Anda di halaman 1dari 25

METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAUD
Semester GasalJurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Disusun Oleh :
Nurul Istiqomah – 1511505338
M. Irvan Al Fauzani, Ch. – 1511505339
Bram Kristian – 1511505341
Nur Laely Fajri – 1511505347
Lindri Putri Ningrum – 1511505362

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Oktober 2016
METODE PEMBELAJARAN BCCT

Pendekatan BBCT adalah pendekatan yang membahas inovasi Montessori di


bidang pembelajaran anak untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Di Indonesia pendekatan ini
dikenal sebagai “pendekatan sentra dan saat lingkaran”. Pendekatan ini berusaha
merangsang anak agar bermain secara aktif di sentra-sentra permainan. Jadi anak didiknya
yang belajar aktif, bukan gurunya. Dengan kata lain pendekatan ini menghendaki anak
menjadi “ subjek otonom “ yang bebas mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Sementara guru lebih bersifat pasif karena tugas guru hanya sebatas memotivasi,
memfasilitasi, mendampingi, dan memberi pijakan-pijakan.
1. Pijakan dalam Pendektan BCCT
Untuk merangsang perkembangan anak pada tahapan yang lebih yinggi, pendekatan
ini menggunakan empat pijakan (A. Martuti, 2009) , yaitu :
a. Pijakan lingkungan bermain (persiapan)
Pada pijakan ini guru lebih aktif daripada anak didik. Sebab, pada pijakan
ini guru harus mempersiapkan lingkungan bermain, sehingga sebelum anak
masuk, area sudah tertata rapid an siap digunakan bermain. Persipan tersebut
mencangkup pengelompokan usia anak dan klasifikasi tingkat perkembangan
anak. Jadi, pijakan pertama lingkungan atau persiapan adalah anak
dikelompokkan sedemikian rupa sehingga mempunyai taraf perkembangan yang
relative sama. Yang tidak kalah pentinya adalah alat dan bahan yang akan
digunakan anak untuk bermain. Tentu, sebelum datang ke lokasi bermain guru
telah sibuk mempersiapkan perencanaan yang matang.
b. Pijakan sebelum bermain
Pada pijakan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan bersama antar guru
dan anak didik. Urutan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru dan anak didik duduk bersama dengan posisi melingkar, kemudian guru
memberi salam, menanyakan kabar anak didiknya dan mengabsen mereka
2. Setelah itu, guru menunjuk salah satu anak untuk memimpin doa pembuka.
Biasanya, menunjuk ini dilakukan secara bergilir, sesuai dengan nomor urut
absen. Jadi yang bertugas memimpin doa bukan hanya ketua kelasnya saja.
3. Selanjutnya, guru menjelaskan tema materi atau pelajaran pada hari itu dan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Supaya anak-anak dapt dengan mudah memahami materi tersebut guru
menyertainya dengan membacakan sebuah cerita atau kisah tertentu yang ada
hubungannya dengan tema tersebut.
5. Guru mengadakan post tes dengan cara menanyakan ulang isi cerita yang baru
saja disampaikan.
6. Guru mengaitkan isi cerita tersebut dengan kegiatan bermain
7. Guru memperkenalkan alat permainan edukatif yang akan dipergunakan
dengan tempat yang sudah disiapkan
8. Guru menyampaikan aturan bermain yang akan dilakukan.
9. Setelah aturan permainan disepakati, maka penjelasan selanjutnya adalah cara
penggunaan alat permainan edukatif, memberi instruksi kapan permainan
dimulai dan diakhiri, serta mengembalikan alat permainan pada tempatnya

Batsilah pijakan ini selama 15 menit. Setelah semua penjelasan di atas dapat
dengan jelas oleh anak didik, barulah guru boleh menginstruksi bahwa permainan
siap dimulai.
c. Pijakan selama bermain
Adapun rangkaian kegiatan pada pijakan ini adalah sebagai berikut :
1. Guru membawa anak-anak pada lokasi atau tempat bermain yang telah
dipersiapkan
2. Guru memberi contoh pada anak yang belum mengetahui cara menggunakan
alat perminan edukatif
3. Mengajukan beberapa pertanyaan positif sebagai stimulasi
4. Mencatat berbagai bentuk permainan anak
5. Mengumpulkan hasil kerja dengan melengkapai nama dan tanggal
6. Mencatat tahapan perkembangan yang dicapi

