PERATURAN
IZIN USAHA-IZIN LINGKUNGAN-IZIN OPERASIONAL
DI INDONESIA
2019
DAFTAR ISI
TENTANG
3. Undang-undang . . .
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
4. Perizinan . . .
-3-
12. Nomor . . .
-4-
21. Izin . . .
-5-
28. Pelayanan . . .
-6-
Pasal 3
(1) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan
penyelenggaraan kewenangan pemberian Perizinan
Berusaha sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang terkait.
(2) Peraturan . . .
-7-
Pasal 4
BAB II
JENIS, PEMOHON, DAN PENERBIT PERIZINAN BERUSAHA
Bagian Kesatu
Jenis Perizinan Berusaha
Pasal 5
b. Izin . . .
-8-
Bagian Kedua
Pemohon Perizinan Berusaha
Pasal 6
Pasal 7 . . .
-9-
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13 . . .
- 10 -
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
(2) Pendaftaran . . .
- 11 -
Pasal 16
Pasal 17
(2) Pendaftaran . . .
- 12 -
Bagian Ketiga
Penerbit Perizinan Berusaha
Pasal 18
Pasal 19
(4) Dokumen . . .
- 13 -
BAB III
PELAKSANAAN PERIZINAN BERUSAHA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
Bagian Kedua
Pendaftaran
Pasal 21
(2) Cara . . .
- 14 -
Pasal 22
a. nama . . .
- 15 -
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
b. NIB . . .
- 17 -
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30 . . .
- 18 -
Pasal 30
Bagian Ketiga
Penerbitan Izin Usaha dan Penerbitan Izin Komersial atau Operasional
Berdasarkan Komitmen
Pasal 31
(1) Izin Usaha wajib dimiliki oleh Pelaku Usaha yang telah
mendapatkan NIB.
(2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan prasarana
untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau
b. Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk
menjalankan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Pelaku Usaha yang telah memiliki atau menguasai
prasarana; atau
b. Pelaku Usaha yang belum memiliki atau menguasai
prasarana.
Pasal 32
Pasal 33
d. tanah . . .
- 20 -
Pasal 34 . . .
- 21 -
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
(3) Pelaku . . .
- 23 -
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40 . . .
- 24 -
Pasal 40
Pasal 41
Bagian Keempat
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan, Izin Lingkungan,
dan/atau Izin Mendirikan Bangunan
Paragraf 1
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi
Pasal 42
(4) Dalam . . .
- 25 -
Pasal 43
Pasal 44 . . .
- 26 -
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Paragraf 2 . . .
- 27 -
Paragraf 2
Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49 . . .
- 28 -
Pasal 49
Paragraf 3
Pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan
Pasal 50
Pasal 51
(3) Formulir . . .
- 29 -
Pasal 52
(1) Dalam rangka pemenuhan Komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf a Pelaku Usaha melalui
Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya
paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak Lembaga OSS
menerbitkan Izin Lingkungan.
(2) Pengajuan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan di sistem OSS.
Pasal 53
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, atau bupati/wali kota melakukan pemeriksaan
atas UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada Pasal 51
ayat (1) paling lama 5 (lima) Hari sejak disampaikan oleh
Pelaku Usaha.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, dan bupati/wali kota menetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada
Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdapat perbaikan UKL-UPL, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
gubernur, dan bupati/wali kota menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
(4) Pelaku . . .
- 30 -
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
(2) Formulir . . .
- 32 -
Pasal 57
Pasal 58
(3) Dalam . . .
- 33 -
Pasal 59
Pasal 60
(3) Penetapan . . .
- 34 -
Pasal 61
Pasal 62
Pasal 63 . . .
- 35 -
Pasal 63
Pasal 64
Pengintegrasian izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup
tersebut ke dalam Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 dilakukan melalui:
a. mekanisme penyusunan dan penilaian Amdal atau UKL-
UPL pada tahap perencanaan usaha dan/atau kegiatan;
atau
b. perubahan Izin Lingkungan.
Pasal 65
Pasal 66
(1) Pelaku Usaha wajib mengajukan permohonan perubahan
Izin Lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yang
telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan.
(2) Perubahan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan . . .
- 36 -
(5) Pelaku . . .
LAMPIRAN 3.3
SK TIM PENYUSUN AMDAL
- 37 -
Pasal 67
(3) Berdasarkan . . .
- 38 -
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70 . . .
- 39 -
Pasal 70
Pasal 71
Paragraf 4
Pemenuhan Komitmen Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 72
b. data . . .
- 40 -
Pasal 73
Pasal 74 . . .
- 41 -
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
Bagian Kelima . . .
- 42 -
Bagian Kelima
Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha
Pasal 77
Bagian Keenam
Fasilitasi Perizinan Berusaha
Pasal 78
b. bantuan . . .
- 43 -
Bagian Ketujuh
Masa Berlaku Perizinan Berusaha
Pasal 79
Pasal 80
(1) Pelaku Usaha yang telah memiliki Perizinan Berusaha,
dapat mengembalikannya kepada menteri, pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota sebelum
jangka waktu Perizinan Berusaha berakhir.
Bagian Kedelapan
Pengawasan atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha
Pasal 81
b. pemenuhan . . .
- 44 -
Pasal 82
Pasal 83 . . .
- 45 -
Pasal 83
BAB IV
REFORMASI PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR
Pasal 84
(4) Penahapan . . .
- 46 -
Pasal 85
t. sektor . . .
- 47 -
t. sektor ketenaganukliran,
yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
(5) Standar . . .
- 48 -
Pasal 89
BAB V
ONLINE SINGLE SUBMISSION
Bagian Kesatu
Sistem Online Single Submission
Pasal 90
Pasal 91 . . .
- 49 -
Pasal 91
Pasal 92 . . .
- 50 -
Pasal 92
Bagian Kedua
Lembaga Online Single Submission
Pasal 93
Pasal 94
c. menetapkan . . .
- 51 -
Bagian Ketiga
Pendanaan Sistem Online Single Submission
Pasal 95
Pasal 96
BAB VI . . .
- 52 -
BAB VI
INSENTIF ATAU DISINSENTIF PELAKSANAAN PERIZINAN BERUSAHA
MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION
Pasal 97
(8) Ketentuan . . .
- 53 -
BAB VII
PENYELESAIAN PERMASALAHAN DAN HAMBATAN PERIZINAN BERUSAHA
MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION
Pasal 98
Pasal 99
(2) Dalam . . .
- 54 -
(7) Dalam . . .
- 55 -
BAB VIII
SANKSI
Pasal 100
(1) Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak memberikan
pelayanan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan/atau
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS kepada
Pelaku Usaha yang telah memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan
peraturan perundang-undangan terkait dikenai sanksi.
(2) Sanksi . . .
- 56 -
Pasal 101
BAB IX . . .
- 57 -
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 102
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 103
Pasal 104
Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dan/atau
Izin Komersial atau Operasional sebelum Peraturan
Pemerintah ini mulai berlaku dan memerlukan Izin Usaha
dan/atau Izin Komersial atau Operasional yang baru untuk
pengembangan usaha, diatur ketentuan sebagai berikut:
BAB XI . . .
- 58 -
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
Agar . . .
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Penataan . . .
-2-
c. Urusan . . .
-3-
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan lainnya
yang terkait” adalah peraturan perundang-undangan yang
mengatur Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangan menteri,
pimpinan lembaga, gubernur, dan/atau bupati/wali kota
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Izin pada sektor dengan nomenklatur lain yang ditujukan untuk
memulai kegiatan usaha sampai sebelum pelaksanaan komersial atau
operasional dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen harus
dimaknai dengan nomenklatur Izin Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini.
Izin pada sektor dengan nomenklatur lain yang ditujukan untuk
melakukan kegiatan komersial atau operasional harus dimaknai
dengan nomenklatur Izin Komersial atau Operasional sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini.
Untuk kegiatan tertentu Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini sekaligus menjadi Izin Komersial atau Operasional.
Contoh Izin Usaha Perdagangan yang merupakan Izin Usaha sekaligus
merupakan Izin Komersial atau Operasional untuk kegiatan
perdagangan.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8 . . .
-5-
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Contoh Badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara antara lain:
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Lembaga penyiaran terdiri atas: lembaga penyiaran publik, lembaga
penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga
penyiaran berlangganan.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dokumen lain yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha” adalah sertifikat, rekomendasi, lisensi, hasil
pengujian, dan lainnya yang diperlukan untuk mendapatkan
Perizinan Berusaha.
Ayat (2) . . .
-6-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “NIK” adalah nomor induk
kependudukan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada
setiap penduduk sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang administrasi kependudukan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “bidang usaha” yaitu bidang usaha
yang diatur dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI).
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e . . .
-7-
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”modal” yaitu aset dalam bentuk uang
atau bentuk lain bukan uang yang dimiliki oleh penanam
modal yang mempunyai nilai ekonomis.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “rencana penggunaan tenaga kerja”
yaitu jumlah, jenis, dan sumber tenaga kerja. Sumber tenaga
kerja termasuk penggunaan tenaga kerja asing dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “nomor kontak” yaitu alamat surat
menyurat, nomor telepon, email, website, dan/atau kotak pos.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “fasilitas kepabeanan” yaitu fasilitas
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang
dari dan/atau ke wilayah pabean.
Huruf i
NPWP yang dimasukkan merupakan NPWP yang telah
diadministrasikan pada Direktorat Jenderal Pajak.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bidang usaha” yaitu bidang usaha
yang diatur dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI).
Huruf c
Yang dimaksud dengan “jenis penanaman modal” yaitu
penanaman modal dalam negeri atau penanaman modal asing
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f . . .
-8-
Huruf f
Yang dimaksud dengan ”modal” yaitu aset dalam bentuk uang
atau bentuk lain bukan uang yang dimiliki oleh penanam
modal yang mempunyai nilai ekonomis, yang dapat terdiri dari
modal asing dan/atau modal dalam negeri.
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,
perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian
atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara
Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia,
badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “rencana penggunaan tenaga kerja”
yaitu jumlah, jenis, dan sumber tenaga kerja. Sumber tenaga
kerja termasuk penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “nomor kontak” yaitu alamat surat
menyurat, nomor telepon, email, website, dan/atau kotak pos.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “fasilitas kepabeanan” yaitu fasilitas
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran barang
dari dan/atau ke wilayah pabean.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 23 . . .
-9-
Pasal 23
Dalam hal pelaku usaha yang mendaftar belum memiliki NPWP, OSS
yang terintegrasi dengan sistem di Direktorat Jenderal Pajak
memproses pemberian NPWP.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
API terdiri atas angka pengenal importir umum (API-U) dan angka
pengenal importir produsen (API-P).
API-U diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan
pendaftaran di bidang usaha perdagangan dan dipergunakan oleh
Pelaku Usaha untuk melakukan kegiatan impor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
API-P diberikan kepada Pelaku Usaha yang melakukan pendaftaran
di bidang usaha selain perdagangan dan dipergunakan oleh Pelaku
Usaha untuk melakukan kegiatan impor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam hal Pelaku Usaha melakukan usaha lebih dari 1 (satu)
bidang usaha dan salah satunya bidang usaha perdagangan maka
Pelaku Usaha diberikan pilihan menentukan jenis API.
Huruf c
Hak akses kepabeanan diberikan kepada Pelaku Usaha yang
melaksanakan kegiatan usaha sebagai pengusaha barang kena
cukai dan/atau menggunakan fasilitas kepabeanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30 . . .
- 10 -
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “prasarana” adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu usaha
dan/atau kegiatan. Contoh: gedung, pabrik, unit pengolahan
limbah dan lahan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “menguasai” termasuk sewa, pinjam
meminjam, atau bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan ekonomi khusus” adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
Yang dimaksud dengan “kawasan industri” adalah kawasan
tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh perusahaan kawasan industri.
Yang dimaksud dengan “kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas” adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan
bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas
barang mewah, dan cukai.
Dalam . . .
- 11 -
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37 . . .
- 12 -
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Yang dimaksud dengan “Komitmen” antara lain berupa pemenuhan
standar obat dan makanan yang dibuktikan dengan pemeriksaan
terhadap sarana produksi dalam rangka pemenuhan “Good
Manufacturing Practice (GMP)” oleh lembaga yang berwenang.
Yang dimaksud dengan “standar, sertifikat, dan/atau lisensi” antara
lain berupa sertifikat kelayakan pengolahan (SKP), sertifikat produksi
alat kesehatan dan sertifikat hygiene dan sanitasi, dan/atau lisensi
personel bandar udara.
Yang dimaksud dengan “pendaftaran barang/jasa” antara lain berupa
izin edar obat, izin edar alat kesehatan, pendaftaran barang kesehatan,
keselamatan, dan keamanan lingkungan (K3L).
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47 . . .
- 13 -
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62 . . .
- 14 -
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Yang dimaksud dengan “bahan berbahaya dan beracun” yaitu zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
- 15 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Pertimbangan teknis sektor diperlukan untuk fungsi bangunan
gedung tertentu antara lain seperti bangunan gedung rumah sakit.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Fasilitasi pembayaran biaya melalui sistem OSS tergantung
kesiapan sistem dan mekanisme penerimaan negara bukan pajak,
bea masuk dan/atau bea keluar, cukai, dan/atau pajak daerah
atau retribusi daerah.
Pelaksanaan pembayaran biaya untuk daerah dapat bekerjasama
dengan pihak perbankan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79 . . .
- 16 -
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengawasan oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah
Daerah meliputi pengecekan:
a. kesesuaian usaha dan/atau kegiatan;
b. keabsahan dokumen; dan/atau
c. kesesuaian standar, sertifikat, lisensi dan/atau pendaftaran.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Reformasi jenis perizinan yang menyangkut penghapusan atau
penggabungan dilakukan terhadap perizinan yang tidak
diperintahkan oleh Undang-Undang atau perizinan tersebut dinilai
sudah tidak diperlukan atau tidak efektif apabila dilakukan.
Perizinan . . .
- 17 -
Pasal 85
Perizinan Berusaha pada sektor keuangan berupa Perizinan Berusaha
untuk perbankan dan non perbankan dilakukan di luar OSS oleh
Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selain itu, Perizinan Berusaha pada sektor pertambangan, minyak dan
gas bumi dilakukan di luar OSS oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan,
minyak, dan gas bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92 . . .
- 18 -
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan” dapat berupa:
a. peningkatan tunjangan kinerja;
b. peningkatan kapasitas SDM; dan/atau
c. peningkatan sarana dan prasarana yang terkait dengan
peningkatan pelayanan Perizinan Berusaha.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “bentuk lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan” dapat berupa:
a. pengurangan anggaran;
b. pengurangan atau penundaan tunjangan kinerja; dan/atau
c. penajaman/refocusing anggaran.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7) . . .
- 19 -
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
4. Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Izin Usaha
Negara Negara
5. Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Izin Usaha
Listrik Listrik
6. Izin . . .
-2-
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
B. PERIZINAN . . .
-3-
3. a. Izin . . .
-4-
7. a. Pendaftaran . . .
-5-
10. a. Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Pemasukan dan Pengeluaran Izin Komersial Digabung
Benih Tanaman Pangan Benih Tanaman atau Operasional
b. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Benih Tanaman Hortikultura
c. Izin Pemasukan dan Pengeluaran
Benih Tanaman Perkebunan
d. Izin . . .
-6-
17. Pendaftaran . . .
-7-
b. Izin . . .
-8-
29. a. Pemasukan . . .
-9-
30. a. Pemasukan Ternak Ruminansia Rekomendasi Pemasukan dan Izin Komersial Digabung
Besar (Termasuk untuk Pemasukan Pengeluaran Ternak Ruminansia atau Operasional
Sapi Indukan dan Sapi Bakalan) dan Babi
b. Pengeluaran Ruminansia Kecil dan
Babi
32. Rekmendasi . . .
- 10 -
37. Rekomendasi . . .
- 11 -
Keterangan . . .
- 12 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
C. Perizinan . . .
- 13 -
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) Hutan Kayu Pada Hutan Alam
Pada Hutan Produksi (IUPHHK-HA) Pada Hutan Produksi
4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Izin Usaha
Kayu Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Kayu Hutan Tanaman
Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) pada Industri Pada Hutan Tanaman
Hutan Produksi (IUPHHK-HTI) pada Hutan Produksi
5. Izin . . .
- 14 -
11. Izin . . .
- 15 -
Bidang . . .
- 16 -
26. Izin . . .
- 17 -
32. Izin . . .
- 18 -
36. Izin . . .
- 19 -
44. Izin . . .
- 20 -
Izin . . .
- 21 -
Izin . . .
- 22 -
55. Rekomendasi . . .
- 23 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
D. PERIZINAN . . .
- 24 -
3. Surat Izin Pengambilan Air Tanah Surat Izin Pengambilan Air Tanah Izin Usaha a. Proses dilakukan
terintegrasi dengan
proses AMDAL
b. Prasyarat . . .
- 25 -
Keterangan . . .
- 26 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
E. PERIZINAN . . .
- 27 -
3. a. Surat . . .
- 28 -
4. a. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Izin Komersial Digabung
Angkut Hasil Tangkapan Ikan (SIKPI) atau Operasional
b. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan
Hasil Budidaya Ikan
5. Persetujuan Pengadaan Kapal Persetujuan Pengadaan Kapal Izin Komersial Proses persetujuannya
atau Operasional digabung dengan SIUP
Bidang Perikanan Budidaya
6. Surat Izin Pemuliaan Surat Izin Pemuliaan Izin Komersial
atau Operasional
7. Surat . . .
- 29 -
10. Tanda . . .
- 30 -
12. Izin . . .
- 31 -
f. Izin . . .
- 32 -
c. Sertifikat . . .
- 33 -
25. Sertifikat . . .
- 34 -
32. Sertifikat . . .
- 35 -
39. Surat . . .
- 36 -
42. Rekomendasi . . .
- 37 -
50. Izin . . .
- 38 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
F. PERIZINAN . . .
- 39 -
4. Izin Pedagang Besar Farmasi Cabang Sertifikat Distribusi Cabang Izin Usaha Diubah
Farmasi
Bidang . . .
- 40 -
b. Izin . . .
- 41 -
16. Izin . . .
- 42 -
17. a. Izin Edar Alat Kesehatan Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Izin Komersial Digabung
Diagnosic In Vitro Dalam Negeri Kesehatan Diagnostik In Vitro dan atau Operasional
Perbekalan Kesehatan Rumah
b. Izin Edar Perbekalan Kesehatan
Tangga
Rumah Tangga Dalam Negeri
c. Izin Edar Alat Kesehatan
Diagnosic In Vitro Impor
d. Izin Edar Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga Impor
18. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan dan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Izin Komersial
PKRT dan PKRT atau Operasional
19. Izin Penyalur Alat Kesehatan Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan Izin Komersial Diubah
atau Operasional
20. Sertifikasi Cara Pembuatan Alat Sertifikasi Cara Pembuatan Alat Izin Komersial
Kesehatan yang Baik (CPAKB) Kesehatan yang Baik (CPAKB) atau Operasional
21. Sertifikasi . . .
- 43 -
25. a Izin . . .
- 44 -
c. Izin . . .
- 45 -
Bidang . . .
- 46 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
G. PERIZINAN . . .
- 47 -
d. Registrasi . . .
- 48 -
10. Izin . . .
- 49 -
15. a. Surat . . .
- 50 -
16. Surat Keterangan Impor (SKI) Pangan Surat Keterangan Impor (SKI) Izin Komersial
atau Operasional
17. Surat Keterangan Ekspor (SKE) Surat Keterangan Ekspor (SKE) Izin Komersial
Pangan Pangan atau Operasional
18. Persetujuan Rencana Induk - - Dihapus
Pembangunan (RIP)
19. Rekomendasi Izin Industri Farmasi - - Dihapus
20. Sertifikasi Cara Distribusi Pangan - - Dihapus
Olahan yang Baik (CPPOB)
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
H. PERIZINAN . . .
- 51 -
Pertimbangan . . .
- 52 -
Industri Elektronika
7. a. Pertimbangan Teknis SNI Wajib Pertimbangan Teknis Elektronika Izin Komersial
Mesin Pendingin Ruangan atau Operasional
b. Pertimbangan Teknis SNI Wajib
Lemari Pendingin
c. Pertimbangan . . .
- 53 -
Industri . . .
- 54 -
Rekomendasi . . .
- 55 -
Surat . . .
- 56 -
19. Rekomendasi . . .
- 57 -
26. Surat . . .
- 58 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
I. PERIZINAN . . .
- 59 -
h. SIUP . . .
- 60 -
4. Surat . . .
- 61 -
Bidang . . .
- 62 -
13. Penerbitan Nomor Pendaftaran Barang Penerbitan Nomor Pendaftaran Izin Komersial Digabung
(NPB) untuk produk impor Barang yang diberlakukan SNI atau Operasional
secara wajib
Penerbitan Nomor Registrasi Produk
(NRP) untuk produk dalam negeri
14. Pendaftaran Tanda Pengenal Produsen Pendaftaran Tanda Pengenal Izin Komersial
Standard Indonesian Rubber (TPP SIR) Produsen Standard Indonesian atau Operasional
Rubber (TPP SIR)
15. Pendaftaran . . .
- 63 -
18. Izin Usaha Lembaga Kliring Berjangka Izin Usaha Lembaga Kliring Izin Usaha
Berjangka
19. a. Izin Usaha Pialang Berjangka Izin Usaha Pialang Berjangka Izin Usaha Untuk perluasan usaha
terdapat persyaratan berupa
b. Persetujuan Pembukaan Kantor
pemeriksaan prasarana dan
Cabang Pialang Berjangka
sarana fisik, serta uji
kelayakan dan kepatutan
20. Izin Usaha Penasihat Berjangka Izin Usaha Penasihat Berjangka Izin Usaha
21. Izin . . .
- 64 -
29. Persetujuan . . .
- 65 -
36. Persetujuan . . .
- 66 -
e. Persetujuan . . .
- 67 -
k. Persetujuan . . .
- 68 -
41. Angka . . .
- 69 -
j. Persetujuan . . .
- 70 -
q. Persetujuan . . .
- 71 -
y. Persetujuan . . .
- 72 -
43. a. Importir . . .
- 73 -
50. Importir . . .
- 74 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
J. PERIZINAN . . .
- 75 -
c. Izin . . .
- 76 -
c. Izin . . .
- 77 -
9. Izin . . .
- 78 -
Bidang . . .
- 79 -
e. Pengoperasian Pelabuhan
15. a. Izin Usaha Angkutan Laut Izin Usaha Angkutan Laut Izin Usaha Digabung
(Angkutan di Perairan) (SIUPAL)
17. a. Izin . . .
- 80 -
18. a. Surat . . .
- 81 -
21. Izin Terminal Khusus Yang Terbuka Penetapan Terminal Khusus Yang Izin Komersial Diubah
Bagi Perdagangan Luar Negeri Terbuka Bagi Perdagangan Luar atau Operasional
Negeri
22. Izin . . .
- 82 -
27. Persetujuan . . .
- 83 -
Bidang . . .
- 84 -
34. Pengadaan Pesawat Udara Persetujuan Pengadaan Pesawat Izin Komersial Diubah
Udara atau Operasional
35. Penetapan Lokasi Bandar Udara Izin Lokasi Bandar Udara Umum Izin Komersial
Umum atau Operasional
36. Penetapan Mendirikan Bangunan Izin Mendirikan Bangunan Bandar Izin Komersial
Bandar Udara/Khusus Udara/Khusus atau Operasional
37. Izin Mendirikan Tempat Tinggal Izin Mendirikan Tempat Tinggal Izin Komersial
Landas dan Mendarat Helikopter Landas dan Mendarat Helikopter atau Operasional
38. Penambahan . . .
- 85 -
42. Penggunaan . . .
- 86 -
45. Pemberian Letter of Authorization Surat Persetujuan Pemberian Izin Komersial Diubah
kepada Personel Operasi Pesawat Letter of Authorization kepada atau Operasional
Udara Personel Operasi Pesawat Udara
46. Modifikasi dan Perbaikan Besar Surat Persetujuan Modifikasi dan Izin Komersial Diubah
Pesawat Udara (Approval of Perbaikan Besar Pesawat Udara atau Operasional
Modification and Major Repair) (Approval of Modification and Major
Repair)
47. Suku cadang (Part Manufacturer Surat Izin Persetujuan Suku Izin Komersial Diubah
Approval) cadang (Part Manufacturer atau Operasional
Approval)
48. Kegiatan . . .
- 87 -
49. Izin Operasi Kegiatan Jasa Terkait Izin Operasi Kegiatan Jasa Terkait Izin Komersial
Bandar Udara atau Operasional
50. a. Reduced Vertical Separation Surat Persetujuan Operation Izin Komersial Digabung
Minima (RVSM) Spesification (Opspec) atau Operasional
b. Required Navigation Performance
(RNP-10)
c. Extended Range Operation with
Two Engine Aircraft (ETOPS)
d. Persetujuan Penetapan Waiver
Penerbangan VFR Malam Hari
Standar . . .
- 88 -
54. Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Sertifikasi Kecakapan Awak Sarana Izin Komersial
Perkeretaapian, dan petugas Perkeretaapian, dan petugas atau Operasional
prasarana perkeretaapian prasarana perkeretaapian
Bidang Darat
55. Akreditasi unit pelaksana uji berkala Akreditasi unit pelaksana uji Izin Komersial
kendaraan bermotor berkala kendaraan bermotor atau Operasional
56. Tanda . . .
- 89 -
63. Sertifikasi . . .
- 90 -
70. Penetapan . . .
- 91 -
f. Persetujuan . . .
- 92 -
h.h.Surat
Surat. .. .. .
- 93 -
r. Sertifikat . . .
- 94 -
y. Sertifikat . . .
- 95 -
gg. Persetujuan . . .
- 96 -
h. Penerbitan . . .
- 97 -
b. Rekomendasi . . .
- 98 -
87. Lisensi . . .
- 99 -
d. Sertifikat . . .
- 100 -
93. Sertifikat . . .
- 101 -
97. Sertifikat . . .
- 102 -
b. Lisensi . . .
- 103 -
105. Sertifikat . . .
- 104 -
112. Lisensi . . .
- 105 -
117. Sertifikat Pendaftaran Pesawat Udara Sertifikat Pendaftaran Pesawat Izin Komersial
Udara atau Operasional
118. a. Sertifikat . . .
- 106 -
123. Sertifikat . . .
- 107 -
129. Rencana . . .
- 108 -
136. Pencatatan . . .
- 109 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
K. PERIZINAN . . .
- 110 -
Perizinan . . .
- 111 -
Perizinan . . .
- 112 -
Perizinan . . .
- 113 -
8. Lembaga . . .
- 114 -
13. Lembaga . . .
- 115 -
19. Pendaftaran Registrar Nama Domain Pendaftaran Registrar Nama Izin Komersial
selain Instansi Penyelenggara Negara Domain selain Instansi atau Operasional
Penyelenggara Negara
20. Pendaftaran . . .
- 116 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
L. PERIZINAN . . .
- 117 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
M. PERIZINAN . . .
- 118 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
N. PERIZINAN . . .
- 119 -
6. Penyelenggaraan . . .
- 120 -
Keterangan . . .
- 121 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
O. PERIZINAN . . .
- 122 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
P. PERIZINAN . . .
- 123 -
7. Izin . . .
- 124 -
Q. PERIZINAN . . .
- 125 -
3. Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Surat Izin Perusahaan Penempatan Izin Usaha Tetap
Migran Indonesia Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI) Penerapan bersifat bersyarat
4. Izin Kantor Cabang Perusahaan Izin Kantor Cabang Izin Usaha
Penempatan Pekerja Migran Indonesia
5. Izin Tempat Penampungan Pekerja Izin Tempat Penampungan Izin Usaha
Migran Indonesia
6. Izin Usaha Lembaga Penempatan Izin Usaha Lembaga Penempatan Izin Usaha
Tenaga Kerja Swasta Tenaga Kerja Swasta
7. Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur Izin Usaha
Pekerja Rumah Tangga Pekerja Rumah Tangga
8. Izin Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Izin Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Izin Usaha
R. PERIZINAN . . .
- 126 -
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
S. PERIZINAN . . .
- 127 -
S. PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR PERKOPERASIAN DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM)
Keterangan:
* Izin, dan Standar/Rekomendasi/Pendaftaran/Sertifikasi/Penetapan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
** Izin Usaha Izin Komersial atau Operasional, dan Pendaftaran setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
T. PERIZINAN . . .
- 128 -
5. a. Izin . . .
- 129 -
11. a. Izin . . .
- 130 -
h. Izin . . .
- 131 -
12. a. Izin . . .
- 132 -
d. Izin . . .
- 133 -
b. Izin . . .
- 134 -
c. Izin . . .
- 135 -
i. Izin . . .
- 136 -
o. Izin . . .
