cabang Izin Pembukaan Kantor Cabang Izin Komersial
Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam atau Operasional
4. Izin
3 Pembukaan Kantor Cabang Izin Pembukaan Kantor Cabang Izin Komersial
Pembantu Koperasi Simpan Pinjam Pembantu Koperasi Simpan Pinjam atau Operasional
5. Izin
4 Pembukaan Kantor Kas Koperasi Izin Pembukaan Kantor Kas Izin Komersial
Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam atau Operasional

Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

T. PERIZINAN . . .
- 128 -

T. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR KETENAGANUKLIRAN

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
1. a. Izin Impor pembangkit radiasi Izin Impor / ekspor / pengalihan Izin Komersial Digabung
pengion pembangkit radiasi pengion atau Operasional
b. Izin Ekspor pembangkit radiasi
pengion
c. Izin Pengalihan pembangkit radiasi
pengion
2. a. Izin Impor zat radioaktif Izin Impor / ekspor / pengalihan zat Izin Komersial Digabung
radioaktif atau Operasional
b. Izin Ekspor zat radioaktif
c. Izin Pengalihan zat radioaktif
3. Persetujuan pengiriman kembali zat Persetujuan pengiriman kembali zat Izin Komersial
radioaktif radioaktif atau Operasional
4. a. Izin Impor bahan nuklir Izin Impor / ekspor / pengalihan Izin Komersial Digabung
bahan nuklir atau Operasional
b. Izin Ekspor bahan nuklir
c. Izin Pengalihan bahan nuklir

5. a. Izin . . .
- 129 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
5. a. Izin Impor barang konsumen yang Izin Impor / ekspor / pengalihan Izin Komersial Digabung
mengandung zat radioaktif Barang Konsumen*** atau Operasional
b. Izin Ekspor barang konsumen
yang mengandung zat radioaktif
c. Izin Pengalihan barang konsumen
yang mengandung zat radioaktif
6. Izin Produksi pembangkit radiasi Izin Produksi pembangkit radiasi Izin Komersial
pengion pengion atau Operasional
7. Izin Produksi barang konsumen yang Izin Produksi Barang Konsumen*** Izin Komersial
mengandung zat radioaktif atau Operasional
8. Izin penentuan tapak Pengelolaan Izin penentuan tapak Pengelolaan Izin Komersial
limbah radioaktif limbah radioaktif atau Operasional
9. a. Izin Komisioning produksi Izin Produksi radioisotop Izin Komersial Digabung
radioisotop atau Operasional
b. Izin operasi produksi radioisotop
10. Izin Penggunaan dan/atau penelitian Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Menghilangkan lingkup
dan pengembangan dalam Radiologi pengion dalam Radiologi diagnostik atau Operasional penelitian dan
diagnostik dan intervensional dan intervensional pengembangan

11. a. Izin . . .
- 130 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
11. a. Izin Konstruksi Kedokteran nuklir Izin konstruksi dan komisioning Izin Komersial Digabung
diagnostik in-vivo fasilitas sumber radiasi pengion atau Operasional
untuk kedokteran nuklir/
b. Izin Konstruksi Kedokteran nuklir
radioterapi/irradiator/produksi
terapi dengan zat radioaktif
radioisotop/produksi peralatan
c. Izin Konstruksi Kedokteran nuklir sumber radioaktif/Produksi Barang
terapi dengan pembangkit radiasi Konsumen/uji tak rusak/
pengion pengelolaan limbah radioaktif/
d. Izin Konstruksi Radioterapi fasilitas kalibrasi
dengan zat radioaktif
e. Izin Konstruksi Radioterapi
dengan pembangkit radiasi
pengion

f. Izin Kontruksi iradiator kategori II


dan III dengan zat radioaktif
terbungkus;
g. Izin Kontruksi iradiator kategori II
dengan pembangkit radiasi
pengion;

h. Izin . . .
- 131 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
h. Izin Kontruksi iradiator kategori IV
dengan zat radioaktif terbungkus
i. Izin konstruksi Produksi
radioisotop
j. Izin konstruksi radiografi industri
fasilitas tertutup
k. Izin konstruksi fasilitas
pengelolaan limbah radioaktif
l. Izin Konstruksi Fotofluorografi
dengan Pembangkit radiasi
pengion energi tinggi (linac dalam
satuan MeV, atau tabung sinar-x
dalam rentang energi 160 kV - 6
MV)
m. Izin komisioning fasilitas
pengelolaan limbah radioaktif
n. Izin Konstruksi Fasilitas kalibrasi

12. a. Izin . . .
- 132 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
12. a.
. Izin Operasi Kedokteran nuklir Izin Penggunaan Fasilitas Izin Komersial Digabung
diagnostik in-vivo Kedokteran nuklir atau Operasional
b. Izin Operasi Kedokteran nuklir
terapi dengan zat radioaktif
c. Izin Kedokteran nuklir diagnostik
in-vitro
13. a. Izin Operasi fasilitas radioterapi Izin Penggunaan Fasilitas Izin Komersial Digabung
dengan zat radioaktif Radioterapi atau Operasional
b. Izin Operasi radioterapi dengan
pembangkit radiasi pengion
14. a. Izin Penutupan Produksi Izin Dekomisioning fasilitas sumber Digabung
radioisotop radiasi pengon
b. Izin Penutupan iradiator kategori
IV dengan zat radioaktif
terbungkus
c. Izin Penutupan Kedokteran nuklir
diagnostik in-vivo

d. Izin . . .
- 133 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
d. Izin Penutupan Kedokteran nuklir
terapi dengan pembangkit radiasi
pengion
e. Izin Penutupan fasilitas radioterapi
dengan zat radioaktif
f. Izin Penutupan radioterapi
dengan pembangkit radiasi
pengion
g. Izin Penutupan Pengelolaan
limbah radioaktif
15. a. Izin Penggunaan Zat radioaktif Izin Pemeriksaan unjuk kerja Izin Komersial Digabung
untuk sumber pengecek (check peralatan dengan sumber radiasi atau Operasional
sources) pengion
b. Izin Penggunaan Zat radioaktif
untuk standardisasi
16. a. Izin Penggunaan iradiator kategori Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Digabung
I dengan zat radioaktif pengion dalam Iradiator kelas I atau Operasional
terbungkus;

b. Izin . . .
- 134 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Izin Penggunaan iradiator kategori
I dengan pembangkit radiasi
pengion;
17. a. Izin Operasi iradiator kategori II Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Digabung
dan III dengan zat radioaktif pengion dalam Iradiator kelas II atau Operasional
terbungkus;
b. Izin Operasi iradiator kategori II
dengan pembangkit radiasi
pengion;
c. Izin Operasi iradiator kategori IV
dengan zat radioaktif terbungkus
18. a. Izin Penggunaan Zat radioaktif Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Digabung
terbuka atau terbungkus untuk pengion untuk tujuan pendidikan, atau Operasional
tujuan pendidikan, penelitian dan penelitian, dan pengembangan
pengembangan
b. Izin Penelitian dan pengembangan
radiologi diagnostik dan
intervensional;

c. Izin . . .
- 135 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Izin Penelitian dan pengembangan
iradiator kategori I dengan zat
radioaktif terbungkus;
d. Izin Penelitian dan pengembangan
iradiator kategori I dengan
pembangkit radiasi pengion;
e. Izin Penelitian dan pengembangan
gauging industri dengan zat
radioaktif aktivitas tinggi;
f. Izin Penelitian dan pengembangan
radiografi industri fasilitas
terbuka;
g. Izin Penelitian dan pengembangan
well logging;
h. Izin Penelitian dan pengembangan
perunut;

i. Izin . . .
- 136 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
i. Izin Penelitian dan pengembangan
fotofluorografi dengan zat
radioaktif aktivitas sedang atau
pembangkit radiasi pengion
dengan energi sedang;
j. Izin Penelitian dan pengembangan
radioterapi;
k. Izin Penelitian dan pengembangan
fasilitas kalibrasi;

l. Izin Penelitian dan pengembangan


radiografi industri fasilitas
tertutup;
m. Izin Penelitian dan pengembangan
fotofluorografi dengan zat
radioaktif aktivitas tinggi atau
n. Izin pembangkit radiasi pengion
dengan energi tinggi;

o. Izin . . .
- 137 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
o. Izin Penelitian dan pengembangan
iradiator kategori II dan III dengan
zat radioaktif terbungkus;
p. Izin Penelitian dan pengembangan
iradiator kategori II dengan
pembangkit radiasi pengion;
q. Izin Penelitian dan pengembangan
iradiator kategori IV dengan zat
radioaktif terbungkus;
r. Izin Penelitian dan pengembangan
kedokteran nuklir diagnostik in
vivo; dan
s. Izin Penelitian dan pengembangan
kedokteran nuklir terapi.
t. Izin Penelitian dan pengembangan
kedokteran nuklir diagnostik in
vitro;
u. Izin Penelitian dan pengembangan
fluoroskopi bagasi; dan

v. Izin . . .
- 138 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
v. Izin Penelitian dan pengembangan
gauging industri dengan zat
radioaktif aktivitas rendah atau
w. Izin Penelitian dan pengembangan
check-sources;
x. Izin Penelitian dan pengembangan
zat radioaktif untuk kalibrasi;
y. Izin Penelitian dan pengembangan
zat radioaktif untuk standardisasi
19. Izin Penggunaan Fluoroskopi bagasi Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial
pengion untuk pemindaian atau Operasional
bagasi/kargo/peti kemas
20. a. Izin Penggunaan Gauging industri Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Digabung
Pembangkit radiasi pengion energi pengion untuk pengukuran atau Operasional
rendah
b. Izin Penggunaan Gauging industri
Zat radioaktif aktivitas rendah

c. Izin . . .
- 139 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
c. Izin Penggunaan Gauging industri
Zat radioaktif aktivitas tinggi
21. Izin operasi Fasilitas kalibrasi Izin Fasilitas kalibrasi Izin Komersial
atau Operasional

22. a. Izin Zat radioaktif dalam Well Izin Penggunaan sumber radioaktif Izin Komersial Digabung
logging untuk kegiatan Well atau Operasional
logging/perunut/penanda
b. Izin Penggunaan Zat radioaktif
dalam Perunut (tracer)
c. Izin Penggunaan Zat radioaktif
penanda (marker) untuk well
logging
23. Izin Operasi Pengelolaan limbah Izin Fasilitas Pengelolaan limbah Izin Komersial
radioaktif radioaktif atau Operasional

24. a. Izin . . .
- 140 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
24. a. Izin Penggunaan Radiografi Izin Penggunaan sumber radiasi Izin Komersial Digabung
industri fasilitas terbuka pengion untuk kegiatan uji tak atau Operasional
rusak
b. Izin Operasi Radiografi industri
fasilitas tertutup
c. Izin Penggunaan Fotofluorografi
dengan Pembangkit radiasi
pengion energi sedang
d. Izin Operasi Fotofluorografi dengan
Pembangkit radiasi pengion energi
tinggi (linac dalam satuan MeV,
atau tabung sinar-x dalam rentang
energi 160 kV - 6 MV)
e. Izin Penggunaan Fotofluorografi
dengan Zat radioaktif aktivitas
sedang
f. Izin Penggunaan Fotofluorografi
dengan Zat radioaktif aktivitas
tinggi

25. Izin . . .
- 141 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
25. Izin Penyimpanan zat radioaktif Izin Penyimpanan zat radioaktif Izin Komersial
atau Operasional
26. a. Izin Tapak reaktor nuklir Izin Tapak instalasi nuklir Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Izin Tapak instalasi nuklir non
reaktor
27. a. Izin konstruksi reaktor nuklir Izin konstruksi dan komisioning Izin Komersial Digabung
instalasi nuklir atau Operasional
b. Izin konstruksi instalasi nuklir
non reaktor
c. Izin komisioning reaktor nuklir

d. Izin komisioning instalasi nuklir


non reaktor
28. a. Izin operasi reaktor nuklir Izin operasi instalasi nuklir Izin Komersial Digabung
atau Operasional
b. Izin operasi instalasi nuklir non
reaktor
29. a. Izin dekomisioning reaktor nuklir Izin dekomisioning instalasi nuklir Izin Komersial Digabung
atau Operasional

b. Izin . . .
- 142 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
b. Izin dekomisioning instalasi nuklir
non reaktor
30. Izin Penambangan bahan galian nuklir Izin Penambangan bahan galian Izin Komersial
nuklir atau Operasional
31. a. Izin Penelitian dan pengembangan Izin Penelitian, pengembangan, Izin Komersial Digabung
Bahan Nuklir pembuatan, produksi, dan atau Operasional
penyimpanan bahan nuklir
b. Izin Pembuatan Bahan Nuklir
c. Izin Produksi Bahan Nuklir
d. Izin Penyimpanan Bahan Nuklir
32. Persetujuan impor dan/atau ekspor Persetujuan impor dan/atau ekspor Izin Komersial
sumber radiasi pengion sumber radiasi pengion atau Operasional
33. Persetujuan pengiriman Zat Persetujuan pengiriman Zat Izin Komersial Digabung
radioaktif/Bahan nuklir radioaktif/Bahan nuklir dan atau Operasional
Penetapan Lembaga Sertifikasi
Persetujuan desain zat radioaktif
Produk
Persetujuan desain bungkusan zat
radioaktif

Validasi . . .
- 143 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
Validasi persetujuan desain
bungkusan
34. Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Izin Komersial
Proteksi Radiasi Proteksi Radiasi atau Operasional
35. Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Izin Komersial
Instalasi dan Bahan Nuklir Instalasi dan Bahan Nuklir atau Operasional
36. a. Surat Izin Bekerja (SIB) Penetapan lembaga sertifikasi Izin Komersial Digabung
Petugas Keahlian personil petugas IBN dan petugas atau Operasional
FRZR
b. Surat Izin Bekerja (SIB)
Petugas Instalasi dan Bahan
Nuklir
37. Penetapan penguji berkualifikasi Penetapan Lembaga Penilaian Izin Komersial
uji kesesuaian pesawat sinar-X Kesesuaian/sertifikasi produk atau Operasional
sumber radiasi pengion
38. a. Penunjukan laboratorium uji Penetapan laboratorium Izin Komersial Digabung
bungkusan keselamatan radiasi atau Operasional
b. Penunjukan laboratorium
dosimetri dan kalibrasi

39. Penunjukan . . .
- 144 -

Perizinan Berusaha yang


No. Perizinan Berusaha* Jenis Izin Keterangan
dilaksanakan melalui OSS**
39. Penunjukan lembaga kursus Penunjukan lembaga pelatihan Izin Komersial
ketenaganukliran ketenaganukliran atau Operasional
40. Penetapan penghentian kegiatan - - Dihapus
pemanfaatan sumber radiasi pengion Menjadi kewajiban pemegang
izin
41. Pernyataan pembebasan - - Dihapus
Menjadi kewajiban pemegang
izin
42. Penetapan klierens - - Dihapus
Menjadi kewajiban pemegang
izin
43. Persetujuan evaluasi tapak - - Dihapus
reaktor nuklir Digabung dengan izin tapak

44. Persetujuan desain reaktor nuklir - - Dihapus


Digabung dengan izin
konstruksi

45. Persetujuan . . .
LAMPIRAN
P.22-26 KLHK
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018/K.1/8/2018
TENTANG
NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88 Peraturan


Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4412);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5432);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
-3-

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3803);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3816);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4161);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 tentang Nomor 146, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4453) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5056);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
-4-

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696)


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5112)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 327, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5795);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5116);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5217) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 330,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5798);
-5-

17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang


Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5617);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 326, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5794);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6215);
21. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
22. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR
DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.
-6-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perizinan Berusaha adalah persetujuan yang diberikan
kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang
dituangkan dalam bentuk surat/keputusan atau
pemenuhan persyaratan (checklist).
2. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
adalah Perizinan Berusaha yang diberikan
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali
kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik
yang terintegrasi.
3. Pemegang Izin Usaha adalah badan usaha atau
perseorangan yang melakukan kegiatan usaha pada
bidang tertentu.
4. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintahan non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal.
5. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui komputer atau sistem
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
-7-

6. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk


memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin
Komersial atau Operasional.
7. Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional adalah
izin di bidang lingkungan hidup dan kehutanan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
8. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvopastura yang
selanjutnya disebut IUPK Silvopastura adalah kegiatan
kehutanan yang dikombinasikan secara proporsional
dengan usaha peternakan di dalam kawasan hutan
produksi yang meliputi pelepasliaran dan/atau
pengandangan ternak dalam rangka pengelolaan hutan
produksi lestari untuk mendukung program kedaulatan
pangan.
9. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Fishery pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung (IUPK Silvo Fishery)
adalah Izin Usaha yang diberikan untuk memanfaatkan
kawasan hutan dengan menggabungkan usaha
perikanan dengan penanaman mangrove yang diikuti
konsep pengenalan sistem pengelolaan dengan
meminimalkan input dan mengurangi dampak terhadap
lingkungan.
10. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Alam pada Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat
IUPHHK-HA yang sebelumnya disebut Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) adalah izin memanfaatkan hutan produksi
yang kegiatannya terdiri dari pemanenan atau
penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran
hasil hutan kayu.
11. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
Tanaman Industri pada Hutan Tanaman Pada Hutan
Produksi yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI yang
sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
(HPHT) atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
(HPHTI) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
-8-

pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) adalah izin usaha


untuk membangun hutan tanaman pada hutan produksi
yang dibangun oleh kelompok industri untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku
industri.
12. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi
Ekosistem pada Hutan Alam pada Hutan Produksi yang
selanjutnya disingkat IUPHHK-RE adalah izin usaha
yang diberikan untuk membangun kawasan dalam
hutan alam pada hutan produksi yang memiliki
ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi
dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan,
perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk
penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran
satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta
unsur non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu
kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai
keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
13. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada
Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat IUPHHBK-
HP adalah izin usaha yang diberikan untuk
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dari hutan alam
pada hutan produksi melalui kegiatan pengayaan,
pemeliharaan, perlindungan, pemanenan, pengamanan,
dan pemasaran hasil.
14. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Produksi yang selanjutnya disingkat IPHHK-HP adalah
izin untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada
hutan alam di hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan dan pengangkutan untuk jangka waktu dan
volume tertentu.
15. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan
Produksi dan Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat
IPHHBK-HP/HL adalah izin untuk mengambil hasil
hutan bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan
-9-

produksi dalam hutan alam maupun tanaman antara


lain berupa rotan, madu, buah, daun, getah, kulit,
tanaman obat, untuk jangka waktu dan volume tertentu.
16. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Hasil Rehabilitasi pada Hutan Produksi yang
selanjutnya disingkat IUPHHK HTHR-HP adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
berupa kayu dalam areal HTHR melalui penjualan
tegakan.
17. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau
Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan
Lindung yang selanjutnya disebut IUP Rap dan/atau Pan
Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung adalah
izin usaha yang diberikan untuk melakukan pengelolaan
hutan yang menerapkan kegiatan-kegiatan penyimpanan
(stock) karbo, penyerapan karbon dan penurunan emisi
karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung yang
telah dibebani izin/hak atau yang belum dibebani
izin/hak.
18. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada Hutan
Produksi dan Hutan Lindung adalah Izin Usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada
Hutan Produksi dan/atau Hutan Lindung.
19. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan adalah izin yang
diberikan untuk menggunakan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan
tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan
hutan.
20. Pelepasan Kawasan Hutan adalah perubahan
peruntukan Kawasan Hutan Produksi yang dapat
Dikonversi menjadi bukan kawasan hutan.
21. Tukar Menukar Kawasan Hutan adalah perubahan
kawasan Hutan Produksi Tetap dan/atau Hutan
Produksi Terbatas menjadi bukan Kawasan Hutan yang
diimbangi dengan memasukkan lahan pengganti dari
-10-

bukan Kawasan Hutan dan/atau Hutan Produksi yang


dapat Dikonversi yang produktif menjadi kawasan Hutan
Tetap.
22. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang
selanjutnya disingkat IUIPHHK adalah izin untuk
mengolah kayu bulat dan/atau kayu bahan baku serpih
menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu
lokasi tertentu yang diberikan kepada satu pemegang
izin oleh pejabat yang berwenang.
23. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu
yang selanjutnya disingkat IUIPHHBK adalah izin untuk
mengolah hasil hutan bukan kayu menjadi satu atau
beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang
diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat yang
berwenang.
24. Izin Pengadaan dan Peredaran Telur Ulat Sutera adalah
izin yang diberikan kepada badan usaha atau
perorangan yang bergerak di bidang Persuteraan Alam
untuk melakukan pengadaan dan peredaran telur ulat
sutera baik melalui pengadaan dan peredaran dalam
negeri maupun pemasukan dari luar negeri.
25. Penetapan Pengada dan Pengedar Benih dan/atau Bibit
Terdaftar adalah penetapan yang diberikan oleh pejabat
yang berwenang, yang didasarkan pada kepemilikan
sumber benih, sarana dan prasarana serta sumber daya
manusia.
26. Sertifikasi Sumber Benih adalah proses pemberian
sertifikat kepada sumber benih yang menginformasikan
keadaan sumber benih yang bermutu untuk menjamin
kebenaran klarifikasi sumber benih.
27. Sertifikasi Mutu Bibit dan Sertifikasi Mutu Benih adalah
surat keterangan mutu bibit dan mutu benih yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
28. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih Luar Negeri
adalah izin yang diberikan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk kepada badan usaha, badan hukum,
-11-

instansi pemerintah untuk dapat melakukan kegiatan


pemasukan dan pengeluaran benih luar negeri.
29. Izin Pengeluaran Benih Ke Luar Negeri adalah izin yang
diberikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk
kepada badan usaha, badan hukum, instansi
pemerintah untuk dapat melakukan kegiatan
pengeluaran benih ke luar negeri.
30. Izin Lembaga Konservasi adalah izin yang diberikan oleh
Menteri kepada pemohon yang telah memenuhi syarat-
syarat sesuai ketentuan perundang-undangan untuk
membuat lembaga konservasi.
31. Izin Pengusahaan Taman Buru adalah izin yang
diberikan untuk melakukan usaha komersial di taman
buru.
32. Izin Pemanfaatan Komersial untuk Budidaya Tanaman
Obat adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang kepada perseorangan atau badan usaha atau
badan hukum, untuk melakukan kegiatan budidaya
tanaman obat guna kepentingan komersial.
33. Izin Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar adalah izin
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada
perseorangan atau badan usaha atau badan hukum
untuk dapat melakukan penangkaran tumbuhan dan
satwa liar.
34. Izin Peminjaman Satwa Liar yang Dilindungi Ke Luar
Negeri untuk Kepentingan Pengembangbiakan (Breeding
Loan) adalah Izin yang diberikan oleh Menteri untuk
peminjaman satwa liar dilindungi dari lembaga
konservasi dalam negeri kepada lembaga konservasi luar
negeri untuk mendukung upaya pelestarian dan
pengembangbiakan non komersial serta perbaikan
genetik atau penambahan darah baru (fresh blood)
dengan kompensasi.
35. Izin Akses Sumber Daya Genetik dan/atau Pengetahuan
Tradisional-Sumber Daya Genetik Spesies untuk
Kegiatan Komersial adalah Izin yang diterbitkan oleh
Menteri kepada Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi,
-12-

Badan Hukum atau Perseorangan untuk kegiatan


memperoleh dan/atau membawa dan/atau
memanfaatkan sumber daya genetic spesies liat untuk
kegiatan komersial.
36. Izin Pertukaran Jenis Tumbuhan atau Satwa Liar yang
Dilindungi dengan Lembaga Konservasi di Luar Negeri
adalah izin yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat
yang berwenang untuk pertukaran jenis tumbuhan dan
satwa satwa liar dilindungi yang bersumber dan sudah
dipelihara di lembaga konservasi dalam negeri dan
lembaga konservasi luar negeri yang dalam
pelaksanaannya dilakukan antara tumbuhan dengan
tumbuhan dan satwa dengan satwa yang mempunyai
nilai konservasi yang seimbang.
37. Izin Perolehan Spesimen Tumbuhan dan Satwa Liar
untuk Pemanfaatan Konservasi adalah izin yang
diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang berwenang
untuk memperoleh specimen tumbuhan dan satwa liar
untuk pemanfaatan konservasi kepada lembaga
konservasi.
38. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri
adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang untuk mengedarkan spesimen tumbuhan
atau satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang
atau satwa yang dilindungi sebagai hasil penangkaran
atau satwa yang telah ditetapkan sebagai satwa buru di
dalam negeri.
39. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri
adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang untuk mengedarkan spesimen tumbuhan
atau satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang
atau satwa yang dilindungi sebagai hasil penangkaran
atau satwa yang telah ditetapkan sebagai satwa buru di
luar negeri.
40. Izin Peragaan Tumbuhan dan Satwa Liar yang
Dilindungi adalah izin yang dikeluarkan oleh Menteri
atau pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
-13-

memamerkan atau mempertontonkan baik dengan


atraksi maupun tidak terhadap specimen tumbuhan dan
satwa liar yang dilindungi di dalam negeri maupun luar
negeri.
41. Izin Perolehan Induk Penangkaran Tumbuhan dan
Satwa Liar adalah izin yang diterbitkan pejabat yang
berwenang untuk memperbanyak indukan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan
satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya.
42. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam yang
selanjutnya disingkat IUPSWA adalah izin usaha yang
diberikan untuk penyediaan fasilitas sarana serta
pelayanannya yang diperlukan dalam kegiatan
pariwisata alam.
43. Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam yang
selanjutnya disingkat IUPJWA adalah izin usaha yang
diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada
kegiatan pariwisata alam.
44. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi Tahap
Eksploitasi dan Pemanfaatan yang selanjutanya disebut
IPJLPB Tahap Ekploitasi dan Pemanfaatan adalah izin
yang diberikan untuk pengusahaan memanfaatkan jasa
lingkungan panas bumi pada kawasan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam pada tahap
eksploitasi dan pemanfaatan di dalam areal kegiatan
usahanya untuk pemenuhan kebutuhan listrik.
45. Izin Usaha Pemanfaatan Air atau Energi Air untuk Skala
Menengah dan Besar di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya
yang selanjutnya disingkat IUPA atau IUPEA adalah izin
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk
dapat melakukan usaha pemanfaatan air secara
komersial, untuk skala menengah yang memiliki modal
lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta Rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar Rupiah) atau untuk skala besar yang
-14-

memiliki modal lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh


miliar Rupiah).
46. Izin Usaha Pemanfaatan Air atau Energi Air untuk Skala
Mikro dan Kecil di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya yang
selanjutnya disingkat IUPA atau IUPEA adalah izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk dapat
melakukan usaha pemanfaatan air secara komersial,
untuk skala mikro dan kecil yang memiliki modal lebih
dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
Rupiah).
47. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi Tahap
Eksplorasi yang selanjutnya disebut IPJLPB Tahap
Eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk
memanfaatkan panas bumi pada kawasan
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam pada tahap eksplorasi di dalam areal kegiatan
usahanya untuk pemenuhan kebutuhan listrik.
48. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh Izin Usaha dan/atau Kegiatan.
49. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat SPPL adalah pernyataan kessanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan
yang wajib amdal atau UKL-UPL.
50. Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
yang selanjutnya disebut Izin Limbah B3 untuk Usaha
Jasa adalah izin yang diberikan kepada setiap orang/
-15-

badan usaha yang melakukan kegiatan mengumpulkan


Limbah B3, memanfaatkan Limbah B3, mengolah
Limbah B3 dan menimbun Limbah B3.
51. Izin Operasional Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun yang selanjutnya disebut Izin Operasional
Limbah B3 untuk Penghasil adalah izin yang diisikan
persetujuan permohonan untuk melakukan pengelolaan
limbah B3 bagi kegiatan Penyimpanan Limbah B3 yang
diberikan oleh Bupati/Wali Kota dan bagi kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3,
Penimbunan Limbah B3 dan Dumping Limbah B3 yang
diberikan oleh Menteri.
52. Rekomendasi Pengelolaan Limbah B3 untuk
Pengangkutan Limbah B3 adalah surat yang diterbitkan
Menteri untuk menjadi dasar pertimbangan penerbitan
izin operasional dan/atau kegiatan.
53. Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Pemanfaatan Limbah
B3 adalah pernyataan tertulis yang memuat identitas
pemohon, tata cara pelaksanaan uji coba, nama,
sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
dimanfaatkan, dan kewajiban pemenuhan standar
pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3.
54. Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Pengolahan Limbah
B3 adalah pernyataan tertulis yang diterbitkan Menteri
memuat identitas pemohon, lokasi uji coba, dokumen
rencana uji coba, peralatan, metode, teknologi, fasilitas,
tata cara pelaksanaan uji coba, nama, sumber,
karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan diolah,
dan kewajiban pemenuhan standar pelaksanaan
Pengolahan Limbah B3.
55. Rekomendasi Impor Limbah Non B3 adalah surat yang
diterbitkan Menteri untuk menjadi dasar pertimbangan
penerbitan izin operasional dan/atau kegiatan.
56. Izin Pembuangan Air Limbah adalah izin yang diberikan
kepada setiap usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pembuangan dan/atau pemanfaatan air
limbah ke media lingkungan hidup.
-16-

57. Izin Pemanfaatan Air Limbah Untuk Aplikasi pada


Tanah adalah pemanfaatan air limbah suatu jenis usaha
dan/atau kegiatan, yang pada kondisi tertentu masih
mengandung unsur-unsur yang dapat dimanfaatkan,
sebagai substitusi pupuk dan penyiraman tanah pada
lahan pembudidayaan tanaman.
58. Izin Pembuangan Air Limbah secara Injeks adalah Izin
Usaha dan/atau kegiatan hulu minyak dan gas serta
panas bumi ke dalam formasi tertentu di dalam perut
bumi.
59. Izin Emisi adalah izin yang diberikan kepada setiap
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pembuangan emisi ke udara dari sumber tidak
bergerak.
60. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggarakannya suatu usaha dan
atau kegiatan, antara lain berupa gedung, pabrik, unit
pengelolaan limbah dan lahan.
61. Menguasai adalah penguasaan prasarana berdasarkan
kepemilikan sesuai titel hak termasuk sewa, pinjam
meminjam, atau bentuk lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
62. Notifikasi adalah pemberitahuan terkait proses
pelaksanaan kegiatan pelaku usaha dalam pemenuhan
persyaratan atau penyelesaian pemenuhan komitmen
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
63. Hari adalah hari sesuai yang ditetapkan oleh
pemerintah.
64. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.
65. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
66. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Lingkup
Kementerian yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidang Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
sesuai dengan kewenangannya.
-17-

67. Kepala Dinas Provinsi adalah Kepala Dinas yang


diserahi tugas dan tanggung jawab bidang lingkungan
hidup dan kehutanan.
68. Kepala Dinas Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas
yang diserahi tugas dan tanggung jawab bidang
lingkungan hidup dan kehutanan.
69. Kementerian adalah Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.

Bagian Kedua
Tujuan dan Ruang Lingkup

Pasal 2
Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Lingkup Kementerian bertujuan untuk:
a. memberikan kemudahan bagi pengusaha dalam
pengurusan perizinan berusaha di Bidang Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
b. memberikan kemudahan bagi pengusaha dalam
melaksanakan usaha di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; dan
c. memberikan kepastian bagi pengusaha dalam
melaksanakan usaha di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.

Pasal 3
Ruang lingkup Pengaturan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Lingkup Kementerian, terdiri atas:
a. tata cara permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional;
b. pemenuhan komitmen;
c. masa berlaku Izin;
d. pelaksanaan pengawasan pemenuhan kewajiban; dan
e. sanksi.
-18-

BAB II
TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA DAN IZIN
KOMERSIAL ATAU OPERASIONAL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
terdiri atas:
a. Izin Usaha; dan
b. Izin Komersial atau Operasional.
(2) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas:
a. Bidang Pemanfaatan Hutan, terdiri atas:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Pastura
pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (IUPK
Silvopastura);
2. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Fishery
pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (IUPK
Silvo Fishery);
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Alam (IUPHHK-HA) Pada Hutan Produksi;
4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman
(IUPHHK-HTI) Pada Hutan Produksi;
5. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Restorasi Ekosistem pada Hutan Alam (IUPHHK-
RE) pada Hutan Produksi;
6. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHBK) Pada Hutan Produksi;
7. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Produksi;
8. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung;
-19-

9. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada


Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (IUPHHK
HTHR) pada Hutan Produksi;
10. Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau
Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi dan
Hutan Lindung; dan
11. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung;
b. Bidang Penggunaan Kawasan Hutan pada Hutan
Produksi, Hutan Lindung, Pelepasan Kawasan
Hutan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan, terdiri
atas:
1. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan;
2. Pelepasan Kawasan Hutan; dan
3. Tukar Menukar Kawasan Hutan;
c. Bidang Industri Kehutanan terdiri atas:
1. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu
(IUIPHHK); dan
2. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUIPHHBK);
d. Bidang Perbenihan terdiri atas:
1. Izin Pengadaan dan Peredaran Telur Ulat Sutera;
dan
2. Penetapan Pengada dan Pengedar Benih
dan/atau Bibit Terdaftar;
e. Bidang Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan
Tumbuhan/Satwa Liar: Izin Lembaga Konservasi;
f. Bidang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar,
terdiri atas:
1. Izin Pengusahaan Taman Buru;
2. Izin Pemanfaatan Komersial untuk Budidaya
Tanaman Obat; dan
3. Izin Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar;
g. Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan
Konservasi terdiri atas:
1. Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam
(IUPSWA);
-20-

2. Izin Usaha Penyedia Jasa Wisata Alam (IUPJWA);


3. Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi
(IPJLPB) Tahap Ekploitasi dan Pemanfaatan;
4. Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Skala
Menengah dan Besar di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman
Hutan Raya;
5. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) Skala
Menengah dan Besar di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman
Hutan Raya;
6. Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) Skala Mikro
dan Kecil di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya; dan
7. Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) Skala
Mikro dan Kecil di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan
Raya;
h. Bidang Lingkungan Hidup terdiri atas:
1. Izin Lingkungan; dan
2. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL);
i. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3) untuk Usaha Jasa yaitu Izin
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Limbah B3) untuk Usaha Jasa;
(3) Izin Komersial atau Operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Bidang Perbenihan, terdiri atas:
1. Sertifikasi Sumber Benih;
2. Sertifikasi Mutu Bibit dan Sertifikasi Mutu
Benih;
3. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Benih dari
Luar Negeri; dan
4. Izin Pengeluaran Benih Tanaman Hutan ke Luar
Negeri;
-21-

b. Bidang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar,


terdiri atas:
1. Izin Peminjaman Jenis Satwa Liar Dilindungi ke
Luar Negeri untuk Kepentingan Pengembang-
biakan (Breeding Loan);
2. Izin Akses Sumber Daya Genetik (SDG) dan/atau
Pengetahuan Tradisional – Sumber Daya Genetik
Spesies Liar untuk Kegiatan Komersial;
3. Izin Pertukaran Jenis Tumbuhan atau Satwa Liar
Dilindungi dengan Lembaga Konservasi di Luar
Negeri;
4. Izin Perolehan Spesimen Tumbuhan dan Satwa
Liar untuk Lembaga Konservasi;
5. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam
Negeri;
6. Izin Pengedar Tumbuhan dan Satwa Liar Luar
Negeri;
7. Izin Peragaan Tumbuhan dan Satwa Liar
Dilindungi; dan
8. Izin Perolehan Induk Penangkaran Tumbuhan
dan Satwa Liar;
c. Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan
Konservasi yaitu Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Panas Bumi (IPJLPB) Tahap Eksplorasi;
d. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3) untuk Penghasil terdiri atas:
1. Izin Operasional Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk
Penghasil;
2. Rekomendasi Pengelolaan Limbah B3 untuk
Pengangkutan Limbah B3;
3. Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Pemanfaatan
Limbah B3;
4. Persetujuan Pelaksanaan Uji Coba Pengolahan
Limbah B3; dan
5. Rekomendasi Impor Limbah Non B3;
-22-

e. Bidang Pembuangan Air Limbah yaitu Izin


Pembuangan Air Limbah; dan
f. Bidang Emisi yaitu Izin Emisi.

Bagian Kedua
Tata Cara Permohonan

Pasal 5
(1) Permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
diajukan oleh:
a. Pelaku Usaha perseorangan; atau
b. Pelaku Usaha non perseorangan.
(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan orang perorangan
penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan
melakukan perbuatan hukum.
(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. perseroan terbatas;
b. perusahaan umum;
c. perusahaan umum daerah;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;
e. badan layanan umum;
f. lembaga penyiaran;
g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;
h. koperasi;
i. persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap);
j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan
k. persekutuan perdata.

Pasal 6
(1) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
terdiri atas:
-23-

a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan Prasarana


untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau
b. Pelaku Usaha yang memerlukan Prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan.
(2) Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Pelaku Usaha yang telah memiliki atau
menguasai prasarana; atau
b. Pelaku Usaha yang belum memiliki atau menguasai
prasarana.
(3) Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
diterbitkan berdasarkan Komitmen kepada:
a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan prasarana
untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; dan
b. Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan telah
memiliki atau menguasai prasarana.
(4) Izin Usaha diterbitkan berdasarkan Komitmen kepada
Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan tapi belum
memiliki atau menguasai prasarana, setelah Lembaga
OSS menerbitkan:
a. Izin Lokasi;
b. Izin Lokasi Perairan;
c. Izin Lingkungan; dan/atau
d. Izin Mendirikan Bangunan;
berdasarkan Komitmen.

Pasal 7
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) merupakan pelaku usaha yang telah memperoleh Nomor
Induk Berusaha (NIB) yang diterbitkan oleh Lembaga OSS.
-24-

Pasal 8
(1) Permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) diajukan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/
Wali Kota sesuai dengan kewenangannya melalui
Lembaga OSS dilengkapi dengan persyaratan
pernyataan komitmen dan persyaratan teknis.
(2) Penyampaian permohonan dan persyaratan
permohonan kepada Lembaga OSS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), melalui sistem elektronik yang
terintegrasi dan dokumen asli disampaikan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 9
Berdasarkan permohonan dan persyaratan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Direktorat Jenderal,
Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya mengakses dan mengunduh permohonan
dan persyaratan dari sistem elektronik yang terintegrasi.

Bagian Ketiga
Persyaratan Permohonan

Paragraf 1
Umum

Pasal 10
(1) Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
dilengkapi persyaratan berupa:
a. Pernyataan Komitmen; dan
b. persyaratan teknis.
(2) Pernyataan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan pernyataan Pelaku Usaha untuk
memenuhi persyaratan Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional.
-25-

Paragraf 2
Persyaratan Permohonan untuk Mendapatkan Izin Usaha
dan Izin Komersial atau Izin Operasional

Pasal 11
(1) Persyaratan permohonan Izin usaha dan Izin Komersial
atau Operasional baik berupa Pernyataan Komitmen
dan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Format Pernyataan Komitmen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisah dari Peraturan Menteri
ini.

Bagian Keempat
Penyelesaian Permohonan

Pasal 12
(1) Berdasarkan hasil akses dan unduhan permohonan dan
persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9:
a. Direktorat Jenderal;
b. Dinas Provinsi; atau
c. Dinas Kabupaten/Kota;
sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan
terhadap Pernyataan Komitmen dan persyaratan teknis.
(2) Pelaksanaan pengawasan terhadap persyaratan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. melakukan identifikasi dan pemilahan data
kelengkapan persyaratan permohonan;
b. melakukan pemeriksaan legalitas dokumen;
c. melakukan penelitian atau evalusi terhadap
substansi persyaratan permohonan;
d. memberikan arahan penyempurnaan persyaratan
permohonan; dan/atau
-26-

e. melakukan telaahan teknis sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa permohonan:
a. telah memenuhi kelengkapan persyaratan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; atau
b. telah memenuhi kelengkapan persyaratan namun
substansinya tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
apabila memenuhi:
a. kelengkapan persyaratan komitmen dan persyaratan
teknis; dan
b. ketentuan teknis.
(5) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dapat dilakukan verifikasi lapangan.

Pasal 13
(1) Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3), Direktur Jenderal melaporkan
kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal dalam
bentuk Dokumen Elektronik melalui sistem elektronik
yang terintegrasi atau surat secara manual.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Sekretaris Jenderal:
a. dalam jangka waktu 1 (satu) hari menyampaikan
laporan hasil pengawasan kepada Menteri; dan
b. dalam jangka waktu 1 (satu) hari menyampaikan
hasil pengawasan kepada Lembaga OSS dalam
bentuk Dokumen Elektronik melalui sistem
elektronik yang terintegrasi, berupa notifikasi
sebagai berikut:
-27-

1. persetujuan dalam hal permohonan telah


memenuhi persyaratan dan telah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
2. penolakan dalam hal permohonan telah
memenuhi persyaratan dan tidak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14
Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3), Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Kabupaten/Kota melalui Gubernur atau Bupati/Wali
Kota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu 1
(satu) hari, menyampaikan hasil pengawasan kepada
Lembaga OSS dalam bentum Dokumen Elektronik melalui
sistem elektronik yang terintegrasi berupa Notifikasi sebagai
berikut:
a. persetujuan dalam hal permohonan telah memenuhi
persyaratan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
b. penolakan dalam hal permohonan telah memenuhi
persyaratan namun tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 15
Berdasarkan Notifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf b atau Pasal 14, Lembaga OSS
menerbitkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional atau menolak permohonan.

Pasal 16
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diterbitkan
berdasarkan komitmen atau tanpa komitmen sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-28-

Pasal 17
Dalam hal Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
yang tidak memerlukan prasarana untuk menjalankan
usaha dan atau kegiatan, dan memerlukan prasarana
tetapi belum memiliki atau menguasai prasarana serta
tanpa kewajiban memenuhi komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, Pemegang Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional dapat langsung melakukan
kegiatan usaha.

BAB III
PEMENUHAN KOMITMEN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang
diterbitkan berdasarkan komitmen, pemegang izin wajib
menyelesaikan pemenuhan komitmen.

Pasal 19
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional dilarang melakukan kegiatan usaha
sebelum menyelesaikan pemenuhan komitmen.
(2) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikecualikan dalam rangka menyelesaikan pemenuhan
komitmen dan kegiatan lainnya yang ditentukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 1
Tata Cara Penyelesaian Pemenuhan Komitmen

Pasal 20
Setelah Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
diterbitkan, Direktur Jenderal lingkup Kementerian, Kepala
Dinas Daerah Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota
sesuai dengan kewenangannya, memerintahkan kepada
-29-

Pemegang Izin untuk melaksanakan pemenuhan komitmen


tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Paragraf 2
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pelaksanaan Tata Batas

Pasal 21
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan:
a. penataan batas; atau
b. penandaan/pemberian tanda batas.
(2) Pelaksanaan penataan batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui tahapan:
a. pembuatan rencana penataan batas dan peta kerja;
b. pembuatan instruksi kerja penataan batas;
c. pengukuran batas dan pemasangan tanda batas;
d. pemetaan hasil penataan batas;
e. pembuatan dan penandatanganan berita acara dan
peta hasil tata batas; dan
f. penetapan batas areal kerja.
(3) Pelaksanaan penandaan/pemberian tanda batas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
melalui tahapan:
a. pesiapan meliputi kegiatan:
1. pembentukan team kerja;
2. penyiapan peta kerja;
3. penyiapan rencana kerja;
b. pelaksanaan meliputi kegiatan:
1. pengukuran dan pemberian tanda batas;
2. pembuatan Berita Acara Pengukuran dan
Pemberian Tanda Batas;
3. pembuatan laporan; dan
c. penilaian dan pengesahan tanda batas.
-30-

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penataan


batas dan penandaan/pemberian tanda batas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pembuatan Berita
Acara Hasil Pembuatan Koordinat Geografis Batas Areal
yang Dimohon

Pasal 22
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan berita acara
hasil pembuatan koordinat geografis batas areal
terhadap calon areal kerja.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pembuatan berita acara hasil pembuatan koordinat
geografis batas areal terhadap calon areal kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pembayaran Iuran Izin

Pasal 23
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan pembayaran
Iuran Izin Usaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan,
pemungutan dan penyetoran Iuran Izin Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri tersendiri.
-31-

Paragraf 5
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan,
AMDAL atau UKL-UPL

Pasal 24
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan komitmen Izin
Lingkungan, AMDAL atau UKL-UPL.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian
pemenuhan komitmen Izin Lingkungan, AMDAL atau
UKL-UPL diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.

Paragraf 6
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen lainnya

Pasal 25
(1) Pemegang Izin Komersial atau Operasional setelah
menerima perintah penyelesaian pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan
pemenuhan komitmen lainnya meliputi Sertifikat,
Standar dan/atau Lisensi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian
pemenuhan komitmen lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 26
Kewajiban penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 25 berlaku
bagi Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-32-

Bagian Kedua
Tata Cara Pengawasan Penyelesaian Pemenuhan Komitmen

Pasal 27
(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional atas pelaksanaan penyelesaian pemenuhan
komitmen.
(2) Pengawasan pelaksanaan pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. tenggang waktu penyelesaian pemenuhan komitmen;
dan
b. proses penyelesaian pemenuhan komitmen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Tata Cara Penyampaian Penyelesaian Pemenuhan Komitmen

Pasal 28
(1) Pemegang Izin Usaha dan Pemegang Izin Komersial atau
Operasional menyampaikan laporan penyelesaian
pemenuhan komitmen dengan dilampiri dokumen
komitmen kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota
sesuai dengan kewenangannya melalui Lembaga OSS
dengan dokumen elektronik melalui sistem elektronik
terintegrasi.
(2) Berdasarkan laporan penyelesaian pemenuhan
komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Daerah Provinsi atau
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya, mengakses dan mengunduh serta
melakukan pengecekan dan penelaahan atas dokumen
penyelesaian komitmen.
-33-

(3) Dalam rangka pengecekan dan penelaahan dokumen


penyelesaian komitmen sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Direktur Jenderal, Kepala Dinas Provinsi atau
Kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya, dapat melakukan verifikasi lapangan.

Bagian Keempat
Tata Cara Penyampaian Notifikasi pada Sistem OSS

Pasal 29
(1) Berdasarkan hasil pengecekan dan penelaahan atas
dokumen penyelesaian komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2), Direktur Jenderal,
Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya,
menyampaikan hasil pengecekan kepada Lembaga OSS
berupa Dokumen Elektronik melalui sistem elektronik
yang terintegrasi, berupa Notifikasi:
a. pernyataan definitif Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional apabila telah menyelesaikan
seluruh pemenuhan komitmen sesuai dengan
tenggang waktu yang ditentukan dan proses
penyelesaian pemenuhan komitmen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
b. pembatalan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional apabila belum menyelesaikan
pemenuhan komitmen atau menyelesaikan
komitmen melebihi tenggang waktu yang telah
ditentukan dan atau tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Berdasarkan Notifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Lembaga OSS:
a. memberikan pernyataan definitif Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional; atau
b. menerbitkan pembatalan Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional.
-34-

(3) Dalam hal Izin Usaha atau Izin Operasional dibatalkan,


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, Pelaku
Usaha dapat mengajukan permohonan ulang dan
Penyelesaian Komitmen yang telah dipenuhi tetap diakui
sepanjang tidak ada perubahan dalam hasil penelaahan
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
huruf e.

Pasal 30
Dalam hal Lembaga OSS telah memberikan pernyataan
definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf a, Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
berlaku efektif dan Pemegang Izin dapat langsung
menjalankan kegiatan usaha.

BAB IV
MASA BERLAKU IZIN

Pasal 31
(1) Izin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya, kecuali diatur lain dalam
undang-undang.
(2) Izin Komersial atau Operasional berlaku sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur masing-masing
izin.

Pasal 32
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional dapat mengembalikan Izin kepada Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya sebelum jangka waktu Izin berakhir.
(2) Pengembalian Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
menghilangkan kewajiban Pemegang Izin yang melekat
dalam Izin.
-35-

BAB V
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Pelaksanaan atas Pemenuhan Kewajiban

Pasal 33
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional setelah mendapat penetapan definitif dari
Lembaga OSS, wajib:
a. menyelesaikan pemenuhan kewajiban izin;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi; dan/atau
c. melaksanakan usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan Izin.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 34
Pelaksanaan atas pemenuhan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan pengawasan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.

BAB VI
SANKSI

Pasal 35
(1) Dalam hal hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ditemukan ketidaksesuaian atau
penyimpangan, diambil tindakan.
-36-

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:


a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha.

Pasal 36
(1) Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban, Menteri, Gubernur, Bupati/Wali
Kota sesuai kewenangannya melakukan peringatan
dan/atau pengenaan denda administratif.
(2) Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban, Menteri, Gubernur, Bupati/ Wali
Kota sesuai dengan kewenangannya menyampaikan
kepada Lembaga OSS berupa dokumen elektronik
melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Lembaga OSS mengambil tindakan penghentian
sementara kegiatan berusaha atau pencabutan Perizinan
Berusaha.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata waktu penyelesaian
proses Perizinan Berusaha di bidang teknis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Perizinan Berusaha yang telah terbit sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai berakhirnya Izin;
-37-

b. permohonan Perizinan Berusaha yang telah diajukan


oleh Pelaku Usaha sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, dan
belum diterbitkan Izinnya, diproses melalui sistem OSS
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini;
c. Persetujuan Prinsip Izin Usaha yang telah memenuhi
kewajiban atau belum memenuhi kewajiban, yang terbit
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, diproses
lebih lanjut sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.

Pasal 39
Perpanjangan, perluasan areal kerja, atau perubahan
kegiatan Perizinan Berusaha, diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 40
Dalam hal Perizinan Berusaha tidak atau belum tercantum
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau belum dapat diproses melalui Lembaga OSS,
maka Perizinan Berusaha diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41
Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini semua
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelayanan perizinan berusaha di bidang lingkungan hidup
dan kehutanan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
-38-

Pasal 42
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 927

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

KRISNA RYA
-1-

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NOMOR P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 P
TENTANG
NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN
KRITERIA PERSYARATAN TEKNIS, PERSYARATAN KOMITMEN DAN PEMENUHAN KOMITMEN, JENIS USAHA, DAN KEWENANGAN PENGAWASAN
PERIZINAN BERUSAHA

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen

Bidang Pemanfaatan Hutan

1. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Kawasan Silvo Kawasan Silvo belum memiliki/ b. Peta Areal UKL/UPL;
Pastura Pada Pastura Pada Permohonan b. Pembuatan
menguasai
Hutan Produksi Hutan Produksi IUPK- Berita acara
prasarana.
dan Hutan dan Hutan Silvopastura Hasil
Lindung (IUPK Lindung (IUPK skala 1:5.000 pembuatan
Silvopastura) Silvopastura) beserta electronic koordinat
file format shp; geografis batas
c. Pakta Integritas; areal yang
dan dimohon; dan
d. Proposal Teknis. c. Iuran IUPK
Silvo Pastura.
-2-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
2. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Kawasan Silvo Kawasan Silvo belum memiliki/ b. Peta Areal UKL/UPL;
Fishery Pada Fishery Pada Permohonan b. Pembuatan
menguasai
Hutan Produksi Hutan Produksi IUPK- Silvo Berita Acara
prasarana.
dan Hutan dan Hutan Fishery skala hasil
Lindung (IUPK Lindung (IUPK 1:5.000 beserta pembuatan
Silvo Fishery) Silvo Fishery) electronic file koordinat
format shp; geografis batas
c. Pakta areal yang
Integritas; dan dimohon; dan
d. Proposal teknis. c. Iuran IUPK
Silvo Fishery.

3. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ b. Pernyataan UKL/UPL;
Kayu Pada Kayu Pada yang dibuat di b. Pembuatan
menguasai
Hutan Alam Hutan Alam hadapan Berita Acara
prasarana.
(IUPHHK-HA) (IUPHHK-HA) Notaris, yang hasil
Pada Hutan Pada Hutan menyatakan pembuatan
Produksi Produksi kesediaan koordinat
untuk geografis batas
membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran
dan/atau di IUPHHK-HA.
Kabupaten/
Kota;
c. Pernyataan
yang dibuat di
-3-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan;
d. Areal yang
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
Hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp);
-4-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Pakta
Integritas;
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
-5-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
g. Proposal
Teknis.
4. Izin Usaha Izin Usaha Kriteria: a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan (IL); AMDAL atau
Memerlukan
Hasil Hutan Hasil Hutan b. Pernyataan UKL/UPL;
prasarana tetapi
Kayu Hutan Kayu Hutan yang dibuat di b. Pembuatan
belum memiliki/
Tanaman Tanaman hadapan Berita acara
menguasai Notaris, yang hasil
Industri Pada Industri Pada
prasarana. menyatakan pembuatan
Hutan Tanaman Hutan Tanaman
(IUPHHK-HTI) (IUPHHK-HTI) kesediaan koordinat
pada Hutan pada Hutan untuk geografis batas
Produksi Produksi membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran
dan/atau di IUPHHK-HTI.
Kabupaten/
Kota.
-6-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
c. Pernyataan
yang dibuat di
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
d. Areal yang
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
-7-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp);
e. Pakta
Integritas.
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin Untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
-8-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
dan
g. Proposal
Teknis.
-9-

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
5. Izin Usaha Izin Usaha Kriteria: a. Izin a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan Lingkungan; dokumen Amdal
Memerlukan
Hasil Hutan Hasil Hutan b. Pernyataan atau UKL-UPL;
prasarana tetapi
Kayu Restorasi Kayu Restorasi yang dibuat di b. Pembuatan
belum memiliki/
Ekosistem Pada Ekosistem Pada hadapan Berita Acara
menguasai Notaris, yang hasil
Hutan Alam Hutan Alam
prasarana. menyatakan pembuatan
(IUPHHK-RE) (IUPHHK-RE)
pada Hutan pada Hutan kesediaan koordinat
Produksi Produksi untuk geografis batas
membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran IUPHHK-
dan/atau di RE.
Kabupaten
/Kota;
c. Pernyataan
yang dibuat di
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan;
d. Areal yang
- 10 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
Hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp):
e. Pakta
Integritas;
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
- 11 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin Untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
- 12 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
dan
g. Proposal
Teknis.

6. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi Lingkungan; AMDAL atau
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ b. Lokasi dan atau UKL-UPL;
Bukan Kayu Bukan Kayu luasan areal b. Pembuatan
menguasai
(IUPHHBK) pada (IUPHHBK) pada yang dimohon Berita Acara
prasarana.
Hutan Produksi. Hutan Produksi. yang hasil
dituangkan pembuatan
dalam bentuk koordinat
peta dengan geografis batas
skala 1:5000 areal yang
s.d skala dimohon; dan
1:50.000; c. Iuran
c. Pakta IUPHHBK.
Integritas;
d. Proposal teknis;
dan
e. Dalam hal areal
yang dimohon
merupakan
areal Hutan
Tanaman Hasil
Rehabilitasi
(HTHR) maka
- 13 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pemohon wajib
melengkapi,
yaitu :
1) surat
pernyataan
tidak
menguasai/
memiliki atas
tegakan hasil
kegiatan
rehabilitasi
(khusus
tanaman
hasil
rehabilitasi);
dan
2) hasil
telaahan
areal Hutan
Tanaman
Hasil
Rehabilitasi
(HTHR) dari
Direktorat
Jenderal.
7. Izin Izin Memerlukan a. Surat keterangan Tanpa komitmen Izin Usaha Gubernur
Pemungutan Pemungutan prasarana tetapi kepala desa
- 14 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ bahwa yang
Kayu pada Kayu pada menguasai bersangkutan
Hutan Produksi Hutan Produksi prasarana. adalah
masyarakat
setempat untuk
pemohon
perorangan;
b. Persetujuan
Kepala KPH;
c. Pakta Integritas;
d. Luas dan peta
lokasi areal yang
dimohon disertai
koordinat
geografis yang
diketahui oleh
Kepala KPH;
e. Daftar nama,
tipe dan jenis
peralatan yang
akan
dipergunakan
dalam
melakukan
kegiatan
pemungutan
hasil hutan; dan
f. Pernyataan
kesanggupan
melakukan
penanaman
- 15 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
berupa jenis
tanaman HHK
yang dipungut.

8. Izin Izin Memerlukan a. Surat keterangan Tanpa Komitmen Izin Usaha Gubernur
Pemungutan Pemungutan prasarana tetapi kepala desa
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ bahwa yang
Bukan Kayu Bukan Kayu bersangkutan
menguasai
pada Hutan pada Hutan adalah
prasarana
Produksi dan Produksi dan masyarakat
Hutan Lindung Hutan Lindung setempat untuk
pemohon
perorangan;
b. Persetujuan
Kepala KPH;
c. Pakta Integritas;
d. Luas dan peta
lokasi areal yang
dimohon disertai
koordinat
geografis yang
diketahui oleh
Kepala KPH;
e. Daftar nama,
tipe dan jenis
peralatan yang
akan
dipergunakan
dalam
melakukan
kegiatan
- 16 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pemungutan
hasil hutan; dan
f. Pernyataan
kesanggupan
melakukan
penanaman
berupa jenis
tanaman HHBK
yang dipungut.
9. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Laporan dokumen Amdal
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ keuangan atau UKL-UPL;
Kayu pada Kayu pada perusahaan satu b. Iuran IUPHHK
menguasai
Hutan Tanaman Hutan Tanaman tahun terakhir HTHR; dan
prasarana
Hasil Hasil yang telah c. RKT Tebangan
Rehabilitasi Rehabilitasi diaudit oleh berdasarkan
(IUPHHK HTHR) (IUPHHK HTHR) Akuntan Publik hasil
pada Hutan pada Hutan atau laporan inventarisasi.
Produksi Produksi keuangan
koperasi satu
tahun terakhir;
c. Dokumen
mengenai bidang
usaha
Kehutanan/
Pertanian/
Perkebunan; dan
d. Surat
pernyataan
sanggup
- 17 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
membayar lunas
atas harga
tegakan, PSDH
dan DR serta
kesanggupan
untuk menanam
kembali 100%
(seratus) persen
dari areal yang
dimohon dan
diketahui oleh
Notaris.
10. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Proposal Usaha dokumen Amdal
Penyerapan Penyerapan belum memiliki/ Pemanfaatan atau UKL-UPL;
dan/atau dan/atau Penyerapan b. Pembuatan
menguasai
Penyimpanan Penyimpanan dan/atau Berita Acara
prasarana.
Karbon pada Penyimpanan hasil
Karbon pada
Hutan Produksi Karbon; dan pembuatan
Hutan Produksi c. Peta Areal koordinat
dan Hutan dan Hutan
Lindung Permohonan IUP geografis batas
Lindung RAP dan/atau areal yang
PAN Karbon dimohon; dan
skala minimal c. Iuran IUP RAP
1:50.000 untuk dan/atau PAN
luasan areal Karbon.
yang dimohon di
atas 10.000
(sepuluh ribu)
hektar atau
- 18 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon di
bawah 10.000
(sepuluh ribu)
hektar, dengan
mengacu pada
peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI)
dan disertai
dengan berkas
digital dalam
format shape file
(shp).
11. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Proposal rencana dokumen Amdal
Jasa Jasa belum memiliki/ pengusahaan atau UKL-UPL;
Lingkungan Lingkungan jasa lingkungan b. Iuran Izin
menguasai
pada Hutan pada Hutan di hutan Usaha
prasarana
Produksi dan Produksi dan produksi. Pemanfaatan
Hutan Lindung Hutan Lindung c. Surat keterangan Jasa
kepemilikan Lingkungan;
modal atau dan
referensi bank. c. Desain fisik (site
plan dan DED
(90 hari).
- 19 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen

Bidang Penggunaan Kawasan Hutan Pada Hutan Produksi, Hutan Lindung, Pelepasan Kawasan Hutan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
12. Izin Pinjam Izin Pinjam Memerlukan a. Perizinan/ a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri a. Bagi izin
Pakai Kawasan Pakai Kawasan prasarana tetapi Perjanjian di AMDAL/UKL- usaha
Hutan Hutan belum memiliki/ bidangnya yang UPL; eksplorasi,
diterbitkan oleh b. Menyelesaikan persyaratan
menguasai
pejabat sesuai tata batas; komitmen
prasarana.
kewenangannya; c. Menyampaikan dan
b. Lokasi dan peta lokasi pemenuhan
luasan areal rencana komitmen
yang dimohon penanaman hanya
yang dituangkan dalam rangka dikenakan
dalam bentuk rehabilitasi sebagaimana
peta skala Daerah Aliran tersebut
paling kecil Sungai; huruf a dan
1:50.000 atau d. Menyerahkan f.
lebih besar lahan b. Bagi izin
dalam bentuk kompensasi usaha untuk
softcopy format kepada Menteri kegiatan
shapefile dengan dengan ratio 1:2 pembangun-
koordinat sistem yang an nasional
UTM Datum dituangkan yang bersifat
WGS 84; dalam Berita vital, yaitu
c. Rekomendasi Acara Serah panas bumi,
Gubernur; Terima Lahan minyak dan
d. Izin lingkungan; Kompensasi gas bumi,
e. Peta citra bagi pemegang ketenaga-
penginderaan izin pinjam listrikan,
jauh dengan pakai kawasan waduk,
resolusi minimal hutan dengan bendungan,
5 (lima) meter kompensasi dan kegiatan
- 20 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
liputan 1 (satu) lahan; yang
tahun terakhir e. Menyampaikan termasuk
dilampiri dengan matriks dan dalam
softcopy dengan peta baseline proyek
koordinat sistem penggunaan strategis
UTM Datum kawasan hutan nasional
WGS 84; dan sesuai dengan yang
f. Pertimbangan hasil tata batas ditetapkan
teknis dari dan dokumen oleh
Perum lingkungan bagi Pemerintah,
Perhutani dalam pemegang izin dapat
hal permohonan pinjam pakai melakukan
berada dalam kawasan hutan kegiatan
wilayah kerja dengan usaha
Perum kewajiban sebelum
Perhutani. membayar menyelesai-
PNBP kan
penggunaan Pemenuhan
kawasan hutan; Komitmen,
dan kecuali
f. Menyampaikan Komitmen
pernyataan huruf a.
dalam bentuk
Akta Notariil
bahwa bersedia
untuk
memenuhi
kewajiban izin
pinjam pakai
kawasan hutan.
- 21 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
13. Pelepasan Pelepasan a. Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Kawasan Hutan Kawasan Hutan prasarana b. proposal dan dokumen Amdal
tetapi belum rencana teknis atau UKL-UPL;
memiliki/ yang dan
menguasai ditandatangani b. Pelaksanaan
prasarana; oleh tata batas.
b. Memerlukan pimpinan badan
prasarana usaha/
untuk badan hukum
menjalankan atau pimpinan
usaha yayasan disertai
dan/atau peta lokasi skala
kegiatan dan 1 : 50.000 atau
telah memiliki lebih besar
atau menguasai dengan informasi
prasarana luas kawasan
sesuai hutan yang
ketentuan dimohon dalam
peraturan bentuk hardcopy
perundang- dan softcopy
undangan format shapefile
bidang dengan
Lingkungan koordinat sistem
Hidup dan geografis atau
Kehutanan. UTM Datum
WGS 84;
c. laporan dan
rekomendasi
hasil penelitian
Tim Terpadu;
d. izin lokasi dari
- 22 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
gubernur atau
bupati/
walikota sesuai
dengan
kewenangannya;
e. pertimbangan
Gubernur;
f. pernyataan
dalam bentuk
Akta Notariil
(dikecualikan
untuk
permohonan
yang diajukan,
perseorangan,
kelompok orang,
dan/atau
masyarakat):
1) kesanggupan
untuk
memenuhi
semua
kewajiban dan
kesanggupan
menanggung
seluruh biaya
sehubungan
dengan proses
pelepasan
kawasan hutan;
- 23 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
2) semua
dokumen yang
dilampirkan
dalam
permohonan
adalah sah;
3) tidak
melakukan
kegiatan di
lapangan
sebelum ada
izin;
4) belum melebihi
batas maksimal
luas yang
ditetapkan;
5) kesanggupan
membangun
kebun untuk
masyarakat
sekitar
kawasan hutan
pada kawasan
hutan yang
dilepaskan
dengan luas
paling sedikit
20% (dua puluh
perseratus) dari
total kawasan
hutan yang
- 24 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dilepaskan dan
dapat
diusahakan;
dan
6) Lokasi
pembangunan
kebun untuk
masyarakat
merupakan
bagian dari
kawasan hutan
yang
dilepaskan.
- 25 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
14. Izin Tukar Izin Tukar a. Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Menukar Menukar prasarana b. Proposal, dokumen Amdal
Kawasan Hutan Kawasan Hutan tetapi belum rencana teknis atau UKL-UPL;
memiliki/ atau rencana b. Pelaksanaan
menguasai induk termasuk tata batas areal
prasarana; rencana lahan yang dimohon;
b. Memerlukan pengganti dan dan
prasarana reboisasi/ c. Berita Acara
untuk penanaman; Tukar Menukar.
menjalankan c. pertimbangan
usaha teknis dari
dan/atau Direktur Utama
kegiatan dan Perusahaan
telah memiliki Umum Perhutani
atau menguasai apabila kawasan
prasarana hutan yang
sesuai dimohon
ketentuan merupakan
peraturan wilayah kerja
perundang- Perusahaan
undangan Umum
bidang Perhutani;
Lingkungan d. hasil penafsiran
Hidup dan citra satelit 2
Kehutanan. (dua) tahun
terakhir dan
usulan lahan
pengganti atas
kawasan hutan
yang dimohon
dijamin
- 26 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
kebenarannya
dengan surat
pernyataan dari
pemohon;
e. laporan dan
rekomendasi
hasil penelitian
Tim Terpadu;
f. izin lokasi dari
bupati/walikota/
gubernur sesuai
kewenangannya;
g. izin usaha bagi
permohonan
yang diwajibkan
mempunyai izin
usaha;
h. rekomendasi
Gubernur atau
Bupati/Walikota,
dilampiri peta
kawasan hutan
yang dimohon
dan usulan
lahan pengganti
pada peta dasar
dengan skala
minimal 1
:100.000;
i. pernyataan
untuk tidak
- 27 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
mengalihkan
kawasan hutan
yang dimohon
kepada pihak
lain dan
kesanggupan
untuk memenuhi
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan dalam
bentuk surat
pernyataan
tersendiri bagi
pemohon
Pemerintah atau
pemerintah
daerah; dan
j. pernyataan
untuk tidak
mengalihkan
kawasan hutan
yang dimohon
kepada pihak
lain dan
kesanggupan
untuk memenuhi
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan dalam
- 28 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bentuk akta
notaris bagi
pemohon badan
usaha atau
yayasan.