Batasi kegiatan bermain ini selama 60 menit. Sebelum waktu habis (+/-) 5 menit,
guru harus memberi instruksi bahwa permainan segera di akhiri.

d. Pijakan setelah bermain


Adapun rangkaian kegiatan pada pijakan ini adalah sebagai berikut :
1) Setelah waktu bermai habis, guru memberi instruksi bahwa anak-anak harus
membereskan alat-alat permainan edukatif yang digunakan
2) Guru meminta anak didik untuk membersihkan, merapikan, dan
mengembalikan semua alat permainan edukatif ke tempatnya semula
3) Setelah pemberesan semua alat permainan edukatif selesai, mintaklah mereka
duduk melingkar kembali pada pijakan kedua
4) Kemudian, guru memberikan pertanyaan seputar hal-hal yang dilakukan anak
didik ketika bermain. Berbagai pertanyaan ini berguna untuk melatih daya
ingat anak sekaligus mengasah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan
dalam bentuk kata-kata.

2. Sentra-sentra dalam BCCT


Sentra dalam permainan ini adalah area atau zona bermain anak yang dilengkapi
dengan seperangkat alat edukatif, perlengkapan tempat bermain di ruang terbuka
(lapangan) maupun tempat tertutup (aula). Kedua area inilah yang menjadi sentra-
sentra sebagai ajang kreasi keempat pijaka diatas. Dengan demikian anak diharapkan
dapat mengembangkan semua aspek kecerdasan anak dalam sekali bermain,
sedangkan keinginan anak untuk bermain tidak hanya satu jenis saja, maka setiap
jenis permainan yang akan diperankan oleh anak harus dikemas menjadi sentra-sentra
bermain yang sesuai pilihan anak. Dengan demikian, apapun jenis permainan yang
dilakukan anak, tetap akan mengembangkan semua aspek kecerdasan anak, atau
dalam bahasa Gardner disebut dengan istilah Multiple intelligence.Sentra dalam
pendekatan BCCT akan mengakomodasikan semua kecerdasan tersebut ke dalam
sebuah bentuk permainan.
Berikut ini beberapa sentra yang jika dimainkan akan mengembangkan semua aspek
kecerdasan anak.
a. Sentra ibadah
Keemasan sentra ini adalah spiritualisasi atau keagamaan.melalui sentra ini anak
dapat dirangsang supaya semua kemampuannya tumbuh dan berkembang
mengenai keagamaan. Walaupun sentra ini sangat baik, tetapi belum tentu semua
anak mau bermain dengan sentra ini. Namun wlaupun begitu walaupun ia tidak
bermain di sentra inin , ia akan mendapatkan nilai-nilai kecerdasan yang sama di
sentra-sentra yang lain.
b. Sentra bahasa
Sentra ini akan mengemas berbagai perkembangan kecerdasan anak melalui
kecerdasan bahasa atau kosa kata anak. Melalui kegiatan berbicara, mendengar,
bernyanyi, menulis, dll.
c. Sentra balok
Sentra ini bertujuan untuk mengasa kecerdasan visual-spasial (kecerdasan ruang)
anak. Sentra ini menyodorkan anak agar bermain berbagai bentuk balok, seperti
kubus, dadu, geometri, dan lain sebagainya. Disamping itu anak juga sering diajak
menonton film, menggambar dan berimajinasi.
d. Sentra bermain peran
Sentra ini bertujuan untuk mengasah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal,
serta menumbuhkan jiwa kompetitif pada anak. Biasanya sentra ini mengajak
anak bermain peran seperti polisi-polisian, dokter-dokteran, monster-monsteran
dll.
e. Sentra seni music
Sentra ini mengajak anak untuk bermain music dan seni tari, sehingga anak
mempunyai kecerdasan musical yang tinggi. Berbagai permainan yag dilakuka di
sentra ini adalah bertepuk tangan, memaikan alat music, membuat komposisi
nada, dll.
f. Sentra ketangkasan
Sentra ini bertujuan untuk mengasah kemampuan olah tubuh atau ketangkasan
anak. Biasanya sentra ini adalah lapangan atau tempat terbuka. Bisa juga
dilakukan dialam bebas ketika karya wisata atau taman afsari. Yang biasanya
dilakukan yaitu unsur melompat, meloncat, berlari maju, mundur, menyamping,
berguling acrobat, dll.
g. Sentra alam bebas
Sentra alam bebas bertujuan untuk mencerdaskan naturalis anak dengan kata lain
untuk menumbuhkan kepekaan dan kepeulian terhadap lingkungan dan alam
sekitar. Berbagai bentuk alat edukatif harus dibuat benda-benda di alam bebas
seperti daun, pelepah pisang, tanaman apotek hidup dll.
h. Sentra puzzle
Sentra ini menumbuhkan kecerdasan matematislogis, linguistic, vicual, intra, dan
interpersonal anak.
3. Prinsip-prinsip Dasar BCCT
a. Keseluruhan proses pembelajaran berdasarkan pada teori dan pengalaman
empiris.
b. Setiap jenis permainan harus ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek
kecerdasan anak atau Multiple Intelligence
c. Lingkungan bermain, termasuk sentra dan pijakan harus mampu menstimulasi
gerak aktif anak dan pemikiran kreatif mereka
d. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses bermain atau
pembelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN HIGH/SCOPE