- 137 -
v. Izin . . .
- 138 -
c. Izin . . .
- 139 -
22. a. Izin Zat radioaktif dalam Well Izin Penggunaan sumber radioaktif Izin Komersial Digabung
logging untuk kegiatan Well atau Operasional
logging/perunut/penanda
b. Izin Penggunaan Zat radioaktif
dalam Perunut (tracer)
c. Izin Penggunaan Zat radioaktif
penanda (marker) untuk well
logging
23. Izin Operasi Pengelolaan limbah Izin Fasilitas Pengelolaan limbah Izin Komersial
radioaktif radioaktif atau Operasional
24. a. Izin . . .
- 140 -
25. Izin . . .
- 141 -
b. Izin . . .
- 142 -
Validasi . . .
- 143 -
39. Penunjukan . . .
- 144 -
45. Persetujuan . . .
LAMPIRAN
P.22-26 KLHK
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018/K.1/8/2018
TENTANG
NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR
DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.
-6-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perizinan Berusaha adalah persetujuan yang diberikan
kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan
usaha dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang
dituangkan dalam bentuk surat/keputusan atau
pemenuhan persyaratan (checklist).
2. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau
Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS
adalah Perizinan Berusaha yang diberikan
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali
kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik
yang terintegrasi.
3. Pemegang Izin Usaha adalah badan usaha atau
perseorangan yang melakukan kegiatan usaha pada
bidang tertentu.
4. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintahan non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal.
5. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui komputer atau sistem
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
-7-
Bagian Kedua
Tujuan dan Ruang Lingkup
Pasal 2
Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Lingkup Kementerian bertujuan untuk:
a. memberikan kemudahan bagi pengusaha dalam
pengurusan perizinan berusaha di Bidang Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
b. memberikan kemudahan bagi pengusaha dalam
melaksanakan usaha di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; dan
c. memberikan kepastian bagi pengusaha dalam
melaksanakan usaha di Bidang Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Pasal 3
Ruang lingkup Pengaturan Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Lingkup Kementerian, terdiri atas:
a. tata cara permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional;
b. pemenuhan komitmen;
c. masa berlaku Izin;
d. pelaksanaan pengawasan pemenuhan kewajiban; dan
e. sanksi.
-18-
BAB II
TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA DAN IZIN
KOMERSIAL ATAU OPERASIONAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik,
terdiri atas:
a. Izin Usaha; dan
b. Izin Komersial atau Operasional.
(2) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdiri atas:
a. Bidang Pemanfaatan Hutan, terdiri atas:
1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Pastura
pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (IUPK
Silvopastura);
2. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan Silvo Fishery
pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (IUPK
Silvo Fishery);
3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Alam (IUPHHK-HA) Pada Hutan Produksi;
4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Hutan Tanaman Industri pada Hutan Tanaman
(IUPHHK-HTI) Pada Hutan Produksi;
5. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Restorasi Ekosistem pada Hutan Alam (IUPHHK-
RE) pada Hutan Produksi;
6. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHBK) Pada Hutan Produksi;
7. Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Produksi;
8. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada
Hutan Produksi dan Hutan Lindung;
-19-
Bagian Kedua
Tata Cara Permohonan
Pasal 5
(1) Permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
diajukan oleh:
a. Pelaku Usaha perseorangan; atau
b. Pelaku Usaha non perseorangan.
(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan orang perorangan
penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan
melakukan perbuatan hukum.
(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. perseroan terbatas;
b. perusahaan umum;
c. perusahaan umum daerah;
d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;
e. badan layanan umum;
f. lembaga penyiaran;
g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;
h. koperasi;
i. persekutuan komanditer (commanditaire
vennootschap);
j. persekutuan firma (venootschap onder firma); dan
k. persekutuan perdata.
Pasal 6
(1) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
terdiri atas:
-23-
Pasal 7
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) merupakan pelaku usaha yang telah memperoleh Nomor
Induk Berusaha (NIB) yang diterbitkan oleh Lembaga OSS.
-24-
Pasal 8
(1) Permohonan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) diajukan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/
Wali Kota sesuai dengan kewenangannya melalui
Lembaga OSS dilengkapi dengan persyaratan
pernyataan komitmen dan persyaratan teknis.
(2) Penyampaian permohonan dan persyaratan
permohonan kepada Lembaga OSS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), melalui sistem elektronik yang
terintegrasi dan dokumen asli disampaikan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 9
Berdasarkan permohonan dan persyaratan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Direktorat Jenderal,
Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya mengakses dan mengunduh permohonan
dan persyaratan dari sistem elektronik yang terintegrasi.
Bagian Ketiga
Persyaratan Permohonan
Paragraf 1
Umum
Pasal 10
(1) Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
dilengkapi persyaratan berupa:
a. Pernyataan Komitmen; dan
b. persyaratan teknis.
(2) Pernyataan Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan pernyataan Pelaku Usaha untuk
memenuhi persyaratan Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional.
-25-
Paragraf 2
Persyaratan Permohonan untuk Mendapatkan Izin Usaha
dan Izin Komersial atau Izin Operasional
Pasal 11
(1) Persyaratan permohonan Izin usaha dan Izin Komersial
atau Operasional baik berupa Pernyataan Komitmen
dan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Format Pernyataan Komitmen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisah dari Peraturan Menteri
ini.
Bagian Keempat
Penyelesaian Permohonan
Pasal 12
(1) Berdasarkan hasil akses dan unduhan permohonan dan
persyaratan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9:
a. Direktorat Jenderal;
b. Dinas Provinsi; atau
c. Dinas Kabupaten/Kota;
sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan
terhadap Pernyataan Komitmen dan persyaratan teknis.
(2) Pelaksanaan pengawasan terhadap persyaratan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. melakukan identifikasi dan pemilahan data
kelengkapan persyaratan permohonan;
b. melakukan pemeriksaan legalitas dokumen;
c. melakukan penelitian atau evalusi terhadap
substansi persyaratan permohonan;
d. memberikan arahan penyempurnaan persyaratan
permohonan; dan/atau
-26-
Pasal 13
(1) Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3), Direktur Jenderal melaporkan
kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal dalam
bentuk Dokumen Elektronik melalui sistem elektronik
yang terintegrasi atau surat secara manual.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Sekretaris Jenderal:
a. dalam jangka waktu 1 (satu) hari menyampaikan
laporan hasil pengawasan kepada Menteri; dan
b. dalam jangka waktu 1 (satu) hari menyampaikan
hasil pengawasan kepada Lembaga OSS dalam
bentuk Dokumen Elektronik melalui sistem
elektronik yang terintegrasi, berupa notifikasi
sebagai berikut:
-27-
Pasal 14
Berdasarkan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3), Kepala Dinas Provinsi atau Kepala
Dinas Kabupaten/Kota melalui Gubernur atau Bupati/Wali
Kota sesuai dengan kewenangannya dalam jangka waktu 1
(satu) hari, menyampaikan hasil pengawasan kepada
Lembaga OSS dalam bentum Dokumen Elektronik melalui
sistem elektronik yang terintegrasi berupa Notifikasi sebagai
berikut:
a. persetujuan dalam hal permohonan telah memenuhi
persyaratan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
b. penolakan dalam hal permohonan telah memenuhi
persyaratan namun tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Berdasarkan Notifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) huruf b atau Pasal 14, Lembaga OSS
menerbitkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional atau menolak permohonan.
Pasal 16
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diterbitkan
berdasarkan komitmen atau tanpa komitmen sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-28-
Pasal 17
Dalam hal Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
yang tidak memerlukan prasarana untuk menjalankan
usaha dan atau kegiatan, dan memerlukan prasarana
tetapi belum memiliki atau menguasai prasarana serta
tanpa kewajiban memenuhi komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, Pemegang Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional dapat langsung melakukan
kegiatan usaha.
BAB III
PEMENUHAN KOMITMEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang
diterbitkan berdasarkan komitmen, pemegang izin wajib
menyelesaikan pemenuhan komitmen.
Pasal 19
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional dilarang melakukan kegiatan usaha
sebelum menyelesaikan pemenuhan komitmen.
(2) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikecualikan dalam rangka menyelesaikan pemenuhan
komitmen dan kegiatan lainnya yang ditentukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 1
Tata Cara Penyelesaian Pemenuhan Komitmen
Pasal 20
Setelah Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
diterbitkan, Direktur Jenderal lingkup Kementerian, Kepala
Dinas Daerah Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota
sesuai dengan kewenangannya, memerintahkan kepada
-29-
Paragraf 2
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pelaksanaan Tata Batas
Pasal 21
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan:
a. penataan batas; atau
b. penandaan/pemberian tanda batas.
(2) Pelaksanaan penataan batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilakukan melalui tahapan:
a. pembuatan rencana penataan batas dan peta kerja;
b. pembuatan instruksi kerja penataan batas;
c. pengukuran batas dan pemasangan tanda batas;
d. pemetaan hasil penataan batas;
e. pembuatan dan penandatanganan berita acara dan
peta hasil tata batas; dan
f. penetapan batas areal kerja.
(3) Pelaksanaan penandaan/pemberian tanda batas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
melalui tahapan:
a. pesiapan meliputi kegiatan:
1. pembentukan team kerja;
2. penyiapan peta kerja;
3. penyiapan rencana kerja;
b. pelaksanaan meliputi kegiatan:
1. pengukuran dan pemberian tanda batas;
2. pembuatan Berita Acara Pengukuran dan
Pemberian Tanda Batas;
3. pembuatan laporan; dan
c. penilaian dan pengesahan tanda batas.
-30-
Paragraf 3
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pembuatan Berita
Acara Hasil Pembuatan Koordinat Geografis Batas Areal
yang Dimohon
Pasal 22
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan berita acara
hasil pembuatan koordinat geografis batas areal
terhadap calon areal kerja.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pembuatan berita acara hasil pembuatan koordinat
geografis batas areal terhadap calon areal kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 4
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Pembayaran Iuran Izin
Pasal 23
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan pembayaran
Iuran Izin Usaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan,
pemungutan dan penyetoran Iuran Izin Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri tersendiri.
-31-
Paragraf 5
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan,
AMDAL atau UKL-UPL
Pasal 24
(1) Pemegang Izin Usaha setelah menerima perintah
penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan komitmen Izin
Lingkungan, AMDAL atau UKL-UPL.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian
pemenuhan komitmen Izin Lingkungan, AMDAL atau
UKL-UPL diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Paragraf 6
Penyelesaian Pemenuhan Komitmen lainnya
Pasal 25
(1) Pemegang Izin Komersial atau Operasional setelah
menerima perintah penyelesaian pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, menyelesaikan
pemenuhan komitmen lainnya meliputi Sertifikat,
Standar dan/atau Lisensi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian
pemenuhan komitmen lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 26
Kewajiban penyelesaian pemenuhan komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 25 berlaku
bagi Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-32-
Bagian Kedua
Tata Cara Pengawasan Penyelesaian Pemenuhan Komitmen
Pasal 27
(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional atas pelaksanaan penyelesaian pemenuhan
komitmen.
(2) Pengawasan pelaksanaan pemenuhan komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. tenggang waktu penyelesaian pemenuhan komitmen;
dan
b. proses penyelesaian pemenuhan komitmen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyampaian Penyelesaian Pemenuhan Komitmen
Pasal 28
(1) Pemegang Izin Usaha dan Pemegang Izin Komersial atau
Operasional menyampaikan laporan penyelesaian
pemenuhan komitmen dengan dilampiri dokumen
komitmen kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota
sesuai dengan kewenangannya melalui Lembaga OSS
dengan dokumen elektronik melalui sistem elektronik
terintegrasi.
(2) Berdasarkan laporan penyelesaian pemenuhan
komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Daerah Provinsi atau
Kepala Dinas Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya, mengakses dan mengunduh serta
melakukan pengecekan dan penelaahan atas dokumen
penyelesaian komitmen.
-33-
Bagian Keempat
Tata Cara Penyampaian Notifikasi pada Sistem OSS
Pasal 29
(1) Berdasarkan hasil pengecekan dan penelaahan atas
dokumen penyelesaian komitmen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2), Direktur Jenderal,
Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya,
menyampaikan hasil pengecekan kepada Lembaga OSS
berupa Dokumen Elektronik melalui sistem elektronik
yang terintegrasi, berupa Notifikasi:
a. pernyataan definitif Izin Usaha dan Izin Komersial
atau Operasional apabila telah menyelesaikan
seluruh pemenuhan komitmen sesuai dengan
tenggang waktu yang ditentukan dan proses
penyelesaian pemenuhan komitmen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
b. pembatalan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional apabila belum menyelesaikan
pemenuhan komitmen atau menyelesaikan
komitmen melebihi tenggang waktu yang telah
ditentukan dan atau tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Berdasarkan Notifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Lembaga OSS:
a. memberikan pernyataan definitif Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional; atau
b. menerbitkan pembatalan Izin Usaha dan Izin
Komersial atau Operasional.
-34-
Pasal 30
Dalam hal Lembaga OSS telah memberikan pernyataan
definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf a, Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional
berlaku efektif dan Pemegang Izin dapat langsung
menjalankan kegiatan usaha.
BAB IV
MASA BERLAKU IZIN
Pasal 31
(1) Izin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan
usaha dan/atau kegiatannya, kecuali diatur lain dalam
undang-undang.
(2) Izin Komersial atau Operasional berlaku sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur masing-masing
izin.
Pasal 32
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional dapat mengembalikan Izin kepada Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya sebelum jangka waktu Izin berakhir.
(2) Pengembalian Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
menghilangkan kewajiban Pemegang Izin yang melekat
dalam Izin.
-35-
BAB V
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Pelaksanaan atas Pemenuhan Kewajiban
Pasal 33
(1) Pemegang Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional setelah mendapat penetapan definitif dari
Lembaga OSS, wajib:
a. menyelesaikan pemenuhan kewajiban izin;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi; dan/atau
c. melaksanakan usaha dan/atau kegiatan sesuai
dengan Izin.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 34
Pelaksanaan atas pemenuhan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan pengawasan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.
BAB VI
SANKSI
Pasal 35
(1) Dalam hal hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ditemukan ketidaksesuaian atau
penyimpangan, diambil tindakan.
-36-
Pasal 36
(1) Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban, Menteri, Gubernur, Bupati/Wali
Kota sesuai kewenangannya melakukan peringatan
dan/atau pengenaan denda administratif.
(2) Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan atas
pemenuhan kewajiban, Menteri, Gubernur, Bupati/ Wali
Kota sesuai dengan kewenangannya menyampaikan
kepada Lembaga OSS berupa dokumen elektronik
melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Lembaga OSS mengambil tindakan penghentian
sementara kegiatan berusaha atau pencabutan Perizinan
Berusaha.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata waktu penyelesaian
proses Perizinan Berusaha di bidang teknis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Perizinan Berusaha yang telah terbit sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai berakhirnya Izin;
-37-
Pasal 39
Perpanjangan, perluasan areal kerja, atau perubahan
kegiatan Perizinan Berusaha, diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 40
Dalam hal Perizinan Berusaha tidak atau belum tercantum
dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau belum dapat diproses melalui Lembaga OSS,
maka Perizinan Berusaha diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Wali Kota sesuai dengan
kewenangannya.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini semua
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelayanan perizinan berusaha di bidang lingkungan hidup
dan kehutanan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
-38-
Pasal 42
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd
KRISNA RYA
-1-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NOMOR P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 P
TENTANG
NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PELAYANAN PERIZINAN
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN
KRITERIA PERSYARATAN TEKNIS, PERSYARATAN KOMITMEN DAN PEMENUHAN KOMITMEN, JENIS USAHA, DAN KEWENANGAN PENGAWASAN
PERIZINAN BERUSAHA
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
1. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Kawasan Silvo Kawasan Silvo belum memiliki/ b. Peta Areal UKL/UPL;
Pastura Pada Pastura Pada Permohonan b. Pembuatan
menguasai
Hutan Produksi Hutan Produksi IUPK- Berita acara
prasarana.
dan Hutan dan Hutan Silvopastura Hasil
Lindung (IUPK Lindung (IUPK skala 1:5.000 pembuatan
Silvopastura) Silvopastura) beserta electronic koordinat
file format shp; geografis batas
c. Pakta Integritas; areal yang
dan dimohon; dan
d. Proposal Teknis. c. Iuran IUPK
Silvo Pastura.
-2-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
2. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Kawasan Silvo Kawasan Silvo belum memiliki/ b. Peta Areal UKL/UPL;
Fishery Pada Fishery Pada Permohonan b. Pembuatan
menguasai
Hutan Produksi Hutan Produksi IUPK- Silvo Berita Acara
prasarana.
dan Hutan dan Hutan Fishery skala hasil
Lindung (IUPK Lindung (IUPK 1:5.000 beserta pembuatan
Silvo Fishery) Silvo Fishery) electronic file koordinat
format shp; geografis batas
c. Pakta areal yang
Integritas; dan dimohon; dan
d. Proposal teknis. c. Iuran IUPK
Silvo Fishery.
3. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi (IL); AMDAL atau
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ b. Pernyataan UKL/UPL;
Kayu Pada Kayu Pada yang dibuat di b. Pembuatan
menguasai
Hutan Alam Hutan Alam hadapan Berita Acara
prasarana.
(IUPHHK-HA) (IUPHHK-HA) Notaris, yang hasil
Pada Hutan Pada Hutan menyatakan pembuatan
Produksi Produksi kesediaan koordinat
untuk geografis batas
membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran
dan/atau di IUPHHK-HA.
Kabupaten/
Kota;
c. Pernyataan
yang dibuat di
-3-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan;
d. Areal yang
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
Hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp);
-4-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Pakta
Integritas;
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
-5-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
g. Proposal
Teknis.
4. Izin Usaha Izin Usaha Kriteria: a. Izin Lingkungan a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan (IL); AMDAL atau
Memerlukan
Hasil Hutan Hasil Hutan b. Pernyataan UKL/UPL;
prasarana tetapi
Kayu Hutan Kayu Hutan yang dibuat di b. Pembuatan
belum memiliki/
Tanaman Tanaman hadapan Berita acara
menguasai Notaris, yang hasil
Industri Pada Industri Pada
prasarana. menyatakan pembuatan
Hutan Tanaman Hutan Tanaman
(IUPHHK-HTI) (IUPHHK-HTI) kesediaan koordinat
pada Hutan pada Hutan untuk geografis batas
Produksi Produksi membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran
dan/atau di IUPHHK-HTI.
Kabupaten/
Kota.
-6-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
c. Pernyataan
yang dibuat di
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
d. Areal yang
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
-7-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp);
e. Pakta
Integritas.
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin Untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
-8-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
dan
g. Proposal
Teknis.
-9-
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
5. Izin Usaha Izin Usaha Kriteria: a. Izin a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan Lingkungan; dokumen Amdal
Memerlukan
Hasil Hutan Hasil Hutan b. Pernyataan atau UKL-UPL;
prasarana tetapi
Kayu Restorasi Kayu Restorasi yang dibuat di b. Pembuatan
belum memiliki/
Ekosistem Pada Ekosistem Pada hadapan Berita Acara
menguasai Notaris, yang hasil
Hutan Alam Hutan Alam
prasarana. menyatakan pembuatan
(IUPHHK-RE) (IUPHHK-RE)
pada Hutan pada Hutan kesediaan koordinat
Produksi Produksi untuk geografis batas
membuka areal yang
kantor cabang dimohon; dan
di Provinsi c. Iuran IUPHHK-
dan/atau di RE.
Kabupaten
/Kota;
c. Pernyataan
yang dibuat di
hadapan
Notaris, yang
menyatakan
perusahaan
tidak masuk
dalam kategori
pembatasan
luasan sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan;
d. Areal yang
- 10 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dimohon
dilampiri peta
skala minimal
1:50.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di atas 10.000
Hektar atau
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon
di bawah
10.000 Hektar,
dengan
mengacu pada
peta Rupa
Bumi Indonesia
(RBI) dan
disertai dengan
berkas digital
dalam format
shape file (shp):
e. Pakta
Integritas;
f. Rekomendasi
dari Gubernur
kepada Menteri
yang berisi
informasi
tentang tata
ruang wilayah
- 11 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Provinsi atas
areal yang
dimohon yang
berada di dalam
Peta Indikatif
Arahan
Pemanfaatan
Kawasan Hutan
pada Hutan
Produksi yang
Tidak Dibebani
Izin Untuk
Usaha
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Kayu, dengan
melampirkan:
1) peta skala
minimal
1:50.000,
dengan
mengacu
pada peta
Rupa Bumi
Indonesia
(RBI); dan
2) informasi
terkait
keberadaan
masyarakat
setempat
- 12 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
yang berada
di dalam
areal yang
dimohon;
dan
g. Proposal
Teknis.
6. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi Lingkungan; AMDAL atau
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ b. Lokasi dan atau UKL-UPL;
Bukan Kayu Bukan Kayu luasan areal b. Pembuatan
menguasai
(IUPHHBK) pada (IUPHHBK) pada yang dimohon Berita Acara
prasarana.
Hutan Produksi. Hutan Produksi. yang hasil
dituangkan pembuatan
dalam bentuk koordinat
peta dengan geografis batas
skala 1:5000 areal yang
s.d skala dimohon; dan
1:50.000; c. Iuran
c. Pakta IUPHHBK.
Integritas;
d. Proposal teknis;
dan
e. Dalam hal areal
yang dimohon
merupakan
areal Hutan
Tanaman Hasil
Rehabilitasi
(HTHR) maka
- 13 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pemohon wajib
melengkapi,
yaitu :
1) surat
pernyataan
tidak
menguasai/
memiliki atas
tegakan hasil
kegiatan
rehabilitasi
(khusus
tanaman
hasil
rehabilitasi);
dan
2) hasil
telaahan
areal Hutan
Tanaman
Hasil
Rehabilitasi
(HTHR) dari
Direktorat
Jenderal.
7. Izin Izin Memerlukan a. Surat keterangan Tanpa komitmen Izin Usaha Gubernur
Pemungutan Pemungutan prasarana tetapi kepala desa
- 14 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ bahwa yang
Kayu pada Kayu pada menguasai bersangkutan
Hutan Produksi Hutan Produksi prasarana. adalah
masyarakat
setempat untuk
pemohon
perorangan;
b. Persetujuan
Kepala KPH;
c. Pakta Integritas;
d. Luas dan peta
lokasi areal yang
dimohon disertai
koordinat
geografis yang
diketahui oleh
Kepala KPH;
e. Daftar nama,
tipe dan jenis
peralatan yang
akan
dipergunakan
dalam
melakukan
kegiatan
pemungutan
hasil hutan; dan
f. Pernyataan
kesanggupan
melakukan
penanaman
- 15 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
berupa jenis
tanaman HHK
yang dipungut.
8. Izin Izin Memerlukan a. Surat keterangan Tanpa Komitmen Izin Usaha Gubernur
Pemungutan Pemungutan prasarana tetapi kepala desa
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ bahwa yang
Bukan Kayu Bukan Kayu bersangkutan
menguasai
pada Hutan pada Hutan adalah
prasarana
Produksi dan Produksi dan masyarakat
Hutan Lindung Hutan Lindung setempat untuk
pemohon
perorangan;
b. Persetujuan
Kepala KPH;
c. Pakta Integritas;
d. Luas dan peta
lokasi areal yang
dimohon disertai
koordinat
geografis yang
diketahui oleh
Kepala KPH;
e. Daftar nama,
tipe dan jenis
peralatan yang
akan
dipergunakan
dalam
melakukan
kegiatan
- 16 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pemungutan
hasil hutan; dan
f. Pernyataan
kesanggupan
melakukan
penanaman
berupa jenis
tanaman HHBK
yang dipungut.
9. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Laporan dokumen Amdal
Hasil Hutan Hasil Hutan belum memiliki/ keuangan atau UKL-UPL;
Kayu pada Kayu pada perusahaan satu b. Iuran IUPHHK
menguasai
Hutan Tanaman Hutan Tanaman tahun terakhir HTHR; dan
prasarana
Hasil Hasil yang telah c. RKT Tebangan
Rehabilitasi Rehabilitasi diaudit oleh berdasarkan
(IUPHHK HTHR) (IUPHHK HTHR) Akuntan Publik hasil
pada Hutan pada Hutan atau laporan inventarisasi.
Produksi Produksi keuangan
koperasi satu
tahun terakhir;
c. Dokumen
mengenai bidang
usaha
Kehutanan/
Pertanian/
Perkebunan; dan
d. Surat
pernyataan
sanggup
- 17 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
membayar lunas
atas harga
tegakan, PSDH
dan DR serta
kesanggupan
untuk menanam
kembali 100%
(seratus) persen
dari areal yang
dimohon dan
diketahui oleh
Notaris.
10. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Proposal Usaha dokumen Amdal
Penyerapan Penyerapan belum memiliki/ Pemanfaatan atau UKL-UPL;
dan/atau dan/atau Penyerapan b. Pembuatan
menguasai
Penyimpanan Penyimpanan dan/atau Berita Acara
prasarana.
Karbon pada Penyimpanan hasil
Karbon pada
Hutan Produksi Karbon; dan pembuatan
Hutan Produksi c. Peta Areal koordinat
dan Hutan dan Hutan
Lindung Permohonan IUP geografis batas
Lindung RAP dan/atau areal yang
PAN Karbon dimohon; dan
skala minimal c. Iuran IUP RAP
1:50.000 untuk dan/atau PAN
luasan areal Karbon.
yang dimohon di
atas 10.000
(sepuluh ribu)
hektar atau
- 18 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
1:10.000 untuk
luasan areal
yang dimohon di
bawah 10.000
(sepuluh ribu)
hektar, dengan
mengacu pada
peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI)
dan disertai
dengan berkas
digital dalam
format shape file
(shp).
11. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana tetapi b. Proposal rencana dokumen Amdal
Jasa Jasa belum memiliki/ pengusahaan atau UKL-UPL;
Lingkungan Lingkungan jasa lingkungan b. Iuran Izin
menguasai
pada Hutan pada Hutan di hutan Usaha
prasarana
Produksi dan Produksi dan produksi. Pemanfaatan
Hutan Lindung Hutan Lindung c. Surat keterangan Jasa
kepemilikan Lingkungan;
modal atau dan
referensi bank. c. Desain fisik (site
plan dan DED
(90 hari).
- 19 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Bidang Penggunaan Kawasan Hutan Pada Hutan Produksi, Hutan Lindung, Pelepasan Kawasan Hutan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan
12. Izin Pinjam Izin Pinjam Memerlukan a. Perizinan/ a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri a. Bagi izin
Pakai Kawasan Pakai Kawasan prasarana tetapi Perjanjian di AMDAL/UKL- usaha
Hutan Hutan belum memiliki/ bidangnya yang UPL; eksplorasi,
diterbitkan oleh b. Menyelesaikan persyaratan
menguasai
pejabat sesuai tata batas; komitmen
prasarana.
kewenangannya; c. Menyampaikan dan
b. Lokasi dan peta lokasi pemenuhan
luasan areal rencana komitmen
yang dimohon penanaman hanya
yang dituangkan dalam rangka dikenakan
dalam bentuk rehabilitasi sebagaimana
peta skala Daerah Aliran tersebut
paling kecil Sungai; huruf a dan
1:50.000 atau d. Menyerahkan f.
lebih besar lahan b. Bagi izin
dalam bentuk kompensasi usaha untuk
softcopy format kepada Menteri kegiatan
shapefile dengan dengan ratio 1:2 pembangun-
koordinat sistem yang an nasional
UTM Datum dituangkan yang bersifat
WGS 84; dalam Berita vital, yaitu
c. Rekomendasi Acara Serah panas bumi,
Gubernur; Terima Lahan minyak dan
d. Izin lingkungan; Kompensasi gas bumi,
e. Peta citra bagi pemegang ketenaga-
penginderaan izin pinjam listrikan,
jauh dengan pakai kawasan waduk,
resolusi minimal hutan dengan bendungan,
5 (lima) meter kompensasi dan kegiatan
- 20 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
liputan 1 (satu) lahan; yang
tahun terakhir e. Menyampaikan termasuk
dilampiri dengan matriks dan dalam
softcopy dengan peta baseline proyek
koordinat sistem penggunaan strategis
UTM Datum kawasan hutan nasional
WGS 84; dan sesuai dengan yang
f. Pertimbangan hasil tata batas ditetapkan
teknis dari dan dokumen oleh
Perum lingkungan bagi Pemerintah,
Perhutani dalam pemegang izin dapat
hal permohonan pinjam pakai melakukan
berada dalam kawasan hutan kegiatan
wilayah kerja dengan usaha
Perum kewajiban sebelum
Perhutani. membayar menyelesai-
PNBP kan
penggunaan Pemenuhan
kawasan hutan; Komitmen,
dan kecuali
f. Menyampaikan Komitmen
pernyataan huruf a.
dalam bentuk
Akta Notariil
bahwa bersedia
untuk
memenuhi
kewajiban izin
pinjam pakai
kawasan hutan.