Bidang Industri Kehutanan


15. a. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan Dokumen Proposal a. Izin Izin Usaha Menteri a. Izin Lokasi
Industri Industri Primer prasarana dan Teknis yang telah Lingkungan, dikecualikan
Primer Hasil Hasil telah memiliki/ memperoleh AMDAL atau bagi
Hutan Kayu menguasai persetujuan UKL-UPL; Pemohon
Hutan Kayu
kapasitas prasarana. Direktur yang b. Izin Lokasi; dan IUIPHHK di
(IUIPHHK)
produksi sama membidangi c. Izin Mendirikan dalam areal
dengan atau di Pengolahan dan Bangunan IUPHHK
atas 6.000 Pemasaran Hasil (IMB). atau
m3/tahun Hutan. Pengelolaan
Hutan dan
di dalam
Kawasan
Industri;
b. IL bagi
Pemohon
IUIPHHK di
dalam areal
IUPHHK
milik sendiri
mengguna-
kan IL
IUPHHK,
- 29 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
atau IL
Pemohon
IUIPHHK
bagi IPHHK
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan; dan
c. IMB
dikecualikan
bagi
Pemohon
IUIPHHK di
dalam areal
IUPHHK atau
Pengelolaan
Hutan atau
Kawasan
Industri.

Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Industri Primer Industri Primer prasarana dan dan dokumen Amdal
Hasil Hutan Hasil Hutan belum b. Dokumen atau UKL-UPL;
Kayu kapasitas Kayu (IUIPHHK) memiliki/mengua Proposal Teknis dan
produksi sama sai prasarana yang telah b. Pelaksanaan
dengan atau di memperoleh Tata Batas.
atas 6.000 persetujuan
Direktur yang
m3/tahun
membidangi
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
- 30 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Hutan.

b. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan Dokumen Proposal a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur a. SPPL, dalam
Industri Industri Primer prasarana dan Teknis yang telah Izin hal Pemohon
Primer Hasil Hasil Hutan telah memiliki/ memperoleh Lingkungan, IUIPHHK
Hutan Kayu Kayu (IUIPHHK) persetujuan Kepala dokumen Amdal jenis
menguasai
kapasitas Dinas Provinsi atau atau UKL-UPL; penggergajia
prasarana.
produksi di Kepala KPH. b. Izin Lokasi; dan n kayu
bawah 6.000 c. Izin Mendirikan kapasitas
Bangunan izin produksi
m3/tahun
(IMB). sampai
dengan
2.000
m3/tahun,
atau
Pemohon
IUIPHHK
jenis
Industri
Bioenergi
Arang Kayu
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan;
b. Dokumen
Proposal
Teknis yang
telah
memperoleh
persetujuan
- 31 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Kepala KPH,
dalam hal
pemohon
jenis
Industri
Bioenergi
Arang Kayu
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan; dan
c. Pemohon
IUIPHHK
jenis
penggergaji-
an kayu
kapasitas
izin produksi
sampai
dengan
2.000
m3/tahun
hanya
Perorangan
dan
Koperasi.
- 32 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
16. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan Dokumen Proposal a. Izin Lokasi; Izin Usaha a. Menteri a. Izin Lokasi,
Industri Primer Industri Primer prasarana dan Teknis yang telah b. Izin Mendirikan dalam hal dikecualikan
Hasil Hutan Hasil Hutan telah memiliki/ memperoleh Bangunan IUIPHHBK di bagi
Bukan Kayu Bukan Kayu persetujuan Kepala (IMB); dan dalam areal IUIPHHBK di
menguasai
(IUIPHHBK) (IUIPHHBK) Dinas Provinsi atau c. Izin Lingkungan IUPHH; atau dalam areal
prasarana.
Direktur yang (IL) atau SPPL. b. Gubernur. IUPHH/
membidangi Pengelolaan
Pengolahan dan Hutan dan
Pemasaran Hasil di dalam
Hutan. Kawasan
Industri
serta bagi
pemohon
IPHHBK
Skala Kecil.
b. IMB
dikecualikan
bagi
IUIPHHBK di
dalam areal
IUPHH/
Pengelolaan
Hutan dan
didalam
Kawasan
industri
serta bagi
Pemohon
IPHHBK
Skala Kecil.
- 33 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
c. IL bagi
Pemohon
IUIPHHBK di
dalam areal
IUPHH milik
sendiri
mengunakan
IL IUPHH,
atau IL
Pemohon
IUIPHHBK
bagi IPHHBK
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan.
d. SPPL dalam
hal Pemohon
IUIPHHBK
skala kecil.

Bidang Perbenihan
- 34 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
17. Izin Pengadaan Izin Pengadaan Tidak a. Memiliki Tanpa Komitmen Izin Usaha Dirjen PSKL
dan Peredaran dan Peredaran memerlukan peralatan
Telur Ulat Telur Ulat prasarana untuk laboratorium
Sutera Sutera menjalankan minimum unit
usaha dan atau uji Pebrine;
kegiatan. b. Pemilikan kebun
murbey;
c. Pemilikan
gedung
pemeliharaan
ulat;
d. Pemilikan
fasilitas
pembibitan; dan
e. Memiliki tenaga
ahli yang
kompeten.
18. Penetapan Penetapan Tidak Pengada dan a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri/
Pengadaan dan Pengada dan memerlukan Pengedar Benih Berita Acara Gubernur
Pengedar Benih Pengedar Benih prasarana untuk Terdaftar: hasil penilaian/
dan/atau Bibit dan/atau Bibit menjalankan a. Memiliki atau pemeriksaan di
Terdaftar Terdaftar usaha dan atau mengelola atau lapangan; dan
kegiatan memanfaatkan b. Surat
sumber benih Penetapan
sertifikat; sebagai
b. Memiliki sarana Pengada dan
dan prasarana pengedar Benih
perbenihan; dan/atau Bibit
c. Memiliki tenaga Terdaftar.
ahli atau
- 35 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
terampil di
bidang
perbenihan;
d. Memiliki stok
benih yang
bersertifikat;
dan
e. Memiliki surat
penunjukan dari
pengelola
sumber benih
bersertifikat
sebagai
distributor.

Penetapan Pengada
dan pengedar Bibit
Terdaftar:
a. Memiliki atau
mengelola atau
memanfaatkan
sumber benih
bersertifikat;
b. Memiliki sarana
dan prasarana
pembibitan/
persemaian
(penyimpanan
benih,
penaburan
benih,
- 36 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pertumbuhan
stek,
penyapihan,
pembesaran
bibit dan
fasilitas
pengangkut
bibit;
c. Memiliki tenaga
ahli atau
terampil di
bidang
pembibitan;
d. Memiliki stok
bibit yang
bersertifikat;
dan
e. Terdapat
aktifitas
pembuatan bibit.
19. Sertifikasi Sertifikasi Memerlukan Dokumen Menyelesaikan Izin Komersial Menteri/
Sumber Benih Sumber Benih prasarana untuk mengenai Berita Acara atau Gubernur
menjalankan kepemilikan lokasi penilaian Operasional
usaha dan atau calon sumber kelayakan sumber
kegiatan dan telah benih benih
memiliki/
menguasai
prasarana
- 37 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
20. Sertifikasi Mutu Sertifikasi Tidak a. Sertifikat Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri/
Bibit dan Mutu Bibit memerlukan Sumber Benih; atau Gubernur
Sertifikasi Mutu dan Sertifikasi prasarana untuk dan Operasional
Benih Mutu Benih menjalankan b. Sertifikat Mutu
usaha dan atau Benih.
kegiatan

21. Izin Pemasukan Izin Pemasukan Tidak a. Memiliki Surat Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Benih dari dan Pengeluaran memerlukan Penetapan atau
Luar Negeri Benih Luar prasarana untuk sebagai Pengada Operasional
Negeri menjalankan dan Pengedar
usaha dan atau Benih dan/atau
kegiatan Bibit Terdaftar;
dan
b. Surat
Keterangan
tentang asal-
usul (origin),
kualitas (quality)
dan kesehatan
benih
(phytosanitary)
dari instansi
berwenang
negara asal.
- 38 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
22. Izin Pengeluaran Izin Pengeluaran Tidak a. Memiliki Surat Tanpa Komitmen Izin Menteri
Benih Tanaman Benih Tanaman memerlukan Penetapan Komersial
Hutan ke Luar Hutan ke Luar prasarana untuk sebagai Pengada atau
Negeri Negeri menjalankan dan Pengedar Operasional
usaha dan atau Benih dan/atau
kegiatan Bibit Terdaftar;
dan
b. Surat
Keterangan
tentang asal-
usul (origin),
kualitas (quality)
dan kesehatan
benih
(phytosanitary)
dari instansi
berwenang
negara asal.

Bidang Pemanfaatan Kawasan Konservasi dan Tumbuhan/Satwa Liar

23. Izin Lembaga Izin Lembaga Memerlukan a. Rekomendasi a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Konservasi Konservasi prasarana untuk BKSDA; dan Izin
menjalankan b. Rekomendasi Lingkungan,
usaha dan/atau Gubernur, AMDAL atau
kegiatan serta Bupati/Walikota UKL-UPL; dan
telah memiliki/ sesuai dengan b. Rekomendasi
kewenangannya. pembangunan
menguasai
sarana dan
prasarana.
prasarana
- 39 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
lembaga
konservasi.

Bidang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar

24. Izin Izin Memerlukan a. Lokasi dan atau a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri
Pengusahaan Pengusahaan prasarana untuk luasan areal berita acara
Taman Buru Taman Buru menjalankan yang dimohon hasil
usaha dan atau yang dituangkan penandaan
kegiatan tetapi dalam bentuk batas;
belum memiliki/ peta dengan b. Pembayaran
skala 1:5000 s.d iuran izin
menguasai
skala 1:50.000 usaha; dan
prasarana.
dengan c. Penyusunan
menggunakan AMDAL atau
peta dasar rupa UKL-UPL.
bumi indonesia
(RBI);
b. Izin lingkungan;
dan
c. Rencana kerja.
- 40 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
25. Izin Izin Memerlukan a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk b. Kelayakan
Komersial untuk Komersial menjalankan usaha;
Budidaya untuk Budidaya usaha dan atau c. Kelayakan
Tanaman Obat Tanaman Obat kegiatan tetapi produksi;
belum memiliki/ d. Kelayakan
bioekologis; dan
menguasai
e. Pemahaman
prasarana.
konservasi.

26. Izin Izin Memerlukan a. Proposal/RKT; Izin Lingkungan, Izin Usaha Menteri
Penangkaran Penangkaran prasarana untuk b. Kelayakan usaha UKL-UPL.
Tumbuhan Tumbuhan menjalankan (akta notaris,
dan Satwa Liar dan Satwa Liar usaha dan/atau SIUP, SITU, BAP,
kegiatan serta rekom kepala
telah BBKSDA/BKSD
memiliki/mengua A);
sai prasarana. c. Kemampuan
produksi (jumlah
induk dan
kemampuan
berkembang
biak);
d. Asal usul
indukan
(alam/hasil
penangkaran);
e. Tingkat
kelangkaan
jenis; dan
- 41 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
f. Nilai komersial
jenis;

27. Izin Izin Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Peminjaman Peminjaman memerlukan b. Salinan atau
Jenis Satwa Liar Jenis Satwa Liar prasarana untuk memorandum of Operasional
Dilindungi Ke Dilindungi Ke menjalankan understanding
Luar Negeri Luar Negeri usaha dan atau (MoU) antara
Untuk Untuk kegiatan Lembaga
Kepentingan Kepentingan Konservasi
Pengembangbia Pengembangbia dengan Lembaga
kan (Breeding kan (Breeding Konservasi di
Loan) Loan) luar negeri yang
diketahui
Direktur
Jenderal;
c. Surat dukungan
persetujuan
(endorsement)
dari pihak
pemerintah
negara peminjam
melalui
perwakilan
diplomatik
(diplomatic
channel);
d. Surat pernyataan
jaminan
(guarantee latter);
- 42 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Rekomendasi
kepala UPT
setempat
f. Berita acara
pemriksaan
satwa dari UPT
setempat;
g. Sertifikat atau
penandaan
satwa;
h. Daftar silsilah
keturunan
(studbook) satwa;
i. Rekomendasi
LIPI untuk jenis
satwa dilindungi
dan/atau masuk
dalam daftar
appendix I
CITES; dan
j. Surat keterangan
kesehatan satwa
(health certificate)
dari pejabat yang
berwenang.
- 43 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
28. Izin Akses Izin Akses Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Sumber Daya Sumber Daya memerlukan b. Surat Izin atau
Genetik (SDG) Genetik (SDG) prasarana untuk Penelitian (SIP) Operasional
dan/atau dan/atau menjalankan dari
Pengetahuan Pengetahuan usaha dan atau Kementerian
Tradisional – Tradisional – kegiatan Riset, Teknologi
Sumber Daya Sumber Daya dan Pendidikan
Genetik Spesies Genetik Spesies Tinggi untuk
Liar untuk Liar untuk pemohon asing;
kegiatan kegiatan c. PADIA dan
Komersial Komersial kesepakatan
bersama;
d. Rekomendasi
LIPI; dan
e. Membayar
pungutan sesuai
ketentuan
peraturan
perundangan.
29. Izin Pertukaran Izin Pertukaran Tidak a. Perjanjian Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Jenis Jenis memerlukan kerjasama; atau
Tumbuhan atau Tumbuhan atau prasarana untuk b. Rekomendasi tim Operasional
Satwa Liar Satwa Liar menjalankan penilai
Dilindungi Dilindungi usaha dan atau keseimbangan
dengan dengan kegiatan nilai konservasi
Lembaga Lembaga jenis;
Konservasi di Konservasi di c. Rekomendasi
Luar Negeri Luar Negeri Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia, bagi
- 44 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
jenis tumbuhan
atau satwa liar
dilindungi dan
termasuk
apendiks I
CITES;
d. Rekomendasi
Kepala Balai
Konservasi
Sumberdaya
Alam dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
tumbuhan atau
satwa liar;
e. Surat keterangan
kesehatan jenis
tumbuhan atau
satwa lair dari
instansi yang
berwenang; dan
f. Dokumen
catatan silsilah.
30. Izin Perolehan Izin Perolehan Tidak a. Rekomendasi Ka. Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Spesimen Spesimen memerlukan UPT tempat LK atau
Tumbuhan dan Tumbuhan dan prasarana untuk dilampiri BA Operasional
Satwa Liar Satwa Liar menjalankan Persiapan
untuk Lembaga untuk Lembaga usaha dan atau Sarpras;
Konservasi Konservasi kegiatan b. Rekomendasi Ka.
UPT spesimen
- 45 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
asal dilampiri
BAP spesimen
TSL;
c. Dok. Kerjasama
atau surat
keterangan dr
unit LK asal TSL
yang
dimohonkan;
d. Salinan putusan
pengadilan
(inkracht) atau
BA rampasan
atau BA
penyerahan
sukarela;
e. Surat keterangan
kesehatan satwa
liar asing; dan
f. Keterangan asal
usul/catatan
silsilah TSL asing
31. Izin Pengedar Izin Pengedar Tidak a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Komersial Kepala Balai
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan b. Kelayakan usaha atau KSDA.
Satwa Liar Satwa Liar prasarana untuk (akta pendirian, Operasional
Dalam Negeri Dalam Negeri menjalankan SIUP, SITU, BAP
usaha dan atau dan rekomendasi
kegiatan kepala SKW);
c. Kelayakan
produksi TSL
- 46 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
(kemampuan
produksi:
pengambilan
langsung dari
alam atau hasil
penangkaran);
d. Kelayakan bio-
ekologis
(kemampuan
populasi untuk
dipanen, habitat
dan penyebaran
apabila berasal
dari alam); dan
e. Pemahaman
konservasi.
32. Izin Pengedar Izin Pengedar Tidak a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Komersial Dirjen KSDAE.
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan b. Kelayakan usaha atau
Satwa Liar Luar Satwa Liar Luar prasarana untuk (akta pendirian, Operasional
Negeri Negeri menjalankan SIUP, SITU, BAP
usaha dan atau dan rekomendasi
kegiatan kepala
BBKSDA/BKSD
A);
c. Kelayakan
produksi TSL
(kemampuan
produksi:
pengambilan
langsung dari
- 47 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
alam atau hasil
penangkaran);
d. Kelayakan bio-
ekologis
(kemampuan
populasi untuk
dipanen, habitat
dan penyebaran
apabila berasal
dari alam); dan
e. Pemahaman
konservasi.
33. Izin Peragaan Izin Peragaan Tidak Dalam negeri Tanpa Komitmen Izin Komersial Dirjen KSDAE.
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan diajukan kepada atau
Satwa Liar Satwa Liar prasarana untuk Direktur Jenderal, Operasional
Dilindungi Dilindungi menjalankan dilengkapi:
usaha dan atau a. Proposal
kegiatan. kegiatan;
b. Rekomendasi
dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
mengenai asal-
usul tumbuhan
dan sawaliar
yang dilindungi
beserta sarana
atau peralatan
pendukungnya
dari kepala
- 48 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
BKSDA
setempat;
c. Sertifikat atau
penandaan TSL
yang dilindungi;
d. Surat
keterangan
kesehatan TSL
yang dilindungi
dariinstansi
yang
berwenang;
e. Copy Izin
Lembaga
Konservasi Luar
Negeri diajukan
kepada Menteri,
dilengkapi
dengan:
1) Copy MoU
antara kedua
lembaga
konservasi;
2) Proposal
kegiatan;
3) Rekomen-
dasi
dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
mengenai
- 49 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
asal-usul
tumbuhan
dan sawaliar
yang
dilindungi
beserta
sarana atau
peralatan
pendukungn
ya dari
kepala
BKSDA
setempat;
4) Sertifikat
atau
penandaan
TSL yang
dilindungi;
5) Surat
keterangan
kesehatan
TSL yang
dilindungi
dariinstansi
yang
berwenang;
dan
6) Copy Izin
Lembaga
Konservasi.
- 50 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
34. Izin Perolehan Izin Perolehan Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial a. Menteri; Kewenangan
Induk Induk memerlukan b. Kelayakan usaha atau atau Menteri dalam
Penangkaran Penangkaran prasarana untuk (administrasi, Operasional b. Dirjen hal perolehan
Tumbuhan dan Tumbuhan dan menjalankan BAP teknis dan KSDAE. induk
Satwa Liar Satwa Liar usaha dan atau rekomendasi penangkaran
kegiatan Kepala mengambil
BBKSDA/ dari alam.
BKSDA);
c. Pakta Integritas;
d. Surat
keterangan
perolehan
indukan;
e. BAP penyerahan
(apabila dari
serahan
masyarakat);
f. BAP penitipan
(apabila titipan
dari BBKSDA/
BKSDA); dan
g. SK. Satwa Buru
(untuk jenis
dilindungi).

Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi


- 51 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
35. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Membayar Izin Usaha Menteri
Penyediaan Penyediaan prasarana untuk dan Iuran usaha;
Sarana Wisata Sarana Wisata menjalankan b. Proposal/ b. membuat peta
Alam (IUPSWA) Alam (IUPSWA) usaha dan/atau rencana areal rencana
kegiatan serta kegiatan usaha kegiatan usaha
belum memiliki/ sarana yang yang akan
akan dilakukan. dilakukan
menguasai
prasarana. dengan skala
paling besar 1 :
5.000 dan
paling kecil 1 :
25.000 yang
diketahui
kepala UPT;
c. membuat
rencana
pengusahaan
pariwisata alam
dan disahkan
oleh Direktur
Jenderal;
d. melakukan
pemberian
tanda batas
areal yang
dimohon; dan
e. menyusun dan
menyampaikan
dokumen UKL/
UPL.
- 52 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
36. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Perorangan: a. Sertifikasi Izin Usaha Menteri
Penyedia Jasa Penyedia Jasa prasarana untuk 1) mengisi keahlian; dan
Wisata Alam Wisata Alam menjalankan formulir yang b. Membayar
(IUPJWA) (IUPJWA) usaha dan/atau disediakan Iuran.
kegiatan serta oleh UPT;
belum memiliki/ 2) sertifikasi
keahlian
menguasai
untuk jasa
prasarana.
interpreter;
3) rekomendasi
dari Forum
yang diakui
oleh UPT
untuk bidang
usaha jasa
yang
dimohon;
b. Badan Usaha:
1) surat
keterangan
kepemilikan
modal atau
referensi
bank; dan
2) Rencana
Kegiatan
Usaha Jasa
yang akan
dilakukan.
- 53 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
37. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Hasil studi a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk Kelayakan dan Berita Acara
Jasa Lingkungan Jasa menjalankan laporan hasil Hasil
Panas Bumi usaha dan atau eksplorasi; Penandaan
Lingkungan
(IUPJLPB) tahap kegiatan tetapi b. Kontrak Operasi Batas;
Panas Bumi
Eksploitasi dan belum memiliki/ Bersama b. Pembayaran
(IUPJLPB)
Pemanfaatan pengusahaan Iuran Izin
Eksploitasi dan menguasai
sumber daya Usaha; dan
Pemanfaatan prasarana
panas bumi c. Penyusunan
tahap AMDAL atau
eksploitasi; dan UKL-UPL.
c. Izin lingkungan.

38. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Membuat peta Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Air Pemanfaatan Air prasarana untuk b. proposal usaha lokasi sumber air Gubernur
untuk Skala untuk Skala menjalankan pemanfaatan air yang
Menengah dan Menengah dan usaha dan atau atau energi air; dimanfaatkan
Skala Besar di Skala Besar di kegiatan tetapi c. peta lokasi dengan sarana
Suaka Suaka belum sumber air dan prasarananya
Margasatwa, Margasatwa, memiliki/mengua lokasi sarana dengan skala
Taman Taman sai prasarana. prasarana yang minimal 1 :
Nasional, Nasional, dimohon dengan 10.000 dan
Taman Wisata Taman Wisata skala paling kecil diketahui Kepala
Alam dan Alam dan 1: 25.000; UPT atau Kepala
Taman Hutan Taman Hutan d. Pertimbangan UPTD/SKPD
Raya Raya teknis oleh: yang
Kepala UPT membidangi
untuk suaka kehutanan
margasatwa, sesuai
taman nasional kewenangannya;
dan taman b. rencana
- 54 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
wisata alam; pengusahaan
1) Kepala pemanfaatan air
UPTD/SKPD atau energi air
yang yang disahkan
membidangi oleh Direktur
kehutanan Jenderal atau
setempat Gubernur sesuai
untuk taman kewenangannya;
hutan raya; c. Membayar Iuran;
dan dan
2) Kepala d. Menyusun dan
UPTD/SKPD menyampaikan
yang dokumen UKL/
membidangi UPL.
sumber daya
air, untuk
IUPA.

39. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk b. proposal usaha sumber air yang Gubernur
Energi Air Energi Air menjalankan pemanfaatan air dimanfaatkan
untuk Skala untuk Skala usaha dan atau atau energi air; dengan sarana
Menengah dan Menengah dan kegiatan tetapi c. peta lokasi prasarananya
Skala Besar di Skala Besar di belum sumber air dan dengan skala
Suaka Suaka memiliki/mengua lokasi sarana minimal 1 :
Margasatwa, Margasatwa, sai prasarana. prasarana yang 10.000 dan
Taman Taman dimohon dengan diketahui
Nasional, Nasional, skala paling kecil Kepala UPT
Taman Wisata Taman Wisata 1: 25.000; dan atau Kepala
Alam dan Alam dan d. pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang
- 55 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Taman Hutan Taman Hutan 1) Kepala UPT membidangi
Raya Raya untuk suaka kehutanan
margasatwa, sesuai
taman kewenangan-
nasional dan nya;
taman wisata b. rencana
alam; pengusahaan
2) Kepala pemanfaatan air
UPTD/SKPD atau energi air
yang yang disahkan
membidangi oleh Direktur
kehutanan Jenderal atau
setempat Gubernur
untuk taman sesuai
hutan raya; kewenangan-
3) Kepala nya;
UPTD/SKPD c. Membayar
yang Iuran; dan
membidangi d. Menyusun dan
ketenagalistri menyampaikan
kan, untuk dokumen UKL/
IUEPA. UPL.
- 56 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
40. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. proposal usaha a. peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk pemanfaatan air sumber air yang Gubernur
Air (IUPA) Air (IUPA) Skala menjalankan atau energi air; dimanfaatkan
Skala Mikro dan Mikro dan Kecil usaha dan/atau b. peta lokasi dengan sarana
Kecil kegiatan serta sumber air dan prasarananya
belum lokasi sarana dengan skala
memiliki/mengua prasarana yang minimal 1 :
sai prasarana dimohon dengan 10.000 dan
skala paling kecil diketahui Kepala
1: 25.000; dan UPT atau Kepala
c. Pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang membidangi
1) Kepala UPT kehutanan
untuk SM, TNl sesuai
dan TWA; kewenangannya;
2) Kepala b. rencana
UPTD/SKPD pengusahaan
yang pemanfaatan air
membidangi atau energi air
kehutanan yang disahkan
setempat oleh Direktur
untuk Tahura; Jenderal atau
dan Gubernur sesuai
3) Kepala kewenangannya;
UPTD/SKPD dan
yang c. membayar Iuran.
membidangi
sumber daya
air, untuk
IUPA.
- 57 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
41. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. proposal usaha a. Peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk pemanfaatan air sumber air yang Gubernur
Energi Air Energi Air menjalankan atau energi air; dimanfaatkan
(IUPEA) skala (IUPEA) skala usaha dan/atau b. peta lokasi dengan sarana
mikro dan kecil mikro dan kecil kegiatan serta sumber air dan prasarananya
belum lokasi sarana dengan skala
memiliki/mengua prasarana yang minimal 1 :
sai prasarana dimohon dengan 10.000 dan
skala paling kecil diketahui Kepala
1: 25.000; dan UPT atau Kepala
c. pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang membidangi
1) Kepala UPT kehutanan
untuk suaka sesuai
margasatwa, kewenangannya;
taman b. Rencana
nasional dan pengusahaan
taman wisata pemanfaatan air
alam; atau energi air
2) Kepala yang disahkan
UPTD/SKPD oleh Direktur
yang Jenderal atau
membidangi Gubernur sesuai
kehutanan kewenangannya;
setempat dan
untuk taman c. Membayar Iuran.
hutan raya;
dan
3) Kepala
UPTD/SKPD
yang
- 58 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
membidangi
ketenagalistri
kan, untuk
IUEPA.
42. Izin Izin Memerlukan a. Izin Panas Bumi a. Menyelesaikan Izin Komersial Menteri.
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk atau Salinan Berita Acara atau
Jasa Jasa menjalankan Izin Panas Bumi Hasil Operasional
Lingkungan Lingkungan usaha dan/atau yang sah; Penandaan
Panas Bumi Panas Bumi kegiatan serta b. Kontrak Operasi Batas;
(IPJLPB) Tahap (IPJLPB) Tahap belum Bersama b. Pembayaran
Eksplorasi Eksplorasi memiliki/mengu pengusahaan Iuran; dan
asai prasarana sumber daya c. Penyusunan
panas bumi AMDAL atau
tahap UKL-UPL.
eksplorasi;
c. Izin lingkungan;
d. Pernyataan yang
memuat sahnya
seluruh
dokumen
dengan dibubuhi
materai;
e. Pertimbangan
teknis oleh
kepala UPT; dan
f. Penandaan
batas Areal
Kegiatan Usaha.
- 59 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen

Bidang Lingkungan Hidup

43. Izin Lingkungan Izin Lingkungan Tidak Dokumen Penyusunan Izin Usaha Menteri,
memerlukan Penegasan AMDAL atau Gubernur
prasarana untuk Kesesuaian Ruang. UKL-UPL. dan/atau
menjalankan Bupati/
usaha dan atau Walikota
kegiatan

44. Surat Surat Tidak Dokumen Tanpa Komitmen Izin Usaha Gubernur a. SPPL
Pernyataan Pernyataan memerlukan Penegasan dan/atau disusun dan
Kesanggupan Kesanggupan prasarana untuk Kesesuaian Ruang. Bupati/ ditanda-
Pengelolaan dan Pengelolaan dan menjalankan Walikota tangani oleh
Pemantauan Pemantauan Pemrakarsa;
usaha dan atau
Lingkungan Lingkungan b. SPPL
kegiatan.
Hidup (SPPL) Hidup (SPPL) disampaikan
kepada
instansi
lingkungan
hidup sesuai
dengan
kewenangan
nya untuk
dilakukan
verifikasi
- 60 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen

Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Usaha Jasa

45. a. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pengelolaan Limbah Bahan prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin
Limbah B3 Berbahaya dan menjalankan sumber dan Lingkungan,
untuk Beracun usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan (Limbah B3) kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Pengumpulan untuk Usaha telah memiliki/ dikumpulkan; b. bukti
Limbah B3 Jasa b. Dokumen yang kepemilikan
menguasai
menjelaskan atas dana
prasarana.
tentang tempat penanggulanga
penyimpanan n pencemaran
Limbah B3; lingkungan
c. Dokumen yang hidup dan/atau
menjelaskan kerusakan
pengemasan lingkungan
Limbah B3; hidup;
d. Dokumen c. Izin Lokasi; dan
prosedur d. IMB.
pengumpulan
Limbah B3 dan
proses
perpindahan
limbah B3
(penerimaan dan
pengiriman);
- 61 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Dokumen
prosedur
tanggap darurat
limbah B3; dan
f. Dokumen
rancang bangun
pengumpulan
Limbah B3.
b. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. penyusunan Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan,
untuk Pemanfaatan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Pemanfaatan telah memiliki/ dimanfaatkan; b. bukti
Limbah B3 b. Dokumen jenis kepemilikan
menguasai
pemanfaatan atas dana
prasarana.
limbah B3; penanggulanga
c. Dokumen yang n pencemaran
menjelaskan lingkungan
tentang tempat hidup dan/atau
penyimpanan kerusakan
Limbah B3; lingkungan
d. Dokumen yang hidup;
menjelaskan c. Izin Lokasi; dan
pengemasan d. IMB.
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi, proses
- 62 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dan kapasitas
pemanfaatan
limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemanfaatan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
limbah B3.
c. Izin Izin Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Menteri
Pengelolaan Pengelolaan prasarana untuk mengenai nama, dokumen Izin
B3 untuk B3 untuk menjalankan sumber dan Lingkungan,
Kegiatan Kegiatan usaha dan/atau karakteristik, Amdal atau
Pengolahan Pengolahan kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Limbah B3 Limbah B3 telah memiliki/ diolah; b. bukti
b. Dokumen kepemilikan
menguasai
mengenai jenis atas dana
prasarana.
pengolahan penanggulangan
limbah B3; pencemaran
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup dan/atau
tentang tempat kerusakan
penyimpanan lingkungan
Limbah B3; hidup;
d. Dokumen yang c. Izin Lokasi; dan
menjelaskan d. IMB.
- 63 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pengemasan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi,
proses, tata
letak, DED, dan
kapasitas
pengolahan
limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengolahan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
limbah B3.

d. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Menteri


Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan,
untuk Penimbunan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Penimbunan telah memiliki/ ditimbun; b. Bukti
Limbah B3 b. Dokumen kepemilikan
menguasai
mengenai jenis atas dana
prasarana.
penimbunan penanggulang-
- 64 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
limbah B3 an pencemaran
dengan fasilitas lingkungan
penimbusan hidup dan/atau
akhir; kerusakan
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup; dan
tentang c. Izin Lokasi; dan
persyaratan d. IMB.
lokasi
penimbusan
akhir Limbah B3
meliputi bebas
banjir,
permeabilitas
tanah, daerah
stabil, diluar
kawasan lindung
dan tidak
merupakan
daerah resapan
air tanah;
d. Dokumen yang
menjelaskan
tentang desain
fasilitas
penimbusan
akhir Limbah
B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
- 65 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
teknologi, proses
dan kapasitas
penimbusan
akhir Limbah
B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
penimbusan
akhir Limbah
B3;
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3;
h. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemantauan
lingkungan; dan
i. Dokumen
mengenai
Prosedur dan
perincian
penutupan
fasilitas
penimbusan
akhir.
- 66 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen

Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Penghasil (Terintegrasi dengan Izin Lingkungan, AMDAL/UKL-UPL)

46. a. Izin Izin Operasional Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Bupati/
Pengelolaan Pengelolaan prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin atau Walikota
Limbah B3 Limbah Bahan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
untuk Berbahaya dan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Beracun kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL.
Penyimpanan (Limbah B3) telah memiliki/ disimpan; b. Izin Lokasi; dan
Limbah B3 untuk Penghasil b. Dokumen yang c. IMB.
menguasai
menjelaskan
prasarana.
tentang tempat
penyimpanan
Limbah B3;
c. Dokumen yang
menjelaskan
pengemasan
Limbah B3;
d. Dokumen
mengenai
Prosedur
penyimpanan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3; dan
f. Dokumen
mengenai
Rancang bangun
- 67 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
fasilitas
penyimpanan
Limbah B3.

b. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Menteri


Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, Dokumen Izin atau
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
untuk Pemanfaatan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Pemanfaatan telah memiliki/ dimanfaatkan; b. Izin Lokasi; dan
Limbah B3 b. Dokumen c. IMB.
menguasai
mengenai Jenis
prasarana.
pemanfaatan
Limbah B3;
c. Dokumen yang
menjelaskan
tentang tempat
penyimpanan
Limbah B3;
d. Dokumen yang
menjelaskan
pengemasan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi, proses
dan kapasitas
pemanfaatan
limbah B3;
- 68 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemanfaatan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
c. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan B3 untuk prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin atau
B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
Kegiatan Pengolahan usaha dan/atau karakteristik, Amdal atau
Pengolahan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Limbah B3 telah memiliki/ diolah; b. Izin Lokasi; dan
b. Dokumen c. IMB.
menguasai
mengenai Jenis
prasarana.
pengolahan
Limbah B3;
c. Dokumen yang
menjelaskan
tentang tempat
penyimpanan
Limbah B3;
d. Dokumen yang
menjelaskan
pengemasan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
- 69 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
metode,
teknologi,
proses, tata
letak, DED dan
kapasitas
pengolahan
Limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengolahan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
- 70 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
d. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai nama, dokumen Izin atau
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
untuk Penimbunan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Penimbunan telah memiliki/ ditimbun; b. bukti
Limbah B3 b. Dokumen kepemilikan
menguasai
mengenai Jenis atas dana
prasarana.
penimbunan penanggulang-
Limbah B3; an pencemaran
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup dan/atau
tentang kerusakan
persyaratan lingkungan
lokasi hidup;
penimbunan c. Izin Lokasi; dan
Limbah B3 d. Izin Mendirikan
meliputi bebas Bangunan
banjir, (IMB).
permeabilitas
tanah, daerah
stabil, diluar
kawasan lindung
dan tidak
merupakan
daerah resapan
air tanah;
d. Dokumen yang
menjelaskan
tentang desain
fasilitas
- 71 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
penimbunan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi, proses
dan kapasitas
penimbunan
Limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
penimbunan
Limbah B3;
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3;
h. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemantauan
lingkungan; dan
i. Dokumen
mengenai
Prosedur dan
perincian
penutupan
fasilitas
penimbunan.
- 72 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, Dokumen Izin atau
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber, Lingkungan, Operasional
untuk Dumping usaha dan/atau karakteristik Amdal, atau UKL-
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta limbah yang UPL.
Dumping telah memiliki/ akan di
Limbah B3 dumping;
menguasai
b. Dokumen
prasarana.
mengenai
Keterangan
tentang lokasi
(nama
tempat/letak,
luas, titik
koordinat;
c. Dokumen
Flowsheet
pengelolaan
limbah atau
uraian proses
sistem
pembuangan
limbah;
d. Dokumen
mengenai Rona
awal kualitas air
laut dan
sedimen;
e. Dokumen kajian
modeling serbuk
dan lumpur
- 73 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bor/tailing
(termasuk pola
sebaran material
pada
badan/kolom air
dan dasar;
f. Dokumen kajian
keberadaan
termoklin dan
kedalamnya
yang mewakili
musim barat dan
timur dan
peralihan;
g. Dokumen
mengenai Hasil
uji total
konsentrasi
logam berat;
h. Dokumen
mengenai Hasil
uji LC50-96 jam;
i. Dokumen
mengenai Hasil
uji TPH;
j. Dokumen
komposisi bahan
kimia dalam
lumpur bor;
k. Dokumen
mengenai Pola
- 74 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
sebaran
parameter –
parameter kunci
(parameter kunci
disesuaikan
dengan polutan
yang terkandung
didalam material
tailing /
drillcuting);
l. Peta batimetri;
m. Peta daerah
sensiti;
n. Peta alur
pelayaran;
o. Peta daerah
terlarang
terbatas; dan
p. Dokumentasi
mengenai
perlengkapan
sistem tanggap
darurat
tumpahan
minyak ke laut.
47. Izin Pengelolaan Rekomendasi Tidak a. Dokumen Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Limbah B3 Pengelolaan memerlukan mengenai Jenis atau
untuk Limbah B3 prasarana untuk alat angkut yang Operasional
pengangkutan untuk menjalankan digunakan yang
Limbah B3 pengangkutan usaha dan atau dilengkapi
- 75 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
limbah B3 kegiatan dengan GPS;
b. Dokumen
mengenai Jenis,
karakteristik,
sumber, tujuan,
dan jumlah
Limbah B3 yang
diangkut;
c. Dokumentasi
Pengemasan dan
simbol label
Limbah B3;
d. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengangkutan
Limbah B3; dan
e. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat.
48. Persetujuan Persetujuan Tidak a. Dokumen Membangun Izin Komersial Menteri
pelaksanaan pelaksanaan memerlukan mengenai nama, fasilitas dan atau
Uji Coba Uji Coba prasarana untuk sumber, sarana pendukung Operasional
Pemanfaatan Pemanfaatan menjalankan karakteristik, uji coba
Limbah B3 Limbah B3 usaha dan atau komposisi dan pemanfaatan
kegiatan hasil uji coba limbah B3 dalam
Limbah B3 yang kurun waktu
dimanfaatkan; paling lama 1
b. Dokumen tahun.
mengenai Lokasi
- 76 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
uji coba;
c. Dokumen
mengenai
Jadwal
pelaksanaan uji
coba;
d. Dokumen me-
ngenai peralat-
an, metode, tek-
nologi dan/atau
fasilitas peman-
faatan Limbah
B3;
e. Dokumen me-
ngenai pelak-
sanaan uji coba;
dan
f. Dokumen me-
ngenai Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
49. Persetujuan Persetujuan Tidak a. Dokumen Membangun Izin Komersial Menteri
pelaksanaan Uji pelaksanaan Uji memerlukan mengenai nama, fasilitas dan atau
Coba Coba prasarana untuk sumber, sarana pendukung Operasional
Pengolahan Pengolahan menjalankan karakteristik, uji coba
Limbah B3 Limbah B3 usaha dan atau komposisi dan pengolahan
kegiatan hasil uji coba limbah B3 dalam
limbah B3 yang kurun waktu
diolah; paling lama 1
b. Dokumen tahun.
mengenai Lokasi
- 77 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
uji coba;
c. Dokumen
mengenai jadwal
pelaksanaan uji
coba;
d. Dokumen
mengenai
peralatan,
metode,
teknologi
dan/atau
fasilitas
pengolahan
limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
pelaksaan uji
coba; dan
f. Prosedur
penanganan
tanggap darurat
limbah B3.
50. Rekomendasi Rekomendasi Tidak a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
Impor Limbah Impor Limbah memerlukan mengenai jenis Dokumen Izin atau
Non B3 prasarana untuk limbah non B3 Lingkungan, Operasional
Non B3
menjalankan yang diimpor AMDAL atau UKL-
usaha dan atau berupa sisa, UPL.
kegiatan skrap atau reja;
b. Dokumen
mengenai
Diagram alir
- 78 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
proses produksi;
c. Dokumen
mengenai
Postarif/kode HS
limbah non B3
yang diimpor;
d. Dokumen
mengenai Angka
pengenal
importir
produsen (API-P)
atau angka
pengenal
importir terbatas
(API-T);
e. Dokumen
mengenai Nomor
identitas
kepabeanan
(NIK);
f. Dokumen
mengenai
fasilitas
pengelolaan
lingkungan; dan
g. Dokumen
mengenai
fasilitas proses
produk jadi.
Izin Pembuangan Air Limbah (Terintegrasi dengan Izin Lingkungan, Amdal/UKL-UPL)
- 79 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
51. a. Izin Izin Memerlukan a. Kajian a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pembuangan Pembuangan Air prasarana untuk pembuangan air dokumen Izin atau
Air Limbah ke Limbah ke Air menjalankan limbah ke air Lingkungan, Operasional
Air Permukaan Permukaan usaha dan/atau atau sumber air Amdal atau
kegiatan serta oleh pemrakarsa; UKL-UPL.
telah b. Dokumen b. Memiliki
memiliki/mengua mengenai lay out Fasilitas
sai prasarana industri Instalasi
keseluruhan dan Pengolahan Air
tandai unit-unit Limbah (IPAL)
yang berkaitan dari proses
dengan Intake air produksi,
baku, unit kegiatan
proses pendukung, air
pengolahan air larian di area
baku, proses terganggu.
produksi
penghasil air
limbah, kegiatan
pendukung
penghasil air
limbah, unit
pengolahan air
limbah;
c. Neraca air
menggambarkan
keseluruhan
sistem,
pengambilan air
baku (intake),
proses
- 80 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pengolahan air
bersih,
pemanfaatan air
baku untuk
proses industri,
pemanfaatan air
baku untuk
kegiatan-
kegiatan
pendukung yang
menghasilkan air
limbah, sistem
pengolahan air
limbah dan
saluran
pembuangan.
jika neraca air
tidak bisa
ditentukan,
misalnya pada
kegiatan
pertambangan,
maka
gambarkan
secara skematik
sumber air
limbah, sistem
pengumpulan,
unit pengolahan
dan jumlah air
bersih yang
- 81 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
digunakan;
d. Dokumen
mengenai
deskripsi dari
sistem
pengolahan IPAL
meliputi uraian
mengenai
teknologi
pengolahan air
limbah yang
digunakan,
kapasitas
terpasang dan
kapasitas
sebenarnya;
e. Upaya
minimalisasi air
limbah, efisiensi
energi dan
sumberdaya
yang dilakukan
berkaitan
dengan
pengelolaan air
limbah; dan
f. Dokumen uraian
penanganan
kondisi darurat
pencemaran air.
- 82 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
b. Izin Izin Memerlukan a. Kajian a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pembuangan Pembuangan prasarana untuk pembuangan air dokumen Izin atau
Air Limbah ke Air Limbah ke menjalankan limbah ke air Lingkungan, Operasional
Laut Laut usaha dan/atau atau sumber air Amdal atau
kegiatan serta oleh pemrakarsa; UKL-UPL.
telah b. Dokumen b. Memiliki
memiliki/mengua mengenai layout Fasilitas
sai prasarana industri Instalasi
keseluruhan dan Pengolahan Air
tandai unit-unit Limbah (IPAL)
yang berkaitan dari proses
dengan Intake air produksi,
baku, unit kegiatan
proses pendukung, air
pengolahan air larian di area
baku, proses terganggu.
produksi
penghasil air
limbah, kegiatan
pendukung
penghasil air
limbah, unit
pengolahan air
limbah;
c. Dokumen neraca
air
menggambarkan
keseluruhan
sistem,
pengambilan air
baku (intake),
- 83 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
proses
pengolahan air
bersih,
pemanfaatan air
baku untuk
proses industri,
pemanfaatan air
baku untuk
kegiatan-
kegiatan
pendukung yang
menghasilkan air
limbah, sistem
pengolahan air
limbah dan
saluran
pembuangan.
jika neraca air
tidak bisa
ditentukan,
misalnya pada
kegiatan
pertambangan,
maka
gambarkan
secara skematik
sumber air
limbah, sistem
pengumpulan,
unit pengolahan
dan jumlah air
- 84 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bersih yang
digunakan;
d. Dokumen
mengenai
deskripsi dari
Sistem
pengolahan IPAL
meliputi uraian
mengenai
teknologi
pengolahan air
limbah yang
digunakan,
kapasitas
terpasang dan
kapasitas
sebenarnya;
e. Dokumen Upaya
minimalisasi air
limbah, efisiensi
energi dan
sumberdaya
yang dilakukan
berkaitan
dengan
pengelolaan air
limbah; dan
f. Dokumen Uraian
penanganan
kondisi darurat
- 85 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pencemaran air.

c. Izin Izin Memerlukan Kajian teknis a. Penyusunan Izin Komersial Menteri


Pembuangan Pembuangan Air prasarana untuk injeksi air limbah dokumen Izin atau
Air Limbah Limbah secara menjalankan oleh pemrakarsa Lingkungan, Operasional
secara Injeksi Injeksi usaha dan/atau Amdal atau
kegiatan serta UKL-UPL.
telah b. Memiliki
memiliki/mengua Fasilitas
sai prasarana Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
dari proses
produksi,
kegiatan
pendukung, air
larian di area
terganggu.

d. Izin Izin Memerlukan Kajian mengenai a. Penyusunan Izin Komersial Menteri


Pembuangan Pembuangan prasarana untuk pemanfaatan air dokumen Izin atau
Air Limbah Air Limbah menjalankan limbah ke tanah Lingkungan, Operasional
secara Aplikasi secara Aplikasi usaha dan/atau untuk aplikasi Amdal atau
Tanah Tanah kegiatan serta pada tanah oleh UKL-UPL;
telah pemrakarsa. b. Memiliki
memiliki/mengua Fasilitas
sai prasarana Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
dari proses
- 86 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
produksi,
kegiatan
pendukung, air
larian di area
terganggu.
- 87 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
52. Izin Emisi Izin Emisi Tidak a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
memerlukan mengenai layout dokumen Izin atau
prasarana untuk industri Lingkungan, Operasional
menjalankan keseluruhan dan Amdal atau UKL-
usaha dan atau tandai unit-unit UPL.
kegiatan. yang berkaitan
dengan emisi
udara yang
dihasilkan;
b. Dokumen
mengenai
diagram alir
pengendalian
pencemaran
udara serta
teknologi
pengendali yang
digunakan;
c. Dokumen
mengenai
sumber emisi
(kapasitas, jenis
bahan bakar,
jumlah bahan
bakar, waktu
operasi, dll);
d. Dokumen
mengenai
pengelolaan debu
yang
- 88 -

Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
terbentuk; dan
e. Dokumen
mengenai
gambar dan
deskripsi cara
kerja alat
pengendali emisi
(termasuk bahan
kimia atau
katalis yang
digunakan).

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


Salinan sesuai dengan aslinya
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd
ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
NOMOR P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 P
TENTANG
NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN
PERIZINAN TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

FORMAT PERNYATAAN PEMENUHAN KOMITMEN

SURAT PERNYATAAN PEMENUHAN KOMITMEN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .................................................................................
Jabatan : .................................................................................
Alamat : .................................................................................
Nomor Telp : .................................................................................

Selaku penanggung jawab atas pemenuhan komitmen dari:


Nama : ..........................................................................
perusahaan/Usaha
Alamat : ...........................................................................
perusahaan/usaha
Nomor telp. Perusahaan : ...........................................................................
Jenis Usaha/sifat : ...........................................................................
usaha

Akan melaksanakan Pemenuhan Komitmen sebagai berikut:


1. ……………………………………………………..
2. ………………………………………………….....
3. ……………………………………………………..

Surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan pada prinsipnya
bersedia dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan seluruh pemenuhan
komitmen tersebut di atas, dalam jangka waktu yang telah ditentukan, termasuk
apabila di kemudian hari yang belum tercantum dalam surat pernyataan ini. Kami
bersedia bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan yang diakibatkan dari
usaha dan/atau kegiatan, serta bersedia untuk dicabut izin usaha dan izin komersial
atau operasional oleh pejabat berwenang.

Jakarta, ................................

Yang menyatakan,

Materai 6000
Tandatangan
dan cap

........................................
Direktur Utama

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BIRO HUKUM,

ttd ttd

SITI NURBAYA
KRISNA RYA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DAN TATA CARA
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 ayat (8) dan


Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Kriteria Perubahan
Usaha dan/atau Kegiatan dan Tata Cara Perubahan Izin
Lingkungan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
-2-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua


atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai
-3-

dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang


direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
4. Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian analisis
dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
5. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha
dan/atau kegiatan.
6. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RKL adalah upaya penanganan
dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
7. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RPL adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
8. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah
keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan
hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal.
9. Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan
terhadap suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
UKL-UPL.
10. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
-4-

11. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah


yang bertanggung jawab atas suatu Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan dilaksanakan.
12. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola Izin Lingkungan sesuai dengan standar
pelayanan publik dan perlindungan lingkungan hidup.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman perubahan Izin Lingkungan bagi:
a. pemegang Izin Lingkungan yang merencanakan
untuk melakukan perubahan Usaha dan/atau
Kegiatannya;
b. instansi lingkungan hidup dalam melakukan
telahaan dan memberikan arahan proses perubahan
Izin Lingkungan kepada pemegang Izin Lingkungan;
c. Komisi Penilai Amdal, tim teknis Komisi Penilai
Amdal dan/atau instansi lingkungan hidup dalam
melakukan penilaian Amdal atau addendum Andal
dan RKL-RPL;
d. instansi lingkungan hidup dalam melakukan
pemeriksaan UKL-UPL; dan
e. Menteri, gubernur, bupati/walikota dalam
melakukan penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dan perubahan Izin
Lingkungan.

Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. jenis dan kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. proses penapisan perubahan Izin Lingkungan;
-5-

c. jenis dan muatan dokumen lingkungan untuk perubahan


Izin Lingkungan;
d. tata laksana perubahan Izin Lingkungan;
e. pembinaan dan evaluasi kinerja perubahaan Izin
Lingkungan; dan
f. pembiayaan.

BAB II
JENIS DAN KRITERIA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Pasal 4
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan perubahan apabila Usaha dan/atau
Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan
direncanakan untuk dilakukan perubahan.
(3) Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup yang memenuhi kriteria:
1. perubahan dalam penggunaan alat-alat
produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;
3. perubahan spesifikasi teknik yang
mempengaruhi lingkungan;
4. perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan Usaha
dan/atau Kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
7. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan
yang belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;
-6-

8. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah


yang ditujukan untuk peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan/atau
9. terjadi perubahan lingkungan hidup yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan.
d. terdapat perubahan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis
risiko lingkungan hidup dan/atau audit lingkungan
hidup yang diwajibkan;
e. tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan; dan/atau
f. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang
tidak berpengaruh terhadap lingkungan hidup, yang
mencakup:
1. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan karena
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan
pemisahan dan/atau penggabungan baik
sebagian atau seluruhnya;
2. perubahan nama penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan;
3. perubahan nama kegiatan tanpa mengubah
jenis kegiatan;
4. perubahan wilayah administrasi pemerintahan;
dan/atau
5. penciutan/pengurangan kegiatan dan/atau
luas areal Usaha dan/atau Kegiatan.
(4) Perubahan nama penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f
angka 2, berlaku bagi Usaha dan/atau Kegiatan
perseorangan.
(5) Jenis dan kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
yang dapat menyebabkan perubahan Izin Lingkungan
-7-

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam


Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

BAB III
PROSES PENAPISAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Pasal 5
(1) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan telah memperoleh
Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
pemegang Izin Lingkungan mengajukan permohonan
arahan perubahan Izin Lingkungan kepada Menteri,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pengajuan permohonan arahan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan penyajian informasi lingkungan.
(3) Format penyajian informasi lingkungan sebagaimana
dimaksud ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 6
(1) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi terhadap
permohonan arahan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menugaskan:
a. pejabat instansi lingkungan hidup pusat;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
-8-

(3) Pelaksanaan evaluasi oleh pejabat lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf c dapat dilakukan dengan melibatkan:
a. tim teknis Komisi Penilai Amdal; dan/atau
b. tenaga ahli/pakar.
(4) Pejabat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sesuai dengan kewenangannya memberikan
arahan tindak lanjut perubahan Izin Lingkungan kepada
pemegang Izin Lingkungan.
(5) Arahan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf b yang berpengaruh terhadap lingkungan,
huruf c sampai dengan huruf e, perubahan Izin
Lingkungan dilakukan melalui perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL; atau
b. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf a dan huruf b yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan dan huruf f, perubahan Izin
Lingkungan dilakukan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
perubahan Rekomendasi UKL-UPL.

Pasal 7
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf a dilakukan
melalui:
a. penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal; atau
-9-

b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan


RKL-RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal.
(2) Penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik baru yang belum dilingkup dalam dokumen
Amdal sebelumnya; dan/atau
b. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi mengubah batas wilayah studi.
(3) Penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan apabila perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik baru atau jenis dampak penting hipotetik
yang timbul akibat perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan sudah dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya; dan/atau
b. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak
berpotensi mengubah batas wilayah studi.

Pasal 8
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) huruf a dilakukan melalui penyusunan
dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan termasuk dalam skala besaran jenis
-10-

rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki


UKL-UPL.
(3) Dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL menyebabkan skala/besaran
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut termasuk dalam
kriteria wajib memiliki Amdal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal,
perubahan Izin Lingkungan dilakukan melalui
penyusunan dan penilaian Amdal baru.

Pasal 9
(1) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) huruf b dilakukan tanpa melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL
RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. penyampaian dan pemeriksaan perubahan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya; atau
b. penyusunan dan penilaian laporan perubahan
pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup.

BAB IV
JENIS DAN MUATAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
UNTUK PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Pasal 10
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan melalui perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf a,
-11-

Pasal 7 dan Pasal 8, pemegang Izin Lingkungan wajib


menyusun:
a. dokumen Amdal baru;
b. dokumen addendum Andal dan RKL-RPL; atau
c. formulir UKL-UPL baru.
(2) Dokumen Amdal baru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disusun berdasarkan muatan yang tercantum
di dalam pedoman penyusunan Amdal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penyusunan dokumen lingkungan hidup.
(3) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. addendum Andal dan RKL-RPL tipe A;
b. addendum Andal dan RKL-RPL tipe B; dan
c. addendum Andal dan RKL-RPL tipe C.
(4) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe A sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a disusun dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan pemilihan DPH yang
sesuai dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan;
e. prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan;
f. RKL-RPL;
g. daftar pustaka; dan
h. lampiran.
(5) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe B sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b disusun dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi komponen
lingkungan yang terkena dampak;
e. RKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
-12-

(6) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe C sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf c disusun dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. RKL-RPL;
d. daftar pustaka; dan
e. lampiran
(7) Dokumen UKL-UPL baru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c disusun berdasarkan muatan yang
tercantum di dalam pedoman penyusunan UKL-UPL
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penyusunan dokumen lingkungan
hidup.
(8) Pedoman penyusunan Amdal baru, addendum Andal dan
RKL-RPL, dan penyusunan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 11
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan tanpa melalui perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf b
dan Pasal 9, pemegang Izin Lingkungan wajib:
a. menyiapkan dokumen-dokumen dan/atau berkas-
berkas terkait dengan perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan dan/atau perubahan Usaha
dan/atau kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan-perundang-undangan; atau
b. menyusun laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
(2) Laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b disusun berdasarkan muatan yang tercantum di
dalam pedoman penyusunan laporan pengelolaan dan
-13-

pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
BAB V
TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Pasal 12
(1) Perubahan Izin lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dilakukan
melalui:
a. penilaian Amdal Baru; atau
b. penilaian Addendum Andal dan RKL-RPL.
(2) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui pemeriksaan
UKL-UPL Baru.
(3) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui:
a. pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen dan/atau
berkas-berkas yang terkait dengan perubahaan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya; atau
b. penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 13
Penilaian Amdal baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a dilakukan berdasarkan pedoman penilaian
Amdal dan penerbitan Izin Lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata
laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.

Pasal 14
(1) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dilakukan
dengan tahapan:
-14-

a. penerimaan dan penilaian permohonan perubahaan


Izin Lingkungan, addendum Andal dan RKL-RPL secara
administratif;
b. penilaian addendum Andal dan RKL-RPL secara teknis;
c. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup berdasarkan addendum Andal dan RKL-RPL;dan
d. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup;
(2) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kewenangan penilaian Amdal dan penerbitan Izin
Lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai tata laksana penilaian
dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta
penerbitan Izin Lingkungan.
(3) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. tim teknis Komisi Penilai Amdal dan Komisi Penilai
Amdal untuk addendum Andal dan RKL-RPL tipe A;
b. tim teknis Komisi Penilai Amdal untuk addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B; atau
c. instansi lingkungan hidup untuk addendum Andal
dan RKL-RPL tipe C.
(4) Jangka waktu penilaian addendum Andal dan RKL-RPL
sampai dengan disampaikannya hasil rekomendasi
penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lama:
a. 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak
addendum Andal dan RKL-RPL tipe A diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi;
b. 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B diterima dan dinyatakan
lengkap secara administrasi; dan
c. 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
addendum Andal dan RKL-RPL tipe C diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi.
-15-

Pasal 15
(1) Berdasarkan hasil penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menerbitkan:
a. perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
dan perubahan Izin Lingkungan, jika perubahan
rencana Usaha dan/atau Kegiatan dinyatakan layak
lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan, jika
perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara
bersamaan dengan penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup.
(3) Jangka waktu penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup dan perubahan Izin
Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian kelayakan
lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

Pasal 16
Pemeriksaan UKL-UPL baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf c dilakukan berdasarkan pedoman
pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan Izin Lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.

Pasal 17
(1) Pemeriksaan dokumen dan/atau berkas terkait dengan
perubahan Izin Lingkungan karena perubahaan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan perubahan
-16-

Usaha dan/atau Kegiatan lainnya dilakukan melalui


tahapan:
a. penerimaan dan pemeriksaan permohonan perubahan
Izin Lingkungan secara administratif; dan
b. pemeriksaan substansi teknis terhadap dokumen
dan/atau berkas yang terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan.
(2) Pemeriksaan dokumen dan/atau berkas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kewenangan penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL
dan penerbitan Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(3) Jangka waktu pemeriksaan subtansi teknis terhadap
dokumen dan/atau berkas yang terkait dengan
perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak permohonan perubahan Izin
Lingkungan dinyatakan lengkap secara administratif.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan substansi teknis
terhadap dokumen dan/atau berkas yang terkait dengan
perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya menerbitkan perubahan Izin
Lingkungan.
(5) Jangka waktu penerbitan perubahan Izin Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil pemeriksaan substansi
teknis.

Pasal 18
(1) Penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup dilakukan melalui
tahapan:
-17-

a. penerimaan dan pemeriksaan permohonan


perubahaan Izin Lingkungan dan laporan perubahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
secara administratif; dan
b. penilaian laporan perubahan pemantauan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara teknis;
(2) Penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kewenangan
penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(3) Penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup secara teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
permohonan perubahan Izin Lingkungan dan laporan
perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup dinyatakan lengkap secara administratif.
(4) Berdasarkan hasil penilan laporan perubahan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup secara
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menerbitkan perubahan Izin
Lingkungan.
(5) Jangka waktu penerbitan perubahan Izin Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian laporan
perubahan pemantauan dan pengelolaan lingkungan
hidup secara teknis.
-18-

Pasal 19
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 dan Pasal 18
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 20
Pelaksanaan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 baru dapat dilakukan
setelah diterbitkannya perubahan Izin Lingkungan, kecuali
untuk:
a. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang terkait dengan
perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan; dan
b. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya.

BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
PENATALAKSANAAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Pasal 21
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan pembinaan
penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan hidup
terhadap:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansil ingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
pembinaan penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan
kepada instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Instansi lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan
hidup daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan penatalaksanaan perubahan izin
lingkungan kepada:
a. penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku
pemegang izin lingkungan;
b. lembaga penyedia jasa penyusun Amdal; dan/atau
-19-

c. penyusun dokumen Amdal, addendum Andal dan


RKL-RPL serta UKL-UPL.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) dilakukan dalam bentuk:
a. bimbingan teknis;
b. penyedian informasi yang relevan dan mutakhir
terkait perubahan Izin Lingkungan; dan/atau
c. penyedian panduan teknis yang memuat tatacara
dan penjelasan teknis perubahan Izin Lingkungan.

Pasal 22
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan evaluasi
kinerja terhadap penatalaksanaan perubahan Izin
Lingkungan hidup yang dilakukan oleh:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
evaluasi kinerja terhadap penatalaksanaan perubahan
Izin Lingkungan yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup daerah kabupaten/kota.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria
terkait dengan penatalaksanaan perubahan Izin
Lingkungan;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal provinsi dan
kabupaten/kota terkait penatalaksanaan perubahan
Izin Lingkungan untuk Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal;
c. kinerja instansi lingkungan hidup daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
perubahan izin lingkungan untuk usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL; dan
d. kinerja penyusun dokumen Amdal, addendum Andal
dan RKL-RPL serta UKL-UPL.
(4) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu.
-20-

(5) Mekanisme dan tindak lanjut evaluasi kinerja dilakukan


sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri mengenai pembinaan dan evaluasi kinerja Komisi
Penilai Amdal dan pemeriksa UKL-UPL daerah.

