DJBBerdasarkanDJBWet PDF
DJBBerdasarkanDJBWet PDF
Anda masih ingat tentang hak oktroi yang diberikan oleh Kerajaan Belanda kepada
De Javasche Bank? Jika tidak, pada halaman sebelum ini, Anda dapat menemukan
uraiannya. Namun, jika Anda telah membacanya, maka uraian di bawah ini
merupakan kelanjutan dari artikel tersebut. Dari catatan sejarah diketahui bahwa
hak oktroi tersebut diberikan mulai tahun 1828 sampai dengan awal tahun 1922.
Dalam bidang pembayaran kartal, Bank Wet 1922 menentukan bahwa sosialisasi
dalam penerbitan dan pengedaran uang baru bukan lagi dilakukan oleh pemerintah,
melainkan oleh bank yang menerbitkannya. Nilai dan ciri-ciri uang kertas yang akan
diedarkan harus diumumkan dan disebarluaskan secara resmi oleh direksi dalam
surat kabar. Pemerintah juga melarang DJB untuk mengedarkan uang kertas dengan
pecahan yang lebih kecil dari ƒ5 (lima gulden). Untuk pembayaran non kartal, DJB
diberi tugas untuk menyelenggarakan sistem kliring antar bank yang telah dimulai
sejak 1907.
1
Unit Khusus Museum Bank Indonesia: Sejarah Pra Bank Indonesia
Dewan komisaris terdiri atas lima orang yang merupakan pemegang saham dengan
hak suara (memiliki empat saham) dan harus seorang Belanda. Dewan berkewajiban
untuk melakukan pengawasan terhadap direksi, meneliti kebenaran rekening
tahunan berikut pembukuannya, sekaligus memberikan persetujuan. Adapun
pembagian tugas dalam DJB pada periode ini terdiri atas tujuh bagian, diantaranya
adalah bagian ekonomi statistik, sekretaris, bagian wesel, bagian produksi, dan
bagian efek-efek. Dalam periode ini, DJB berkembang pesat dengan 16 kantor
cabang, yaitu Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya,
Malang, Kediri, Kutaraja, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Pontianak,
Makassar, dan Manado, serta dua kantor perwakilan di Amsterdam dan New York.
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut perjalanan De Javasche Bank, Anda dapat
pindah halaman ke "De Javasche Bank pada Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)".
Selamat membaca!