- 21 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
13. Pelepasan Pelepasan a. Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Kawasan Hutan Kawasan Hutan prasarana b. proposal dan dokumen Amdal
tetapi belum rencana teknis atau UKL-UPL;
memiliki/ yang dan
menguasai ditandatangani b. Pelaksanaan
prasarana; oleh tata batas.
b. Memerlukan pimpinan badan
prasarana usaha/
untuk badan hukum
menjalankan atau pimpinan
usaha yayasan disertai
dan/atau peta lokasi skala
kegiatan dan 1 : 50.000 atau
telah memiliki lebih besar
atau menguasai dengan informasi
prasarana luas kawasan
sesuai hutan yang
ketentuan dimohon dalam
peraturan bentuk hardcopy
perundang- dan softcopy
undangan format shapefile
bidang dengan
Lingkungan koordinat sistem
Hidup dan geografis atau
Kehutanan. UTM Datum
WGS 84;
c. laporan dan
rekomendasi
hasil penelitian
Tim Terpadu;
d. izin lokasi dari
- 22 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
gubernur atau
bupati/
walikota sesuai
dengan
kewenangannya;
e. pertimbangan
Gubernur;
f. pernyataan
dalam bentuk
Akta Notariil
(dikecualikan
untuk
permohonan
yang diajukan,
perseorangan,
kelompok orang,
dan/atau
masyarakat):
1) kesanggupan
untuk
memenuhi
semua
kewajiban dan
kesanggupan
menanggung
seluruh biaya
sehubungan
dengan proses
pelepasan
kawasan hutan;
- 23 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
2) semua
dokumen yang
dilampirkan
dalam
permohonan
adalah sah;
3) tidak
melakukan
kegiatan di
lapangan
sebelum ada
izin;
4) belum melebihi
batas maksimal
luas yang
ditetapkan;
5) kesanggupan
membangun
kebun untuk
masyarakat
sekitar
kawasan hutan
pada kawasan
hutan yang
dilepaskan
dengan luas
paling sedikit
20% (dua puluh
perseratus) dari
total kawasan
hutan yang
- 24 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dilepaskan dan
dapat
diusahakan;
dan
6) Lokasi
pembangunan
kebun untuk
masyarakat
merupakan
bagian dari
kawasan hutan
yang
dilepaskan.
- 25 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
14. Izin Tukar Izin Tukar a. Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Menukar Menukar prasarana b. Proposal, dokumen Amdal
Kawasan Hutan Kawasan Hutan tetapi belum rencana teknis atau UKL-UPL;
memiliki/ atau rencana b. Pelaksanaan
menguasai induk termasuk tata batas areal
prasarana; rencana lahan yang dimohon;
b. Memerlukan pengganti dan dan
prasarana reboisasi/ c. Berita Acara
untuk penanaman; Tukar Menukar.
menjalankan c. pertimbangan
usaha teknis dari
dan/atau Direktur Utama
kegiatan dan Perusahaan
telah memiliki Umum Perhutani
atau menguasai apabila kawasan
prasarana hutan yang
sesuai dimohon
ketentuan merupakan
peraturan wilayah kerja
perundang- Perusahaan
undangan Umum
bidang Perhutani;
Lingkungan d. hasil penafsiran
Hidup dan citra satelit 2
Kehutanan. (dua) tahun
terakhir dan
usulan lahan
pengganti atas
kawasan hutan
yang dimohon
dijamin
- 26 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
kebenarannya
dengan surat
pernyataan dari
pemohon;
e. laporan dan
rekomendasi
hasil penelitian
Tim Terpadu;
f. izin lokasi dari
bupati/walikota/
gubernur sesuai
kewenangannya;
g. izin usaha bagi
permohonan
yang diwajibkan
mempunyai izin
usaha;
h. rekomendasi
Gubernur atau
Bupati/Walikota,
dilampiri peta
kawasan hutan
yang dimohon
dan usulan
lahan pengganti
pada peta dasar
dengan skala
minimal 1
:100.000;
i. pernyataan
untuk tidak
- 27 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
mengalihkan
kawasan hutan
yang dimohon
kepada pihak
lain dan
kesanggupan
untuk memenuhi
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan dalam
bentuk surat
pernyataan
tersendiri bagi
pemohon
Pemerintah atau
pemerintah
daerah; dan
j. pernyataan
untuk tidak
mengalihkan
kawasan hutan
yang dimohon
kepada pihak
lain dan
kesanggupan
untuk memenuhi
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan dalam
- 28 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bentuk akta
notaris bagi
pemohon badan
usaha atau
yayasan.
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
atau IL
Pemohon
IUIPHHK
bagi IPHHK
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan; dan
c. IMB
dikecualikan
bagi
Pemohon
IUIPHHK di
dalam areal
IUPHHK atau
Pengelolaan
Hutan atau
Kawasan
Industri.
Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Industri Primer Industri Primer prasarana dan dan dokumen Amdal
Hasil Hutan Hasil Hutan belum b. Dokumen atau UKL-UPL;
Kayu kapasitas Kayu (IUIPHHK) memiliki/mengua Proposal Teknis dan
produksi sama sai prasarana yang telah b. Pelaksanaan
dengan atau di memperoleh Tata Batas.
atas 6.000 persetujuan
Direktur yang
m3/tahun
membidangi
Pengolahan dan
Pemasaran Hasil
- 30 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Hutan.
b. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan Dokumen Proposal a. Penyusunan Izin Usaha Gubernur a. SPPL, dalam
Industri Industri Primer prasarana dan Teknis yang telah Izin hal Pemohon
Primer Hasil Hasil Hutan telah memiliki/ memperoleh Lingkungan, IUIPHHK
Hutan Kayu Kayu (IUIPHHK) persetujuan Kepala dokumen Amdal jenis
menguasai
kapasitas Dinas Provinsi atau atau UKL-UPL; penggergajia
prasarana.
produksi di Kepala KPH. b. Izin Lokasi; dan n kayu
bawah 6.000 c. Izin Mendirikan kapasitas
Bangunan izin produksi
m3/tahun
(IMB). sampai
dengan
2.000
m3/tahun,
atau
Pemohon
IUIPHHK
jenis
Industri
Bioenergi
Arang Kayu
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan;
b. Dokumen
Proposal
Teknis yang
telah
memperoleh
persetujuan
- 31 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Kepala KPH,
dalam hal
pemohon
jenis
Industri
Bioenergi
Arang Kayu
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan; dan
c. Pemohon
IUIPHHK
jenis
penggergaji-
an kayu
kapasitas
izin produksi
sampai
dengan
2.000
m3/tahun
hanya
Perorangan
dan
Koperasi.
- 32 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
16. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan Dokumen Proposal a. Izin Lokasi; Izin Usaha a. Menteri a. Izin Lokasi,
Industri Primer Industri Primer prasarana dan Teknis yang telah b. Izin Mendirikan dalam hal dikecualikan
Hasil Hutan Hasil Hutan telah memiliki/ memperoleh Bangunan IUIPHHBK di bagi
Bukan Kayu Bukan Kayu persetujuan Kepala (IMB); dan dalam areal IUIPHHBK di
menguasai
(IUIPHHBK) (IUIPHHBK) Dinas Provinsi atau c. Izin Lingkungan IUPHH; atau dalam areal
prasarana.
Direktur yang (IL) atau SPPL. b. Gubernur. IUPHH/
membidangi Pengelolaan
Pengolahan dan Hutan dan
Pemasaran Hasil di dalam
Hutan. Kawasan
Industri
serta bagi
pemohon
IPHHBK
Skala Kecil.
b. IMB
dikecualikan
bagi
IUIPHHBK di
dalam areal
IUPHH/
Pengelolaan
Hutan dan
didalam
Kawasan
industri
serta bagi
Pemohon
IPHHBK
Skala Kecil.
- 33 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
c. IL bagi
Pemohon
IUIPHHBK di
dalam areal
IUPHH milik
sendiri
mengunakan
IL IUPHH,
atau IL
Pemohon
IUIPHHBK
bagi IPHHBK
di dalam
areal
Pengelolaan
Hutan.
d. SPPL dalam
hal Pemohon
IUIPHHBK
skala kecil.
Bidang Perbenihan
- 34 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
17. Izin Pengadaan Izin Pengadaan Tidak a. Memiliki Tanpa Komitmen Izin Usaha Dirjen PSKL
dan Peredaran dan Peredaran memerlukan peralatan
Telur Ulat Telur Ulat prasarana untuk laboratorium
Sutera Sutera menjalankan minimum unit
usaha dan atau uji Pebrine;
kegiatan. b. Pemilikan kebun
murbey;
c. Pemilikan
gedung
pemeliharaan
ulat;
d. Pemilikan
fasilitas
pembibitan; dan
e. Memiliki tenaga
ahli yang
kompeten.
18. Penetapan Penetapan Tidak Pengada dan a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri/
Pengadaan dan Pengada dan memerlukan Pengedar Benih Berita Acara Gubernur
Pengedar Benih Pengedar Benih prasarana untuk Terdaftar: hasil penilaian/
dan/atau Bibit dan/atau Bibit menjalankan a. Memiliki atau pemeriksaan di
Terdaftar Terdaftar usaha dan atau mengelola atau lapangan; dan
kegiatan memanfaatkan b. Surat
sumber benih Penetapan
sertifikat; sebagai
b. Memiliki sarana Pengada dan
dan prasarana pengedar Benih
perbenihan; dan/atau Bibit
c. Memiliki tenaga Terdaftar.
ahli atau
- 35 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
terampil di
bidang
perbenihan;
d. Memiliki stok
benih yang
bersertifikat;
dan
e. Memiliki surat
penunjukan dari
pengelola
sumber benih
bersertifikat
sebagai
distributor.
Penetapan Pengada
dan pengedar Bibit
Terdaftar:
a. Memiliki atau
mengelola atau
memanfaatkan
sumber benih
bersertifikat;
b. Memiliki sarana
dan prasarana
pembibitan/
persemaian
(penyimpanan
benih,
penaburan
benih,
- 36 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pertumbuhan
stek,
penyapihan,
pembesaran
bibit dan
fasilitas
pengangkut
bibit;
c. Memiliki tenaga
ahli atau
terampil di
bidang
pembibitan;
d. Memiliki stok
bibit yang
bersertifikat;
dan
e. Terdapat
aktifitas
pembuatan bibit.
19. Sertifikasi Sertifikasi Memerlukan Dokumen Menyelesaikan Izin Komersial Menteri/
Sumber Benih Sumber Benih prasarana untuk mengenai Berita Acara atau Gubernur
menjalankan kepemilikan lokasi penilaian Operasional
usaha dan atau calon sumber kelayakan sumber
kegiatan dan telah benih benih
memiliki/
menguasai
prasarana
- 37 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
20. Sertifikasi Mutu Sertifikasi Tidak a. Sertifikat Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri/
Bibit dan Mutu Bibit memerlukan Sumber Benih; atau Gubernur
Sertifikasi Mutu dan Sertifikasi prasarana untuk dan Operasional
Benih Mutu Benih menjalankan b. Sertifikat Mutu
usaha dan atau Benih.
kegiatan
21. Izin Pemasukan Izin Pemasukan Tidak a. Memiliki Surat Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Benih dari dan Pengeluaran memerlukan Penetapan atau
Luar Negeri Benih Luar prasarana untuk sebagai Pengada Operasional
Negeri menjalankan dan Pengedar
usaha dan atau Benih dan/atau
kegiatan Bibit Terdaftar;
dan
b. Surat
Keterangan
tentang asal-
usul (origin),
kualitas (quality)
dan kesehatan
benih
(phytosanitary)
dari instansi
berwenang
negara asal.
- 38 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
22. Izin Pengeluaran Izin Pengeluaran Tidak a. Memiliki Surat Tanpa Komitmen Izin Menteri
Benih Tanaman Benih Tanaman memerlukan Penetapan Komersial
Hutan ke Luar Hutan ke Luar prasarana untuk sebagai Pengada atau
Negeri Negeri menjalankan dan Pengedar Operasional
usaha dan atau Benih dan/atau
kegiatan Bibit Terdaftar;
dan
b. Surat
Keterangan
tentang asal-
usul (origin),
kualitas (quality)
dan kesehatan
benih
(phytosanitary)
dari instansi
berwenang
negara asal.
23. Izin Lembaga Izin Lembaga Memerlukan a. Rekomendasi a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Konservasi Konservasi prasarana untuk BKSDA; dan Izin
menjalankan b. Rekomendasi Lingkungan,
usaha dan/atau Gubernur, AMDAL atau
kegiatan serta Bupati/Walikota UKL-UPL; dan
telah memiliki/ sesuai dengan b. Rekomendasi
kewenangannya. pembangunan
menguasai
sarana dan
prasarana.
prasarana
- 39 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
lembaga
konservasi.
24. Izin Izin Memerlukan a. Lokasi dan atau a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri
Pengusahaan Pengusahaan prasarana untuk luasan areal berita acara
Taman Buru Taman Buru menjalankan yang dimohon hasil
usaha dan atau yang dituangkan penandaan
kegiatan tetapi dalam bentuk batas;
belum memiliki/ peta dengan b. Pembayaran
skala 1:5000 s.d iuran izin
menguasai
skala 1:50.000 usaha; dan
prasarana.
dengan c. Penyusunan
menggunakan AMDAL atau
peta dasar rupa UKL-UPL.
bumi indonesia
(RBI);
b. Izin lingkungan;
dan
c. Rencana kerja.
- 40 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
25. Izin Izin Memerlukan a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk b. Kelayakan
Komersial untuk Komersial menjalankan usaha;
Budidaya untuk Budidaya usaha dan atau c. Kelayakan
Tanaman Obat Tanaman Obat kegiatan tetapi produksi;
belum memiliki/ d. Kelayakan
bioekologis; dan
menguasai
e. Pemahaman
prasarana.
konservasi.
26. Izin Izin Memerlukan a. Proposal/RKT; Izin Lingkungan, Izin Usaha Menteri
Penangkaran Penangkaran prasarana untuk b. Kelayakan usaha UKL-UPL.
Tumbuhan Tumbuhan menjalankan (akta notaris,
dan Satwa Liar dan Satwa Liar usaha dan/atau SIUP, SITU, BAP,
kegiatan serta rekom kepala
telah BBKSDA/BKSD
memiliki/mengua A);
sai prasarana. c. Kemampuan
produksi (jumlah
induk dan
kemampuan
berkembang
biak);
d. Asal usul
indukan
(alam/hasil
penangkaran);
e. Tingkat
kelangkaan
jenis; dan
- 41 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
f. Nilai komersial
jenis;
27. Izin Izin Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Peminjaman Peminjaman memerlukan b. Salinan atau
Jenis Satwa Liar Jenis Satwa Liar prasarana untuk memorandum of Operasional
Dilindungi Ke Dilindungi Ke menjalankan understanding
Luar Negeri Luar Negeri usaha dan atau (MoU) antara
Untuk Untuk kegiatan Lembaga
Kepentingan Kepentingan Konservasi
Pengembangbia Pengembangbia dengan Lembaga
kan (Breeding kan (Breeding Konservasi di
Loan) Loan) luar negeri yang
diketahui
Direktur
Jenderal;
c. Surat dukungan
persetujuan
(endorsement)
dari pihak
pemerintah
negara peminjam
melalui
perwakilan
diplomatik
(diplomatic
channel);
d. Surat pernyataan
jaminan
(guarantee latter);
- 42 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Rekomendasi
kepala UPT
setempat
f. Berita acara
pemriksaan
satwa dari UPT
setempat;
g. Sertifikat atau
penandaan
satwa;
h. Daftar silsilah
keturunan
(studbook) satwa;
i. Rekomendasi
LIPI untuk jenis
satwa dilindungi
dan/atau masuk
dalam daftar
appendix I
CITES; dan
j. Surat keterangan
kesehatan satwa
(health certificate)
dari pejabat yang
berwenang.
- 43 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
28. Izin Akses Izin Akses Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Sumber Daya Sumber Daya memerlukan b. Surat Izin atau
Genetik (SDG) Genetik (SDG) prasarana untuk Penelitian (SIP) Operasional
dan/atau dan/atau menjalankan dari
Pengetahuan Pengetahuan usaha dan atau Kementerian
Tradisional – Tradisional – kegiatan Riset, Teknologi
Sumber Daya Sumber Daya dan Pendidikan
Genetik Spesies Genetik Spesies Tinggi untuk
Liar untuk Liar untuk pemohon asing;
kegiatan kegiatan c. PADIA dan
Komersial Komersial kesepakatan
bersama;
d. Rekomendasi
LIPI; dan
e. Membayar
pungutan sesuai
ketentuan
peraturan
perundangan.
29. Izin Pertukaran Izin Pertukaran Tidak a. Perjanjian Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Jenis Jenis memerlukan kerjasama; atau
Tumbuhan atau Tumbuhan atau prasarana untuk b. Rekomendasi tim Operasional
Satwa Liar Satwa Liar menjalankan penilai
Dilindungi Dilindungi usaha dan atau keseimbangan
dengan dengan kegiatan nilai konservasi
Lembaga Lembaga jenis;
Konservasi di Konservasi di c. Rekomendasi
Luar Negeri Luar Negeri Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia, bagi
- 44 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
jenis tumbuhan
atau satwa liar
dilindungi dan
termasuk
apendiks I
CITES;
d. Rekomendasi
Kepala Balai
Konservasi
Sumberdaya
Alam dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
tumbuhan atau
satwa liar;
e. Surat keterangan
kesehatan jenis
tumbuhan atau
satwa lair dari
instansi yang
berwenang; dan
f. Dokumen
catatan silsilah.
30. Izin Perolehan Izin Perolehan Tidak a. Rekomendasi Ka. Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Spesimen Spesimen memerlukan UPT tempat LK atau
Tumbuhan dan Tumbuhan dan prasarana untuk dilampiri BA Operasional
Satwa Liar Satwa Liar menjalankan Persiapan
untuk Lembaga untuk Lembaga usaha dan atau Sarpras;
Konservasi Konservasi kegiatan b. Rekomendasi Ka.
UPT spesimen
- 45 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
asal dilampiri
BAP spesimen
TSL;
c. Dok. Kerjasama
atau surat
keterangan dr
unit LK asal TSL
yang
dimohonkan;
d. Salinan putusan
pengadilan
(inkracht) atau
BA rampasan
atau BA
penyerahan
sukarela;
e. Surat keterangan
kesehatan satwa
liar asing; dan
f. Keterangan asal
usul/catatan
silsilah TSL asing
31. Izin Pengedar Izin Pengedar Tidak a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Komersial Kepala Balai
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan b. Kelayakan usaha atau KSDA.
Satwa Liar Satwa Liar prasarana untuk (akta pendirian, Operasional
Dalam Negeri Dalam Negeri menjalankan SIUP, SITU, BAP
usaha dan atau dan rekomendasi
kegiatan kepala SKW);
c. Kelayakan
produksi TSL
- 46 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
(kemampuan
produksi:
pengambilan
langsung dari
alam atau hasil
penangkaran);
d. Kelayakan bio-
ekologis
(kemampuan
populasi untuk
dipanen, habitat
dan penyebaran
apabila berasal
dari alam); dan
e. Pemahaman
konservasi.
32. Izin Pengedar Izin Pengedar Tidak a. Proposal/RKT; Tanpa Komitmen Izin Komersial Dirjen KSDAE.
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan b. Kelayakan usaha atau
Satwa Liar Luar Satwa Liar Luar prasarana untuk (akta pendirian, Operasional
Negeri Negeri menjalankan SIUP, SITU, BAP
usaha dan atau dan rekomendasi
kegiatan kepala
BBKSDA/BKSD
A);
c. Kelayakan
produksi TSL
(kemampuan
produksi:
pengambilan
langsung dari
- 47 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
alam atau hasil
penangkaran);
d. Kelayakan bio-
ekologis
(kemampuan
populasi untuk
dipanen, habitat
dan penyebaran
apabila berasal
dari alam); dan
e. Pemahaman
konservasi.
33. Izin Peragaan Izin Peragaan Tidak Dalam negeri Tanpa Komitmen Izin Komersial Dirjen KSDAE.
Tumbuhan dan Tumbuhan dan memerlukan diajukan kepada atau
Satwa Liar Satwa Liar prasarana untuk Direktur Jenderal, Operasional
Dilindungi Dilindungi menjalankan dilengkapi:
usaha dan atau a. Proposal
kegiatan. kegiatan;
b. Rekomendasi
dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
mengenai asal-
usul tumbuhan
dan sawaliar
yang dilindungi
beserta sarana
atau peralatan
pendukungnya
dari kepala
- 48 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
BKSDA
setempat;
c. Sertifikat atau
penandaan TSL
yang dilindungi;
d. Surat
keterangan
kesehatan TSL
yang dilindungi
dariinstansi
yang
berwenang;
e. Copy Izin
Lembaga
Konservasi Luar
Negeri diajukan
kepada Menteri,
dilengkapi
dengan:
1) Copy MoU
antara kedua
lembaga
konservasi;
2) Proposal
kegiatan;
3) Rekomen-
dasi
dilengkapi
berita acara
pemeriksaan
mengenai
- 49 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
asal-usul
tumbuhan
dan sawaliar
yang
dilindungi
beserta
sarana atau
peralatan
pendukungn
ya dari
kepala
BKSDA
setempat;
4) Sertifikat
atau
penandaan
TSL yang
dilindungi;
5) Surat
keterangan
kesehatan
TSL yang
dilindungi
dariinstansi
yang
berwenang;
dan
6) Copy Izin
Lembaga
Konservasi.
- 50 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
34. Izin Perolehan Izin Perolehan Tidak a. Proposal; Tanpa Komitmen Izin Komersial a. Menteri; Kewenangan
Induk Induk memerlukan b. Kelayakan usaha atau atau Menteri dalam
Penangkaran Penangkaran prasarana untuk (administrasi, Operasional b. Dirjen hal perolehan
Tumbuhan dan Tumbuhan dan menjalankan BAP teknis dan KSDAE. induk
Satwa Liar Satwa Liar usaha dan atau rekomendasi penangkaran
kegiatan Kepala mengambil
BBKSDA/ dari alam.
BKSDA);
c. Pakta Integritas;
d. Surat
keterangan
perolehan
indukan;
e. BAP penyerahan
(apabila dari
serahan
masyarakat);
f. BAP penitipan
(apabila titipan
dari BBKSDA/
BKSDA); dan
g. SK. Satwa Buru
(untuk jenis
dilindungi).
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
35. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Membayar Izin Usaha Menteri
Penyediaan Penyediaan prasarana untuk dan Iuran usaha;
Sarana Wisata Sarana Wisata menjalankan b. Proposal/ b. membuat peta
Alam (IUPSWA) Alam (IUPSWA) usaha dan/atau rencana areal rencana
kegiatan serta kegiatan usaha kegiatan usaha
belum memiliki/ sarana yang yang akan
akan dilakukan. dilakukan
menguasai
prasarana. dengan skala
paling besar 1 :
5.000 dan
paling kecil 1 :
25.000 yang
diketahui
kepala UPT;
c. membuat
rencana
pengusahaan
pariwisata alam
dan disahkan
oleh Direktur
Jenderal;
d. melakukan
pemberian
tanda batas
areal yang
dimohon; dan
e. menyusun dan
menyampaikan
dokumen UKL/
UPL.
- 52 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
36. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Perorangan: a. Sertifikasi Izin Usaha Menteri
Penyedia Jasa Penyedia Jasa prasarana untuk 1) mengisi keahlian; dan
Wisata Alam Wisata Alam menjalankan formulir yang b. Membayar
(IUPJWA) (IUPJWA) usaha dan/atau disediakan Iuran.
kegiatan serta oleh UPT;
belum memiliki/ 2) sertifikasi
keahlian
menguasai
untuk jasa
prasarana.
interpreter;
3) rekomendasi
dari Forum
yang diakui
oleh UPT
untuk bidang
usaha jasa
yang
dimohon;
b. Badan Usaha:
1) surat
keterangan
kepemilikan
modal atau
referensi
bank; dan
2) Rencana
Kegiatan
Usaha Jasa
yang akan
dilakukan.
- 53 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
37. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Hasil studi a. Menyelesaikan Izin Usaha Menteri
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk Kelayakan dan Berita Acara
Jasa Lingkungan Jasa menjalankan laporan hasil Hasil
Panas Bumi usaha dan atau eksplorasi; Penandaan
Lingkungan
(IUPJLPB) tahap kegiatan tetapi b. Kontrak Operasi Batas;
Panas Bumi
Eksploitasi dan belum memiliki/ Bersama b. Pembayaran
(IUPJLPB)
Pemanfaatan pengusahaan Iuran Izin
Eksploitasi dan menguasai
sumber daya Usaha; dan
Pemanfaatan prasarana
panas bumi c. Penyusunan
tahap AMDAL atau
eksploitasi; dan UKL-UPL.
c. Izin lingkungan.
38. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. Membuat peta Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Air Pemanfaatan Air prasarana untuk b. proposal usaha lokasi sumber air Gubernur
untuk Skala untuk Skala menjalankan pemanfaatan air yang
Menengah dan Menengah dan usaha dan atau atau energi air; dimanfaatkan
Skala Besar di Skala Besar di kegiatan tetapi c. peta lokasi dengan sarana
Suaka Suaka belum sumber air dan prasarananya
Margasatwa, Margasatwa, memiliki/mengua lokasi sarana dengan skala
Taman Taman sai prasarana. prasarana yang minimal 1 :
Nasional, Nasional, dimohon dengan 10.000 dan
Taman Wisata Taman Wisata skala paling kecil diketahui Kepala
Alam dan Alam dan 1: 25.000; UPT atau Kepala
Taman Hutan Taman Hutan d. Pertimbangan UPTD/SKPD
Raya Raya teknis oleh: yang
Kepala UPT membidangi
untuk suaka kehutanan
margasatwa, sesuai
taman nasional kewenangannya;
dan taman b. rencana
- 54 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
wisata alam; pengusahaan
1) Kepala pemanfaatan air
UPTD/SKPD atau energi air
yang yang disahkan
membidangi oleh Direktur
kehutanan Jenderal atau
setempat Gubernur sesuai
untuk taman kewenangannya;
hutan raya; c. Membayar Iuran;
dan dan
2) Kepala d. Menyusun dan
UPTD/SKPD menyampaikan
yang dokumen UKL/
membidangi UPL.
sumber daya
air, untuk
IUPA.
39. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. Izin Lingkungan; a. peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk b. proposal usaha sumber air yang Gubernur
Energi Air Energi Air menjalankan pemanfaatan air dimanfaatkan
untuk Skala untuk Skala usaha dan atau atau energi air; dengan sarana
Menengah dan Menengah dan kegiatan tetapi c. peta lokasi prasarananya
Skala Besar di Skala Besar di belum sumber air dan dengan skala
Suaka Suaka memiliki/mengua lokasi sarana minimal 1 :
Margasatwa, Margasatwa, sai prasarana. prasarana yang 10.000 dan
Taman Taman dimohon dengan diketahui
Nasional, Nasional, skala paling kecil Kepala UPT
Taman Wisata Taman Wisata 1: 25.000; dan atau Kepala
Alam dan Alam dan d. pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang
- 55 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Taman Hutan Taman Hutan 1) Kepala UPT membidangi
Raya Raya untuk suaka kehutanan
margasatwa, sesuai
taman kewenangan-
nasional dan nya;
taman wisata b. rencana
alam; pengusahaan
2) Kepala pemanfaatan air
UPTD/SKPD atau energi air
yang yang disahkan
membidangi oleh Direktur
kehutanan Jenderal atau
setempat Gubernur
untuk taman sesuai
hutan raya; kewenangan-
3) Kepala nya;
UPTD/SKPD c. Membayar
yang Iuran; dan
membidangi d. Menyusun dan
ketenagalistri menyampaikan
kan, untuk dokumen UKL/
IUEPA. UPL.
- 56 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
40. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. proposal usaha a. peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk pemanfaatan air sumber air yang Gubernur
Air (IUPA) Air (IUPA) Skala menjalankan atau energi air; dimanfaatkan
Skala Mikro dan Mikro dan Kecil usaha dan/atau b. peta lokasi dengan sarana
Kecil kegiatan serta sumber air dan prasarananya
belum lokasi sarana dengan skala
memiliki/mengua prasarana yang minimal 1 :
sai prasarana dimohon dengan 10.000 dan
skala paling kecil diketahui Kepala
1: 25.000; dan UPT atau Kepala
c. Pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang membidangi
1) Kepala UPT kehutanan
untuk SM, TNl sesuai
dan TWA; kewenangannya;
2) Kepala b. rencana
UPTD/SKPD pengusahaan
yang pemanfaatan air
membidangi atau energi air
kehutanan yang disahkan
setempat oleh Direktur
untuk Tahura; Jenderal atau
dan Gubernur sesuai
3) Kepala kewenangannya;
UPTD/SKPD dan
yang c. membayar Iuran.
membidangi
sumber daya
air, untuk
IUPA.