BAB VII
PEMBIAYAAN

Pasal 23
(1) Biaya pelaksanaan penilaian Amdal, addendum Andal
dan RKL-RPL, pemeriksaan UKL-UPL, penerbitan
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup,
perubahan Rekomendasi UKL-UPL, dan perubahaan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
sampai dengan Pasal 17 mengikuti ketentuan pendanaan
penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(2) Biaya pelaksanaan pembinaan dan evaluasi kinerja
penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24
Pada saat Peraturan Menteri ini, mulai berlaku maka:
a. perubahan Izin Lingkungan yang telah diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dinyatakan
tetap berlaku.
-21-

b. permohonan perubahan izin lingkungan yang telah


berproses sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
dinyatakan tetap berlaku dan selanjutnya disesuaikan
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
c. Izin Lingkungan bagi badan usaha yang telah diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan terjadi
perubahan nama penanggung jawab, maka dinyatakan
tetap berlaku dan tidak wajib melakukan perubahan Izin
Lingkungan, serta selanjutnya tanggung jawab
pelaksanaan kewajiban Izin Lingkungan menjadi
tanggung jawab penanggung jawab badan usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-22-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 981

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

KRISNA RYA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN

JENIS DAN KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG


DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

A. Penjabaran Mengenai Jenis Perubahan Yang Dapat Menyebabkan


Terjadinya Perubahan Izin Lingkungan
1. Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan
Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan adalah perubahan
status hukum yang terkait dengan nama pemilik Usaha dan/atau
Kegiatan. Perubahan tersebut harus dapat dibuktikan secara hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
2. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup adalah
perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dimaksud terdiri atas:
a. Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan baru yang bersifat negatif;
Contoh:
Rumah sakit yang semula mengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3) dengancara mengirim LB3-nya ke pihak ketiga yang
berizin, namun kemudian berencana untuk melakukan perubahan
pengelolaan dengan cara mengelola LB3-nya sendiri menggunakan
incinerator.
b. Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan yang bertujuan
perbaikan (continual improvement) dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan baru yang bersifat negatif.
Contoh:
1. Pabrik kelapa sawit yang semula mengelola limbah cairnya dengan
menggunakan IPAL, berencana akan memodifikasi Izin Pengelolaan
Air Limbah (IPAL)-nya dengan memasang alat penangkap metan
agar dapat digunakan sebagai tambahan input pembangkit
listriknya yang telah ada dan pembangkit listrik tersebut
digunakan untuk kebutuhan sendiri. Dengan memasang alat
penangkap metan, maka akan mengurangi emisi gas rumah kaca
(GRK) dan menjadi sumber energi alternatif (co-benefit).
2. PLTU X semula mengelola limbah cair air bahang dengan cara
memasukkan air bahang ke dalam retention pond untuk
mengurangi suhu sebelum dibuang ke laut. PLTU ini berencana
untuk mengubah desain retention pond-nya dengan menambahkan
beberapa bafel untuk memperluas permukaan kontak air dengan
udara sehingga mampu menurunkan suhu lebih efisien.
-24-

3. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup


Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 50 ayat (2) huruf c dalam
Peraturan Pemerintah (PP) 27 Tahun 2012, terdapat 9 (sembilan) jenis
perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Tabel 1 di
bawah ini akanmenjabarkan secara rinci mengenai jenis-jenis perubahan
Usaha dan/atau Kegiatan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup.
Tabel 1. Jenis perubahan dan kriteria perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup.

No Jenis perubahan Kriteria Perubahan Usaha Contoh Keterangan


Usaha dan/atau dan/atau Kegiatan
Kegiatan

1. Perubahan Segala bentuk perubahan  Perubahan alat Dampak


dalam mesin dan peralatan yang ekstraksi negatif
penggunaan alat- digunakan dalam proses mineral, terhadap
alat produksi produksi yang berpotensi tadinya hanya lingkungan
yang menimbulkan dampak dengan berupa
berpengaruh negatif terhadap ekskavator penambahan
terhadap lingkungan, antara lain akan diubah dampak
lingkungan mencakup: menjadi lingkungan
hidup a. Perubahan alat-alat menggunakan baru yang
produksi yang berpotensi blasting bersifat negatif
merubah bahan baku dan terlebih dahulu dan/atau
bahan penolong;  Perubahan peningkatkan
b. Perubahan alat-alat bahan baku skala/besaran
produksiyang berpotensi yang semula dampak
merubah dampak berupa kayu lingkungan
lingkungan yang untuk produksi yang bersifat
ditimbulkan dari pulp menjadi negatif, yang
kegiatan; dan/atau sekam sudah ada.
c. Perubahan alat-alat
produksiyang berpotensi
menyebabkan terjadinya
ketidaksesuaian antara
dampak lingkungan baru
dengan bentuk
pengelolaan dan
pemantauan dampak
lingkungan yang
dilakukan.

2. Penambahan Penambahan jumlah produk Kapasitas


kapasitas yang dihasilkan dari proses produksi
produksi; produksi suatu usaha tambang
dan/atau kegiatan batubara
direncanakan
meningkat dari
10 juta ton per
tahun menjadi 20
juta ton per
tahun.

3. Perubahan Perubahan yang meliputi Perubahan jenis Dampak


spesifikasi teknik antara lain: dan/atau negatif
yang a. perubahan desain proses karakteristik terhadap
mempengaruhi produksi; bahan baku, lingkungan
lingkungan; b. perubahan bahan baku; bahan penolong berupa
c. perubahan bahan dan bahan bakar, penambahan
penolong; dan/atau perubahan jenis dampak
d. perubahan penggunaan tanaman lingkungan
jenis sumber daya yang budidaya, baru yang
perubahan bersifat negatif
-25-

No Jenis perubahan Kriteria Perubahan Usaha Contoh Keterangan


Usaha dan/atau dan/atau Kegiatan
Kegiatan
digunakan; sistem silvikultur dan/atau
yang berpotensi peningkatkan
menimbulkan dampak skala/besaran
negatif terhadap lingkungan dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.

4. Perubahan Adalah perubahan sarana  penambahan Sarana


sarana Usaha pendukung yang membantu instalasi pendukung
dan/atau proses produksi yang pengolahan air adalah: sarana
Kegiatan; berpotensi menimbulkan bersih; yang tanpa
dampak negatif terhadap  penambahan adanya sarana
lingkungan. sumber air ini, maka
bawah tanah; proses
produksi
masih dapat
dilakukan.
Dampak
negatif
terhadap
lingkungan
berupa
penambahan
dampak
lingkungan
baru yang
bersifat negatif
dan/atau
peningkatkan
skala/besaran
dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.

5. Perluasan lahan Penambahan luasan lahan Dampak


dan bangunan dan/atau bangunan yang negatif
Usaha dan/atau berpotensi menimbulkan terhadap
Kegiatan. dampak negatif terhadap lingkungan
lingkungan berupa
penambahan
dampak
lingkungan
baru yang
bersifat
negatif
dan/atau
peningkatkan
skala/besaran
dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.
-26-

No Jenis perubahan Kriteria Perubahan Usaha Contoh Keterangan


Usaha dan/atau dan/atau Kegiatan
Kegiatan

6. Perubahan Perubahan berupa  Tambang yang Dampak


waktu dan pengurangan atau direncanakan negatif
durasi operasi penambahan waktu berakhir terhadap
Usaha dan/atau dan/atau durasi kegiatan setelah 30 lingkungan
Kegiatan; yang berpotensi tahun, ternyata berupa
menimbulkan dampak menjelang penambahan
negatif terhadap lingkungan tahun ke 30 dampak
direncanakan lingkungan
untuk baru yang
diteruskan bersifat negatif
sampai tahun dan/atau
ke 40, dengan peningkatkan
metode dan skala/besaran
kapasitas dampak
penambangan lingkungan
yang sama yang bersifat
pada areal negatif, yang
yang sama sudah ada.
 Suatu pabrik
yang tadinya
beroperasi
secara batch
(ada termin
tertentu),
direncanakan
akan
beroperasi
secara kontinu

7. Usaha dan/atau Penambahan usaha Rencana 


Kegiatan di dan/atau kegiatan baru penambahan
dalam kawasan dalam sebuah kawasan, kegiatan baru
yang belum yang belum dilingkup dan berupa
tercakup dalam dikaji dalam dokumen pengelolaan LB3
izin lingkungan; lingkungan sebelumnya oleh perusahaan
industri (tenant)
dalam suatu
kawasan industri

8. Terjadinya Perubahan yang mencakup  Perubahan 


perubahan antara lain perubahan baku mutu
kebijakan peraturan dan/atau NSPK lingkungan dan
pemerintah yang yang diterbitkan oleh kriteria baku
ditujukan dalam pemerintah yang bertujuan kerusakan
rangka untuk memperbaiki dan lingkungan
peningkatan meningkatkan kualitas  Perubahan
perlindungan lingkungan hidup peruntukkan
dan pengelolaan ruang dalam
lingkungan Rencana Tata
hidup; Ruang sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan,
seperti areal
lahan untuk
lokasi kegiatan
panas bumi
yang semula
kawasan hutan
-27-

No Jenis perubahan Kriteria Perubahan Usaha Contoh Keterangan


Usaha dan/atau dan/atau Kegiatan
Kegiatan
lindung
menjadi
kawasan
konservasi.

9. Terjadi Terjadi perubahan rona  Bencana alam


perubahan lingkungan yang sangat tsunami,
lingkungan mendasar akibat terjadinya gempa,
hidup yang bencana alam atau akibat kekeringan)
sangat mendasar lain yang menyebabkan  Penduduk
akibat peristiwa pengelolaan lingkungan mulai
alam atau hidup dalam kajian bermunculan
karena akibat sebelumnya menjadi tidak di area sekitar
lain, sebelum relevan dengan kondisi pabrik;
dan pada waktu lingkungan pascabencana  Perambahan
Usaha dan/atau dan pasca perubahan atas areal
Kegiatan yang akibat lain tersebut pertambangan
bersangkutan oleh PETI
dilaksanakan

4. Perubahan Dampak Dan/Atau Risiko Lingkungan Hidup Berdasarkan


Hasil Kajian Analisis Risiko Lingkungan Hidup (ARLH) Dan/Atau
Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan
Perubahan yang dimaksud dalam kategori ini adalah jenis perubahan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang teridentifikasi dari hasil
kajian ARLH dan audit lingkungan hidup yang diwajibkan.
Perlu diperhatikan pula bahwa audit lingkungan hidup yang diwajibkan
terdiri atas:
a. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala kepada
usaha dan/atau kegiatan yang berisiko tinggi terhadap lingkungan
hidup
b. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan kepada usaha dan/atau
kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang-undangan
Sebagaimana diatur dalam peraturan menteri yang mengatur tentang
audit lingkungan hidup.
Pada prinsipnya, kajian ARLH maupun hasil audit lingkungan hidup
yang diwajibkan (audit LH wajib) dapat memberikan temuan mengenai
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang belum terkaji dan belum
terkelola dalam dokumen lingkungan hidup sebelumnya, sehingga
terdapat kemungkinan pula bahwa hasil kajian ARLH dan audit wajib
dapat memberikan informasi tambahan terhadap dokumen Amdal atau
UKL-UPL, sehingga diperlukan perubahan Izin Lingkungan.
-28-

Perubahan usaha
Temuan berupa dan/atau kegiatan,
dampak dan/atau atau
Hasil kajian ARLH dan Perubahan Izin
risiko lingkungan
Audit LH wajib Perubahan Lingkungan
hidup yang wajib
dikelola dan dipantau pengelolaan dan
pemantauan LH

Gambar 1. Keterkaitan hasil kajian ARLH dan audit lingkungan hidup


wajib dengan perubahan Izin Lingkungan
5. Tidak Dilaksanakannya Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Dalam
Jangka Waktu 3 (Tiga) Tahun Sejak Diterbitkannya Izin Lingkungan
Jenis perubahan yang dimaksud dalam kategori ini adalah tidak adanya
pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan deskripsi kegiatan
yang tercantum dalam dokumen lingkungan hidup yang telah dinilai
atau diperiksa, keputusan kelayakan lingkungan hidup/rekomendasi
persetujuan UKL-UPL dan izin lingkungannya yang telah diterbitkan,
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun setelah izin lingkungan diterbitkan.
6. Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan antara lain mencakup:
a. Perubahan usaha dan kegiatan karena usaha dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan pemisahan dan/atau pengabungan baik sebagian
atau seluruhnya;
b. Perubahan nama penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan;
c. Perubahan nama kegiatan tanpa merubah jenis kegiatan (seperti
perubahan nama usaha dan/atau kegiatan, perubahan nama lokasi
seperti lokasi sumur pengeboran);
d. Perubahan wilayah adminsitrasi pemerintahan; dan/atau
e. Penciutan/pengurangan luas areal usaha dan/atau kegiatan.

B. Ruang Terjadinya Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


Perubahan usaha dan/atau kegiatan untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL dapat terjadi:
1. Di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan batas proyek yang
ditetapkan dalam dokumen lingkungan sebelumnya; dan/atau
2. Di dalam batas wilayah studi untuk rencana perubahan pengelolaan dan
pemantauan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki Amdal;
Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan serta ruang terjadinya
perubahan usaha dan/atau kegiatan dijabarkan dalam table dibawah ini.
-29-

Tabel 2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan serta ruang terjadinya


perubahan Usaha dan/atau Kegiatan

Ruang Perubahan Usaha


dan/atau Kegiatan
No Jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Di dalam dan/atau Di dalam
berbatasan dengan wilayah
batas proyek* studi**

1. Perubahan dalam penggunaan alat-alat √ x


produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup
2. Penambahan kapasitas produksi; √ x
3. Perubahan spesifikasi teknik yang √ x
mempengaruhi lingkungan;
4. Perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan; √ X
5. Perluasan lahan dan bangunan usaha √ x
dan/atau kegiatan.
6. Perubahan waktu dan durasi operasi usaha √ x
dan/atau kegiatan;
7. Usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan √ x
yang belum tercakup dalam izin lingkungan;
8. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah √ √
yang ditujukan dalam rangka peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
9. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang √ x
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan
10 Perubahan RKL-RPL √ √

Keterangan:
1) * = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal atau wajib memiliki UKL-UPL;
2) ** = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal;

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN

FORMAT PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN

A. FORMATPENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN UNTUK USAHA


DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL
1. Identitas Pemegang Izin Lingkungan (Pemrakarsa)
a. Identitas pemegang Izin Lingkungan seperti yang tercantum di dalam
Izin Lingkungan,
b. Berbagai Keputusan Kelayakanan Lingkungan Hidup yang dimiliki
beserta perubahannya;
c. Berbagai perizinan lingkungan (Izin Lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup) yang dimiliki
beserta perubahannya.
2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Berdasarkan tabel jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan seperti
yang tercantum di bawah ini, pemegang Izin Lingkungan memberikan
tanda (√) untuk perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan
dilakukan. Sebagai contoh apabila perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan dilakukan berupa perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan, penambahan kapasitas produksi dan perluasan
lahan dan bangunan usaha, pemegang Izin Lingkungan memberikan
tanda (√) di kolom “beri tanda (√)” pada jenis perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan di nomor: 1, 3b dan 3e.

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda (√)
1) Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

2) Perubahaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


a. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan baru yang
bersifat negatif
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan bertujuan untuk
perbaikan (continual improvement) dan tidak menimbulkan
dampak lingkungan baru yang bersifat negatif

3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup


a. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup
b. Penambahan kapasitas produksi;
c. Perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi
lingkungan;
d. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
e. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan.
f. Perubahan waktu dan durasi operasi Usaha dan/atau
Kegiatan;
-31-

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda (√)
g. Usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan yang belum
tercakup dalam izin lingkungan;
h. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang
ditujukan dalam rangka peningkatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
i. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat lain,
sebelum dan pada waktu Usaha dan/atau Kegiatan yang
bersangkutan dilaksanakan

4) Perubahan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup


berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup
(ARLH) dan/atau audit lingkungan hidup yang diwajibkan
5) Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dalam jangka waktu 3 (Tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin
Lingkungan
6) Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan, sebutkan jenis
perubahannya:
a. ……
b. ……
c. ……

Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan


berupa perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1)
dan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin
Lingkungan tidak perlu menguraikan deskripsi perubahan rencana
Usaha dan/atau Kegiatan, rona lingkungan dan evaluasi dampak
lingkungan hidup seperti tercantum di bawah ini.
Apabila perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan
selain perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1) dan
selain perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin
Lingkungan wajib menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan, rona lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan
hidup seperti tercantum di bawah ini.
3. Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat:
Di bawah ini terdapat beberapa contoh deskripsi perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan.
Tabel 1. Contoh deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan hulu
migas berdasakan komponen-komponen kegiatannya (utama,
pendukung dan pengelolaan lingkungan hidupnya)

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


A. FASILITAS PRODUKSI
1. Jumlah Sumur 1.075 buah dengan rincian: 195 buah: Total = 1.273
 290 buah aktif  2 sumur di UL buah
 736 buah tidak atif  3 sumur di YY
 11 sumur di APNE dan  2 sumur di FSB
-32-

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


APNF berdasarkan RKL-RPL  165 sumur
Tambahan 2010 sisipan di …..
 38 sumur sisipan  26 sumur
berdasarkan RKL-RPL eksplorasi
Tambahan 2010
2. Anjungan Sumur (tak 137 buah dengan rincian: 3 buah (ULA, YYA Total = 140 buah
berpenghuni)  6 buah di area AVSA dan FSBA)
 21 buah di area Bravo
 25 buah di area Echo
 21 buah di area Foxtrot
 10 buah di area KLA
 23 buah di area Mike-Mike
 4 buah di area Papa
 12 buah di area Uniform
 8 buah di area Zulu
 7 buah di area APN
3. Anjungan proses 11 buah, yaitu Avsa, Zulu, - -
produksi Papa, Mike-Meki, Lima, KLA,
(berpenghuni) Uniform, Echo, Foxtrot,
Bravo, Central Plant.
4. Termina Khusus 1 buah yaitu FSO …. - -
5. Anjungan pengolahan Pada 5 anjungan: - -
air terproduksi  Central Plant.
(berpenghuni)  Arco Ardjuna
 Papa
 Mike-Mike
 Foxtrot (tidak aktif)
6. Pipa flowline ± 1.600 km dengan diameter  ±6,1 km 12” Pipa tambahan
bervariasi yang digelar di (ULA-UW) merupakan pipa
bawah laut di seluruh …..  ±13,5 km 12” baru
(YYA-KLB) atau
±4,2 km 12”
(YYA-KKNA)
 ±5,7 km 10”
(FBSA-FFB) atau
±5,8 km 10”
(FSBA ke ruas
pipa FSA-FFB)
 ±0,7 mile 10”
feed gas pipline
KLA-KLB
 ±0,7 mile 3” gas
lift pipieline KLB-
KLA
7. Pipa transmisi gas  Papa-ORF ….. - -
 Central Plant-ORF …
8. Pipa Transmisi minyak Central Plant FSO …… - -
9. Fasilitas penyimpanan 1 buah (FSO ……..) - -
minyak terapung
(FSO)
10. Fasilitas penerima 3 buah (……, ……… dan - -
darat (ORF) ……………)
B. PRODUKSI
1. Kapasitas  Minyak: 300.000 BOPD - -
 Gas: 300 MMSCFD
2. Produksi  Minyak: 32.000 BOPD Maksimum Tidak melampaui
-33-

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


 Gas: 185 MMSCFD produksi: kapasitas
 Minyak: 46.500
BOPD
 Gas: 285MMSCFD
C. PENANGANAN LIMBAH PRODUKSI
1. Kapasitas water  260.000 BWPD di Central - Pengaktifan di
treatment system Plant (aktif) Anjungan Papa
 100.000 BWPD di …….. dengan
 2 x 75.000 BWPD di hydrocyclone
Anjungan Papa (tidak aktif) kapasitas 2 x
 2 x 75.000 BWPD di 45.000 BWPD
Anjungan Mike-Mike (aktif)
 2 x 75.000 BWPD di
Anjungan Foxtrot (tidak
aktif)
2. Volume air terproduksi  CP = 100.000 BWPD 53.000 BWPD Total = 217.000
 AA = 4.000 BWPD
 Papa = 50.000
 MM = 10.000
3. Flaring Avsa, Zulu, Papa, Mike-Mike, Sistem flare pada Sistem flare KLB
Lima, KLA, Bravo, Echo, KLB Platform digunakan untuk
Uniform, Central Plant dan antisipasi process
Foxtrot upset pada sistem
compressor
D. FASILITAS PENUNJANG
1. Shorebase - - -

Tabel 2. Contoh deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


pelabuhan berdasarkan tahapan kegiatannya

RENCANA KEGIATAN DALAM LINGKUP RENCANA KEGIATAN YANG MENGALAMI


AMDAL TAHUN 2010 PERUBAHAN (LINGKUP ADDENDEUM
ANDAL DAN RKL-RPL)
Mobilisasi Tenaga Kerja
Mobilisasi Alat dan Bahan Lewat Laut Mobilisasi material lewat darat
 Material urug
o Material urug untuk causeway volume urugan
I, II & III 1.100.000 m3
o Material urug untuk interchange area 700.000
m3
o Lapangan penumpukan 3.910.000 m3
 Material pancang
Pembangunan Basecamp
Pembangunan Pelabuhan Pembangunan Pelabuhan
a. Jembatan penghubung a. Jembatan penghubung
Panjang : 2.560 m Panjang : 800 m
Lebar : 18 m Lebar : 12,5 m
Luas : 32.000 m2 Luas : 10.000 m2
Konstruksi on pile
Yang sudah dilakukan 30,8% dari panjang Yang dikaji rencana pembangunan 60,2%
800 m x 12,5 m

b. Pembangunan causeway b. Pembangunan causeway


Kontruksi masif dan lokasi menempel bibir Kontruksi masif dengan luas ± 8 Ha dan
pantai lokasi bergeser 800 meter dari bibir pantai;
-34-

RENCANA KEGIATAN DALAM LINGKUP RENCANA KEGIATAN YANG MENGALAMI


AMDAL TAHUN 2010 PERUBAHAN (LINGKUP ADDENDEUM
ANDAL DAN RKL-RPL)
Disain: Disain:
Panjang : 500 m I. Pengurugan untuk areal causeway
Lebar : 140 m Tahap I
Luas : 70.000 m2 Panjang : 520 m
Volume urugan : 173.000 m2 Lebar : 25 m
Luas : 13.000 m2
Yang sudah dilakukan adalah pemasangan II. Pembangunan causeway Tahap II
talud sepanjang 500 m dan lebar 25 m (luas Panjang : 200 m
13.000 m2) Lebar : 30 m
Luas : 6.000 m2
III. Pembangunan causeway Tahap III
Panjang : 1.231 m
Lebar : 50 m
Luas : 61.550 m2
c. Pembangunan Lapangan Penumpukan c. Pembangunan Lapangan Penumpukan
Container yard dan fasilitas pendukung I. Lapangan penumpukan petikemas
Ukuran urugan : 5.844.000 m3 Luas : 250.000 m2
Ukuran container yard : 387.000 m 2, 4 blok Volume urugan : 2.800.000 m3
@ 96.750 m2 II. Lapangan penumpukan curah kering
Jarak dengan dermaga 260 m, luas 50 ha Luas : 100.000 m2
Volume urugan : 1.1100.000 m3
Jarak dengan dermaga menjadi ± 970 m,
luas 25 ha dan 10 ha, progress
pembangunan 0%.
Pembangunan Receiption Facilites (RF)
d. Pembangunan Trestle d. Pembangunan Trestle
Trestle, 2 unit dengan 7.872,5 m2 Trestle menjadi jembatan penghubung II
Ukuran 235 m x 9,5 m (antara lapangan penumpukan dan dermaga)
Panjang : 975 m
Kontruksi on-pile
Lebar : 16 m
Luas : 15.600 m2
Kontruksi on-plie
Progress pembangunan 0%

4. Rona Lingkungan Hidup


Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat rona
lingkungan hidup yang berada di dalam dan/atau disekitar lokasi
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan. Rona lingkungan hidup
mencakup:
a. komponen-komponen lingkungan hidup, yang mencakup:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek bio-
geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain: udara,
tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan tingkat
pelayananya (antara lain:rawa, gambut, mangrove, terumbu
karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
sosial-ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya; dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
b. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas hanya
dilakukan terhadap rona lingkungan hidup yang terkait atau relevan
-35-

dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.Rona lingkungan hidup


yang yang dideskripsikan adalah rona lingkungan hidup pada saat
perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan.
Pemegang Izin Lingkungan dapat menggunakan data dan informasi
rona awal yang terdapat di dalam batas wilayah studi Amdal beserta
trend perubahaannya sampai saat perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan tersebut dilakukan.Trend perubahan rona lingkungan hidup
tersebut dapat disusun berdasarkan data informasi rona lingkungan
hidup awal pada saat dokumen Amdal disusun ditambah dengan data
dan informasi hasil pemantauan kualitas lingkungan hidup yang
tercantum di dalam laporan pelaksanaam RKL-RPL (Laporan
Pelaksanaan Izin Lingkungan) yang disusun dan dilaporkan setiap 6
(enam) bulan sekali.
Dalam mendeskripsikan rona lingkungan hidup tersebut, pemegang
Izin Lingkungan dapat menggunakan data dan informasi dari sumber-
sumber lain yang valid dan terpercaya/akuntabel.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti diuraikan di atas dapat
digambarkan secara spasial sesuai dengan kaidah kartografi.
5. Evaluasi Dampak Lingkungan Hidup
Evaluasi dampak lingkungan dilakukan dengan cara melakukan analisis
secara singkat dan cepat terkait interaksi antara perubahan usaha
dan/atau kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup. Potensi
dampak lingkungan hidup yang terjadi diidentifikasi dan dianalisis
berdasarkan potensi perubahan parameter lingkungan hidup akibat
adanya perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang terjadi pada periode
waktu tertentu dan di area (ruang) yang tertentu. Hasil evaluasi dampak
berupa daftar potensi dampak lingkungan hidup yangakan terjadi akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan beserta sifat penting dampak
lingkungan.
Berdasarkan evaluasi dampak lingkungan, pemegang Izin Lingkungan
yang termasuk dalam kriteria Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal
menentukan apakah perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan:
a. Berpotensi menimbulkan jenis dampak penting hipotetik baru yang
belum dilingkup dan dikaji di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
dan/atau
b. Merubah batas wilayah studi Amdal.

B. FORMAT PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN UNTUK USAHA


DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB UKL-UPL

1. Identitas Pemegang Izin Lingkungan (Pemrakarsa)


a. Identitas pemegang lzin lingkungan seperti yang tercantum di dalam
Izin Lingkungan,
b. Rekomendasi UKL-UPL yang dimiliki beserta perubahannya;
c. Berbagai perizinan lingkungan (Izin Lingkungan dan izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup) yang dimiliki beserta
perubahannya
2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Berdasarkan table jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan seperti
yang tercantum di bawah ini, pemegang Izin Lingkungan memberikan
tanda (√) untuk perubahan usaha dan/atau kegiatan yang
-36-

akandilakukan. Sebagai contoh apabila perubahan Usaha dan/atau


Kegiatan yang akan dilakukan berupa perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan, penambahan kapasitas produksi dan perluasan
lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan, pemegang Izin
Lingkungan memberikan tanda (√) di kolom “beri tanda (√)” pada jenis
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan di nomor: 1, 3b dan 3e.

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda (√)
1) Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

2) Perubahaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


a. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan baru yang
bersifat negatif
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan bertujuan untuk
perbaikan (continual improvement) dan tidak menimbulkan
dampak lingkungan baru yang bersifat negatif

3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup


a. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup
b. Penambahan kapasitas produksi;
c. Perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi
lingkungan;
d. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
e. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau Kegiatan.
f. Perubahan waktu dan durasi operasi Usaha dan/atau
Kegiatan;
g. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang belum
tercakup dalam izin lingkungan;
h. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan
dalam rangka peningkatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;

i. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar


akibat peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan
pada waktu Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan

4) Perubahan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup


berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup
(ARLH) dan/atau audit lingkungan hidup yang diwajibkan
5) Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dalam jangka waktu 3 (Tiga) tahun sejak diterbitkannya Izin
Lingkungan
6) Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan, sebutkan jenis
perubahannya:
a. ……
a. ……
b. ……

Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan


berupa perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1), dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan tidak perlu
-37-

menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan,


rona lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan hidup seperti
tercantum di bawah ini.
Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan
selain perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1) dan
selain perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan
wajib menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau
Kegiatan, rona lingkungan dan evaluasi dampak seperti tercantum di
bawah ini.

3. Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat:
a. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan eksisting beserta
skala/besaranya dan lokasinya seperti yang sudah dilingkup dalam
dokumen lingkungan hidup sebelumnya. Komponen-komponen
kegiatan tersebut mencakup antara lain:
1) Kegiatan utama;
2) Kegiatan pendukung; dan
3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
b. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan perubahan beserta skala/besaran perubahannya dan
lokasinya.
Deskripsi komponen-komponen kegiatan eksiting beserta perubahannya
seperti diuraikan di atas dapat digambarkan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi.

4. Rona Lingkungan Hidup


Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat rona
lingkungan hidup yang berada di dalam dan/atau disekitar lokasi
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan. Rona lingkungan hidup
mencakup:
a. komponen-komponen lingkungan hidup, yang mencakup:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek bio-
geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain: udara,
tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan tingkat
pelayananya (antara lain: rawa, gambut, mangrove, terumbu
karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
sosial-ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya; dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
b. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas hanya
dilakukan terhadap rona lingkungan hidup yang terkait atau relevan
dengan perubahan usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan hidup
yang yang dideskripsikan adalah rona lingkungan hidup pada saat
perubahaan usaha dan/atau kegiatan tersebut dilakukan.
Pemegang izin lingkungan dapat menggunakan data dan informasi
kondisi lingkungan hidup yang berada di sekitar lokasi usaha
-38-

dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL yang tercantum di dalam laporan


pelaksanan UKL-UPL (Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan) yang
disusun dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali.
Dalam mendeskripsikan rona lingkungan hidup tersebut, pemegang
izin lingkungan dapat menggunakan data dan informasi dari sumber-
sumber lain yang valid dan terpercaya/akuntabel.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti diuraikan di atas dapat
digambarkan secara spasial sesuai dengan kaidah kartografi.

5. Evaluasi Dampak Lingkungan Hidup


Evaluasi dampak lingkungan dilakukan dengan cara melakukan analisis
secara singkat dan cepat terkait interaksi antara perubahan usaha
dan/atau kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup. Potensi
dampak lingkungan hidup yang terjadi diidentifikasi dan dianalisis
berdasarkan potensi perubahan parameter lingkungan hidup akibat
adanya perubahan usaha dan/atau kegiatan yang terjadi pada periode
waktu tertentu dan di area (ruang) yang tertentu. Hasil evaluasi dampak
berupa daftar potensi dampak lingkungan hidup yang akan terjadi akibat
perubahan usaha dan/atau kegiatan beserta sifat penting dampak
lingkungan.
Berdasarkan evaluasi dampak lingkungan, pemegang Izin Lingkungan
menentukan apakah perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan atau tidak menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan. Dampak penting terhadap lingkungan ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Skala/besaran kegiatan eksisting beserta perubahan usaha dan/atau
kegiatannya secara kumalatif termasuk dalam skala/besaran wajib
Amdal;
b. Perubahan usaha dan/atau kegiatan tersebut menyebabkan:
1) Sebagian lokasi usaha dan/atau kegiatan tersebut berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung;
2) Dampak lingkungan yang terjadi akibat perubahan usaha dan/atau
kegiatan tersebut berpotensi mempengaruhi kawasan lindung
terdekat.
Perubahan usaha dan/atau kegiatan yang terjadi di dalam kawasan
lindung dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengizinkan usaha dan/atau kegiatan dilakukan di dalam kawasan
lindung.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN

PEDOMAN PENYUSUNAN AMDAL BARU, ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL,


DAN FORMULIR UKL-UPL BARU

A. Umum
Dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh penanganggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang diperlukan bagi penerbitan perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan Rekomendasi
UKL-UPL dan perubahan Izin Lingkungan terdiri atas:
1. Dokumen Amdal baru;
2. Dokumen adendum Andal dan RKL-RPL; atau
3. Formulir UKL-UPL baru.

B. Dokumen Amdal Baru


Muatan dokumen Amdal baru pengembangan, mengacu pada pedoman
penyusunan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam dokumen Amdal baru tersebut, wajib
dijelaskan pula kondisi eksisting dan evaluasi kegiatan eksisting,
keterkaitannya dengan rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan,
termasuk dampak lingkungan hidup yang akan timbul akibat interaksi
antara kegiatan eksisting dengan rencana perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan.

C. Dokumen Adendum Andal dan RKL-RPL


1. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL terdiri atas 3 (tiga) tipe:
a. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe A untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan dampak
penting hipotetik (DPH) yang sudah dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya. Perubahan DPH tersebut berpotensi menyebabkan
terjadinya antara lain perubahan besaran dan sifat penting dampak;
b. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe B untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan yang menyebabkan perubahan dampak lingkungan
lainnya dan tidak menyebabkan perubahan dampak penting hipotetik
(DPH) yang sudah dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
c. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe C untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan di luar kriteria a dan b;
2. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe A pada prinsipnya memuat
informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuat uraian antara lain mengenai
latar belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum
Andal dan RKL-RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya
disusun sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan
hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
-40-

b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan: Bagian ini pada


dasarnya mendeskripsikan secara rinci rencana usaha dan/atau
kegiatan yang disusun sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen
lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan mencakup:
i. komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan eksisting
beserta skala/besaranya dan lokasinya seperti yang sudah
dilingkup dalam dokumen lingkungan hidup sebelumnya.
Komponen-komponen kegiatan tersebut mencakup antara lain
kegiatan utama, kegiatan pendukung; dan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Dalam bagian ini juga dijelaskan
berbagai perizinan yang telah dimiliki, terutama perizinan
lingkungan;
ii. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan perubahan beserta skala/besaran perubahannya dan
lokasinya.
Deskripsi komponen-komponen kegiatan eksiting beserta
perubahannya seperti diuraikan di atas dapat digambarkan secara
spasial sesuai dengan kaidah kartografi.
Uraian deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan seperti tersebut di atas
dapat diambil dari dokumen penyajian informasi lingkungan (PIL)
dengan uraian yang lebih rinci dari dokumen PIL.
c. Deskripsi rona lingkungan hidup: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan secara rinci rona lingkungan hidup yang disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rona
lingkungan hidup secara rinci mencakup:
i. komponen-komponen lingkungan hidup, yang meliputi:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
bio-geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain:
udara, tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan
tingkat pelayananya (antara lain:rawa, gambut, mangrove,
terumbu karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
sosial-ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya;
dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
ii. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.

Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas disusun


untuk komponen-komponen lingkungan hidup yang terkait atau
relevan dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan. Rona
lingkungan hidup yang yang dideskripsikan adalah rona lingkungan
hidup pada saat perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut
dilakukan.

Deskripsi rona lingkungan hidup tersebut dapat disusun dengan


menggunakan data dan informasi rona awal yang terdapat di dalam
batas wilayah studi Amdal beserta trend perubahaannya sampai
saat perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan.
-41-

Trend perubahan rona lingkungan hidup tersebut dapat disusun


berdasarkan data informasi rona lingkungan hidup awal pada saat
dokumen Amdal disusun ditambah dengan data dan informasi hasil
pemantauan kualitas lingkungan hidup yang tercantum di dalam
laporan pelaksanaam RKL-RPL (Laporan Pelaksanaan Izin
Lingkungan) yang disusun dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan
sekali.

Deskripsikan rona lingkungan hidup tersebut dapat disusun dengan


menggunakan data dan informasi dari sumber-sumber lain yang
valid dan terpercaya/akuntabel. Deskripsi rona lingkungan hidup
seperti diuraikan di atas dapat digambarkan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi.

Uraian deskripsi rona lingkungan hidup seperti tersebut di atas


dapat diambil dari dokumen penyajian informasi lingkungan (PIL)
dengan uraian yang lebih rinci dari dokumen PIL.

d. Evaluasi Kegiatan eksisting dan pemilihan DPH yang sesuai dengan


perubahan usaha dan/atau kegiatan: Bagian ini memuat evaluasi
secara rinci dan komprehensif terhadap Usaha dan/atau Kegiatan
yang telah dilakukan beserta perubahannya terkait dengan dapak
lingkungan hidup yang akan terjadi, yang antara lain mencakup:
i. Evaluasi terhadap lingkup Usaha dan/atau Kegiatan beserta
dampak penting hipotetik (DPH) dan dampak-dampak lainya perlu
dikelola berdasarkan dokumen amdal yang telah dimiliki;
ii. Evaluasi terhadap kinerja dan efektivitas pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang telah dilakukan;
iii. Identifikasi dan evaluasi terhadap jenis-jenis dampak penting
hipotetik (DPH) yang telah dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya yang berpotensi mengalami perubahan besaran dan
sifat pentingnya akibat terjadinya perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan. Dampak penting hipotetik (DPH) yang telah evaluasi ini
akan dikaji lebih dalam dan hasil kajiannya diuraikan secara rinci
dalam bagian prakiraan dan evaluasi dampak;
iv. evaluasi apakah perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut:
1. tidak menimbulkan berbagai dampak lainnya yang sifatnya
baru atau dampak lainya yang timbul akibat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan relatif sama dengan dampak lain yang telah
dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
2. merubah besaran dampak lainnya yang telah dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya;
3. menimbulkan jenis dampak lainnya yang sifatnya baru dan
belum dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
e. Prakiraan dan evaluasi dampak penting: Bagian ini pada dasarnya
memuat uraian mengenai prakiraan dan evaluasi dampak penting
terhadap lingkungan yang disusun sesuai dengan pedoman
penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Prakiraan dampak penting dilakukan
terhadap DPH-DPH yang telah dievaluasi dan diidentifikasi mengalami
perubahan besaran dan sifat pentingnya akibat terjadinya perubahan
Usaha dan/atau Kegiatan.
Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistic dengan
menganalisis keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting
-42-

hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak


perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan secara total terhadap
lingkungan.
f. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang
tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
g. Daftar pustaka; dan
h. Lampiran
3. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe B pada prinsipnya memuat
informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuat uraian antara lain mengenai
latar belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum
Andal dan RKL-RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya
disusun sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan
hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
b. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan menggunakan uraian deskripsi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan seperti yang tercantum di dalam dokumen
Penyajian Indormasi Lingkungan (PIL);
c. Deskripsi rona lingkungan hidup: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan rona lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Deskrip rona lingkungan hidup
dapat menggunakan uraian deskripsi rona lingkungan hidup seperti
yang tercantum di dalam dokumen Penyajian Indormasi Lingkungan
(PIL)
d. Evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi komponen lingkungan
terkena dampak: Bagian ini memuat evaluasi secara rinci dan
komprehensif terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang telah
dilakukan beserta perubahannya terkait dengan dapak lingkungan
hidup yang akan terjadi, yang antara lain mencakup:
i. Evaluasi terhadap lingkup Usaha dan/atau Kegiatan beserta
dampak-lingkungnanya yang perlu dikelola berdasarkan dokumen
amdal yang telah dimiliki;
ii. Evaluasi terhadap kinerja dan efektivitas pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang telah dilakukan;
iii. evaluasi apakah perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut:
-43-

1. tidak menimbulkan berbagai dampak lingkungan (bukan DPH)


yang sifatnya baru atau dampak lingkungan yang timbul akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan (bukan DPH) relatif sama
dengan dampak lingkungan (bukan DPH) yang telah dilingkup
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
2. merubah besaran dampak lingkungan (bukan DPH) yang telah
dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
3. menimbulkan jenis dampak lingkungan (bukan DPH) yang
sifatnya baru dan belum dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya;
e. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang
tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran
4. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe C pada prinsipnya memuat
informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuat uraian antara lain mengenai
latar belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum
Andal dan RKL-RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya
disusun sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan
hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
b. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan menggunakan uraian deskripsi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan seperti yang tercantum di dalam dokumen
Penyajian Indormasi Lingkungan (PIL);
c. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
-44-

iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang


tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
d. Daftar pustaka; dan
e. Lampiran

D. Muatan Formulir UKL-UPL baru


Muatan UKL-UPL baru pengembangan, mengacu pada pedoman
penyusunan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam UKL-UPL baru tersebut, wajib dijelaskan
pula kondisi eksisting dan evaluasi kegiatan eksisting, keterkaitannya
dengan rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan, termasuk dampak
lingkungan hidup yang akan timbul akibat interaksi antara kegiatan
eksisting dengan rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN

TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

A. UMUM
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan yang tercantum di dalam
lampiran ini mencakup:
1) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe A;
2) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B;
3) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe C;
4) Tata laksana perubahan izin lingkungan karena perubahan kepemilikan
usaha dan/atau kegiatan dan perubahan usaha dan/atau kegiatan
lainnya
5) Tata laksana perubahan izin lingkungan karena perubahan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup

Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian Amdal baru


dilakukan berdasarkan pedoman penilaian Amdal dan penerbitan Izin
Lingkungan sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan
mengenai tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.

Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui pemeriksaan UKL-UPL


baru dilakukan berdasarkan pedoman pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana diatur dengan peraturan
perundang-undangan mengenai tata laksana penilaian dan pemeriksaan
dokumen lingkungan hidup serta penerbitan Izin Lingkungan

B. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUI PENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE A
1. Penerimaan dan Penilaian Permohonan Perubahaan Izin
Lingkungan, Adendum Andal dan RKL-RPL Secara Administratif
a. Pemegang Izin Lingkungan menyusun adendum Andal dan RKL-RPL
berdasarkan arahan dari instansi lingkungan hidup sesuai dengan
pedoman penyusunan adendum Andal dan RKL-RPL:
b. Permohonan perubahan Izin Lingkungan, penilaian adendum Andal
dan RKL-RPL diajukan oleh pemegang Izin Lingkungan
(pemrakarsa/penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan) secara
tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
i. Menteri melalui sekretariat KPA pusat untuk adendum Andal
dan RKL-RPL yang menjadi kewenangan Menteri;
-46-

ii. gubernur melalui sekretariat KPA provinsi untuk adendum


Andal dan RKL-RPL yang menjadi kewenangan gubernur; dan
iii. bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota untuk
adendum Andal dan RKL-RPL yang menjadi kewenangan
bupati/walikota.
c. Dalam surat permohonan perubahan Izin Lingkungan, penilaian
adendum Andal dan RKLRPL, dilengkapi dengan:
i. arahan perubahan Izin Lingkungan dari instansi lingkungan
hidup dan dokumen adendum Andal dan RKL-RPL yang telah
disusun;
ii. dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
iii. profil usaha dan/atau kegiatan.
d. Sekretariat KPA memberikan tanda bukti penerimaan permohonan
perubahan Izin Lingkungan dan adendum Andal dan RKL-RPL yang
akan dinilai kepada pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal
penerimaan permohonan perubahan Izin Lingkungan, addendum
Andal dan RKL-RPL.
e. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan perubahan
Izin Lingkungan yang meliputi:
i. verifikasi dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
ii. verifikasi profil usaha dan/atau kegiatan; dan
iii. uji administrasi addendum Andal dan RKL-RPL berdasarkan
panduan uji administrasi permohonan Izin Lingkungan, Andal,
dan RKL-RPL yang tercantum di dalam Peraturan Menteri yang
mengatur tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.
f. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, sekretariat KPA
memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan atau
ketidaklengkapan uji administrasi permohonan perubahan Izin
Lingkungan dan addendum Andal dan RKL-RPL.
g. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dan adendum
Andal dan RKL-RPL dinyatakan tidak lengkap, maka Sekretariat
KPA mengembalikan permohonan perubahan Izin Lingkungan dan
adendum Andal dan RKL-RPL kepada pemrakarsa.
h. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dan adendum
Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap, maka sekretariat KPA
memberikan pernyatan tertulis perihal kelengkapan persyaratan
permohonan perubahan Izin Lingkungan dan adendum Andal dan
RKL-RPL kepada pemrakarsa.
i. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya
dapat diberikan apabila:
i. uji administrasi menyimpulkan bahwa adendum Andal dan RKL-
RPL yang disampaikan lengkap secara administrasi; dan
ii. adendum Andal dan RKL-RPL yang sudah dinyatakan lengkap
telah diserahkan kepada sekretariat KPA sesuai jumlah
kebutuhan untuk rapat tim teknis.
j. Sekretariat KPA menyampaikan informasi perihal kelengkapan
persyaratan permohonan perubahan Izin Lingkungan kepada ketua
KPA.
-47-

k. Sekretariat KPA mulai mencatat kronologis proses penerbitan


perubahan Izin Lingkungan dan proses penilaian adendum Andal
dan RKL-RPL dan memulai perhitungan jangka waktu proses
penerbitan perubahan Izin Lingkungan dan proses penilaian
adendum Andal dan RKL-RPL sejak diterbitkannya pernyataan
tertulis mengenai kelengkapan administrasi permohonan perubahan
Izin Lingkungan dan adendum Andal dan RKL-RPL.

2. Penilaian Adendun Andal dan RKL-RPL secara teknis


a. Persiapan Rapat Tim Teknis
i. Sekretariat KPA menyiapkan rapat tim teknis guna menilai
Adendum Andal dan RKL-RPL, melalui antara lain:
1) membuat daftar undangan tim teknis yang akan dilibatkan
dalam penilaian adendumAndal dan RKL-RPL;
2) meminta adendum Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk
dilakukan penilaian kepada pemrakarsa;
3) mengirimkan adendum Andal dan RKL-RPL kepada seluruh
anggota tim teknis dan memberikan tanda bukti penerimaan
adendum Andal dan RKL-RPL oleh anggota teknis; dan
4) meminta masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis penilaian adendum
Andal dan RKL-RPL.
ii. Adendum andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh
anggota tim teknis paling sedikit 10 (sepuluh) hari kerja dari
tanggal yang tercantum dalam surat pengantar pengirim
adendum Andal dan RKL-RPL sebelum rapat tim teknis
dilakukan.
b. Pengumuman Permohonan Perubahan Izin Lingkungan
i. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya mengumumkan permohonan perubahan Izin
Lingkungan yang telah dinyatakan lengkap. Pelaksanaan
pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan
tersebut dilakukan melalui Pejabat yang ditunjuk Menteri,
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
ii. Tata cara pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan dan penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan
atas pengumuman permohonan dimaksud dilakukan sesuai
dengan pedoman pengumuman permohonan Izin Lingkungan
yang diatur dengan peraturan perundang-undangan mengenai
keterlibatan masyarakat dalam proses Amdal dan Izin
Lingkungan.
c. Penilaian Mandiri Adendum Andal, RKL-RPL oleh Tim Teknis
i. Berdasarkan informasi perihal kelengkapan persyaratan
permohonan Izin Lingkungan, Ketua KPA menugaskan tim
teknis untuk menilai adendum Andal dan RKL-RPL.
ii. Anggota tim teknis melakukan penilaian addendum Andal dan
RKL-RPL secara mandiri sebelum dilaksanakannya rapat tim
teknis.
iii. Penilaian adendum Andal dan RKL-RPL, dilakukan melalui:
-48-

1) uji tahap proyek;


2) uji kualitas dokumen; dan
3) telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup dari rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan.
iv. Uji tahap proyek untuk memastikan rencana kegiatan pada
tahap studi kelayakan atau rencana detail rinci (Detailed
Engineering Design/DED).
v. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan Panduan Uji Tahap
Proyek Andal dan RKL-RPL (panduan 03) yang tercantum di
dalam Peraturan Menteri yang mengatur tata laksana
penilaiain dan pemeriksaan dokumen lingkungan serta
penerbitan izin lingkungan.
vi. Uji kualitas AdendumAndal dan RKL-RPL, terdiri atas uji:
1) konsistensi;
2) keharusan;
3) relevansi; dan
4) kedalaman.
vii. Uji kualitas adendum Andal dan RKL-RPL dilakukan
berdasarkan panduan uji kualitas dokumen Amdal bagian
Andal, RKL-RPL (panduan 04 bagian Andal dan RKL-RPL) yang
tercantum di dalam Peraturan Menteri yang mengatur tata
laksana penilaiain dan pemeriksaan dokumen lingkungan serta
penerbitan izin lingkungan.
viii. Telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria
kelayakan.
ix. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan
disampaikan kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan
(hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua)
hari sebelum rapat tim teknis.
d. Penyelenggaraan Rapat Tim Teknis Penilaian Adendum Andal dan
RKL-RPL
i. Setelah melakukan penilaian mandiri, tim teknis melakukan
rapat tim teknis.
ii. Rapat tim teknis wajib dilakukan setelah berakhirnya jangka
waktu penerimaan saran, pendapat dan tanggapan masyarakat
(SPT) atas permohonan perubahan Izin Lingkungan.
iii. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan wajib
dihadiri oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
3) ketua tim dan anggota tim penyusun adendum Andal dan
RKL-RPL, jika pemrakarsa tidak menyusun sendiri
dokumen adendum Andal dan RKL-RPL nya; dan
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan
yang membantu tim penyusun adendum Andal dan RKL-
RPL.
iv. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen adendum Andal
dan RKL-RPL tidak hadir.
-49-

v. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,


wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
vi. Dalam hal tenaga ahli yang membantu tim penyusun adendum
Andal dan RKL-RPL berhalangan hadir dalam rapat tim teknis
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL, ketua tim penyusun
adendum Andal dan RKL-RPL wajib bertanggung jawab atas
segala pertanyaan dari tim teknis yang terkait dengan bidang
yang menjadi tanggung jawab tenaga ahli.
vii. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim
teknis dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk
oleh ketua tim teknis melalui surat penunjukan.
viii. Dalam rapat tim teknis, pemrakarsa menyampaikan paparan
atas adendum Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk
dilakukan penilaian.
ix. Terhadap paparan dari pemrakarsa, tim teknis melakukan
pembahasan substansi teknis addendum Andal dan RKL-RPL;
x. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota
tim teknis dalam rapat tim teknis, wajib dicatat oleh sekretariat
KPA dan dituangkan dalam berita acara penilaian adendum
Andal dan berita acara penilaian RKL-RPL dalam bentuk
cetakan (hardcopy) dan file elektronik (softcopy).
e. Tindak Lanjut Rapat Tim Teknis Penilaian Adendum Andal dan RKL-
RPL
i. Tim teknis menyampaikan hasil penilaian adendum Andal dan
RKL-RPL dalam bentuk berita acara penilaian Adendum Andal
dan RKL-RPL kepada ketua KPA.
ii. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa
adendum Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis
menyampaikan adendum Andal dan RKL-RPL tersebut kepada
ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk dikembalikan kepada
pemrakarsa.
iii. Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan adendum Andal
dan RKL-RPL kepada:
1) Menteri melalui sekretariat KPA pusat;
2) gubernur melalui sekretariat KPA provinsi; atau
3) bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota.
iv. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan adendum Andal dan
RKL-RPL kepada setiap anggota tim teknis.
v. Setiap anggota tim teknis melakukan pengecekan kebenaran
atau kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan
dalam adendum Andal dan RKL-RPL
vi. Hasil pengecekan dibahas dalam rapat tim teknis.
vii. Rapat tim teknis dilakukan untuk melakukan pengecekan
kebenaran/kesesuaian kembali untuk memastikan bahwa
seluruh perbaikan yang dicantumkan dalam dokumen telah
lengkap, benar, dan sesuai.
f. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Adendum Andal dan RKL-
RPL
i. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek
teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL, antara lain:
-50-

1) kualitas Adendum Andal dan RKL-RPL telah memenuhi


persyaratan yang ditentukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
atas rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang
diajukan adendum Andal dan RKL-RPL-nya untuk dinilai;
dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
ii. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis
dalam bentuk berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis
adendum Andal dan RKL-RPL.
iii. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir
aspek teknis adendum Andal dan RKL-RPL kepada ketua KPA.

3. Penilaian Kelayakan Atau Ketidaklayakan Lingkungan Hidup


Berdasarkan Addendum Andal dan RKL-RPL
a. Persiapan Rapat KPA
i. Adendum Andal dan RKL-RPL yang telah selesai dinilai oleh tim
teknis disampaikan kepada sekretariat KPA.
ii. Sekretariat KPA menyampaikan adendum Andal dan RKL-RPL
kepada Ketua KPA.
iii. Berdasarkan adendum Andal dan RKL-RPL yang disampaikan,
Ketua KPA menyelenggarakan rapat KPA.
iv. Adendum Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh
anggota KPA paling sedikit 10 (sepuluh) hari kerja sebelum rapat
KPA dilakukan.
b. Penyelenggaraan Rapat KPA
i. Rapat KPA dipimpin oleh ketua KPA, dan wajib dihadiri oleh:
1) anggota KPA yang diundang, yang wajib mendapat mandat
dari institusi yang diwakilinya untuk melakukan
pengambilan keputusan yang dibuktikan melalui surat
penugasan dari instansi yang bersangkutan sebagai anggota
KPA;
2) anggota tim teknis;
3) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
4) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen adendum
Andal dan RKL-RPL, jika pemrakarsa tidak menyusun
sendiri dokumen adendum Andal dan RKL-RPL-nya; dan
5) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan
yang membantu tim penyusun Adendum Andal dan RKL-
RPL.
ii. Rapat KPA dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen adendum Andal
dan RKL-RPL tidak hadir.
-51-

iii. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
iv. Anggota KPA yang berhalangan hadir dalam rapat KPA, wajib
memberikan tanggapan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diajukan untuk dinilai adendum Andal dan RKL-RPL-nya secara
tertulis paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum rapat KPA
dilaksanakan.
v. Masukan tertulis, disampaikan di hadapan rapat KPA oleh ketua
KPA.
vi. Dalam hal ketua KPA berhalangan hadir, maka rapat KPA dapat
dipimpin oleh sekretaris KPA.
vii. Rapat KPA diawali dengan penyampaian paparan atas adendum
Andal dan RKL-RPL oleh pemrakarsa.
viii. Rapat KPA dilanjutkan dengan penyampaian hasil penilaian
aspek teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL oleh ketua tim
teknis.
ix. Dalam hal ketua tim teknis berperan sebagai pimpinan rapat
KPA, maka ketua tim teknis menunjuk wakil dari tim teknis
untuk menyampaikan penyampaian dimaksud.
x. Anggota KPA kemudian memberikan penilaian secara lisan dan
tertulis atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dari rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
untuk dilakukan penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL-nya,
sesuai dengan kewenangan, kapasitas, dan keahliannya.
xi. Dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup, anggota KPA wajib mempertimbangkan kriteria kelayakan
lingkungan hidup.
xii. Semua tanggapan dari seluruh anggota KPA wajib dicatat oleh
sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara rapat KPA.
xiii. Berita acara paling sedikit berisi:
1) informasi kronologi pelaksanaan penilaian Amdal;
2) informasi kronologi berisi antara lain:
a) kronologi pelaksanaan rapat tim teknis dan KPA;
b) riwayat persuratan yang mendukung dalam
pengambilan keputusan yaitu persuratan yang dapat
bersifat dukungan maupun keberatan terhadap
rencana kegiatan;
xiv. rumusan saran pendapat tanggapan masyarakat (SPT) atas
pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk penerbitan perubahan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup dan perubahan Izin
Lingkungan; dan
xv. pertimbangan bahwa hasil studi kajian dampak lingkungan
dapat digunakan sebagai bahan pengambilan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan lingkungan
hidup.
-52-

4. Skema Penerapan Proses Penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL


Proses penilaian addendum Andal dan RKL-RPL dapat dilakukan
melalui tiga skema, yaitu:
a. Skema I, yang terdiri dari:
i. Proses penilaian aspek teknis (melalui rapat tim teknis); dan
ii. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan (melalui
rapat KPA),
yang dilakukan terpisah.
Skema I dilakukan sesuai dengan proses penilaian adendum Andal
dan RKL-RPL sebagaimana tercantum pada huruf A dan huruf C di
atas.
b. Skema II, yang terdiri dari:
i. Rapat tim teknis; dan
ii. Rapat KPA
yang dilakukan secara terpisah dan perbaikan dokumen dilakukan
setelah rapat KPA.
Skema II tersebut hanya dapat dilakukan dengan syarat bahwa
hasil rapat tim teknis menunjukkan tidak diperlukannya perbaikan
yang sifatnya mendasar dan dokumen adendum Andal dan RKL-RPL
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
c. Skema III, yang dilakukan dengan cara menggabungkan rapat tim
teknis dengan rapat KPA.
Dalam hal hasil rapat gabungan tersebut menyimpulkan bahwa
diperlukan perbaikan yang mendasar sebagai bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan maka diperlukan rapat KPA ulang.
Atas pertimbangan efisiensi, efektivitas waktu, dan ketersediaan
sumber daya penilaian, Ketua KPA dapat memilih skema II atau
skema III untuk digunakan dalam proses penilaian adendum Andal
dan RKL-RPL dengan tetap menjamin tercapainya kualitas hasil
kajian yang tercakup dalam dokumen adendum Andal dan RKL-RPL
yang valid dan representatif sebagai bahan pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan.

5. Penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan atau


ketidaklayakan;
a. Berdasarkan berita acara rapat KPA, sekretaris KPA kemudian
merumuskan rekomendasi hasil penilaian akhir terhadap adendum
Andal dan RKL-RPL yang kemudian disampaikan kepada Ketua
KPA;
b. Ketua KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian akhir yang
dilengkapi dengan:
i. konsep surat keputusan perubahan kelayakan lingkungan
hidup dan perubahan Izin Lingkungan, dalam hal rekomendasi
hasil penilaian akhir menyatakan bahwa rencana perubahan
-53-

usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak lingkungan hidup;


atau
ii. konsep surat keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup,
dalam hal rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan
bahwa rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
dinyatakan tidak layak lingkungan hidup, kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
c. Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian akhir tersebut, maka
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
kemudian menerbitkan:
i. perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan
perubahan Izin Lingkungan; atau
ii. ketidaklayakan lingkungan hidup.
d. Penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan
penerbitan perubahan Izin Lingkungan dilakukan secara
bersamaan;
e. Jangka waktu penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup dan perubahan Izin Lingkungan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil
penilaian atau penilaian akhir dari KPA melalui ketua KPA.
f. Perubahan Izin Lingkungan yang sudah diterbitkan oleh Menteri,
gubernur atau bupati/walikota wajib diumumkan sesuai dengan
pedoman pengumuman penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana
diatur dengan peraturan perundang-undangan mengenai
keterlibatan masyarakat dalam proses Amdal dan Izin Lingkungan.

C. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUI PENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE B

Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe B pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali
untuk:
1. Penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara teknis dan penilaian
kelayakan dan ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan adendum
Andal dan RKL-RPL, yang dilakukan secara bersamaan oleh Tim Teknis
KPA, tanpa melibatkan Komisi Penilai Amdal;
2. Jangka waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat terhadap pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan, yang dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diumumkan
permohonan perubahan Izin Lingkungan;

D. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUI PENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE C

Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe C pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali
untuk:
-54-

1. Penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara teknis dan penilaian


kelayakan dan ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan adendum
Andal dan RKL-RPL, yang dilakukan secara bersamaan oleh instansi
lingkungan hidup tanpa melibatkan Tim Teknis dan Komisi Penilai
Amdal;
2. Jangka waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat terhadap pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan, yang dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diumumkan
permohonan perubahan Izin Lingkungan;

E. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN KARENA PERUBAHAN


KEPEMILIKAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DAN PERUBAHAN USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN LAINNYA
1. Penerimaan dan Penilaian Permohonan Perubahaan Izin Lingkungan
Secara Administratif
a. Pemegang Izin Lingkungan menyiapkan dokumen-dokumen
dan/atau berkas-berkas yang diperlukan untuk perubahan Izin
Lingkungan karena terjadinya perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan atau perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
lainnya berdasarkan arahan dari instansi lingkungan hidup:
b. Permohonan perubahan Izin Lingkungan diajukan oleh pemegang
Izin Lingkungan (pemrakarsa/penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan) secara tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
i. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang menjadi kewenangan Menteri;
ii. gubernur melalui Kepala Instanasi Lingkungan Hidup Provinsi
untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang menjadi kewenangan
gubernur; dan
iii. bupati/walikota melalui Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota untuk untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
menjadi kewenangan bupati/walikota.
c. Dalam surat permohonan perubahan Izin Lingkungan dilengkapi
dengan:
i. arahan perubahan Izin Lingkungan dari instansi lingkungan
hidup dan dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas yang
terkait dengan perubahan Izin Lingkungan, termasuk dokumen
lingkungan hidup yang telah dimilikinya dan relevan dengan
perubahan Izin Lingkungan yang akan dilakukan;
ii. dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
iii. profil usaha dan/atau kegiatan.
d. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota
memberikan tanda bukti penerimaan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal
penerimaan permohonan perubahan Izin Lingkungan.
e. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota melakukan
uji administrasi permohonan perubahan Izin Lingkungan yang
meliputi:
i. verifikasi dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
ii. verifikasi profil usaha dan/atau kegiatan; dan
-55-

iii. verifikasi dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas terkait


perubahan Izin Lingkungan sesuai dengan arahan dari instansi
lingkungan hidup.
f. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, Pejabat yang ditunjuk,
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/kota memberikan pernyataan tertulis
mengenai kelengkapan atau ketidaklengkapan uji administrasi
permohonan perubahan Izin.
g. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dinyatakan
tidak lengkap, maka Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota mengembalikan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada pemrakarsa.
h. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dinyatakan
lengkap, maka Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota memberikan pernyatan tertulis perihal kelengkapan
persyaratan permohonan perubahan Izin Lingkungan kepada
pemrakarsa.
i. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila uji administrasi menyimpulkan bahwa permohonan
Izin Lingkungan yang disampaikan lengkap secara administrasi.
j. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota mulai
mencatat kronologis proses penerbitan perubahan Izin Lingkungan
dan memulai perhitungan jangka waktu proses penerbitan
perubahan Izin Lingkungan dan proses pemeriksaan teknis terhadap
dokumen dan/atau berkas yang terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan sejak diterbitkannya pernyataan tertulis mengenai
kelengkapan administrasi permohonan perubahan Izin Lingkungan.
k. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
mengumumkan permohonan perubahan Izin Lingkungan yang telah
dinyatakan lengkap. Pelaksanaan pengumuman permohonan
perubahan Izin Lingkungan tersebut dilakukan melalui Pejabat yang
ditunjuk Menteri, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
l. Jangka waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat terhadap pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diumumkan
permohonan perubahan Izin Lingkungan;
m. Tata cara pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan dan
penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan atas pengumuman
permohonan dimaksud dilakukan sesuai dengan pedoman
pengumuman permohonan Izin Lingkungan yang diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai keterlibatan masyarakat
dalam proses Amdal dan Izin Lingkungan.
-56-

2. Pemeriksaan Substansi Teknis Terhadap Dokumen-Dokumen


dan/atau Berkas-Berkas yang terkait dengan Perubahan Izin
Lingkungan
a. Pemeriksaan substansi teknis terhadap dokumen-dokumen
dan/atau berkas-berkas yang terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan dilakukan bersamaan dan/atau setelah jangka waktu
pemberian saran, pendapat dan tanggapan masyarakat terhadap
pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan;
b. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota melakukan
pemeriksaan substansi teknis terhadap dokumen-dokumen
dan/atau berkas-berkas yang terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
permohonan perubahan Izin Lingkungan dinyatakan lengkap secara
administrative;
c. Dalam melakukan pemeriksaan substansi teknis sebagaimana
dimaksud pada butir huruh b di atas, Pejabat yang ditunjuk, Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/kota dapat melibatkan pemrakarsa;
d. Berdasarkan pemeriksaan substansi teknis sebagaimana dimaksud
pada butir huruh b di atas, Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota menyampaikan rekomendasi hasil pemeriksaan
subtansi teknis kepada Menteri, gubernur atau bupati/walikota;
e. Berdasarkan rekomendasi hasil pemeriksaan subtansi teknis
tersebut, maka Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya kemudian menerbitkan perubahan Izin Lingkungan;
f. Jangka waktu penerbitan perubahan Izin Lingkungan dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
rekomendasi hasil hasil pemeriksaan subtansi teknis dari Pejabat
yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota.
g. Perubahan Izin Lingkungan yang sudah diterbitkan oleh Menteri,
gubernur atau bupati/walikota wajib diumumkan sesuai dengan
pedoman pengumuman penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana
diatur dengan peraturan perundang-undangan mengenai
keterlibatan masyarakat dalam proses Amdal dan Izin Lingkungan.

F. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN KARENA PERUBAHAN


PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Penerimaan dan Penilaian Permohonan Perubahaan Izin Lingkungan
Secara Administratif
a. Pemegang Izin Lingkungan menyusun laporan perubahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup berdasarkan
arahan dari instansi lingkungan hidup:
b. Permohonan perubahan Izin Lingkungan diajukan oleh pemegang
Izin Lingkungan (pemrakarsa/penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan) secara tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
-57-

i. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk Usaha dan/atau


Kegiatan yang menjadi kewenangan Menteri;
ii. gubernur melalui Kepala Instanasi Lingkungan Hidup Provinsi
untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang menjadi kewenangan
gubernur; dan
iii. bupati/walikota melalui Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota untuk untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
menjadi kewenangan bupati/walikota.
c. Dalam surat permohonan perubahan Izin Lingkungan dilengkapi
dengan:
i. arahan perubahan Izin Lingkungan dari instansi lingkungan
hidup dan laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup beserta dokumen lingkungan hidup yang telah
dimilikinya dan relevan terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan yang akan dilakukan;
ii. dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
iii. profil usaha dan/atau kegiatan.
d. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota
memberikan tanda bukti penerimaan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal
penerimaan permohonan perubahan Izin Lingkungan.
e. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota melakukan
uji administrasi permohonan perubahan Izin Lingkungan yang
meliputi:
i. verifikasi dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
ii. verifikasi profil usaha dan/atau kegiatan; dan
iii. verifikasi laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup beserta dokumen lingkungan hidup yang telah
dimilikinya dan relevan terkait dengan perubahan Izin
Lingkungan yang akan dilakukan sesuai dengan arahan dari
instansi lingkungan hidup.
f. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, Pejabat yang ditunjuk,
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/kota memberikan pernyataan tertulis
mengenai kelengkapan atau ketidaklengkapan uji administrasi
permohonan perubahan Izin.
g. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dinyatakan
tidak lengkap, maka Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota mengembalikan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada pemrakarsa.
h. Dalam hal permohonan perubahan Izin Lingkungan dinyatakan
lengkap, maka Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota memberikan pernyatan tertulis perihal kelengkapan
persyaratan permohonan perubahan Izin Lingkungan kepada
pemrakarsa.
i. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila uji administrasi menyimpulkan bahwa permohonan
Izin Lingkungan yang disampaikan lengkap secara administrasi.
-58-

j. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,


atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota mulai
mencatat kronologis proses penerbitan perubahan Izin Lingkungan
dan memulai perhitungan jangka waktu proses penerbitan
perubahan Izin Lingkungan dan proses pemeriksaan teknis terhadap
laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
sejak diterbitkannya pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan perubahan Izin Lingkungan.
k. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
mengumumkan permohonan perubahan Izin Lingkungan yang telah
dinyatakan lengkap. Pelaksanaan pengumuman permohonan
perubahan Izin Lingkungan tersebut dilakukan oleh Pejabat yang
ditunjuk Menteri, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
l. Jangka waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat terhadap pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diumumkan
permohonan perubahan Izin Lingkungan;
m. Tata cara pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan dan
penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan atas pengumuman
permohonan dimaksud dilakukan sesuai dengan pedoman
pengumuman permohonan Izin Lingkungan yang diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai keterlibatan masyarakat
dalam proses Amdal dan Izin Lingkungan.

2. Pemeriksaan Substansi Teknis Terhadap Laporan Perubahan


Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
a. Pemeriksaan substansi teknis terhadap laporan perubahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dilakukan
bersamaan dan/atau setelah jangka waktu pemberian saran,
pendapat dan tanggapan masyarakat terhadap pengumuman
permohonan perubahan Izin Lingkungan;
b. Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota melakukan
pemeriksaan substansi teknis terhadap laporan perubahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup paling lama 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak permohonan perubahan Izin
Lingkungan dinyatakan lengkap secara administratif;
c. Dalam melakukan pemeriksaan substansi teknis sebagaimana
dimaksud pada butir huruh b di atas, Pejabat yang ditunjuk, Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/kota dapat melibatkan pemrakarsa;
d. Berdasarkan pemeriksaan substansi teknis sebagaimana dimaksud
pada butir huruh b di atas, Pejabat yang ditunjuk, Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota menyampaikan rekomendasi hasil pemeriksaan
subtansi teknis kepada Menteri, gubernur atau bupati/walikota;
e. Berdasarkan rekomendasi hasil pemeriksaan subtansi teknis
tersebut, maka Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya kemudian menerbitkan perubahan Izin Lingkungan;
-59-

f. Jangka waktu penerbitan perubahan Izin Lingkungan dilakukan


paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
rekomendasi hasil hasil pemeriksaan subtansi teknis dari Pejabat
yang ditunjuk, Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
Kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/kota.
g. Perubahan Izin Lingkungan yang sudah diterbitkan oleh Menteri,
gubernur atau bupati/walikota wajib diumumkan sesuai dengan
pedoman pengumuman penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana
diatur dengan peraturan perundang-undangan mengenai
keterlibatan masyarakat dalam proses Amdal dan Izin Lingkungan.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PENGECUALIAN KEWAJIBAN MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI
DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMILIKI RENCANA DETAIL TATA
RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (3)


Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tentang Pengecualian Kewajiban
Menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang Berlokasi di Daerah
Kabupaten/Kota yang telah Memiliki Rencana Detail Tata
Ruang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
-2-

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5941);
6. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
17);
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20
PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 713);
-3-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PENGECUALIAN KEWAJIBAN
MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI
DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMILIKI
RENCANA DETAIL TATA RUANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pengecualian adalah proses mengecualikan suatu rencana
Usaha dan/atau Kegiatan dari kewajiban menyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup berdasarkan kriteria
tertentu.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
4. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah.
5. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
-4-

daerah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan


zonasi kabupaten/kota.
6. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang menangani
sistem kajian dampak lingkungan.

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk memperkuat
sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan RDTR.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman Pengecualian kewajiban menyusun Amdal untuk
rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di daerah
kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.

Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. batasan dan kriteria Pengecualian kewajiban menyusun
Amdal;
b. tata laksana Pengecualian kewajiban menyusun Amdal;
c. pembinaan dan evaluasi kinerja; dan
d. pembiayaan.
BAB II
BATASAN DAN KRITERIA PENGECUALIAN
KEWAJIBAN MENYUSUN AMDAL

Pasal 4
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib menyusun Amdal.
(2) Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal apabila lokasi
rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada daerah
kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.
(3) Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib menyusun UKL-UPL berdasarkan RDTR.
-5-

(4) Penyusunan UKL-UPL sebagaimana yang dimaksud ayat (3),


mengacu pada pedoman penyusunan dokumen lingkungan
hidup yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(5) Pengecualian kewajiban menyusun Amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku apabila rencana
usaha dan/atau kegiatannya masih dalam skala/besaran
kajian KLHS dan RDTR.

Pasal 5
(1) Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. RDTR telah dilengkapi dengan KLHS yang dibuat dan
dilaksanakan secara komprehensif dan rinci; dan
b. RDTR telah mengintegrasikan hasil KLHS sebagaimana
dimaksud dalam huruf a.
(2) Kriteria KLHS RDTR yang dibuat dan dilaksanakan secara
komprehensif dan rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi
lingkungan hidup;
b. perumusan alternatif penyempurnaan RDTR; dan
c. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambil
keputusan RDTR yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
(3) Kriteria pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas sub kriteria:
a. proses identifikasi dan deskripsi isu pembangunan
berkelanjutan;
b. proses identifikasi dan deskripsi materi muatan RDTR; dan
c. proses analisis pengaruh muatan RDTR terhadap isu
strategis pembangunan berkelanjutan.

(4) Kriteria KLHS RDTR yang dibuat dan dilaksanakan secara


komprehensif dan rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
-6-

dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III
TATA LAKSANA PENGECUALIAN KEWAJIBAN
MENYUSUN AMDAL

Pasal 6
(1) Gubernur atau bupati/walikota mengajukan permohonan
secara tertulis Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) kepada
Menteri.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan:
a. dokumen RDTR yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
b. dokumen KLHS RDTR yang telah divalidasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. surat validasi KLHS RDTR yang ditandatangani oleh
Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan
Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal berdasarkan
kriteria KLHS RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(4) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri menugaskan Direktur Jenderal.
(5) Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
membentuk tim evaluasi.
(6) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri menetapkan keputusan menyetujui atau
menolak Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal.
(7) Jangka waktu pelaksanaan evaluasi dan penetapan
keputusan menyetujui atau menolak pengecualian
kewajiban penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (5) dilakukan paling lama 20 (dua puluh)
hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap.
-7-

(8) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (5) Menteri sesuai dengan kewenangannya:
a. menerbitkan surat keputusan persetujuan
Pengecualian Wajib Amdal; atau
b. menugaskan Direktur Jenderal menerbitkan surat
penolakan Pengecualian wajib Amdal, apabila
dinyatakan tidak disetujui.

BAB IV
PEMBINAAN DAN EVALUASI

Pasal 7
(1) Menteri melakukan pembinaan pelaksanaan Pengecualian
kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 kepada:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri menugaskan unit kerja Eselon I yang
menangani sistem kajian dampak lingkungan.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk, terdiri atas:
a. bimbingan teknis;
b. penyediaan panduan teknis; dan/atau
c. penyediaan informasi.

Pasal 8
(1) Menteri melakukan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan
Pengecualian kewajiban menyusun Amdal yang dilakukan
oleh gubernur atau bupati/wali kota.
(2) Dalam melakukan evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Menteri menugaskan unit kerja Eselon I yang
menangani sistem kajian dampak lingkungan.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit dilakukan terhadap:
-8-

a. pelaksanaan Pengecualian kewajiban penyusunan


Amdal sesuai dengan keputusan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5);
b. kinerja instansi lingkungan hidup provinsi atau
instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota
terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan UKL-UPL
yang disusun berdasarkan RDTR; dan
c. kinerja penyusun UKL-UPL yang melakukan
penyusunan UKL-UPL berdasarkan RDTR.
(4) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu.
(5) Dalam hal berdasarkan evaluasi kinerja ditemukan
pelanggaran terhadap pelaksanaan Pengecualian kewajiban
menyusun Amdal, Menteri dapat mencabut keputusan
persetujuan kewajiban penyusunan Amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5).

BAB V
PEMBIAYAAN

Pasal 9
(1) Biaya pelaksanaan evaluasi dokumen RDTR dan KLHS
RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
dibebankan kepada pemohon sesuai dengan standar biaya
umum (SBU) yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Biaya pelaksanaan evaluasi dokumen RDTR dan KLHS
RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
komponen biaya untuk:
a. honorarium evaluator dokumen RDTR dan KLHS RDTR;
b. penggandaan dokumen RDTR dan KLHS RDTR pada
tahap persiapan rapat evaluasi dokumen RDTR dan
KLHS RDTR; dan
-9-

c. pelaksanaan rapat evaluasi dokumen RDTR dan KLHS


RDTR, meliputi:
1. biaya penyelenggaraan rapat;
2. biaya transportasi lokal peserta rapat;
3. biaya transportasi peserta rapat dari luar kota
lokasi dilaksanakannya rapat;
4. biaya akomodasi peserta rapat dari luar kota lokasi
dilaksanakannya rapat;
5. uang harian peserta rapat; dan
6. penggandaan dokumen RDTR dan KLHS RDTR
yang telah disetujui pada tahap pasca rapat
evaluasi dokumen RDTR dan KLHS RDTR.
(3) Biaya pelaksanaan pembinaan dan evaluasi kinerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 10 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 928

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

KRISNA RYA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.24.MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG PENGECUALIAN KEWAJIBAN MENYUSUN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN UNTUK
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI
DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMILIKI
RENCANA DETAIL TATA RUANG

KRITERIA KLHS RDTR UNTUK PENGECUALIAN


KEWAJIBAN MENYUSUN AMDAL

Pembuatan dan pelaksanaan KLHS untuk penyusunan dan evaluasi RDTR


dilakukan melalui mekanisme:
1) Pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup, yang
dilaksanakan melalui tahapan:
a. identifikasi dan perumusan isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan;
b. identifikasi materi muatan rdtr yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi lingkungan hidup;
c. analisis pengaruh materi muatan rdtr terhadap isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan.
2) Perumusan alternatif penyempurnaan RDTR berdasarkan hasil analis
pengaruh materi muatan RDTR terhadap isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan;
3) Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan RDTR
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan berdasarkan
hasil perumusan alternatif penyempurnaan RDTR.
Berdasarkan tahapan-tahapan pembuatan dan pelaksanaan KLHS tersebut,
disusun kriteria rinci KLHS RDTR yang dapat digunakan sebagai dasar
pengecualian dari kewajiban menyusun Amdal. Kriteria rinci tersbeut tersebut
pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) kategori:
1) Deskripsi rinci dan akurat terkait dengan muatan subtansi teknis beserta
data dan informasi yang digunakan di setiap tahapan pembuatan dan
pelaksanaan KLHS RDTR:
2) Metodologi yang digunakan di setiap tahapan pembuatan dan pelaksanaan
KLHS RDTR,
3) Partisipasi masyarakat yang dilakukan di setiap tahapan pembuatan dan
pelaksanaan KLHS RDTR, yang mencakup: proses, bentuk, metode dan
hasil partisipasi masyakakat terkait dengan pelaksanaan:
Kriteria rinci KLHS RDTR yang dapat digunakan sebagai dasar pengecualian
kewajiban menyusun Amdal tercantum di dalam tabel atau matrik di bawah
ini, yang terdiri dari tiga kolom, yaitu: (1) nomor, (2) Kriteria Pembuatan dan
Pelaksanaan KLHS RDTR yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian
Kewajiban Menyusun Amdal, (3) Hasil Evaluasi KLHS RDTR.
Evaluasi dilakukan terhadap RDTR yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah beserta Laporan KLHS RDTR yang telah divalidasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melakukan evaluasi KLHS
- 12 -

RDTR ini Tim evaluasi menuliskan secara rinci hasil telaahan (review) untuk
setiap kriteria KLHS RDTR di kolom hasil evaluasi KLHR RDTR.
A. KRITERIA PENGKAJIAN PENGARUH RDTR TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
1. SUB KRITERIA IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN ISU-ISU
STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
beserta RDTR-nya yang dapat Digunakan Sebagai KLHS RDTR
Dasar Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal
1. Apakah isu-isu pembangunan berkelanjutan yang
Hasil penilaian /validasi diisi
paling strategis diidentifikasi dan dideskripsikan
berdasarkan kesimpulan hasil
secara rinci berdasarkan: penilaian setiap kriteria rinci
a. status kondisi saat ini, (angka 1.1 – 1.10)
b. trend ke depan;
c. target yang akan dicapai selama masa
implementasi RDTR,
dengan mempertimbangkan paling sedikit 10
(sepuluh) kriteria di bawah ini:

1.1. Karakteristik wilayah. Apakah isu-isu pembangunan


berkelanjutan telah diidentifikasi dan dideskripsikan
secara rinci berdasarkan karekteristik wilayah yang
relevan dan terdapat di dalam wilayah perencanaan
RDTR (BWP), yang mencakup komponen-komponen di
bawah ini:
a. komponen, sub komponen dan parameter terkait
dengan aspek bio-geo-fisik dan kimia, seperti:
kualitas lingkungan (antara lain: udara, tanah
dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan
tingkat pelayananya (antara lain:rawa, gambut,
mangrove, terumbu karang);
b. komponen, sub komponen dan parameter terkait
dengan aspek sosial-ekonomi-budaya, antara lain:
pola aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat dan
kelembagaan pengelolaannya; dan
c. komponen, sub komponen dan parameter terkait
dengan aspek kesehatan masyarakat.

1.2. Tingkat pentingnya potensi dampak: Apakah isu-


isu pembangunan berkelanjutan telah diidentifikasi
dan dideskripsikan secara rinci, berdasarkan
pertimbangan 7 (tujuh) unsur di bawah ini:
a. besarnya jumlah penduduk yang terkena dampak;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup terkena
dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak;
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi.

1.3. Keterkaitan antar isu strategis pembangunan


berkelanjutan. Apakah keterkaitan antara isu-isu
strategis pembangunan berkelanjutan telah
dideskripsikan secara rinci dengan melihat interaksi
dan diagram alir yang menggambarkan hubungan
antar isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan
berdasarkan pendekatan sistem dengan
menggunakan konsep Driver-Pressure-State-Impact-
and-Respon atau DPSIR?
- 13 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


beserta RDTR-nya yang dapat Digunakan Sebagai KLHS RDTR
Dasar Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal
1.4. Keterkaitan dengan materi muatan KRP: Apakah
isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan telah
dideskripsikan secara rinci dengan
mempertimbangkan keterkaitan dengan materi
muatan RDTR?

1.5. Muatan Rencana Pengelolaan dan Perlindungan


Lingkungan Hidup (RPPLH); Apakah isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan telah dideskripsikan
secara rinci dengan mempertimbangkan keterkaitan
dengan materi muatan RPPLH (bagi daerah yang telah
memiliki RPPLH)?

1.6. Hasil KLHS dari KRP pada hirarki di atasnya,


serupa dan berada di wilayah yang berdekatan
dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau relevansi
langsung. Apakah isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan telah dideskripsikan secara rinci
dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan:
a. hasil KLHS dari KRP pada hirarki di atasnya,
b. hasil KLHS dari KRP serupa;
c. hasil KLHS dari KRP yang berada di wilayah yang
berdekatan dan/atau memiliki keterkaitan
dan/atau relevansi langsung seperti RTRW
Kabupaten/Kota, RDTR BWP yang berdekatan?

1.7. Pengelompokan isu-isu pembangunan


berkelanjutan. apakah hasil identifikasi isu
pembangunan berkelanjutan telah dikelompokan
seperti di bawah ini? (pengelompokan paling sedikit
berkaitan dengan):
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. intensitas dan cakupan wilayah bencana;
e. status mutu dan ketersedian sumberdaya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi perubahan
iklim;
h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau
penghidupan kelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;

i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan


masyarakat; dan
j. ancaman terhadap perlindungan terhadap
kawasan tertentu yang secara tradisional dikelola
oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

1.8 Keterlibatan masyarakat dan pemangku


kepentingan: Apakah dalam melakukan identifikasi
dan pendeskripsian isu-isu pembangunan
berkelanjutan, proses keterlibatan masyarakat telah
dideskripkan secara rinci terkait dengan proses,
bentuk, metoda dan hasil keterlibatan masyarakat?
a. proses identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilibatkan dan hasilnya;
b. bentuk keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilakukan (pemberian pendapat,
saran dan usul; pendampingan tenaga ahli;
bantuan teknis; penyampaian informasi dan/atau
- 14 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


beserta RDTR-nya yang dapat Digunakan Sebagai KLHS RDTR
Dasar Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal
pelaporan);
c. metode pelibatan masyarakat yang dilakukan; dan
d. hasil keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan.

1.9 Metodologi: Apakah metode identifikasi isu-isu


strategis pembangunan berkelanjutan telah
dideskripsikan sesuai dengan kaidah ilmiah?

1.10 Data dan informasi: Apakah isu-isu pembangunan


berkelanjutan telah diidentifikasi dan dideskripsikan
secara rinci dengan menggunakan:
a. data dan informasi yang valid, terbaru dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
b. data dan informasi yang digunakan mencakup
data atribut dan data spasial (primer dan/atau
sekunder)?

2. SUB KRITERIA IDENTIFIKASI MATERI MUATAN RDTR YANG


BERPOTENSI MENIMBULKAN PENGARUH TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

2. Apakah materi Muatan RDTR yang berpotensi Hasil penilaian/validasi diisi


berdasarkan kesimpulan hasil
menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
penilaian setiap criteria rinci (angka
lingkungan hidup yang mencakup: 2.1 – 2.8)
a. wilayah perencanaan RDTR (BWP);
b. Tujuan Penataan BWP;
c. Rencana Pola Ruang, (d) rencana jaringan
prasarana;
d. penetapan sub-BWP yang diprioritaskan;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi,
telah diidentifikasi dan dideskripsikan secara rinci
sesuai dengan ketentuan (Peraturan Menteri PU No.
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman atau peraturan
pengantinya)?

2.1. Wilayah Perencanaan RDTR (BWP):


a. Apakah peta lokasi wilayah BWP telah
digambarkan secara spasial sesuai dengan
kaidah kartografi? ;
b. Apakah wilayah perencanaan BWP beserta
pembagian BWP ke dalam sub-BWP atau blok,
pembagian sub-BWP ke dalam blok telah
dideskripsikan sesuai dengan ketentuan dan
dipetakan secara spasial sesuai dengan kaidah
kartografi? ;
c. Apakah Luas BWP, Sub-BWP dan/atau Blok
telah dideksripsikan dengan jelas berdasarkan
satuan luas tertentu)?

2.2. Tujuan Penataan BWP: Apakah tujuan penataan


BWP telah didesripsikan secara rinci sesuai dengan
ketentuan?
- 15 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

2.3. Rencana Pola Ruang (Lindung dan Budidaya),


Ketentuan Pemanfaatan Ruang dan Peraturan
Zonasi
a. Kawasan/Zona Lindung: Apabila dalam rencana
tata ruang eksisting dan RDTR terdapat alokasi
ruang untuk kawasan lindung, Apakah rencana
pengembangan kawasan lindung selama masa
implementasi RDTR yang dilakukan antara lain
dalam bentuk:
i. Perubahan/modifikasi kawasan lindung
eksisting (perbaikan/peningkatan kualitas
kawasan lindung eksisting);
ii. Pembangunan baru kawasan lindung.
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
ketentuan dan dipetakan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi, dengan memuat
informasi sebagaimana tercantum di bawah ini?,
antara lain:
i. Jenis kawasan lindung eksisting dan jenis
kawasan lindung yang akan dikembangkan di
dalam RDTR;
ii. Lokasi/sebaran untuk setiap jenis kawasan
lindung eksisting dan setiap jenis kawasan
lindungyang akan dikembangkan di dalam
RDTR;
iii. Skala/besaran untuk setiap jenis kawasan
lindung eksisting dan setiap jenis kawasan
lindung yang akan dikembangkan dalam
RDTR;
iv. Ketentuan pemanfaatan Ruang dalam zona
lindung telah dideskripsikan secara rinci
sesuai dengan ketentuan, terkait dengan:
 program pemanfaatan ruang prioritas
selama masa implementasi RDTR;
 lokasi usulan program akan dilaksanakan;
 perkiraan jumlah satuan masing-masing
usulan program prioritas pengembangan
wilayah yang akan dilaksanakan;
 sumber pendanaan;
 instansi pelaksana;
 waktu dan tahapan pelaksanaan.
v. Materi peraturan zonasi dalam zona lindung
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
dengan ketentuan, terkait dengan:
 materi wajib
o ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan;
o ketentuan intensitas pemanfaatan
ruang;
o ketentuan tata bangunan;
o ketentuan prasarana dan sarana
minimal;
o ketentuan pelaksanaan.
 materi pilihan
o ketentuan tambahan;
o ketentuan khusus;
o standar teknis;
o ketentuan pengaturan zonasi.
b. Kawasan/Zona Budidaya: Apakah rencana
pengembangan kawasan budidaya selama masa
implementasi RDTR yang dilakukan antara lain
- 16 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

dalam bentuk
i. Perubahan/modifikasi terhadap kawasan
budidaya eksisting (i.e. peremajaan,
perbaikan, pemugaran kawasan budidaya
eksisting);
ii. Pembangunan baru kawasan budidaya.
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
ketentuan dan dipetakan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi dengan memuat
informasi sebagaimana tercantum di bawah ini?
antara lain:
i. Jenis kawasan budidaya eksisting dan jenis
kawasan budidaya yang akan dikembangkan
di dalam RDTR;
ii. Lokasi/sebaran untuk setiap jenis kawasan
budidaya eksisting dan setiap jenis kawasan
budidayayang akan dikembangkan di dalam
RDTR;
iii. Skala/besaran untuk setiap jenis kawasan
budidayaeksisting dan setiap jenis kawasan
budidaya yang akan dikembangkan dalam
RDTR;
vi. Ketentuan pemanfaatan Ruang dalam zona
budidaya telah dideskripsikan secara rinci
sesuai dengan ketentuan, terkait dengan:
 program pemanfaatan ruang prioritas
selama masa implementasi RDTR
 lokasi usulan program akan dilaksanakan;
 perkiraan jumlah satuan masing-masing
usulan program prioritas pengembangan
wilayah yang akan dilaksanakan;
 sumber pendanaan;
 instansi pelaksana;
 waktu dan tahapan pelaksanaan.
iv. Materi peraturan zonasi dalam zona budidaya
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
dengan ketentuan, terkait dengan:
 materi wajib
o Ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan;
o Ketentuan intensitas pemanfaatan
ruang;
o Ketentuan tata bangunan;
o Ketentuan prasarana dan sarana
minimal;
o Ketentuan pelaksanaan;
 materi pilihan
o Ketentuan tambahan;
o Ketentuan khusus;
o Standar teknis;
o Ketentuan pengaturan zonasi

2.4. Rencana Struktur Ruang: Apakah rencana


pengembangan jaringan prasarana (pergerakan,
energi/kelistrikan, telekomunikasi, air minum, air
limbah, prasarana lainnya) selama masa
implementasi RDTR, yang dilakukan antara lain
dalam bentuk:
a. perubahan/modifikasi terhadap jaringan
prasarana eksisting (antara lain: peremajaan,
perbaikan, pemugaran jaringan prasarana
- 17 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

eksisting);
b. pembangunan baru jaringan prasarana,
telah dideskripsikan secara rinci sesuai ketentuan
dan dipetakan secara spasial sesuai dengan kaidah
kartografi dengan memuat informasi sebagiaman
tercantum di bawah ini? antara lain:
a. jenis jaringan prasarana eksisting dan jenis
jaringan prasarana yang akan dikembangkan di
dalam RDTR;
b. lokasi/jalur setiap jenis jaringan prasarana
eksisting dan setiap jenis jaringan prasarana
yang akan dikembangkan di dalam RDTR;
c. skala/besaran untuk setiap jenis jaringan
prasarana eksisting dan setiap jenis jaringan
prasarana yang akan dikembangkan dalam
RDTR;
d. tahapan pengembangan jaringan prasarana
selama masa berlakunya RDTR.

2.5. Penetapan Sub-BWP yang diprioritaskan: Sub-BWP


yang diprioritaskan penangangannya telah
dideskripsikan secara rinci sesuai ketentuan dan
dipetakan secara spasial sesuai dengan kaidah
kartografi, terkait dengan:
a. lokasi Sub-BWP yang dipriotitaskan
penangannya;
b. tema penanganannya;
c. pembagian blok dan sub-blok di dalam sub-BWP
yang dipriotitaskan penanganannya beserta
luasannya;
d. pola ruang di dalam Sub-BWP yang
dipriotitaskan penangannya: jenis pola ruang,
lokasi, skala/besaran, ketentuan pemanfaatan
ruang, peraturan zonasi;
e. rencana jaringan prasarana di dalam sub-bwp:
jenis jaringan prasarana, lokasi, skala/besaran
dan tahapan pengembangannya.

2.6 Keterlibatan masyarakat dan pemangku


kepenting: Dalam melakukan identifikasi dan
pendeskripsian materi muatan RDTR yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
lingkungan hidup, apakahproses keterlibatan
masyarakat telah dideskripsin secara rinci terkait
dengan proses, bentuk, metode dan hasil
keterlibatan masyarakat?
a. proses identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilibatkan dan hasilnya;
b. bentuk keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilakukan (pemberian
pendapat, saran dan usul; penmdapingan tenaga
ahli; bantuan teknis; penyampaian informasi
dan/atau pelaporan);
c. metode pelibatan masyarakat yang dilakukan;
dan
d. hasil keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan.

2.7 Metodologi: Apakah metode identifikasi dan


pendeskripsian materi muatan RDTR yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
lingkungan hidup telah dideskrispkan sesuai dengan
- 18 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

kaidah ilmiah?

2.8 Data dan informasi: Apakah materi muatan RDTR


yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi lingkungan hidup telah diidentifikasi dan
dideskripsikan secara rinci dengan menggunakan:
a. data dan informasi yang valid, terbaru dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
b. data dan informasi yang digunakan mencakup
data atribut dan data spasial (primer dan/atau
sekunder)?

3. SUB KRITERIA ANALISIS PENGARUH MATERI MUATAN RDTR


TERHADAP ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

3. Apakah analis pengaruh materi muatan RDTR Hasil penilaian/validasidiisi


berdasarkan kesimpulan hasil
terhadap isu-isu strategis Pembangunan
penilaian setiap criteria rinci (angka
Berkelanjutan (analisis pengaruh butir 2 terhadap 3.1 – 3.9)
butir 1) di dalam wilayah perencanaan RDTR (BWP) -
-terkait dengan identifikasi, prediksi dan evaluasi
dampak lingkungan, yang mencakup dampak
langsung, tidak langsung, kumulatif dan dampak
bangkitan (induced impacts) dan risiko lingkungan -
telah dilakukan secara komprehensif dan rinci
sesuai dengan metode ilmiah?
3.1. Apakah analisis pengaruh perumusan tujuan
penataan BWP selama implementasi RDTR terhadap
isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan di
BWP telah dilakukan secara komprehensif dan rinci
berdasarkan tiga aspek pembangunan
berkelanjutan:
a. aspek ekonomi;
b. aspek social; dan
c. aspek lingkungan.

Tujuan penataan BWP harus memuat dan


mencerminkan keseimbangan tiga aspek
pembangunan berkelanjutan:
a. aspek ekonomi;
b. aspek social; dan
c. aspek lingkungan.

3.2. Apakah analisis pengaruh pola ruang, ketentuan


pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi di dalam
zona dan sub zona lindung, dan pengembangan
kawasan lindung, selama masa implementasi RDTR
terhadap isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan di BWP telah dilakukan secara
komprehensif dan rinci berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan terpadu (integrated assessment)
terkait dengan:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan Iklim;
- 19 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati?

Analisis yang dilakukan berdasarkan hasil kajian


terpadu (integrated assessment) harus dapat
menjawab apakah zona dan sub zona lindung,
ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi
di dalam zona dan sub zona lindung ditetapkan
dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, sehingga zona lindung
dapat secara efektif berperan sebagai sistem
penyangga kehidupan di BWP (i.e. sumber air
terlindungi, RTH mencukupi).

3.3. Apakah analisis pengaruh pola ruang, ketentuan


pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi di alam
zona dan sub zona budidaya dan pengembangan
kawasan budidaya selama masa implementasi RDTR
terhadap isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan di BWP telah dilakukan secara
komprehensif dan rinci berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan terpadu (integrated assessment)
terkait dengan:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati?

Analisis yang dilakukan berdasarkan hasil kajian


terpadu (integrated assessment) harus dapat
menjawab apakah zona dan sub zona budidaya,
ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi
di dalam zona dan sub zona budidaya ditetapkan
dengan mepertimbangkan atau sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan
tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan
kualitas kehidupan masyarakat.

3.4. Apakah analisis pengaruh rencana jaringan


prasarana dan pengembangan jaringan prasarana
(pergerakan,energi/kelistrikan, telekomunikasi, air
minum, air limbah, prasarana lainnya) selama
implementasi RDTR terhadap isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan di BWP telah dilakukan
secara komprehensif dan rinci berdasarkan hasil
kajian yang dilakukan terpadu (integrated
assessment) terkait dengan:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati?

3.5. Apakah analisis pengaruh penetapan Sub-BWP


Prioritas beserta pola ruang, ketentuan
pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi di dalam
- 20 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

zona lindung dan zona budidaya beserta


pengembangan kawasan lindung dan kawasan
budidaya dan pengembangan jaringan prasarana di
dalam Sub-BWP Prioritas selama implementasi
RDTR terhadap isu-isu strategis pembangunan
berkelanjutan di BWP telah dilakukan secara
komprehensif dan rinci berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan terpadu (integrated assessment)
terkait dengan:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati?

3.6. Apakah analisis Pengaruh setiap materi muatan


RDTR terhadap Isu-Isu Strategis Pembangunan
Berkelanjutan di dalam wilayah perencanaan
RDTR (BWP) seperti tersebut di atas telah
dideskripsikan secara komprehensif dan rinci
berdasarkan (dengan memperhatikan):
a. aspek yuridis seperti peraturan perundang-
udangan terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) serta
pengelolaan sumebrdaya alam (PSDA);
b. aspek teknis and scientific seperti acuan dan
standard ilmiah, best practices, hasil penelitian
yang akuntable;
c. aspek manajemen?

3.7 Keterlibatan masyarakat dan pemangku


kepenting: apakah proses keterlibatan masyarakat
telah dideskripsin secara rinci terkait dengan proses,
bentuk, metode dan hasil keterlibatan masyarakat
dalam melakukan Analis Pengaruh Materi Muatan
RDTR terhadap Isu-Isu Strategis Pembangunan
Berkelanjutandi dalam wilayah perencanaan RDTR
(terkait dengan identifikasi, prediksi dan evaluasi
dampak lingkungan, yang mencakup dampak
langsung, tidak langsung, kumulatif dan induced
impacts dan risiko lingkungan),?:
a. proses identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilibatkan dan hasilnya;
b. bentuk keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilakukan (pemberian
pendapat, saran dan usul; penmdapingan tenaga
ahli; bantuan teknis; penyampaian informasi
dan/atau pelaporan);
c. metode pelibatan masyarakat yang dilakukan;
d. hasil keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan?

3.8 Metodologi: Apakah metodeAnalis Pengaruh Materi


Muatan RDTR terhadap Isu-Isu Strategis
Pembangunan Berkelanjutan di dalam wilayah
perencanaan RDTR (terkait dengan identifikasi,
prediksi dan evaluasi dampak lingkungan, yang
mencakup dampak langsung, tidak langsung,
kumulatif dan induced impacts dan risiko
- 21 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar KLHS RDTR
Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal

lingkungan) telah dideskrispkan sesuai dengan


kaidah ilmiah?
3.9 Data dan informasi: Apakah data dan informasi
yang digunakan dalam melakukan Analis Pengaruh
Materi Muatan RDTR terhadap Isu-Isu Strategis
Pembangunan Berkelanjutan di dalam wilayah
perencanaan RDTR (terkait dengan identifikasi,
prediksi dan evaluasi dampak lingkungan, yang
mencakup dampak langsung, tidak langsung,
kumulatif dan dampak bangkitan (induced impacts)
dan risiko lingkungan) telah diidentifikasi dan
dideskripsikan secara rinci dengan menggunakan:
a. data dan informasi yang valid, terbaru dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
b. data dan informasi yang digunakan mencakup
data atribut dan data spasial (primer dan/atau
sekunder)?

B. KRITERIA PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN RDTR


No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

4. Apakah alternatif penyempurnaan RDTR telah Hasil penilaian/validasidiisi


berdasarkan kesimpulan hasil
dirumuskan secara rinci berdasarkan hasil analisis
penilaian setiap criteria rinci (angka
pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup 4.1 – 4.9)
(isu-isu pembangunan berkelanjutan)?

4.1. Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR terhadap


kondisi lingkungan hidup, apakah alternatif
penyempurnaan tujuan penataan BWP telah
dirumuskan secara rinci dengan meperhatikan
keseimbangan tiga pilar/aspek pembangunan
berkelanjutan (lingkungan/ekologi, sosial dan
ekonomi)?

4.2. Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR terhadap


kondisi lingkungan hidup, apakah alternatif
penyempurnaan pola ruang (lindung dan budidaya)
beserta ketentuan pemanfaatan ruang dan
peraturan zonasinya telah dirumuskan secara rinci
antara lain terkait dengan:
a. perubahan target pengembangan zona lindung
dan budidaya serta strategi pencapaianya;
b. perubahan terkait dengan jenis, lokasi,
skala/besaran pengembangan zona lindung dan
budidaya agar lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;
c. perubahan proses, metode dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan terkait dengan
pengembangan zona lindung dan budidaya;
d. penundaan, perbaikan urutan atau perubahan
prioritas pelaksanaan pengembangan zona
lindung dan budidaya;
e. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem terkait dengan pengembangan zona
lindung dan budidaya melalui penyempurnaan
keteentuan pemanfaatan ruang dan peraturan
- 22 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

zonasi;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko lingkungan terkait dengan
pengembangan zona lindung dan budidaya
melalui penyempurnaan keteentuan pemanfaatan
ruang dan peraturan zonasi.

4.3. Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR terhadap


kondisi lingkungan hidup, apakah alternatif
penyempurnaan rencana pengembangan jaringan
prasarana (pergerakan, energi/kelistrikan,
telekomunikasi, air minum, air limbah, prasarana
lainnya) telah dirumuskan secara rinci antara lain
terkait dengan:
a. perubahan target rencana pengembangan
jaringan prasarana dan strategi pencapaianya;
b. perubahan terkait dengan jenis, lokasi (jalur),
skala/besaran pengembangan jaringan prasarana
agar lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;
c. perubahan proses, metode dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan terkait dengan
pengembangan jaringan prasarana;
d. penundaan, perbaikan urutan atau perubahan
prioritas pelaksanaan pengembangan jaringan
prasarana;
e. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem terkait dengan pengembangan jaringan
prasarana;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko lingkungan terkait dengan
pengembangan jaringan prasarana?

4.4.1. Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR terhadap


kondisi lingkungan hidup, apakah alternatif
penyempurnaan penetapan BWP dan prioritas
penangannya telah dirumuskan secara rinci antara
lain terkait dengan:
a. lokasi Sub-BWP yang dipriotitaskan
penangannya;
b. tema penangannyannya;
c. pola ruang di dalam Sub-BWP yang
dipriotitaskan penangannya: jenis pola ruang,
lokasi, skala/besaran, ketentuan pemanfaatan
ruang dan peraturan zonasi:
Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR
terhadap kondisi lingkungan hidup, apakah
alternatif penyempurnaan ketentuan
pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi
rencana pengembangan jaringan prasarana
(pergerakan, energi/kelistrikan, telekomunikasi,
air minum, air limbah, prasarana lainnya) telah
dirumuskan secara rinci antara lain terkait
dengan:
1. perubahan target pemanfaatan ruang dan
peraturan zonasi;
2. perubahan terkait dengan jenis, lokasi (jalur),
skala/besaran pemanfaatan ruang dan
peraturan zonasi;
- 23 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

3. perubahan proses, metode dan adaptasi


terkait pemanfaatan ruang dan peraturan
zonasi;
4. penundaan, perbaikan urutan atau
perubahan prioritas pelaksanaan
pengembangan jaringan prasarana;
5. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem terkait dengan pengembangan
jaringan prasarana;
6. pemberian arahan atau rambu-rambu
mitigasi dampak dan risiko lingkungan
terkait dengan pengembangan jaringan
prasarana.
d. Rencana jaringan prasarana di dalam Sub-BWP:
jenis jaringan prasarana, lokasi, skala/besaran
dan tahapan pengembangannya?

4.4.2. Berdasarkan hasil analisis pengaruh RDTR terhadap


kondisi lingkungan hidup, apakah alternatif
penyempurnaan ketentuan pemanfaatan ruang dan
peraturan zonasi telah dirumuskan secara rinci
antara lain terkait dengan:
a. perubahan target rencana pengembangan
jaringan prasarana dan strategi pencapaianya;
b. perubahan terkait dengan jenis, lokasi (jalur),
skala/besaran pengembangan jaringan prasarana
agar lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;
c. perubahan proses, metode dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan terkait dengan
pengembangan jaringan prasarana;
d. penundaan, perbaikan urutan atau perubahan
prioritas pelaksanaan pengembangan jaringan
prasarana;
e. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem terkait dengan pengembangan jaringan
prasarana;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko lingkungan terkait dengan
pengembangan jaringan prasarana;
g. penundaan, perbaikan urutan atau perubahan
prioritas pelaksanaan pengembangan jaringan
prasarana;
h. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem terkait dengan pengembangan jaringan
prasarana;
i. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko lingkungan terkait dengan
pengembangan jaringan prasarana.

4.5 Keterlibatan masyarakat dan pemangku


kepenting: apakahproses keterlibatan masyarakat
telah dideskripsin secara rinci terkait dengan proses,
bentuk, metode dan hasil keterlibatan masyarakat
dalam melakukan perumusan alternatif
penyempurnaan RDTR?
a. proses identifikasi masyarakat dan pemangku
- 24 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

kepentingan yang dilibatkan dan hasilnya;


b. bentuk keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilakukan (pemberian
pendapat, saran dan usul; penmdapingan tenaga
ahli; bantuan teknis; penyampaian informasi
dan/atau pelaporan);
c. metode pelibatan masyarakat yang dilakukan;
d. hasil keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan.

4.6 Metodologi: apakahmetode yang digunakan dalam


melakukan perumusan alternatif penyempurnaan
RDTR telah dideskrispkan sesuai dengan kaidah
ilmiah?

4.7 Data dan informasi: apakah data dan informasi


yang digunakan dalam melakukan perumusan
alternatif penyempurnaan RDTR telah diidentifikasi
dan dideskripsikan secara rinci dengan
menggunakan:
a. data dan informasi yang valid, terbaru dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
b. data dan informasi yang digunakan mencakup
data atribut dan data spasial (primer dan/atau
sekunder)?

C. KRITERIA PENYUSUNAN REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK


PENGAMBILAN KEPUTUSAN RDTR YANG MENGINTEGRASIKAN PRINSIP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

5. Berdasarkan hasil penyempurnaan alternatif RDTR, Hasil penilaian/validasidiisi


berdasarkan kesimpulan hasil
apakah rekomendasi perbaikan untuk
penilaian setiap criteria rinci (angka
pengambilan keputusan RDTR telah dirumuskan 5.1 – 5.5)
secara rinci sesuai ketentuan?

5.1. Berdasarkan hasil penyempurnaan alternatif RDTR,


apakah rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
terkait dengan materi muatan RDTR telah
dirumuskan secara rinci? ;

5.2. Berdasarkan hasil penyempurnaan alternatif RDTR,


apkah rekomendasi terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang telah melampau daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta
tidak diperbolehkan lagi telah dirumuskan secaa
rinci?.

5.3 Keterlibatan masyarakat dan pemangku


kepenting: apakah proses keterlibatan masyarakat
telah dideskripsin secara rinci terkait dengan proses,
bentuk, metode dan hasil keterlibatan masyaraka
dalam melakukan penyusunan rekomendasi
perbaikan untuk pengambilan keputusan RDTR?
1) Proses identifikasi masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilibatkan dan hasilnya;
2) Bentuk keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan yang dilakukan (pemberian
- 25 -

No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi


yang dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengecualian KLHS RDTR
Kewajiban Menyusun Amdal

pendapat, saran dan usul; pendampingan tenaga


ahli; bantuan teknis; penyampaian informasi
dan/atau pelaporan);
3) Metode pelibatan masyarakat yang dilakukan,
4) hasil keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan.

5.4 Metodologi: Apakah metode yang digunakan dalam


melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan
untuk pengambilan keputusan RDTR telah
dideskrispkan sesuai dengan kaidah ilmiah?

5.5 Data dan informasi: Apakah data dan informasi


yang digunakan dalam melakukan penyusunan
rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan RDTR telah diidentifikasi dan
dideskripsikan secara rinci dengan menggunakan:
a. data dan informasi yang valid, terbaru dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
b. data dan informasi yang digunakan mencakup
data atribut dan data spasial (primer dan/atau
sekunder) ? .

Berdasarkan hasil evaluasi KLHS RDTR untuk setiap kriteria seperti tercantum di
dalam table/matrik diatas, maka Tim Evaluasi KLHS RDTR menyimpulkan:
………............................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.25/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENETAPAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB MEMILIKI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (5) dan


Pasal 69 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Penetapan Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6215);
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENETAPAN JENIS
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT
PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL.
4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
5. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola perizinan berusaha terintegrasi secara
-4-

elektronik sesuai dengan standard pelayanan publik dan


perlindungan lingkungan hidup.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman bagi gubernur dan bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya untuk menetapkan:
a. Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
UKL-UPL; dan
b. Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
SPPL.

Pasal 3
(1) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan berdasarkan
dokumen lingkungan hidup, meliputi:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal;
b. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki UKL-UPL; dan
c. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki SPPL.
(2) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
UKL-UPL dan SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 4
Peraturan Menteri ini mengatur tata cara penetapan rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan
SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3).

Pasal 5
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. proses penapisan jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib UKL-UPL dan SPPL; dan
-5-

b. penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib


UKL-UPL dan SPPL.

BAB II
PROSES PENAPISAN JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
YANG WAJIB UKL-UPL DAN SPPL

Pasal 6
(1) Gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan penapisan jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL
dan SPPL.
(2) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh instansi lingkungan hidup Daerah
provinsi atau instansi lingkungan hidup Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan.
(3) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk seluruh jenis Usaha dan/atau Kegiatan
dari berbagai sektor.

Pasal 7
(1) Penapisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. memastikan rencana Usaha dan/atau Kegiatan dari
berbagai sektor tidak termasuk dalam jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal;
b. memastikan potensi dampak dari rencana Usaha
dan/atau Kegiatan dari berbagai sektor telah
tersedia teknologi untuk menanggulangi dampak
tersebut; dan
c. memeriksa peraturan yang ditetapkan oleh
kementerian atau lembaga pemerintah non
kementerian tentang jenis Usaha dan/atau Kegiatan
wajib UKL-UPL.
-6-

(2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib


memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a memiliki kriteria sebagai berikut:
a. tidak termasuk jenis rencana Usaha dan/atau
Kegiatan wajib memiliki Amdal yang ditetapkan oleh
Menteri; dan/atau
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak
berlokasi di dalam dan/atau berbatasan langsung
dengan kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal tidak tersedia teknologi penananganan
dampak dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan,
rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut termasuk
dalam kriteria wajib memiliki Amdal.
(4) Dalam hal kementerian atau lembaga pemerintah non
kementerian belum menetapkan jenis Usaha dan/atau
Kegiatan wajib UKL-UPL dan SPPL atau telah
menetapkan jenis Usaha dan/atau Kegiatan wajib UKL-
UPL dan SPPL, tetapi tidak dilengkapi dengan
skala/besaran atau skala/besarannya telah ditentukan
tetapi tidak ditentukan batas bawahnya, penapisan
dapat dilakukan dengan melibatkan satuan kerja
perangkat daerah, kementerian atau lembaga pemerintah
non kementerian terkait dan/atau pakar terkait.
(5) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan tahapan:
a. melakukan analisis terkait dengan komponen-
komponen rencana Usaha dan/atau Kegiatan dalam
kaitannya dengan dampak lingkungan hidup yang
ditimbulkannya serta upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan, yang
terdiri atas:
1. jenis kegiatan;
2. skala/besaran/ukuran;
3. kapasitas produksi;
4. luas lahan yang dimanfaatkan;
-7-

5. limbah dan/atau cemaran dan/atau dampak


lingkungan;
6. teknologi yang tersedia dan/atau digunakan;
7. jumlah komponen lingkungan yang terkena
dampak;
8. besaran investasi
9. terkonsentrasi atau tidaknya kegiatan;
10. jumlah tenaga kerja; dan
11. aspek sosial kegiatan;
b. Apabila salah satu komponen-komponen rencana
Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, memberikan dampak lingkungan
hidup terhadap lingkungan hidup dan memerlukan
UKL-UPL, jenis Usaha dan/atau Kegiatan tersebut
dapat ditetapkan wajib memiliki UKL-UPL; dan
c. Apabila seluruh komponen rencana Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, tidak
memberikan dampak lingkungan hidup terhadap
lingkungan hidup dan tidak memerlukan UKL-UPL,
jenis Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat
ditetapkan wajib memiliki SPPL.

BAB III
PENETAPAN JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB UKL-UPL DAN SPPL

Pasal 8
(1) Berdasarkan penapisan yang telah dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menetapan jenis rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan
SPPL.
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui penerbitan keputusan gubernur atau
bupati/wali kota.
-8-

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 929

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

KRISNA RYA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA PEMERIKSAAN DOKUMEN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN
BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 51 ayat (3),


Pasal 55 ayat (7), Pasal 56 ayat (2), Pasal 61 dan Pasal 66 ayat
(7) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tentang Pedoman Penyusunan dan Penilaian serta
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup dalam Pelaksanaan
Pelayanan Perizinan Berusaha secara Elektronik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6215);
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
6. PeraturanMenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN
PENILAIAN SERTA PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN
BERUSAHA TERPADU SECARA ELEKTRONIK.
-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Formulir Kerangka Acuan adalah isian ruang lingkup
kajian analisis dampak lingkungan hidup yang
merupakan hasil pelingkupan.
4. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha
dan/atau kegiatan.
5. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RKL adalah upaya penanganan
dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
6. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RPL adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan.
7. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
-4-

proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan


Usaha dan/atau Kegiatan.
8. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL.
9. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah
keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan
hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal.
10. Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan
terhadap suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
UKL-UPL.
11. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
12. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non
perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.
13. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga
OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha
melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
14. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal.
15. Komisi Penilai Amdal yang selanjutnya disingkat KPA
adalah komisi yang bertugas menilai dokumen Amdal.
-5-

16. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan


Pemerintahan di bidang di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.

Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola Perizinan Berusaha terintegrasi secara
elektronik sesuai dengan standar pelayanan publik dan
perlindungan lingkungan hidup.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman bagi berbagai pihak yang terkait dengan
pelaksanaan Perizinan Berusaha terintegrasi secara
elektronik dalam melakukan pemenuhan komitmen Izin
Lingkungan dan perubahan Izin Lingkungan melalui
proses:
a. pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan
penilaian serta pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup;
b. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup serta penetapan keputusan
kelayakan lingkungan hidup dan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL; dan
c. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup terkait dengan perubahan
perubahan Izin Lingkungan.
Sehingga dokumen lingkungan hidup tersebut memiliki
kualitas yang baik dan dapat digunakan sebagai
instrumen perlindungan lingkungan hidup yang efektif
dan efisien dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan
usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 3
Peraturan Menteri ini berlaku untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang termasuk di dalam sistem OSS sebagaimana
tercantum di dalam lampiran peraturan perundang-undangan
yang mengatur pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
-6-

Pasal 4
(1) Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
(2) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kewajiban untuk:
a. melengkapi Amdal bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki Amdal;
b. melengkapi UKL-UPL bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL; dan
c. tidak melakukan kegiatan sebelum komitmen untuk
melengkapi Amdal atau UKL-UPL telah dipenuhi.
(3) Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan
berdasarkan komitmen bagi Pelaku Usaha yang telah
memiliki Izin Lingkungan dan berencana untuk
melakukan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.
(4) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mencakup kewajiban untuk:
a. melengkapi Amdal baru atau Adendum Andal dan
RKL-RPL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan
wajib memiliki Amdal;
b. melengkapi Amdal baru bagi bagi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKL-UPLyang
rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kriteria wajib Amdal;
c. melengkapi UKL-UPL baru bagi bagi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKL-UPL; dan
d. tidak melakukan kegiatan sebelum komitmen untuk
melengkapi amdal baru, adendum Andal dan RKL-
RPL, dan UKL-UPL baru.
(5) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(4) memuat pernyataan bahwa:
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak
tumpang tindih dengan lokasi Usaha dan/atau
Kegiatan eksisting yang sudah memiliki Perizinan
Berusaha atau lokasi Usaha dan/atau Kegiatan yang
sedang dalam proses untuk memperoleh perizinan
berusaha; dan
-7-

b. semua persyaratan yang diajukan dalam


permohonan Izin Lingkungan tidak mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta
ketidakbenaran dan/atau pemalsuan dokumen, data
dan/atau informasi.
(6) Dalam hal Pelaku Usaha tidak dapat memenuhi
komitmen Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) atau komitmen perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Izin Lingkungan
atau perubahan Izin Lingkungan yang telah diterbitkan
oleh Lembaga OSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan batal.
(7) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak
dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara
perdata.

Pasal 5
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal serta
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup;
b. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL serta penetapan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL;
c. pengisian, verifikasi dan pendaftaran SPPL;
d. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup untuk perubahan keputusan
kelayakan lingkungan hidup, perubahan rekomendasi
UKL-UPL dan perubahan Izin Lingkungan;
e. pembinan dan evaluasi kinerja penatalaksaanan Amdal,
adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL;
f. sistem informasi dokumen lingkungan hidup dan Izin
Lingkungan; dan
g. pendanaan.
-8-

BAB II
PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL SERTA
PENETAPAN KEPUTUSAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
ATAU KETIDAKLAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 6
(1) Pelaku Usaha yang wajib memiliki Amdal wajib
memenuhi komitmen Izin Lingkungan yang telah
diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan melengkapi
dokumen Amdal.
(2) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun:
a. pada tahap perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. dalam satu dokumen Amdal dalam hal kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam satu kesatuan
tapak proyek; dan/atau
c. dalam beberapa dokumen Amdal dalam hal kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam tapak proyek
yang terpisah satu sama lain.
(3) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengintegrasikan meliputi:
a. persyaratan dan kewajiban perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang relevan antara
lain pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3), pembuangan air limbah ke laut,
pembuangan air limbah ke sumber air dan atau
pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
pengendalian pencemaran udara; dan
b. hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
(4) Untuk dapat melengkapi dokumen Amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan tata waktu yang
telah ditentukan, Pelaku Usaha wajib memiliki data dan
-9-

informasi lengkap yang diperlukan untuk penyusunan


dokumen Amdal sebelum mengajukan permohonan izin
usaha berdasarkan komitmen ke Lembaga OSS.
(5) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mencakup:
a. arahan hasil penapisan dari instansi lingkungan
hidup sesuai dengan kewenangannya;
b. deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. rona lingkungan hidup awal di dalam dan di sekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan; dan
d. hasil konsultasi publik dalam hal konsultasi publik
telah dilakukan sebelum Pelaku Usaha mengajukan
permohonan izin usaha ke lembaga OSS.

Pasal 7
(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilengkapi melalui tahapan:
a. pelaksanaan pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan serta konsultasi publik;
b. pengisian dan pengajuan Formulir KA;
c. pemeriksaan dan persetujuan Formulir KA;
d. penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL;
dan
e. penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.
(2) Jangka waktu pelaksanaan pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan, konsultasi publik, pengisian Formulir
KA serta pemeriksaan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
(3) Penyusunan Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d harus mulai dilakukan paling lama
-10-

30 (tiga puluh) hari kerja sejak Lembaga OSS


menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan komitmen.
(4) Jangka waktu penyusunan Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditentukan
berdasarkan komitmen Pelaku Usaha yang tercantum
dalam Formulir KA dan persetujuan Formulir KA.
(5) Jangka waktu penyusunan Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling
lama 180 (seratus delapan puluh) hari kerja.
(6) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL,
penyampaian rekomendasi hasil penilaian dan penilaian
akhir serta penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan
paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak dokumen
Andal dan RKL-RPL diajukan kepada KPA dan
dinyatakan lengkap secara administrasi.
(7) Instansi lingkungan hidup melakukan pengawasan
terhadap pemenuhan komitmen Pelaku Usaha untuk
melengkapi dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(8) Dalam hal Pelaku Usaha tidak dapat memenuhi
komitmen untuk melengkapi dokumen Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi
lingkungan hidup menyampaikan notifikasi kegagalan
pemenuhan komitmen kepada Lembaga OSS.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Pengumuman dan Konsultasi Publik

Pasal 8
(1) Pelaksanaan pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dan konsultasi publik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Pelaku
Usaha untuk mengikutsertakan masyarakat yang terkena
dampak dalam penyusunan dokumen Amdal.
-11-

(2) Masyarakat terkena dampak yang diikutsertakan dalam


penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada di dalam batas wilayah studi Amdal yang
mencakup:
a. masyarakat yang akan akan mendapat manfaat atau
dampak positif dari adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan; dan
b. masyarakat yang akan akan mengalami kerugian
atau mendapatkan dampak negatif dari adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pelaku Usaha selain mengikutsertakan masyarakat yang
terkena dampak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat pula melibatkan pemerhati lingkungan hidup.
(4) Pemerhati lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) berada di luar batas wilayah studi Amdal
dan memempunyai perhatian terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan beserta dampak lingkungan hidup
yang akan ditimbulkannya.

Pasal 9
(1) Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dilakukan
oleh Pelaku Usaha.
(2) Pengumanan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum
pengisian Formulir KA.
(3) Dalam melakukan pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pelaku Usaha wajib menyampaikan informasi secara
benar dan tepat mengenai:
a. nama dan alamat Pelaku Usaha;
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. skala/besaran dari rencana Usaha dan/atau
Kegiatan; dan
d. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
-12-

e. dampak potensial terhadap lingkungan yang akan


timbul dan konsep umum pengendalian dampak
lingkungannya;
f. tanggal pengumuman mulai dipasang dan batas
waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
dari masyarakat; dan
g. nama dan alamat Pelaku Usaha dan instansi
lingkungan hidup yang menerima saran, pendapat
dan tanggapan dari masyarakat.
(4) Informasi dalam pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, jelas dan mudah dimengerti oleh
seluruh lapisan masyarakat.
(5) Disamping mengunakan bahasa Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Informasi dalam pengumuman
rencana Usaha dan/atau Kegiatan dapat disampaikan
dengan menggunakan bahasa daerah atau lokal yang
sesuai dengan lokasi dimana pengumuman tersebut akan
dilakukan.
(6) Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
memuat informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wajib disampaikan melalui:
a. laman OSS;
b. media massa; dan/atau
c. pengumuman pada lokasi Usaha dan/atau Kegiatan.
(7) Selain media yang wajib digunakan untuk melakukan
pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Pelaku Usaha dapat menggunakan media lain untuk
melakukan pengumuman, berupa:
a. media cetak seperti brosur, pamflet atau spanduk;
b. media elektronik melalui televisi, website, jejaring
sosial, sms dan/atau radio;
-13-

c. papan pengumuman di instansi lingkungan hidup


dan instansi yang membidangi usaha dan/atau
kegiatan di tingkat pusat, daerah provinsi dan/atau
daerah kabupaten/kota; dan
d. media lain yang dapat digunakan.

Pasal 10
(1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan berhak
mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis atau melalui Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha
dan Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Dalam menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), masyarakat wajib
mencantum identitas pribadi yang jelas sesuai dengan
dokumen kependudukan yang dimilikinya.
(4) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. informasi deskritif tentang kondisi lingkungan yang
berada di dalam dan di sekitar lokasi/tapak rencana
Usaha dan/atau Kegiatan;
b. nilai-nilai lokal yang akan terkena dampak Usaha
dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan; dan/atau
c. aspirasi masyarakat dan concern terkait dengan
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(5) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan/atau
bahasa daerah (lokal) yang sesuai dengan lokasi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan.
-14-

(6) Berdasarkan saran, pendapat dan tanggapan masyarakat


yang telah diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pelaku Usaha dan Menteri, gubernur atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya mendokumentasikan
dan mengolah saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat.
(7) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang telah
diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib
digunakan oleh Pelaku Usaha dalam pengisian Formulir
KA.

Pasal 11
(1) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) dilakukan oleh Pelaku Usaha.
(2) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan melibatkan masyarakat terkena
dampak.
(3) Disamping masyarakat terkena dampak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), konsultasi publik dapat pula
melibatkan masyarakat pemerhati lingkungan.
(4) Masyarakat yang dilibatkan dalam konsultasi publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
kelompok masyarakat rentan (vulnerable group),
masyarakat adat (indegenous people), kelompok laki-laki
dan perempuan dengan memperhatikan kesetaran
gender.

Pasal 12
(1) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dapat dilakukan:
a. sebelum Pelaku Usaha mendapatkan Izin
Lingkungan berdasarkan komitmen dari Lembaga
OSS; dan/atau
b. setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Lingkungan
berdasarkan komitmen dari Lembaga OSS.
-15-

(2) Konsultasi publik yang dilakukan setelah Pelaku Usaha


mendapatkan Izin Lingkungan berdasarkan komitmen
dari Lembaga OSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dapat dilakukan sebelum, bersamaan dan/atau
setelah pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

Pasal 13
(1) Sebelum pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pelaku Usaha:
a. berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh
masyarakat yang akan dilibatkan dalam proses
konsultasi publik; dan
b. mengundang masyarakat yang akan dilibatkan
dalam konsultasi publik.
(2) Dalam undangan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pelaku Usaha
menyampaikan informasi mengenai:
a. tujuan konsultasi publik;
b. waktu dan tempat pelaksanaan konsultasi publik;
c. bentuk, cara dan metode konsultasi publik yang
akan dilakukan;
d. dimana masyarakat dapat memperoleh informasi
tambahan; dan
e. lingkup saran, pendapat dan tanggapan dari
masyarakat.
(3) Bentuk, cara dan metode konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c mencakup:
a. lokakarya;
b. seminar;
c. focus group discussion;
d. temu warga;
e. forum dengar pendapat;
f. dialog interaktif; dan/atau
g. bentuk, cara dan metode lain yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi secara 2 (dua) arah.
-16-

(4) Pelaku Usaha dapat memilih salah satu atau kombinasi


dari berbagai bentuk, cara dan metode konsultasi publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang secara efektif
dan efisien dapat menjaring saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat.

Pasal 14
(1) Dalam pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 11, Pelaku Usaha menyampaikan
informasi minimal mengenai:
a. nama dan alamat Pelaku Usaha;
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. skala/besaran dari rencana Usaha dan/atau
Kegiatan;
d. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan dilengkapi
dengan informasi perihal batas administratif terkecil
dari lokasi tapak proyek dan peta tapak proyek;
e. dampak potensial yang akan timbul dari identifikasi
awal Pelaku Usaha seperti potensi timbulnya limbah
cair, potensi emisi dari cerobong, potensi keresahan
masyarakat, dan lain-lain dan konsep umum
pengendalian dampaknya; dan
f. komponen lingkungan yang akan terkena dampak
dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat
berhak menyampaikan saran, pendapat dan tanggapan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pelaku Usaha wajib mendokumentasikan dan mengolah
saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang telah
diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
digunakan oleh pemrakarsa sebagai masukan dalam
pengisian Formulir KA.
-17-

Pasal 15
(1) Masyarakat terkena dampak memilih dan menetapkan
sendiri wakilnya yang akan duduk sebagai anggota KPA
pada saat pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Jumlah wakil masyarakat terkena dampak yang dipilih
dan ditetapkan untuk duduk sebagai anggota KPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara
proporsional dan mewakili aspirasi masyarakat yang
diwakilinya dalam persoalan lingkungan hidup;
(3) Hasil penetapan wakil masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk surat
persetujuan/surat kuasa yang ditandatangani oleh
masyarakat yang terkena dampak yang terlibat dalam
pelaksanaan konsultasi publik.
(4) Pelaku Usahamengomunikasikan hasil penetapan wakil
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
sekretariat KPA sesuai dengan kewenangannya;
(5) Wakil masyarakat terkena dampak yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:
a. melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan
masyarakat terkena dampak yang diwakilinya; dan
b. menyampaikan aspirasi masyarakat terkena dampak
yang diwakilinya dalam rapat KPA.

Bagian Kedua
Pengisian dan Pengajuan Formulir KA

Pasal 16
(1) Pengisian Formulir KA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. pengisian formulir pelingkupan; dan
b. pengisian formulir metode studi Amdal.
-18-

(2) Pengisian Formulir KA sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan sesuai dengan pedoman pengisian Formulir
KA tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Formulir KA spesifik dari setiap jenis kegiatan di masing-
masing sektor ditetapkan oleh Menteri berdasarkan
pedoman pengisian Formulir KA sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) setelah mendapat pertimbangan dari
menteri atau pimpinan lembaga pembina sektor bidang
Usaha dan/atau Kegiatan terkait.

Pasal 17
Pelaku Usaha mengajukan Formulir KA yang sudah diisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 kepada:
a. KPA Pusat melalui sekretariat KPA Pusat untuk rencana
Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal yang
menjadi kewenangan Menteri;
b. KPA Provinsi melalui sekretariat KPA provinsi untuk
rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal
yang menjadi kewenangan gubernur; atau
c. KPA Kabupaten/Kota melalui sekretariat KPA
kabupaten/kota untuk rencana Usaha dan/atau
Kegiatan wajib memiliki Amdal yang menjadi kewenangan
bupati/wali kota;

Pasal 18
Jangka waktu pelaksanaan pengumuman, konsultasi publik
dan pengisian Formulir KA yang dilakukan oleh Pelaku Usaha
serta pengajuan pemeriksaan Formulir KA kepada instansi
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 17
dilakukan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
-19-

Bagian Ketiga
Pemeriksaan dan Persetujuan Formulir KA

Pasal 19
(1) KPA Pusat, KPA Provinsi atau KPA Kabupaten/Kota
sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 menugaskan tim teknis untuk melakukan
pemeriksaan Formulir KA.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan tim teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyatakanFormulir KA dapat
disepakati, ketua tim teknis memberikan persetujuan
Formulir KA.
(3) Pemberian persetujuan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk berita
acara kesepakatan Formulir KA.
(4) Berita acara kesepakatan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a. kesepakatan pelingkupan;
b. kesepakatan metode studi Amdal; dan
c. kesepakatan komitmen waktu penyelesaian studi
dan penyusunan Andal dan RKL-RPL.
(5) Jangka waktu pemeriksaan dan pemberian persetujuan
Formulir KA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak Formulir KA yang diajukan Pelaku Usaha
diterima oleh sekretariat KPA.
(6) Tata laksana pemeriksaan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (5) secara lebih
rinci tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri in.