The High/Scope Educational Foundation (Yayasan Penelitian Pendidikan


High/Scope) terus mengembangkan dan menerapkan model ini hingga sekarang,
memasukkan hasil penelitian berkaitan dengan literasi, matematika, ilmu pengetahuan
alam, perkembangan sosial, perkembangan kesehatan dan fisik, seni dan penggunaan
komputer, dan membuat orang mengaplikasikan model tersebut kepada situasi dan
populasi anak yang baru di seluruh dunia. Ribuan program pendidikan anak usia dini di
seluruh Amerika Serikat dan negara-negara lainnya kini menggunakan model High/Scope.
Model pendidikan anak usia dini High /Scope adalah kerangka terbuka mengenai
teori-teori perkembangan dan praktik pendidikan yang berbasis pada perkembangan
interaktif anak. Model ini digunakan dalam ribuan program pendidikan anak usia dini
diseluruh Amerika Serikat dan negara-negara lain. Berdasarkan gagasan perkembangan
anak Piaget (Piaget & Inhelder,1969) dan praktik pengajaran yang berasal dari teori
pembelajaran sosial Vygotsky (1934-1962), model High/Scope memandang anak-anak
sebagai pembelajar aktif yang paling baik belajar melalui kegiatan yang mereka
rencanakan, laksanakan, dan reflesikan sendiri.
Orang dewasa mengatur bidang minat dalam lingkungan pembelajaran yaitu
mempertahankan rutinitas harian yang mengizinkan anak-anak merencanakan dan
meneruskan kegiatan mereka sendiri, mengikuti kegiatan anak-anak dan membantu
mereka merenungkan berbagai hal serta memberikan bahasa melalui percakapan  dan
pengamatan. Orang dewasa juga mendorong anak-anak meraih petunjuk perkembangan
utama dan membantu dan membantu mereka belajar mengambil keputusan, memecahkan
masalah serta secara umum terlibat dalam kegiatan yang meningkatkan perkembangan
kecerdasan, sosial, dan fisik. Penelitian empiris sistematis selama berpuluh-puluh tahun
menunjukkan bahwa model High/Scope berhasil meningkatkan kesempatan hidup anak-
anak yang turut serta dalam program tersebut.
Sementara model High/Scope berkembang antusiasme nasional pada model
pendidikan anak usia dini juga bermunculan. Pemerintah federal menjaga antusiasme ini
dengan menaruh minat aktif pada pendidikan anak usia dini sebagai sarana untuk
membantu anak-anak miskin menghindari kegagalan bersekolah dan akibatnya yang
tragis. War on Poverty(Perang terhadap kemiskinan) dan Economic Opportunity
Act (Undang-Undang Kesempatan Ekonomi) tahun 1964 oleh Presiden Lyndon Johnshon
mengawali peranan federal dalam pendidikan anak usia dini melalui proyek Head Start
Nasional, yang sejak saat itu terus berkembang selama bertahun-tahun.
Pada akhir tahun 2007, pusat pelatihan High/Scope dan institut nasional berlisensi
beroperasi di Kanada, Inggris Raya, Indonesia, Irlandia, Korea, Meksiko, Singapura,
Belanda dan Afrika Selatan. Buku-buku teks dasar dan instrument penilaiannya
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Cina, Belanda, Finlandia, Perancis, Korea,
Norwegia, Spanyol, Turki dan Indonesia. Usaha ini membantu menyebarkan contoh
pendidikan yang demokratis dalam pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan budaya,
bahasa lokal dan terbuka untuk digunakan di manapun oleh orang dewasa yang penuh
pemikiran.
Penelitian prasekolah High/Scope perry (Schweinhart dkk., 2005) dan Penelitian
banding kurikulum prasekolah High/Scope (Schweinhart & Weikart, 1997) menunjukkan
bahwa model anak usia dini High/Scope memiliki  manfaat penting dalam berkelanjutan
karena membantu perkembangan hal-hal berikut ini:
Memberdayakan anak dengan membiarkan mereka memulai dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran mereka dan mengambil keputusan secara mandiri.Memberdayakan
orang tua dengan melibatkan mereka dalam hubungan yang berkelanjutan sebagai mitra
penuh dengan guru dalam mendukung perkembangan anak-anak mereka.
Memberdayakan guru dengan memberi mereka contoh efektif yang di dukung oleh
pelatihan dan pengawasan yang sistematis, beserta perangkat pengamatan untuk menilai
perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, semoga program saat ini bisa ditiru
sepenuhnya. Selanjutnya, tidak ada alasan untuk berpikir bahwa hubungan antara model
pendidikan dan pencapaian anak yang dimulai pada tahun 1960an berbeda dengan saat
sekarang ini.
High/Scope memiliki komponen penting, yaitu :
a) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di
dalam learning center yang beragam.
b) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan – do – review). Guru membantu anak
untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana
mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
c) Pengalaman kunci (key experience). Pengal aman-pengalaman penting anak
dipakai untuk pembelajaran .
d) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Asesmen yang digunakan High/scope yaitu system Child Observation Record(COR)
untuk memantau kemajuan perkembangan anak.
Hal-hal yang diobservasi oleh guru yaitu:
 Inisiatif (cara anak mengekspresikan pilihannya).
 Hubungan sosial (cara berhubungan dengan teman).
 Representasi kreatif (membangun, berpura-pura).
 Musik dan gerakan (memiliki inisiatif gerakan saat mendengarkan tempo lagu).
 Bahasa dan literatur (menghitung objek, menjabarkan jarak waktu).
Model Pembelajaran Montessori