- 57 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
41. Izin Usaha Izin Usaha Memerlukan a. proposal usaha a. Peta lokasi Izin Usaha Menteri/
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk pemanfaatan air sumber air yang Gubernur
Energi Air Energi Air menjalankan atau energi air; dimanfaatkan
(IUPEA) skala (IUPEA) skala usaha dan/atau b. peta lokasi dengan sarana
mikro dan kecil mikro dan kecil kegiatan serta sumber air dan prasarananya
belum lokasi sarana dengan skala
memiliki/mengua prasarana yang minimal 1 :
sai prasarana dimohon dengan 10.000 dan
skala paling kecil diketahui Kepala
1: 25.000; dan UPT atau Kepala
c. pertimbangan UPTD/SKPD
teknis dari: yang membidangi
1) Kepala UPT kehutanan
untuk suaka sesuai
margasatwa, kewenangannya;
taman b. Rencana
nasional dan pengusahaan
taman wisata pemanfaatan air
alam; atau energi air
2) Kepala yang disahkan
UPTD/SKPD oleh Direktur
yang Jenderal atau
membidangi Gubernur sesuai
kehutanan kewenangannya;
setempat dan
untuk taman c. Membayar Iuran.
hutan raya;
dan
3) Kepala
UPTD/SKPD
yang
- 58 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
membidangi
ketenagalistri
kan, untuk
IUEPA.
42. Izin Izin Memerlukan a. Izin Panas Bumi a. Menyelesaikan Izin Komersial Menteri.
Pemanfaatan Pemanfaatan prasarana untuk atau Salinan Berita Acara atau
Jasa Jasa menjalankan Izin Panas Bumi Hasil Operasional
Lingkungan Lingkungan usaha dan/atau yang sah; Penandaan
Panas Bumi Panas Bumi kegiatan serta b. Kontrak Operasi Batas;
(IPJLPB) Tahap (IPJLPB) Tahap belum Bersama b. Pembayaran
Eksplorasi Eksplorasi memiliki/mengu pengusahaan Iuran; dan
asai prasarana sumber daya c. Penyusunan
panas bumi AMDAL atau
tahap UKL-UPL.
eksplorasi;
c. Izin lingkungan;
d. Pernyataan yang
memuat sahnya
seluruh
dokumen
dengan dibubuhi
materai;
e. Pertimbangan
teknis oleh
kepala UPT; dan
f. Penandaan
batas Areal
Kegiatan Usaha.
- 59 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
43. Izin Lingkungan Izin Lingkungan Tidak Dokumen Penyusunan Izin Usaha Menteri,
memerlukan Penegasan AMDAL atau Gubernur
prasarana untuk Kesesuaian Ruang. UKL-UPL. dan/atau
menjalankan Bupati/
usaha dan atau Walikota
kegiatan
44. Surat Surat Tidak Dokumen Tanpa Komitmen Izin Usaha Gubernur a. SPPL
Pernyataan Pernyataan memerlukan Penegasan dan/atau disusun dan
Kesanggupan Kesanggupan prasarana untuk Kesesuaian Ruang. Bupati/ ditanda-
Pengelolaan dan Pengelolaan dan menjalankan Walikota tangani oleh
Pemantauan Pemantauan Pemrakarsa;
usaha dan atau
Lingkungan Lingkungan b. SPPL
kegiatan.
Hidup (SPPL) Hidup (SPPL) disampaikan
kepada
instansi
lingkungan
hidup sesuai
dengan
kewenangan
nya untuk
dilakukan
verifikasi
- 60 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Usaha Jasa
45. a. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Usaha Menteri
Pengelolaan Limbah Bahan prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin
Limbah B3 Berbahaya dan menjalankan sumber dan Lingkungan,
untuk Beracun usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan (Limbah B3) kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Pengumpulan untuk Usaha telah memiliki/ dikumpulkan; b. bukti
Limbah B3 Jasa b. Dokumen yang kepemilikan
menguasai
menjelaskan atas dana
prasarana.
tentang tempat penanggulanga
penyimpanan n pencemaran
Limbah B3; lingkungan
c. Dokumen yang hidup dan/atau
menjelaskan kerusakan
pengemasan lingkungan
Limbah B3; hidup;
d. Dokumen c. Izin Lokasi; dan
prosedur d. IMB.
pengumpulan
Limbah B3 dan
proses
perpindahan
limbah B3
(penerimaan dan
pengiriman);
- 61 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Dokumen
prosedur
tanggap darurat
limbah B3; dan
f. Dokumen
rancang bangun
pengumpulan
Limbah B3.
b. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. penyusunan Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan,
untuk Pemanfaatan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Pemanfaatan telah memiliki/ dimanfaatkan; b. bukti
Limbah B3 b. Dokumen jenis kepemilikan
menguasai
pemanfaatan atas dana
prasarana.
limbah B3; penanggulanga
c. Dokumen yang n pencemaran
menjelaskan lingkungan
tentang tempat hidup dan/atau
penyimpanan kerusakan
Limbah B3; lingkungan
d. Dokumen yang hidup;
menjelaskan c. Izin Lokasi; dan
pengemasan d. IMB.
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi, proses
- 62 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
dan kapasitas
pemanfaatan
limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemanfaatan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
limbah B3.
c. Izin Izin Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Menteri
Pengelolaan Pengelolaan prasarana untuk mengenai nama, dokumen Izin
B3 untuk B3 untuk menjalankan sumber dan Lingkungan,
Kegiatan Kegiatan usaha dan/atau karakteristik, Amdal atau
Pengolahan Pengolahan kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Limbah B3 Limbah B3 telah memiliki/ diolah; b. bukti
b. Dokumen kepemilikan
menguasai
mengenai jenis atas dana
prasarana.
pengolahan penanggulangan
limbah B3; pencemaran
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup dan/atau
tentang tempat kerusakan
penyimpanan lingkungan
Limbah B3; hidup;
d. Dokumen yang c. Izin Lokasi; dan
menjelaskan d. IMB.
- 63 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pengemasan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi,
proses, tata
letak, DED, dan
kapasitas
pengolahan
limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengolahan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
limbah B3.
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
limbah B3 an pencemaran
dengan fasilitas lingkungan
penimbusan hidup dan/atau
akhir; kerusakan
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup; dan
tentang c. Izin Lokasi; dan
persyaratan d. IMB.
lokasi
penimbusan
akhir Limbah B3
meliputi bebas
banjir,
permeabilitas
tanah, daerah
stabil, diluar
kawasan lindung
dan tidak
merupakan
daerah resapan
air tanah;
d. Dokumen yang
menjelaskan
tentang desain
fasilitas
penimbusan
akhir Limbah
B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
- 65 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
teknologi, proses
dan kapasitas
penimbusan
akhir Limbah
B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
penimbusan
akhir Limbah
B3;
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3;
h. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemantauan
lingkungan; dan
i. Dokumen
mengenai
Prosedur dan
perincian
penutupan
fasilitas
penimbusan
akhir.
- 66 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) untuk Penghasil (Terintegrasi dengan Izin Lingkungan, AMDAL/UKL-UPL)
46. a. Izin Izin Operasional Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Bupati/
Pengelolaan Pengelolaan prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin atau Walikota
Limbah B3 Limbah Bahan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
untuk Berbahaya dan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Beracun kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL.
Penyimpanan (Limbah B3) telah memiliki/ disimpan; b. Izin Lokasi; dan
Limbah B3 untuk Penghasil b. Dokumen yang c. IMB.
menguasai
menjelaskan
prasarana.
tentang tempat
penyimpanan
Limbah B3;
c. Dokumen yang
menjelaskan
pengemasan
Limbah B3;
d. Dokumen
mengenai
Prosedur
penyimpanan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3; dan
f. Dokumen
mengenai
Rancang bangun
- 67 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
fasilitas
penyimpanan
Limbah B3.
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemanfaatan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
c. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan B3 untuk prasarana untuk mengenai Nama, dokumen Izin atau
B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
Kegiatan Pengolahan usaha dan/atau karakteristik, Amdal atau
Pengolahan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Limbah B3 telah memiliki/ diolah; b. Izin Lokasi; dan
b. Dokumen c. IMB.
menguasai
mengenai Jenis
prasarana.
pengolahan
Limbah B3;
c. Dokumen yang
menjelaskan
tentang tempat
penyimpanan
Limbah B3;
d. Dokumen yang
menjelaskan
pengemasan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
- 69 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
metode,
teknologi,
proses, tata
letak, DED dan
kapasitas
pengolahan
Limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengolahan
Limbah B3; dan
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
- 70 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
d. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai nama, dokumen Izin atau
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber dan Lingkungan, Operasional
untuk Penimbunan usaha dan/atau karakteristik Amdal atau
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta Limbah B3 yang UKL-UPL;
Penimbunan telah memiliki/ ditimbun; b. bukti
Limbah B3 b. Dokumen kepemilikan
menguasai
mengenai Jenis atas dana
prasarana.
penimbunan penanggulang-
Limbah B3; an pencemaran
c. Dokumen yang lingkungan
menjelaskan hidup dan/atau
tentang kerusakan
persyaratan lingkungan
lokasi hidup;
penimbunan c. Izin Lokasi; dan
Limbah B3 d. Izin Mendirikan
meliputi bebas Bangunan
banjir, (IMB).
permeabilitas
tanah, daerah
stabil, diluar
kawasan lindung
dan tidak
merupakan
daerah resapan
air tanah;
d. Dokumen yang
menjelaskan
tentang desain
fasilitas
- 71 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
penimbunan
Limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
metode,
teknologi, proses
dan kapasitas
penimbunan
Limbah B3;
f. Dokumen
mengenai
Prosedur
penimbunan
Limbah B3;
g. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3;
h. Dokumen
mengenai
Prosedur
pemantauan
lingkungan; dan
i. Dokumen
mengenai
Prosedur dan
perincian
penutupan
fasilitas
penimbunan.
- 72 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
e. Izin Izin Pengelolaan Memerlukan a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pengelolaan Limbah B3 prasarana untuk mengenai Nama, Dokumen Izin atau
Limbah B3 untuk Kegiatan menjalankan sumber, Lingkungan, Operasional
untuk Dumping usaha dan/atau karakteristik Amdal, atau UKL-
Kegiatan Limbah B3 kegiatan serta limbah yang UPL.
Dumping telah memiliki/ akan di
Limbah B3 dumping;
menguasai
b. Dokumen
prasarana.
mengenai
Keterangan
tentang lokasi
(nama
tempat/letak,
luas, titik
koordinat;
c. Dokumen
Flowsheet
pengelolaan
limbah atau
uraian proses
sistem
pembuangan
limbah;
d. Dokumen
mengenai Rona
awal kualitas air
laut dan
sedimen;
e. Dokumen kajian
modeling serbuk
dan lumpur
- 73 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bor/tailing
(termasuk pola
sebaran material
pada
badan/kolom air
dan dasar;
f. Dokumen kajian
keberadaan
termoklin dan
kedalamnya
yang mewakili
musim barat dan
timur dan
peralihan;
g. Dokumen
mengenai Hasil
uji total
konsentrasi
logam berat;
h. Dokumen
mengenai Hasil
uji LC50-96 jam;
i. Dokumen
mengenai Hasil
uji TPH;
j. Dokumen
komposisi bahan
kimia dalam
lumpur bor;
k. Dokumen
mengenai Pola
- 74 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
sebaran
parameter –
parameter kunci
(parameter kunci
disesuaikan
dengan polutan
yang terkandung
didalam material
tailing /
drillcuting);
l. Peta batimetri;
m. Peta daerah
sensiti;
n. Peta alur
pelayaran;
o. Peta daerah
terlarang
terbatas; dan
p. Dokumentasi
mengenai
perlengkapan
sistem tanggap
darurat
tumpahan
minyak ke laut.
47. Izin Pengelolaan Rekomendasi Tidak a. Dokumen Tanpa Komitmen Izin Komersial Menteri
Limbah B3 Pengelolaan memerlukan mengenai Jenis atau
untuk Limbah B3 prasarana untuk alat angkut yang Operasional
pengangkutan untuk menjalankan digunakan yang
Limbah B3 pengangkutan usaha dan atau dilengkapi
- 75 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
limbah B3 kegiatan dengan GPS;
b. Dokumen
mengenai Jenis,
karakteristik,
sumber, tujuan,
dan jumlah
Limbah B3 yang
diangkut;
c. Dokumentasi
Pengemasan dan
simbol label
Limbah B3;
d. Dokumen
mengenai
Prosedur
pengangkutan
Limbah B3; dan
e. Dokumen
mengenai
Prosedur
tanggap darurat.
48. Persetujuan Persetujuan Tidak a. Dokumen Membangun Izin Komersial Menteri
pelaksanaan pelaksanaan memerlukan mengenai nama, fasilitas dan atau
Uji Coba Uji Coba prasarana untuk sumber, sarana pendukung Operasional
Pemanfaatan Pemanfaatan menjalankan karakteristik, uji coba
Limbah B3 Limbah B3 usaha dan atau komposisi dan pemanfaatan
kegiatan hasil uji coba limbah B3 dalam
Limbah B3 yang kurun waktu
dimanfaatkan; paling lama 1
b. Dokumen tahun.
mengenai Lokasi
- 76 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
uji coba;
c. Dokumen
mengenai
Jadwal
pelaksanaan uji
coba;
d. Dokumen me-
ngenai peralat-
an, metode, tek-
nologi dan/atau
fasilitas peman-
faatan Limbah
B3;
e. Dokumen me-
ngenai pelak-
sanaan uji coba;
dan
f. Dokumen me-
ngenai Prosedur
tanggap darurat
Limbah B3.
49. Persetujuan Persetujuan Tidak a. Dokumen Membangun Izin Komersial Menteri
pelaksanaan Uji pelaksanaan Uji memerlukan mengenai nama, fasilitas dan atau
Coba Coba prasarana untuk sumber, sarana pendukung Operasional
Pengolahan Pengolahan menjalankan karakteristik, uji coba
Limbah B3 Limbah B3 usaha dan atau komposisi dan pengolahan
kegiatan hasil uji coba limbah B3 dalam
limbah B3 yang kurun waktu
diolah; paling lama 1
b. Dokumen tahun.
mengenai Lokasi
- 77 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
uji coba;
c. Dokumen
mengenai jadwal
pelaksanaan uji
coba;
d. Dokumen
mengenai
peralatan,
metode,
teknologi
dan/atau
fasilitas
pengolahan
limbah B3;
e. Dokumen
mengenai
pelaksaan uji
coba; dan
f. Prosedur
penanganan
tanggap darurat
limbah B3.
50. Rekomendasi Rekomendasi Tidak a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
Impor Limbah Impor Limbah memerlukan mengenai jenis Dokumen Izin atau
Non B3 prasarana untuk limbah non B3 Lingkungan, Operasional
Non B3
menjalankan yang diimpor AMDAL atau UKL-
usaha dan atau berupa sisa, UPL.
kegiatan skrap atau reja;
b. Dokumen
mengenai
Diagram alir
- 78 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
proses produksi;
c. Dokumen
mengenai
Postarif/kode HS
limbah non B3
yang diimpor;
d. Dokumen
mengenai Angka
pengenal
importir
produsen (API-P)
atau angka
pengenal
importir terbatas
(API-T);
e. Dokumen
mengenai Nomor
identitas
kepabeanan
(NIK);
f. Dokumen
mengenai
fasilitas
pengelolaan
lingkungan; dan
g. Dokumen
mengenai
fasilitas proses
produk jadi.
Izin Pembuangan Air Limbah (Terintegrasi dengan Izin Lingkungan, Amdal/UKL-UPL)
- 79 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
51. a. Izin Izin Memerlukan a. Kajian a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pembuangan Pembuangan Air prasarana untuk pembuangan air dokumen Izin atau
Air Limbah ke Limbah ke Air menjalankan limbah ke air Lingkungan, Operasional
Air Permukaan Permukaan usaha dan/atau atau sumber air Amdal atau
kegiatan serta oleh pemrakarsa; UKL-UPL.
telah b. Dokumen b. Memiliki
memiliki/mengua mengenai lay out Fasilitas
sai prasarana industri Instalasi
keseluruhan dan Pengolahan Air
tandai unit-unit Limbah (IPAL)
yang berkaitan dari proses
dengan Intake air produksi,
baku, unit kegiatan
proses pendukung, air
pengolahan air larian di area
baku, proses terganggu.
produksi
penghasil air
limbah, kegiatan
pendukung
penghasil air
limbah, unit
pengolahan air
limbah;
c. Neraca air
menggambarkan
keseluruhan
sistem,
pengambilan air
baku (intake),
proses
- 80 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pengolahan air
bersih,
pemanfaatan air
baku untuk
proses industri,
pemanfaatan air
baku untuk
kegiatan-
kegiatan
pendukung yang
menghasilkan air
limbah, sistem
pengolahan air
limbah dan
saluran
pembuangan.
jika neraca air
tidak bisa
ditentukan,
misalnya pada
kegiatan
pertambangan,
maka
gambarkan
secara skematik
sumber air
limbah, sistem
pengumpulan,
unit pengolahan
dan jumlah air
bersih yang
- 81 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
digunakan;
d. Dokumen
mengenai
deskripsi dari
sistem
pengolahan IPAL
meliputi uraian
mengenai
teknologi
pengolahan air
limbah yang
digunakan,
kapasitas
terpasang dan
kapasitas
sebenarnya;
e. Upaya
minimalisasi air
limbah, efisiensi
energi dan
sumberdaya
yang dilakukan
berkaitan
dengan
pengelolaan air
limbah; dan
f. Dokumen uraian
penanganan
kondisi darurat
pencemaran air.
- 82 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
b. Izin Izin Memerlukan a. Kajian a. Penyusunan Izin Komersial Menteri
Pembuangan Pembuangan prasarana untuk pembuangan air dokumen Izin atau
Air Limbah ke Air Limbah ke menjalankan limbah ke air Lingkungan, Operasional
Laut Laut usaha dan/atau atau sumber air Amdal atau
kegiatan serta oleh pemrakarsa; UKL-UPL.
telah b. Dokumen b. Memiliki
memiliki/mengua mengenai layout Fasilitas
sai prasarana industri Instalasi
keseluruhan dan Pengolahan Air
tandai unit-unit Limbah (IPAL)
yang berkaitan dari proses
dengan Intake air produksi,
baku, unit kegiatan
proses pendukung, air
pengolahan air larian di area
baku, proses terganggu.
produksi
penghasil air
limbah, kegiatan
pendukung
penghasil air
limbah, unit
pengolahan air
limbah;
c. Dokumen neraca
air
menggambarkan
keseluruhan
sistem,
pengambilan air
baku (intake),
- 83 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
proses
pengolahan air
bersih,
pemanfaatan air
baku untuk
proses industri,
pemanfaatan air
baku untuk
kegiatan-
kegiatan
pendukung yang
menghasilkan air
limbah, sistem
pengolahan air
limbah dan
saluran
pembuangan.
jika neraca air
tidak bisa
ditentukan,
misalnya pada
kegiatan
pertambangan,
maka
gambarkan
secara skematik
sumber air
limbah, sistem
pengumpulan,
unit pengolahan
dan jumlah air
- 84 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
bersih yang
digunakan;
d. Dokumen
mengenai
deskripsi dari
Sistem
pengolahan IPAL
meliputi uraian
mengenai
teknologi
pengolahan air
limbah yang
digunakan,
kapasitas
terpasang dan
kapasitas
sebenarnya;
e. Dokumen Upaya
minimalisasi air
limbah, efisiensi
energi dan
sumberdaya
yang dilakukan
berkaitan
dengan
pengelolaan air
limbah; dan
f. Dokumen Uraian
penanganan
kondisi darurat
- 85 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
pencemaran air.
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
produksi,
kegiatan
pendukung, air
larian di area
terganggu.
- 87 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
52. Izin Emisi Izin Emisi Tidak a. Dokumen Penyusunan Izin Komersial Menteri
memerlukan mengenai layout dokumen Izin atau
prasarana untuk industri Lingkungan, Operasional
menjalankan keseluruhan dan Amdal atau UKL-
usaha dan atau tandai unit-unit UPL.
kegiatan. yang berkaitan
dengan emisi
udara yang
dihasilkan;
b. Dokumen
mengenai
diagram alir
pengendalian
pencemaran
udara serta
teknologi
pengendali yang
digunakan;
c. Dokumen
mengenai
sumber emisi
(kapasitas, jenis
bahan bakar,
jumlah bahan
bakar, waktu
operasi, dll);
d. Dokumen
mengenai
pengelolaan debu
yang
- 88 -
Perizinan Persyaratan
Perizinan Berusaha yang Komitmen dan Kewenangan
No Kriteria Persyaratan Teknis Jenis Izin Keterangan
Berusaha* dilaksanakan Pemenuhan Pengawasan
melalui OSS** Komitmen
terbentuk; dan
e. Dokumen
mengenai
gambar dan
deskripsi cara
kerja alat
pengendali emisi
(termasuk bahan
kimia atau
katalis yang
digunakan).
ttd
ttd
Surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan pada prinsipnya
bersedia dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan seluruh pemenuhan
komitmen tersebut di atas, dalam jangka waktu yang telah ditentukan, termasuk
apabila di kemudian hari yang belum tercantum dalam surat pernyataan ini. Kami
bersedia bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan yang diakibatkan dari
usaha dan/atau kegiatan, serta bersedia untuk dicabut izin usaha dan izin komersial
atau operasional oleh pejabat berwenang.
Jakarta, ................................
Yang menyatakan,
Materai 6000
Tandatangan
dan cap
........................................
Direktur Utama
ttd ttd
SITI NURBAYA
KRISNA RYA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DAN TATA CARA
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai
-3-
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola Izin Lingkungan sesuai dengan standar
pelayanan publik dan perlindungan lingkungan hidup.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman perubahan Izin Lingkungan bagi:
a. pemegang Izin Lingkungan yang merencanakan
untuk melakukan perubahan Usaha dan/atau
Kegiatannya;
b. instansi lingkungan hidup dalam melakukan
telahaan dan memberikan arahan proses perubahan
Izin Lingkungan kepada pemegang Izin Lingkungan;
c. Komisi Penilai Amdal, tim teknis Komisi Penilai
Amdal dan/atau instansi lingkungan hidup dalam
melakukan penilaian Amdal atau addendum Andal
dan RKL-RPL;
d. instansi lingkungan hidup dalam melakukan
pemeriksaan UKL-UPL; dan
e. Menteri, gubernur, bupati/walikota dalam
melakukan penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dan perubahan Izin
Lingkungan.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. jenis dan kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. proses penapisan perubahan Izin Lingkungan;
-5-
BAB II
JENIS DAN KRITERIA PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
Pasal 4
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilakukan perubahan apabila Usaha dan/atau
Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan
direncanakan untuk dilakukan perubahan.
(3) Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup yang memenuhi kriteria:
1. perubahan dalam penggunaan alat-alat
produksi yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;
3. perubahan spesifikasi teknik yang
mempengaruhi lingkungan;
4. perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan Usaha
dan/atau Kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
7. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan
yang belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;
-6-
BAB III
PROSES PENAPISAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
Pasal 5
(1) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan telah memperoleh
Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
pemegang Izin Lingkungan mengajukan permohonan
arahan perubahan Izin Lingkungan kepada Menteri,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pengajuan permohonan arahan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan penyajian informasi lingkungan.
(3) Format penyajian informasi lingkungan sebagaimana
dimaksud ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
(1) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi terhadap
permohonan arahan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menugaskan:
a. pejabat instansi lingkungan hidup pusat;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
-8-
Pasal 7
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf a dilakukan
melalui:
a. penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal; atau
-9-
Pasal 8
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) huruf a dilakukan melalui penyusunan
dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan termasuk dalam skala besaran jenis
-10-
Pasal 9
(1) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) huruf b dilakukan tanpa melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL
RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. penyampaian dan pemeriksaan perubahan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya; atau
b. penyusunan dan penilaian laporan perubahan
pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup.
BAB IV
JENIS DAN MUATAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
UNTUK PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
Pasal 10
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan melalui perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf a,
-11-
Pasal 11
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan tanpa melalui perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) huruf b
dan Pasal 9, pemegang Izin Lingkungan wajib:
a. menyiapkan dokumen-dokumen dan/atau berkas-
berkas terkait dengan perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan dan/atau perubahan Usaha
dan/atau kegiatan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan-perundang-undangan; atau
b. menyusun laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
(2) Laporan perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b disusun berdasarkan muatan yang tercantum di
dalam pedoman penyusunan laporan pengelolaan dan
-13-
Pasal 12
(1) Perubahan Izin lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dilakukan
melalui:
a. penilaian Amdal Baru; atau
b. penilaian Addendum Andal dan RKL-RPL.
(2) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui pemeriksaan
UKL-UPL Baru.
(3) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui:
a. pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen dan/atau
berkas-berkas yang terkait dengan perubahaan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya; atau
b. penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 13
Penilaian Amdal baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a dilakukan berdasarkan pedoman penilaian
Amdal dan penerbitan Izin Lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata
laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.
Pasal 14
(1) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dilakukan
dengan tahapan:
-14-
Pasal 15
(1) Berdasarkan hasil penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1),
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menerbitkan:
a. perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
dan perubahan Izin Lingkungan, jika perubahan
rencana Usaha dan/atau Kegiatan dinyatakan layak
lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan, jika
perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara
bersamaan dengan penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup.
(3) Jangka waktu penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup dan perubahan Izin
Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian kelayakan
lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 16
Pemeriksaan UKL-UPL baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf c dilakukan berdasarkan pedoman
pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan Izin Lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup serta penerbitan Izin Lingkungan.
Pasal 17
(1) Pemeriksaan dokumen dan/atau berkas terkait dengan
perubahan Izin Lingkungan karena perubahaan
kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan dan perubahan
-16-
Pasal 18
(1) Penilaian laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup dilakukan melalui
tahapan:
-17-
Pasal 19
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 dan Pasal 18
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 20
Pelaksanaan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 baru dapat dilakukan
setelah diterbitkannya perubahan Izin Lingkungan, kecuali
untuk:
a. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang terkait dengan
perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan; dan
b. perubahan Usaha dan/atau Kegiatan lainnya.
BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
PENATALAKSANAAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
Pasal 21
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan pembinaan
penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan hidup
terhadap:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansil ingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
pembinaan penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan
kepada instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Instansi lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan
hidup daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan penatalaksanaan perubahan izin
lingkungan kepada:
a. penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku
pemegang izin lingkungan;
b. lembaga penyedia jasa penyusun Amdal; dan/atau
-19-
Pasal 22
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan evaluasi
kinerja terhadap penatalaksanaan perubahan Izin
Lingkungan hidup yang dilakukan oleh:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
evaluasi kinerja terhadap penatalaksanaan perubahan
Izin Lingkungan yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup daerah kabupaten/kota.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria
terkait dengan penatalaksanaan perubahan Izin
Lingkungan;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal provinsi dan
kabupaten/kota terkait penatalaksanaan perubahan
Izin Lingkungan untuk Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal;
c. kinerja instansi lingkungan hidup daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
perubahan izin lingkungan untuk usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL; dan
d. kinerja penyusun dokumen Amdal, addendum Andal
dan RKL-RPL serta UKL-UPL.
(4) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu.
-20-
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 23
(1) Biaya pelaksanaan penilaian Amdal, addendum Andal
dan RKL-RPL, pemeriksaan UKL-UPL, penerbitan
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup,
perubahan Rekomendasi UKL-UPL, dan perubahaan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
sampai dengan Pasal 17 mengikuti ketentuan pendanaan
penilaian Amdal atau pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(2) Biaya pelaksanaan pembinaan dan evaluasi kinerja
penatalaksanaan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Pada saat Peraturan Menteri ini, mulai berlaku maka:
a. perubahan Izin Lingkungan yang telah diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dinyatakan
tetap berlaku.