Bagian Keempat
Penyusunan Andal dan RKL-RPL

Pasal 20
(1) Pelaku Usaha menyusun Andal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d berdasarkan Formulir KA
-20-

yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19.
(2) Penyusunan Andal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara menyusun:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan beserta
alternatifnya;
c. deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal
(environmental setting);
d. hasil pelibatan masyarakat;
e. hasil penentuan dampak penting hipotetik (DPH)
yang dikaji, batas wilayah studi dan batas waktu
kajian;
f. hasil prakiraan dampak penting;
g. hasil evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan;
h. daftar pustaka; dan
i. lampiran.
(3) Penyusunan Andal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sesuai dengan pedoman penyusunan Andal
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 21
(1) Pelaku Usaha menyusun RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d berdasarkan
Formulir KA yang telah disepakati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dan Andal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20.
(2) Penyusunan RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara menyusun:
a. pendahuluan;
b. rencana pengelolaan lingkungan hidup;
c. rencana pemantauan lingkungan hidup;
-21-

d. persyaratan dan kewajiban terkait dengan aspek


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang relevan antara lain pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun, pengolahan dan
pembuangan air limbah, pemanfaatan air limbah
untuk aplikasi ke tanah, pengendalian pencemaran
udara;
e. pernyataan komitmen pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
RKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
(3) Penyusunan RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai dengan pedoman penyusunan RKL-
RPL tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 22
Andal dan RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21 diajukan kepada:
a. Menteri melalui KPA Pusat, untuk kerangka acuan yang
dinilai oleh KPA Pusat;
b. gubernur melalui KPA provinsi, untuk kerangka acuan
yang dinilai oleh KPA provinsi; atau
c. bupati/wali kota melalui KPA kabupaten/kota, untuk
kerangka acuan yang dinilai oleh KPA kabupaten/kota.

Bagian Kelima
Penilaian Andal dan RKL-RPL serta Penetapan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup Atau Ketidaklayakan
Lingkungan Hidup

Pasal 23
(1) Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang diajukan oleh
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
KPA Pusat, KPA provinsi atau KPA kabupaten/kota
-22-

sesuai dengan kewenangannya melakukan penilaian


Andal dan RKL-RPL.
(2) Penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan:
a. penilaian secara administratif oleh sekretariat KPA;
dan
b. penilaian secara teknis oleh tim teknis dan KPA.
(3) Penilaian Andal dan RKL-RPL secara administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
terhadap pemenuhan persyaratan administratif
penyusunan Andal dan RKL-RPL mencakup:
a. kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang;
b. keabsahan tanda bukti registrasi lembaga penyedia
jasa penyusunan (LPJP) Amdal, apabila penyusunan
Andal dan RKL-RPL dilakukan oleh LPJP Amdal;
c. keabsahan tanda bukti sertifikasi kompetensi
penyusunan Amdal; dan
d. kesesuaian muatan Andal dan RKL-RPL dengan
muatan yang tercantum di dalam pedoman
penyusunan Andal dan RKL-RPL.
(4) Penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan melalui:
a. uji tahap proyek;
b. uji kualitas dokumen Andal dan RKL-RPL; dan
c. telahaan terhadap kriteria kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
(5) Penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara mandiri dan
melalui:
a. rapat tim teknis; dan
b. rapat KPA.
-23-

(6) Rapat tim teknis dan rapat KPA sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) dapat dilakukan terpisah atau dengan cara
digabungkan.

Pasal 24
(1) Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, KPA
menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan
RKL-RPL kepada Menteri, gubernur atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
(3) Dalam hal rapat KPA menyatakan bahwa Andal dan RKL-
RPL perlu diperbaiki, KPA mengembalikan Andal dan
RKL-RPL kepada Pelaku Usaha untuk diperbaiki.

Pasal 25
(1) Pelaku Usaha melakukan perbaikan Andal dan RKL-RPL
berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3).
(2) Pelaku Usaha menyampaikan kembali perbaikan Andal
dan RKL-RPL sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22.
(3) Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang telah diperbaiki
dan disampaikan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), KPA melakukan penilaian akhir
terhadap Andal dan RKL-RPL.
(4) KPA menyampaikan hasil penilaian akhir berupa
rekomendasi hasil penilaian akhir kepada Menteri,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
-24-

Pasal 26
(1) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 25 ayat
(3) dilakukan paling lama 50 (lima puluh) hari kerja sejak
dokumen Andal dinyatakan lengkap secara administrasi.
(2) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk jangka
waktu perbaikan Andal dan RKL-RPL oleh Pelaku Usaha
dan penilaian akhir Andal dan RKL-RPL oleh KPA.
(3) Jangka waktu waktu penyampaikan rekomendasi hasil
penilai atau hasil penilaian akhir Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan
Pasal 25 ayat (4) dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja
setelah setelah dilakukannya penilaian Andal dan RKL-
RPL.

Pasal 27
(1) Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau rekomendasi hasil
penilaian akhir dari KPA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (4), Menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota menetapkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup, jika
rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak
lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, jika
jika rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan
tidak layak lingkungan hidup.
(2) Keputusan kelayakan lingkungan hidup yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan:
a. pemenuhan komitmen Izin Lingkungan;
b. bagian yang tidak terpisahkan dari Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS; dan
-25-

c. persyaratan dan kewajiban rinci terkait dengan


aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dari Izin Lingkungan yang telah diterbitkan
oleh Lembaga OSS.
(3) Keputusan kelayakan lingkungan hidup atau keputusan
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan kriteria:
a. kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait dengan
pemanfaatan ruang;
b. kesesuaian rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
c. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu
kepentingan kepentingan pertahanan keamanan;
d. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat
penting dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial,
ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap pra konstruksi, konstruksi,
operasi, dan pasca operasi usaha dan/atau
kegiatan;
e. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh
dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang
saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang
bersifat positif dengan yang bersifat negatif;
f. kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait
yang bertanggung jawab dalam menanggulangi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan;
-26-

g. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu


nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic
view);
h. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological
importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific
importance);
i. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan; dan/atau
j. tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud.
(4) Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat:
a. dasar ditetapkannya keputusan kelayakan
lingkungan hidup, berupa rekomendasi hasil
penilaian Andal dan RKL-RPL dari KPA;
b. identitas Pelaku Usaha sesuai dengan identitas
Pelaku Usaha yang tertulis dalam Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS, meliputi:
1. nama usaha dan/atau kegiatan;
2. jenis usaha dan/atau kegiatan;
3. nama jabatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan;
4. alamat kantor; dan
5. lokasi kegiatan;
-27-

c. deskripsi dan lokasi rencana usaha dan/atau


kegiatan yang akan dilakukan, baik kegiatan utama
maupun kegiatan pendukung;
d. persyaratan Pelaku Usaha, terdiri atas:
1. persyaratan sebagaimana tercantum dalam
RKL-RPL;
2. persyaratan rinci atau memperoleh persyaratan
rinci terkait dengan aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan
atau relevan antara lain terkait dengan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3), pengolahan dan pembuangan air
limbah ke sungai dan laut, pemanfaatan air
limbah untuk aplikasi ke tanah, pengendalian
pencemaran udara; dan
3. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan kepentingan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
e. kewajiban Pelaku Usaha, terdiri atas:
1. memenuhi persyaratan, standar, dan baku
mutu lingkungan dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan sesuai dengan RKL-RPL
dan peraturan perundang-undangan;
2. menyampaikan laporan pelaksanaan
persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
keputusan kelayakan lingkungan hidup selama
6 (enam) bulan sekali;
3. mengajukan permohonan perubahan Izin
Lingkungan apabila direncanakan untuk
melakukan perubahan Usaha dan/atau
Kegiatannya; dan
-28-

4. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri,


gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan kepentingan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
f. hal-hal lain, meliputi:
1. pernyataan yang menyatakan bahwa Pelaku
Usaha dapat dikenakan sanksi administratif
apabila ditemukan pelanggaran tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
2. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin
Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila di
kemudian hari ditemukan pelanggaran
tercantum dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. pernyataan yang menyatakan bahwa Pelaku
Usaha wajib memberikan akses kepada pejabat
pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan
tercantum dalam Pasal 74 Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. masa berlaku keputusan kelayakan lingkungan
hidup, yang menjelaskan bahwa keputusan
kelayakan lingkungan hidup ini berlaku selama
Usaha dan/atau Kegiatan berlangsung
sepanjang tidak ada perubahan atas Usaha
dan/atau Kegiatan dimaksud; dan
g. tanggal penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup.
-29-

(5) Keputusan ketidaklayakan kelayakan lingkungan hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling
sedikit memuat:
a. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak yang
akan dilakukan oleh Pelaku Usaha dan pihak lain;
d. pernyataan penetapan ketidaklayakan lingkungan;
e. dasar pertimbangan ketidaklayakan lingkungan;
f. pernyataan kegagalan pemenuhan komitmen Izin
Lingkungan dan penyataan bahwa Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS batal; dan
g. tanggal penetapan keputusan ketidaklayakan
lingkungan hidup.

Pasal 28
Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dilakukan paling lama 5
(lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi
hasil penilaian atau penilaian akhir dari KPA melalui ketua
KPA.

Pasal 29
Tata laksana penilaian Andal dan RKL-RPL, penyampaian
rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dan
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 28 secara lebih rinci
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-30-

Bagian Keenam
Kelembagaan dan Kewenangan KPA

Pasal 30
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 22
dibentuk oleh Menteri, gubernur atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Kelembagaan dan kewenangan KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur lisensi KPA dan
pembentukan susunan keanggotaan dan tugas KPA
beserta sekretariat dan tim teknis serta kewenangan
penilaian Amdal.

BAB III
PENYUSUNAN DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL SERTA
PENETAPAN PERSETUJUAN REKOMENDASI UKL-UPL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 31
(1) Pelaku Usaha yang wajib memiliki UKL-UPL wajib
memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah
diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan melengkapi UKL-
UPL.
(2) UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun:
a. pada tahap perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. dalam satu UKL-UPL, dalam hal kegiatan-kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam satu kesatuan
tapak proyek; dan/atau
c. dalam beberapa UKL-UPL, dalam hal kegiatan-
kegiatan yang direncanakan berlokasi di dalam
tapak proyek yang terpisah-pisah satu sama lain.
-31-

(3) UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengintegrasikan mencakup:
a. persyaratan dan kewajiban perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang relevan antara
lain Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3), Pembuangan Air Limbah ke Laut,
Pembuangan Air Limbah ke Sumber Air,
Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi ke Tanah,
dan Pengendalian Pencemaran Udara; dan
b. hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
(6) Untuk dapat melengkapi UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan tata waktu yang
telah ditentukan, Pelaku Usaha wajib memiliki data dan
informasi lengkap yang diperlukan untuk penyusunan
UKL-UPL sebelum mengajukan permohonan Izin Usaha
berdasarkan komitmen ke Lembaga OSS.
(7) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
mencakup:
a. arahan hasil penapisan dari instansi lingkungan
hidup sesuai dengan kewenangannya;
b. deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan; dan
c. kondisi lingkungan di dalam dan di sekitar lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan.

Pasal 32
(1) UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
dilengkapi melalui tahapan:
a. pengisian dan pengajuan formulir UKL-UPL; dan
b. pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL.
-32-

(2) Jangka waktu pengisian dan pengajuan UKL-UPL


dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
(3) Jangka waktu pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dilakukan paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak UKL-UPL disampaikan oleh
Pelaku Usaha kepada Menteri, gubernur atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya dan dinyatakan
lengkap.
(4) Dalam hal terjadi perbaikan UKL-UPL, jangka waktu
Pelaku Usaha melakukan perbaikan UKL-UPL dan
menyampaikan perbaikan UKL-UPL kepada Menteri,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melalui sistem OSS dilakukan paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya hasil
perbaikan UKL-UPL.
(5) Instansi lingkungan hidup melakukan pengawasan
terhadap pemenuhan komitmen Pelaku Usaha untuk
melengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(6) Dalam hal Pelaku Usaha tidak dapat memenuhi
komitmen untuk melengkapi UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Instansi lingkungan hidup
menyampaikan notifikasi kegagalan pemenuhan
komitmen kepada Lembaga OSS.

Bagian Kedua
Pengisian dan Pengajuan Formulir UKL-UPL

Pasal 33
(1) Pengisian formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara
mengisi:
-33-

a. formulir identitas Pelaku Usaha;


b. formulir deskripsi rinci rencana usaha dan/atau
kegiatan;
c. matrik dampak lingkungan yang akan terjadi;
d. program pengelolaan serta pemantauan lingkungan;
e. formulir pernyataan komitmen pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
formulir UKL-UPL;
f. daftar Pustaka; dan
g. lampiran.
(2) Pengisian formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan pedoman pengisian
formulir UKL-UPL tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(3) Formulir UKL-UPL spesifik dari setiap jenis kegiatan di
masing-masing sektor ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan pedoman pengisian formulir UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapat
pertimbangan dari menteri atau pimpinan lembaga
pembina sektor bidang usaha dan/atau kegiatan terkait.

Pasal 34
Pelaku Usaha mengajukan formulir UKL-UPL yang telah diisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 kepada:
a. Menteri, untuk usaha dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah daerah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang sedang
dalam sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan negara lain;
-34-

b. gubernur, untuk usaha dan/atau kegiatan yang


berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah daerah kabupaten/kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi;
2. di lintas daerah kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan; atau
c. bupati/wali kota, apabila usaha dan/atau kegiatan
berlokasi pada 1 (satu) wilayah daerah kabupaten/kota.

Bagian Ketiga
Pemeriksaan UKL-UPL dan Penetapan Persetujuan
Rekomendasi UKL-UPL

Pasal 35
(1) Formulir UKL-UPL yang telah diajukan oleh Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diperiksa
oleh Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Pelaksanaan kewenangan pemeriksaan UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. pejabat yang ditujuk oleh Menteri, untuk Usaha
dan/atau Kegiatan wajib UKL-UPL yang merupakan
kewenangan Menteri;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
untuk Usaha dan/atau Kegiatan wajib UKL-UPL
yang merupakan kewenangan gubernur; atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota, untuk Usaha dan/atau Kegiatan
wajib UKL-UPL yang merupakan kewenangan
bupati/wali kota.
(3) Pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan tahapan:
a. pemeriksaan secara administratif; dan
b. pemeriksaan subtansi teknis UKL-UPL.
-35-

(4) Pemeriksaan UKL-UPL secara administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf a mencakup pemeriksaan:
a. kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang; dan
b. kesesuian isian formulir UKL-UPL dengan pedoman
pengisian formulir UKL-UPL.
(5) Pemeriksaan subtansi teknis UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan terhadap
pemenuhan kriteria persetujuan UKL-UPL.
(6) Pemeriksaan subtansi teknis UKL-UPL dimaksud pada
ayat (5) dilakukan secara mandiri dan melalui rapat
koordinasi pemeriksaan UKL-UPL.
(7) Pemeriksaan substansi teknis UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dilakukan oleh instansi
lingkungan hidup dengan melibatkan:
a. instansi yang membidangi rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang bersangkutan;
b. instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintah
di bidang penataan ruang; dan
c. pelaku usaha.

Pasal 36
(1) Dalam hal hasil pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 tidak terdapat perbaikan UKL-
UPL, Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 terdapat perbaikan UKL-UPL,
Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
-36-

(3) Pelaku usaha wajib melakukan perbaikan UKL-UPL dan


menyampaikan kembali kepada Menteri, gubernur atau
bupati/wali kota sesuai kewenangannya melalui sistem
OSS paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya
hasil pemeriksaan UKL-UPL.
(4) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL yang disampaikan oleh
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menetapkan persetujuan rekomendasi
UKL-UPL.
(5) Pelaksanaan kewenangan penetapan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (4) dilakukan oleh:
a. pejabat yang di tunjuk oleh Menteri, untuk usaha
dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL yang merupakan
kewenangan Menteri;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
untuk usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL
yang merupakan kewenangan gubernur; atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota, untuk usaha dan/atau kegiatan
wajib UKL-UPL yang merupakan kewenangan
bupati/wali kota.

Pasal 37
Persetujuan rekomendasi UKL-UPL yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 merupakan:
a. pemenuhan komitmen Izin Lingkungan;
b. bagian yang tidak terpisahkan dari Izin Lingkungan yang
telah diterbitkan oleh Lembaga OSS; dan
c. persyaratan dan kewajiban rinci terkait dengan aspek
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dari Izin
Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS.
-37-

Pasal 38
(1) Pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dan Pasal 36 paling sedikit wajib
mempertimbangkan kriteria:
a. kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait dengan
pemanfaatan ruang;
b. kesesuaian rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
c. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu
kepentingan kepentingan pertahanan keamanan;
d. kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait
yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan;
e. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu
nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic
view);
f. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological
importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific
importance).
-38-

g. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak


menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan; dan/atau
h. tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud.
(2) Persetujuan rekomendasi UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, paling sedikit memuat:
a. dasar ditetapkannya persetujuan rekomendasi UKL-
UPL lingkungan hidup, berupa berupa rekomendasi
hasil pemeriksaan UKL-UPL;
b. identitas Pelaku Usaha sesuai dengan identitas
Pelaku Usaha yang tertulis dalam Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS, meliputi:
1. nama usaha dan/atau kegiatan;
2. jenis usaha dan/atau kegiatan;
3. nama jabatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan
4. alamat kantor; dan
5. lokasi kegiatan;
c. deskripsi dan lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dilakukan, baik kegiatan utama
maupun kegiatan pendukung;
d. persyaratan Pelaku Usaha, terdiri atas:
1. persyaratan sebagaimana tercantum dalam
UKL-UPL;
2. persyaratan rinci atau memperoleh persyaratan
rinci terkait dengan aspek perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan
atau relevan antara lain terkait dengan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3), Pengolahan dan Pembuangan
Air Limbah ke Sungai dan Laut, Pemanfaatan
-39-

Air Limbah Untuk Aplikasi ke Tanah,


Pengendalian Pencemaran Udara; dan
3. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan kepentingan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
e. kewajiban Pelaku Usaha, terdiri atas:
1. memenuhi persyaratan, standar, dan baku
mutu lingkungan dan/atau kriteria baku
kerusakan lingkungan sesuai dengan UKL-UPL
dan peraturan perundang-undangan;
2. menyampaikan laporan pelaksanaan
persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
rekomendasi persetujuan UKL-UPL selama 6
(enam) bulan sekali;
3. mengajukan permohonan perubahan Izin
Lingkungan apabila direncanakan untuk
melakukan perubahan Usaha dan/atau
Kegiatannya; dan
4. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
f. hal-hal lain, meliputi:
1. pernyataan yang menyatakan bahwa Pelaku
Usaha dapat dikenakan sanksi administratif
apabila ditemukan pelanggaran tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
2. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin
Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila di
kemudian hari ditemukan pelanggaran
tercantum dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-
Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
-40-

3. pernyataan yang menyatakan bahwa Pelaku


Usaha wajib memberikan akses kepada pejabat
pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan
tercantum dalam Pasal 74 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. masa berlaku rekomendasi persetujuan UKL-
UPL, yang menjelaskan bahwa rekomendasi
persetujuan UKL-UPL ini berlaku selama usaha
dan/atau kegiatan berlangsung sepanjang tidak
ada perubahan atas usaha dan/atau kegiatan
dimaksud; dan
g. tanggal penetapan persetujuan rekomendasi UKL-
UPL.

BAB IV
PENGISIAN DAN VERIFIKASI SERTA PENDAFTARAN SPPL

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 39
(1) Terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang merupakan
usaha mikro dan kecil dan Usaha dan/atau Kegiatan
yang tidak wajib memiliki Amdal dan UKL-UPL, Pelaku
Usaha wajib memiliki SPPL.
(2) SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki
melalui tahapan sebagai berikut:
a. pengisian dan pengajuan SPPL; dan
b. verifikasi dan pendaftaran SPPL.
-41-

Bagian Kedua
Pengisian dan pengajuan SPPL

Pasal 40
(1) Pengisian SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf a dilakukan dengan cara mengisi:
a. identitas Pelaku Usaha;
b. informasi singkat terkait dengan Usaha dan/atau
Kegiatan;
c. keterangan singkat mengenai dampak lingkungan
yang akan terjadi dan pengelolaan serta pemantauan
lingkungan hidup yang akan dilakukan;
d. pernyataan kesanggupan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; dan
e. tanda tangan Pelaku Usaha di atas kertas
bermaterai cukup.
(2) Pengisian SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan format SPPL tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 41
(1) Pelaku Usaha menyampaikan SPPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 kepada:
a. Instansi lingkungan hidup pusat, untuk usaha
dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang
sedang dalam sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan negara lain;
-42-

b. Instansi lingkungan hidup provinsi, untuk usaha


dan/atau kegiatan yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi;
2. di lintas daerah kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil
dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan; atau
c. Instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota,
untuk usaha dan/atau kegiatan berlokasi pada 1
(satu) wilayah daerah kabupaten/kota.
(2) Terhadap SPPL yang telah disampaikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), instansi lingkungan hidup
sesuai dengan kewenangannya:
a. memberikan tanda terima permohonan verifikasi
dan pendaftaran SPPL yang menyatakan bahwa
SPPL yang diajukan telah lengkap dan benar, jika
Usaha dan/atau Kegiatan merupakan Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki SPPL; atau
b. menolak SPPL jika usaha dan/atau kegiatan
merupakan usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki
Amdal atau UKL-UPL.

Bagian Ketiga
Verifikasi dan Pendaftaran SPPL

Pasal 42
(1) Berdasarkan SPPL yang dinyatakan lengkap dan benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a,
instansi lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya
melakukan verifikasi SPPL.
(2) Berdasarkan hasil verifikasi SPPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), instansi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya memberikan tanda bukti pendaftaran
SPPL.
-43-

(3) Tanda bukti pendaftaran SPPL sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) mencantumkan nomor pendaftaran dan
tanggal penerimaan SPPL;
(4) Verifikasi SPPL dan pemberian tanda bukti pendaftaran
SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan oleh pejabat atau staf teknis instansi
lingkungan hidup yang memiliki pengetahuan, keahlian
dan pengalaman dalam melakukan penilaian dan/atau
pemeriksaan dokumen lingkungan hidup;
(5) Jangka waktu verifikasi dan pemberian tanda bukti
pendaftaran SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja
sejak SPPL yang diterima dinyatakan lengkap dan benar
oleh instansi lingkungan hidup.

BAB V
PENYUSUNAN, PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN
LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERUBAHAN KEPUTUSAN
KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PERUBAHAN
REKOMENDASI UKL-UPL UNTUK
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

Bagian Kesatu
Jenis dan Kriteria Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan

Pasal 43
(1) Pelaku Usaha wajib mengajukan permohonan perubahan
Izin Lingkungan, apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang
telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan.
(2) Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup yang memenuhi kriteria:
-44-

1. perubahan dalam penggunaan alat-alat


produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;
3. perubahan spesifikasi teknik yang
mempengaruhi lingkungan;
4. perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan Usaha
dan/atau Kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
7. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan
yang belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;
8. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah
yang ditujukan dalam rangka peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan/atau
9. terjadi perubahan lingkungan hidup yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau
karena akibat lain, sebelum dan pada waktu
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan.
d. terdapat perubahan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian analisis
risiko lingkungan hidup dan/atau audit lingkungan
hidup yang diwajibkan;
e. tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan; dan/atau
f. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang
tidak berpengaruh terhadap lingkungan hidup, yang
mencakup:
1. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan karena
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan
pemisahan dan/atau penggabungan baik
sebagian atau seluruhnya;
-45-

2. perubahan nama penanggung jawab Usaha


dan/atau Kegiatan;
3. perubahan nama kegiatan tanpa mengubah
jenis kegiatan;
4. perubahan wilayah administrasi pemerintahan;
dan/atau
5. penciutan/pengurangan kegiatan dan/atau
luas areal Usaha dan/atau Kegiatan.
(3) Perubahan nama penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f
angka 2, berlaku bagi Usaha dan/atau Kegiatan
perseorangan.
(4) Jenis dan kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
yang dapat menyebabkan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua
Proses Penapisan Perubahan Izin Lingkungan

Pasal 44
(1) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan telah memperoleh
Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,
Pelaku Usaha mengajukan permohonan arahan
perubahan Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur
atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya
sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada lembaga OSS.
(2) Pengajuan permohonan arahan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan penyajian informasi lingkungan.
(3) Format penyajian informasi lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
-46-

Pasal 45
(1) Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi terhadap
permohonan arahan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menugaskan:
a. pejabat instansi lingkungan hidup pusat;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Pelaksanaan evaluasi oleh pejabat lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf c dapat dilakukan dengan melibatkan:
a. tim teknis; dan/atau
b. tenaga ahli/pakar.
(4) Pejabat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sesuai dengan kewenangannya memberikan
arahan tindak lanjut perubahan Izin Lingkungan kepada
pemegang Izin Lingkungan.
(5) Arahan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) huruf b yang berpengaruh terhadap
lingkungan, huruf c sampai dengan huruf e,
perubahan Izin Lingkungan dilakukan melalui
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL; atau
b. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) huruf a dan huruf b yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan dan huruf f,
-47-

perubahan Izin Lingkungan dilakukan tanpa melalui


perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL.

Pasal 46
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf a dilakukan
melalui:
a. penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal; atau
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan
RKL-RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal.
(2) Penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik (DPH) baru yang belum dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya; dan/atau
b. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi mengubah batas wilayah studi.
(3) Penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan apabila perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik (DPH) baru atau jenis dampak penting
hipotetik yang timbul akibat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sudah dilingkup dalam dokumen
Amdal sebelumnya; dan/atau
-48-

b. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak


berpotensi mengubah batas wilayah studi.

Pasal 47
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (5) huruf a dilakukan melalui penyusunan
dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan termasuk dalam skala besaran jenis
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
UKL-UPL.
(3) Dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL menyebabkan skala/besaran
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut termasuk dalam
kriteria wajib memiliki Amdal sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal,
perubahan Izin Lingkungan dilakukan melalui
penyusunan dan penilaian Amdal baru.

Pasal 48
(1) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (5) huruf b dilakukan tanpa melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL
RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
-49-

a. penyampaian dan pemeriksaan perubahan


kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya; atau
b. penyusunan dan penilaian laporan perubahan
pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup.

Bagian Ketiga
Perubahan Izin Lingkungan Melalui Perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Perubahan Persetujuan
Rekomendasi UKL-UPL

Pasal 49
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan melalui perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf a,
Pasal 46 dan Pasal 47, Pelaku Usaha mengajukan
permohonan perubahan Izin Lingkungan kepada
Lembaga OSS.
(2) Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan
kepada Pelaku Usaha berdasarkan komitmen.
(3) Pelaku Usaha wajib memenuhi komitmen perubahan Izin
Lingkungan yang telah diterbitkan oleh lembaga OSS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian dokumen addendum
Andal dan RKL-RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(4) Pelaksanaan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan baru
dapat dilakukan, setelah pelaku Usaha telah melakukan
pemenuhan komitmen perubahan Izin Lingkungan.

Pasal 50
Penyusunan dan penilaian Amdal baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf a dilakukan
berdasarkan ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 30.
-50-

Pasal 51
(1) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. addendum Andal dan RKL-RPL tipe A;
b. addendum Andal dan RKL-RPL tipe B; dan
c. addendum Andal dan RKL-RPL tipe C.
(2) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan pemilihan DPH yang
sesuai dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan;
e. prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan;
f. RKL-RPL;
g. daftar pustaka; dan
h. lampiran.
(3) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi
komponen lingkungan yang terkena dampak;
e. RKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
(4) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe C
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. RKL-RPL;
d. daftar pustaka; dan
e. lampiran
-51-

Pasal 52
(1) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 dilakukan dengan tahapan:
a. penerimaan dan penilaian permohonan addendum
Andal dan RKL-RPL secara administratif;
b. penilaian addendum Andal dan RKL-RPL secara
teknis;
c. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup berdasarkan addendum Andal dan RKL-RPL;
dan
d. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
(2) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kewenangan penilaian Amdal sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(3) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. tim teknis dan KPA untuk addendum Andal dan
RKL-RPL tipe A;
b. tim teknis untuk addendum Andal dan RKL-RPL tipe
B; atau
c. instansi lingkungan hidup untuk addendum Andal
dan RKL-RPL tipe C.
(4) Jangka waktu penilaian addendum Andal dan RKL-RPL
sampai dengan disampaikannya hasil rekomendasi
penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lama:
a. 55 (lima puluh lima) hari kerja terhitung sejak
addendum Andal dan RKL-RPL tipe A diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi;
b. 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B diterima dan dinyatakan
lengkap secara administrasi; dan
-52-

c. 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak


addendum Andal dan RKL-RPL tipe C diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi.

Pasal 53
(1) Berdasarkan hasil penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1),
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menerbitkan:
a. perubahan keputusan kelayakan lingkungan hidup,
jika perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan layak lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan, jika
perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Jangka waktu penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian kelayakan
lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

Pasal 54
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penyusunan
dan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara lebih rinci
tercantum di dalam Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 55
Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf c dilakukan
berdasarkan ketentuan Pasal 31 sampai dengan Pasal 39.
-53-

Bagian Keempat
Perubahan Izin Lingkungan Tanpa Melalui Perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan Perubahan
Rekomendasi UKL-UPL

Pasal 56
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan tanpa melalui perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf b
dan Pasal 49, Pelaku Usaha wajib:
a. menyiapkan dokumen dan/atau berkas-berkas
terkait dengan perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan;
b. memiliki dokumen dan/atau berkas-berkas terkait
dengan perubahan Usaha dan/atau kegiatan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-
undangan; dan/atau
c. memiliki laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang telah disetujui
oleh instansi lingkungan hidup.
(2) Dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas yang terkait
dengan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke Lembaga OSS
bersamaan dengan pengajuan permohonan perubahan
Izin Lingkungan.
(3) Berdasarkan pengajuan permohonan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan.
-54-

BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
PENATALAKSANAAN AMDAL, ADENDUM ANDAL
DAN RKL-RPL, UKL-UPL DAN SPPL

Pasal 57
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan pembinaan
penatalaksanaan Amdal, Adendum Andal dan RKL-RPL,
UKL-UPL dan SPPL terhadap:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
pembinaan penatalaksanaan Amdal, Adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL kepada instansi lingkungan
hidup daerah kabupaten/kota.
(3) Instansi lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan
hidup daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan penatalaksanaan Amdal,
Adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL
kepada:
a. pelaku usaha;
b. lembaga penyedia jasa penyusun Amdal; dan/atau
c. penyusun dokumen Amdal, Adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) dilakukan dalam bentuk:
a. bimbingan teknis;
b. penyedian informasi yang relevan dan mutakhir
terkait Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-
UPL dan SPPL; dan/atau
c. penyedian panduan teknis yang memuat tatacara
dan penjelasan teknis Amdal, adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL.
-55-

Pasal 58
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan evaluasi
kinerja terhadap penatalaksanaan Amdal, Adendum
Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL yang dilakukan
oleh:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
evaluasi kinerja terhadap penatalaksanaan Amdal,
Adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL yang
dilakukan oleh instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria
terkait dengan penatalaksanaan Amdal, Adendum
Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal daerah provinsi dan
daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
Amdal dan Adendum Andal dan RKL-RPL untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal;
c. kinerja instansi lingkungan hidup daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
UKL-UPL dan SPPL untuk usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL; dan
d. kinerja penyusun dokumen Amdal, UKL-UPL dan
SPPL.
(4) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu.
(5) Mekanisme dan tindak lanjut evaluasi kinerja dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri mengenai pembinaan dan evaluasi kinerja Komisi
Penilai Amdal dan pemeriksa UKL-UPL daerah.
-56-

BAB VII
SISTEM INFORMASI DOKUMEN LINGKUNGAN DAN
IZIN LINGKUNGAN

Pasal 59
(1) Proses permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan,
penyusunan dokumen Amdal, adendum Andal dan RKL-
RPL serta UKL-UPL dilakukan melalui sistem OSS.
(2) Menteri membangun dan mengembangkan sistem
informasi dokumen lingkungan dan Izin Lingkungan
untuk mendukung pelaksanaan sistem OSS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Menteri, gubernur atau bupati/wali kota mengoperasikan
dan memelihara sistem informasi dokumen lingkungan
dan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
(4) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) terintegrasi dengan:
a. sistem informasi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
b. sistem OSS; dan
c. sistem pelayanan terpadu di pusat dan daerah.
(5) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan dalam pelaksanaan proses penyusunan dan
penilaian dokumen Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL
serta pemeriksaan UKL-UPL di Pusat dan daerah.
(6) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup:
a. sistem pelayanan publik sekretariat KPA dan
dokumen lingkungan hidup;
b. sistem penilaian dokumen lingkungan hidup; dan
c. sistem pelaporan Izin Lingkungan.
-57-

Pasal 60
Sistem pelayanan publik sekretariat KPA dan dokumen
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(6) huruf a berisi data dan informasi terkait dengan:
a. administrasi proses penilaian Amdal, adendum Andal dan
RKL-RPL dan pemeriksaan UKL UPL;
b. metodologi dan pedoman teknis dokumen lingkungan;
c. para pihak yang terkait dengan proses Amdal, adendum
Andal dan RKL-RPL dan pemeriksaan UKL UPL, antara
lain KPA, lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen
Amdal (LPJP), penyusun Amdal perorangan dan lembaga
sertifikasi profesi (LSP) penyusunan Amdal; dan
d. peta interaktif sistem informasi dokumen lingkungan.

Pasal 61
(1) Sistem penilaian dokumen lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (6) huruf b
berisi:
a. data dan informasi non spasial; dan
b. data dan informasi spasial
yang digunakan dalam proses penilaian AMDAL,
adendum Andal dan RKL-RPL serta pemeriksaan UKL
UPL.
(2) Data dan informasi non spasial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. identitas pelaku usaha;
b. deskripsi rencana kegiatan beserta tahapan
kegiatannya yang meliputi tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi;
c. data komponen lingkungan rona awal;
d. data peran serta masyarakat;
e. metode studi Amdal;
f. proses pelingkupan;
g. proses dan hasil perhitungan besaran prakiraan
dampak dan sifat penting dampak;
h. proses dan hasil evaluasi dampak secara holistik;
-58-

i. rencana pengelolaan lingkungan hidup; dan


j. rencana pemantauan lingkungan hidup.
(3) Data dan informasi spasial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. peta tapak proyek;
b. peta batas wilayah studi;
c. peta pengelolaan dan pemantauan lingkungan; dan
d. peta lain yang relevan.
(4) Data dan informasi spasial sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan data dan informasi dalam format
shapefile dengan Sistem Koordinat Geografis
(geoprojected).

Pasal 62
(1) Sistem pelaporan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (6) huruf c mencakup:
a. pelaporan pelaksanaan izin lingkungan;
b. pelaporan pelaksanaan penilaian Amdal;
c. pelaporan pelaksanaan pemeriksaan UKL UPL; dan
d. pelaporan pelaksanaan penyusunan Amdal.
(2) Sistem pelaporan pelaksanaan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berisi data
dan informasi laporan pelaksanaan komitmen RKL RPL
dan UKL-UPL, yang sekurang-kurangnya mencakup
pelaksanaan:
a. pengelolaan dan pemantauan kualitas air;
b. pengelolaan dan pemantauan kualitas udara;
c. Pengelolaan limbah B3;
d. pengelolaan dan pemantauankerusakan lingkungan;
dan
e. komitmen lain yang tercantum dalam RKL RPL dan
UKL-UPL.
-59-

(3) Sistem pelaporan pelaksanaan izin lingkungan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat data dan
informasi terkait dengan:
a. analisa kecenderungan dampak lingkungan;
b. analisis tingkat kritis dampak lingkungan; dan
c. analisis tingkat ketaatan dampak lingkungan.
(4) Sistem pelaporan pelaksanaan penilaian Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berisi data
dan informasi kinerja KPA daerah, mencakup:
a. identitas anggota KPA;
b. identitas anggota tim teknis;
c. jumlah dokumen Amdal yang dinilai;
d. jumlah keputusan kelayakan lingkungan hidup dan
ketidaklayakan lingkungan hidup yang diterbitkan;
e. kualitas dokumen Amdal yang dinilai; dan
f. status pemenuhan persyaratan lisensi KPA.
(5) Sistem pelaporan pelaksanaan pemeriksaan UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berisi data
dan informasi kinerja pemeriksa UKL-UPL daerah antara
lain terkait dengan:
a. tata cara pelaksanaan pemeriksaan;
b. jumlah UKL-UPL yang diperiksa;
c. identitas tim pemeriksa UKL UPL; dan
d. jumlah rekomendasi persetujuan UKL-UPL yang
diterbitkan.
(6) Sistem pelaporan pelaksanaan penyusunan AMDAL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berisi data
dan informasi antara lain terkait dengan:
a. identitas penyusun dokumen amdal bersertifikat
kompetensi;
b. identitas lembaga penyedia jasa penyusunan (LPJP)
Amdal teregistrasi;
c. identitas Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Amdal;
d. nomor dan masa berlaku sertifikat kompetensi;
e. jumlah dan identitas dokumen Amdal yang disusun
dalam periode tertentu;
-60-

f. keanggotaan penyusunan Amdal perorangan


bersertifikat kompetensi terhadap LPJP tertentu; dan
g. kualitas dokumen amdal yang disusun.

BAB VIII
PENDANAAN

Pasal 63
(1) Dana kegiatan:
a. penilaian Amdal, Adendum Andal dan RKL-RP yang
dilakukan oleh KPA, tim teknis dan sekretariat KPA;
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi
lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan hidup
daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota;
c. pembinaan dan evaluasi kinerja penatalaksanaan
Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan
SPPL yang dilakukan oleh Instansi Lingkungan
Hidup Pusat, Instansi Lingkungan Hidup daerah
Provinsi, atau Instansi Lingkungan Hidup daerah
Kabupaten/Kota;
d. pembangunan, pengembangan, pengoperasian dan
pemeliharaan sistem informasi dokumen lingkungan
dan izin lingkungan yang dilakukan oleh instansi
lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan hidup
daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota;
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dana kegiatan untuk penilaian Amdal, Adendum Andal
dan RKL-RPL dan UKL-UPL yang dialokasikan dari APBN
atau APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup:
-61-

a. biaya administrasi persuratan antara lain:


1. penggandaan surat undangan;
2. pengiriman dokumen Amdal atau formulir
UKLUPL;
3. pengiriman surat undangan; dan
4. pengiriman surat keputusan;
b. biaya pengecekan kebenaran atau kesesuaian atas
hasil perbaikan dokumen Amdal oleh sekretariat dan
tim teknis dan formulir UKL-UPL oleh instansi
lingkungan hidup;
c. administrasi penerbitan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan; dan
d. administrasi penerbitan rekomendasi UKL-UPL.
(3) Dana kegiatan untuk penilaian Amdal, Adendum Andal
dan RKL-RPL, dan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dibebankan kepada Pelaku Usaha sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jasa penilaian dokumen Amdal, Adendum Andal dan
RKL-RPL, dan pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan
oleh KPA dan tim teknis dibebankan kepada Pelaku
Usaha sesuai dengan standar biaya umum (SBU)
nasional atau daerah yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 64
(1) Jasa penilaian untuk dokumen Amdal dan Adendum
Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (4), mencakup komponen biaya untuk penilaian
Amdal, Adendum Andal dan RKL-RPL dan penetapan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup yang meliputi:
a. honorarium:
1. KPA, yang meliputi ketua, sekretaris, dan
anggota;
2. tim teknis; dan
3. anggota sekretariat;
-62-

b. penggandaan dokumen Amdal atau adendum Andal


dan RKL-RPL dalam kegiatan;
c. persiapan rapat tim teknis dan rapat KPA;
d. pelaksanaan rapat tim teknis dan Rapat KPA, yang
meliputi:
1. biaya penyelenggaraan rapat;
2. biaya transportasi lokal peserta rapat tim teknis
dan rapat KPA serta anggota sekretariat;
3. biaya transportasi peserta rapat tim teknis dan
rapat KPA serta anggota sekretariat KPA dari
luar kota ke lokasi dilaksanakannya rapat;
4. biaya akomodasi peserta rapat tim teknis dan
rapat KPA serta sekretariat KPA dari luar kota
ke lokasi dilaksanakannya rapat; dan
5. uang harian peserta rapat tim teknis dan rapat
KPA;
e. penggandaan dokumen Amdal atau Adendum Andal
dan RKL-RPL final pada tahap pasca rapat tim
teknis dan rapat KPA.
(2) Dana jasa pemeriksaan formulir UKL-UPL dan penetapan
persetujuan Rekomendasi UKL-UPL, mencakup
komponen biaya untuk pemeriksaan formulir UKL-UPL
dan penetapan persetujuan Rekomendasi UKL-UPL yang
meliputi:
a. honorarium pemeriksa UKL-UPL;
b. penggandaan formulir UKL-UPL pada tahap
persiapan rapat koordinasi pemeriksaan UKL-UPL:
c. pelaksanaan rapat koordinasi pemeriksaan UKL-
UPL, jika diperlukan koordinasi antara lain:
1. biaya penyelenggaraan rapat;
2. biaya transportasi lokal peserta rapat;
3. biaya transportasi peserta rapat dari luar kota
4. lokasi dilaksanakannya rapat;
5. biaya akomodasi peserta rapat dari luar kota
lokasi dilaksanakannya rapat; dan
6. uang harian peserta rapat;
-63-

d. penggandaan formulir UKL-UPL yang telah disetujui


pada tahap pasca pemeriksaan formulir UKL-UPL.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65
(1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini maka:
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup;
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan dan Izin Lingkungan;
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk ke dalam sistem OSS dan tidak tercantum di
dalam lampiran peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-64-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SITI NURBAYA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 930

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM,

ttd

KRISNA RYA
- 65 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMULIR KERANGKA ACUAN (KA)

A. Tujuan dan fungsi formulir KA


1. Tujuan penyusunan formulir KA adalah:
a. merumuskan lingkup dan kedalaman studi Andal;
b. mengarahkan studi Andal agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.
2. Fungsi formulir KA adalah:
a. sebagai rujukan penting bagi pelaku usaha, penyusun dokumen
Amdal, instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau
kegiatan, dan instansi lingkungan hidup, serta tim teknis Komisi
Penilai Amdal tentang lingkup dan kedalaman studi Andal yang
akan dilakukan;
b. sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen Andal
untuk mengevaluasi hasil studi Andal.
B. Muatan formulir KA
1. Informasi Umum
Informasi umum formulir KA berisikan antara lain:
a. Nama kegiatan, pada bagian ini dicantumkan nama rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan.
b. Pelaku usaha, pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat
lengkap instansi/perusahaan sebagai pelaku usaha dan/atau
kegiatan, serta nama dan alamat lengkap penanggung jawab
rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Penyusun dokumen, pada bagian ini dicantumkan penyusun
dokumen amdal yang terdiri dari tim penyusun dokumen amdal,
tenaga ahli dan asisten penyusun dokumen amdal. Penyusuan
dokumen Amdal wajib dilengkapi dengan sertifikat kompetensi
penyusun dokumen Amdal, dalam hal penyusunan dokumen
Amdal dilakukan oleh Lembaga Penyedia Jasa Penyusun (LPJP)
Amdal maka wajib disertakan bukti registrasi yang masih berlaku
atas nama LPJP Amdal terkait.
d. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan, pada bagian ini
dijelaskan rencana kegiatan utama dan kegiatan pendukung
berikut pula alternative rencana usaha dan/atau kegiatan yang
disertai pula dengan rencana pengelolaan dan pemantauan yang
telah dipersiapkan.
- 66 -

e. Lokasi rencana kegiatan, pada bagian ini dijelaskan posisi lokasi


rencana kegiatan yang akan dilakukan, informasi kegiatan lain di
sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan serta keterkaitannya
dengan keberadaan lokasi ataupun kawasan sensitive yang ada.
f. Hasil pelibatan masyarakat, pada bagian ini dijelaskan hasil
pelibatan masyarakat berupa saran, pendapat dan tanggapan yag
dihasilkan dari proses pengumuman dan konsultasi public yang
telah dilakukan oleh pelaku usaha dan/atau kegiatan. Pada
bagian ini diinformasikan pula wakil masyarakat sebagai
perwakilan yang disepakati dan akan duduk sebagai anggota
komisi penilai Amdal.
2. Pelingkupan
Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi tentang:
a. Rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak, rencana
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak sangat terkait erat
dengan tahapan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh
pelaku usaha.
b. Pengelolaan lingkungan yang sudah direncanakan, pada bagian ini
dijelaskan informasi terkait dengan pengelolan lingkungan dan
pemantauan lingkungan yang sudah direncanakan sebelumnya
oleh pelaku usaha.
c. Komponen lingkungan terkena dampak, pada bagian ini harus
menguraikan data dan informasi yang terkait atau relevan dengan
dampak yang mungkin terjadi. Deskripsi ini didasarkan data dan
informasi primer dan/atau sekunder yang bersifat aktual dan
mengunakan sumber data-informasi yang valid untuk data
sekunder yang resmi dan/atau kredibel untuk menjamin validitas
data-informasi serta didukung oleh hasil observasi lapangan. Data
dan informasi rinci terkait dengan rona lingkungan hidup
dimaksud dapat disampaikan dalam lampiran. Dalam hal terdapat
beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan hidup
harus dilakukan untuk masing-masing alternatif lokasi.Deskrisi
rona lingkungan hidup awal dapat disajikan dalam bentuk data
dan informasi spasial.
d. Dampak potensial, pada bagian ini dilakukan identifikasi dan
inventarisasi segenap dampak lingkungan hidup (primer,
sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukan oleh pelaku usaha. Proses identifikasi dampak potensial
dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang
berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini
adalah berupa daftar dampak-dampak potensial yang mungkin
timbul atas adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
e. Evaluasi dampak potensial, pada bagian ini penyusun dokumen
amdal menguraikan proses evaluasi dampak potensial yang
dilakukan, yaitu dengan memisahkan dampak-dampak yang perlu
kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak
(dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji). Dalam proses ini, harus
dijelaskan dasar penentuan bagaimana suatu dampak potensial
dapat disimpulkan menjadi dampak penting hipotetik (DPH) atau
tidak.
- 67 -

f. Dampak penting hipotetik, pada bagian berisikan kesimpulan dari


hasil evaluasi dampak potensial yang telah dilakukan.
g. Batas wilayah studi;
Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil
tumpang susun (overlay) dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial
dan administratif setelah mempertimbangkan kendala teknis yang
dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi penentuannya
disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya
memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana, tenaga,
teknis, dan metode telaahan. Setiap penentuan masing-masing
batas wilayah (proyek, ekologis, sosial dan administratif) harus
dilengkapi dengan justifikasi ilmiah yang kuat. Bagian ini harus
dilengkapi dengan peta batas wilayah studi yang dapat
menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan
administratif. Peta yang disertakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kartografi.
Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang
berhubungan dengan dampak lingkungan suatu rencana kegiatan,
yaitu:
1) Batas proyek, yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana
kegiatan akan dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap
pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi. Dari
ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber
dampak terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Batas
proyek secara mudah dapat diplotkan pada peta, karena
lokasi-lokasinya dapat diperoleh langsung dari peta-peta
pelaku usaha. Selain tapak proyek utama, batas proyek harus
juga meliputi fasilitas pendukung seperti perumahan,
dermaga, tempat penyimpanan bahan, bengkel, dan
sebagainya.
2) Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-
dampak lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan
masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami
yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis akan
mengarahkan penentuan lokasi pengumpulan data rona
lingkungan awal dan analisis persebaran dampak. Penentuan
batas ekologis harus mempertimbangkan setiap komponen
lingkungan biogeofisik-kimia yang terkena dampak (dari
daftar dampak penting hipotetik). Untuk masing-masing
dampak, batas persebarannya dapat diplotkan pada peta
sehingga batas ekologis memiliki beberapa garis batas, sesuai
dengan jumlah dampak penting hipotetik.
3) Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan yang merupakan tempat berlangsungsunya berbagai
interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial),
sesuai dengan proses dan dinamika sosial suatu kelompok
masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Batas ini pada dasarnya merupakan ruang di mana
masyarakat, yang terkena dampak lingkungan seperti limbah,
emisi atau kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan
- 68 -

kegiatan. Batas sosial akan mempengaruhi identifikasi


kelompok masyarakat yang terkena dampak sosial-ekonomi-
kesehatan masyarakat dan penentuan masyarakat yang perlu
dikonsultasikan (pada tahap lanjutan keterlibatan
masyarakat).
4) Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang
relevan (seperti desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas.
Dengan menumpangsusunkan (overlay) batas administratif
wilayah pemerintahan dengan tiga peta batas seperti tersebut
di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan, kecamatan,
kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang masuk dalam
batas proyek, batas ekologis dan batas sosial. Batas
administratif sebenarnya diperlukan untuk mengarahkan
pelaku usaha dan/atau penyusun Amdal untuk dapat
berkoordinasi ke lembaga pemerintah daerah yang relevan,
baik untuk koordinasi administratif (misalnya penilaian
Amdal dan pelaksanaan konsultasi masyarakat),
pengumpulan data tentang kondisi rona lingkungan awal,
kegiatan di sekitar lokasi kegiatan, dan sebagainya.
Masing-masing batas diplotkan pada peta yang kemudian
ditumpang susunkan satu sama lain (overlay) sehingga dapat
ditarik garis luar gabungan keempat batas tersebut. Garis luar
gabungan itu yang disebut sebagai ’batas wilayah studi’. Dalam
proses ini, harus dijelaskan dasar penentuan batas wilayah studi.
h. Batas waktu kajian,
Dalam proses pelingkupan, harus teridentifikasi secara jelas
pula batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan
prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian Andal. Setiap
dampak penting hipotetik yang dikaji memiliki batas waktu kajian
tersendiri. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
atau dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Metode studi,
Pada prinsipnya metode studi ini berisi tentang penjelasan dan informasi
mengenai:
a. Metode pengumpulan dan analisis data yang akan digunakan.
Metode pengumpulan dan analisis data; Bagian ini berisi metode
pengumpulan data primer dan sekunder yang sahih serta dapat
dipercaya (reliable) untuk digunakan dalam penyusunan rona
lingkungan hidup awal yang rinci dan sebagai masukan dalam
melakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak. Metode
pengumpulan dan analisis data harus relevan dengan metode
pengumpulan dan analisis data untuk penentuan rona lingkungan
hidup rinci serta metode prakiraan dampak yang digunakan untuk
setiap dampak penting hipotetik yang akan dikaji, sehingga data
yang dikumpulkan relevan dan representatif dengan dampak
penting hipotetik yang akan dianalisis dalam prakiraan dampak
yaitu:
1) Cantumkan secara jelas metode yang digunakan dalam
proses pengumpulan data berikut dengan jenis peralatan,
instrumen, dan tingkat ketelitian alat yang digunakan dalam
pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang
- 69 -

digunakan harus sesuai Standar Nasional Indonesia, sesuai


peraturan perundang-undangan yang berlaku atau metode-
metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau
internasional di berbagai literatur.
2) Uraikan metode yang digunakan untuk menganalisis data
hasil pengukuran. Cantumkan jenis peralatan, instrumen,
dan rumus yang digunakan dalam proses analisis data.
Khusus untuk analisis data primer yang memerlukan
pengujian di laboratorium, maka harus dilakukan di
laboratorium yang terakreditasi dan/atau teregistrasi.
b. Metode prakiraan dampak penting yang akan digunakan.
Bagian ini menjelaskan metode prakiraan dampak penting yang
digunakan untuk memprakirakan besaran dan sifat penting
dampak dalam studi Andal untuk masing-masing dampak penting
hipotetik, termasuk rumus-rumus dan asumsi prakiraan
dampaknya disertai argumentasi/alasan pemilihan metode
tersebut. Penyusun dokumen Amdal dapat menggunakan metode-
metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau
internasional di berbagai literatur untuk melakukan prakiraan
dampak penting yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode
prakiraan dampak penting dalam Amdal.
c. Metode evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan yang terjadi
dilakukan untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup. Bagian ini menguraikan metode-metode yang
lazim digunakan dalam studi Andal untuk mengevaluasi
keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan yang diprakirakan
timbul (seluruh dampak penting hipotetik) secara keseluruhan
dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup.
Metode evaluasi dampak menggunakan metode-metode ilmiah
yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi
dampak penting dalam Amdal.

Semua informasi yang dijelaskan diatas disampaikan dalam bentuk formulir KA


sebagaimana berikut:
- 70 -

FORMAT FORMULIR KERANGKA ACUAN


A. Umum
FORM Kerangka Acuan (Form KA)
Nama Kegiatan :
Pelaku usaha :
Penyusun :
Deskripsi Rencana Kegiatan :
Lokasi Rencana Kegiatan dan :
keterkaitannya dengan lokasi
khusus
Hasil Pelibatan Masyarakat :

B. Pelingkupan
Pengelolaan
Lingkungan Wilayah
Rencana Pelingkupan
yang Sudah Studi Batas Waktu
Kegiatan yang Komponen
Direncanakan Kajian
Berpotensi Lingkungan
No Sejak Awal (sampaikan pula
Menimbulkan Terkena Dampak
Sebagai Evaluasi justifikasi
Dampak Dampak Dampak Penting
Bagian dari dampak penentuannya)
Lingkungan Potensial Hipotetik
Rencana potensial
(DPH))
Kegiatan
Tahap prakonstruksi

Tahap konstruksi

Tahap Operasi

Tahap Pasca Operasi

C. Metode Studi
No DPH Metode Data dan Metode Metode Analisis Metode Evaluasi
Perkiraan Informasi Pengumpulan Data Untuk
Dampak yang Data Untuk Prakiraan
Relevan Prakiraan Metode Evaluasi
dan
Dibutuhkan
- 71 -

PEDOMAN PEMERIKSAAN FORMULIR KERANGKA ACUAN (FORMULIR KA)


1. Penerimaan formulir KA
a. Formulir KA yang diperiksa oleh:
1) KPA pusat, yang diajukan oleh pelaku usaha melalui Sistem
OSS
2) KPA provinsi, diajukan oleh pelaku usaha melalui Sistem
OSS; dan
3) KPA kabupaten/kota, diajukan oleh pelaku usaha melalui
Sistem OSS.
b. Formulir KA yang diajukan dan disampaikan pelaku usaha dalam
bentuk cetak (hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling lambat
20 (dua puluh) hari kerja setelah izin lingkungan diterbitkan oleh
lembaga OSS berdasarkan komitmen.
2. Penyiapan Rapat Tim Teknis
Sekretariat KPA menyiapkan rapat tim teknis guna memeriksa formulir
KA, melalui tahapan:
a. pembuatan undangan dan mengidentifikasi daftar anggota tim
teknis yang akan dilibatkan dalam pemeriksaan formulir KA;
b. pengiriman undangan beserta formulir KA kepada seluruh anggota
tim teknis dan dilakukan selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja
setelah formulir KA diterima;
c. Melakukan konfirmasi kehadiran kepada seluruh anggota tim
teknis yang diundang; dan
d. Mengkompilasi masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis.
3. Pemeriksaan Formulir KA Secara Teknis
1) Penilaian Mandiri oleh Tim Teknis
a. Ketua KPA menugaskan tim teknis untuk menilai formulir KA.
b. Anggota tim teknis melakukan pemeriksaan formulir KA
secara mandiri terhitung sejak diterimanya KA oleh anggota
tim teknis sebelum dilaksanakannya rapat tim teknis.
c. Hasil pemeriksaan formulir KA dituangkan dalam bentuk
tertulis dan disampaikan kepada sekretariat KPA dalam
bentuk cetakan (hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling
lambat pada saat dilaksanakan rapat tim teknis.
2) Penyelenggaraan Rapat Tim Teknis
a. Rapat Tim Teknis dilakukan paling lama 10 hari kerja
terhitung sejak formulir KA diajukan Pelaku Usaha dan
diterima oleh sekretariat KPA.
b. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan dihadiri
oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pelaku usaha atau wakil yang ditunjuk oleh pelaku usaha
yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan,
yang dibuktikan dengan surat penunjukkan;
3) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen Amdal, jika
pelaku usaha tidak menyusun sendiri dokumen amdalnya;
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan
yang membantu tim penyusun Amdal.
- 72 -

c. Rapat tim teknis, dapat melibatkan wakil instansi Pusat yang


terkait usaha dan/atau kegiatan dan instansi lingkungan
hidup provinsi, serta instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota
d. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat
apabila pelaku usaha dan/atau tim penyusun tidak hadir.
e. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat
tim teknis dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang
ditunjuk oleh ketua tim teknis melalui surat penunjukkan.
f. Dalam rapat tim teknis, pelaku usaha menyampaikan
paparan atas formulir KA yang diajukan untuk dilakukan
pemeriksaan.
g. Rapat tim teknis:
1) membahas hasil penilaian mandiri yang telah dilakukan
oleh anggota tim teknis dan memberikan saran,
pendapat dan masukan guna penyempurnaan formulir
KA yang diajukan untuk dilakukan penilaian;
2) merumuskan hasil pemeriksaan formulir KA dalam
bentuk Berita Acara Rapat Tim Teknis KPA yang
menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan formulir
KA
3) dalam hal formulir KA disetujui, maka Berita Acara
Rapat Tim Teknis KPA wajib berisikan kesepakatan
antara lain:
i. DPH yang akan dikaji;
ii. Metode Studi yang akan digunakan;
iii. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
iv. Komitmen waktu penyampaian dokumen Andal
RKL-RPL kepada sekretariat KPA;
4. Penyampaian notifikasi Berita Acara Persetujuan Formulir KA ke dalam
sistem Online Single Submission (OSS).

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd
KRISNA RYA SITI NURBAYA
- 73 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN ANDAL

A. PENJELASAN UMUM
1. Pengertian
Yang dimaksud Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya disebut Andal, adalah
telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
2. Fungsi pedoman penyusunan dokumen Andal
Pedoman penyusunan Andal digunakan sebagai dasar penyusunan
Andal.
3. Tujuan dan fungsi Andal
Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Hasil kajian dalam Andal berfungsi untuk
memberikan pertimbangan guna pengambilan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
B. MUATAN DOKUMEN ANDAL
1. Pendahuluan
Pendahuluan di dalam Andal memuat:
a. deskripsi singkat rencana usaha dan/atau kegiatan,
b. ringkasan dampak penting hipotetik,
c. batas wilayah studi dan batas waktu kajian berdasarkan hasil
pelingkupan dalam Kerangka Acuan (termasuk bila ada alternatif-
alternatif),
Masing-masing butir yang diuraikan disusun mengacu hasil pelingkupan
dalam Formulir Kerangka Acuan
- 74 -

Deskripsi singkat rencana usaha dan/atau kegiatan fokus pada


komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan berikut alternatif-alternatif dari rencana usaha dan/atau
kegiatan kegiatan tersebut.
Ringkasan dampak penting hipotetik (DPH) diuraikan secara singkat
yang akan dikaji dalam dokumen Andal mengacu pada hasil
pelingkupan dalam Formulir KA.
Batas wilayah studi serta batas waktu kajian disajikan secara singkat
berdasar kajian Kerangka Acuan.Uraian ditampilkan dalam bentuk
peta atau data informasi spasial batas wilayah studi yang dapat
menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan
administratif dengan mengacu pada hasil pelingkupan dalam Formulir
KA.Peta yang disertakan harus memenuhi kaidah-kaidah kartografi.
Batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan
dan evaluasi secara holistik terhadap setiap dampak penting hipotetik
yang akan dikaji dalam Andal disajikan mengacu pada batas waktu
kajiaan hasil pelingkupan pada Formulir KA.
Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan dibandingkan dengan
perubahan rona lingkungan dengan adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan.

2. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan beserta alternatifnya

Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan yang mencakup:
1) Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan
yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:
a) komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi, tanah, air
permukaan, air bawah tanah, udara, kebisingan, dan lain sebagainya;
b) komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe ekosistem,
keberadaan spesies langka dan/atau endemic serta habitatnya, dan
lain sebagainya;
c) komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat pendapatan,
demografi, mata pencaharian, budaya setempat, situs arkeologi, situs
budaya dan lain sebagainya;
d) komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat kesehatan
masyarakat.
2) Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini adalah memberikan
gambaran utuh tentang kegiatankegiatan lain (yang sudah ada di sekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) yang memanfaatan sumberdaya
alam dan mempengaruhi lingkungan setempat.

Deskripsi rona lingkungan hidup harus menguraikan data dan informasi yang
terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin terjadi.Deskripsi ini
didasarkan data dan informasi primer dan/atau sekunder yang bersifat
aktual dan mengunakan sumber data-informasi yang valid untuk data
sekunder yang resmi dan/atau kredibel untuk menjamin validitas data-
- 75 -

informasi serta didukung oleh hasil observasi lapangan.Data dan informasi


rinci terkait dengan rona lingkungan hidup dimaksud dapat disampaikan
dalam lampiran.

Dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan
hidup harus dilakukan untuk masing-masing alternative lokasi.Deskrisi rona
lingkungan hidup awal dapat disajikan dalam bentuk data dan informasi
spasial.

3. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal (environmental setting)

Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal fokus berisi uraian mengenai
rona lingkungan hidup (environmental setting) secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang relevan dengan dasar alasan
penetapan DPH (yang telah ditetapkan). Deskripsi dimaksud fokus hingga
tingkat parameter lingkungan yang memiliki nilai penting ekologis dan
ekonomis dan perlu mendapat perhatian serta mepunyai nilai penting dalam
proses pengambilan keputusan atas rencana usaha dan/atau kegiatan.

Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal sebagaimana dimaksud,


mencakup:
1) Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan (komponen/features lingkungan yang
ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang memuat antara lain:
a. komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi, tanah, air
permukaan, air bawah tanah, udara, kebisingan, getaran, kebauan dan
lain sebagainya;
b. komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe ekosistem,
keberadaan spesies langka dan/atau endemik serta habitatnya, dan
lain sebagainya;
c. komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, demografi, pola pemanfaatan lahan, mata pencaharian,
budaya setempat, relasi social dan masyarakat rentan, situs arkeologi,
situs budaya dan lain sebagainya;
d. komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat kesehatan
masyarakat.

2) Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha


dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini adalah memberikan
gambaran utuh tentang kegiatan-kegiatan lain (yang sudah ada di sekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) yang memanfaatkan sumber
daya alam dan mempengaruhi lingkungan setempat.

Rona rinci lingkungan hidup awal rinci dan mendalam pada dasarnya
menguraikan:
 kondisi kuantitatif dan kualitatif berbagai kondisi lingkungan yang ada di
dalam batas wilayah studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(amdal) yang relevan dengan alasan mendasar penetapan DPH dengan
fokus hingga tingkat parameter lingkungan (perlu mendapat perhatian
serta penting sebagai dasar pengambilan keputusan kelayakan
lingkungan) yang telah disetujui dan temuan lapangan ketika observasi.
 uraian rona rinci lingkungan hidup awal menggunakan data runtun waktu
(time series) berupa data sekunder dan/atau primer sesuai dengan
- 76 -

kebutuhan analisis data dan ketersediaan data yang akan digunakan


sebagai dasar untuk melakukan prakiraan dampak dan proses
pengambilan keputusan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang telah
ditetapkan,
 rona lingkungan hidup awal perlu dilengkapi dengan peta yang sesuai
dengan kaidah kartografi,
 dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona
lingkungan hidup awal rinci tersebut dilakukan untuk masing-masing
alternatif lokasi tersebut.