Model pembelajaran montessori di gagas oleh seorang dokter wanita pertama di


Italia, Mari Montessori. Montessori lahir di Chiaravalle, sebuah provinsi kecil di Ancona,
Italia pada tahun 1870. Dia bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma yang
menyebabkan dia sering berinteraksi langsung dengan cacat mental. Ia tertarik untuk
mencari solusi pendidikan untuk masalah-masalah seperti ketulian, kelumpuhan
keterlambatan mental. Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak cacat mental
akhirnya ditindaklanjuti dengan pendirian Casai dei Bambini atau Children’s House di
daerah-daerah kumuh di Roma tahun 1907. Maria Montessori meyakini bahwa dalam
tahun-tahun awal seorang anak mempunyai “sensitive periode” (masa peka). Potensi ini
akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk
berkembang, tepat pada waktunya. Montessori memberikan panduan periode sensitif atau
masa peka ini dalam sembilan tahapan pada tabel berikut:
TAHAP USIA PERKEMBANGAN
1 Lahir-3 tahun Absorbed mind,perkenalan dan pengalaman sensoris
2 1,5-3 tahun Perkembangan bahasa
3 1,5-4 tahun Perkembangan dan koordinasi anatara mata dan otot-
ototnya serta perhatian pada benda-benda kecil
4 2-4 tahun Perkembangan dan penyempurnaan gerakan, perhatian
besar pada hal-hal yang nyata, dan mulai menyadari urutan
waktu dan ruang
5 2,5-6 tahun Penyempurnaan penggunaan panca indera
6 3-6 tahun Peka terhadap pengaruh orang dewasa
7 3,5-4,5 tahun Mulai mencorat coret
8 4-4,5 tahun Indera peraba mulai berkembang
9 4,5-5,5 tahun Mulai tumbuh minat baca