-21-
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-22-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018
ttd
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juli 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
ttd
KRISNA RYA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN
NOMOR P.23/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG KRITERIA PERUBAHAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN DAN TATA CARA PERUBAHAN IZIN
LINGKUNGAN
Perubahan usaha
Temuan berupa dan/atau kegiatan,
dampak dan/atau atau
Hasil kajian ARLH dan Perubahan Izin
risiko lingkungan
Audit LH wajib Perubahan Lingkungan
hidup yang wajib
dikelola dan dipantau pengelolaan dan
pemantauan LH
Keterangan:
1) * = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal atau wajib memiliki UKL-UPL;
2) ** = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal;
ttd ttd
ttd ttd
A. Umum
Dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh penanganggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang diperlukan bagi penerbitan perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan Rekomendasi
UKL-UPL dan perubahan Izin Lingkungan terdiri atas:
1. Dokumen Amdal baru;
2. Dokumen adendum Andal dan RKL-RPL; atau
3. Formulir UKL-UPL baru.
ttd ttd
A. UMUM
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan yang tercantum di dalam
lampiran ini mencakup:
1) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe A;
2) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B;
3) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe C;
4) Tata laksana perubahan izin lingkungan karena perubahan kepemilikan
usaha dan/atau kegiatan dan perubahan usaha dan/atau kegiatan
lainnya
5) Tata laksana perubahan izin lingkungan karena perubahan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup
iii. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
iv. Anggota KPA yang berhalangan hadir dalam rapat KPA, wajib
memberikan tanggapan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diajukan untuk dinilai adendum Andal dan RKL-RPL-nya secara
tertulis paling lama 1 (satu) hari kerja sebelum rapat KPA
dilaksanakan.
v. Masukan tertulis, disampaikan di hadapan rapat KPA oleh ketua
KPA.
vi. Dalam hal ketua KPA berhalangan hadir, maka rapat KPA dapat
dipimpin oleh sekretaris KPA.
vii. Rapat KPA diawali dengan penyampaian paparan atas adendum
Andal dan RKL-RPL oleh pemrakarsa.
viii. Rapat KPA dilanjutkan dengan penyampaian hasil penilaian
aspek teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL oleh ketua tim
teknis.
ix. Dalam hal ketua tim teknis berperan sebagai pimpinan rapat
KPA, maka ketua tim teknis menunjuk wakil dari tim teknis
untuk menyampaikan penyampaian dimaksud.
x. Anggota KPA kemudian memberikan penilaian secara lisan dan
tertulis atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dari rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
untuk dilakukan penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL-nya,
sesuai dengan kewenangan, kapasitas, dan keahliannya.
xi. Dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup, anggota KPA wajib mempertimbangkan kriteria kelayakan
lingkungan hidup.
xii. Semua tanggapan dari seluruh anggota KPA wajib dicatat oleh
sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara rapat KPA.
xiii. Berita acara paling sedikit berisi:
1) informasi kronologi pelaksanaan penilaian Amdal;
2) informasi kronologi berisi antara lain:
a) kronologi pelaksanaan rapat tim teknis dan KPA;
b) riwayat persuratan yang mendukung dalam
pengambilan keputusan yaitu persuratan yang dapat
bersifat dukungan maupun keberatan terhadap
rencana kegiatan;
xiv. rumusan saran pendapat tanggapan masyarakat (SPT) atas
pengumuman permohonan perubahan Izin Lingkungan untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk penerbitan perubahan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup dan perubahan Izin
Lingkungan; dan
xv. pertimbangan bahwa hasil studi kajian dampak lingkungan
dapat digunakan sebagai bahan pengambilan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan lingkungan
hidup.
-52-
Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe B pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali
untuk:
1. Penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara teknis dan penilaian
kelayakan dan ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan adendum
Andal dan RKL-RPL, yang dilakukan secara bersamaan oleh Tim Teknis
KPA, tanpa melibatkan Komisi Penilai Amdal;
2. Jangka waktu penyampaian saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat terhadap pengumuman permohonan perubahan Izin
Lingkungan, yang dilakukan paling lama 3 (tiga) hari sejak diumumkan
permohonan perubahan Izin Lingkungan;
Proses penilaian adendum Andal dan RKL-RPL Tipe C pada dasarnya sama
dengan proses penilaian Adendum Andal dan RKL-RPL tipe A, kecuali
untuk:
-54-
ttd ttd
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PENGECUALIAN KEWAJIBAN
MENYUSUN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI
DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMILIKI
RENCANA DETAIL TATA RUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pengecualian adalah proses mengecualikan suatu rencana
Usaha dan/atau Kegiatan dari kewajiban menyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup berdasarkan kriteria
tertentu.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak
penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
4. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah.
5. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
-4-
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk memperkuat
sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pada tahap perencanaan dan pelaksanaan RDTR.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman Pengecualian kewajiban menyusun Amdal untuk
rencana usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di daerah
kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:
a. batasan dan kriteria Pengecualian kewajiban menyusun
Amdal;
b. tata laksana Pengecualian kewajiban menyusun Amdal;
c. pembinaan dan evaluasi kinerja; dan
d. pembiayaan.
BAB II
BATASAN DAN KRITERIA PENGECUALIAN
KEWAJIBAN MENYUSUN AMDAL
Pasal 4
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib menyusun Amdal.
(2) Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal apabila lokasi
rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada daerah
kabupaten/kota yang telah memiliki RDTR.
(3) Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib menyusun UKL-UPL berdasarkan RDTR.
-5-
Pasal 5
(1) Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. RDTR telah dilengkapi dengan KLHS yang dibuat dan
dilaksanakan secara komprehensif dan rinci; dan
b. RDTR telah mengintegrasikan hasil KLHS sebagaimana
dimaksud dalam huruf a.
(2) Kriteria KLHS RDTR yang dibuat dan dilaksanakan secara
komprehensif dan rinci sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi
lingkungan hidup;
b. perumusan alternatif penyempurnaan RDTR; dan
c. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambil
keputusan RDTR yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
(3) Kriteria pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas sub kriteria:
a. proses identifikasi dan deskripsi isu pembangunan
berkelanjutan;
b. proses identifikasi dan deskripsi materi muatan RDTR; dan
c. proses analisis pengaruh muatan RDTR terhadap isu
strategis pembangunan berkelanjutan.
BAB III
TATA LAKSANA PENGECUALIAN KEWAJIBAN
MENYUSUN AMDAL
Pasal 6
(1) Gubernur atau bupati/walikota mengajukan permohonan
secara tertulis Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) kepada
Menteri.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan:
a. dokumen RDTR yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
b. dokumen KLHS RDTR yang telah divalidasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. surat validasi KLHS RDTR yang ditandatangani oleh
Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan
Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal berdasarkan
kriteria KLHS RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(4) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri menugaskan Direktur Jenderal.
(5) Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
membentuk tim evaluasi.
(6) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Menteri menetapkan keputusan menyetujui atau
menolak Pengecualian kewajiban penyusunan Amdal.
(7) Jangka waktu pelaksanaan evaluasi dan penetapan
keputusan menyetujui atau menolak pengecualian
kewajiban penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (5) dilakukan paling lama 20 (dua puluh)
hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap.
-7-
BAB IV
PEMBINAAN DAN EVALUASI
Pasal 7
(1) Menteri melakukan pembinaan pelaksanaan Pengecualian
kewajiban menyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 kepada:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri menugaskan unit kerja Eselon I yang
menangani sistem kajian dampak lingkungan.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk, terdiri atas:
a. bimbingan teknis;
b. penyediaan panduan teknis; dan/atau
c. penyediaan informasi.
Pasal 8
(1) Menteri melakukan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan
Pengecualian kewajiban menyusun Amdal yang dilakukan
oleh gubernur atau bupati/wali kota.
(2) Dalam melakukan evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Menteri menugaskan unit kerja Eselon I yang
menangani sistem kajian dampak lingkungan.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit dilakukan terhadap:
-8-
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 9
(1) Biaya pelaksanaan evaluasi dokumen RDTR dan KLHS
RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
dibebankan kepada pemohon sesuai dengan standar biaya
umum (SBU) yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Biaya pelaksanaan evaluasi dokumen RDTR dan KLHS
RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup
komponen biaya untuk:
a. honorarium evaluator dokumen RDTR dan KLHS RDTR;
b. penggandaan dokumen RDTR dan KLHS RDTR pada
tahap persiapan rapat evaluasi dokumen RDTR dan
KLHS RDTR; dan
-9-
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 10 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018
ttd
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
ttd
KRISNA RYA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.24.MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG PENGECUALIAN KEWAJIBAN MENYUSUN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN UNTUK
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI DI
DAERAH KABUPATEN/KOTA YANG TELAH MEMILIKI
RENCANA DETAIL TATA RUANG
RDTR ini Tim evaluasi menuliskan secara rinci hasil telaahan (review) untuk
setiap kriteria KLHS RDTR di kolom hasil evaluasi KLHR RDTR.
A. KRITERIA PENGKAJIAN PENGARUH RDTR TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
1. SUB KRITERIA IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN ISU-ISU
STRATEGIS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
No Kriteria Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS RDTR Hasil Evaluasi
beserta RDTR-nya yang dapat Digunakan Sebagai KLHS RDTR
Dasar Pengecualian Kewajiban Menyusun Amdal
1. Apakah isu-isu pembangunan berkelanjutan yang
Hasil penilaian /validasi diisi
paling strategis diidentifikasi dan dideskripsikan
berdasarkan kesimpulan hasil
secara rinci berdasarkan: penilaian setiap kriteria rinci
a. status kondisi saat ini, (angka 1.1 – 1.10)
b. trend ke depan;
c. target yang akan dicapai selama masa
implementasi RDTR,
dengan mempertimbangkan paling sedikit 10
(sepuluh) kriteria di bawah ini:
dalam bentuk
i. Perubahan/modifikasi terhadap kawasan
budidaya eksisting (i.e. peremajaan,
perbaikan, pemugaran kawasan budidaya
eksisting);
ii. Pembangunan baru kawasan budidaya.
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
ketentuan dan dipetakan secara spasial sesuai
dengan kaidah kartografi dengan memuat
informasi sebagaimana tercantum di bawah ini?
antara lain:
i. Jenis kawasan budidaya eksisting dan jenis
kawasan budidaya yang akan dikembangkan
di dalam RDTR;
ii. Lokasi/sebaran untuk setiap jenis kawasan
budidaya eksisting dan setiap jenis kawasan
budidayayang akan dikembangkan di dalam
RDTR;
iii. Skala/besaran untuk setiap jenis kawasan
budidayaeksisting dan setiap jenis kawasan
budidaya yang akan dikembangkan dalam
RDTR;
vi. Ketentuan pemanfaatan Ruang dalam zona
budidaya telah dideskripsikan secara rinci
sesuai dengan ketentuan, terkait dengan:
program pemanfaatan ruang prioritas
selama masa implementasi RDTR
lokasi usulan program akan dilaksanakan;
perkiraan jumlah satuan masing-masing
usulan program prioritas pengembangan
wilayah yang akan dilaksanakan;
sumber pendanaan;
instansi pelaksana;
waktu dan tahapan pelaksanaan.
iv. Materi peraturan zonasi dalam zona budidaya
telah dideskripsikan secara rinci sesuai
dengan ketentuan, terkait dengan:
materi wajib
o Ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan;
o Ketentuan intensitas pemanfaatan
ruang;
o Ketentuan tata bangunan;
o Ketentuan prasarana dan sarana
minimal;
o Ketentuan pelaksanaan;
materi pilihan
o Ketentuan tambahan;
o Ketentuan khusus;
o Standar teknis;
o Ketentuan pengaturan zonasi
eksisting);
b. pembangunan baru jaringan prasarana,
telah dideskripsikan secara rinci sesuai ketentuan
dan dipetakan secara spasial sesuai dengan kaidah
kartografi dengan memuat informasi sebagiaman
tercantum di bawah ini? antara lain:
a. jenis jaringan prasarana eksisting dan jenis
jaringan prasarana yang akan dikembangkan di
dalam RDTR;
b. lokasi/jalur setiap jenis jaringan prasarana
eksisting dan setiap jenis jaringan prasarana
yang akan dikembangkan di dalam RDTR;
c. skala/besaran untuk setiap jenis jaringan
prasarana eksisting dan setiap jenis jaringan
prasarana yang akan dikembangkan dalam
RDTR;
d. tahapan pengembangan jaringan prasarana
selama masa berlakunya RDTR.
kaidah ilmiah?
zonasi;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko lingkungan terkait dengan
pengembangan zona lindung dan budidaya
melalui penyempurnaan keteentuan pemanfaatan
ruang dan peraturan zonasi.
Berdasarkan hasil evaluasi KLHS RDTR untuk setiap kriteria seperti tercantum di
dalam table/matrik diatas, maka Tim Evaluasi KLHS RDTR menyimpulkan:
………............................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
ttd ttd
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENETAPAN JENIS
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT
PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP.
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL.
4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
5. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola perizinan berusaha terintegrasi secara
-4-
Pasal 3
(1) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan berdasarkan
dokumen lingkungan hidup, meliputi:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal;
b. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki UKL-UPL; dan
c. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki SPPL.
(2) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
UKL-UPL dan SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mengatur tata cara penetapan rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan
SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3).
Pasal 5
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. proses penapisan jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib UKL-UPL dan SPPL; dan
-5-
BAB II
PROSES PENAPISAN JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
YANG WAJIB UKL-UPL DAN SPPL
Pasal 6
(1) Gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan penapisan jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL
dan SPPL.
(2) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh instansi lingkungan hidup Daerah
provinsi atau instansi lingkungan hidup Daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan.
(3) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk seluruh jenis Usaha dan/atau Kegiatan
dari berbagai sektor.
Pasal 7
(1) Penapisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. memastikan rencana Usaha dan/atau Kegiatan dari
berbagai sektor tidak termasuk dalam jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal;
b. memastikan potensi dampak dari rencana Usaha
dan/atau Kegiatan dari berbagai sektor telah
tersedia teknologi untuk menanggulangi dampak
tersebut; dan
c. memeriksa peraturan yang ditetapkan oleh
kementerian atau lembaga pemerintah non
kementerian tentang jenis Usaha dan/atau Kegiatan
wajib UKL-UPL.
-6-
BAB III
PENETAPAN JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
WAJIB UKL-UPL DAN SPPL
Pasal 8
(1) Berdasarkan penapisan yang telah dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menetapan jenis rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL dan
SPPL.
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui penerbitan keputusan gubernur atau
bupati/wali kota.
-8-
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018
ttd
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
ttd
KRISNA RYA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA PEMERIKSAAN DOKUMEN
LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN
BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN
PENILAIAN SERTA PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN
BERUSAHA TERPADU SECARA ELEKTRONIK.
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Formulir Kerangka Acuan adalah isian ruang lingkup
kajian analisis dampak lingkungan hidup yang
merupakan hasil pelingkupan.
4. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha
dan/atau kegiatan.
5. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RKL adalah upaya penanganan
dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
6. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat RPL adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan.
7. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
-4-
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk mendukung
tata kelola Perizinan Berusaha terintegrasi secara
elektronik sesuai dengan standar pelayanan publik dan
perlindungan lingkungan hidup.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan
pedoman bagi berbagai pihak yang terkait dengan
pelaksanaan Perizinan Berusaha terintegrasi secara
elektronik dalam melakukan pemenuhan komitmen Izin
Lingkungan dan perubahan Izin Lingkungan melalui
proses:
a. pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan
penilaian serta pemeriksaan dokumen lingkungan
hidup;
b. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup serta penetapan keputusan
kelayakan lingkungan hidup dan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL; dan
c. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup terkait dengan perubahan
perubahan Izin Lingkungan.
Sehingga dokumen lingkungan hidup tersebut memiliki
kualitas yang baik dan dapat digunakan sebagai
instrumen perlindungan lingkungan hidup yang efektif
dan efisien dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan
usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini berlaku untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang termasuk di dalam sistem OSS sebagaimana
tercantum di dalam lampiran peraturan perundang-undangan
yang mengatur pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
-6-
Pasal 4
(1) Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
(2) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kewajiban untuk:
a. melengkapi Amdal bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki Amdal;
b. melengkapi UKL-UPL bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL; dan
c. tidak melakukan kegiatan sebelum komitmen untuk
melengkapi Amdal atau UKL-UPL telah dipenuhi.
(3) Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan
berdasarkan komitmen bagi Pelaku Usaha yang telah
memiliki Izin Lingkungan dan berencana untuk
melakukan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan.
(4) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mencakup kewajiban untuk:
a. melengkapi Amdal baru atau Adendum Andal dan
RKL-RPL bagi rencana usaha dan/atau kegiatan
wajib memiliki Amdal;
b. melengkapi Amdal baru bagi bagi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKL-UPLyang
rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kriteria wajib Amdal;
c. melengkapi UKL-UPL baru bagi bagi rencana Usaha
dan/atau Kegiatan wajib memiliki UKL-UPL; dan
d. tidak melakukan kegiatan sebelum komitmen untuk
melengkapi amdal baru, adendum Andal dan RKL-
RPL, dan UKL-UPL baru.
(5) Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(4) memuat pernyataan bahwa:
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak
tumpang tindih dengan lokasi Usaha dan/atau
Kegiatan eksisting yang sudah memiliki Perizinan
Berusaha atau lokasi Usaha dan/atau Kegiatan yang
sedang dalam proses untuk memperoleh perizinan
berusaha; dan
-7-
Pasal 5
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal serta
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup;
b. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL serta penetapan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL;
c. pengisian, verifikasi dan pendaftaran SPPL;
d. penyusunan, penilaian dan pemeriksaan dokumen
lingkungan hidup untuk perubahan keputusan
kelayakan lingkungan hidup, perubahan rekomendasi
UKL-UPL dan perubahan Izin Lingkungan;
e. pembinan dan evaluasi kinerja penatalaksaanan Amdal,
adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL;
f. sistem informasi dokumen lingkungan hidup dan Izin
Lingkungan; dan
g. pendanaan.
-8-
BAB II
PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL SERTA
PENETAPAN KEPUTUSAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
ATAU KETIDAKLAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Pelaku Usaha yang wajib memiliki Amdal wajib
memenuhi komitmen Izin Lingkungan yang telah
diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan melengkapi
dokumen Amdal.
(2) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun:
a. pada tahap perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. dalam satu dokumen Amdal dalam hal kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam satu kesatuan
tapak proyek; dan/atau
c. dalam beberapa dokumen Amdal dalam hal kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam tapak proyek
yang terpisah satu sama lain.
(3) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengintegrasikan meliputi:
a. persyaratan dan kewajiban perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang relevan antara
lain pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun (LB3), pembuangan air limbah ke laut,
pembuangan air limbah ke sumber air dan atau
pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
pengendalian pencemaran udara; dan
b. hasil analisis dampak lalu lintas sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
(4) Untuk dapat melengkapi dokumen Amdal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan tata waktu yang
telah ditentukan, Pelaku Usaha wajib memiliki data dan
-9-
Pasal 7
(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilengkapi melalui tahapan:
a. pelaksanaan pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan serta konsultasi publik;
b. pengisian dan pengajuan Formulir KA;
c. pemeriksaan dan persetujuan Formulir KA;
d. penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL;
dan
e. penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.
(2) Jangka waktu pelaksanaan pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan, konsultasi publik, pengisian Formulir
KA serta pemeriksaan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
(3) Penyusunan Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d harus mulai dilakukan paling lama
-10-
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pengumuman dan Konsultasi Publik
Pasal 8
(1) Pelaksanaan pengumuman rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dan konsultasi publik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Pelaku
Usaha untuk mengikutsertakan masyarakat yang terkena
dampak dalam penyusunan dokumen Amdal.
-11-
Pasal 9
(1) Pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dilakukan
oleh Pelaku Usaha.
(2) Pengumanan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum
pengisian Formulir KA.
(3) Dalam melakukan pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pelaku Usaha wajib menyampaikan informasi secara
benar dan tepat mengenai:
a. nama dan alamat Pelaku Usaha;
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. skala/besaran dari rencana Usaha dan/atau
Kegiatan; dan
d. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
-12-
Pasal 10
(1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dalam
jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan berhak
mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Saran, pendapat, dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis atau melalui Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha
dan Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Dalam menyampaikan saran, pendapat, dan tanggapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), masyarakat wajib
mencantum identitas pribadi yang jelas sesuai dengan
dokumen kependudukan yang dimilikinya.
(4) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. informasi deskritif tentang kondisi lingkungan yang
berada di dalam dan di sekitar lokasi/tapak rencana
Usaha dan/atau Kegiatan;
b. nilai-nilai lokal yang akan terkena dampak Usaha
dan/atau Kegiatan yang akan dilakukan; dan/atau
c. aspirasi masyarakat dan concern terkait dengan
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(5) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
dengan menggunakan bahasa Indonesia dan/atau
bahasa daerah (lokal) yang sesuai dengan lokasi rencana
Usaha dan/atau Kegiatan.
-14-
Pasal 11
(1) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) dilakukan oleh Pelaku Usaha.
(2) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan melibatkan masyarakat terkena
dampak.
(3) Disamping masyarakat terkena dampak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), konsultasi publik dapat pula
melibatkan masyarakat pemerhati lingkungan.
(4) Masyarakat yang dilibatkan dalam konsultasi publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
kelompok masyarakat rentan (vulnerable group),
masyarakat adat (indegenous people), kelompok laki-laki
dan perempuan dengan memperhatikan kesetaran
gender.
Pasal 12
(1) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dapat dilakukan:
a. sebelum Pelaku Usaha mendapatkan Izin
Lingkungan berdasarkan komitmen dari Lembaga
OSS; dan/atau
b. setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Lingkungan
berdasarkan komitmen dari Lembaga OSS.
-15-
Pasal 13
(1) Sebelum pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pelaku Usaha:
a. berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh
masyarakat yang akan dilibatkan dalam proses
konsultasi publik; dan
b. mengundang masyarakat yang akan dilibatkan
dalam konsultasi publik.
(2) Dalam undangan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pelaku Usaha
menyampaikan informasi mengenai:
a. tujuan konsultasi publik;
b. waktu dan tempat pelaksanaan konsultasi publik;
c. bentuk, cara dan metode konsultasi publik yang
akan dilakukan;
d. dimana masyarakat dapat memperoleh informasi
tambahan; dan
e. lingkup saran, pendapat dan tanggapan dari
masyarakat.
(3) Bentuk, cara dan metode konsultasi publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c mencakup:
a. lokakarya;
b. seminar;
c. focus group discussion;
d. temu warga;
e. forum dengar pendapat;
f. dialog interaktif; dan/atau
g. bentuk, cara dan metode lain yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi secara 2 (dua) arah.
-16-
Pasal 14
(1) Dalam pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 11, Pelaku Usaha menyampaikan
informasi minimal mengenai:
a. nama dan alamat Pelaku Usaha;
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. skala/besaran dari rencana Usaha dan/atau
Kegiatan;
d. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan dilengkapi
dengan informasi perihal batas administratif terkecil
dari lokasi tapak proyek dan peta tapak proyek;
e. dampak potensial yang akan timbul dari identifikasi
awal Pelaku Usaha seperti potensi timbulnya limbah
cair, potensi emisi dari cerobong, potensi keresahan
masyarakat, dan lain-lain dan konsep umum
pengendalian dampaknya; dan
f. komponen lingkungan yang akan terkena dampak
dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat
berhak menyampaikan saran, pendapat dan tanggapan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
(3) Pelaku Usaha wajib mendokumentasikan dan mengolah
saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang
disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Saran, pendapat dan tanggapan masyarakat yang telah
diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
digunakan oleh pemrakarsa sebagai masukan dalam
pengisian Formulir KA.
-17-
Pasal 15
(1) Masyarakat terkena dampak memilih dan menetapkan
sendiri wakilnya yang akan duduk sebagai anggota KPA
pada saat pelaksanaan konsultasi publik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Jumlah wakil masyarakat terkena dampak yang dipilih
dan ditetapkan untuk duduk sebagai anggota KPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara
proporsional dan mewakili aspirasi masyarakat yang
diwakilinya dalam persoalan lingkungan hidup;
(3) Hasil penetapan wakil masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk surat
persetujuan/surat kuasa yang ditandatangani oleh
masyarakat yang terkena dampak yang terlibat dalam
pelaksanaan konsultasi publik.
(4) Pelaku Usahamengomunikasikan hasil penetapan wakil
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
sekretariat KPA sesuai dengan kewenangannya;
(5) Wakil masyarakat terkena dampak yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:
a. melakukan komunikasi dan konsultasi rutin dengan
masyarakat terkena dampak yang diwakilinya; dan
b. menyampaikan aspirasi masyarakat terkena dampak
yang diwakilinya dalam rapat KPA.
Bagian Kedua
Pengisian dan Pengajuan Formulir KA
Pasal 16
(1) Pengisian Formulir KA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. pengisian formulir pelingkupan; dan
b. pengisian formulir metode studi Amdal.
-18-
Pasal 17
Pelaku Usaha mengajukan Formulir KA yang sudah diisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 kepada:
a. KPA Pusat melalui sekretariat KPA Pusat untuk rencana
Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal yang
menjadi kewenangan Menteri;
b. KPA Provinsi melalui sekretariat KPA provinsi untuk
rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal
yang menjadi kewenangan gubernur; atau
c. KPA Kabupaten/Kota melalui sekretariat KPA
kabupaten/kota untuk rencana Usaha dan/atau
Kegiatan wajib memiliki Amdal yang menjadi kewenangan
bupati/wali kota;
Pasal 18
Jangka waktu pelaksanaan pengumuman, konsultasi publik
dan pengisian Formulir KA yang dilakukan oleh Pelaku Usaha
serta pengajuan pemeriksaan Formulir KA kepada instansi
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 17
dilakukan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan
komitmen.
-19-
Bagian Ketiga
Pemeriksaan dan Persetujuan Formulir KA
Pasal 19
(1) KPA Pusat, KPA Provinsi atau KPA Kabupaten/Kota
sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 menugaskan tim teknis untuk melakukan
pemeriksaan Formulir KA.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan tim teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyatakanFormulir KA dapat
disepakati, ketua tim teknis memberikan persetujuan
Formulir KA.
(3) Pemberian persetujuan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk berita
acara kesepakatan Formulir KA.
(4) Berita acara kesepakatan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a. kesepakatan pelingkupan;
b. kesepakatan metode studi Amdal; dan
c. kesepakatan komitmen waktu penyelesaian studi
dan penyusunan Andal dan RKL-RPL.
(5) Jangka waktu pemeriksaan dan pemberian persetujuan
Formulir KA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak Formulir KA yang diajukan Pelaku Usaha
diterima oleh sekretariat KPA.
(6) Tata laksana pemeriksaan Formulir KA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (5) secara lebih
rinci tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri in.
Bagian Keempat
Penyusunan Andal dan RKL-RPL
Pasal 20
(1) Pelaku Usaha menyusun Andal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d berdasarkan Formulir KA
-20-
Pasal 21
(1) Pelaku Usaha menyusun RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d berdasarkan
Formulir KA yang telah disepakati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dan Andal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20.
(2) Penyusunan RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara menyusun:
a. pendahuluan;
b. rencana pengelolaan lingkungan hidup;
c. rencana pemantauan lingkungan hidup;
-21-
Pasal 22
Andal dan RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 21 diajukan kepada:
a. Menteri melalui KPA Pusat, untuk kerangka acuan yang
dinilai oleh KPA Pusat;
b. gubernur melalui KPA provinsi, untuk kerangka acuan
yang dinilai oleh KPA provinsi; atau
c. bupati/wali kota melalui KPA kabupaten/kota, untuk
kerangka acuan yang dinilai oleh KPA kabupaten/kota.
Bagian Kelima
Penilaian Andal dan RKL-RPL serta Penetapan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup Atau Ketidaklayakan
Lingkungan Hidup
Pasal 23
(1) Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang diajukan oleh
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
KPA Pusat, KPA provinsi atau KPA kabupaten/kota
-22-
Pasal 24
(1) Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, KPA
menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan
RKL-RPL kepada Menteri, gubernur atau bupati/wali
kota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
(3) Dalam hal rapat KPA menyatakan bahwa Andal dan RKL-
RPL perlu diperbaiki, KPA mengembalikan Andal dan
RKL-RPL kepada Pelaku Usaha untuk diperbaiki.
Pasal 25
(1) Pelaku Usaha melakukan perbaikan Andal dan RKL-RPL
berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3).
(2) Pelaku Usaha menyampaikan kembali perbaikan Andal
dan RKL-RPL sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22.
(3) Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang telah diperbaiki
dan disampaikan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), KPA melakukan penilaian akhir
terhadap Andal dan RKL-RPL.
(4) KPA menyampaikan hasil penilaian akhir berupa
rekomendasi hasil penilaian akhir kepada Menteri,
gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya.
-24-
Pasal 26
(1) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 25 ayat
(3) dilakukan paling lama 50 (lima puluh) hari kerja sejak
dokumen Andal dinyatakan lengkap secara administrasi.
(2) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk jangka
waktu perbaikan Andal dan RKL-RPL oleh Pelaku Usaha
dan penilaian akhir Andal dan RKL-RPL oleh KPA.
(3) Jangka waktu waktu penyampaikan rekomendasi hasil
penilai atau hasil penilaian akhir Andal dan RKL-RPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) dan
Pasal 25 ayat (4) dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja
setelah setelah dilakukannya penilaian Andal dan RKL-
RPL.