4. hasil pelibatan masyarakat;

Pelaksanaan keterlibatan masyarakat yang dilakukan melalui pengumuman


dan konsultasi publik dalam proses amdal merupakan bagian proses
pelingkupan dilakukan berdasarkan prinsip dasar pemberian informasi yang
transparan dan lengkap, kesetaraan posisi diantara pihak-pihak yang terlibat,
penyelesaian masalah yang bersifat adil dan bijaksana, serta koordinasi,
komunikasi dan kerjasama dikalangan pihak-pihak yang terkait.

Hal-hal yang wajib dipenuhi dalam keterlibatan masyarakat, yaitu:

a. Prosedur pelibatan masyarakat dalam proses Amdal harus mengacu pada


peraturan perundang-undangan.
b. Hasil pelibatan masyarakat berupa saran, pendapat dan tanggapan yang
diterima dari masyarakat diolah sebelum digunakan sebagai input proses
pelingkupan.
c. Bukti pengumuman dan hasil pelaksanaan konsultasi publik harus
dilampirkan.
d. Konsultasi publik dapat dilakukan sebelum, bersamaan atau setelah
pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta dilakukan sebelum
penyusunan dokumen KA.

Tiga kelompok masyarakat yang dilibatkan dalam penyusunan dokumen


amdal mencakup: (a) masyarakat terkena dampak, (b) masyarakat pemerhati
lingkungan; dan (c) masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses amdal.

Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang berada dalam batas


wilayah studi amdal (yang menjadi batas sosial) yang akan merasakan
dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari
masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan
mengalami kerugian.

Masyarakat pemerhati lingkungan adalah masyarakat yang tidak terkena


dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai
perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut, maupun
dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.

Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses


amdal adalah masyarakat yang berada di luar dan/atau berbatasan langsung
dengan batas wilayah studi amdal yang terkait dengan dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan.

Secara rinci, informasi yang harus dijelaskan antara lain hal kunci (keypoints)
yang harus jadi perhatian bagi pengambil keputusan, yaitu informasi apa
- 77 -

yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan terkait dengan hasil pelibatan


masyarakat.

5. hasil penentuaan dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji, batas wilayah
studi dan batas waktu kajian;

Pada bagian ini diuraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, dan beberapa hal yang wajib
diperhatikan adalah:
1) Evaluasi dampak potensial pada dasarnya adalah memisahkan dampak-
dampak yang perlu dikaji secara mendalam dalam dokumen Andal,
berdasarkan kriteria antara lain:
 beban terhadap komponen lingkungan;
 komponen yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar dan terhadap komponen lingkungan lainnya;
 kekhawatiran masyarakat yang tinggi;
 aturan/kebijakan yang akan dilanggar/dilampaui.

2) Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik dilakukan dengan


menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah
ilmiah metode penentuan dampak penting hipotetik dalam Amdal.

3) Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik, yaitu:


a. Proses identifikasi dampak potensial.
Proses identifikasi dampak potensial adalah menduga semua dampak
(primer, sekunder, dan seterusnya) yang berpotensi terjadi jika rencana
usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut tanpa
memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya
dampak.

b. Proses evaluasi dampak Potensial


Hasil identifikasi dampak potensial selanjutnya dilakukan evaluasi
dampak potensial yang esensinya adalah memisahkan dampak-dampak
yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa)
dampak (dari dampak yang tidak lagi perlu dikaji).

Dalam proses ini, harus dijelaskan dasar penentuan bagaimana suatu


dampak potensial dapat disimpulkan menjadi dampak penting hipotetik
(DPH) atau tidak.

4) Beberapa kriteria penapisan untuk menentukan apakah suatu dampak


potensial dapat menjadi DPH atau tidak adalah dengan menguji:
 apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak
tersebut dengan cara-cara yang mengacu pada Standar Operasional
Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi bagian dari rencana
kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah
dan/atau standar internasional, dan lain sebagainya.
 apakah potensi dampak akan berpengaruh terhadap komponen
ekosistem lingkungan penting, seperti spesies langka dan/atau
endemik beserta habitatnya dll.,
 apakah potensi dampak akan berpengaruh terhadap lingkungan yang
memiliki arti ekologis dan ekonomis dan perlu mendapat perhatian
serta penting dalam proses pengambilan keputusan atas rencana usaha
dan/atau kegiatan.
- 78 -

5) Evaluasi wajib dibuktikan dengan data ilmiah atau informasi mengenai


parameter lingkungan yang memiliki nilai penting ekologis dan ekonomis
serta mepunyai arti penting dalam proses pengambilan keputusan atas
rencana usaha dan/atau kegiatan.

Kesimpulan ‘dampak penting hipotetik (DPH)’, dalam bagian ini berupa uraian
proses evaluasi dampak potensial menjadi DPH beserta dasar alasan
penetapan DPH. Dasar alasan penetapan DPH juga harus dapat menunjukan
spesifik kegiatan dan spesifik lokasi.

DPH yang telah dirumuskan ditabulasikan dalam bentuk daftar kesimpulan


DPH akibat rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji dalam ANDAL
sesuai hasil pelingkupan, dan dampak-dampak potensial yang tidak dikaji
lebih lanjut, juga harus dijelaskan alasan-alasannya dengan dasar
argumentasi yang kuat mengapa dampak potensial tersebut tidak dikaji lebih
lanjut.

6. hasil prakiraan dampak penting;

Kajian prakiraan dampak pada dasarnya adalah melakukan prakiraan


besaran dampak penting (dengan dan tanpa proyek) dan menentukan sifat
penting dampak terhadap DPH yang telah ditetapkan.
Analisis prakiraan dampak penting pada dasarnya menghasilkan informasi
mengenai besaran dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan prakiraan dampak


penting, adalah:
 Besaran dampak penting dengan proyek diprakirakan sesuai dengan
metode ilmiah yang telah ditetapkan untuk setiap DPH.

 Perbedaan besaran dampak penting tanpa proyek dan dengan proyek


dalam batas waktu tertentu dihitung sesuai kaidah ilmiah.

 Kriteria/ukuran dampak penting ditetapkan sesuai dengan ketentuan, dan


setiap DPH beserta besaran dampaknya ditentukan sifat penting
dampaknya berdasarkan kriteria/ukuran dampak penting.

 Perhitungan dan analisis prakiraan dampak penting hipotetik tersebut


menggunakan metode prakiraan dampak yang tercantum dalam Formlir
KA. Metode prakiraan dampak penting menggunakan metode-metode
ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai
literature yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak
penting dalam Amdal.

 Dalam menguraikan prakiraan dampak penting tersebut juga hendaknya


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penggunaan data runtun waktu (time series) yang menunjukkan
perubahan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu.
b. Prakiraan dampak dilakukan secara cermat mengenai besaran dampak
penting dari aspek biogeofisik-kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata
ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan pascaoperasi usaha dan/atau kegiatan sesuai
- 79 -

dengan jenis rencana usaha dan/atau kegiatannya. Tidak semua jenis


rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki seluruh tahapan tersebut.
c. Telaahan dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan antara kondisi
kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha
dan/atau kegiatan, dan kondisi kualitas lingkungan hidup yang
diprakirakan tanpa adanya usaha dan/atau kegiatan dalam batas waktu
yang telah ditetapkan, dengan menggunakan metode prakiraan dampak.
d. Dalam melakukan telaahan tersebut perlu diperhatikan dampak yang
bersifat langsung dan/atau tidak langsung. Dampak langsung adalah
dampak yang ditimbulkan secara langsung oleh adanya usaha dan/atau
kegiatan, sedangkan dampak tidak langsung adalah dampak yang
timbul sebagai akibat berubahnya suatu komponen lingkungan hidup
dan/atau usaha atau kegiatan primer oleh adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dalam kaitan ini maka perlu diperhatikan
mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan hidup,
antara lain sebagai berikut:
1) kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;
2) kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen geofisik-kimia-biologi;
3) kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat,
kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut
terhadap komponen geofisik-kimia dan biologi;
4) kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen geofisik-kimia-biologi, kemudian menimbulkan rangkaian
dampak lanjutan berturut-turut terhadap komponen biologi, sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;
5) dampak penting berlangsung saling berantai di antara komponen
sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat dan geofisik-
kimia dan biologi itu sendiri;
6) dampak penting pada huruf a sampai dengan huruf e yang telah
diutarakan selanjutnya menimbulkan dampak balik pada rencana
usaha dan/atau kegiatan.

e. Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada pada tahap
pemilihan alternatif komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
(misalnya: alternatif lokasi, penggunaan alat-alat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik, sarana usaha dan/atau kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan durasi operasi, dan/atau bentuk alternatif
lainnya), maka telaahan sebagaimana tersebut dilakukan untuk masing-
masing alternatif.

f. Proses analisis prakiraan dampak penting dilakukan dengan


menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional
dan/atau internasional di berbagai literatur. Dalam melakukan analisis
prakiraan besaran dampak penting tersebut sebaiknya digunakan
metode-metode formal secara matematis, terutama untuk dampak-
dampak penting hipotetik yang dapat dikuantifikasikan. Penggunaan
metode non formal hanya dilakukan bilamana dalam melakukan
analisis tersebut tidak tersedia formulaformula matematis atau hanya
dapat didekati dengan metode non formal.
- 80 -

Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,


rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
prakiraan dampak, dapat dilampirkan sebagai bukti.

7. hasil evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan;

Dalam bagian ini, pada dasarnya penyusun dokumen Amdal menguraikan


hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak
penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak
rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap lingkungan hidup.

Dalam melakukan evaluasi secara holistik terhadap DPH tersebut, penyusun


dokumen Amdal menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum
dalam kerangka acuan.Metode evaluasi dampak tersebut menggunakan
metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional
di berbagai literatur yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi
dampak penting dalam Amdal.

Dalam hal kajian Andal memberikan beberapa alternatif komponen rencana


usaha dan/atau kegiatan (misal: alternatif lokasi, penggunaan alat-alat
produksi, kapasitas, spesifikasi teknik, sarana usaha dan/atau kegiatan, tata
letak bangunan, waktu dan durasi operasi), maka dalam bagian ini,
penyusun dokumen Amdal sudah dapat menguraikan dan memberikan
rekomendasi pilihan alternatif terbaik serta dasar pertimbangan pemilihan
alternatif terbaik tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi secara holistik terhadap
dampak lingkungan adalah:
a. evaluasi menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum dalam
Formulir KA, dan metode tersebut menggunakan metode-metode ilmiah
yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur
yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi dampak penting dalam
Amdal.

b. Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting


hipotetik (DPH) tersebut dapat diperoleh informasi antara lain sebagai
berikut:
 Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPHbeserta
karakteristiknya antara lain seperti frekuensi terjadi dampak, durasi
dan intensitas dampak, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
menentukan sifat penting dan besaran dari dampak-dampak yang telah
berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama.
 Komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling
banyak menimbulkan dampak lingkungan.
 Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns)
beserta luasannya (lokal, regional, nasional, atau bahkan international
lintas batas negara), antara lain sebagai contoh seperti:
1) area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligusdan
banyak dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat;
2) area yang rentan/rawan bencana yang paling banyak terkena
berbagai dampak lingkungan; dan/atau
3) kombinasi dari area sebagaimana dimaksud di atas atau lainnya.
- 81 -

c. Berdasarkan informasi hasil telaahan seperti di atas, selanjutnya


dilakukan telahaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak lingkungan
yang mungkin dilakukan, ditinjau dari ketersediaan opsi pengelolaan
terbaik (best available technology), kemampuan pemrakarsa untuk
melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable technology) dan
relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal.

Dari hasil telaahan ini, dapat dirumuskan arahan pengelolaan dan


pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi penyusunan RKL-
RPL yang lebih detail/rinci dan operasional.

d. Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang


menimbulkan dampak, baik komponen kegiatan yang paling banyak
memberikan dampak turunan (dampak yang bersifat strategis) maupun
komponen kegiatan yang tidak banyak memberikan dampak turunan.
Arahan pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang
relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical level) dari
suatu pengelolaan lingkungan hidup.

e. Berdasarkan informasi tersebut di atas (hasil telahaan keterkaitan dan


interaksi dampak lingkungan/dampak penting hipotetik, alternative
terbaik, arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan),
pemrakarsa/penyusun Amdal dapat menyimpulkan atau memberikan
pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan antara
lain sebagai berikut:
 Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
 Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
 Kepentingan pertahanan keamanan.
 Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi,
dan pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan.

f. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai


sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negative.

g. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab


dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakandengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan.

h. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau


pandangan masyarakat (emic view).

i. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau


mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
 entitas dan/atau spesies kunci (key species);
 memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
 memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
- 82 -

 memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).

j. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap


usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan.

k. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup


dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.

l. Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,


rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan, dapat dilampirkan
sebagai bukti.

m. Kesimpulan kelayakan lingkungan hidup yang diuraikan oleh penyusun


dokumen amdal ini yang akan ditelaah atau dinilai oleh Komisi
PenilaiAmdal. Hasil telahaan ini selanjutnya menjadi masukan atau bahan
pertimbangan bagi Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya untuk memutuskan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup rencana usaha dan/atau kegiatan.
Uraian proses analisis dampak sebagaimana dijelaskan di atas, dapat pula
ditambahkan dengan tabel ringkasan analisis dampak.

8. daftar pustaka;

Pada bagian daftar pustaka, diuraikan rujukan data dan pernyataan-


pernyataan penting yang harus ditunjang oleh kepustakaan ilmiah yang
mutakhir serta disajikan dalam suatu daftar pustaka dengan penulisan yang
baku.

9. lampiran.

Pada bagian lampiran, penyusun dokumen Amdal dapat melampirkan hal-hal


sebagai berikut:
a. Surat Persetujuan Kesepakatan Kerangka Acuan atau Pernyataan
Kelengkapan Administrasi Dokumen Kerangka Acuan.
b. Data dan informasi rinci mengenai rona lingkungan hidup, antara lain
berupa tabel, data, grafik, foto rona lingkungan hidup, jika diperlukan.
c. Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
prakiraan dampak.
d. Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam
evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan.
e. Data dan informasi lain yang dianggap perlu atau relevan.
- 83 -

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

A. PENJELASAN UMUM
1. Pengertian
Yang dimaksud Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya
disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.

Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang


sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RKL adalah


upaya penanganan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RPL adalah


upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan


memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap
keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai
dampak penting dari hasil proses evaluasi holistic dalam Andal.Sehingga
untuk beberapa dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak
penting, namun tetap memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan
dipantau (dampak lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan
rencana pengelolaan dan pemantauannya dalam RKL-RPL.

2. Prinsip dasar penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup,


adalah:
a. Dampak lingkungan yang dikelola ditentukan berdasarkan dampak
penting dan dampak lainnya.
b. Sumber dampak lingkungan ditentukan sesuai jenis dan tahapan
kegiatan.
c. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan sesuai
baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan, hasil kajian
dan kriteria lain.
d. Bentuk pengelolaan lingkungan hidup ditentukan sesuai dengan
pendekatan teknologi, institusi dan/atau social ekonomi.
e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup ditentukan sesuai sifat sebaran
dampak yang akan dikelola.
f. Periode pengelolaan lingkungan hidup ditentukan sesuai tahapan
pelaksanaan kegiatan.
g. Institusi pengelolaanlingkungan hidup ditentukan sesuai kewenangan.
h. Jumlah dan jenis izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH) diidentifikasi sesuai ketentuan.
i. Peta rencana pengelolaan lingkungan hidup dibuat sesuai kaidah
kartografi.
- 84 -

3. Lingkup rencana pengelolaan lingkungan hidup


RKL memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak penting lingkungan hidup dan dampak lingkungan hidup lainnya
yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul
sebagai akibat dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam
pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup antara
lainmencakup kelompok aktivitas sebagai berikut:
a. Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau
mencegah dampak negatif lingkungan hidup;
b. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul
pada saat usaha dan/atau kegiatan; dan/atau
c. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak
positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih
besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama
masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.

Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dari studi Andal
dan dampak lingkungan hidup lainnya, pengelolaan lingkungan hidup
yang dirumuskan dapat menggunakan salah satu atau beberapa
pendekatan lingkungan hidup yang selama ini dikenal seperti: teknologi,
sosial ekonomi, maupun institusi.

1. Lingkup rencana pemantauan lingkungan hidup


Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami
fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari
tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat
usaha dan/atau kegiatan), sampai ke tingkat kawasan atau bahkan
regional; tergantung pada skala masalah yang dihadapi.

Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus,


sistematis dan terencana.Pemantauan dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indicator untuk
mengevaluasi penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat
kritis (critical level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan rencana


pemantauan lingkungan dalam Dokumen RKL-RPL, yakni:
 Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau mencakup
komponen/ parameter lingkungan hidup yang mengalami perubahan
mendasar, atau terkena dampak penting dan komponen/parameter
lingkungan hidup yang terkena dampak lingkungan hidup lainnya.
 Aspek-aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak
penting yang dinyatakan dalam Andal dan dampak lingkungan hidup
lainnya, dan sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang
dirumuskan rencana pengelolaan lingkungan hidup.
 Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan/atau
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena
dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat
dinilai/diuji efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang
dijalankan.
 Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Biaya yang
dikeluarkan untuk pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan
- 85 -

pemantauan senantiasa berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau


kegiatan.
 Rencana pengumpulan dan analisis data aspek-aspek yang perlu
dipantau, mencakup:
1) jenis data yang dikumpulkan;
2) lokasi pemantauan;
3) frekuensi dan jangka waktu pemantauan;
4) metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data);
5) metode analisis data.
 Rencana pemantauan lingkungan perlu memuat tentang kelembagaan
pemantauan lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan
hidup yang dimaksud di sini adalah institusi yang bertanggungjawab
sebagai pelaksana pemantauan, pengguna hasil pemantauan, dan
pengawas kegiatan pemantauan.

B. MUATAN DOKUMEN RKL-RPL


1. Pendahuluan
Dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan atau
menguraikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pernyataan tentang maksud dan tujuan pelaksanaan RKL-RPL
secara umum dan jelas. Pernyataan ini harus dikemukakan secara
sistematis, singkat dan jelas.
b. Pernyataan kebijakan lingkungan dari pemrakarsa. Uraikan
dengan singkat tentang komitmen pemrakarsa usaha dan/atau
kegiatan untuk memenuhi (melaksanakan) ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang lingkungan yang relevan, serta
komitmen untuk melakukan penyempurnaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup secara berkelanjutan dalam bentuk
mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatannya serta
melakukan pelatihan bagi karyawannya di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.

2. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup


Dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan bentuk-bentuk
pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan atas dampak yang
ditimbulkan dalam rangka untuk menghindari, mencegah, meminimisasi
dan/atau mengendalikan dampak negatif dan meningkatkan dampak
positif.

Uraian tersebut dicantumkan secara singkat dan jelas dalam bentuk


matrik atau tabel yang berisi pengelolaan terhadap terhadap dampak yang
ditimbulkan, dengan menyampaikan elemen-elemen sebagai berikut:
a. Dampak lingkungan (dampak penting dan dampak lingkungan hidup
lainnya).
b. Sumber dampak (dampak penting dan dampak lingkungan hidup
lainnya).
c. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup.
d. Bentuk Pengelolaan lingkungan hidup.
e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup.
f. Periode pengelolaan lingkungan hidup.
g. Institusi pengelolaan lingkungan hidup (PLH).
- 86 -

RKL disusun dalam bentuk matrik, yaitu:


a. Dampak lingkungan yang dikelola
Dalam kolom ini, penyusunan dokumen Amdal menguraikan secara
singkat dan jelas dampak lingkungan hidup yang terjadi akibat adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Sumber dampak
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal mengutarakan secara
singkat komponen kegiatan penyebab dampak.
c. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan indicator
keberhasilan dari pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan untuk
mengendalikan dampak lingkungan hidup.
d. Rencana pengelolaan lingkungan hidup dapat dikategorikan berhasil
dalam hal rencana pengelolaan tersebut dapat mengendalikan
dampaknya sehingga dampak yang timbul dapat dihindari, diminimasi
atau ditanggulangi.
e. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan secara rinci
upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan.

Secara umum, bentuk pengelolaan lingkungan dapat dikategorikan


menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Pendekatan teknologi
Pendekatan ini adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan
untuk mengelola dampak penting lingkungan hidup
2) Pendekatan sosial ekonomi
Pendekatan ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui
tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial, dan
bantuan peran pemerintah
3) Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak penting
lingkungan hidup.

f. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup


Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan rencana
lokasi kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan
sifat persebaran dampakyang dikelola.Lengkapi pula dengan peta lokasi
pengelolaan, sketsa, dan/atau gambar dengan skala yang memadai.Peta
yang disertakan harus memenuhi kaidah-kaidah kartografi.

g. Periode pengelolaan lingkungan hidup


Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan secara
singkat rencana tentang kapan dan berapa lama kegiatan pengelolaan
lingkungan dilaksanakan dengan memperhatikan: sifat dampak penting
dan dampak lingkungan lainnya yang dikelola (lama berlangsung, sifat
kumulatif, dan berbalik tidaknya dampak).

h. Institusi pengelolaan lingkungan hidup


Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal harus mencantumkan
institusi dan/atau kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan,
dan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik di tingkat
- 87 -

nasional maupun daerah pada setiap rencana pengelolaan lingkungan


hidup.

Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang perlu diutarakan meliputi:


1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup
Cantumkan institusi pelaksana yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan dan sebagai penyandang dana kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup. Apabila dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup pemrakarsa menugaskan atau
bekerjasama dengan pihak lain, maka cantumkan pula institusi
dimaksud.

2) Pengawas pengelolaan lingkungan hidup


Cantumkan instansi yang akan berperan sebagai pengawas bagi
terlaksananya RKL. Instansi yang terlibat dalam pengawasan
mungkin lebih dari satu instansi sesuai dengan lingkup wewenang
dan tanggung jawab, serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3) Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup
Cantumkan instansi-instansi yang akan menerima laporan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup secara berkala sesuai dengan lingkup
tugas instansi yang bersangkutan, dan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup


Pada bagian ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan secara singkat
dan jelas rencana pemantauan dalam bentuk matrik atau table untuk
dampak yang ditimbulkan.Matrik atau tabel ini berisi pemantauan
terhadap terhadap dampak yang ditimbulkan. Matrik atau tabel tersebut
disusun dengan menyampaikan elemen-elemen sebagai berikut:
a. Dampak yang dipantau, yang terdiri dari: jenis dampak yang terjadi,
komponen lingkungan yang terkena dampak, dan indikator/parameter
yang dipantau dan sumber dampak.
b. Bentuk pemantauan lingkungan hidup yang terdiri dari metode
pengumpulan dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan
frekuensi pemantauan.
c. Institusi pemantau lingkungan hidup, yang terdiri dari pelaksana
pemantauan, pengawas pemantauan dan penerima laporan
pemantauan.

RPL disusun dalam bentuk matrik, yaitu:


a. Dampak Lingkungan Yang Dipantau
Pada kolom ini, penyusun dokumen Amdal mencantumkan secara
singkat:
 Jenis dampak lingkungan hidup yang dipantau.
 Indikator/parameter pemantauan.
 Sumber dampak lingkungan.
b. Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
Pada kolom ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan secara singkat
metode yang akan digunakan untuk memantau indikator/parameter
dampak lingkungan (dampak penting dan dampak lingkungan lainnya),
yang mencakup:
 Metode pengumpulan dan analisis data
- 88 -

Cantumkan secara jelas metode yang digunakan dalam proses


pengumpulan data berikut dengan jenis peralatan, instrumen, atau
formulir isian yang digunakan. Perlu diperhatikan bahwa metode
pengumpulan dan analisis data sejauh mungkin konsisten dengan
metode yang digunakan disaat penyusunan Andal.
 Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Cantumkan lokasi pemantauan yang tepat disertai dengan peta
lokasi pemantauan berskala yang memadai dan menunjukkan lokasi
pemantauan dimaksud.Perlu diperhatikan bahwa lokasi pemantauan
sedapat mungkin konsisten dan representatif dengan lokasi
pengumpulan data disaat penyusunan Andal.
 Waktu dan frekuensi pemantauan
Uraikan tentang jangka waktu atau lama periode pemantauan
berikut dengan frekuensinya per satuan waktu.Jangka waktu dan
frekuensi pemantauan ditetapkan dengan mempertimbangkan sifat
dampak lingkungan yang dipantau (instensitas, lama dampak
berlangsung, dan sifat kumulatif dampak).
c. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
Pada kolom ini, penyusun dokumen Amdal mencantumkan institusi
atau kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan
dengan kegiatan pemantauan lingkungan hidup, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku baik ditingkat nasional
maupun daerah pada setiap rencana pemantauan lingkungan hidup.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemantauan
lingkungan hidup meliputi:
 Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
 Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh sektor terkait.
 Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah.
 Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota.
 Keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan pembentukan
institusi pemantauan lingkungan hidup.
Institusi pemantau lingkungan hidup yang perlu diutarakan meliputi:
 Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
Cantumkan institusi yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
dan sebagai penyandang dana kegiatan pemantauan lingkungan
hidup.
 Pengawas pemantauan lingkungan hidup
Cantumkan instansi yang akan berperan sebagai pengawas bagi
terlaksananya RPL. Instansi yang terlibat dalam pengawasan
mungkin lebih dari satu instansi sesuai dengan lingkup wewenang
dan tanggungjawab, serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
Cantumkan instansi-instansi yang akan dilapori hasil kegiatan
pemantauan lingkungan hidup secara berkala sesuai dengan lingkup
tugas instansi yang bersangkutan.
4. Pernyataan komitmen pelaksanaan RKL-RPL
Pernyataan pemrakarsa memuat pernyataan dari pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
- 89 -

5. Daftar pustaka
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan
dalam penyusunan RKL_RPL baik yang berupa buku, majalah, makalah,
tulisan, maupun laporan hasil-hasil penelitian. Bahan-bahan pustaka
tersebut agar ditulis dengan berpedoman pada tata cara penulisan
pustaka.

6. Lampiran
Penyusun dokumen Amdal juga dapat melampirkan data dan informasi lain yang
dianggap perlu atau relevan
- 90 -

CONTOH MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
Dampak Penting Yang Dikelola (Hasil Arahan Pengelolaan pada ANDAL)
1. Peningkatan Kegiatan Konsentrasi a. Melakukan a. Di dalam tapak proyek minimal sehari dua kali a. Instansi Pelaksana
debu akibat mobilisasi alat debu yang penyiraman yang menjadi sumber yaitu PT X selaku
mobilisisasi dan bahan pada timbul tidak jalan secara pencemar kualitas pemrakarsa dan
usaha tahap melebihi baku berkala udara, kontrakor
dan/atau konstruksi mutu udara b. Memasang plat b. Di jalan angkut yang pelaksana kegiatan
kegiatan ambien untuk penghalang melalui permukiman konstruksi
parameter pada ban warga b. Instansi Pengawas
debu kendaraan c. Lokasi rinci dapat yaitu BLHD
angkut dilihat pada peta 2.1 Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y
c. Instansi Penerima
Laporan yaitu BLHD
Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, DInas PU
Prov Y
2. Peningkatan Erosi tanah Stabilnya laju a. Menanami area a. Di area sekitar waduk a. Penanaman sekali a. Instansi Pelaksana
laju karena sebab sedimentasi sekitar waduk dalam radius 5 km dengan penanaman dan
sedimentasi di alamiah di area sekitar dengan b. Di batas sosial yang pemeliharaan setiap pemberian
waduk maupun waduk selama tanaman mungkin memberikan bulan sekali pemahaman di
antropogenik umur waduk penahan erosi kontribusi terhadap b. Pemberian batas sosial yaitu PT
pada area yang b. Memberikan peningkatan erosi pemahaman X selaku
berdekatan pemahaman antropogenik dilakukan sekali pemrakarsa
dengan waduk kepada c. Di luar batas sosial setahun b. Instansi pelaksana
penduduk yang yang masih mungkin pemberian
beraktivitas di memberikan pemahaman di luar
daerah rawan kontribusi terhadap batas sosial
- 91 -

Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
erosi guna peningkatan erosi yaitu pemda kab X
mengurangi antropogenik c. Instansi Pengawas
kegiatan yang d. Lokasi rinci dapat yaitu BLHD
dapat menjadi dilihat pada peta 2.1 Kabupaten X, DInas
sumber erosi PU Kab X, BLH
antropogenik Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y
d. Instansi Penerima
Laporan yaitu BLHD
Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y

Dampak Lingkungan Lainnya yang Dikelola


(pengelolaan lingkungannnya telah direncanakan sejak awal sebagai bagian dari rencana kegiatan, atau mengacu pada SOP, panduan teknis pemerintah,
standar internasional, dll)
1. Timbulnya Kegiatan Sampah a. Mengumpulkan Di area akomodasi Dilakukan sehari sekali a. Instansi Pelaksana
sampah akomodasi domestik sampah domestic pekerja konstruksi yaitu PT X selaku
domestic pekerja dikelola sesuai dengan dipilah pemrakarsa
konstruksi dengan antara organic b. Instansi Pengawas
peraturan dengan anorganik yaitu BLHD
perundangan sesuai dengan Kabupaten X, BLH
SOP perusahaan Provinsi Y
nomor …. c. Instansi Penerima
b. Bekerjasama Laporan yaitu BLHD
dengan Dinas Kabupaten X, BLH
Kebersihan Kab Y Provinsi Y,
untuk
menyediakan jasa
angkutan sampah
domestic harian
(diatur dalam
MOU nomor …
dengan Dinas
- 92 -

Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
Kebersihan)

CONTOH MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

Jenis Dampak
No. yang Timbul (bisa Indikator/ Metode Pengumpulan &
Lokasi Waktu &
di ambien dan Parameter Sumber Dampak Analisis Data Pelaksana Pengawas Penerima Laporan
Pantau Frekuensi
bisa di
sumbernya)

1 Penurunan muka Kedalaman/ Dewatering dari Pemantauan langsung Sumur Satu bulan dua PT XYZ selaku BLHD kab A, BLHD kab A,
air tanah (MAT) ketinggian MAT tahap operasional pada sumur pantau pantau A, B, kali pemrakarsa dan BLHD Prov B, BLHD Prov B,
tambang dengan menggunakan C, D dan E seluruh Dinas PU Prov B, Dinas PU Prov B,
piezometer yang berada kontraktor Dinas PU Kab A Dinas PU Kab A
di koordinat penambangan
……. Dst
(lokasi rinci
pada peta di
lampiran
…..)
- 93 -

PEDOMAN PENILAIAN ANDAL, RKL-RPL


A. UMUM
Penilaian Amdal dan RKL-RPL dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. penerimaan dan penilaian permohonan penilaian dokumen Andal dan RKL-
RPL secara administratif;
2. penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis;
3. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan
Andal dan RKL-RPL; dan
4. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.

B. PENERIMAAN DAN PENILAIAN DOKUMEN ANDAL, DAN RKL-RPL SECARA


ADMINISTRATIF
1. Pelaku usaha menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan Berita Acara
persetujuan Formulir Kerangka Acuan (KA);
2. Permohonan penilaian Andal, dan RKL-RPL diajukan oleh pelaku usaha
(penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan) secara online melalui sistem
OSS, yang ditujukan kepada:
a. KPA pusat, untuk usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan penilaian
Andal dan RKL-RPLnya merupakan kewenangan KPA Pusat
b. KPA provinsi, untuk usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan
penilaian Andal dan RKL-RPLnya merupakan kewenangan KPA Provinsi;
dan
c. KPA kabupaten/kota, untuk usaha dan/atau kegiatan yang kewenangan
penilaian Andal dan RKL-RPLnya merupakan KPA kabupaten/kota.
3. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi terhadap dokumen Andal dan
RKL-RPL yang diajukan meliputi:
a. Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana
tata ruang;
b. keabsahan tanda bukti registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan
(LPJP) Amdal, apabila penyusunan Andal dan RKL-RPL dilakukan oleh
LPJP Amdal;
c. keabsahan tanda bukti sertifikasi kompetensi penyusunan Amdal;
d. kesesuaian muatan Andal dan RKL-RPL dengan muatan yang
tercantum di dalam pedoman penyusunan Andal dan RKL-RPL; dan
e. uji administrasi Andal dan RKL-RPL berdasarkan panduan uji
administrasi penilaian Andal, dan RKL-RPL (panduan 01).
4. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, sekretariat KPA memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan atau ketidaklengkapan uji
administrasi Andal dan RKL-RPL yang telah dilakukan.
5. Dalam hal permohonan Andal, dan RKL-RPL dinyatakan tidak lengkap,
maka Sekretariat KPA mengembalikan permohonan Andal, dan RKL-RPL
kepada pelaku usaha.
6. Dalam hal permohonan Andal, dan RKL-RPL dinyatakan lengkap, maka
sekretariat KPA memberikan pernyatan tertulis perihal kelengkapan Andal,
dan RKL-RPL kepada pelaku usaha.
7. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila:
a. uji administrasi menyimpulkan bahwaAndal dan RKL-RPL yang
disampaikan lengkap secara administrasi; dan
b. Andal dan RKL-RPL yang sudah dinyatakan lengkaptelah diserahkan
kepada sekretariat KPA sesuai jumlah kebutuhan untuk rapat tim
teknis.
- 94 -

C. PENILAIAN ANDAL DAN RKL-RPL SECARA TEKNIS


1. Persiapan Rapat Tim Teknis
a. Sekretariat KPA menyiapkan rapat tim teknis guna menilai Andal dan
RKL-RPL, melalui antara lain:
1) membuat undangan dan mengidentifikasi daftar anggota tim teknis
yang akan dilibatkan yang akan dilibatkan dalam penilaian Andal
dan RKL-RPL;
2) meminta sejumlah dokumen Andal dan RKL-RPL kepada pelaku
usaha sesuai dengan jumlah daftar undangan yang ada untuk
dilakukan penilaian;
3) mengirimkan undangan beserta dokumen Andal dan RKL-RPL
kepada seluruh anggota tim teknis.
4) Melakukan konfirmasi kehadiran kepada seluruh anggota tim teknis
yang diundang; dan
5) Mengkompilasi masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis.
b. Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota tim teknis
selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja dari tanggal yang tercantum
dalam surat pengantar pengiriman Andal dan RKL-RPL sebelum rapat
tim teknis dilakukan.

2. Penilaian Mandiri Andal, RKL-RPL oleh Tim Teknis


a. Ketua KPA menugaskan tim teknis untuk menilai Andal dan RKL-RPL.
b. Anggota tim teknis melakukan penilaian Andal dan RKL-RPL secara
mandiri sebelum dilaksanakannya rapat tim teknis.
c. Penilaian Andal dan RKL-RPL, dilakukan melalui:
1) uji tahap proyek;
2) uji kualitas dokumen; dan
3) telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
d. Uji tahap proyek untuk memastikan rencana kegiatan pada tahap studi
kelayakan atau rencana detail rinci (Detailed Engineering Design/DED).
e. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan Panduan Uji Tahap Proyek
Andal dan RKL-RPL (panduan 02).
f. Uji kualitas Andal dan RKL-RPL, terdiri atas uji:
1) konsistensi;
2) keharusan;
3) relevansi; dan
4) kedalaman.
g. Uji kualitas Andal dan RKL-RPL dilakukan berdasarkan panduan uji
kualitas dokumen Amdal bagian Andal, RKL-RPL (panduan 04bagian
Andal dan RKL-RPL).
h. Telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan.
i. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan disampaikan
kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua) hari sebelum rapat tim teknis.
3. Penyelenggaraanrapat tim teknis Penilaian Andal dan RKL-RPL
a. hasil penilaian mandiri yang dilakukan tim teknis disampaikan pada
saat dilakukan rapat tim teknis.
b. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan wajib dihadiri oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pelaku usaha atau wakil yang ditunjuk oleh pelaku usaha yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang dibuktikan
dengan surat penunjukkan;
- 95 -

3) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal, jika pelaku
usaha tidak menyusun sendiri dokumen amdalnya; dan
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
c. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila pelaku
usaha dan/atau tim penyusun dokumen Amdal tidak hadir.
d. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir, wajib
dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan ketidakhadirannya.
e. Dalam hal tenaga ahli yang membantu tim penyusun Amdal berhalangan
hadir dalam rapat tim teknis penilaian Andal dan RKL-RPL, ketua tim
penyusun Amdal wajib bertanggung jawab atas segala pertanyaan dari
tim teknis yang terkait dengan bidang yang menjadi tanggung jawab
tenaga ahli.
f. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim teknis
dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk oleh ketua tim
teknis melalui surat penunjukan.
g. Dalam rapat tim teknis, pelaku usaha menyampaikan paparan atas
Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk dilakukan penilaian.
h. Terhadap paparan dari pelaku usaha, tim teknis melakukan
pembahasan atas dua pokok bahasan yaitu pembahasan penilaian Andal
dan pembahasan penilaian RKL-RPL.
i. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota tim teknis
wajib dicatat oleh sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara
penilaian Andal dan RKL-RPL dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy).
4. Tindak Lanjut Rapat Tim Teknis Penilaian Andal dan RKL-RPL
a. Ketua Tim teknis menyampaikan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
dalam bentuk berita acara penilaian Andal dan RKL-RPLkepada ketua
KPA.
b. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa Andal dan
RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis menyampaikan Andal dan RKL-RPL
tersebut kepada ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk kemudian
dikembalikan kepada pelaku usaha.
c. Pelaku usaha menyampaikan kembali perbaikan Andal dan RKL-RPL
kepada:
a) sekretariat KPA pusat;
b) sekretariat KPA provinsi; atau
c) sekretariat KPA kabupaten/kota.
d. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan Andal dan RKL-RPL kepada
setiap anggota tim teknis.
e. Setiap anggota tim teknis melakukan pengecekan kebenaran atau
kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan dalam Andal
dan RKL-RPL.
5. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Andal-RKL-RPL
a. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek teknis
dari Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) kualitas Andal dan RKL-RPL telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan Amdalnya untuk
dinilai; dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
- 96 -

b. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis dalam bentuk
berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis Andal dan RKL-RPL.
c. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis
Andal dan RKL-RPL kepada ketua KPA.

D. PENILAIAN KELAYAKAN ATAU KETIDAKLAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP


BERDASARKAN ANDAL DAN RKL-RPL
1. Persiapan Rapat KPA
a. Andal dan RKL-RPL yang telah selesai dinilai oleh tim teknis
disampaikan kepada sekretariat KPA.
b. Sekretariat KPA menyampaikan Andal dan RKL-RPL kepada Ketua KPA.
c. Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang disampaikan, Ketua KPA
menyelenggarakan rapat KPA.
d. Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota KPA selambat
lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum rapat KPA dilakukan.

2. Penyelenggaraan Rapat KPA


a. Rapat KPA dipimpin oleh ketua KPA, dan wajib dihadiri oleh:
1) anggota KPA yang diundang, yang wajib mendapat mandat dari
institusi yang diwakilinya untuk melakukan pengambilan keputusan
yang dibuktikan melalui surat penugasan dari instansi yang
bersangkutan sebagai anggota KPA;
2) anggota tim teknis;
3) pelaku usaha atau wakil yang ditunjuk oleh pelaku usaha yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang dibuktikan
dengan surat penunjukkan;
4) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal, jika pelaku
usaha tidak menyusun sendiri dokumen Amdalnya; dan
5) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
b. Rapat KPAdapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila pelaku usaha
dan/atau tim penyusun dokumen Amdal tidak hadir.
c. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir, wajib
dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan ketidakhadirannya.
d. Anggota KPA yang berhalangan hadir dalam rapat KPA, wajib
memberikan tanggapan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan untuk
dinilai Amdalnya secara tertulis paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum
rapat KPA dilaksanakan.
e. Masukan tertulis, disampaikan di hadapan peserta rapat KPA oleh ketua
KPA.
f. Dalam hal ketua KPA berhalangan hadir, maka rapat KPA dapat
dipimpin oleh sekretaris KPA.
g. Rapat KPA diawali dengan penyampaian paparan atas Andal dan
dokumen RKL-RPL oleh pelaku usaha.
h. Rapat KPA dilanjutkan dengan penyampaian hasil penilaian aspek teknis
dari Andal dan RKL-RPL oleh ketua tim teknis.
i. Dalam hal ketua tim teknis berperan sebagai pimpinan rapat KPA, maka
ketua tim teknis menunjuk wakil dari tim teknis untuk menyampaikan
hasil penilaian aspek teknis dimaksud.
j. Anggota KPA kemudian memberikan penilaian secara lisan dan tertulis
atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diajukan untuk dilakukan penilaian
Andal dan RKL-RPLnya, sesuai dengan kewenangan, kapasitas, dan
keahliannya.
- 97 -

k. Dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup,


anggota KPA wajib mempertimbangkan kriteria kelayakan lingkungan
hidup.
l. Semua tanggapan dari seluruh anggota KPA wajib dicatat oleh
sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara rapat KPA.
m. Berita acara paling sedikit berisi:
1) informasi kronologi pelaksanaan penilaian Amdal;
2) informasi kronologi berisi antara lain:
a) kronologi pelaksanaan rapat tim teknis dan KPA;
b) riwayat persuratan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan yaitu persuratan yang dapat bersifat dukungan
maupun keberatan terhadap rencana kegiatan;
3) rumusan saran pendapat tanggapan masyarakat (SPT) digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
4) kesimpulan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana usaha dan/atau kegiatan, didasarkan kepada kriteria
kelayakan lingkungan hidup dan persyaratan lain yang harus
diperhatikan dalam surat keputusan kelayakan lingkungan hidup.
n. Kesimpulan, dapat berupa:
1) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan layak
lingkungan hidup;
2) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan tidak
layak lingkungan hidup; atau
3) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan layak
lingkungan hidup namun terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
selaku pengambil keputusan.

E. SKEMA PENERAPAN PROSES PENILAIAN ANDAL DAN RKL-RPL


Proses penilaian Andal dan RKL-RPL dapat dilakukan melalui tiga skema, yaitu:
1. Skema I, yang terdiri dari:
a. Proses penilaian aspek teknis (melalui rapat tim teknis); dan
b. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan (melalui rapat KPA),
yang dilakukan terpisah.
Skema I dilakukan sesuai dengan proses penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana tercantum pada huruf G dan huruf H di atas.
2. Skema II, yang terdiri dari:
a. Rapat tim teknis; dan
b. Rapat KPA
yang dilakukan secara terpisah dan perbaikan dokumen dilakukan setelah
rapat KPA.
Skema II tersebut hanya dapat dilakukan dengan syarat bahwa hasil rapat
tim teknis menunjukkan tidak diperlukannya perbaikan yang sifatnya
mendasar dan dokumen Andal dan RKL-RPL tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan.
3. Skema III, yang dilakukan dengan cara menggabungkan rapat tim teknis
dengan rapat KPA.
Dalam hal hasil rapat gabungan tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan
perbaikan yang mendasar sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan maka diperlukan
rapat KPA ulang.
Atas pertimbangan efisiensi, efektivitas waktu, dan ketersediaan sumber
daya penilaian, Ketua KPA dapat memilih skema II atau skema III untuk
- 98 -

digunakan dalam proses penilaian Andal dan RKL-RPL dengan tetap


menjamin tercapainya kualitas hasil kajian yang tercakup dalam dokumen
Andal dan RKL-RPL yang valid dan representatif sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan.
F. TINDAK LANJUT PERBAIKAN ANDAL DAN RKL-RPL
1. Dalam hal hasil rapat Komisi Penilai Amdal (KPA) menyatakan bahwa
dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, maka Sekretariat Komisi
Penilai Amdal mengembalikan dokumen Andal dan RKL-RPL kepada Pelaku
Usaha untuk diperbaiki;
2. Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan Andal dan RKL-RPL berdasarkan
hasil penilaian Andal dan RKL-RPL;
3. Hasil perbaikan Andal dan RKL-RPL yang telah dilakukan oleh pelaku usaha,
disampaikan kepada ketua KPA melalui sekretariat KPA;
4. Sekretariat KPA menyampaikan undangan beserta dokumen Andal dan RKL-
RPL yang telah diperbaiki kepada seluruh anggota KPA untuk dilakukan
penilaian akhir.
5. Dokumen Andal dan RKL-RPL hasil perbaikan wajib diterima oleh seluruh
anggota KPA selambat lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum rapat penilaian
akhir KPA dilakukan.
G. WAKTU PROSES PENILAIAN DAN PERBAIKAN ANDAL DAN RKL-RPL
Proses penilaian dokumen Andal dan RKL-RPL berikut pula perbaikan dokumen
Andal RKL-RPL oleh pelaku usaha dilakukan paling lama 50 (lima puluh) hari
kerja semenjak dokumen Andal dan RKL-RPL lengkap secara administrasi.
H. PENYAMPAIAN REKOMENDASI HASIL PENILAIAN DARI KPA KEPADA
PENGAMBIL KEPUTUSAN
1. Berdasarkan berita acara rapat KPA, sekretaris KPA kemudian merumuskan
rekomendasi hasil penilaian akhir terhadap Andal, RKL-RPL yang kemudian
disampaikan kepada Ketua KPA;
2. Ketua KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian akhir yang
dilengkapi dengan:
a. konsep surat keputusan kelayakan lingkungan hidup, dalam hal
rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan adalah dinyatakan layak lingkungan hidup; atau
b. konsep surat keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, dalam hal
rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan adalah dinyatakan tidak layak lingkungan hidup,
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
3. Jangka waktu penyampaian rekomendasi hasil penilaian akhir terhadap
Andal, RKL-RPL dan penyampaian konsep surat keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannyadilakukan paling lama 5 (lima) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian
akhir dari KPA melalui ketua KPA.
4. Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian akhir tersebut, maka Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya kemudian
menerbitkan:
a. keputusan kelayakan; atau
b.ketidaklayakan lingkungan hidup.
5. Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari KPA
melalui ketua KPA.
- 99 -

A. MEKANISME PENILAIAN ANDAL, DANRKL-RPL


Sekretariat: Pengajuan Permohonan Dalam satu permohonan
1. Memberikan tanda bukti Kepada:
Penilaian Andal, RKL-RPL 1. Menteri melalui seketariat
penerimaan
2. Melakukan uji administrasi. KPA pusat;
2. gubernur melalui
sekretariat KPA provinsi;
3. bupati/walikota melalui
sekretariat
KPAkabupaten/kota,sesuai
kewenangannya.

Kelengkap Tidak
an

Ya

Sekretariat memberikan pemrakarsa tidak menyampaikan kembali


Sekretariat memberikan
pernyataan lengkap perbaikan Andal, RKL-RPL
pernyataan kelengkapan
administrasi paling lama 3 (tiga) tahun
administrasi

Menteri, gubernur atau


Dikembalikan ke
bupati/walikota sesuai
pemrakarsa untuk Lebih
kewenangannya dari 3
diperbaiki
mengumumkan Tahun
permohonan izin
Kurang dari 3
lingkungan Penyampaian
Sekretariat Tahun
Kembali
menyampaikan perbaikan Andal, RKL-
dokumen Andal, RKL- RPL
Sekretariat menyiapkan RPL kepada setiap dibahas dalam rapat tim
rapat tim teknis tekniskembaliuntuk
anggota tim teknis melakukan verifikasi
kebenaran/kesesuaian
kembali untuk Dinyatakan tidak
memastikan bahwa dapat diterima
Sekretariat
seluruh perbaikan yang
mendokumentasikan dan Setiap anggota tim teknis
dicantumkan dalam
menyimpulkan hasil melakukan verifikasi dokumen telah lengkap,
penilaian mandiri sebagai kebenaran/kesesuaian benar dan sesuai.
Dokumen
bahan rapat tim teknis atas hasil perbaikan yang
PerbaikanAn
telah dicantumkan dalam dal, RKL-RPL
dokumen Andal, RKL-RPL

Tim teknis melakukan Dinyatakan dapat diterima


rapat tim teknis untuk:

1. Membahas hasil Sekretariat


Andal, RKL-RPL yang KPA melakukan rapat untuk
penilaian mandiri
telah selesai dinilai menyiapkan rapat KPA memberikan penilaian
2. pembahasan penilaian
Andal dan oleh tim teknis secara lisan dan tertulis
3. pembahasan penilaian disampaikan kepada atas kelayakan atau
RKL-RPL sekretariat KPA ketidaklayakan lingkungan
Sekretaris KPA
Perlu hidup dari rencana usaha
merumuskan
diperbaiki dan/atau kegiatan yang
Andal, RKL-
rekomendasi hasil
diajukan untuk dilakukan
RPL penilaian akhir
penilaian Andal dan RKL-
terhadap Andal, RKL-
RPLnya, sesuai dengan
RPL
Dapat kewenangan, kapasitas dan
diterima keahliannya
Ketua KPA menyampaikan
Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil rekomendasi hasil penilaian
penilaian akhir aspek teknis dari dokumen Andal akhir kepada Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai Menteri, gubernur,
dan RKL-RPL, antara lain:
bupati/walikota sesuai
kewenangannya
kewenangannya
1) Kualitas Andal dan RKL-RPL telah memenuhi
menerbitkan keputusan
persyaratan yang ditentukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; kelayakan lingkungan hidup
2) Kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dan
rekomendasi Layak
hidup atas rencana usaha dan/atau kegiatan
yang diajukan amdalnya untuk dinilai; dan hasil penilaian
3) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait akhir
dengan proses pengambilan keputusan atas
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup
Tidak
layak

Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai Izin Lingkungan Definitif diterbitkan oleh OSS
tidak Dapat kewenangannya menerbitkan ketidaklayakan
Dilaksanakan lingkungan hidup
- 100 -

PANDUAN PENILAIAN ANDAL-RKL-RPL

Pada prinsipnya, terdapat dua objek penilaian Amdal, yaitu dokumen Amdal dan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Dengan prinsip ini maka
terdapat konsekuensi bahwa penilaian Amdal harus menghasilkan kesimpulan
bahwa:
1. dokumen Amdal yang telah dinilai adalah valid dan representatif berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kaidah ilmiah untuk dapat dijadikan
bahan pertimbangan pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
Amdalnya untuk dinilai; dan
2. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan untuk dinilai adalah layak
lingkungan atau tidak layak lingkungan.

Berikut adalah gambaran umum mengenai skema tahapan penilaian Andal dan
RKL-RPL yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penilaian
sehingga dapat menghasilkan dua output (keluaran) di atas.
Pemrakarsa

Andal dan RKL-RPL

Uji Administrasi
[gunakan format
Sesuai Tidak
dalam panduan 01
dan panduan 02) persyaratan
administrasi

Ya

Sesuai Izin Lokasi


yang diberikan Tidak
Ditolak

Uji Tahap Proyek Ya


(gunakan dalam
panduan 03)

Usaha dan/atau kegiatan


sedang dan/atau telah
dilakukan konstruksi Ya
dan/atau operasi Ditolak
dan/atau pasca operasi?

Tidak

Masukan
Uji Kualitas 1. Lakukan uji konsistensi Dokumen sesuai
Tidak untuk
[gunakan 2. Lakukan uji keharusan dengan persyaratan
perbaikan
panduan 04] 3. Lakukan uji kedalaman kualitas dokumen
Amdal? dokumen
4. Lakukan uji relevansi

Ya

Rencana usaha
Dokumen dijadikan lampiran SK Persetujuan KA Ya dan/atau kegiatan Tidak
atau SK KelayakanLingkunganHidup and Izin disepakati KA-nya Ditolak
Lingkungan atau SK Ketidaklayakan Lingkungan atau layak
Hidup lingkungan hidup?
- 101 -

Keterangan Skema:
Dalam hal dokumen Andal dan RKL-RPL tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi, maka dokumen tersebut wajib dikembalikan kepada pemrakarsa
untuk dilengkapi dan terhadap dokumen tersebut tidak dapat dilanjutkan proses
penilaian dokumennya dalam rapat tim teknis atau rapat KPA. Dokumen yang
memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dapat dilanjutkan untuk
dilakukan penilaian dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, maka dokumen Andal RKL-RPL tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.
Di samping itu, penyusun dokumen Amdal melakukan analisis spasial kesesuaian
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta indikatif penundaan izin baru
(PIPIB) .
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB, kecuali
untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang tercantum dalam
maka penilaian Andal RKL-RPL tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut.

Untuk mengetahui bahwa dokumen Amdal yang dinilai adalah valid dan
representatif maka dapat digunakan tiga uji sebagai berikut:
1. Uji administrasi dokumen Amdal
Dokumen Amdal yang diajukan pemrakarsa harus memenuhi persyaratan
administrasi sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Uji tahap proyek
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap perencanaan (studi
kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun pada tahap DED maka
memiliki konsekuensi bahwa informasi mengenai deskripsi kegiatan harus
lebih rinci dan RKL-RPLnya lebih implementatif. serta lokasinya harus sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang berlaku dan sudah
ditetapkan.
3. Uji kualitas dokumen Amdal meliputi:
a. Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara rinci, uji
konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil pelingkupan
(termasuk parameter yang akan dikaji) dengan metode studi yang akan
digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk parameter yang
dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona lingkungan awal,
prakiraan besaran dampak, sifat penting dampak, evaluasi secara holistik
serta rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; dan
3) konsistensi dampak lingkungan (termasuk parameternya) yang akan
dikelola yang tertera padaformulir KA dan Andal dengan yang tertera
dalam RKL-RPL.

b. Uji Keharusan
Uji keharusan secara umum dimaksudkan untuk menilai bahwa suatu
dokumen Andal dan RKL-RPL telah memenuhi aspek-aspek yang harus ada
dalam suatu dokumen Amdal, Secara rinci dokumen amdal wajib berisi:
1) proses pelingkupan, dengan hasil berupa dampak penting hipotetik, batas
wilayah studi dan batas waktu kajian yang dilengkapi dengan metode
studi;
- 102 -

2) dampak penting, prakiraan besaran dampak dan prakiraan sifat penting


dampak;
3) evaluasi holistik termasuk penentuan kelayakanlingkungan hidup; dan
4) dampak yang dikelola dan dipantau dan rencana pengelolaan dan
pemantauan dampak dimaksud.
c. Uji kedalaman
Uji kedalaman yang dimaksudkan adalah menilai bahwa penyusunan Andal
dan RKL-RPL dilakukan dengan menggunakan data dan metodologi yang
sahih serta sesuai dengan kaidah ilmiah dalam pelaksanaan dan perumusan
hasil studi Amdal. Uji kedalaman dilakukan oleh seseorang dengan keahlian
di bidang tertentu.
d. Uji relevansi
Uji relevansi dilakukan untuk memastikan:
1) kesesuaian antara arahan upaya pengelolaan lingkungan hidup dengan
dampak lingkungan yang timbul;
2) kesesuaian antara arahan upaya pemantauan lingkungan hidup
dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan dampak lingkungan
yang timbul;
3) kesesuaian antara bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan bentuk
pemantauan lingkungan dengan dampak lingkungan yang timbul;
4) kesesuaian antara lokasi pengelolaan dengan lokasi timbulnya dampak;
5) kesesuaian antara periode pengelolaan dengan waktu terjadinya
dampak; dan
6) ketepatan institusi yang melakukan pengawasan dan institusi yang
menerima laporan, dengan dampak lingkungan yang dikelola dan
dipantau.

Berikut ini adalah beberapa panduan yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan:
1. uji administrasi Penilaian Andal, dan RKL-RPL (panduan 01);
2. uji tahap proyek (panduan 02);
3. uji kualitas dokumen Amdal (panduan 03); dan
4. panduan penilaian amdal rinci (panduan 04).

Catatan:
Panduan 04 merupakan alat bantu tambahan dalam melakukan uji kedalaman
yang merupakan bagian dari uji kualitas dokumen Amdal.
- 103 -

A. PANDUAN UJI ADMINISTRASI PENILAIAN ANDAL DAN RKL-RPL (PANDUAN 01)


Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan Penilaian Andal, dan
RKL-RPL berdasarkan format uji administrasi sebagaimana tercantum di bawah
ini.
Berdasarkan hasil uji administrasi, sekretariat KPA memberikan pernyataan
tertulis mengenai:
1. kelengkapan administrasi, jika semua persyaratan kelengkapan administrasi
telah terpenuhi; dan
2. ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan kelengkapan
administrasi tidak terpenuhi.
Tidak
No. Kelengkapan Administrasi Ada Keterangan
ada
1. Permohonan Penilaian Andal dan RKL-
RPL
a. Draft Andal
b. Draft RKL-RPL
2. Dokumen Andal
a. Data dan informasi rinci mengenai
rona lingkungan hidup, antara
lain berupa tabel, data, grafik, foto
rona lingkungan hidup, jika
diperlukan.
b. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses, dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam prakiraan dampak.
c. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam evaluasi secara holistik
terhadap dampak lingkungan.
d. Data dan informasi lain yang
dianggap perlu dan
relevan(persyaratan kelengkapan
administrasi ini sifatnya tidak
wajib, bilamana tidak tersedia
tidak memepengaruhi
kelengkapan administrasi).
e. Muatan Andal sudah sesuai
dengan pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) deskripsi rinci rona lingkungan
hidup awal;
3) prakiraan dampak penting;
4) evaluasi secara holistik
terhadap dampak lingkungan;
5) daftar pustaka; dan
6) lampiran.
3. RKL-RPL
a. Muatan RKL-RPL sudah sesuai
- 104 -

Tidak
No. Kelengkapan Administrasi Ada Keterangan
ada
pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) rencana pengelolaan
lingkungan hidup;
3) rencana pemantauan
lingkungan hidup;
4) jumlah dan jenis izin PPLH
yang dibutuhkan;
5) pernyataan dan komitmen
pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam RKL-RPL;
6) daftar pustaka; dan
7) lampiran.
b. Matriks atau Tabel Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) dampak lingkungan;
2) sumber dampak;
3) indikator keberhasilan
pengelolaan lingkungan hidup;
4) bentuk pengelolaan
lingkungan hidup;
5) lokasi pengelolaan lingkungan
hidup;
6) periode pengelolaan
lingkungan hidup; dan
7) institusi pengelolaan
lingkungan hidup.
c. Peta pengelolaan lingkungan
hidup.
d. Matriks atau Tabel Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) Dampak yang dipantau;
2) Bentuk pemantauan
lingkungan hidup;
3) Institusi pemantau lingkungan
hidup.
e. Peta pemantauan lingkungan
hidup.
- 105 -

B. PANDUAN UJI TAHAP PROYEK (PANDUAN 02)


Tim teknis melakukan uji tahap proyek berdasarkan format uji tahap proyek
sebagaimana tercantum di bawah ini. Dalam hal hasil penilaian tim teknis
menunjukkan bahwa dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis
menyampaikan dokumen tersebut kepada Ketua KPA melalui sekretariat KPA
untuk dikembalikan kepada pemrakarsa.

No. Aspek yang diuji Ya Tidak Keterangan


1. Apakah lokasi rencana Tim Teknis wajib menilai
usaha dan/atau kegiatan kesesuaian lokasi rencana
sudah sesuai dengan usaha dan/atau kegiatan
rencana tata ruang. dengan rencana tata ruang
dan kesesuaian dengan
peta indikatif penundaan
izin baru (PIPIB) tentang
Penundaan Pemberian Izin
Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam
Primer dan Lahan Gambut,
atau peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal ini.
2. Periksa apakah dokumen
Andal dan RKL-RPL yang
disampaikan untuk
usaha dan/atau kegiatan
yang masih dalam tahap
perencanaan atau tidak?

Catatan:
Apabila usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
untuk dinilai dokumen
Andal, RKL-RPL telah
dilakukan pra konstruksi,
konstruksi, operasi
dan/atau pasca operasi,
maka usaha dan/atau
kegiatan tersebut wajib
ditolak dokumen
Amdalnya serta tidak
dapat dilakukan penilaian
di KPA.
Terhadap usaha
dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan
mekanisme lainnya
sesuai peraturan
perundangan yang
berlaku.
- 106 -

Selain dua pertanyaan sebagaimana dimaksud di atas, uji tahap proyek juga
dilakukan untuk mengetahui apakah penyusunan Andal dan RKL-RPL dilakukan
pada tahap studi kelayakan atau pada tahap Detailed Engineering Design(DED).
Apabila rencana usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan masih dalam tahap studi
kelayakan, maka deskripsi kegiatan mungkin belum terlalu rinci.
Namun apabila rencana usaha dan/atau kegiatan sudah dalam tahap desain teknis
rinci (DED) maka deskripsi kegiatannya harus rinci. Deskripsi rinci dimaksud tidak
termasuk formula, paten atau hal-hal yang terkait dengan rahasia perusahaan,
tetapi hanya hal-hal yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak lingkungan.