Pasal 27
(1) Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau rekomendasi hasil
penilaian akhir dari KPA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 ayat (4), Menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota menetapkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup, jika
rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak
lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, jika
jika rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan
tidak layak lingkungan hidup.
(2) Keputusan kelayakan lingkungan hidup yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan:
a. pemenuhan komitmen Izin Lingkungan;
b. bagian yang tidak terpisahkan dari Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS; dan
-25-
Pasal 28
Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dilakukan paling lama 5
(lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi
hasil penilaian atau penilaian akhir dari KPA melalui ketua
KPA.
Pasal 29
Tata laksana penilaian Andal dan RKL-RPL, penyampaian
rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dan
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 28 secara lebih rinci
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-30-
Bagian Keenam
Kelembagaan dan Kewenangan KPA
Pasal 30
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 22
dibentuk oleh Menteri, gubernur atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Kelembagaan dan kewenangan KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur lisensi KPA dan
pembentukan susunan keanggotaan dan tugas KPA
beserta sekretariat dan tim teknis serta kewenangan
penilaian Amdal.
BAB III
PENYUSUNAN DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL SERTA
PENETAPAN PERSETUJUAN REKOMENDASI UKL-UPL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
(1) Pelaku Usaha yang wajib memiliki UKL-UPL wajib
memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah
diterbitkan oleh Lembaga OSS dengan melengkapi UKL-
UPL.
(2) UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun:
a. pada tahap perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. dalam satu UKL-UPL, dalam hal kegiatan-kegiatan
yang direncanakan berlokasi di dalam satu kesatuan
tapak proyek; dan/atau
c. dalam beberapa UKL-UPL, dalam hal kegiatan-
kegiatan yang direncanakan berlokasi di dalam
tapak proyek yang terpisah-pisah satu sama lain.
-31-
Pasal 32
(1) UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1)
dilengkapi melalui tahapan:
a. pengisian dan pengajuan formulir UKL-UPL; dan
b. pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL.
-32-
Bagian Kedua
Pengisian dan Pengajuan Formulir UKL-UPL
Pasal 33
(1) Pengisian formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara
mengisi:
-33-
Pasal 34
Pelaku Usaha mengajukan formulir UKL-UPL yang telah diisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 kepada:
a. Menteri, untuk usaha dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah daerah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang sedang
dalam sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan negara lain;
-34-
Bagian Ketiga
Pemeriksaan UKL-UPL dan Penetapan Persetujuan
Rekomendasi UKL-UPL
Pasal 35
(1) Formulir UKL-UPL yang telah diajukan oleh Pelaku
Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diperiksa
oleh Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Pelaksanaan kewenangan pemeriksaan UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. pejabat yang ditujuk oleh Menteri, untuk Usaha
dan/atau Kegiatan wajib UKL-UPL yang merupakan
kewenangan Menteri;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
untuk Usaha dan/atau Kegiatan wajib UKL-UPL
yang merupakan kewenangan gubernur; atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota, untuk Usaha dan/atau Kegiatan
wajib UKL-UPL yang merupakan kewenangan
bupati/wali kota.
(3) Pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan tahapan:
a. pemeriksaan secara administratif; dan
b. pemeriksaan subtansi teknis UKL-UPL.
-35-
Pasal 36
(1) Dalam hal hasil pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 tidak terdapat perbaikan UKL-
UPL, Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menetapkan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL.
(2) Dalam hal hasil pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 terdapat perbaikan UKL-UPL,
Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
-36-
Pasal 37
Persetujuan rekomendasi UKL-UPL yang ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 merupakan:
a. pemenuhan komitmen Izin Lingkungan;
b. bagian yang tidak terpisahkan dari Izin Lingkungan yang
telah diterbitkan oleh Lembaga OSS; dan
c. persyaratan dan kewajiban rinci terkait dengan aspek
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dari Izin
Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS.
-37-
Pasal 38
(1) Pemeriksaan UKL-UPL dan penetapan persetujuan
rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dan Pasal 36 paling sedikit wajib
mempertimbangkan kriteria:
a. kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait dengan
pemanfaatan ruang;
b. kesesuaian rencana usaha dan/atau kegiatan
dengan kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
c. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu
kepentingan kepentingan pertahanan keamanan;
d. kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait
yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan;
e. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu
nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic
view);
f. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological
importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific
importance).
-38-
BAB IV
PENGISIAN DAN VERIFIKASI SERTA PENDAFTARAN SPPL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 39
(1) Terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang merupakan
usaha mikro dan kecil dan Usaha dan/atau Kegiatan
yang tidak wajib memiliki Amdal dan UKL-UPL, Pelaku
Usaha wajib memiliki SPPL.
(2) SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki
melalui tahapan sebagai berikut:
a. pengisian dan pengajuan SPPL; dan
b. verifikasi dan pendaftaran SPPL.
-41-
Bagian Kedua
Pengisian dan pengajuan SPPL
Pasal 40
(1) Pengisian SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
huruf a dilakukan dengan cara mengisi:
a. identitas Pelaku Usaha;
b. informasi singkat terkait dengan Usaha dan/atau
Kegiatan;
c. keterangan singkat mengenai dampak lingkungan
yang akan terjadi dan pengelolaan serta pemantauan
lingkungan hidup yang akan dilakukan;
d. pernyataan kesanggupan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; dan
e. tanda tangan Pelaku Usaha di atas kertas
bermaterai cukup.
(2) Pengisian SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan format SPPL tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 41
(1) Pelaku Usaha menyampaikan SPPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 kepada:
a. Instansi lingkungan hidup pusat, untuk usaha
dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang
sedang dalam sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan negara lain;
-42-
Bagian Ketiga
Verifikasi dan Pendaftaran SPPL
Pasal 42
(1) Berdasarkan SPPL yang dinyatakan lengkap dan benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a,
instansi lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya
melakukan verifikasi SPPL.
(2) Berdasarkan hasil verifikasi SPPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), instansi lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya memberikan tanda bukti pendaftaran
SPPL.
-43-
BAB V
PENYUSUNAN, PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN
LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERUBAHAN KEPUTUSAN
KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PERUBAHAN
REKOMENDASI UKL-UPL UNTUK
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Jenis dan Kriteria Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Pasal 43
(1) Pelaku Usaha wajib mengajukan permohonan perubahan
Izin Lingkungan, apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang
telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan.
(2) Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;
b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup yang memenuhi kriteria:
-44-
Bagian Kedua
Proses Penapisan Perubahan Izin Lingkungan
Pasal 44
(1) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan telah memperoleh
Izin Lingkungan direncanakan untuk dilakukan
perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43,
Pelaku Usaha mengajukan permohonan arahan
perubahan Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur
atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya
sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin
Lingkungan kepada lembaga OSS.
(2) Pengajuan permohonan arahan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilengkapi dengan penyajian informasi lingkungan.
(3) Format penyajian informasi lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
-46-
Pasal 45
(1) Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi terhadap
permohonan arahan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Menteri, gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya menugaskan:
a. pejabat instansi lingkungan hidup pusat;
b. kepala instansi lingkungan hidup daerah provinsi,
atau
c. kepala instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Pelaksanaan evaluasi oleh pejabat lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf c dapat dilakukan dengan melibatkan:
a. tim teknis; dan/atau
b. tenaga ahli/pakar.
(4) Pejabat lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sesuai dengan kewenangannya memberikan
arahan tindak lanjut perubahan Izin Lingkungan kepada
pemegang Izin Lingkungan.
(5) Arahan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) huruf b yang berpengaruh terhadap
lingkungan, huruf c sampai dengan huruf e,
perubahan Izin Lingkungan dilakukan melalui
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL; atau
b. dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
termasuk dalam kategori perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3) huruf a dan huruf b yang tidak
berpengaruh terhadap lingkungan dan huruf f,
-47-
Pasal 46
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf a dilakukan
melalui:
a. penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal; atau
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan
RKL-RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal.
(2) Penyusunan dan penilaian Amdal baru bagi rencana
perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik (DPH) baru yang belum dilingkup dalam
dokumen Amdal sebelumnya; dan/atau
b. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan akan
berpotensi mengubah batas wilayah studi.
(3) Penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL bagi rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan apabila perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan memenuhi kriteria:
a. rencana perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak
berpotensi menimbulkan jenis dampak penting
hipotetik (DPH) baru atau jenis dampak penting
hipotetik yang timbul akibat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan sudah dilingkup dalam dokumen
Amdal sebelumnya; dan/atau
-48-
Pasal 47
(1) Perubahan Izin Lingkungan melalui perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (5) huruf a dilakukan melalui penyusunan
dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan
apabila perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan termasuk dalam skala besaran jenis
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
UKL-UPL.
(3) Dalam hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib memiliki UKL-UPL menyebabkan skala/besaran
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut termasuk dalam
kriteria wajib memiliki Amdal sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal,
perubahan Izin Lingkungan dilakukan melalui
penyusunan dan penilaian Amdal baru.
Pasal 48
(1) Perubahan Izin Lingkungan tanpa melalui perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan
Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (5) huruf b dilakukan tanpa melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian addendum Andal dan RKL
RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(2) Perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
-49-
Bagian Ketiga
Perubahan Izin Lingkungan Melalui Perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Perubahan Persetujuan
Rekomendasi UKL-UPL
Pasal 49
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan melalui perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf a,
Pasal 46 dan Pasal 47, Pelaku Usaha mengajukan
permohonan perubahan Izin Lingkungan kepada
Lembaga OSS.
(2) Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan
kepada Pelaku Usaha berdasarkan komitmen.
(3) Pelaku Usaha wajib memenuhi komitmen perubahan Izin
Lingkungan yang telah diterbitkan oleh lembaga OSS
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
b. penyusunan dan penilaian dokumen addendum
Andal dan RKL-RPL; atau
c. penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(4) Pelaksanaan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan baru
dapat dilakukan, setelah pelaku Usaha telah melakukan
pemenuhan komitmen perubahan Izin Lingkungan.
Pasal 50
Penyusunan dan penilaian Amdal baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf a dilakukan
berdasarkan ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 30.
-50-
Pasal 51
(1) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. addendum Andal dan RKL-RPL tipe A;
b. addendum Andal dan RKL-RPL tipe B; dan
c. addendum Andal dan RKL-RPL tipe C.
(2) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan pemilihan DPH yang
sesuai dengan perubahan Usaha dan/atau Kegiatan;
e. prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan;
f. RKL-RPL;
g. daftar pustaka; dan
h. lampiran.
(3) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe B
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. deskripsi rona lingkungan hidup;
d. evaluasi kegiatan eksisting dan identifikasi
komponen lingkungan yang terkena dampak;
e. RKL-RPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
(4) Dokumen addendum Andal dan RKL-RPL tipe C
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun
dengan muatan:
a. pendahuluan;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. RKL-RPL;
d. daftar pustaka; dan
e. lampiran
-51-
Pasal 52
(1) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 dilakukan dengan tahapan:
a. penerimaan dan penilaian permohonan addendum
Andal dan RKL-RPL secara administratif;
b. penilaian addendum Andal dan RKL-RPL secara
teknis;
c. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup berdasarkan addendum Andal dan RKL-RPL;
dan
d. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
(2) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kewenangan penilaian Amdal sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan mengenai tata laksana
penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup
serta penerbitan Izin Lingkungan.
(3) Penilaian addendum Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. tim teknis dan KPA untuk addendum Andal dan
RKL-RPL tipe A;
b. tim teknis untuk addendum Andal dan RKL-RPL tipe
B; atau
c. instansi lingkungan hidup untuk addendum Andal
dan RKL-RPL tipe C.
(4) Jangka waktu penilaian addendum Andal dan RKL-RPL
sampai dengan disampaikannya hasil rekomendasi
penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling lama:
a. 55 (lima puluh lima) hari kerja terhitung sejak
addendum Andal dan RKL-RPL tipe A diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi;
b. 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B diterima dan dinyatakan
lengkap secara administrasi; dan
-52-
Pasal 53
(1) Berdasarkan hasil penilaian addendum Andal dan RKL-
RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1),
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya menerbitkan:
a. perubahan keputusan kelayakan lingkungan hidup,
jika perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan layak lingkungan hidup; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan, jika
perubahan rencana Usaha dan/atau Kegiatan
dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Jangka waktu penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian kelayakan
lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 54
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penyusunan
dan penilaian adendum Andal dan RKL-RPL secara lebih rinci
tercantum di dalam Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 55
Penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf c dilakukan
berdasarkan ketentuan Pasal 31 sampai dengan Pasal 39.
-53-
Bagian Keempat
Perubahan Izin Lingkungan Tanpa Melalui Perubahan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup dan Perubahan
Rekomendasi UKL-UPL
Pasal 56
(1) Berdasarkan arahan perubahan Izin Lingkungan yang
dilakukan tanpa melalui perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan atau Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (5) huruf b
dan Pasal 49, Pelaku Usaha wajib:
a. menyiapkan dokumen dan/atau berkas-berkas
terkait dengan perubahan kepemilikan Usaha
dan/atau Kegiatan;
b. memiliki dokumen dan/atau berkas-berkas terkait
dengan perubahan Usaha dan/atau kegiatan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-
undangan; dan/atau
c. memiliki laporan perubahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang telah disetujui
oleh instansi lingkungan hidup.
(2) Dokumen-dokumen dan/atau berkas-berkas yang terkait
dengan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan ke Lembaga OSS
bersamaan dengan pengajuan permohonan perubahan
Izin Lingkungan.
(3) Berdasarkan pengajuan permohonan perubahan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Lembaga OSS menerbitkan perubahan Izin Lingkungan.
-54-
BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
PENATALAKSANAAN AMDAL, ADENDUM ANDAL
DAN RKL-RPL, UKL-UPL DAN SPPL
Pasal 57
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan pembinaan
penatalaksanaan Amdal, Adendum Andal dan RKL-RPL,
UKL-UPL dan SPPL terhadap:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
pembinaan penatalaksanaan Amdal, Adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL kepada instansi lingkungan
hidup daerah kabupaten/kota.
(3) Instansi lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan
hidup daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pembinaan penatalaksanaan Amdal,
Adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL
kepada:
a. pelaku usaha;
b. lembaga penyedia jasa penyusun Amdal; dan/atau
c. penyusun dokumen Amdal, Adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) dilakukan dalam bentuk:
a. bimbingan teknis;
b. penyedian informasi yang relevan dan mutakhir
terkait Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-
UPL dan SPPL; dan/atau
c. penyedian panduan teknis yang memuat tatacara
dan penjelasan teknis Amdal, adendum Andal dan
RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL.
-55-
Pasal 58
(1) Instansi lingkungan hidup pusat melakukan evaluasi
kinerja terhadap penatalaksanaan Amdal, Adendum
Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL yang dilakukan
oleh:
a. instansi lingkungan hidup daerah provinsi; dan
b. instansi lingkungan hidup daerah kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup daerah provinsi melakukan
evaluasi kinerja terhadap penatalaksanaan Amdal,
Adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL yang
dilakukan oleh instansi lingkungan hidup daerah
kabupaten/kota.
(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria
terkait dengan penatalaksanaan Amdal, Adendum
Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan SPPL;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal daerah provinsi dan
daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
Amdal dan Adendum Andal dan RKL-RPL untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal;
c. kinerja instansi lingkungan hidup daerah provinsi
dan daerah kabupaten/kota terkait penatalaksanaan
UKL-UPL dan SPPL untuk usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki UKL-UPL dan SPPL; dan
d. kinerja penyusun dokumen Amdal, UKL-UPL dan
SPPL.
(4) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu.
(5) Mekanisme dan tindak lanjut evaluasi kinerja dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri mengenai pembinaan dan evaluasi kinerja Komisi
Penilai Amdal dan pemeriksa UKL-UPL daerah.
-56-
BAB VII
SISTEM INFORMASI DOKUMEN LINGKUNGAN DAN
IZIN LINGKUNGAN
Pasal 59
(1) Proses permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan,
penyusunan dokumen Amdal, adendum Andal dan RKL-
RPL serta UKL-UPL dilakukan melalui sistem OSS.
(2) Menteri membangun dan mengembangkan sistem
informasi dokumen lingkungan dan Izin Lingkungan
untuk mendukung pelaksanaan sistem OSS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Menteri, gubernur atau bupati/wali kota mengoperasikan
dan memelihara sistem informasi dokumen lingkungan
dan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
(4) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) terintegrasi dengan:
a. sistem informasi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan;
b. sistem OSS; dan
c. sistem pelayanan terpadu di pusat dan daerah.
(5) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan dalam pelaksanaan proses penyusunan dan
penilaian dokumen Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL
serta pemeriksaan UKL-UPL di Pusat dan daerah.
(6) Sistem informasi dokumen lingkungan dan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup:
a. sistem pelayanan publik sekretariat KPA dan
dokumen lingkungan hidup;
b. sistem penilaian dokumen lingkungan hidup; dan
c. sistem pelaporan Izin Lingkungan.
-57-
Pasal 60
Sistem pelayanan publik sekretariat KPA dan dokumen
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat
(6) huruf a berisi data dan informasi terkait dengan:
a. administrasi proses penilaian Amdal, adendum Andal dan
RKL-RPL dan pemeriksaan UKL UPL;
b. metodologi dan pedoman teknis dokumen lingkungan;
c. para pihak yang terkait dengan proses Amdal, adendum
Andal dan RKL-RPL dan pemeriksaan UKL UPL, antara
lain KPA, lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen
Amdal (LPJP), penyusun Amdal perorangan dan lembaga
sertifikasi profesi (LSP) penyusunan Amdal; dan
d. peta interaktif sistem informasi dokumen lingkungan.
Pasal 61
(1) Sistem penilaian dokumen lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (6) huruf b
berisi:
a. data dan informasi non spasial; dan
b. data dan informasi spasial
yang digunakan dalam proses penilaian AMDAL,
adendum Andal dan RKL-RPL serta pemeriksaan UKL
UPL.
(2) Data dan informasi non spasial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. identitas pelaku usaha;
b. deskripsi rencana kegiatan beserta tahapan
kegiatannya yang meliputi tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi dan pasca operasi;
c. data komponen lingkungan rona awal;
d. data peran serta masyarakat;
e. metode studi Amdal;
f. proses pelingkupan;
g. proses dan hasil perhitungan besaran prakiraan
dampak dan sifat penting dampak;
h. proses dan hasil evaluasi dampak secara holistik;
-58-
Pasal 62
(1) Sistem pelaporan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (6) huruf c mencakup:
a. pelaporan pelaksanaan izin lingkungan;
b. pelaporan pelaksanaan penilaian Amdal;
c. pelaporan pelaksanaan pemeriksaan UKL UPL; dan
d. pelaporan pelaksanaan penyusunan Amdal.
(2) Sistem pelaporan pelaksanaan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berisi data
dan informasi laporan pelaksanaan komitmen RKL RPL
dan UKL-UPL, yang sekurang-kurangnya mencakup
pelaksanaan:
a. pengelolaan dan pemantauan kualitas air;
b. pengelolaan dan pemantauan kualitas udara;
c. Pengelolaan limbah B3;
d. pengelolaan dan pemantauankerusakan lingkungan;
dan
e. komitmen lain yang tercantum dalam RKL RPL dan
UKL-UPL.
-59-
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 63
(1) Dana kegiatan:
a. penilaian Amdal, Adendum Andal dan RKL-RP yang
dilakukan oleh KPA, tim teknis dan sekretariat KPA;
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi
lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan hidup
daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota;
c. pembinaan dan evaluasi kinerja penatalaksanaan
Amdal, adendum Andal dan RKL-RPL, UKL-UPL dan
SPPL yang dilakukan oleh Instansi Lingkungan
Hidup Pusat, Instansi Lingkungan Hidup daerah
Provinsi, atau Instansi Lingkungan Hidup daerah
Kabupaten/Kota;
d. pembangunan, pengembangan, pengoperasian dan
pemeliharaan sistem informasi dokumen lingkungan
dan izin lingkungan yang dilakukan oleh instansi
lingkungan hidup pusat, instansi lingkungan hidup
daerah provinsi, atau instansi lingkungan hidup
daerah kabupaten/kota;
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dana kegiatan untuk penilaian Amdal, Adendum Andal
dan RKL-RPL dan UKL-UPL yang dialokasikan dari APBN
atau APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mencakup:
-61-
Pasal 64
(1) Jasa penilaian untuk dokumen Amdal dan Adendum
Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (4), mencakup komponen biaya untuk penilaian
Amdal, Adendum Andal dan RKL-RPL dan penetapan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
ketidaklayakan lingkungan hidup yang meliputi:
a. honorarium:
1. KPA, yang meliputi ketua, sekretaris, dan
anggota;
2. tim teknis; dan
3. anggota sekretariat;
-62-
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
(1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini maka:
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup;
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan dan Izin Lingkungan;
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk ke dalam sistem OSS dan tidak tercantum di
dalam lampiran peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-64-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2018
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
ttd
KRISNA RYA
- 65 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
B. Pelingkupan
Pengelolaan
Lingkungan Wilayah
Rencana Pelingkupan
yang Sudah Studi Batas Waktu
Kegiatan yang Komponen
Direncanakan Kajian
Berpotensi Lingkungan
No Sejak Awal (sampaikan pula
Menimbulkan Terkena Dampak
Sebagai Evaluasi justifikasi
Dampak Dampak Dampak Penting
Bagian dari dampak penentuannya)
Lingkungan Potensial Hipotetik
Rencana potensial
(DPH))
Kegiatan
Tahap prakonstruksi
Tahap konstruksi
Tahap Operasi
C. Metode Studi
No DPH Metode Data dan Metode Metode Analisis Metode Evaluasi
Perkiraan Informasi Pengumpulan Data Untuk
Dampak yang Data Untuk Prakiraan
Relevan Prakiraan Metode Evaluasi
dan
Dibutuhkan
- 71 -
ttd ttd
KRISNA RYA SITI NURBAYA
- 73 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
A. PENJELASAN UMUM
1. Pengertian
Yang dimaksud Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Yang dimaksud dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya disebut Andal, adalah
telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
2. Fungsi pedoman penyusunan dokumen Andal
Pedoman penyusunan Andal digunakan sebagai dasar penyusunan
Andal.
3. Tujuan dan fungsi Andal
Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Hasil kajian dalam Andal berfungsi untuk
memberikan pertimbangan guna pengambilan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
B. MUATAN DOKUMEN ANDAL
1. Pendahuluan
Pendahuluan di dalam Andal memuat:
a. deskripsi singkat rencana usaha dan/atau kegiatan,
b. ringkasan dampak penting hipotetik,
c. batas wilayah studi dan batas waktu kajian berdasarkan hasil
pelingkupan dalam Kerangka Acuan (termasuk bila ada alternatif-
alternatif),
Masing-masing butir yang diuraikan disusun mengacu hasil pelingkupan
dalam Formulir Kerangka Acuan
- 74 -
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan yang mencakup:
1) Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan
yang ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat:
a) komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi, tanah, air
permukaan, air bawah tanah, udara, kebisingan, dan lain sebagainya;
b) komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe ekosistem,
keberadaan spesies langka dan/atau endemic serta habitatnya, dan
lain sebagainya;
c) komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat pendapatan,
demografi, mata pencaharian, budaya setempat, situs arkeologi, situs
budaya dan lain sebagainya;
d) komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat kesehatan
masyarakat.
2) Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya
terhadap lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini adalah memberikan
gambaran utuh tentang kegiatankegiatan lain (yang sudah ada di sekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) yang memanfaatan sumberdaya
alam dan mempengaruhi lingkungan setempat.
Deskripsi rona lingkungan hidup harus menguraikan data dan informasi yang
terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin terjadi.Deskripsi ini
didasarkan data dan informasi primer dan/atau sekunder yang bersifat
aktual dan mengunakan sumber data-informasi yang valid untuk data
sekunder yang resmi dan/atau kredibel untuk menjamin validitas data-
- 75 -
Dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan
hidup harus dilakukan untuk masing-masing alternative lokasi.Deskrisi rona
lingkungan hidup awal dapat disajikan dalam bentuk data dan informasi
spasial.
Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal fokus berisi uraian mengenai
rona lingkungan hidup (environmental setting) secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang relevan dengan dasar alasan
penetapan DPH (yang telah ditetapkan). Deskripsi dimaksud fokus hingga
tingkat parameter lingkungan yang memiliki nilai penting ekologis dan
ekonomis dan perlu mendapat perhatian serta mepunyai nilai penting dalam
proses pengambilan keputusan atas rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rona rinci lingkungan hidup awal rinci dan mendalam pada dasarnya
menguraikan:
kondisi kuantitatif dan kualitatif berbagai kondisi lingkungan yang ada di
dalam batas wilayah studi analisis mengenai dampak lingkungan hidup
(amdal) yang relevan dengan alasan mendasar penetapan DPH dengan
fokus hingga tingkat parameter lingkungan (perlu mendapat perhatian
serta penting sebagai dasar pengambilan keputusan kelayakan
lingkungan) yang telah disetujui dan temuan lapangan ketika observasi.
uraian rona rinci lingkungan hidup awal menggunakan data runtun waktu
(time series) berupa data sekunder dan/atau primer sesuai dengan
- 76 -
Secara rinci, informasi yang harus dijelaskan antara lain hal kunci (keypoints)
yang harus jadi perhatian bagi pengambil keputusan, yaitu informasi apa
- 77 -
5. hasil penentuaan dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji, batas wilayah
studi dan batas waktu kajian;
Pada bagian ini diuraikan dampak penting hipotetik terkait dengan rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, dan beberapa hal yang wajib
diperhatikan adalah:
1) Evaluasi dampak potensial pada dasarnya adalah memisahkan dampak-
dampak yang perlu dikaji secara mendalam dalam dokumen Andal,
berdasarkan kriteria antara lain:
beban terhadap komponen lingkungan;
komponen yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar dan terhadap komponen lingkungan lainnya;
kekhawatiran masyarakat yang tinggi;
aturan/kebijakan yang akan dilanggar/dilampaui.
Kesimpulan ‘dampak penting hipotetik (DPH)’, dalam bagian ini berupa uraian
proses evaluasi dampak potensial menjadi DPH beserta dasar alasan
penetapan DPH. Dasar alasan penetapan DPH juga harus dapat menunjukan
spesifik kegiatan dan spesifik lokasi.
e. Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada pada tahap
pemilihan alternatif komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
(misalnya: alternatif lokasi, penggunaan alat-alat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik, sarana usaha dan/atau kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan durasi operasi, dan/atau bentuk alternatif
lainnya), maka telaahan sebagaimana tersebut dilakukan untuk masing-
masing alternatif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi secara holistik terhadap
dampak lingkungan adalah:
a. evaluasi menggunakan metode evaluasi dampak yang tercantum dalam
Formulir KA, dan metode tersebut menggunakan metode-metode ilmiah
yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur
yang sesuai dengan kaidah ilmiah metode evaluasi dampak penting dalam
Amdal.
8. daftar pustaka;
9. lampiran.
A. PENJELASAN UMUM
1. Pengertian
Yang dimaksud Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup selanjutnya
disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dari studi Andal
dan dampak lingkungan hidup lainnya, pengelolaan lingkungan hidup
yang dirumuskan dapat menggunakan salah satu atau beberapa
pendekatan lingkungan hidup yang selama ini dikenal seperti: teknologi,
sosial ekonomi, maupun institusi.
5. Daftar pustaka
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan
dalam penyusunan RKL_RPL baik yang berupa buku, majalah, makalah,
tulisan, maupun laporan hasil-hasil penelitian. Bahan-bahan pustaka
tersebut agar ditulis dengan berpedoman pada tata cara penulisan
pustaka.