C. PANDUAN UJI KUALITAS DOKUMEN ANDAL DAN RKL-RPL (PANDUAN 03)


Tim teknis melakukan uji kualitas dokumen Andal, dan RKL-RPL berdasarkan
format uji kualitas dokumen Andal, dan RKL-RPL sebagaimana tercantum di
bawah ini. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan Andal dan RKL-
RPL perlu diperbaiki, tim teknis menyampaikan dokumen tersebut kepada
Ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk dikembalikan kepada pemrakarsa. Uji
kualitas dokumen bertujuan untuk memastikan bahwa dokumen Andal dan
RKL-RPL adalah valid dan representatif berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan kaidah ilmiah untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan
pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan Andal dan RKL-RPLnya untuk
dinilai.
Pada prinsipnya uji kualitas dokumen Andal dan RKL-RPL meliputi:
1. Uji Konsistensi;
2. Uji Keharusan;
3. Uji Kedalaman; dan
4. Uji Relevansi.
- 107 -

Secara ringkas, keempat uji di atas dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa form sebagai berikut:

Format Panduan Uji Kualitas Dokumen Amdal

Formulir Kerangka Acuan (KA) Andal, RKL RPL


Dampak
Metode
Penting Metode Metode Prakiraan Dampak
Metode Prakiraan Rona Evaluasi Jenis Izin
No Hipotetik Metode Prakiraan Sifat Evaluasi
Pengumpulan Besaran Lingkungan Dampak Secara RKL RPL PPLH yang
(DPH beserta Analisa Data Penting Secara Sifat
Data Dampak Awal Besaran Holistik diperlukan
parameternya) Dampak Holistik Penting
Penting
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1. ..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
................... ................. ............... ................. ............... ............... ................. ............... ............ ........... .............. ................. .................
Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
................... ................. .............. ................. ............... ............. ................. ............. ........... ........... ............ ................. .................
2. ..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
................... ................. ............... ................. ............... ............... ................. ............... ............ ........... .............. ................. .................
Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
..................... ...................... .................... ...................... ....................... .................... ...................... .................... .................. ......................... .................... ...................... ......................
................... ................. .............. ................. ............... ............. ................. ............. ........... ........... ............ ................. .................
.
.
.
dst.
- 108 -

Keterangan:
1. Kolom (2)
a. Dipetik dari bagian dampak penting hipotetik dalam dokumen formulir KA
atau pada kolom pelingkupan pada matrik proses pelingkupan.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
metode studi yang digunakan (metode pengumpulan dan analisis data,
metode prakiraan besaran dampak, metode prakiraan sifat penting dampak
dan metode evaluasi dampak.
2. Kolom (3)
a. Metode pengumpulan data diisi dengan data primer atau sekunder.
b. Dipetik dari Bagian Metode Studi Sub Bagian Metode Pengumpulan dan
Analisis Data pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode pengumpulan data yang digunakan dengan dampak
penting hipotetik (DPH)yang akan diprakirakan.
3. Kolom (4)
a. Standar lab, kualitatif, atau kuantitatif
b. Dipetik dari bagian metode studi sub bagian metode pengumpulan dan
analisis data pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode analisis data yang digunakan dengan DPH yang
akan diprakirakan.
4. Kolom (5)
a. Perhitungan, matematis, modelling, Penilaian Ahli, atau Literatur
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan dampak penting pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode prakiraan besaran dampak yang digunakan dengan
DPH yang akan diprakirakan.
5. Kolom (6)
a. Dapat menggunakan kriteria dampak penting pada UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup Pasal 22
Ayat (2) atau Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
LingkunganNomor 056 Tahun 1994 atau revisinya.
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan sifat penting pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode prakiraan sifat penting dampak yang digunakan
dengan DPH yang akan diprakirakan.
6. Kolom (7)
a. Dipetik dari sub bagian metode studi sub bagian metode evaluasi secara
holistik pada formulir KA.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi,
dan kedalaman metode evaluasi secara holistik yang digunakan.
7. Kolom (8)
a. Uraian mengenai rona lingkungan hidup secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Dapat dipetik dari bagian deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
kemutakhiran dan relevansi data dan informasi mengenai rona lingkungan
hidup awal.
8. Kolom (9)
a. Dipetik dari bagian prakiraan dampak pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis yang
disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan besaran dampak
menggunakan metode prakiraan besaran dampak yang sahih sebagaimana
- 109 -

termaktub dalam dokumen formulir KA dan dilakukan sesuai dengan kaidah


prakiraan besaran dampak.
9. Kolom (10)
a. Dipetik dari bagian prakiraan pada dampak dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis yang
disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan sifat penting
dampak menggunakan metode prakiraan sifat penting dampak dan
dilakukan sesuai dengan kaidah prakiraan sifat penting dampak
sebagaimana termaktub dalam dokumen formulir KA
10. Kolom (11)
a. Dipetik dari bagian evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan
pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan dan
kedalaman analisis mengenai:
1) hasil telaahan keterkaitan dan interaksi DPH;
2) telahaan yang menjadi dasar perumusan arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi penyusunan
RKL-RPL yang lebih detil atau rinci dan operasional;
3) kesimpulan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan.
11. Kolom (12)
a. Dipetik dari matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup dokumen RKL.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai:
1) apakah setiap rumusan bentuk pengelolaan lingkungan hidup terhadap
setiap dampak lingkungan telah sesuai dengan kaidah pengelolaan
lingkungan hidup yang baik dan benar untuk kegiatan yang dimaksud
2) apakah setiap bentuk pengelolaan lingkungan hidup memastikan upaya
tersebut dapat mengurangi atau menanggulangi dampak penting negatif
dan meningkatkan dampak penting positif
12. Kolom (13)
a. Dipetik dari matriks rencana pemantauan lingkungan hidup dokumen RKL.
b. Catatan diisi dengan catatan/komentar mengenai:
1) apakah setiap rumusan bentuk pemantauan lingkungan hidup terhadap
dampak lingkungan dilakukan sesuai dengan kaidah pemantauan
lingkungan hidup yang baik dan benar untuk kegiatan yang dimaksud;
2) frekuensi pemantauan untuk masing-masing dampak lingkungan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan pemantauan
terhadap masing-masing dampak lingkungan.
13. Kolom (14)
a. Dipetik dari RKL-RPL.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai kesesuaian hasil
identifikasi jenis Izin PPLH yang diperlukan oleh pemrakarsa.
- 110 -

Contoh tabel yang sudah diisi:

Formulir Kerangka Acuan (KA) Andal, RKL RPL


Metode Prakiraan Dampak
Dampak Metode Metode
Metode Prakiraan Rona Evaluasi Jenis Izin
No Penting Metode Prakiraan Sifat Evaluasi
Pengumpulan Besaran Lingkungan Sifat Dampak Secara RKL RPL PPLH yang
Hipotetik (DPH) Analisa Data Penting Secara Besaran
Data Dampak Awal Penting Holistik diperlukan
Dampak Holistik
Penting
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1. Penurunan a. SNI a. SNI 06- Menghitung 6 kriteria Matrik a. Kualitas Dalam Dalam Evaluasi Pengelolaan Pemantaua Memerlukan
kualitas air 6989.57:200 2530-1991 perubahan dampak Leopold yang air sungai prakiraan dokumen dampak limbah cair n akan izin
sungai akibat 8 (untuk b. SNI 06- konsentrasi penting pada dimodifikasi untuk besaran hanya menggunakan operasi dilakukan pembuangan
pembuangan parameter 6989.15- polutan di Keputusan parameter: dampak disebutkan matrik Leopold pabrik di hulu dan limbah cair
limbah cair dari kualitas air 2004 suatu rentang Kepala Bapedal 1) BOD5, disampaikan dampak yang pengolahan di hilir titik ke sungai
industri kelapa sungai untuk c. SNI 06- waktu 056/1994 [4,1 perubahan bersifat dimodifikasi, kelapa sawit pembuanga
sawit parameter: 6989.03- (dC/dt) ppm] kualitas air penting, tetapi tidak akan n air
1) BOD5 2004 menggunakan 2) COD, sungai: tanpa ada dijelaskan dilakukan limbah dan
2) COD d. SNI 06- persamaan: [32 1) BOD5,[4,1 penjelasan sumber angka- dengan IPAL pada outlet
3) TSS 6989.10- 𝑑𝐶 ppm] 5,7 dan angka indeks (instalasi pembuanga
= −𝑘𝐶
4) Minyak 2004 𝑑𝑡 3) TSS, ppm] justifikasi yang digunakan pengolahan n limbah
dan Lemak e. SNI 06- [299 2) COD, [152 dasar dalam matrik air limbah) cair di
5) pH 6989.11- Digunakan ppm]  174 penetapan tersebut. Dalam sesuai sungai
b. Data 2004 pula model 4) Minyak ppm] pentingnya dokumen hanya dengan baku untuk
sekunder neraca massa dan 3) TSS, [299 dampak diberikan mutu parameter:
atau primer yaitu: Lemak,  313 tersebut penjelasan pengelolaan 1) BOD5,
𝐶𝑝
untuk data (𝐶𝑠 𝑥 𝑄𝑠 ) + (𝐶𝑝 𝑥 𝑄𝑝 ) [nihil] ppm] bahwa besaran limbah cair 2) COD,
terkait = 4) Minyak dampak dibagi untuk 3) TSS,
𝑄𝑠 + 𝑄𝑝 5) pH [6,6]
sungai: b. Data dan menjadi: industri 4) Minyak
1) Panjang, terkait Lemak, kecil = 1, kelapa sawit dan
lebar, dan sungai [nihil  sedang = 3, Lemak,
kedalaman Data fisik 0,07 ppm] besar = 5, 5) pH
2) Kecepatan sungai tidak 5) pH [6,6  tidak penting =
arus ada 6,6] 1 Pemantaua
3) Debit c. Volume penting sedang n
4) dll. limbah = 3, dan dilakukan
c. Data cair kelapa sangat penting = sebulan 1
sekunder sawit yang 5. (satu) kali.
dari hasil akan Peta dan
studi dibuang ke titik
kelayakan sungai pemantaua
teknis untuk Data proyeksi n terlampir.
data volume volume
limbah cair limbah cair
kelapa sawit tidak ada
yang akan
dibuang ke
sungai
- 111 -

Formulir Kerangka Acuan (KA) Andal, RKL RPL


Metode Prakiraan Dampak
Dampak Metode Metode
Metode Prakiraan Rona Evaluasi Jenis Izin
No Penting Metode Prakiraan Sifat Evaluasi
Pengumpulan Besaran Lingkungan Sifat Dampak Secara RKL RPL PPLH yang
Hipotetik (DPH) Analisa Data Penting Secara Besaran
Data Dampak Awal Penting Holistik diperlukan
Dampak Holistik
Penting
Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:
Indeks Prakiraan Dalam
besaran dan besaran dokumen
sifat penting dampak tidak tidak
dampak menggunakan disebutkan
(magnitude prinsip parameter
and prakiraan biologis
importance) besaran yang
yang dampak, yaitu dipantau,
digunakan membandingk sedangkan
dalam an perubahan ini penting
matriks kualitas untuk
Leopold lingkungan memantau
termodifikasi dengan dan perubahan
harus tanpa proyek kualitas air
dinyatakan (with vs sungai
secara jelas without
berikut project).
landasan
ilmiahnya

2. Penurunan Tidak Tidak Metode 6 kriteria Matrik


kualitas udara disebutkan disebutkan Gaussian dampak Leopold yang
ambient akibat parameter atau parameter untuk penting dimodifikasi
pembakaran data yang atau data memprediksi
cangkang dikumpulkan, yang persebaran
kosong dari dan metode dianalisis, emisi
industri kelapa pengumpulan dan metode
sawit data untuk analisis data
kualitas udara
ambien untuk
parameter:
1) debu;
2) Sox;
3) Nox.

Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data terkait
- 112 -

Formulir Kerangka Acuan (KA) Andal, RKL RPL


Metode Prakiraan Dampak
Dampak Metode Metode
Metode Prakiraan Rona Evaluasi Jenis Izin
No Penting Metode Prakiraan Sifat Evaluasi
Pengumpulan Besaran Lingkungan Sifat Dampak Secara RKL RPL PPLH yang
Hipotetik (DPH) Analisa Data Penting Secara Besaran
Data Dampak Awal Penting Holistik diperlukan
Dampak Holistik
Penting
angin:
1) Arah angin;
2) Kecepatan
angin;
3) Kelembaban;
4) dll

Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data Kecepatan
dan konsentrasi
pencemar yang
akan
diemisikan dari
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri kelapa
sawit

Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:
Dalam Parameter dan
dokumen tidak data tersebut di
jelas paramater atas tidak
emisi akibat termaktub
pembakaran dalam dokumen
cangkang
kosong
- 113 -

D. PANDUAN PENILAIAN ANDAL dan RKL-RPL RINCI (PANDUAN 04)


Panduan penilaian amdal rinci ini adalah alat bantu bagi Tim Teknis dan anggota
KPA untuk memberikan gambaran untuk mempermudah pengambilan keputusan
rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.

Dalam hal hasil panduan penilaian amdal rinci ini memberikan kesimpulan bahwa
seluruh pertanyaan tersebut mendapatkan jawaban “ya”, hal ini bukan berarti
bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang dinilai amdalnya pasti layak
lingkungan.

Keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup merupakan wewenang


penuh dari Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

PENILAIAN RINCI ANDAL


Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
1. Apakah dokumen Andal  Ya
terdiri atas muatan  Tidak
dokumen yang terdiri
atas:
a. Pendahuluan
b. Deskripsi Rinci Rona
Lingkungan Hidup
Awal
c. Prakiraan Dampak
Penting
d. Evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
e. Daftar Pustaka
f. Lampiran)
2. Apakah dalam muatan  Ya
Pendahuluan telah  Tidak
disajikan informasi
mengenai:
a. ringkasan deskripsi
rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak
penting hipotetik
yang ditelaah/dikaji;
c. batas wilayah studi
dan Batas waktu
kajian
3. Apakah dalam sub  Ya
muatan ringkasan  Tidak
deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan telah
menguraikan secara
singkat mengenai
deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan
dengan fokus pada
komponen-komponen
kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak
lingkungan, berikut
alternatif-alternatif dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut jika
ada?
- 114 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Catatan:
perlu diingat bahwa
uraian ini disampaikan
dengan mengacu pada
proses pelingkupan yang
tercantum dalam
dokumen KA
4. Apakah dalam sub  Ya
muatan Ringkasan  Tidak
Dampak Penting
Hipotetik yang Ditelaah
telah diuraikan secara
singkat mengenai daftar
dampak penting
hipotetik (DPH) yang
akan dikaji dalam
dokumen Andal
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA?

Catatan:
Uraian singkat tersebut
agar dilengkapi dengan
bagan alir proses
pelingkupan
5. Apakah dalam sub  Ya
muatan Batas wilayah  Tidak
studi dan batas waktu
kajian, telah diuraikan
mengenai:
a. wilayah studi dan
menampilkannya
dalam bentuk peta
atau data informasi
spasial batas wilayah
studi yang dapat
menggambarkan
batas wilayah proyek,
ekologis, sosial dan
administratif dengan
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA
b. batas waktu kajian
yang akan digunakan
dalam melakukan
prakiraan setiap
dampak penting
hipotetik yang akan
dikaji dalam Andal
dengan mengacu
pada batas waktu
kajiaan hasil
pelingkupan?
6. Apakah dalam muatan  Ya
Deskripsi Rinci Rona  Tidak
Lingkungan Hidup Awal
telah disajikan informasi Catatan:
mengenai rona a. Uraian rona lingkungan
lingkungan hidup hidup awal pada dasarnya
(environmental setting) memuat data dan informasi
secara rinci dan dalam wilayah studi yang
mendalam di lokasi relevan dengan dampak
- 115 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
rencana usaha dan/atau penting yang akan dikaji
kegiatan, yang dan proses pengambilan
mencakup: keputusan atas rencana
a. Komponen usaha dan/atau kegiatan
lingkungan terkena yang diusulkan.
dampakdari rencana b. Data dan informasi rinci
usaha dan/atau terkait dengan rona
kegiatan lingkungan hidup dimaksud
(komponen/features dapat disampaikan dalam
lingkungan yang ada lampiran.
disekitar lokasi c. Dalam hal terdapat
rencana usaha beberapa alternatif lokasi,
dan/atau kegiatan maka uraian rona
serta kondisi lingkungan hidup awal
lingkungannya); dan tersebut dilakukan untuk
b. Usaha dan/atau masing-masing alternatif
kegiatan yang ada di lokasi tersebut.
sekitar lokasi d. Uraian rona lingkungan
rencana usaha hidup sedapat mungkin
dan/atau kegiatan agar menggunakan data
yang diusulkan runtun waktu (time series).
beserta dampak yang e. komponen lingkungan
ditimbulkannya hidup yang memiliki arti
terhadap lingkungan ekologis dan ekonomis perlu
hidup? mendapat perhatian.
f. Uraian rona lingkungan
hidup awal tersebut juga
dapat dilengkapi dengan
peta yang sesuai dengan
kaidah kartografi dan/atau
label dengan skala memadai
dan bila perlu dapat
dilengkapi dengan diagram,
gambar, grafik atau foto
sesuai dengan kebutuhan.
7. Apakah dalam sub  Ya
muatan mengenai  Tidak
Komponen lingkungan
terkena dampakdari
rencana usaha dan/atau
kegiatan telah memuat
informasi mengenai
komponen lingkungan
yang paling sedikit
mencakup:
a. komponen geo-fisik-
kimia, seperti sumber
daya geologi, tanah,
air permukaan, air
bawah tanah, udara,
kebisingan, dan lain
sebagainya.
b. komponen biologi,
seperti vegetasi/flora,
fauna, tipe
ekosistem,
keberadaan spesies
langka dan/atau
endemik serta
habitatnya, dan lain
sebagainya.
c. komponen sosio-
ekonomi-budaya,
seperti tingkat
- 116 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
pendapatan,
demografi, mata
pencaharian, budaya
setempat, situs
arkeologi, situs
budaya dan lain
sebagainya.
d. komponen kesehatan
masyarakat, seperti
perubahan tingkat
kesehatan
masyarakat
8. Apakah dalam sub  Ya
muatan mengenai Usaha  Tidak
dan/atau kegiatan yang
ada di sekitar lokasi Catatan:
rencana usaha dan/atau a. Pada bagian ini penyusun
kegiatan telah dokumen Amdal juga harus
memberikan gambaran menguraikan kondisi
utuh tentang kegiatan- kualitatif dan kuantitatif
kegiatan lain (yang berbagai sumberdaya alam
sudah ada di sekitar yang ada di wilayah studi
lokasi rencana usaha rencana usaha dan/atau
dan/atau kegiatan) yang kegiatan, baik yang sudah
memanfaatkan sumber atau yang akan
daya alam dan dimanfaatkan maupun yang
mempengaruhi masih dalam bentuk
lingkungan setempat? potensi.
b. Penyajian kondisi sumber
daya alam ini perlu
dikemukakan dalam peta
dan/atau label dengan skala
memadai dan bila perlu
harus dilengkapi dengan
diagram, gambar, grafik
atau foto sesuai dengan
kebutuhan.
9. Apakah dalam muatan  Ya
mengenai Prakiraan  Tidak
Dampak Penting telah
disajikan proses analisis Catatan:
dampak lingkungan yang a. dalam bagian ini, penyusun
menghasilkan informasi dokumen Amdal
mengenai: menguraikan hasil
a. besaran dampak dan prakiraan secara cermat
b. sifat penting dampak mengenai besaran dan sifat
untuk setiap dampak penting dampak untuk
penting hipotetik (DPH) setiap dampak penting
yang dikaji? hipotetik (DPH) yang dikaji.
b. Perhitungan dan analisis
prakiraan dampak penting
hipotetik tersebut
menggunakan metode
prakiraan dampak yang
tercantum dan disetujui
dalam kerangka acuan.
c. Ringkasan dasar-dasar
teori, asumsi-asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil
perhitungan-perhitungan
yang digunakan dalam
prakiraan dampak, dapat
dilampirkan sebagai bukti.
- 117 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
10. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting telah  Tidak
dilakukan dengan
memperhatikan
penggunaan data runtun
waktu (time series) yang
menunjukkan
perubahan kualitas
lingkungan dari waktu
ke waktu.
11. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting telah  Tidak
dilakukan dengan
cermat mengenai
besaran dampak penting
dari aspek biogeofisik-
kimia, sosial, ekonomi,
budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pascaoperasi usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan jenis
rencana usaha dan/atau
kegiatannya?
12. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting telah  Tidak
dilakukan dengan cara:
a. menganalisis
perbedaan antara
kondisi kualitas
lingkungan hidup
yang diprakirakan
dengan adanya
usaha dan/atau
kegiatan, dan kondisi
kualitas lingkungan
hidup yang
diprakirakan tanpa
adanya usaha
dan/atau kegiatan;
b. dalam batas waktu
kajian yang telah
ditetapkan; dan
c. dengan
menggunakan
metode prakiraan
dampak yang
disetujui dalam KA?
13. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting telah  Tidak
dilakukan dengan telah
memperhatikan dampak Catatan:
yang bersifat langsung Dampak langsung adalah
dan/atau tidak dampak yang ditimbulkan
langsung? secara langsung oleh adanya
usaha dan/atau kegiatan,
Perlu diingat bahwa sedangkan dampak tidak
terdapat mekanisme langsung adalah dampak yang
aliran dampak pada timbul sebagai akibat
berbagai komponen berubahnya suatu komponen
lingkungan hidup yang lingkungan hidup dan/atau
- 118 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
perlu diperhatikan, usaha atau kegiatan primer
antara lain sebagai oleh adanya rencana usaha
berikut: dan/atau kegiatan
a. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
b. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi;
c. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturut-
turut terhadap
komponen geofisik-
kimia dan biologi;
d. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturut-
turut terhadap
komponen biologi,
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
e. dampak penting
berlangsung saling
berantai di antara
komponen sosial,
ekonomi, budaya dan
kesehatan
masyarakat dan
geofisik-kimia dan
biologi itu sendiri;
f. dampak penting pada
huruf a sampai
dengan huruf e yang
telah diutarakan
selanjutnya
- 119 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
menimbulkan
dampak balik pada
rencana usaha
dan/atau kegiatan.
14. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting  Tidak
dilakukan untuk
masing-masing
alternatif, apabila
rencana usaha dan/atau
kegiatan masih berada
pada tahap pemilihan
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan?

(beberapa contoh
alternatif yang mungkin
ada misalnya: alternatif
lokasi, penggunaan alat-
alat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik,
sarana usaha dan/atau
kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan
durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya)
15. Apakah prakiraan  Ya
dampak penting  Tidak
dilakukan dengan
mengutamakan
penggunaan metode-
metode formal secara
matematis, terutama
untuk dampak-dampak
penting hipotetik yang
dapat dikuantifikasikan?

Perlu diingat bahwa


penggunaan metode non
formal hanya dilakukan
bilamana dalam
melakukan analisis
tersebut tidak tersedia
formula-formula
matematis atau hanya
dapat didekati dengan
metode non formal.
16. Apakah yang  Ya
diprakirakan dampaknya  Tidak
konsisten dengan
Dampak Penting
Hipotetik (termasuk
sumber dampaknya)?
17. Apakah dalam muatan  Ya
Evaluasi secara holistik  Tidak
terhadap dampak
lingkungan telah
dilakukan proses
evaluasi holistik dengan:
a. menguraikan hasil
evaluasi atau
telaahan keterkaitan
dan interaksiseluruh
- 120 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dampak penting
hipotetik (DPH)
dalam rangka
penentuan
karakteristik dampak
rencana usaha
dan/atau kegiatan
secara total terhadap
lingkungan hidup;
b. menggunakan
metode evaluasi
dampak yang
tercantum dan
disetujui dalam
kerangka acuan; dan
c. dilakukan evaluasi
untuk masing-
masing alternatif,
apabila rencana
usaha dan/atau
kegiatan masih
berada pada
pemilihan alternatif
18. Jika kajian Andal  Ya
memberikan beberapa  Tidak
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan, apakah dalam
muatan evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
telah diuraikan dan
diberikan rekomendasi
pilihan alternatif terbaik
serta dasar
pertimbangan pemilihan
alternatif terbaik
tersebut?
19. Apakah dalam muatan  Ya
Evaluasi secara holistik  Tidak
terhadap dampak
lingkungan telah
menghasilkan
kesimpulan mengenai:
a. Bentuk hubungan
keterkaitan dan
interaksi DPHbeserta
karakteristiknya
antara lain seperti
frekuensi terjadi
dampak, durasi dan
intensitas dampak,
yang pada akhirnya
dapat digunakan
untuk menentukan
sifat penting dan
besaran dari
dampak-dampak
yang telah
berinteraksi pada
ruang dan waktu
yang sama.
b. Komponen-
komponen rencana
- 121 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
usaha dan/atau
kegiatan yang paling
banyak
menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Area-area yang perlu
mendapat perhatian
penting (area of
concerns) beserta
luasannya (lokal,
regional, nasional,
atau bahkan
international lintas
batas negara), antara
lain sebagai contoh
seperti:
1) area yang
mendapat
paparan dari
beberapa dampak
sekaligusdan
banyak dihuni
oleh berbagai
kelompok
masyarakat;
2) area yang
rentan/rawan
bencana yang
paling banyak
terkena berbagai
dampak
lingkungan;
dan/atau
3) kombinasi dari
area
sebagaimana
dimaksud pada
angka 1) dan
angka 2) atau
lainnya.
20. Apakah dalam muatan  Ya
evaluasi secara holistik  Tidak
terhadap dampak
lingkungan, penyusun
dokumen Amdal telah
melakukan telahaan atas
berbagai opsi
pengelolaan dampak
lingkungan yang
mungkin dilakukan?

Catatan:
Telahaan dimaksud
dilakukan dengan cara
meninjau dari
ketersediaan opsi
pengelolaan terbaik (best
available technology),
kemampuan pemrakarsa
untuk melakukan opsi
pengelolaan terbaik (best
achievable technology)
dan relevansi opsi
pengelolaan yang
- 122 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
tersedia dengan kondisi
local.
21. Apakah dalam muatan  Ya
evaluasi secara holistik  Tidak
terhadap dampak
lingkungan telah Catatan:
disajikan rumusan Perlu diingat bahwa arahan
arahan pengelolaan dan pengelolaan dilakukan terhadap
pemantauan lingkungan seluruh komponen kegiatan
hidup yang menjadi yang menimbulkan dampak,
dasar bagi penyusunan baik komponen kegiatan yang
RKL-RPL yang lebih paling banyak memberikan
detail/rinci dan dampak turunan (dampak yang
operasional? bersifat strategis) maupun
komponen kegiatan yang tidak
banyak memberikan dampak
turunan. Arahan pemantauan
dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk
digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan
(trendline) dan tingkat kritis
(critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
22. Apakah dalam muatan  Ya
evaluasi secara holistik  Tidak
terhadap dampak
lingkungan,
pemrakarsa/penyusun
Amdal dapat
menyimpulkan atau
memberikan pernyataan
kelayakan lingkungan
hidup atas rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji,
dengan
mempertimbangkan
kriteria kelayakan
lingkungan hidup?
23. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 23:
rencana usaha dan/atau a. Apakah lokasi tapak
kegiatan terhadap proyek rencana usaha
kriteria kelayakan dan/atau kegiatan telah
lingkungan hidup sesuai dengan RTRW yang
berupa rencana tata berlaku sesuai ketentuan
ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-
peraturan perundang- undangan?;
undangan?  Ya
 Tidak
Catatan: Catatan:
a. Perlu diingat bahwa 1) Telahaan mengenai
penyusun amdal benar tidaknya
harus: kesesuaian tata ruang
1) Menyimpulkan dilakukan oleh
kesesuaian tapak anggota KPA atau tim
proyek dengan teknis dari instansi
tata ruang yang bertanggung
apakah seluruh jawab mengenai
tapak proyek penataan ruang;
- 123 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
sesuai dengan 2) Perlu diperhatikan
tata ruang, atau berbagai peraturan
ada sebagian perundangan terkait
yang tidak penataan ruang
sesuai, atau seperti: UU 26/2007;
seluruhnya tidak PP 26/2008; KEPPRES
sesuai 04/2009; PERMENPU
16/2009; PERMENPU
(Dalam hal masih ada 20/2011; dan lain-
hambatan atau keragu- lain.
raguan terkait informasi b. Apakah jika terdapat
kesesuaian dengan sebagian tapak proyek
RTRW, maka yang tidak sesuai dengan
pemrakarsa dapat RTRW yang berlaku, telah
meminta bukti terdapat meminta bukti
formal/fatwa dari formal/fatwa dari instansi
instansi yang yang bertanggung jawab di
bertanggung jawab di bidang penataan ruang
bidang penataan ruang bahwa lokasi dimaksud
seperti BKPTRN atau adalah sesuai dengan
BKPRD. Bukti-bukti RTRW yang berlaku?
yang mendukung  Ya
kesesuaian dengan tata  Tidak
ruang wajib
dilampirkan);
2) Menyimpulkan
berdasarkan
analisis spasial
mengenai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau
kegiatan dengan
peta indikatif
penundaan izin
baru (PIPIB) yang
tercantum dalam
Inpres Nomor 10
Tahun 2011,
atau peraturan
revisinya
maupun
terbitnya
ketentuan baru
yang mengatur
mengenai hal ini
24. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 24:
rencana usaha dan/atau a. Apakah rencana usaha
kegiatan terhadap dan/atau kegiatan yang
kriteria kelayakan diusulkan adalah
lingkungan hidup diperbolehkan untuk
berupa kebijakan di dilakukan pada rencana
bidang perlindungan dan lokasi tapak proyek sesuai
pengelolaan lingkungan ketentuan peraturan
hidup serta sumber daya perundangan?
alam (PPLH dan SDA)  Ya
yang diatur dalam  Tidak
peraturan perundang-
undangan? Sebagai contoh:
1) Dalam PP 24 tahun
Catatan: 2010 Penggunaaan
- 124 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Perlu diingat bahwa Kawasan Hutan, telah
kebijakan di bidang diatur bahwa hanya
PPLH dan SDA sangat ada 12 kegiatan yang
banyak, variatif dan dibolehkan di kawasan
spesifik. Sehingga setiap hutan lindung;
anggota KPA maupun 2) Dalam PP 28 tahun
tim teknis memiliki 2011 tentang Kawasan
peran penting untuk Suaka Alam dan
melakukan telahaan Kawasan Pelestarian
mengenai benar tidaknya Alam, terdapat
rencana usaha dan/atau beberapa kegiatan
kegiatan yang diusulkan yang dibolehkan
adalah diperbolehkan dilakukan di kawasan
berdasarkan seluruh tersebut;
ketentuan peraturan 3) Dalam UU 26/2007
perundang-undangan tentang Penataan
mengenai PPLH dan SDA Ruang dan Keppres 32
Tahun 1990 telah
diatur bahwa suatu
area hanya dapat
dikatakan sebagai
kawasan lindung jika
memenuhi kriteria dan
telah ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan
perundangan;
4) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur cara-
cara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Apakah seluruh kajian
dalam Andal dan RKL-RPL
menunjukkan bahwa
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah tidak bertentangan
dengan kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA) yang
diatur dalam peraturan
perundang-undangan? ;
 Ya
 Tidak

Catatan:
1) Dalam PP 38/2011
tentang Sungai, telah
diatur berbagai
ketentuan mengenai
tata cara perizinan
untuk melakukan
pengambilan barang
tambang di sungai;
pemanfaatan ruas
bekas sungai dan lain
sebagainya;
2) Berbagai peraturan
- 125 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
perundangan lainnya
yang mengatur cara-
cara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
25. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 25:
rencana usaha dan/atau Apakah rencana usaha
kegiatan terhadap dan/atau kegiatan yang
kriteria kelayakan diusulkan tidak menggangu
lingkungan hidup kepentingan pertahanan dan
berupa Kepentingan keamanan negara sesuai
pertahanan keamanan dengan ketentuan peraturan
negara? perundang-undangan?
 Ya
 Tidak

Catatan:
Perlu diingat bahwa informasi
mengenai hal ini harus hadir
dari anggota KPA yang
merupakan wakil dari instansi
yang bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan
keamanan negara, sebagai
contoh:

Terdapat beberapa wilayah laut


NKRI yang merupakan zona
latihan militer, atau zona lain
terkait kepentingan pertahanan
dan keamanan negara
26. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 26:
rencana usaha dan/atau a. Apakah setiap dampak yang
kegiatan terhadap diprakirakan telah
kriteria kelayakan menyajikan prakiraan
lingkungan hidup besaran dan sifat
berupa Prakiraan secara pentingnya?
cermat mengenai  Ya
besaran dan sifat  Tidak
penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia, Sebagai contoh:
sosial, ekonomi, budaya,
tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pasca operasi Usaha
dan/atau Kegiatan?
atau
- 126 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa

b. Apakah dalam menentukan


kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
telah mempertimbangkan
hasil prakiraan cermat
mengenai besaran dan sifat
penting dari keseluruhan
dampak yang diprakirakan
timbul?
 Ya
 Tidak

Contoh dampak spesifik pada


pembangunan struktur di
pesisir pantai:

27. Apakah terdapat analisis  Ya


mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 27:
rencana usaha dan/atau Apakah hasil evaluasi holistik
kegiatan terhadap digunakan sebagai salah satu
kriteria kelayakan acuan dalam menentukan
lingkungan hidup kelayakan atau ketidaklayakan
berupa Hasil evaluasi lingkungan?
secara holistik terhadap  Ya
seluruh dampak penting  Tidak
sebagai sebuah kesatuan
yang saling terkait dan
saling mempengaruhi
sehingga diketahui
perimbangan dampak
penting yang bersifat
positif dengan yang
bersifat negatif?

Catatan:
Perimbangan dampak
penting positif dengan
dampak penting negatif
berarti bahwa dapat
disajikan daftar dampak
positif dan dampak
negatif beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauan
- 127 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
lingkungannya sehingga
dapat menjadi referensi
bagi KPA untuk
menentukan kesimpulan
kelayakan atau
ketidaklayakan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai.

Sebagai contoh daftar


tersebut:
ARAHAN ARAHAN
PENGELOL PENGELOL
AAN DAN AAN DAN
DAMPAK DAMPAK
NO PEMANTAU PEMANTAU
POSITIF NEGATIF
AN AN
DAMPAK DAMPAK
POSITIF NEGATIF
1. Peningkata Mempriorit Penurun Membuat
n askan an kolam
pendapatan warga lokal kualitas pengendap
dari dalam air an
kesempata proses sungai
n bekerja rekrutmen akibat air
pada tahap tenaga limbah
konstruksi kerja pada tambang
tahap untuk
konstruksi paramete
r pH, Fe,
Mn dan
TSS
2. Dst…..

Dengan daftar
perimbangan ini dapat
diketahui apakah arahan
pengelolaan untuk
masing-masing dampak
adalah tepat sasaran,
seperti contoh di atas,
KPA dapat:
a. Mengetahui
bauran/komposisi
dampak positif dan
dampak negatif yang
ditimbulkan dari
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauannya
sehingga dapat
disimpulkan apakah
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang dinilai adalah
layak lingkungan
atau tidak; dan
b. mengklarifikasi
efektifitas arahan
pengelolaan dan
pemantauan, sebagai
contoh: apakah
hanya dengan
membuat kolam
pengendapan benar-
benar dapat
mengendalikan
dampak berupa
memburuknya
kualitas air untuk
parameter pH, Fe,
Mn dan TSS atau
tidak.
28. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
- 128 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
n lingkungan hidup dari Catatan:
rencana usaha dan/atau Sebagai contoh, untuk rencana
kegiatan terhadap kegiatan pembangunan dan
kriteria kelayakan pengoperasian bendungan,
lingkungan hidup pasti akan timbul dampak
berupa Kemampuan berupa erosi dan sedimentasi
pemrakarsa dan/atau yang nantinya akan
pihak terkait yang berpengaruh terhadap masa
bertanggung jawab layan/umur bendungan itu
dalam menanggulanggi sendiri.
dampak penting negatif
yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau
Kegiatan yang
direncanakan dengan
pendekatan teknologi, Namun demikian, pengendalian
sosial, dan terhadap dampak ini tidak
kelembagaan? mungkin menjadi tanggung
jawab pemrakarsa sendiri saja
(ada beberapa lokasi, terutama
yang di hulu sungai yang di
luar ruang kendali pemrakarsa
untuk mengendalikan
dampaknya)
Sehingga untuk lokasi tersebut
sesungguhnya adalah tanggung
jawab pemerintah atau
pemerintah daerah yang
memiliki ruang kendali
dampaknya.
Untuk kasus seperti ini, maka
kesimpulan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai wajib
mempertimbangkan pula
kemampuan pihak terkait
(dalam kasus bendungan,
adalah pemerintah atau
pemerintah daerah) untuk
mengendalikan dampak erosi
dan sedimentasi, khususnya
pada lokasi di hilir sungai yang
dibendung.
29. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/
ketidaklayakan Sebagai contoh:
lingkungan hidup dari Terdapat kasus rencana
rencana usaha dan/atau kegiatan berupa pembangunan
kegiatan terhadap SUTT yang pada suatu lokasi
kriteria kelayakan akan melewati suatu situs
lingkungan hidup tempat ibadah yang sakral bagi
berupa Rencana usaha masyarakat local.
dan/atau kegiatan tidak Dalam kasus ini pada akhirnya
menganggu nilai-nilai diputuskan bahwa rencana
sosial atau pandangan kegiatan tersebut adalah tidak
masyarakat (emic view)? layak lingkungan.
- 129 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa

Catatan:
Jika terjadi gangguan yang
tidak bisa dielakkan, maka
pemrakarsa dan KPA juga dapat
merumuskan bentuk RKL yang
kreatif dan tepat sasaran untuk
mengendalikan dampak
gangguan tersebut.
Sebagai contoh lain:
Perubahan alur pelayaran yang
diusulkan, karena alur awal
akan melewati batu karang
yang suci bagi masyarakat.

30. Apakah terdapat analisis  Ya


mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/
ketidaklayakan
lingkungan hidup dari Catatan:
rencana usaha dan/atau Sebagai contoh, jalur migrasi
kegiatan terhadap elang yang memiliki fungsi
kriteria kelayakan ekologis penting dapat dijadikan
lingkungan hidup pertimbangan utama untuk
berupa Rencana usaha menentukan kelayakan atau
- 130 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dan/atau kegiatan tidak ketidaklayakan lingkungan,
akan mempengaruhi atau direkomendasikan untuk
dan/atau mengganggu mengubah desain rencana
entitas ekologis yang kegiatan atau dirumuskan RKL-
merupakan: RPL yang tepat untuk tetap
1. entitas dan/atau mengakomodir migrasi spesies
spesies kunci (key yang memiliki arti penting
species); secara ekologis tersebut.
2. memiliki nilai penting
secara ekologis
(ecological
importance);
3. memiliki nilai penting
secara ekonomi
(economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting
secara ilmiah
Contoh lain:
(scientific importance)?

Kawasan gumuk pasir di


selatan Yogyakarta adalah
entitas ekologis yang memiliki
arti penting secara ilmiah,
karena tidak ditemukan di
tempat lain di Indonesia,
sehingga jika direncanakan
terdapat usaha dan/atau
kegiatan yang akan menganggu
entitas ini, maka harus
dipertimbangkan dengan
matang untuk memutuskan
kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungannya
31. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/
ketidaklayakan Catatan:
lingkungan hidup dari Kriteria ini dimaksudkan untuk
rencana usaha dan/atau memberikan ruang penilaian
kegiatan terhadap bahwa rencana usaha dan/atau
kriteria kelayakan kegiatan yang dinilai harus
lingkungan hidup tidak memberikan gangguan
berupa Rencana usaha terhadap kegiatan yang telah
dan/atau kegiatan tidak ada di lokasi maupun di sekitar
menimbulkan gangguan tapak proyek, sebagai contoh:
terhadap usaha tidak diperkenankan ada
dan/atau kegiatan yang rencana kegiatan pertambangan
telah ada di sekitar yang tapak proyeknya tumpang
rencana lokasi usaha tindih dengan kegiatan
dan/atau kegiatan? perkebunan sawit yang telah
ada/eksis terlebih dahulu di
lokasi yang sama.
32. Apakah terdapat analisis  Ya
mengenai kesimpulan  Tidak
kelayakan/
ketidaklayakan Catatan:
- 131 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
lingkungan hidup dari Kriteria ini hanya bisa
rencana usaha dan/atau diterapkan jika telah ada
kegiatan terhadap perhitungan daya dukung dan
kriteria kelayakan daya tampung lingkungan yang
lingkungan hidup merupakan tanggung jawab
berupaTidak pemerintah dan/atau
dilampauinya daya pemerintah daerah.
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidupdari lokasi rencana
usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan
daya dukung dan daya
tampung lingkungan
dimaksud.
33. Apakah dalam Andal  Ya
juga dilengkapi dengan  Tidak
tabel ringkasan analisis (catatan: contoh tabel ringkasan
dampak? analisis dampak terdapat pada
Lampiran II PERMENLH
16/2012)
34. Apakah dalam muatan  Ya
Daftar Pustaka telah  Tidak
diuraikan pustaka atau
literatur yang digunakan
untuk keperluan
penyusunan dokumen
Andal?
35. Apakah dalam muatan  Ya
Daftar Pustaka  Tidak
disampaikan pustaka
atau literatur yang
relevan atau sesuai
dengan uraian dalam
dokumen Andal?
36. Apakah penulisan  Ya
muatan Daftar Pustaka  Tidak
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?
37. Apakah dalam muatan  Ya
Lampiran telah  Tidak
dilampirkan informasi
tambahan sebagai
berikut:
a. Surat Persetujuan
Kesepakatan
Kerangka Acuan
atau Pernyataan
Kelengkapan
Administrasi
Dokumen Kerangka
Acuan.
b. Data dan informasi
rinci mengenai rona
lingkungan hidup,
antara lain berupa
tabel, data, grafik,
foto rona lingkungan
hidup, jika
diperlukan.
c. Ringkasan dasar-
dasar teori, asumsi-
- 132 -

Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitungan-
perhitungan yang
digunakan dalam
prakiraan dampak.
d. Ringkasan dasar-
dasar teori, asumsi-
asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitungan-
perhitungan yang
digunakan dalam
evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan.
e. Data dan informasi
lain yang dianggap
perlu atau relevan
- 133 -

PANDUAN PENILAIAN RINCI RKL-RPL


Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
1. Apakah dokumen RKL-  Ya
RPL terdiri atas muatan  Tidak
dokumen sesuai
dengan Lampiran III
PERMEN 16/2012?
(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
c. Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
d. Jumlah dan Jenis
Izin PPLH yang
Dibutuhkan
e. Pernyataankomitme
n pelaksanaan RKL-
RPL
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran)
2. Apakah dalam muatan  Ya
Pendahuluan telah  Tidak
disajikan informasi
mengenai:
a. Pernyataan tentang
maksud dan tujuan
pelaksanaan RKL-
RPL secara umum
dan jelas;
b. Pernyataan
kebijakan
lingkungan dari
pemrakarsa;
Catatan:
(pada bagian ini harus
diuraikan dengan
singkat mengenai
komitmen pemrakarsa
usaha dan/atau
kegiatan untuk:
1) memenuhi
(melaksanakan)
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan di
bidang
lingkungan yang
relevan;
2) melakukan
penyempurnaan
pengelolaan dan
pemantauan
lingkungan
hidup secara
berkelanjutan;
dan

3) melakukan
pelatihan bagi
karyawannya di
- 134 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
bidang
pengelolaan
lingkungan
hidup)
3. Apakah dalam muatan  Ya
Rencana Pengelolaan  Tidak
Lingkungan Hidup
telah disampaikan
bentuk-bentuk
pengelolaan lingkungan
hidup yang dilakukan
atas dampak yang
ditimbulkan dalam
rangka untuk
menghindari,
mencegah,
meminimisasi dan/atau
mengendalikan dampak
negatif dan
meningkatkan dampak
positif (dalam bentuk
matriks/tabel)?
4. Apakah matriks/tabel  Ya
Rencana Pengelolaan  Tidak
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemen-
elemen sebagai berikut:
a. Dampak
lingkungan
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
b. Sumber dampak
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
c. Indikator
keberhasilan
pengelolaan
lingkungan hidup.

d. Bentuk
Pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Lokasi pengelolaan
lingkungan hidup.
f. Periode
pengelolaan
lingkungan hidup.
g. Institusi
pengelolaan
lingkungan hidup
(PLH)?
5. Apakah dalam kolom  Ya
Dampak lingkungan  Tidak
pada matriks/tabel RKL
telah diuraikan
mengenai dampak-
dampak lingkungan
- 135 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
hidup yang terjadi
akibat adanya rencana
usaha dan/atau
kegiatan secara singkat
dan jelas?
6. Apakah dampak-  Ya
dampak lingkungan  Tidak
hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?
7. Apakah dalam kolom  Ya
sumber dampak pada  Tidak
matriks/tabel RKL telah
diuraikan mengenai
komponen kegiatan
penyebab dampak
secara singkat?
8. Apakah sumber  Ya
dampaknya  Tidak
konsisten/relevan
dengan penjelasan
sebelumnya pada KA
dan Andal?
9. Apakah dalam kolom  Ya
Indikator keberhasilan  Tidak
pengelolaan lingkungan
hidup pada (catatan: contoh indikator
matriks/tabel RKL telah keberhasilan terdapat pada
dijelaskan mengenai lampiran III PERMENLH
indikator keberhasilan 16/2012)
dari pengelolaan
lingkungan hidup yang
dilakukan untuk
mengendalikan dampak
lingkungan hidup?
10. Apakah Indikator  Ya
keberhasilan  Tidak
pengelolaan lingkungan
hidup
konsisten/relevan
dengan dampak dan
sumber dampaknya?
11. Apakah dalam kolom  Ya
Bentuk Pengelolaan  Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: beberapa contoh
diuraikan secara rinci bentuk pengelolaan yang dapat
upaya-upaya menjadi referensi terdapat pada
pengelolaan lingkungan lampiran III PERMENLH
hidup yang akan 16/2012)
dilakukan?
12. Apakah Bentuk  Ya
Pengelolaan  Tidak
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?
13. Apakah dalam kolom  Ya
- 136 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Lokasi pengelolaan  Tidak
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: elemen ini wajib
diuraikan mengenai didukung pula dengan dengan
rencana lokasi kegiatan peta lokasi pengelolaan, sketsa,
bentuk pengelolaan dan/atau gambar dengan skala
lingkungan hidup yang memadai. Peta yang
dengan memperhatikan disertakan harus memenuhi
sifat persebaran kaidah-kaidah kartografi)
dampak yang dikelola?
14. Apakah Lokasi  Ya
pengelolaan lingkungan  Tidak
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
15. Apakah dalam kolom  Ya
Periode pengelolaan  Tidak
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: uraian ini harus
diuraikan secara memperhatikan sifat dampak
singkat mengenai penting dan dampak
rencana tentang kapan lingkungan lainnya yang
dan berapa lama dikelola (lama berlangsung,
kegiatan pengelolaan sifat kumulatif, dan berbalik
lingkungan tidaknya dampak))
dilaksanakan?
16. Apakah Periode  Ya
pengelolaan lingkungan  Tidak
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
17. Apakah dalam kolom  Ya
Institusi pengelolaan  Tidak
lingkungan hidup (PLH)
pada matriks/tabel RKL
telah dicantumkan
institusi dan/atau
kelembagaan yang akan
berurusan,
berkepentingan, dan
berkaitan dengan
kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup,
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku
baik di tingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pengelolaan lingkungan
hidup?
18. Apakah Institusi  Ya
pengelolaan lingkungan  Tidak
hidup (PLH) relevan
dengan dampak,
sumber dampak dan
bentuk
pengelolaannya?
19. Apakah dalam muatan  Ya
Rencana Pemantauan  Tidak
Lingkungan Hidup
- 137 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
telah disampaikan
secara singkat dan jelas
rencana pemantauan
untuk dampak yang
ditimbulkan dalam
bentuk matrik atau
tabel?
20. Apakah matriks/tabel  Ya
Rencana Pengelolaan  Tidak
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL) (catatan: contoh matriks/tabel
yang disampaikan telah Rencana Pengelolaan
mencakup elemen- Lingkungan Hidup terdapat
elemen sebagai berikut: pada Lampiran III PERMENLH
a. Dampak yang 16/2012)
dipantau, yang
terdiri dari: jenis
dampak yang
terjadi, komponen
lingkungan yang
terkena dampak,
dan
indikator/parameter
yang dipantau dan
sumber dampak.
b. Bentuk
pemantauan
lingkungan hidup
yang terdiri dari
metode
pengumpulan dan
analisis data, lokasi
pemantauan, waktu
dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau
lingkungan hidup,
yang terdiri dari
pelaksana
pemantauan,
pengawas
pemantauan dan
penerima laporan
pemantauan?
21. Apakah dalam kolom  Ya
Dampak Lingkungan  Tidak
Yang Dipantau pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara
singkat dan jelas
mengenai:
a. Jenis dampak
lingkungan hidup
yang dipantau.
b. Indikator/paramete
r pemantauan.
c. Sumber dampak
lingkungan?
22. Apakah dampak-  Ya
dampak lingkungan  Tidak
hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
- 138 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?
23. Apakah sumber  Ya
dampaknya  Tidak
konsisten/relevan
penjelasan sebelumnya
pada KA dan Andal?
24. Apakah dalam kolom  Ya
Bentuk Pemantauan  Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara (catatan: referensi rinci
singkat mengenai mengenai cara menyusun
metode yang akan matriks/tabel RPL terdapat
digunakan untuk pada Lampiran III PERMENLH
memantau 16/2012)
indikator/parameter
dampak lingkungan
(dampak penting dan
dampak lingkungan
lainnya)?

Catatan:
Bentuk Pemantauan
dimaksud mencakup
elemen-elemen:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data (Perlu
diperhatikan bahwa
metode
pengumpulan dan
analisis data sejauh
mungkin konsisten
dengan metode yang
digunakan disaat
penyusunan Andal);
b. Lokasi pemantauan
lingkungan hidup
(Perlu diperhatikan
bahwa pada bagian
ini perlu didukung
dengan gambaran
lokasi pemantauan
yang tepat disertai
dengan peta lokasi
pemantauan
berskala yang
memadai dan
menunjukkan
lokasi pemantauan
dimaksud)
c. Waktu dan
frekuensi
pemantauan (Perlu
diperhatikan bahwa
pada bagian ini
perlu diuraikan
tentang jangka
waktu atau lama
periode pemantauan
- 139 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
berikut dengan
frekuensinya per
satuan waktu)
25. Apakah seluruh elemen  Ya
Bentuk Pemantauan  Tidak
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?
26. Apakah dalam kolom  Ya
Institusi Pemantauan  Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah (Catatan: institusi pemantau
dicantumkan secara lingkungan hidup yang perlu
singkat mengenai diutarakan meliputi:
institusi atau a. Pelaksana pemantauan
kelembagaan yang akan lingkungan hidup;
berurusan, b. Pengawas pemantauan
berkepentingan, dan lingkungan hidup
berkaitan dengan c. Penerima laporan hasil
kegiatan pemantauan pemantauan lingkungan
lingkungan hidup, hidup)
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku
baik ditingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pemantauan
lingkungan hidup?
27. Apakah Institusi  Ya
pemantauan  Tidak
lingkungan hidup (PLH)
relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
28. Apakah dalam muatan  Ya
Jumlah dan Jenis Izin  Tidak
PPLH yang Dibutuhkan
telah disampaikan Catatan:
mengenai identifikasi Bagian ini hanya dapat diisi
dan rumusan daftar dalam hal rencana usaha
jumlah dan jenis izin dan/atau kegiatan yang
perlindungan dan diajukan memerlukan izin PPLH
pengelolaan lingkungan
hidup yang dibutuhkan
berdasarkan rencana
pengelolaan lingkungan
hidup?
29. Apakah dalam muatan  Ya
Pernyataankomitmen  Tidak
pelaksanaan RKL-RPL
telah disampaikan
pernyataan dari
pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL
yang ditandatangani di
atas kertas bermaterai?
30. Apakah dalam muatan  Ya
daftar pustaka telah  Tidak
disampaikan mengenai
sumber data dan Catatan:
- 140 -

Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
informasi yang Bahan-bahan pustaka tersebut
digunakan dalam agar ditulis dengan berpedoman
penyusunan RKL-RPL? pada tata cara penulisan
pustaka.
31. Apakah dalam muatan  Ya
lampiran telah  Tidak
disampaikan data dan
informasi lain yang
dianggap perlu atau
relevan?

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


- 141 -

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR UKL-UPL

A. Identitas Pemrakarsa
1. Nama Pemrakarsa *)

2. Alamat Kantor, kode pos, No.


Telp dan Fax. email.

*) Harus ditulis dengan jelas identitas pemrakarsa, termasuk institusi dan


orang yang bertangggung jawab atas rencana kegiatan yang diajukannya.
Jika tidak ada nama badan usaha/instansi pemerintah, hanya ditulis nama
pemrakarsa (untuk perseorangan)
B. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
1. Nama Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan
2. Lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan dan dilampirkan peta
yang sesuai dengan kaidah
kartografi dan/atau ilustrasi
lokasi dengan skala yang
memadai.
3. Skala/Besaran rencana usaha Keterangan:
dan/atau Kegiatan
Tuliskan ukuran luasan dan atau
panjang dan/atau volume dan/atau
kapasitas atau besaran lain yang dapat
digunakan untuk memberikan
gambaran tentang skala kegiatan.
Sebagai contoh antara lain:
1. Bidang Industri: jenis dan kapasitas
produksi, jumlah bahan baku dan
penolong, jumlah penggunaan energi
dan jumlah penggunaan air
2. Bidang Pertambangan: luas lahan,
cadangan dan kualitas bahan
tambang, panjang dan luas lintasan
uji seismik dan jumlah bahan
peledak
3. Bidang Perhubungan: luas, panjang
dan volume fasilitas perhubungan
yang akan dibangun, kedalaman
- 142 -

tambatan dan bobot kapal sandar


dan ukuran-ukuran lain yang sesuai
dengan bidang perhubungan
4. Pertanian: luas rencana usaha
dan/atau kegiatan, kapasitas unit
pengolahan, jumlah bahan baku dan
penolong, jumlah penggunaan energi
dan jumlah penggunaan air
5. Bidang Pariwisata: luas lahan yang
digunakan, luas fasiltas pariwisata
yang akan dibangun, jumlah kamar,
jumlah mesin laundry, jumlah hole,
kapasitas tempat duduk tempat
hiburan dan jumlah kursi restoran
6. Bidang-bidang lainnya…
4. Garis besar komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
Pada bagian ini pemrakarsa menjelaskan:
a. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang
Bagian ini menjelaskan mengenai Kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang sesuai
ketentuan peraturan perundangan. Informasi kesesuaian lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
seperti tersebut di atas dapat disajikan dalam bentuk peta
tumpang susun (overlay) antara peta batas tapak proyek rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan peta RTRW yang berlaku dan
sudah ditetapkan (peta rancangan RTRW tidak dapat
dipergunakan).
Berdasarkan hasil analisis spasial tersebut, pemrakarsa
selanjutnya menguraikan secara singkat dan menyimpulkan
kesesuaian tapak proyek dengan tata ruang apakah seluruh tapak
proyek sesuai dengan tata ruang, atau ada sebagian yang tidak
sesuai, atau seluruhnya tidak sesuai. Dalam hal masih ada
hambatan atau keragu-raguan terkait informasi kesesuaian
dengan RTRW, maka pemrakarsa dapat meminta bukti
formal/fatwa dari instansi yang bertanggung jawab di bidang
penataan ruang seperti BKPTRN atau BKPRD. Bukti-bukti yang
mendukung kesesuaian dengan tata ruang wajib dilampirkan.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, maka formulir UKL-UPL tersebut tidak
dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat
(3) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012.
Disamping itu, untuk jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
tertentu, pemrakarsa harus melakukan analisis spasial
kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta
indikatif penundaan izin baru (PIPIB) yang tercantum dalam
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011, atau peraturan
revisinya maupun terbitnya ketentuan baru yang mengatur
mengenai hal ini.
Berdasarkan hasil analisis spatial tersebut, pemrakarsa dapat
menyimpulkan apakah lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut berada dalam atau di luar kawasan hutan alam primer
dan lahan gambut yang tercantum dalam PIPIB. Jika lokasi
rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB,
kecuali untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan
seperti yang tercantum dalam Inpres Nomor 10 Tahun 2011, maka
- 143 -

formulir UKL-UPL tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut.


Kesesuaian terhadap lokasi rencana usaha dan atau kegiatan
berdasarkan peta indikatif penundaan izin baru (PIPIB) yang
tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011,
berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung sejak Instruksi Presiden
ini dikeluarkan.
b. Penjelasan mengenai persetujuan prinsip atas rencana kegiatan
Bagian ini menguraikan perihal adanya persetujuan prinsip yang
menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut secara prinsip
dapat dilakukan dari pihak yang berwenang. Bukti formal atas
persetujuan prinsip tersebut wajib dilampirkan.
c. Uraian mengenai komponen rencana kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan
Dalam bagian ini, pemrakarsa menuliskan komponen-komponen
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diyakini dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Uraian tersebut
dapat menggunakan tahap pelaksanaan proyek, yaitu tahap pra-
konstruksi, kontruksi, operasi dan penutupan/pasca operasi.
Tahapan proyek tersebut disesuaikan dengan jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Contoh: Kegiatan Peternakan
Tahap Prakonstruksi :
1) Pembebasan lahan (jelaskan secara singkat luasan lahan yang
dibebaskan dan status tanah).
2) dan lain lain……
Tahap Konstruksi:
1) Pembukaan lahan (jelaskan secara singkat luasan lahan, dan
tehnik pembukaan lahan).
2) Pembangunan kandang, kantor dan mess karyawan (jelaskan
luasan bangunan).
3) dan lain-lain…..
Tahap Operasi:
1) Pemasukan ternak (tuliskan jumlah ternak yang akan
dimasukkan).
2) Pemeliharaan ternak (jelaskan tahap-tahap pemeliharaan ternak
yang menimbulkan limbah, atau dampak terhadap lingkungan
hidup).
3) dan lain-lain…
(Catatan: Khusus untuk usaha dan/atau kegiatan yang berskala
besar, seperti antara lain: industri kertas, tekstil dan sebagainya,
lampirkan pula diagram alir proses yang disertai dengan keterangan
keseimbangan bahan dan air (mass balance dan water balance))
C. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Bagian ini pada dasarnya berisi satu tabel/matriks, yang merangkum
mengenai:
1. Dampak lingkungan yang ditimbulkan rencana usaha dan/atau
kegiatan kolom Dampak Lingkungan terdiri atas empat sub kolom yang
berisi informasi:
a. sumber dampak, yang diisi dengan informasi mengenai jenis sub
kegiatan penghasil dampak untuk setiap tahapan kegiatan (pra-
kontruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi);
- 144 -

b. jenis dampak, yang diisi dengan informasi tentang seluruh


dampak lingkungan yang mungkin timbul dari kegiatan pada
setiap tahapan kegiatan; dan
c. besaran dampak, yang diisi dengan informasi mengenai: untuk
parameter yang bersifat kuantitatif, besaran dampak harus
dinyatakan secara kuantitatif.
2. Bentuk upaya pengelolaan lingkungan hidup
Kolom Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup terdiri atas tiga sub kolom
yang berisi informasi:
a. bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan
informasi mengenai bentuk/jenis pengelolaan lingkungan hidup
yang direncanakan untuk mengelola setiap dampak lingkungan
yang ditimbulkan;
b. lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai lokasi dimana pengelolaan lingkungan dimaksud
dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang menerangkan
bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta pengelolaan
lingkungan pada lampiran UKL-UPL); dan
c. periode pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pengelolaan
lingkungan hidup yang direncanakan.
3. Bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup
Kolom Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup terdiri atas tiga sub
kolom yang berisi informasi:
a. bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan
informasi mengenai cara, metode, dan/atau teknik untuk
melakukan pemantauan atas kualitas lingkungan hidup yang
menjadi indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup
(dapat termasuk di dalamnya: metode pengumpulan dan analisis
data kualitas lingkungan hidup, dan lain sebagainya);
b. lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup, yang diisi dengan informasi
mengenai lokasi dimana pemantauan lingkungan dimaksud
dilakukan (dapat dilengkapi dengan narasi yang menerangkan
bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta
pemantauan lingkungan pada lampiran UKL-UPL); dan
c. periode pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan
informasi mengenai waktu/periode dilakukannya bentuk upaya
pemantauan lingkungan hidup yang direncanakan.
4. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
Kolom Institusi Pengelola dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang di
isi dengan informasi mengenai berbagai institusi yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang
akan:
a. melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan
pemantauan lingkungan hidup;
b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup dan pemantauan lingkungan hidup; dan
c. menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan
komitmen pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup sesuai dengan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- 145 -

Dalam bagian ini, Pemrakarsa dapat melengkapi dengan peta, sketsa, atau
gambar dengan skala yang memadai terkait dengan program pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Peta yang disertakan harus memenuhi
kaidah-kaidah kartografi.
- 146 -

CONTOH MATRIKS UKL-UPL:


UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP INSTITUSI
PENGELOLA
BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE BENTUK UPAYA LOKASI PERIODE DAN
KETERANGAN
SUMBER JENIS BESARAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN PEMANTAUAN
DAMPAK DAMPAK DAMPAK LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP HIDUP
(Tuliskan (Tuliskan (Tuliskan (Tuliskan (Tuliskan informasi (Tuliskan (Tuliskan informasi (Tuliskan (Tuliskan (Tuliskan (Tuliskan
kegiatan yang dampak ukuran yang bentuk/jenis mengenai lokasi informasi mengenai cara, informasi informasi institusi yang informasi lain
menghasilkan yang dapat pengelolaan dimana pengelolaan mengenai metode, dan/atau mengenai lokasi mengenai terkait dengan yang perlu
dampak mungkin menyatakan lingkungan hidup lingkungan waktu/periode teknik untuk dimana waktu/periode pengelolaan disampaikan
terhadap terjadi) besaran yang direncanakan dimaksud dilakukan) dilakukannya melakukan pemantauan dilakukannya lingkungan untuk
lingkungan) dampak) untuk mengelola bentuk upaya pemantauan atas lingkungan bentuk upaya hidup dan menjelaskan
setiap dampak pengelolaan kualitas lingkungan dimaksud pemantauan pemantauan hal-hal yang
Contoh: lingkungan yang lingkungan hidup hidup yang menjadi dilakukan) lingkungan lingkungan dianggap perlu)
Kegiatan ditimbulkan) yang indikator hidup yang hidup)
Peternakan direncanakan) kerberhasilan direncanakan)
pada tahap pengelolaan
operasi lingkungan hidup)

Pemeliharaan
ternak
menimbulkan
limbah berupa: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh:
1. Limbah Terjadinya Limbah cair Limbah cair Lokasi pengelolaan Pengelolaan melakukan Pemantauan Pemantauan a. Instansi
cair penurunan yang dikelola dengan: limbah cair adalah di limbah cair pemantauan kualitas effluent kualitas effluent Pelaksana
kualitas air dihasilkan - memasang sekeliling kandang dilakukan secara kualitas effluent dilakukan pada dilakukan 3 yaitu PT X
Sungai XYZ adalah 50 drainase permanen dan di area menerus dari instalasi biogas saluran outlet dari bulan sekali selaku
akibat liter/hari. pengumpul limbah biodigester (secara sepanjang sesuai dengan baku instalasi biogas pemrakarsa
pembuangan cair di sekeliling rinci disajikan pada operasi kegiatan mutu air limbah (secara rinci b. Instansi
limbah cair kandang peta pengelolaan peternakan disajikan pada Pengawas
- mengolahnya lingkungan hidup PERMENLH Nomor peta pemantauan yaitu BLHD
dalam instalasi pada lampiran ….) … Tahun 20… lingkungan hidup Kabupaten
biodigester sebelum melakukan pada lampiran ….) X, Dinas
dibuang ke sungai. pemantauan Peternakan
kualitas air sungai Kab X
2. Limbah Terjadinya Limbah 90% limbah padat Lokasi pengelolaan Pengelolaan XYZ sesuai dengan Pemantauan c. Instansi
padat penurunan padat yang akan dimasukkan limbah padat adalah limbah padat PP 82/2001 untuk kualitas air sungai Penerima
(kotoran) kualitas air dihasilkan ke biodigester, 10 % di sekitar kandang dilakukan sehari parameter kunci dilakukan di 3 Pemantauan Laporan
Sungai XYZ adalah 1,2 lagi akan dijadikan (secara rinci sekali, kandang yaitu BOD, minyak- titik sebelum kualitas air yaitu BLHD
akibat 3
m /minggu. pupuk kandang disajikan pada peta dibersihkan dan lemak outlet, di bawah sungai Kabupaten
pembuangan pengelolaan padatan akan outlet dan setelah dilakukan 6 X, Dinas
limbah padat lingkungan hidup dibagi ke digester outlet (secara rinci bulan sekali Peternakan
pada lampiran ….) dan dibuat pada peta Kab X
pupuk pemantauan
lampiran….)
- 147 -

D. Jumlah dan Jenis Izin IZIN PPLH yang Dibutuhkan


Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan memerlukan
izin PPLH, maka dalam bagian ini, pemrakarsa menuliskan daftar jumlah
dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan berdasarkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.
E. Surat Pernyataan
Bagian ini berisi pernyataan/komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan
UKL-UPL yang ditandatangani di atas kertas bermaterai.
F. Daftar Pustaka
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam
penyusunan UKL-UPL baik yang berupa buku, majalah, makalah, tulisan,
maupun laporan hasil-hasil penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut agar
ditulis dengan berpedoman pada tata cara penulisan pustaka.
G. Lampiran
Formulir UKL-UPL juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang
dianggap perlu atau relevan, antara lain:
1. bukti formal yang menyatakan bahwa jenis usaha kegiatan tersebut
secara prinsip dapat dilakukan;
2. bukti formal bahwa rencana lokasi Usaha dan/atau Kegiatan telah
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku (kesesuaian tata ruang
ditunjukkan dengan adanya surat dari Badan Koordinasi Perencanaan
Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau instansi lain yang bertanggung
jawab di bidang penataan ruang);
3. informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);
4. peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi
dengan skala yang memadai yang menggambarkan lokasi pengelolaan
lingkungan hidup dan lokasi pemantauan lingkungan hidup; dan
5. data dan informasi lain yang dianggap perlu.
- 148 -

TAHAPAN PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN

A. PENERIMAAN DAN PEMERIKSAAN FORMULIR UKL-UPL


1. Formulir UKL-UPL yang diperiksa oleh:
1) Instansi Lingkungan Hidup pusat, yang diajukan oleh pelaku
usaha melalui Sistem OSS
2) Instansi Lingkungan Hidup provinsi, yang diajukan oleh pelaku
usaha melalui Sistem OSS; dan
3) Instansi Lingkungan Hidup kabupaten/kota, yang diajukan oleh
pelaku usaha melalui Sistem OSS.
2. Formulir UKL-UPL yang diajukan dan disampaikan pelaku usaha
dalam bentuk cetak (hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah izin lingkungan diterbitkan oleh
lembaga OSS berdasarkan komitmen.
3. Instansi Lingkungan Hidup menyiapkan rapat koordinasi pemeriksaan
UKL-UPL guna memeriksa formulir UKL-UPL, melalui tahapan:
1) pembuatan undangan dan mengidentifikasi daftar peserta rapat
yang akan dilibatkan dalam pemeriksaan UKL-UPL;
2) pengiriman undangan beserta formulir UKL-UPL kepada seluruh
peserta rapat; dan
3) Melakukan konfirmasi kehadiran kepada seluruh peserta rapat
yang diundang;
4. Rapat koordinasi pemeriksaan UKl-UPL dilakukan paling lama 5 (lima)
hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL diajukan Pelaku Usaha
dan diterima oleh Instansi Lingkungan Hidup.
5. Dalam hal hasil rapat pemeriksaan formulir UKL-UPL dinyatakan tidak
memerlukan perbaikan, maka pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota menerbitkan surat keputusan rekomendasi UKL-UPL
kepada pelaku usaha.
6. Dalam hal hasil rapat pemeriksaan formulir UKL-UPL dinyatakan perlu
dilakukan perbaikan, maka pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, atau kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota mengembalikan formulir UKL-UPL kepada pelaku
usaha untuk diperbaiki.
7. Pelaku usaha wajib menyampaikan perbaikan formulir UKL-UPL
kepada instansi lingkungan hidup paling lama 5 (lima) hari kerja.
8. Setelah perbaikan formulir UKL-UPL diterima, pejabat yang ditunjuk,
kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota menerbitkan surat keputusan
rekomendasi UKL-UPL kepada pelaku usaha.