6. Lampiran
Penyusun dokumen Amdal juga dapat melampirkan data dan informasi lain yang
dianggap perlu atau relevan
- 90 -
Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
Dampak Penting Yang Dikelola (Hasil Arahan Pengelolaan pada ANDAL)
1. Peningkatan Kegiatan Konsentrasi a. Melakukan a. Di dalam tapak proyek minimal sehari dua kali a. Instansi Pelaksana
debu akibat mobilisasi alat debu yang penyiraman yang menjadi sumber yaitu PT X selaku
mobilisisasi dan bahan pada timbul tidak jalan secara pencemar kualitas pemrakarsa dan
usaha tahap melebihi baku berkala udara, kontrakor
dan/atau konstruksi mutu udara b. Memasang plat b. Di jalan angkut yang pelaksana kegiatan
kegiatan ambien untuk penghalang melalui permukiman konstruksi
parameter pada ban warga b. Instansi Pengawas
debu kendaraan c. Lokasi rinci dapat yaitu BLHD
angkut dilihat pada peta 2.1 Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y
c. Instansi Penerima
Laporan yaitu BLHD
Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, DInas PU
Prov Y
2. Peningkatan Erosi tanah Stabilnya laju a. Menanami area a. Di area sekitar waduk a. Penanaman sekali a. Instansi Pelaksana
laju karena sebab sedimentasi sekitar waduk dalam radius 5 km dengan penanaman dan
sedimentasi di alamiah di area sekitar dengan b. Di batas sosial yang pemeliharaan setiap pemberian
waduk maupun waduk selama tanaman mungkin memberikan bulan sekali pemahaman di
antropogenik umur waduk penahan erosi kontribusi terhadap b. Pemberian batas sosial yaitu PT
pada area yang b. Memberikan peningkatan erosi pemahaman X selaku
berdekatan pemahaman antropogenik dilakukan sekali pemrakarsa
dengan waduk kepada c. Di luar batas sosial setahun b. Instansi pelaksana
penduduk yang yang masih mungkin pemberian
beraktivitas di memberikan pemahaman di luar
daerah rawan kontribusi terhadap batas sosial
- 91 -
Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
erosi guna peningkatan erosi yaitu pemda kab X
mengurangi antropogenik c. Instansi Pengawas
kegiatan yang d. Lokasi rinci dapat yaitu BLHD
dapat menjadi dilihat pada peta 2.1 Kabupaten X, DInas
sumber erosi PU Kab X, BLH
antropogenik Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y
d. Instansi Penerima
Laporan yaitu BLHD
Kabupaten X, Dinas
PU Kab X, BLH
Provinsi Y, Dinas PU
Prov Y
Indikator
Dampak keberhasilan Bentuk
Sumber Lokasi pengelolaan Periode pengelolaan Institusi pengelolaan
No. Lingkungan pengelolaan pengelolaan
Dampak lingkungan hidup lingkungan hidup lingkungan hidup
yang dikelola lingkungan lingkungan hidup
hidup
Kebersihan)
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
Jenis Dampak
No. yang Timbul (bisa Indikator/ Metode Pengumpulan &
Lokasi Waktu &
di ambien dan Parameter Sumber Dampak Analisis Data Pelaksana Pengawas Penerima Laporan
Pantau Frekuensi
bisa di
sumbernya)
1 Penurunan muka Kedalaman/ Dewatering dari Pemantauan langsung Sumur Satu bulan dua PT XYZ selaku BLHD kab A, BLHD kab A,
air tanah (MAT) ketinggian MAT tahap operasional pada sumur pantau pantau A, B, kali pemrakarsa dan BLHD Prov B, BLHD Prov B,
tambang dengan menggunakan C, D dan E seluruh Dinas PU Prov B, Dinas PU Prov B,
piezometer yang berada kontraktor Dinas PU Kab A Dinas PU Kab A
di koordinat penambangan
……. Dst
(lokasi rinci
pada peta di
lampiran
…..)
- 93 -
3) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal, jika pelaku
usaha tidak menyusun sendiri dokumen amdalnya; dan
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
c. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila pelaku
usaha dan/atau tim penyusun dokumen Amdal tidak hadir.
d. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir, wajib
dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan ketidakhadirannya.
e. Dalam hal tenaga ahli yang membantu tim penyusun Amdal berhalangan
hadir dalam rapat tim teknis penilaian Andal dan RKL-RPL, ketua tim
penyusun Amdal wajib bertanggung jawab atas segala pertanyaan dari
tim teknis yang terkait dengan bidang yang menjadi tanggung jawab
tenaga ahli.
f. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim teknis
dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk oleh ketua tim
teknis melalui surat penunjukan.
g. Dalam rapat tim teknis, pelaku usaha menyampaikan paparan atas
Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk dilakukan penilaian.
h. Terhadap paparan dari pelaku usaha, tim teknis melakukan
pembahasan atas dua pokok bahasan yaitu pembahasan penilaian Andal
dan pembahasan penilaian RKL-RPL.
i. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota tim teknis
wajib dicatat oleh sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara
penilaian Andal dan RKL-RPL dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy).
4. Tindak Lanjut Rapat Tim Teknis Penilaian Andal dan RKL-RPL
a. Ketua Tim teknis menyampaikan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
dalam bentuk berita acara penilaian Andal dan RKL-RPLkepada ketua
KPA.
b. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa Andal dan
RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis menyampaikan Andal dan RKL-RPL
tersebut kepada ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk kemudian
dikembalikan kepada pelaku usaha.
c. Pelaku usaha menyampaikan kembali perbaikan Andal dan RKL-RPL
kepada:
a) sekretariat KPA pusat;
b) sekretariat KPA provinsi; atau
c) sekretariat KPA kabupaten/kota.
d. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan Andal dan RKL-RPL kepada
setiap anggota tim teknis.
e. Setiap anggota tim teknis melakukan pengecekan kebenaran atau
kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan dalam Andal
dan RKL-RPL.
5. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Andal-RKL-RPL
a. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek teknis
dari Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) kualitas Andal dan RKL-RPL telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan Amdalnya untuk
dinilai; dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
- 96 -
b. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis dalam bentuk
berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis Andal dan RKL-RPL.
c. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis
Andal dan RKL-RPL kepada ketua KPA.
Kelengkap Tidak
an
Ya
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai Izin Lingkungan Definitif diterbitkan oleh OSS
tidak Dapat kewenangannya menerbitkan ketidaklayakan
Dilaksanakan lingkungan hidup
- 100 -
Pada prinsipnya, terdapat dua objek penilaian Amdal, yaitu dokumen Amdal dan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Dengan prinsip ini maka
terdapat konsekuensi bahwa penilaian Amdal harus menghasilkan kesimpulan
bahwa:
1. dokumen Amdal yang telah dinilai adalah valid dan representatif berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan kaidah ilmiah untuk dapat dijadikan
bahan pertimbangan pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
Amdalnya untuk dinilai; dan
2. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan untuk dinilai adalah layak
lingkungan atau tidak layak lingkungan.
Berikut adalah gambaran umum mengenai skema tahapan penilaian Andal dan
RKL-RPL yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penilaian
sehingga dapat menghasilkan dua output (keluaran) di atas.
Pemrakarsa
Uji Administrasi
[gunakan format
Sesuai Tidak
dalam panduan 01
dan panduan 02) persyaratan
administrasi
Ya
Tidak
Masukan
Uji Kualitas 1. Lakukan uji konsistensi Dokumen sesuai
Tidak untuk
[gunakan 2. Lakukan uji keharusan dengan persyaratan
perbaikan
panduan 04] 3. Lakukan uji kedalaman kualitas dokumen
Amdal? dokumen
4. Lakukan uji relevansi
Ya
Rencana usaha
Dokumen dijadikan lampiran SK Persetujuan KA Ya dan/atau kegiatan Tidak
atau SK KelayakanLingkunganHidup and Izin disepakati KA-nya Ditolak
Lingkungan atau SK Ketidaklayakan Lingkungan atau layak
Hidup lingkungan hidup?
- 101 -
Keterangan Skema:
Dalam hal dokumen Andal dan RKL-RPL tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi, maka dokumen tersebut wajib dikembalikan kepada pemrakarsa
untuk dilengkapi dan terhadap dokumen tersebut tidak dapat dilanjutkan proses
penilaian dokumennya dalam rapat tim teknis atau rapat KPA. Dokumen yang
memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dapat dilanjutkan untuk
dilakukan penilaian dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, maka dokumen Andal RKL-RPL tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai
dengan ketentuan pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.
Di samping itu, penyusun dokumen Amdal melakukan analisis spasial kesesuaian
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta indikatif penundaan izin baru
(PIPIB) .
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB, kecuali
untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang tercantum dalam
maka penilaian Andal RKL-RPL tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut.
Untuk mengetahui bahwa dokumen Amdal yang dinilai adalah valid dan
representatif maka dapat digunakan tiga uji sebagai berikut:
1. Uji administrasi dokumen Amdal
Dokumen Amdal yang diajukan pemrakarsa harus memenuhi persyaratan
administrasi sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Uji tahap proyek
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap perencanaan (studi
kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun pada tahap DED maka
memiliki konsekuensi bahwa informasi mengenai deskripsi kegiatan harus
lebih rinci dan RKL-RPLnya lebih implementatif. serta lokasinya harus sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang berlaku dan sudah
ditetapkan.
3. Uji kualitas dokumen Amdal meliputi:
a. Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara rinci, uji
konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil pelingkupan
(termasuk parameter yang akan dikaji) dengan metode studi yang akan
digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk parameter yang
dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona lingkungan awal,
prakiraan besaran dampak, sifat penting dampak, evaluasi secara holistik
serta rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup; dan
3) konsistensi dampak lingkungan (termasuk parameternya) yang akan
dikelola yang tertera padaformulir KA dan Andal dengan yang tertera
dalam RKL-RPL.
b. Uji Keharusan
Uji keharusan secara umum dimaksudkan untuk menilai bahwa suatu
dokumen Andal dan RKL-RPL telah memenuhi aspek-aspek yang harus ada
dalam suatu dokumen Amdal, Secara rinci dokumen amdal wajib berisi:
1) proses pelingkupan, dengan hasil berupa dampak penting hipotetik, batas
wilayah studi dan batas waktu kajian yang dilengkapi dengan metode
studi;
- 102 -
Berikut ini adalah beberapa panduan yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan:
1. uji administrasi Penilaian Andal, dan RKL-RPL (panduan 01);
2. uji tahap proyek (panduan 02);
3. uji kualitas dokumen Amdal (panduan 03); dan
4. panduan penilaian amdal rinci (panduan 04).
Catatan:
Panduan 04 merupakan alat bantu tambahan dalam melakukan uji kedalaman
yang merupakan bagian dari uji kualitas dokumen Amdal.
- 103 -
Tidak
No. Kelengkapan Administrasi Ada Keterangan
ada
pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) rencana pengelolaan
lingkungan hidup;
3) rencana pemantauan
lingkungan hidup;
4) jumlah dan jenis izin PPLH
yang dibutuhkan;
5) pernyataan dan komitmen
pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam RKL-RPL;
6) daftar pustaka; dan
7) lampiran.
b. Matriks atau Tabel Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) dampak lingkungan;
2) sumber dampak;
3) indikator keberhasilan
pengelolaan lingkungan hidup;
4) bentuk pengelolaan
lingkungan hidup;
5) lokasi pengelolaan lingkungan
hidup;
6) periode pengelolaan
lingkungan hidup; dan
7) institusi pengelolaan
lingkungan hidup.
c. Peta pengelolaan lingkungan
hidup.
d. Matriks atau Tabel Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) Dampak yang dipantau;
2) Bentuk pemantauan
lingkungan hidup;
3) Institusi pemantau lingkungan
hidup.
e. Peta pemantauan lingkungan
hidup.
- 105 -
Catatan:
Apabila usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
untuk dinilai dokumen
Andal, RKL-RPL telah
dilakukan pra konstruksi,
konstruksi, operasi
dan/atau pasca operasi,
maka usaha dan/atau
kegiatan tersebut wajib
ditolak dokumen
Amdalnya serta tidak
dapat dilakukan penilaian
di KPA.
Terhadap usaha
dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan
mekanisme lainnya
sesuai peraturan
perundangan yang
berlaku.
- 106 -
Selain dua pertanyaan sebagaimana dimaksud di atas, uji tahap proyek juga
dilakukan untuk mengetahui apakah penyusunan Andal dan RKL-RPL dilakukan
pada tahap studi kelayakan atau pada tahap Detailed Engineering Design(DED).
Apabila rencana usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan masih dalam tahap studi
kelayakan, maka deskripsi kegiatan mungkin belum terlalu rinci.
Namun apabila rencana usaha dan/atau kegiatan sudah dalam tahap desain teknis
rinci (DED) maka deskripsi kegiatannya harus rinci. Deskripsi rinci dimaksud tidak
termasuk formula, paten atau hal-hal yang terkait dengan rahasia perusahaan,
tetapi hanya hal-hal yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak lingkungan.
Secara ringkas, keempat uji di atas dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa form sebagai berikut:
Keterangan:
1. Kolom (2)
a. Dipetik dari bagian dampak penting hipotetik dalam dokumen formulir KA
atau pada kolom pelingkupan pada matrik proses pelingkupan.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
metode studi yang digunakan (metode pengumpulan dan analisis data,
metode prakiraan besaran dampak, metode prakiraan sifat penting dampak
dan metode evaluasi dampak.
2. Kolom (3)
a. Metode pengumpulan data diisi dengan data primer atau sekunder.
b. Dipetik dari Bagian Metode Studi Sub Bagian Metode Pengumpulan dan
Analisis Data pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode pengumpulan data yang digunakan dengan dampak
penting hipotetik (DPH)yang akan diprakirakan.
3. Kolom (4)
a. Standar lab, kualitatif, atau kuantitatif
b. Dipetik dari bagian metode studi sub bagian metode pengumpulan dan
analisis data pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode analisis data yang digunakan dengan DPH yang
akan diprakirakan.
4. Kolom (5)
a. Perhitungan, matematis, modelling, Penilaian Ahli, atau Literatur
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan dampak penting pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode prakiraan besaran dampak yang digunakan dengan
DPH yang akan diprakirakan.
5. Kolom (6)
a. Dapat menggunakan kriteria dampak penting pada UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup Pasal 22
Ayat (2) atau Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
LingkunganNomor 056 Tahun 1994 atau revisinya.
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan sifat penting pada formulir KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi
dan kedalaman metode prakiraan sifat penting dampak yang digunakan
dengan DPH yang akan diprakirakan.
6. Kolom (7)
a. Dipetik dari sub bagian metode studi sub bagian metode evaluasi secara
holistik pada formulir KA.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan, relevansi,
dan kedalaman metode evaluasi secara holistik yang digunakan.
7. Kolom (8)
a. Uraian mengenai rona lingkungan hidup secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Dapat dipetik dari bagian deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
kemutakhiran dan relevansi data dan informasi mengenai rona lingkungan
hidup awal.
8. Kolom (9)
a. Dipetik dari bagian prakiraan dampak pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis yang
disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan besaran dampak
menggunakan metode prakiraan besaran dampak yang sahih sebagaimana
- 109 -
Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data terkait
- 112 -
Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data Kecepatan
dan konsentrasi
pencemar yang
akan
diemisikan dari
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri kelapa
sawit
Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan: Catatan:
Dalam Parameter dan
dokumen tidak data tersebut di
jelas paramater atas tidak
emisi akibat termaktub
pembakaran dalam dokumen
cangkang
kosong
- 113 -
Dalam hal hasil panduan penilaian amdal rinci ini memberikan kesimpulan bahwa
seluruh pertanyaan tersebut mendapatkan jawaban “ya”, hal ini bukan berarti
bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang dinilai amdalnya pasti layak
lingkungan.
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Catatan:
perlu diingat bahwa
uraian ini disampaikan
dengan mengacu pada
proses pelingkupan yang
tercantum dalam
dokumen KA
4. Apakah dalam sub Ya
muatan Ringkasan Tidak
Dampak Penting
Hipotetik yang Ditelaah
telah diuraikan secara
singkat mengenai daftar
dampak penting
hipotetik (DPH) yang
akan dikaji dalam
dokumen Andal
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA?
Catatan:
Uraian singkat tersebut
agar dilengkapi dengan
bagan alir proses
pelingkupan
5. Apakah dalam sub Ya
muatan Batas wilayah Tidak
studi dan batas waktu
kajian, telah diuraikan
mengenai:
a. wilayah studi dan
menampilkannya
dalam bentuk peta
atau data informasi
spasial batas wilayah
studi yang dapat
menggambarkan
batas wilayah proyek,
ekologis, sosial dan
administratif dengan
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA
b. batas waktu kajian
yang akan digunakan
dalam melakukan
prakiraan setiap
dampak penting
hipotetik yang akan
dikaji dalam Andal
dengan mengacu
pada batas waktu
kajiaan hasil
pelingkupan?
6. Apakah dalam muatan Ya
Deskripsi Rinci Rona Tidak
Lingkungan Hidup Awal
telah disajikan informasi Catatan:
mengenai rona a. Uraian rona lingkungan
lingkungan hidup hidup awal pada dasarnya
(environmental setting) memuat data dan informasi
secara rinci dan dalam wilayah studi yang
mendalam di lokasi relevan dengan dampak
- 115 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
rencana usaha dan/atau penting yang akan dikaji
kegiatan, yang dan proses pengambilan
mencakup: keputusan atas rencana
a. Komponen usaha dan/atau kegiatan
lingkungan terkena yang diusulkan.
dampakdari rencana b. Data dan informasi rinci
usaha dan/atau terkait dengan rona
kegiatan lingkungan hidup dimaksud
(komponen/features dapat disampaikan dalam
lingkungan yang ada lampiran.
disekitar lokasi c. Dalam hal terdapat
rencana usaha beberapa alternatif lokasi,
dan/atau kegiatan maka uraian rona
serta kondisi lingkungan hidup awal
lingkungannya); dan tersebut dilakukan untuk
b. Usaha dan/atau masing-masing alternatif
kegiatan yang ada di lokasi tersebut.
sekitar lokasi d. Uraian rona lingkungan
rencana usaha hidup sedapat mungkin
dan/atau kegiatan agar menggunakan data
yang diusulkan runtun waktu (time series).
beserta dampak yang e. komponen lingkungan
ditimbulkannya hidup yang memiliki arti
terhadap lingkungan ekologis dan ekonomis perlu
hidup? mendapat perhatian.
f. Uraian rona lingkungan
hidup awal tersebut juga
dapat dilengkapi dengan
peta yang sesuai dengan
kaidah kartografi dan/atau
label dengan skala memadai
dan bila perlu dapat
dilengkapi dengan diagram,
gambar, grafik atau foto
sesuai dengan kebutuhan.
7. Apakah dalam sub Ya
muatan mengenai Tidak
Komponen lingkungan
terkena dampakdari
rencana usaha dan/atau
kegiatan telah memuat
informasi mengenai
komponen lingkungan
yang paling sedikit
mencakup:
a. komponen geo-fisik-
kimia, seperti sumber
daya geologi, tanah,
air permukaan, air
bawah tanah, udara,
kebisingan, dan lain
sebagainya.
b. komponen biologi,
seperti vegetasi/flora,
fauna, tipe
ekosistem,
keberadaan spesies
langka dan/atau
endemik serta
habitatnya, dan lain
sebagainya.
c. komponen sosio-
ekonomi-budaya,
seperti tingkat
- 116 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
pendapatan,
demografi, mata
pencaharian, budaya
setempat, situs
arkeologi, situs
budaya dan lain
sebagainya.
d. komponen kesehatan
masyarakat, seperti
perubahan tingkat
kesehatan
masyarakat
8. Apakah dalam sub Ya
muatan mengenai Usaha Tidak
dan/atau kegiatan yang
ada di sekitar lokasi Catatan:
rencana usaha dan/atau a. Pada bagian ini penyusun
kegiatan telah dokumen Amdal juga harus
memberikan gambaran menguraikan kondisi
utuh tentang kegiatan- kualitatif dan kuantitatif
kegiatan lain (yang berbagai sumberdaya alam
sudah ada di sekitar yang ada di wilayah studi
lokasi rencana usaha rencana usaha dan/atau
dan/atau kegiatan) yang kegiatan, baik yang sudah
memanfaatkan sumber atau yang akan
daya alam dan dimanfaatkan maupun yang
mempengaruhi masih dalam bentuk
lingkungan setempat? potensi.
b. Penyajian kondisi sumber
daya alam ini perlu
dikemukakan dalam peta
dan/atau label dengan skala
memadai dan bila perlu
harus dilengkapi dengan
diagram, gambar, grafik
atau foto sesuai dengan
kebutuhan.
9. Apakah dalam muatan Ya
mengenai Prakiraan Tidak
Dampak Penting telah
disajikan proses analisis Catatan:
dampak lingkungan yang a. dalam bagian ini, penyusun
menghasilkan informasi dokumen Amdal
mengenai: menguraikan hasil
a. besaran dampak dan prakiraan secara cermat
b. sifat penting dampak mengenai besaran dan sifat
untuk setiap dampak penting dampak untuk
penting hipotetik (DPH) setiap dampak penting
yang dikaji? hipotetik (DPH) yang dikaji.
b. Perhitungan dan analisis
prakiraan dampak penting
hipotetik tersebut
menggunakan metode
prakiraan dampak yang
tercantum dan disetujui
dalam kerangka acuan.
c. Ringkasan dasar-dasar
teori, asumsi-asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil
perhitungan-perhitungan
yang digunakan dalam
prakiraan dampak, dapat
dilampirkan sebagai bukti.
- 117 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
10. Apakah prakiraan Ya
dampak penting telah Tidak
dilakukan dengan
memperhatikan
penggunaan data runtun
waktu (time series) yang
menunjukkan
perubahan kualitas
lingkungan dari waktu
ke waktu.
11. Apakah prakiraan Ya
dampak penting telah Tidak
dilakukan dengan
cermat mengenai
besaran dampak penting
dari aspek biogeofisik-
kimia, sosial, ekonomi,
budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pascaoperasi usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan jenis
rencana usaha dan/atau
kegiatannya?
12. Apakah prakiraan Ya
dampak penting telah Tidak
dilakukan dengan cara:
a. menganalisis
perbedaan antara
kondisi kualitas
lingkungan hidup
yang diprakirakan
dengan adanya
usaha dan/atau
kegiatan, dan kondisi
kualitas lingkungan
hidup yang
diprakirakan tanpa
adanya usaha
dan/atau kegiatan;
b. dalam batas waktu
kajian yang telah
ditetapkan; dan
c. dengan
menggunakan
metode prakiraan
dampak yang
disetujui dalam KA?
13. Apakah prakiraan Ya
dampak penting telah Tidak
dilakukan dengan telah
memperhatikan dampak Catatan:
yang bersifat langsung Dampak langsung adalah
dan/atau tidak dampak yang ditimbulkan
langsung? secara langsung oleh adanya
usaha dan/atau kegiatan,
Perlu diingat bahwa sedangkan dampak tidak
terdapat mekanisme langsung adalah dampak yang
aliran dampak pada timbul sebagai akibat
berbagai komponen berubahnya suatu komponen
lingkungan hidup yang lingkungan hidup dan/atau
- 118 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
perlu diperhatikan, usaha atau kegiatan primer
antara lain sebagai oleh adanya rencana usaha
berikut: dan/atau kegiatan
a. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
b. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi;
c. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturut-
turut terhadap
komponen geofisik-
kimia dan biologi;
d. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturut-
turut terhadap
komponen biologi,
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
e. dampak penting
berlangsung saling
berantai di antara
komponen sosial,
ekonomi, budaya dan
kesehatan
masyarakat dan
geofisik-kimia dan
biologi itu sendiri;
f. dampak penting pada
huruf a sampai
dengan huruf e yang
telah diutarakan
selanjutnya
- 119 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
menimbulkan
dampak balik pada
rencana usaha
dan/atau kegiatan.
14. Apakah prakiraan Ya
dampak penting Tidak
dilakukan untuk
masing-masing
alternatif, apabila
rencana usaha dan/atau
kegiatan masih berada
pada tahap pemilihan
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan?
(beberapa contoh
alternatif yang mungkin
ada misalnya: alternatif
lokasi, penggunaan alat-
alat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik,
sarana usaha dan/atau
kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan
durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya)
15. Apakah prakiraan Ya
dampak penting Tidak
dilakukan dengan
mengutamakan
penggunaan metode-
metode formal secara
matematis, terutama
untuk dampak-dampak
penting hipotetik yang
dapat dikuantifikasikan?
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dampak penting
hipotetik (DPH)
dalam rangka
penentuan
karakteristik dampak
rencana usaha
dan/atau kegiatan
secara total terhadap
lingkungan hidup;
b. menggunakan
metode evaluasi
dampak yang
tercantum dan
disetujui dalam
kerangka acuan; dan
c. dilakukan evaluasi
untuk masing-
masing alternatif,
apabila rencana
usaha dan/atau
kegiatan masih
berada pada
pemilihan alternatif
18. Jika kajian Andal Ya
memberikan beberapa Tidak
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan, apakah dalam
muatan evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
telah diuraikan dan
diberikan rekomendasi
pilihan alternatif terbaik
serta dasar
pertimbangan pemilihan
alternatif terbaik
tersebut?
19. Apakah dalam muatan Ya
Evaluasi secara holistik Tidak
terhadap dampak
lingkungan telah
menghasilkan
kesimpulan mengenai:
a. Bentuk hubungan
keterkaitan dan
interaksi DPHbeserta
karakteristiknya
antara lain seperti
frekuensi terjadi
dampak, durasi dan
intensitas dampak,
yang pada akhirnya
dapat digunakan
untuk menentukan
sifat penting dan
besaran dari
dampak-dampak
yang telah
berinteraksi pada
ruang dan waktu
yang sama.
b. Komponen-
komponen rencana
- 121 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
usaha dan/atau
kegiatan yang paling
banyak
menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Area-area yang perlu
mendapat perhatian
penting (area of
concerns) beserta
luasannya (lokal,
regional, nasional,
atau bahkan
international lintas
batas negara), antara
lain sebagai contoh
seperti:
1) area yang
mendapat
paparan dari
beberapa dampak
sekaligusdan
banyak dihuni
oleh berbagai
kelompok
masyarakat;
2) area yang
rentan/rawan
bencana yang
paling banyak
terkena berbagai
dampak
lingkungan;
dan/atau
3) kombinasi dari
area
sebagaimana
dimaksud pada
angka 1) dan
angka 2) atau
lainnya.
20. Apakah dalam muatan Ya
evaluasi secara holistik Tidak
terhadap dampak
lingkungan, penyusun
dokumen Amdal telah
melakukan telahaan atas
berbagai opsi
pengelolaan dampak
lingkungan yang
mungkin dilakukan?
Catatan:
Telahaan dimaksud
dilakukan dengan cara
meninjau dari
ketersediaan opsi
pengelolaan terbaik (best
available technology),
kemampuan pemrakarsa
untuk melakukan opsi
pengelolaan terbaik (best
achievable technology)
dan relevansi opsi
pengelolaan yang
- 122 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
tersedia dengan kondisi
local.
21. Apakah dalam muatan Ya
evaluasi secara holistik Tidak
terhadap dampak
lingkungan telah Catatan:
disajikan rumusan Perlu diingat bahwa arahan
arahan pengelolaan dan pengelolaan dilakukan terhadap
pemantauan lingkungan seluruh komponen kegiatan
hidup yang menjadi yang menimbulkan dampak,
dasar bagi penyusunan baik komponen kegiatan yang
RKL-RPL yang lebih paling banyak memberikan
detail/rinci dan dampak turunan (dampak yang
operasional? bersifat strategis) maupun
komponen kegiatan yang tidak
banyak memberikan dampak
turunan. Arahan pemantauan
dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk
digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan
(trendline) dan tingkat kritis
(critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
22. Apakah dalam muatan Ya
evaluasi secara holistik Tidak
terhadap dampak
lingkungan,
pemrakarsa/penyusun
Amdal dapat
menyimpulkan atau
memberikan pernyataan
kelayakan lingkungan
hidup atas rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji,
dengan
mempertimbangkan
kriteria kelayakan
lingkungan hidup?