B. PEMERIKSAAN SUBSTANSI UKL-UPL


1. Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dilakukan setelah jangka
waktu paling lama pemberian saran, pendapat, dan tanggapan
masyarakat telah berakhir.
2. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan
pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL 10 (sepuluh) hari setelah
lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan komitmen.
- 149 -

3. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,


atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
menyelenggarakan rapat koordinasi dengan instansi terkait untuk
memeriksa substansi formulir UKL-UPL yang disampaikan.
4. Formulir UKL-UPL yang disampaikan wajib diterima oleh instansi
terkait paling sedikit 1 (satu) hari kerja sebelum rapat koordinasi
dilakukan.
5. Rapat koordinasi dapat melibatkan pemrakarsa.
6. Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dilakukan dilakukan
berdasarkan Panduan Pemeriksaan Substansi Formulir UKL-UPL
(panduan 02).
7. Dalam hal hasil pemeriksaan memutuskan bahwa formulir UKL-UPL
yang telah diisi tersebut memerlukan perbaikan, maka:
a. dalam rapat koordinasi, dilakukan perbaikan atas isian formulir
tersebut guna memastikan hal-hal yang memerlukan perbaikan
telah dicantumkan dalam formulir UKL-UPL dimaksud; atau
b. pemrakarsa wajib memperbaiki formulir UKL-UPL paling lama 5
(lima) hari sejak rapat koordinasi pemeriksaan UKL-UPL
dilakukan.
8. Dalam hal pemrakarsa memerlukan waktu untuk memperbaiki
formulir UKL-UPL, pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi, atau kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota mengembalikan formulir UKL-UPL dimaksud kepada
pemrakarsa.
9. Hasil perbaikan wajib disampaikan kembali oleh pemrakarsa kepada:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi
untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur;
atau
c. bupati/walikota melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa
oleh bupati/walikota.
10. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan
pengecekan kebenaran atau kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah
dicantumkan dalam UKL-UPL yang telah diperbaiki beserta
pemeriksaan kembali substansi untuk menentukan persetujuan atau
penolakan UKL-UPL.
11. Pemeriksaan substansi untuk menentukan persetujuan atau
penolakan UKL-UPL paling sedikit wajib mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
c. kepentingan pertahanan keamanan;

d. kemampuan pemrakarsa yang bertanggung jawab dalam


menanggulanggi dampak negatif yang akan ditimbulkan dari
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan;
- 150 -

e. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai


sosial atau pandangan masyarakat (emic view);
f. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance);
g. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar
rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan; dan
h. tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud.
- 151 -

BAGAN ALIR PENGAJUAN DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL BERSERTA


PENERBITAN IZIN LINGKUNGANNYA

Pengisian Formulir UKL-UPL oleh Pemrakarsa

Pengajuan Pemeriksaan UKL-


UPL

Diajukan kembali
ke instansi
pemrakarsa pemeriksa Instansi Pemeriksa
memperbaiki memberikan tanda bukti
isian formulir penerimaan
UKL-UPL

Dikembalikan Tidak
memberikan
kepada pernyataan Kelengkapan
pemrakarsa ketidaklengkapan
untuk secara tertulis
diperbaiki

Ya

memberikan
pernyataan
kelengkapan
tertulis

Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL


melalui rapat koordinasi pemrakarsa
memperbaiki isian
(dilakukan setelah jangka waktu maksimal formulir UKL-UPL
pemberian saran, pendapat, dan tanggapan
masyarakat telah berakhir)

Tidak

UKL-UPL telah Dikembalikan


disusun sesuai kepada pemrakarsa
dengan pedoman untuk diperbaiki
- 152 -

PANDUAN 01:
PANDUAN PEMERIKSAAN SUBSTANSI FORMULIR UKL-UPL

Berdasarkan pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL, pejabat yang ditunjuk


oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, kepala instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota membuat rangkuman hasil pemeriksaan
substansi formulir UKL-UPL dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum di bawah ini:

Kriteria Rekomendasi
No. Hasil Pemeriksaan Keterangan
Persetujuan UKL-UPL
1. Rencana tata ruang sesuai Pemeriksa UKL-UPL
ketentuan peraturan wajib menilai kesesuaian
perundang-undangan. lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan
denan rencana tata
ruang dan kesesuaian
dengan peta indikatif
penundaan izin baru
(PIPIB) yang tercantum
dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal
ini.
2. Kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta sumber
daya alam yang diatur dalam
peraturan perundang-
undangan.
3. Kepentingan pertahanan
keamanan.
4. kemampuan pemrakarsa yang
bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak
negatif yang akan ditimbulkan
dari usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan.
5. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak menganggu
nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic
view).
6. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis
yang merupakan:
a. entitas dan/atau spesies
kunci (key species);
b. memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological
importance);
c. memiliki nilai penting
secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
d. memiliki nilai penting
- 153 -

Kriteria Rekomendasi
No. Hasil Pemeriksaan Keterangan
Persetujuan UKL-UPL
secara ilmiah (scientific
importance).
7. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak menimbulkan
gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah
berada di sekitar rencana
lokasi usaha dan/atau
kegiatan.
8. Tidak dilampauinya daya
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan
dimaksud.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


- 154 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

FORMAT
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


�Nama : ............................................................................
�Jabatan : ............................................................................
�Alamat : ............................................................................
�Nomor Telp. : ............................................................................

Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:


�Nama perusahaan/Usaha : .........................................................
�Alamat perusahaan/usaha : .........................................................
�Nomor telp. Perusahaan : .........................................................
�Jenis Usaha/sifat usaha : .........................................................
�Kapasitas Produksi : .........................................................

dengan dampak lingkungan yang terjadi berupa:


1.
2.
3.
4.
5. dst.

merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak


lingkungan melalui:
1.
2.
3.
4.
5. dst.
- 155 -

Pada prinsipnya bersedia untuk dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan


seluruh pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagaimana tersebut
di atas, dan bersedia untuk diawasi oleh instansi yang berwenang.

Tanggal, Bulan, Tahun


Yang menyatakan,

Materai dan tandatangan

(...............NAMA…….........)

Nomor bukti penerimaan


oleh instansi LH
Tanggal:
Penerima:

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA


- 156 -

LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP


UNTUK PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DAN
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

I. Jenis Dan Kriteria Perubahan Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Dapat


Menyebabkan Perubahan Izin Lingkungan

A. Penjabaran Mengenai Jenis Perubahan Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya


Perubahan Izin Lingkungan
1. Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan
Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan adalah perubahan status
hukum yang terkait dengan nama pemilik Usaha dan/atau Kegiatan.
Perubahan tersebut harus dapat dibuktikan secara hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
2. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup adalah
perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dimaksud terdiri atas:
a. Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan baru yang bersifat negatif;
Contoh:
Rumah sakit yang semula mengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3) dengan cara mengirim LB3-nya ke pihak ketiga yang
berizin, namun kemudian berencana untuk melakukan perubahan
pengelolaan dengan cara mengelola LB3-nya sendiri menggunakan
incinerator.
b. Perubahan bentuk pengelolaan dan pemantauan yang bertujuan
perbaikan (continual improvement) dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan baru yang bersifat negatif.
Contoh:
- 157 -

1. Pabrik kelapa sawit yang semula mengelola limbah cairnya dengan


menggunakan IPAL, berencana akan memodifikasi Izin Pengelolaan
Air Limbah (IPAL)-nya dengan memasang alat penangkap metan agar
dapat digunakan sebagai tambahan input pembangkit listriknya yang
telah ada dan pembangkit listrik tersebut digunakan untuk
kebutuhan sendiri. Dengan memasang alat penangkap metan, maka
akan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menjadi sumber
energi alternatif (co-benefit).
2. PLTU X semula mengelola limbah cair air bahang dengan cara
memasukkan air bahang ke dalam retention pond untuk mengurangi
suhu sebelum dibuang ke laut. PLTU ini berencana untuk mengubah
desain retention pond-nya dengan menambahkan beberapa
bafeluntuk memperluas permukaan kontak air dengan udara
sehingga mampu menurunkan suhu lebih efisien.

3. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup


Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 50 ayat (2) huruf c dalam Peraturan
Pemerintah (PP) 27 Tahun 2012, terdapat 9 (sembilan) jenis perubahan
yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Tabel 1 di bawah ini
akanmenjabarkan secara rinci mengenai jenis-jenis perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup.

Tabel 1. Jenis perubahan dan kriteria perubahan Usaha dan/atau


Kegiatan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup.

Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
1. Perubahan Segala bentuk  Perubahan Dampak
dalam perubahan mesin dan alat negatif
penggunaan peralatan yang ekstraksi terhadap
alat-alat digunakan dalam proses mineral, lingkungan
produksi yang produksi yang berpotensi tadinya berupa
berpengaruh menimbulkan dampak hanya penambahan
terhadap negatif terhadap dengan dampak
lingkungan lingkungan, antara lain ekskavator lingkungan
hidup mencakup: akan diubah baru yang
a. Perubahan alat-alat menjadi bersifat negatif
produksi yang menggunak dan/atau
berpotensi merubah an blasting peningkatkan
bahan baku dan terlebih skala/besaran
bahan penolong; dahulu dampak
 Perubahan lingkungan
b. Perubahan alat-alat bahan baku yang bersifat
produksi yang yang semula negatif, yang
berpotensi merubah berupa kayu sudah ada.
dampak lingkungan untuk
yang ditimbulkan dari produksi
kegiatan; dan/atau pulp
menjadi
c. Perubahan alat-alat sekam
produksi yang
berpotensi
menyebabkan
- 158 -

Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
terjadinya
ketidaksesuaian
antara dampak
lingkungan baru
dengan bentuk
pengelolaan dan
pemantauan dampak
lingkungan yang
dilakukan.

2. Penambahan Penambahan jumlah Kapasitas


kapasitas produk yang dihasilkan produksi
produksi; dari proses produksi tambang
suatu usaha dan/atau batubara
kegiatan direncanakan
meningkat
dari 10 juta
ton per tahun
menjadi 20
juta ton per
tahun.

3. Perubahan Perubahan yang meliputi Perubahan Dampak


spesifikasi antara lain: jenis negatif
teknik yang a. perubahan desain dan/atau terhadap
mempengaruhi proses produksi; karakteristik lingkungan
lingkungan; b. perubahan bahan bahan baku, berupa
baku; bahan penambahan
c. perubahan bahan penolong dan dampak
penolong; dan/atau bahan bakar, lingkungan
d. perubahan perubahan baru yang
penggunaan jenis jenis tanaman bersifat negatif
sumber daya yang budidaya, dan/atau
digunakan; perubahan peningkatkan
yang berpotensi sistem skala/besaran
menimbulkan dampak silvikultur dampak
negatif terhadap lingkungan
lingkungan yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.

4. Perubahan Adalah perubahan  penambaha Sarana


sarana Usaha sarana pendukung yang n instalasi pendukung
dan/atau membantu proses pengolahan adalah: sarana
Kegiatan; produksi yang berpotensi air bersih; yang tanpa
menimbulkan dampak  penambaha adanya sarana
negatif terhadap n sumber ini, maka
lingkungan. air bawah proses
tanah; produksi
masih dapat
dilakukan.
Dampak
negatif
- 159 -

Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
terhadap
lingkungan
berupa
penambahan
dampak
lingkungan
baru yang
bersifat negatif
dan/atau
peningkatkan
skala/besaran
dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.

5. Perluasan Penambahan luasan Dampak


lahan dan lahan dan/atau negatif
bangunan bangunan yang terhadap
Usaha berpotensi menimbulkan lingkungan
dan/atau dampak negatif terhadap berupa
Kegiatan. lingkungan penambahan
dampak
lingkungan
baru yang
bersifat
negatif
dan/atau
peningkatkan
skala/besara
n dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.

6. Perubahan Perubahan berupa  Tambang Dampak


waktu dan pengurangan atau yang negatif
durasi operasi penambahan waktu direncanaka terhadap
Usaha dan/atau durasi n berakhir lingkungan
dan/atau kegiatan yang berpotensi setelah 30 berupa
Kegiatan; menimbulkan dampak tahun, penambahan
negatif terhadap ternyata dampak
lingkungan menjelang lingkungan
tahun ke 30 baru yang
direncanaka bersifat negatif
n untuk dan/atau
diteruskan peningkatkan
sampai skala/besaran
tahun ke dampak
40, dengan lingkungan
metode dan yang bersifat
- 160 -

Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
kapasitas negatif, yang
penambang sudah ada.
an yang
sama pada
areal yang
sama

 Suatu
pabrik yang
tadinya
beroperasi
secara batch
(ada termin
tertentu),
direncanaka
n akan
beroperasi
secara
kontinu

7. Usaha Penambahan usaha Rencana 


dan/atau dan/atau kegiatan baru penambahan
Kegiatan di dalam sebuah kawasan, kegiatan baru
dalam kawasan yang belum dilingkup berupa
yang belum dan dikaji dalam pengelolaan
tercakup dalam dokumen lingkungan LB3 oleh
izin sebelumnya perusahaan
lingkungan; industri
(tenant) dalam
suatu
kawasan
industri

8. Terjadinya Perubahan yang  Perubahan 


perubahan mencakup antara lain baku mutu
kebijakan perubahan peraturan lingkungan
pemerintah dan/atau NSPK yang dan kriteria
yang ditujukan diterbitkan oleh baku
dalam rangka pemerintah yang kerusakan
peningkatan bertujuan untuk lingkungan
perlindungan memperbaiki dan  Perubahan
dan meningkatkan kualitas peruntukka
pengelolaan lingkungan hidup n ruang
lingkungan dalam
hidup; Rencana
Tata Ruang
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan,
seperti areal
lahan untuk
- 161 -

Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
lokasi
kegiatan
panas bumi
yang semula
kawasan
hutan
lindung
menjadi
kawasan
konservasi.

9. Terjadi Terjadi perubahan rona  Bencana


perubahan lingkungan yang sangat alam
lingkungan mendasar akibat tsunami,
hidup yang terjadinya bencana alam gempa,
sangat atau akibat lain yang kekeringan)
mendasar menyebabkan  Penduduk
akibat pengelolaan lingkungan mulai
peristiwa alam hidup dalam kajian bermuncula
atau karena sebelumnya menjadi n di area
akibat lain, tidak relevan dengan sekitar
sebelum dan kondisi lingkungan pabrik;
pada waktu pascabencana dan pasca  Perambahan
Usaha perubahan atas akibat areal
dan/atau lain tersebut pertambang
Kegiatan yang an oleh PETI
bersangkutan
dilaksanakan

4. Perubahan Dampak dan/atau Risiko Lingkungan Hidup berdasarkan Hasil


Kajian Analisis Risiko Lingkungan Hidup (ARLH) dan/atau Audit
Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan
Perubahan yang dimaksud dalam kategori ini adalah jenis perubahan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang teridentifikasi dari hasil
kajian ARLH dan audit lingkungan hidup yang diwajibkan.
Perlu diperhatikan pula bahwa audit lingkungan hidup yang diwajibkan
terdiri atas:
a. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala kepada usaha
dan/atau kegiatan yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup
b. Audit lingkungan hidup yang diwajibkan kepada usaha dan/atau
kegiatan yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang-undangan
Sebagaimana diatur dalam peraturan menteri yang mengatur tentang audit
lingkungan hidup.
Pada prinsipnya, kajian ARLH maupun hasil audit lingkungan hidup yang
diwajibkan (audit LH wajib) dapat memberikan temuan mengenai dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup yang belum terkaji dan belum terkelola
dalam dokumen lingkungan hidup sebelumnya, sehingga terdapat
- 162 -

kemungkinan pula bahwa hasil kajian ARLH dan audit wajib dapat
memberikan informasi tambahan terhadap dokumen Amdal atau UKL-UPL,
sehingga diperlukan perubahan Izin Lingkungan.

Perubahan usaha
Temuan berupa dan/atau kegiatan,
dampak dan/atau atau
Hasil kajian ARLH dan Perubahan Izin
risiko lingkungan
Audit LH wajib Perubahan Lingkungan
hidup yang wajib
dikelola dan dipantau pengelolaan dan
pemantauan LH

Gambar 1. Keterkaitan hasil kajian ARLH dan audit lingkungan hidup


wajib dengan perubahan Izin Lingkungan

5. Tidak dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatan dalam jangka


waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya izin lingkungan
Jenis perubahan yang dimaksud dalam kategori ini adalah tidak adanya
pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan deskripsi kegiatan
yang tercantum dalam dokumen lingkungan hidup yang telah dinilai atau
diperiksa, keputusan kelayakan lingkungan hidup/rekomendasi
persetujuan UKL-UPL dan izin lingkungannya yang telah diterbitkan,
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun setelah izin lingkungan diterbitkan.
6. Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan antara lain mencakup:
a. Perubahan usaha dan kegiatan karena usaha dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan pemisahan dan/atau pengabungan baik sebagian
atau seluruhnya;
b. Perubahan nama penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan;
c. Perubahan nama kegiatan tanpa merubah jenis kegiatan (seperti
perubahan nama usaha dan/atau kegiatan, perubahan nama lokasi
seperti lokasi sumur pengeboran);
d. Perubahan wilayah adminsitrasi pemerintahan; dan/atau
e. Penciutan/pengurangan luas areal usaha dan/atau kegiatan.

B. Ruang Terjadinya Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


Perubahan usaha dan/atau kegiatan untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL dapat terjadi:
1. Di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan batas proyek yang
ditetapkan dalam dokumen lingkungan sebelumnya; dan/atau
2. Di dalam batas wilayah studi untuk rencana perubahan pengelolaan dan
pemantauan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki Amdal;
- 163 -

Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan serta ruang terjadinya perubahan


usaha dan/atau kegiatan dijabarkan dalam table dibawah ini.

Tabel 2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan serta ruang terjadinya


perubahan Usaha dan/atau Kegiatan

Ruang Perubahan Usaha dan/atau


Kegiatan
No Jenis perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan
Di dalam Di dalam wilayah
dan/atau studi**
berbatasan
dengan batas
proyek*
1. Perubahan dalam penggunaan alat-
alat produksi yang berpengaruh √ x
terhadap lingkungan hidup
2. Penambahan kapasitas produksi; √ x
3. Perubahan spesifikasi teknik yang
√ x
mempengaruhi lingkungan;
4. Perubahan sarana usaha dan/atau
√ x
kegiatan;
5. Perluasan lahan dan bangunan usaha
√ x
dan/atau kegiatan.
6. Perubahan waktu dan durasi operasi
√ x
usaha dan/atau kegiatan;
7. Usaha dan/atau kegiatan di dalam
kawasan yang belum tercakup dalam √ x
izin lingkungan;
8. Terjadinya perubahan kebijakan
pemerintah yang ditujukan dalam √
rangka peningkatan perlindungan dan √
pengelolaan lingkungan hidup;
9. Terjadi perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar akibat
peristiwa alam atau karena akibat x
lain, sebelum dan pada waktu Usaha √
dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan
10 Perubahan RKL-RPL √ √

Keterangan:
1) * = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal atau wajib memiliki UKL-UPL;
2) ** = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal;
- 164 -

II. FORMAT PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN (PIL)

A. FORMAT PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN WAJIB AMDAL
1. Identitas Pemegang Izin Lingkungan (Pelaku Usaha)
a. Identitas pemegang Izin Lingkungan seperti yang tercantum di dalam
Izin Lingkungan,
b. Berbagai Keputusan Kelayakanan Lingkungan Hidup yang dimiliki
beserta perubahannya;
c. Berbagai perizinan lingkungan (Izin Lingkungan dan izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup) yang dimiliki beserta
perubahannya.
2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Berdasarkan tabel jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan seperti yang
tercantum di bawah ini, pemegang Izin Lingkungan memberikan tanda (√)
untuk perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan.
Sebagai contoh apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan
dilakukan berupa perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan,
penambahan kapasitas produksi dan perluasan lahan dan bangunan
usaha, pemegang Izin Lingkungan memberikan tanda (√) di kolom “beri
tanda (√)” pada jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan di nomor: 1, 3b
dan 3e.

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda
(√)
1) Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

2) Perubahaan pengelolaan dan pemantauan


lingkungan
a. Perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan baru yang bersifat negatif
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan
bertujuan untuk perbaikan (continual
improvement) dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan baru yang bersifat negatif

3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan


hidup
a. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi
yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup
b. Penambahan kapasitas produksi;
c. Perubahan spesifikasi teknik yang
mempengaruhi lingkungan;
- 165 -

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda
(√)
d. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
e. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau
Kegiatan.
f. Perubahan waktu dan durasi operasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
g. Usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan
yang belum tercakup dalam izin lingkungan;
h. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah
yang ditujukan dalam rangka peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
i. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar akibat peristiwa alam atau karena
akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan
4) Perubahan dampak dan/atau risiko lingkungan
hidup berdasarkan hasil kajian analisis risiko
lingkungan hidup (ARLH) dan/atau audit
lingkungan hidup yang diwajibkan
5) Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 3 (Tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan
6) Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang
tidak berpengaruh terhadap lingkungan, sebutkan
jenis perubahannya:
a. ……
b. ……
c. ……

Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan


berupa perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1) dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan tidak perlu
menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan,
rona lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan hidup seperti
tercantum di bawah ini.
Apabila perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan selain
perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1) dan selain
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan wajib
menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan,
rona lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan hidup seperti
tercantum di bawah ini.
3. Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat:
Di bawah ini terdapat beberapa contoh deskripsi perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan.
- 166 -

Tabel 1. Contoh deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan hulu


migasberdasakan komponen-komponen kegiatannya (utama,
pendukung dan pengelolaan lingkungan hidupnya)

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


A. FASILITAS PRODUKSI
1. Jumlah 1.075 buah dengan 195 buah: Total = 1.273
Sumur rincian:  2 sumur di buah
 290 buah aktif UL
 736 buah tidak atif  3 sumur di
 11 sumur di APNE YY
dan APNF  2 sumur di
berdasarkan RKL- FSB
RPL Tambahan 2010  165 sumur
 38 sumur sisipan sisipan di
berdasarkan RKL- …..
RPL Tambahan 2010  26 sumur
eksplorasi
2. Anjungan 137 buah dengan 3 buah (ULA, Total = 140
Sumur (tak rincian: YYA dan buah
berpenghuni)  6 buah di area AVSA FSBA)
 21 buah di area
Bravo
 25 buah di area
Echo
 21 buah di area
Foxtrot
 10 buah di area KLA
 23 buah di area
Mike-Mike
 4 buah di area Papa
 12 buah di area
Uniform
 8 buah di area Zulu
 7 buah di area APN
3. Anjungan 11 buah, yaitu Avsa, - -
proses Zulu, Papa, Mike-
produksi Meki, Lima, KLA,
(berpenghuni) Uniform, Echo,
Foxtrot, Bravo, Central
Plant.
4. Termina 1 buah yaitu FSO …. - -
Khusus
5. Anjungan Pada 5 anjungan: - -
pengolahan  Central Plant.
air  Arco Ardjuna
terproduksi  Papa
(berpenghuni)  Mike-Mike
 Foxtrot (tidak aktif)
6. Pipa flowline ± 1.600 km dengan  ±6,1 km 12” Pipa
diameter bervariasi (ULA-UW) tambahan
yang digelar di bawah  ±13,5 km 12” merupakan
laut di seluruh ….. (YYA-KLB) pipa baru
atau ±4,2 km
12” (YYA-
- 167 -

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


KKNA)
 ±5,7 km 10”
(FBSA-FFB)
atau ±5,8 km
10” (FSBA ke
ruas pipa
FSA-FFB)
 ±0,7 mile 10”
feed gas
pipline KLA-
KLB
 ±0,7 mile 3”
gas lift
pipieline
KLB-KLA
7. Pipa transmisi  Papa-ORF ….. - -
gas  Central Plant-ORF …
8. Pipa Central Plant FSO …… - -
Transmisi
minyak
9. Fasilitas 1 buah (FSO ……..) - -
penyimpanan
minyak
terapung
(FSO)
10. Fasilitas 3 buah (……, ……… - -
penerima dan ……………)
darat (ORF)
B. PRODUKSI
1. Kapasitas  Minyak: 300.000 - -
BOPD
 Gas: 300 MMSCFD
2. Produksi  Minyak: 32.000 Maksimum Tidak
BOPD produksi: melampaui
 Gas: 185 MMSCFD  Minyak: kapasitas
46.500
BOPD
 Gas:
285MMSCFD
C. PENANGANAN LIMBAH PRODUKSI
1. Kapasitas  260.000 BWPD di - Pengaktifan di
water Central Plant (aktif) Anjungan
treatment  100.000 BWPD di Papa dengan
system …….. hydrocyclone
 2 x 75.000 BWPD di kapasitas 2 x
Anjungan Papa 45.000 BWPD
(tidak aktif)
 2 x 75.000 BWPD di
Anjungan Mike-Mike
(aktif)
 2 x 75.000 BWPD di
Anjungan Foxtrot
(tidak aktif)
- 168 -

No. DESKRIPSI EKSISTING TAMBAHAN KETERANGAN


2. Volume air  CP = 100.000 BWPD 53.000 BWPD Total =
terproduksi  AA = 4.000 217.000
 Papa = 50.000 BWPD
 MM = 10.000
3. Flaring Avsa, Zulu, Papa, Sistem flare Sistem flare
Mike-Mike, Lima, KLA, pada KLB KLB
Bravo, Echo, Uniform, Platform digunakan
Central Plant dan untuk
Foxtrot antisipasi
process upset
pada sistem
compressor
D. FASILITAS PENUNJANG
1. Shorebase - - -

Tabel 2. Contoh deskripsi perubahan Usaha dan/atau Kegiatan pelabuhan


berdasarkan tahapan kegiatannya
RENCANA KEGIATAN DALAM RENCANA KEGIATAN YANG
LINGKUP AMDAL TAHUN 2010 MENGALAMI PERUBAHAN (LINGKUP
ADDENDEUM ANDAL DAN RKL-RPL)
Mobilisasi Tenaga Kerja
Mobilisasi Alat dan Bahan Lewat Mobilisasi material lewat darat
Laut  Material urug
o Material urug untuk causeway
volume urugan I, II & III 1.100.000
m3
o Material urug untuk interchange
area 700.000 m3
o Lapangan penumpukan 3.910.000
m3
 Material pancang
Pembangunan Basecamp
Pembangunan Pelabuhan Pembangunan Pelabuhan
a. Jembatan penghubung a. Jembatan penghubung
Panjang : 2.560 m Panjang : 800 m
Lebar : 18 m Lebar : 12,5 m
Luas : 32.000 m2 Luas : 10.000 m2
Konstruksi on pile
Yang sudah dilakukan 30,8% dari Yang dikaji rencana pembangunan
panjang 800 m x 12,5 m 60,2%

b. Pembangunan causeway b. Pembangunan causeway


Kontruksi masif dan lokasi Kontruksi masif dengan luas ± 8 Ha
menempel bibir pantai dan lokasi bergeser 800 meter dari
Disain: bibir pantai;
Panjang : 500 m Disain:
Lebar : 140 m I. Pengurugan untuk areal
Luas : 70.000 m2 causeway Tahap I
Volume urugan : 173.000 m2 Panjang : 520 m
Lebar : 25 m
Yang sudah dilakukan adalah Luas : 13.000 m2
pemasangan talud sepanjang 500 II. Pembangunan causeway Tahap
m dan lebar 25 m (luas 13.000 II
m2) Panjang : 200 m
Lebar : 30 m
Luas : 6.000 m2
- 169 -

RENCANA KEGIATAN DALAM RENCANA KEGIATAN YANG


LINGKUP AMDAL TAHUN 2010 MENGALAMI PERUBAHAN (LINGKUP
ADDENDEUM ANDAL DAN RKL-RPL)
III. Pembangunan causeway Tahap
III
Panjang : 1.231 m
Lebar : 50 m
Luas : 61.550 m2
c. Pembangunan Lapangan c. Pembangunan Lapangan
Penumpukan Penumpukan
Container yard dan fasilitas I. Lapangan penumpukan
pendukung petikemas
Ukuran urugan : 5.844.000 m3 Luas : 250.000 m2
Ukuran container yard : Volume urugan : 2.800.000 m3
387.000 m ,
2 II. Lapangan penumpukan
4 blok @ curah kering
96.750 m2 Luas : 100.000 m2
Jarak dengan dermaga 260 m, Volume urugan : 1.1100.000 m3
luas 50 ha Jarak dengan dermaga menjadi ±
970 m, luas 25 ha dan 10 ha,
progress pembangunan 0%.
Pembangunan ReceiptionFacilites
(RF)
d. Pembangunan Trestle d. Pembangunan Trestle
Trestle, 2 unit dengan 7.872,5 m2 Trestle menjadi jembatan
Ukuran 235 m x 9,5 m penghubung II (antara lapangan
Kontruksion-pile penumpukan dan dermaga)
Panjang : 975 m
Lebar : 16 m
Luas : 15.600 m2
Kontruksion-plie
Progress pembangunan 0%
4. Rona Lingkungan Hidup
Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat rona lingkungan
hidup yang berada di dalam dan/ataudisekitar lokasi perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan.Rona lingkungan hidup mencakup:
a. komponen-komponen lingkungan hidup, yang mencakup:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek bio-
geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain: udara,
tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan tingkat
pelayananya (antara lain:rawa, gambut, mangrove, terumbu karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek sosial-
ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya; dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
b. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas hanya
dilakukan terhadap rona lingkungan hidup yang terkait atau relevan
dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.Rona lingkungan hidup
yang yangdideskripsikan adalah rona lingkungan hidup pada saat
perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan.
Pemegang Izin Lingkungan dapat menggunakan data dan informasi rona
awal yang terdapat di dalam batas wilayah studi Amdal beserta
trendperubahaannya sampai saat perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
- 170 -

tersebut dilakukan.Trend perubahan rona lingkungan hidup tersebut


dapat disusun berdasarkan data informasi rona lingkungan hidup awal
pada saat dokumen Amdal disusun ditambah dengan data dan informasi
hasil pemantauan kualitas lingkungan hidup yang tercantum di dalam
laporan pelaksanaam RKL-RPL (Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan)
yang disusun dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali.
Dalam mendeskripsikan rona lingkungan hidup tersebut, pemegang Izin
Lingkungan dapat menggunakan data dan informasi dari sumber-
sumber lain yang valid dan terpercaya/akuntabel.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti diuraikan di atas dapat
digambarkan secara spasial sesuai dengan kaidah kartografi.

5. Evaluasi Dampak Lingkungan Hidup


Evaluasi dampak lingkungan dilakukan dengan cara melakukan analisis
secara singkat dan cepat terkait interaksi antara perubahan usaha
dan/atau kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup. Potensi dampak
lingkungan hidup yang terjadi diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan
potensi perubahan parameter lingkungan hidup akibat adanya perubahan
Usaha dan/atau Kegiatan yang terjadi pada periode waktu tertentu dan di
area (ruang) yang tertentu. Hasil evaluasi dampak berupa daftar potensi
dampak lingkungan hidup yangakan terjadi akibat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan beserta sifat penting dampak lingkungan.
Berdasarkan evaluasi dampak lingkungan, pemegang Izin Lingkungan yang
termasuk dalam kriteria Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal
menentukan apakah perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan:
a. Berpotensi menimbulkan jenis dampak penting hipotetikbaru yang
belum dilingkup dan dikaji di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
dan/atau
b. Merubah batas wilayah studi Amdal.

B. FORMAT PENYAJIAN INFORMASI LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN WAJIB UKL-UPL
1. Identitas Pemegang Izin Lingkungan (Pelaku Usaha)
a. Identitas pemegang lzin lingkungan seperti yang tercantum di dalam Izin
Lingkungan,
b. Rekomendasi UKL-UPL yang dimiliki beserta perubahannya;
c. Berbagai perizinan lingkungan (Izin Lingkungan dan izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup) yang dimiliki beserta perubahannya
2. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Berdasarkan table jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan seperti yang
tercantum di bawah ini, pemegang Izin Lingkungan memberikan tanda (√)
untuk perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akandilakukan. Sebagai
contoh apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan
berupa perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan, penambahan
kapasitas produksi dan perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau
Kegiatan, pemegang Izin Lingkungan memberikan tanda (√) di kolom “beri
tanda (√)” pada jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan di nomor: 1, 3b
dan 3e.
- 171 -

No. Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan Beri


tanda (√)
1) Perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

2) Perubahaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


a. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan baru
yang bersifat negatif
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan bertujuan
untuk perbaikan (continual improvement) dan tidak
menimbulkan dampak lingkungan baru yang bersifat
negatif

3) Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup


a. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup
b. Penambahan kapasitas produksi;
c. Perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi
lingkungan;
d. Perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
e. Perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau
Kegiatan.
f. Perubahan waktu dan durasi operasi Usaha dan/atau
Kegiatan;
g. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang
belum tercakup dalam izin lingkungan;
h. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang
ditujukan dalam rangka peningkatan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;

i. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat


mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat
lain, sebelum dan pada waktu Usaha dan/atau
Kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan

4) Perubahan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup


berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup
(ARLH) dan/atau audit lingkungan hidup yang
diwajibkan
5) Tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 3 (Tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan
6) Perubahan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan, sebutkan jenis
perubahannya:
a. ……
a. ……
b. ……

Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan berupa


perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1), dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan tidak perlu
menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan, rona
- 172 -

lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan hidup seperti tercantum di


bawah ini.
Apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan selain
perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan (nomor 1) dan selain
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya yang tidak berpengaruh
terhadap lingkungan (nomor 6), Pemegang Izin Lingkungan wajib
menguraikan deskripsi perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan, rona
lingkungan dan evaluasi dampak seperti tercantum di bawah ini.

3. Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat:
a. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan eksisting beserta
skala/besaranya dan lokasinya seperti yang sudah dilingkup dalam
dokumen lingkungan hidup sebelumnya. Komponen-komponen kegiatan
tersebut mencakup antara lain:
1) Kegiatan utama;
2) Kegiatan pendukung; dan
3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
b. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan perubahan beserta skala/besaran perubahannya dan
lokasinya.
Deskripsi komponen-komponen kegiatan eksiting beserta perubahannya
seperti diuraikan di atas dapat digambarkan secara spasial sesuai dengan
kaidah kartografi.

4. Rona Lingkungan Hidup


Pemegang Izin Lingkungan mendesripsikan secara singkat rona lingkungan
hidup yang berada di dalam dan/atau disekitar lokasi perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan. Rona lingkungan hidup mencakup:
a. komponen-komponen lingkungan hidup, yang mencakup:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek bio-
geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain: udara,
tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan tingkat
pelayananya (antara lain: rawa, gambut, mangrove, terumbu karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek sosial-
ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan ekonomi
masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya; dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
b. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas hanya
dilakukan terhadap rona lingkungan hidup yang terkait atau relevan
dengan perubahan usaha dan/atau kegiatan. Rona lingkungan hidup
yang yangdideskripsikan adalah rona lingkungan hidup pada saat
perubahaan usaha dan/atau kegiatan tersebut dilakukan.
Pemegang izin lingkungan dapat menggunakan data dan informasi
kondisi lingkungan hidup yang berada di sekitar lokasi usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL yang tercantum di dalam laporan pelaksanan
UKL-UPL (Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan) yang disusun dan
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali.
- 173 -

Dalam mendeskripsikan rona lingkungan hidup tersebut, pemegang izin


lingkungan dapat menggunakan data dan informasi dari sumber-sumber
lain yang valid dan terpercaya/akuntabel.
Deskripsi rona lingkungan hidup seperti diuraikan di atas dapat
digambarkan secara spasial sesuai dengan kaidah kartografi.

5. Evaluasi Dampak Lingkungan Hidup


Evaluasi dampak lingkungan dilakukan dengan cara melakukan analisis
secara singkat dan cepat terkait interaksi antara perubahan usaha
dan/atau kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup. Potensi dampak
lingkungan hidup yang terjadi diidentifikasi dan dianalisis berdasarkan
potensi perubahan parameter lingkungan hidup akibat adanya perubahan
usaha dan/atau kegiatan yang terjadi pada periode waktu tertentu dan di
area (ruang) yang tertentu. Hasil evaluasi dampak berupa daftar potensi
dampak lingkungan hidup yang akan terjadi akibat perubahan usaha
dan/atau kegiatan beserta sifat penting dampak lingkungan.
Berdasarkan evaluasi dampak lingkungan, pemegang Izin Lingkungan
menentukan apakah perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
atau tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Dampak
penting terhadap lingkungan ditentukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. Skala/besaran kegiatan eksisting beserta perubahan usaha dan/atau
kegiatannya secara kumalatif termasuk dalam skala/besaran wajib
Amdal;
b. Perubahan usaha dan/atau kegiatan tersebut menyebabkan:
1) Sebagian lokasi usaha dan/atau kegiatan tersebut berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung;
2) Dampak lingkungan yang terjadi akibat perubahan usaha dan/atau
kegiatan tersebut berpotensi mempengaruhi kawasan lindung
terdekat.
Perubahan usaha dan/atau kegiatan yang terjadi di dalam kawasan
lindung dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengizinkan usaha dan/atau kegiatan dilakukan di dalam kawasan
lindung.

III. PEDOMAN PENYUSUNAN AMDAL BARU, ADENDUM ANDAL DAN RKL-


RPL, DANFORMULIR UKL-UPL BARU

A. Umum
Dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh penanganggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan yang diperlukan bagi penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL dan
perubahan Izin Lingkungan terdiri atas:
1. Dokumen Amdal baru;
2. Dokumen adendum Andal dan RKL-RPL; atau
3. Formulir UKL-UPL baru.
- 174 -

B. Dokumen Amdal Baru


Muatan dokumen Amdal baru pengembangan, mengacu pada Lampiran I dan
Lampiran II Peraturan Menteri ini. Dalam dokumen Amdal baru tersebut,
wajib dijelaskan pula kondisi eksisting dan evaluasi kegiatan eksisting,
keterkaitannya dengan rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan,
termasuk dampak lingkungan hidup yang akan timbul akibat interaksi antara
kegiatan eksisting dengan rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.

C. Dokumen Adendum Andal dan RKL-RPL


1. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL terdiri atas 3 (tiga) tipe:
a. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe A untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan yang dapat menyebabkan perubahan dampak penting
hipotetik (DPH) yang sudah dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya. Perubahan DPH tersebut berpotensi menyebabkan
terjadinya antara lain perubahan besaran dan sifat penting dampak;
b. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe B untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan yang menyebabkan perubahan dampak lingkungan
lainnya dan tidak menyebabkan perubahan dampak penting hipotetik
(DPH) yang sudah dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
c. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe C untuk perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan di luar kriteria a dan b;
2. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe A pada prinsipnya memuat
informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuaturaian antara lain mengenailatar
belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum Andal dan RKL-
RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya disusunsesuai
dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
b. Deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan secara rinci rencana usaha dan/atau kegiatan yang
disusun sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan
hidup yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan mencakup:
i. komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan eksisting
beserta skala/besaranya dan lokasinya seperti yang sudah dilingkup
dalam dokumen lingkungan hidup sebelumnya. Komponen-komponen
kegiatan tersebut mencakup antara lain kegiatan utama, kegiatan
pendukung; dan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Dalam bagian ini juga dijelaskan berbagai perizinan yang telah
dimiliki, terutama perizinan lingkungan;
ii. Komponen-komponen kegiatan dan tahapan kegiatan yang akan
dilakukan perubahan beserta skala/besaran perubahannya dan
lokasinya.
Deskripsi komponen-komponen kegiatan eksiting beserta perubahannya
seperti diuraikan di atas dapat digambarkan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi.
Uraian deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan seperti tersebut di atas dapat
diambil dari dokumen penyajian informasi lingkungan (PIL) dengan
uraian yang lebih rinci dari dokumen PIL.
- 175 -

c. Deskripsi rona lingkungan hidup: Bagian ini pada dasarnya


mendeskripsikan secara rinci rona lingkungan hidup yang disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rona
lingkungan hidup secara rinci mencakup:
i. komponen-komponen lingkungan hidup, yang meliputi:
1) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
bio-geo-fisik dan kimia, seperti: kualitas lingkungan (antara lain:
udara, tanah dan air serta kebisingan), kondisi ekosistem dan
tingkat pelayananya (antara lain:rawa, gambut, mangrove,
terumbu karang);
2) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
sosial-ekonomi-budaya, antara lain: pola aktivitas sosial dan
ekonomi masyarakat dan kelembagaan pengelolaannya; dan/atau
3) Komponen, sub komponen dan parameter terkait dengan aspek
kesehatan masyarakat.
ii. Usaha dan/atau Kegiatan yang ada di sekitarnya.

Deskripsi rona lingkungan hidup seperti disebutkan di atas disusun


untuk komponen-komponen lingkungan hidup yang terkait atau
relevan dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan. Rona
lingkungan hidup yang yangdideskripsikan adalah rona lingkungan
hidup pada saat perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut
dilakukan.

Deskripsi rona lingkungan hidup tersebut dapat disusun dengan


menggunakan data dan informasi rona awal yang terdapat di dalam
batas wilayah studi Amdal beserta trendperubahaannya sampai saat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan. Trend
perubahan rona lingkungan hidup tersebut dapat disusun
berdasarkan data informasi rona lingkungan hidup awal pada saat
dokumen Amdal disusun ditambah dengan data dan informasi hasil
pemantauan kualitas lingkungan hidup yang tercantum di dalam
laporan pelaksanaam RKL-RPL (Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan)
yang disusun dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan sekali.

Deskripsikanrona lingkungan hidup tersebut dapat disusun dengan


menggunakan data dan informasi dari sumber-sumber lain yang valid
dan terpercaya/akuntabel. Deskripsi rona lingkungan hidup seperti
diuraikan di atas dapat digambarkan secara spasial sesuai dengan
kaidah kartografi.

Uraian deskripsi rona lingkungan hidup seperti tersebut di atas dapat


diambil dari dokumen penyajian informasi lingkungan (PIL) dengan
uraian yang lebih rinci dari dokumen PIL.
d. Evaluasi Kegiatan eksisting dan pemilihan DPH yang sesuai dengan
perubahan usaha dan/atau kegiatan: Bagian ini memuat evaluasi secara
rinci dan komprehensif terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang telah
dilakukan beserta perubahannya terkait dengan dapak lingkungan hidup
yang akan terjadi, yang antara lain mencakup:
i. Evaluasi terhadap lingkup Usaha dan/atau Kegiatan beserta dampak
penting hipotetik (DPH) dan dampak-dampak lainya perlu dikelola
berdasarkan dokumen amdal yang telah dimiliki;
- 176 -

ii. Evaluasi terhadap kinerja dan efektivitas pengelolaan dan


pemantauan lingkungan yang telah dilakukan;
iii. Identifikasi dan evaluasi terhadap jenis-jenis dampak penting
hipotetik (DPH) yang telah dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya yang berpotensi mengalami perubahan besaran dan sifat
pentingnya akibat terjadinya perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.
Dampak penting hipotetik (DPH) yang telah evaluasi ini akan dikaji
lebih dalam dan hasil kajiannya diuraikan secara rinci dalam bagian
prakiraan dan evaluasi dampak;
iv. evaluasi apakah perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut:
1. tidak menimbulkan berbagai dampak lainnya yang sifatnya baru
atau dampak lainya yang timbul akibat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan relatif sama dengan dampak lain yang telah
dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
2. merubah besaran dampak lainnya yang telah dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya;
3. menimbulkan jenis dampak lainnya yang sifatnya baru dan
belum dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
e. Prakiraan dan evaluasi dampak penting: Bagian ini pada dasarnya
memuat uraian mengenai prakiraan dan evaluasi dampak penting
terhadap lingkungan yang disusun sesuai dengan pedoman penyusunan
dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Prakiraan dampak penting dilakukan terhadap DPH-DPH
yang telah dievaluasi dan diidentifikasi mengalami perubahan besaran
dan sifat pentingnya akibat terjadinya perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan.
Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistic dengan menganalisis
keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam
rangka penentuan karakteristik dampak perubahan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan secara total terhadap lingkungan.
f. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang
tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
g. Daftar pustaka; dan
h. Lampiran
3. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe B pada prinsipnya memuat
informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuat uraian antara lain mengenai
latar belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum Andal dan RKL-
RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya disusun sesuai
dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan;
- 177 -

b. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan:Bagian ini pada dasarnya


mendeskripsikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang disusun sesuai
dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan menggunakan uraian deskripsi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan seperti yang tercantum di dalam dokumen Penyajian
Indormasi Lingkungan (PIL);
c. Deskripsi rona lingkungan hidup: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan rona lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Deskrip rona lingkungan hidup dapat
menggunakan uraian deskripsi rona lingkungan hidup seperti yang
tercantum di dalam dokumen Penyajian Indormasi Lingkungan (PIL)
d. Evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi komponen lingkungan
terkena dampak: Bagian ini memuat evaluasi secara rinci dan
komprehensif terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang telah dilakukan
beserta perubahannya terkait dengan dapak lingkungan hidup yang
akan terjadi, yang antara lain mencakup:
i. Evaluasi terhadap lingkup Usaha dan/atau Kegiatan beserta
dampak-lingkungnanya yang perlu dikelola berdasarkan dokumen
amdal yang telah dimiliki;
ii. Evaluasi terhadap kinerja dan efektivitas pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang telah dilakukan;
iii. evaluasi apakah perubahaan Usaha dan/atau Kegiatan tersebut:
1. tidak menimbulkan berbagai dampak lingkungan (bukan DPH)
yang sifatnya baru atau dampak lingkungan yang timbul akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan (bukan DPH) relatif sama
dengan dampak lingkungan (bukan DPH) yang telah dilingkup
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
2. merubah besaran dampak lingkungan (bukan DPH) yang telah
dilingkup dalam dokumen Amdal sebelumnya;
3. menimbulkan jenis dampak lingkungan (bukan DPH) yang
sifatnya baru dan belum dilingkup dalam dokumen Amdal
sebelumnya;
e. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang
tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran
- 178 -

4. Dokumen addendum Andal, RKL-RPL tipe C pada prinsipnya memuat


informasi sebagai berikut:
a. Pendahuluan: Pendahuluan ini memuat uraian antara lain mengenai
latar belakang, tujuan, pemrakarsa/penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan dan pelaksana studi (tim penyusun addendum Andal dan RKL-
RPL serta tenaga ahli). Uraian tersebut pada dasarnya disusun sesuai
dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan;
b. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan: Bagian ini pada dasarnya
mendeskripsikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang disusun sesuai
dengan pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Deskripsi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan menggunakan uraian deskripsi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan seperti yang tercantum di dalam dokumen Penyajian
Indormasi Lingkungan (PIL);
c. RKL-RPL: bagian ini memuat rencana pengelolaan lingkungan dan
rencana pemantaun lingkungan hidup yang disusun sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. RKL-RPL yang disusun akibat
perubahan Usaha dan/atau Kegiatannya pada dasarnya dapat
dikelompok menjadi tiga kategori, yaitu:
i. RKL-RPL relatif tetap sama dengan RKL-RPL yang tercantum di
dalam dokumen Amdal sebelumnya;
ii. RKL-RPL mengalami modifikasi; dan/atau
iii. RKl-RPL yang sifatnya baru, berbeda dengan RKL-RPL yang
tercantum di dalam dokumen Amdal sebelumnya;
d. Daftar pustaka; dan
e. Lampiran

D. Muatan Formulir UKL-UPL baru


Muatan UKL-UPL baru pengembangan, mengacu pada pedoman Lampiran III
Peraturan Menteri ini. Dalam UKL-UPL baru tersebut, wajib dijelaskan pula
kondisi eksisting dan evaluasi kegiatan eksisting, keterkaitannya dengan
rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan, termasuk dampak lingkungan
hidup yang akan timbul akibat interaksi antara kegiatan eksisting dengan
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan.

IV. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN

A. UMUM
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan yang tercantum di dalam lampiran
ini mencakup:
1) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe A;
2) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B;
3) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe C;
- 179 -

Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian Amdal baru


dilakukan berdasarkan pedoman penilaian Amdal sebagaimana diatur dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini

Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui pemeriksaan UKL-UPL baru


dilakukan berdasarkan pedoman pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana diatur
dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

B. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUIPENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE A
1. Penerimaan dan Penilaian Permohonan Perubahaan Izin Lingkungan,
Adendum Andal dan RKL-RPL Secara Administratif
a. Pemegang Izin Lingkungan menyusun adendum Andal dan RKL-RPL
berdasarkan arahan dari instansi lingkungan hidup sesuai dengan
pedoman penyusunan adendum Andal dan RKL-RPL:
b. Permohonan perubahan Izin Lingkungan, penilaian adendum Andal
dan RKL-RPL diajukan oleh pemegang Izin Lingkungan
(pemrakarsa/penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan) secara
tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
i. Menteri melalui sekretariat KPA pusat untuk adendum Andal dan
RKL-RPL yang menjadi kewenangan Menteri;
ii. gubernur melalui sekretariat KPA provinsi untuk adendum Andal
dan RKL-RPL yang menjadi kewenangan gubernur; dan
iii. bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota untuk
adendum Andal dan RKL-RPL yang menjadi kewenangan
bupati/walikota.
c. Dalam surat permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL,
dilengkapi denganarahan perubahan Izin Lingkungan dari instansi
lingkungan hidup dan dokumen adendum Andal dan RKL-RPL yang
telah disusun;
d. Sekretariat KPA memberikan tanda bukti penerimaan permohonan
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL yang akan dinilai kepada
pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal penerimaan
permohonan perubahan Izin Lingkungan, addendum Andal dan RKL-
RPL.
e. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan penilaian
adendum Andal dan RKL-RPLberdasarkan panduan uji administrasi
permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL yang tercantum di
dalam Lampiran I Peraturan Menteri;
f. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, sekretariat KPA
memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan atau
ketidaklengkapan uji administrasi permohonan penilaianaddendum
Andal dan RKL-RPL.
g. Dalam hal permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-
RPLdinyatakan tidak lengkap, maka Sekretariat KPA mengembalikan
permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL kepada
pemrakarsa.
h. Dalam hal permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL
dinyatakan lengkap, maka sekretariat KPA memberikan pernyataan
- 180 -

tertulis perihal kelengkapan persyaratan permohonan penilaian


adendum Andal dan RKL-RPL kepada pemrakarsa.
i. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila:
i. uji administrasi menyimpulkan bahwa adendum Andal dan RKL-
RPL yang disampaikan lengkap secara administrasi; dan
ii. adendum Andal dan RKL-RPL yang sudah dinyatakan lengkap
telah diserahkan kepada sekretariat KPA sesuai jumlah kebutuhan
untuk rapat tim teknis.
j. Sekretariat KPA menyampaikan informasi perihal kelengkapan
persyaratan permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL
kepada ketua KPA.
k. Sekretariat KPA mulai mencatat kronologis proses penilaian adendum
Andal dan RKL-RPL dan memulai perhitungan jangka waktu proses
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL sejak diterbitkannya
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi permohonan
penilaianadendum Andal dan RKL-RPL.

2. Penilaian Adendun Andal dan RKL-RPL secara teknis


a. Persiapan Rapat Tim Teknis
i. Sekretariat KPA menyiapkan rapat tim teknis guna menilai
AdendumAndal dan RKL-RPL, melalui antara lain:
1) membuat daftar undangan tim teknis yang akan dilibatkan
dalam penilaian addendum Andal dan RKL-RPL;
2) meminta addendum Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk
dilakukan penilaian kepada pemrakarsa;
3) mengirimkan addendum Andal dan RKL-RPL kepada seluruh
anggota tim teknis dan memberikan tanda bukti penerimaan
adendumAndal dan RKL-RPL oleh anggota teknis; dan
4) meminta masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis penilaian adendum
Andal dan RKL-RPL.
ii. Adendum andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota
tim teknis paling sedikit 5 (lima) hari kerja dari tanggal yang
tercantum dalam surat pengantar pengirimadendum Andal dan
RKL-RPL sebelum rapat tim teknis dilakukan.

b. Penilaian Mandiri AdendumAndal, RKL-RPL oleh Tim Teknis


i. Berdasarkan informasi perihal kelengkapan persyaratan
permohonan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL, Ketua KPA
menugaskan tim teknis untuk menilai adendumAndal dan RKL-
RPL.
ii. Anggota tim teknis melakukan penilaian addendumAndal dan
RKL-RPL secara mandiri sebelum dilaksanakannya rapat tim
teknis.
iii. Penilaian adendumAndal dan RKL-RPL, dilakukan melalui:
1) uji tahap proyek;
2) uji kualitas dokumen; dan
3) telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup dari rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan.
- 181 -

iv. Uji tahap proyek untuk memastikan rencana kegiatan pada tahap
studi kelayakan atau rencana detail rinci (Detailed Engineering
Design/DED).
v. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan Panduan Uji Tahap
Proyek Andal dan RKL-RPL (panduan 03) yang tercantum di
dalam Lampiran I Peraturan Menteri.
vi. Uji kualitas AdendumAndal dan RKL-RPL, terdiri atas uji:
1) konsistensi;
2) keharusan;
3) relevansi; dan
4) kedalaman.
vii. Uji kualitas adendumAndal dan RKL-RPL dilakukan berdasarkan
panduan uji kualitas dokumen Amdal bagian Andal, RKL-RPL
(panduan 04 bagian Andal dan RKL-RPL) yang tercantum di
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
viii. Telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan.
ix. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan
disampaikan kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan
(hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua) hari
sebelum rapat tim teknis.

c. Penyelenggaraan RapatTimTeknis Penilaian AdendumAndal dan RKL-


RPL
i. Setelah melakukan penilaian mandiri, tim teknis melakukan
rapat tim teknis.
ii. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan wajib
dihadiri oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
3) ketua tim dan anggota tim penyusun adendum Andal dan
RKL-RPL, jika pemrakarsa tidak menyusun sendiri dokumen
adendum Andal dan RKL-RPL nya; dan
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan
yang membantu tim penyusun adendum Andal dan RKL-RPL.
iii. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen adendum Andal
dan RKL-RPL tidak hadir.
iv. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
v. Dalam hal tenaga ahli yang membantu tim penyusun adendum
Andal dan RKL-RPLberhalangan hadir dalam rapat tim teknis
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL, ketua tim penyusun
adendum Andal dan RKL-RPL wajib bertanggung jawab atas
segala pertanyaan dari tim teknis yang terkait dengan bidang
yang menjadi tanggung jawab tenaga ahli.
vi. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim
teknis dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk oleh
ketua tim teknis melalui surat penunjukan.
- 182 -

vii. Dalam rapat tim teknis, pemrakarsa menyampaikan paparan atas


adendum Andal dan RKL-RPLyang diajukan untuk dilakukan
penilaian.
viii. Terhadap paparan dari pemrakarsa, tim teknis melakukan
pembahasan substansi teknis addendumAndal dan RKL-RPL;
ix. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota tim
teknis dalam rapat tim teknis, wajib dicatat oleh sekretariat KPA
dan dituangkan dalam berita acara penilaian adendumAndal dan
berita acara penilaian RKL-RPL dalam bentuk cetakan (hardcopy)
dan file elektronik (softcopy).
d. Tindak Lanjut Rapat Tim Teknis Penilaian Adendum Andal dan RKL-
RPL
i. Tim teknis menyampaikan hasil penilaian adendum Andal dan
RKL-RPLdalam bentuk berita acara penilaian Adendum Andal dan
RKL-RPLkepada ketua KPA.
ii. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa
adendum Andal dan RKL-RPLperlu diperbaiki, tim teknis
menyampaikan adendum Andal dan RKL-RPL tersebut kepada
ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk dikembalikan kepada
pemrakarsa.
iii. Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan adendum Andal
dan RKL-RPLkepada:
1) Menteri melalui sekretariat KPA pusat;
2) gubernur melalui sekretariat KPA provinsi; atau
3) bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota.
iv. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan adendum Andal dan
RKL-RPLkepada setiap anggota tim teknis.
v. Setiap anggota tim teknis melakukan pengecekan kebenaran atau
kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan dalam
adendum Andal dan RKL-RPL
vi. Hasil pengecekan dibahas dalam rapat tim teknis.
vii. Rapat tim teknis dilakukan untuk melakukan pengecekan
kebenaran/kesesuaian kembali untuk memastikan bahwa seluruh
perbaikan yang dicantumkan dalam dokumen telah lengkap,
benar, dan sesuai.

e. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Adendum Andal dan RKL-RPL
i. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek
teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) kualitas Adendum Andal dan RKL-RPL telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
adendum Andal dan RKL-RPL-nya untuk dinilai; dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
ii. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis dalam
bentuk berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis adendum
Andal dan RKL-RPL.
- 183 -

iii. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir aspek
teknis adendum Andal dan RKL-RPLkepada ketua KPA.

3. Penilaian Kelayakan Atau Ketidaklayakan Lingkungan Hidup Berdasarkan


Addendum Andal dan RKL-RPL
a. Persiapan Rapat KPA
i. Adendum Andal dan RKL-RPL yang telah selesai dinilai oleh tim
teknis disampaikan kepada sekretariat KPA.
ii. Sekretariat KPA menyampaikan adendum Andal dan RKL-RPL
kepada Ketua KPA.
iii. Berdasarkan adendum Andal dan RKL-RPL yang disampaikan,
Ketua KPA menyelenggarakan rapat KPA.
iv. Adendum Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota
KPA paling sedikit 5 (lima) hari kerja sebelum rapat KPA dilakukan.
b. Penyelenggaraan Rapat KPA
i. Rapat KPA dipimpin oleh ketua KPA, dan wajib dihadiri oleh:
1) anggota KPA yang diundang, yang wajib mendapat mandat dari
institusi yang diwakilinya untuk melakukan pengambilan
keputusan yang dibuktikan melalui surat penugasan dari
instansi yang bersangkutan sebagai anggota KPA;
2) anggota tim teknis;
3) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
4) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen adendum Andal
dan RKL-RPL, jika pemrakarsa tidak menyusun sendiri
dokumen adendum Andal dan RKL-RPL-nya; dan
5) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Adendum Andal dan RKL-RPL.
ii. Rapat KPA dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen adendum Andal dan
RKL-RPL tidak hadir.
iii. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
iv. Anggota KPA yang berhalangan hadir dalam rapat KPA, wajib
memberikan tanggapan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diajukan untuk dinilai adendum Andal dan RKL-RPL-nya secara
tertulis paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum rapat KPA
dilaksanakan.
v. Masukan tertulis, disampaikan di hadapan rapat KPA oleh ketua
KPA.
vi. Dalam hal ketua KPA berhalangan hadir, maka rapat KPA dapat
dipimpin oleh sekretaris KPA.
vii. Rapat KPA diawali dengan penyampaian paparan atas adendum
Andal dan RKL-RPL oleh pemrakarsa.
- 184 -

viii.Rapat KPA dilanjutkan dengan penyampaian hasil penilaian aspek


teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL oleh ketua tim teknis.
ix. Dalam hal ketua tim teknis berperan sebagai pimpinan rapat KPA,
maka ketua tim teknis menunjuk wakil dari tim teknis untuk
menyampaikan penyampaian dimaksud.
x. Anggota KPA kemudian memberikan penilaian secara lisan dan
tertulis atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang diajukan untuk
dilakukan penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL-nya, sesuai
dengan kewenangan, kapasitas, dan keahliannya.
xi. Dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup, anggota KPA wajib mempertimbangkan kriteria kelayakan
lingkungan hidup.
xii. Semua tanggapan dari seluruh anggota KPA wajib dicatat oleh
sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara rapat KPA.
xiii. Berita acara paling sedikit berisi:
1) informasi kronologi pelaksanaan penilaian Amdal;
2) informasi kronologi berisi antara lain:
a) kronologi pelaksanaan rapat tim teknis dan KPA;
b) riwayat persuratan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan yaitu persuratan yang dapat bersifat
dukungan maupun keberatan terhadap rencana
kegiatan; dan
3) pertimbangan bahwa hasil studi kajian dampak lingkungan
dapat digunakan sebagai bahan pengambilan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.

4. Skema Penerapan Proses Penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL


Proses penilaian addendum Andal dan RKL-RPL dapat dilakukan melalui
tiga skema, yaitu:
a. Skema I, yang terdiri dari:
i. Proses penilaian aspek teknis (melalui rapat tim teknis); dan
ii. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan (melalui
rapat KPA),
yang dilakukan terpisah.
Skema I dilakukan sesuai dengan proses penilaian adendumAndal dan
RKL-RPL sebagaimana tercantum pada huruf A dan huruf C di atas.
b. Skema II, yang terdiri dari:
i. Rapat tim teknis; dan
ii. Rapat KPA
yang dilakukan secara terpisah dan perbaikan dokumen dilakukan
setelah rapat KPA.
Skema II tersebut hanya dapat dilakukan dengan syarat bahwa hasil
rapat tim teknis menunjukkan tidak diperlukannya perbaikan yang
sifatnya mendasar dan dokumen adendumAndal dan RKL-RPL
- 185 -

tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk


pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
c. Skema III, yang dilakukan dengan cara menggabungkan rapat tim
teknis dengan rapat KPA.
Dalam hal hasil rapat gabungan tersebut menyimpulkan bahwa
diperlukan perbaikan yang mendasar sebagai bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan maka diperlukan rapat KPA ulang.
Atas pertimbangan efisiensi, efektivitas waktu, dan ketersediaan
sumber daya penilaian, Ketua KPA dapat memilih skema II atau skema
III untuk digunakan dalam proses penilaian adendumAndal dan RKL-
RPL dengan tetap menjamin tercapainya kualitas hasil kajian yang
tercakup dalam dokumen adendumAndal dan RKL-RPL yang valid dan
representatif sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

5. Penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan atau ketidaklayakan;


a. Berdasarkan berita acara rapat KPA, sekretaris KPA kemudian
merumuskan rekomendasi hasil penilaian akhir terhadap addendum
Andal dan RKL-RPL yang kemudian disampaikan kepada Ketua KPA;
b. Ketua KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian akhir yang
dilengkapi dengan:
i. konsep surat keputusan perubahan kelayakan lingkungan hidup,
dalam hal rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan bahwa
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak
lingkungan hidup; atau
ii. konsep surat keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, dalam
hal rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan bahwa
rencana perubahanusaha dan/atau kegiatan dinyatakan tidak
layak lingkungan hidup,kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya.
c. Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian akhir tersebut, maka
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
kemudian menetapkan:
i. perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup; atau
ii. ketidaklayakan lingkungan hidup;
d. Jangka waktu penerbitan perubahan KeputusanKelayakan
Lingkungan Hidupatau ketidaklayakan lingkungan hidup dilakukan
paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya
rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari KPA melalui
ketua KPA.
- 186 -

C. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUI PENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE B
Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe B pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali untuk
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara teknis dan penilaian
kelayakan dan ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan adendum
Andal dan RKL-RPL, yang dilakukansecara bersamaan oleh Tim Teknis KPA,
tanpa melibatkan Komisi Penilai Amdal;

D. TATA LAKSANA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN MELALUI PENILAIAN


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL TIPE C
Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe C pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali untuk
penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara teknis dan penilaian
kelayakan dan ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan adendum
Andal dan RKL-RPL, yang dilakukan secara bersamaan oleh instansi
lingkungan hidup tanpa melibatkan Tim Teknis dan Komisi Penilai Amdal.

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEPALA BIRO HUKUM, KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

KRISNA RYA SITI NURBAYA

Anda mungkin juga menyukai