23. Apakah terdapat analisis Ya
mengenai kesimpulan Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 23:
rencana usaha dan/atau a. Apakah lokasi tapak
kegiatan terhadap proyek rencana usaha
kriteria kelayakan dan/atau kegiatan telah
lingkungan hidup sesuai dengan RTRW yang
berupa rencana tata berlaku sesuai ketentuan
ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-
peraturan perundang- undangan?;
undangan? Ya
Tidak
Catatan: Catatan:
a. Perlu diingat bahwa 1) Telahaan mengenai
penyusun amdal benar tidaknya
harus: kesesuaian tata ruang
1) Menyimpulkan dilakukan oleh
kesesuaian tapak anggota KPA atau tim
proyek dengan teknis dari instansi
tata ruang yang bertanggung
apakah seluruh jawab mengenai
tapak proyek penataan ruang;
- 123 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
sesuai dengan 2) Perlu diperhatikan
tata ruang, atau berbagai peraturan
ada sebagian perundangan terkait
yang tidak penataan ruang
sesuai, atau seperti: UU 26/2007;
seluruhnya tidak PP 26/2008; KEPPRES
sesuai 04/2009; PERMENPU
16/2009; PERMENPU
(Dalam hal masih ada 20/2011; dan lain-
hambatan atau keragu- lain.
raguan terkait informasi b. Apakah jika terdapat
kesesuaian dengan sebagian tapak proyek
RTRW, maka yang tidak sesuai dengan
pemrakarsa dapat RTRW yang berlaku, telah
meminta bukti terdapat meminta bukti
formal/fatwa dari formal/fatwa dari instansi
instansi yang yang bertanggung jawab di
bertanggung jawab di bidang penataan ruang
bidang penataan ruang bahwa lokasi dimaksud
seperti BKPTRN atau adalah sesuai dengan
BKPRD. Bukti-bukti RTRW yang berlaku?
yang mendukung Ya
kesesuaian dengan tata Tidak
ruang wajib
dilampirkan);
2) Menyimpulkan
berdasarkan
analisis spasial
mengenai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau
kegiatan dengan
peta indikatif
penundaan izin
baru (PIPIB) yang
tercantum dalam
Inpres Nomor 10
Tahun 2011,
atau peraturan
revisinya
maupun
terbitnya
ketentuan baru
yang mengatur
mengenai hal ini
24. Apakah terdapat analisis Ya
mengenai kesimpulan Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 24:
rencana usaha dan/atau a. Apakah rencana usaha
kegiatan terhadap dan/atau kegiatan yang
kriteria kelayakan diusulkan adalah
lingkungan hidup diperbolehkan untuk
berupa kebijakan di dilakukan pada rencana
bidang perlindungan dan lokasi tapak proyek sesuai
pengelolaan lingkungan ketentuan peraturan
hidup serta sumber daya perundangan?
alam (PPLH dan SDA) Ya
yang diatur dalam Tidak
peraturan perundang-
undangan? Sebagai contoh:
1) Dalam PP 24 tahun
Catatan: 2010 Penggunaaan
- 124 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Perlu diingat bahwa Kawasan Hutan, telah
kebijakan di bidang diatur bahwa hanya
PPLH dan SDA sangat ada 12 kegiatan yang
banyak, variatif dan dibolehkan di kawasan
spesifik. Sehingga setiap hutan lindung;
anggota KPA maupun 2) Dalam PP 28 tahun
tim teknis memiliki 2011 tentang Kawasan
peran penting untuk Suaka Alam dan
melakukan telahaan Kawasan Pelestarian
mengenai benar tidaknya Alam, terdapat
rencana usaha dan/atau beberapa kegiatan
kegiatan yang diusulkan yang dibolehkan
adalah diperbolehkan dilakukan di kawasan
berdasarkan seluruh tersebut;
ketentuan peraturan 3) Dalam UU 26/2007
perundang-undangan tentang Penataan
mengenai PPLH dan SDA Ruang dan Keppres 32
Tahun 1990 telah
diatur bahwa suatu
area hanya dapat
dikatakan sebagai
kawasan lindung jika
memenuhi kriteria dan
telah ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan
perundangan;
4) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur cara-
cara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Apakah seluruh kajian
dalam Andal dan RKL-RPL
menunjukkan bahwa
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah tidak bertentangan
dengan kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA) yang
diatur dalam peraturan
perundang-undangan? ;
Ya
Tidak
Catatan:
1) Dalam PP 38/2011
tentang Sungai, telah
diatur berbagai
ketentuan mengenai
tata cara perizinan
untuk melakukan
pengambilan barang
tambang di sungai;
pemanfaatan ruas
bekas sungai dan lain
sebagainya;
2) Berbagai peraturan
- 125 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
perundangan lainnya
yang mengatur cara-
cara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
25. Apakah terdapat analisis Ya
mengenai kesimpulan Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari Pertanyaaan rincian nomor 25:
rencana usaha dan/atau Apakah rencana usaha
kegiatan terhadap dan/atau kegiatan yang
kriteria kelayakan diusulkan tidak menggangu
lingkungan hidup kepentingan pertahanan dan
berupa Kepentingan keamanan negara sesuai
pertahanan keamanan dengan ketentuan peraturan
negara? perundang-undangan?
Ya
Tidak
Catatan:
Perlu diingat bahwa informasi
mengenai hal ini harus hadir
dari anggota KPA yang
merupakan wakil dari instansi
yang bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan
keamanan negara, sebagai
contoh:
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Catatan:
Perimbangan dampak
penting positif dengan
dampak penting negatif
berarti bahwa dapat
disajikan daftar dampak
positif dan dampak
negatif beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauan
- 127 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
lingkungannya sehingga
dapat menjadi referensi
bagi KPA untuk
menentukan kesimpulan
kelayakan atau
ketidaklayakan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai.
Dengan daftar
perimbangan ini dapat
diketahui apakah arahan
pengelolaan untuk
masing-masing dampak
adalah tepat sasaran,
seperti contoh di atas,
KPA dapat:
a. Mengetahui
bauran/komposisi
dampak positif dan
dampak negatif yang
ditimbulkan dari
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauannya
sehingga dapat
disimpulkan apakah
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang dinilai adalah
layak lingkungan
atau tidak; dan
b. mengklarifikasi
efektifitas arahan
pengelolaan dan
pemantauan, sebagai
contoh: apakah
hanya dengan
membuat kolam
pengendapan benar-
benar dapat
mengendalikan
dampak berupa
memburuknya
kualitas air untuk
parameter pH, Fe,
Mn dan TSS atau
tidak.
28. Apakah terdapat analisis Ya
mengenai kesimpulan Tidak
kelayakan/ketidaklayaka
- 128 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
n lingkungan hidup dari Catatan:
rencana usaha dan/atau Sebagai contoh, untuk rencana
kegiatan terhadap kegiatan pembangunan dan
kriteria kelayakan pengoperasian bendungan,
lingkungan hidup pasti akan timbul dampak
berupa Kemampuan berupa erosi dan sedimentasi
pemrakarsa dan/atau yang nantinya akan
pihak terkait yang berpengaruh terhadap masa
bertanggung jawab layan/umur bendungan itu
dalam menanggulanggi sendiri.
dampak penting negatif
yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau
Kegiatan yang
direncanakan dengan
pendekatan teknologi, Namun demikian, pengendalian
sosial, dan terhadap dampak ini tidak
kelembagaan? mungkin menjadi tanggung
jawab pemrakarsa sendiri saja
(ada beberapa lokasi, terutama
yang di hulu sungai yang di
luar ruang kendali pemrakarsa
untuk mengendalikan
dampaknya)
Sehingga untuk lokasi tersebut
sesungguhnya adalah tanggung
jawab pemerintah atau
pemerintah daerah yang
memiliki ruang kendali
dampaknya.
Untuk kasus seperti ini, maka
kesimpulan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai wajib
mempertimbangkan pula
kemampuan pihak terkait
(dalam kasus bendungan,
adalah pemerintah atau
pemerintah daerah) untuk
mengendalikan dampak erosi
dan sedimentasi, khususnya
pada lokasi di hilir sungai yang
dibendung.
29. Apakah terdapat analisis Ya
mengenai kesimpulan Tidak
kelayakan/
ketidaklayakan Sebagai contoh:
lingkungan hidup dari Terdapat kasus rencana
rencana usaha dan/atau kegiatan berupa pembangunan
kegiatan terhadap SUTT yang pada suatu lokasi
kriteria kelayakan akan melewati suatu situs
lingkungan hidup tempat ibadah yang sakral bagi
berupa Rencana usaha masyarakat local.
dan/atau kegiatan tidak Dalam kasus ini pada akhirnya
menganggu nilai-nilai diputuskan bahwa rencana
sosial atau pandangan kegiatan tersebut adalah tidak
masyarakat (emic view)? layak lingkungan.
- 129 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Catatan:
Jika terjadi gangguan yang
tidak bisa dielakkan, maka
pemrakarsa dan KPA juga dapat
merumuskan bentuk RKL yang
kreatif dan tepat sasaran untuk
mengendalikan dampak
gangguan tersebut.
Sebagai contoh lain:
Perubahan alur pelayaran yang
diusulkan, karena alur awal
akan melewati batu karang
yang suci bagi masyarakat.
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dan/atau kegiatan tidak ketidaklayakan lingkungan,
akan mempengaruhi atau direkomendasikan untuk
dan/atau mengganggu mengubah desain rencana
entitas ekologis yang kegiatan atau dirumuskan RKL-
merupakan: RPL yang tepat untuk tetap
1. entitas dan/atau mengakomodir migrasi spesies
spesies kunci (key yang memiliki arti penting
species); secara ekologis tersebut.
2. memiliki nilai penting
secara ekologis
(ecological
importance);
3. memiliki nilai penting
secara ekonomi
(economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting
secara ilmiah
Contoh lain:
(scientific importance)?
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
lingkungan hidup dari Kriteria ini hanya bisa
rencana usaha dan/atau diterapkan jika telah ada
kegiatan terhadap perhitungan daya dukung dan
kriteria kelayakan daya tampung lingkungan yang
lingkungan hidup merupakan tanggung jawab
berupaTidak pemerintah dan/atau
dilampauinya daya pemerintah daerah.
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidupdari lokasi rencana
usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan
daya dukung dan daya
tampung lingkungan
dimaksud.
33. Apakah dalam Andal Ya
juga dilengkapi dengan Tidak
tabel ringkasan analisis (catatan: contoh tabel ringkasan
dampak? analisis dampak terdapat pada
Lampiran II PERMENLH
16/2012)
34. Apakah dalam muatan Ya
Daftar Pustaka telah Tidak
diuraikan pustaka atau
literatur yang digunakan
untuk keperluan
penyusunan dokumen
Andal?
35. Apakah dalam muatan Ya
Daftar Pustaka Tidak
disampaikan pustaka
atau literatur yang
relevan atau sesuai
dengan uraian dalam
dokumen Andal?
36. Apakah penulisan Ya
muatan Daftar Pustaka Tidak
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?
37. Apakah dalam muatan Ya
Lampiran telah Tidak
dilampirkan informasi
tambahan sebagai
berikut:
a. Surat Persetujuan
Kesepakatan
Kerangka Acuan
atau Pernyataan
Kelengkapan
Administrasi
Dokumen Kerangka
Acuan.
b. Data dan informasi
rinci mengenai rona
lingkungan hidup,
antara lain berupa
tabel, data, grafik,
foto rona lingkungan
hidup, jika
diperlukan.
c. Ringkasan dasar-
dasar teori, asumsi-
- 132 -
Hal yang
No. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitungan-
perhitungan yang
digunakan dalam
prakiraan dampak.
d. Ringkasan dasar-
dasar teori, asumsi-
asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitungan-
perhitungan yang
digunakan dalam
evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan.
e. Data dan informasi
lain yang dianggap
perlu atau relevan
- 133 -
3) melakukan
pelatihan bagi
karyawannya di
- 134 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
bidang
pengelolaan
lingkungan
hidup)
3. Apakah dalam muatan Ya
Rencana Pengelolaan Tidak
Lingkungan Hidup
telah disampaikan
bentuk-bentuk
pengelolaan lingkungan
hidup yang dilakukan
atas dampak yang
ditimbulkan dalam
rangka untuk
menghindari,
mencegah,
meminimisasi dan/atau
mengendalikan dampak
negatif dan
meningkatkan dampak
positif (dalam bentuk
matriks/tabel)?
4. Apakah matriks/tabel Ya
Rencana Pengelolaan Tidak
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemen-
elemen sebagai berikut:
a. Dampak
lingkungan
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
b. Sumber dampak
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
c. Indikator
keberhasilan
pengelolaan
lingkungan hidup.
d. Bentuk
Pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Lokasi pengelolaan
lingkungan hidup.
f. Periode
pengelolaan
lingkungan hidup.
g. Institusi
pengelolaan
lingkungan hidup
(PLH)?
5. Apakah dalam kolom Ya
Dampak lingkungan Tidak
pada matriks/tabel RKL
telah diuraikan
mengenai dampak-
dampak lingkungan
- 135 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
hidup yang terjadi
akibat adanya rencana
usaha dan/atau
kegiatan secara singkat
dan jelas?
6. Apakah dampak- Ya
dampak lingkungan Tidak
hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?
7. Apakah dalam kolom Ya
sumber dampak pada Tidak
matriks/tabel RKL telah
diuraikan mengenai
komponen kegiatan
penyebab dampak
secara singkat?
8. Apakah sumber Ya
dampaknya Tidak
konsisten/relevan
dengan penjelasan
sebelumnya pada KA
dan Andal?
9. Apakah dalam kolom Ya
Indikator keberhasilan Tidak
pengelolaan lingkungan
hidup pada (catatan: contoh indikator
matriks/tabel RKL telah keberhasilan terdapat pada
dijelaskan mengenai lampiran III PERMENLH
indikator keberhasilan 16/2012)
dari pengelolaan
lingkungan hidup yang
dilakukan untuk
mengendalikan dampak
lingkungan hidup?
10. Apakah Indikator Ya
keberhasilan Tidak
pengelolaan lingkungan
hidup
konsisten/relevan
dengan dampak dan
sumber dampaknya?
11. Apakah dalam kolom Ya
Bentuk Pengelolaan Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: beberapa contoh
diuraikan secara rinci bentuk pengelolaan yang dapat
upaya-upaya menjadi referensi terdapat pada
pengelolaan lingkungan lampiran III PERMENLH
hidup yang akan 16/2012)
dilakukan?
12. Apakah Bentuk Ya
Pengelolaan Tidak
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?
13. Apakah dalam kolom Ya
- 136 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
Lokasi pengelolaan Tidak
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: elemen ini wajib
diuraikan mengenai didukung pula dengan dengan
rencana lokasi kegiatan peta lokasi pengelolaan, sketsa,
bentuk pengelolaan dan/atau gambar dengan skala
lingkungan hidup yang memadai. Peta yang
dengan memperhatikan disertakan harus memenuhi
sifat persebaran kaidah-kaidah kartografi)
dampak yang dikelola?
14. Apakah Lokasi Ya
pengelolaan lingkungan Tidak
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
15. Apakah dalam kolom Ya
Periode pengelolaan Tidak
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah (catatan: uraian ini harus
diuraikan secara memperhatikan sifat dampak
singkat mengenai penting dan dampak
rencana tentang kapan lingkungan lainnya yang
dan berapa lama dikelola (lama berlangsung,
kegiatan pengelolaan sifat kumulatif, dan berbalik
lingkungan tidaknya dampak))
dilaksanakan?
16. Apakah Periode Ya
pengelolaan lingkungan Tidak
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
17. Apakah dalam kolom Ya
Institusi pengelolaan Tidak
lingkungan hidup (PLH)
pada matriks/tabel RKL
telah dicantumkan
institusi dan/atau
kelembagaan yang akan
berurusan,
berkepentingan, dan
berkaitan dengan
kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup,
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku
baik di tingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pengelolaan lingkungan
hidup?
18. Apakah Institusi Ya
pengelolaan lingkungan Tidak
hidup (PLH) relevan
dengan dampak,
sumber dampak dan
bentuk
pengelolaannya?
19. Apakah dalam muatan Ya
Rencana Pemantauan Tidak
Lingkungan Hidup
- 137 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
telah disampaikan
secara singkat dan jelas
rencana pemantauan
untuk dampak yang
ditimbulkan dalam
bentuk matrik atau
tabel?
20. Apakah matriks/tabel Ya
Rencana Pengelolaan Tidak
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL) (catatan: contoh matriks/tabel
yang disampaikan telah Rencana Pengelolaan
mencakup elemen- Lingkungan Hidup terdapat
elemen sebagai berikut: pada Lampiran III PERMENLH
a. Dampak yang 16/2012)
dipantau, yang
terdiri dari: jenis
dampak yang
terjadi, komponen
lingkungan yang
terkena dampak,
dan
indikator/parameter
yang dipantau dan
sumber dampak.
b. Bentuk
pemantauan
lingkungan hidup
yang terdiri dari
metode
pengumpulan dan
analisis data, lokasi
pemantauan, waktu
dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau
lingkungan hidup,
yang terdiri dari
pelaksana
pemantauan,
pengawas
pemantauan dan
penerima laporan
pemantauan?
21. Apakah dalam kolom Ya
Dampak Lingkungan Tidak
Yang Dipantau pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara
singkat dan jelas
mengenai:
a. Jenis dampak
lingkungan hidup
yang dipantau.
b. Indikator/paramete
r pemantauan.
c. Sumber dampak
lingkungan?
22. Apakah dampak- Ya
dampak lingkungan Tidak
hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
- 138 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?
23. Apakah sumber Ya
dampaknya Tidak
konsisten/relevan
penjelasan sebelumnya
pada KA dan Andal?
24. Apakah dalam kolom Ya
Bentuk Pemantauan Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara (catatan: referensi rinci
singkat mengenai mengenai cara menyusun
metode yang akan matriks/tabel RPL terdapat
digunakan untuk pada Lampiran III PERMENLH
memantau 16/2012)
indikator/parameter
dampak lingkungan
(dampak penting dan
dampak lingkungan
lainnya)?
Catatan:
Bentuk Pemantauan
dimaksud mencakup
elemen-elemen:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data (Perlu
diperhatikan bahwa
metode
pengumpulan dan
analisis data sejauh
mungkin konsisten
dengan metode yang
digunakan disaat
penyusunan Andal);
b. Lokasi pemantauan
lingkungan hidup
(Perlu diperhatikan
bahwa pada bagian
ini perlu didukung
dengan gambaran
lokasi pemantauan
yang tepat disertai
dengan peta lokasi
pemantauan
berskala yang
memadai dan
menunjukkan
lokasi pemantauan
dimaksud)
c. Waktu dan
frekuensi
pemantauan (Perlu
diperhatikan bahwa
pada bagian ini
perlu diuraikan
tentang jangka
waktu atau lama
periode pemantauan
- 139 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
berikut dengan
frekuensinya per
satuan waktu)
25. Apakah seluruh elemen Ya
Bentuk Pemantauan Tidak
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?
26. Apakah dalam kolom Ya
Institusi Pemantauan Tidak
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah (Catatan: institusi pemantau
dicantumkan secara lingkungan hidup yang perlu
singkat mengenai diutarakan meliputi:
institusi atau a. Pelaksana pemantauan
kelembagaan yang akan lingkungan hidup;
berurusan, b. Pengawas pemantauan
berkepentingan, dan lingkungan hidup
berkaitan dengan c. Penerima laporan hasil
kegiatan pemantauan pemantauan lingkungan
lingkungan hidup, hidup)
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku
baik ditingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pemantauan
lingkungan hidup?
27. Apakah Institusi Ya
pemantauan Tidak
lingkungan hidup (PLH)
relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
28. Apakah dalam muatan Ya
Jumlah dan Jenis Izin Tidak
PPLH yang Dibutuhkan
telah disampaikan Catatan:
mengenai identifikasi Bagian ini hanya dapat diisi
dan rumusan daftar dalam hal rencana usaha
jumlah dan jenis izin dan/atau kegiatan yang
perlindungan dan diajukan memerlukan izin PPLH
pengelolaan lingkungan
hidup yang dibutuhkan
berdasarkan rencana
pengelolaan lingkungan
hidup?
29. Apakah dalam muatan Ya
Pernyataankomitmen Tidak
pelaksanaan RKL-RPL
telah disampaikan
pernyataan dari
pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL
yang ditandatangani di
atas kertas bermaterai?
30. Apakah dalam muatan Ya
daftar pustaka telah Tidak
disampaikan mengenai
sumber data dan Catatan:
- 140 -
Hal Yang
NO. Hasil Penilaian/Pemeriksaan Keterangan
Dinilai/Diperiksa
informasi yang Bahan-bahan pustaka tersebut
digunakan dalam agar ditulis dengan berpedoman
penyusunan RKL-RPL? pada tata cara penulisan
pustaka.
31. Apakah dalam muatan Ya
lampiran telah Tidak
disampaikan data dan
informasi lain yang
dianggap perlu atau
relevan?
ttd ttd
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
A. Identitas Pemrakarsa
1. Nama Pemrakarsa *)
Dalam bagian ini, Pemrakarsa dapat melengkapi dengan peta, sketsa, atau
gambar dengan skala yang memadai terkait dengan program pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Peta yang disertakan harus memenuhi
kaidah-kaidah kartografi.
- 146 -
Pemeliharaan
ternak
menimbulkan
limbah berupa: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh: Contoh:
1. Limbah Terjadinya Limbah cair Limbah cair Lokasi pengelolaan Pengelolaan melakukan Pemantauan Pemantauan a. Instansi
cair penurunan yang dikelola dengan: limbah cair adalah di limbah cair pemantauan kualitas effluent kualitas effluent Pelaksana
kualitas air dihasilkan - memasang sekeliling kandang dilakukan secara kualitas effluent dilakukan pada dilakukan 3 yaitu PT X
Sungai XYZ adalah 50 drainase permanen dan di area menerus dari instalasi biogas saluran outlet dari bulan sekali selaku
akibat liter/hari. pengumpul limbah biodigester (secara sepanjang sesuai dengan baku instalasi biogas pemrakarsa
pembuangan cair di sekeliling rinci disajikan pada operasi kegiatan mutu air limbah (secara rinci b. Instansi
limbah cair kandang peta pengelolaan peternakan disajikan pada Pengawas
- mengolahnya lingkungan hidup PERMENLH Nomor peta pemantauan yaitu BLHD
dalam instalasi pada lampiran ….) … Tahun 20… lingkungan hidup Kabupaten
biodigester sebelum melakukan pada lampiran ….) X, Dinas
dibuang ke sungai. pemantauan Peternakan
kualitas air sungai Kab X
2. Limbah Terjadinya Limbah 90% limbah padat Lokasi pengelolaan Pengelolaan XYZ sesuai dengan Pemantauan c. Instansi
padat penurunan padat yang akan dimasukkan limbah padat adalah limbah padat PP 82/2001 untuk kualitas air sungai Penerima
(kotoran) kualitas air dihasilkan ke biodigester, 10 % di sekitar kandang dilakukan sehari parameter kunci dilakukan di 3 Pemantauan Laporan
Sungai XYZ adalah 1,2 lagi akan dijadikan (secara rinci sekali, kandang yaitu BOD, minyak- titik sebelum kualitas air yaitu BLHD
akibat 3
m /minggu. pupuk kandang disajikan pada peta dibersihkan dan lemak outlet, di bawah sungai Kabupaten
pembuangan pengelolaan padatan akan outlet dan setelah dilakukan 6 X, Dinas
limbah padat lingkungan hidup dibagi ke digester outlet (secara rinci bulan sekali Peternakan
pada lampiran ….) dan dibuat pada peta Kab X
pupuk pemantauan
lampiran….)
- 147 -
Diajukan kembali
ke instansi
pemrakarsa pemeriksa Instansi Pemeriksa
memperbaiki memberikan tanda bukti
isian formulir penerimaan
UKL-UPL
Dikembalikan Tidak
memberikan
kepada pernyataan Kelengkapan
pemrakarsa ketidaklengkapan
untuk secara tertulis
diperbaiki
Ya
memberikan
pernyataan
kelengkapan
tertulis
Tidak
PANDUAN 01:
PANDUAN PEMERIKSAAN SUBSTANSI FORMULIR UKL-UPL
Kriteria Rekomendasi
No. Hasil Pemeriksaan Keterangan
Persetujuan UKL-UPL
1. Rencana tata ruang sesuai Pemeriksa UKL-UPL
ketentuan peraturan wajib menilai kesesuaian
perundang-undangan. lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan
denan rencana tata
ruang dan kesesuaian
dengan peta indikatif
penundaan izin baru
(PIPIB) yang tercantum
dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal
ini.
2. Kebijakan di bidang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta sumber
daya alam yang diatur dalam
peraturan perundang-
undangan.
3. Kepentingan pertahanan
keamanan.
4. kemampuan pemrakarsa yang
bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak
negatif yang akan ditimbulkan
dari usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan.
5. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak menganggu
nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic
view).
6. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis
yang merupakan:
a. entitas dan/atau spesies
kunci (key species);
b. memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological
importance);
c. memiliki nilai penting
secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
d. memiliki nilai penting
- 153 -
Kriteria Rekomendasi
No. Hasil Pemeriksaan Keterangan
Persetujuan UKL-UPL
secara ilmiah (scientific
importance).
7. Rencana usaha dan/atau
kegiatan tidak menimbulkan
gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah
berada di sekitar rencana
lokasi usaha dan/atau
kegiatan.
8. Tidak dilampauinya daya
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan
dimaksud.
ttd ttd
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
FORMAT
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
(...............NAMA…….........)
ttd ttd
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENILAIAN SERTA
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
1. Perubahan Segala bentuk Perubahan Dampak
dalam perubahan mesin dan alat negatif
penggunaan peralatan yang ekstraksi terhadap
alat-alat digunakan dalam proses mineral, lingkungan
produksi yang produksi yang berpotensi tadinya berupa
berpengaruh menimbulkan dampak hanya penambahan
terhadap negatif terhadap dengan dampak
lingkungan lingkungan, antara lain ekskavator lingkungan
hidup mencakup: akan diubah baru yang
a. Perubahan alat-alat menjadi bersifat negatif
produksi yang menggunak dan/atau
berpotensi merubah an blasting peningkatkan
bahan baku dan terlebih skala/besaran
bahan penolong; dahulu dampak
Perubahan lingkungan
b. Perubahan alat-alat bahan baku yang bersifat
produksi yang yang semula negatif, yang
berpotensi merubah berupa kayu sudah ada.
dampak lingkungan untuk
yang ditimbulkan dari produksi
kegiatan; dan/atau pulp
menjadi
c. Perubahan alat-alat sekam
produksi yang
berpotensi
menyebabkan
- 158 -
Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
terjadinya
ketidaksesuaian
antara dampak
lingkungan baru
dengan bentuk
pengelolaan dan
pemantauan dampak
lingkungan yang
dilakukan.
Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
terhadap
lingkungan
berupa
penambahan
dampak
lingkungan
baru yang
bersifat negatif
dan/atau
peningkatkan
skala/besaran
dampak
lingkungan
yang bersifat
negatif, yang
sudah ada.
Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
kapasitas negatif, yang
penambang sudah ada.
an yang
sama pada
areal yang
sama
Suatu
pabrik yang
tadinya
beroperasi
secara batch
(ada termin
tertentu),
direncanaka
n akan
beroperasi
secara
kontinu
Jenis
perubahan Kriteria Perubahan
No Usaha Usaha dan/atau Contoh Keterangan
dan/atau Kegiatan
Kegiatan
lokasi
kegiatan
panas bumi
yang semula
kawasan
hutan
lindung
menjadi
kawasan
konservasi.
kemungkinan pula bahwa hasil kajian ARLH dan audit wajib dapat
memberikan informasi tambahan terhadap dokumen Amdal atau UKL-UPL,
sehingga diperlukan perubahan Izin Lingkungan.
Perubahan usaha
Temuan berupa dan/atau kegiatan,
dampak dan/atau atau
Hasil kajian ARLH dan Perubahan Izin
risiko lingkungan
Audit LH wajib Perubahan Lingkungan
hidup yang wajib
dikelola dan dipantau pengelolaan dan
pemantauan LH
Keterangan:
1) * = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal atau wajib memiliki UKL-UPL;
2) ** = untuk rencana perubahan bagi usaha dan/atau kegiatan wajib
memiliki Amdal;
- 164 -
A. Umum
Dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh penanganggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan yang diperlukan bagi penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau perubahan Rekomendasi UKL-UPL dan
perubahan Izin Lingkungan terdiri atas:
1. Dokumen Amdal baru;
2. Dokumen adendum Andal dan RKL-RPL; atau
3. Formulir UKL-UPL baru.
- 174 -
A. UMUM
Tata laksana perubahan Izin Lingkungan yang tercantum di dalam lampiran
ini mencakup:
1) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe A;
2) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe B;
3) Tata laksana perubahan Izin Lingkungan melalui penilaian addendum
Andal dan RKL-RPL tipe C;
- 179 -
iv. Uji tahap proyek untuk memastikan rencana kegiatan pada tahap
studi kelayakan atau rencana detail rinci (Detailed Engineering
Design/DED).
v. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan Panduan Uji Tahap
Proyek Andal dan RKL-RPL (panduan 03) yang tercantum di
dalam Lampiran I Peraturan Menteri.
vi. Uji kualitas AdendumAndal dan RKL-RPL, terdiri atas uji:
1) konsistensi;
2) keharusan;
3) relevansi; dan
4) kedalaman.
vii. Uji kualitas adendumAndal dan RKL-RPL dilakukan berdasarkan
panduan uji kualitas dokumen Amdal bagian Andal, RKL-RPL
(panduan 04 bagian Andal dan RKL-RPL) yang tercantum di
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
viii. Telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan.
ix. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan
disampaikan kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan
(hardcopy) dan file elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua) hari
sebelum rapat tim teknis.
e. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Adendum Andal dan RKL-RPL
i. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek
teknis dari adendum Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) kualitas Adendum Andal dan RKL-RPL telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan yang diajukan
adendum Andal dan RKL-RPL-nya untuk dinilai; dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
ii. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis dalam
bentuk berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis adendum
Andal dan RKL-RPL.
- 183 -
iii. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir aspek
teknis adendum Andal dan RKL-RPLkepada ketua KPA.
ttd ttd