Langkah pembelajaran dalam metode initerdiri dari tiga langkah, yaitu:


1. Langkah menunjukkan. Seorang guru menunjukkan kertas berwarna merah sambil
mengatakan ini merah.
2. Langkah mengenal. Guru meletakkan beberapa kertas berwarna dan meminta anak
untuk mengambil warna merah.
3. Langkah mengingat. Guru mengambil salah satu kertas dari beberapa kertas yang
telah diacak dan bertanya kepada mereka “ini warna apa?”.
Montessori menyatakan,”penting bagi guru untuk memandu anak tanpa membuat anak
terlalu merasakan kehadirannya, sehingga guru selalu siap memberikan bantuan yang
diinginkan , tetapi tidak menjadi penghalang antara anak dan pengalamannya”. Berikut
adalah peranan guru dalam program Montessori:
1. Menghormati anak dan pembelajarannya.
2. Membuat anak sebagai pusat pembelajaran.
3. Mendorong pembelajaran anak.
4. Mengamati anak.
5. Mempersiapkan lingkungan pembelajaran.
6. Memperkenalkan materi pembelajaran dan mendemonstrasikan pelajaran

Dalam lingkungan yang siap, materi dan aktivitas tertentu mendukung tiga area dasar
keterlibatan anak, yaitu: kehidupan praktis atau pendidikan motorik, materi sensorik untuk
pelatihan indera, dan materi akademik untuk pengajaran menulis, membaca dan
matematika.
a. Kehidupan praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktivitas motorik dasar sehari hari misalnya
melepas dan memakai sepatu sendiri. Aktivitas seperti ini membuat anak tidak
tergantung pada orang dewasa dan mengembangkan konsentrasi. Penganut
Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktivitas, mereka secara
bertahap memperpanjang rentang konsentrasi. Seiring mereka mengikuti rangkaian
tindakan yang teratur, mereka belajar memperhatikan hal-hal yng detail.
Pengajaran verbal guru diupayakan seminimal mungkin. Penekanan pada proses
pengajaran adalah pada menunjukkan cara – memberi contoh dan memperhatikan.
Aktivitas kehidupan praktis diajarkan melalui empat tipe latihan yang berbeda,
yaitu kepedulian orang melibatkan beberapa aktivitas, kepedulian lingkungan,
hubungan sosial, serta analisis dan kontrol gerakan.
b. Materi sensorik
Inti program Montessori adalah rangkaian khusus materi pembelajaran yang
membantu anak belajar dan yang mendukung gagasan Montessori mengenai cara
terbaik memfasilitasi pemelajaran anak. Banyak materi ini di rancang untuk
melatih dan menggunakan indera guna mendukung pembelajaran. Fungsi materi
sensorik adalah membantu membuat anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk
meneerima , menafsirkan, dan menggunakan rangsangan. Kedua , materi sensorik
membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati dan membedakan secara
visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca awal
umum. Ketiga, materi sensorik meningkatkan kemampuan anak untuk berfikir,
sebagai proses yang bergantung pada kemampuan membedakan,
mengklasifikasikan, dan mengatur. Anak secara konstan menghadapi keputusan
mengenai materi sensorik. Aktivitas sensorik bertujuan untuk mempersiapkan anak
untuk menyambut periode sensitif yaitu menulis dan membaca. Materi pelatihan
dan pengembangan indera memiliki karakteristik kontrol kesalahan, pemisahan
kualitas tunggal, keterlibatan aktif serta daya tarik.
c. Materi akademik untuk menulis, membaca dan matematika
Materi montessori adalah akademik yang dirancang khusus untuk mendorong
kemampuan menulis, membaca dan matematika. Mmontessori berkata bahwa anak
”masuk secara spontan” ke menulis dan membaca. Ia mengantisipasi paktik saat ini
seperti pendekatan kontemporer keseluruhan bahasa dalam memadukan menulis
dan membaca serta mmpertahankan bahwa melalui menulis anak belajar membaca.
Montessori yakin bahwa banyak anak siap menulis pada usia 4 tahun.
Fitur-fitur lain dari sistem Montessori adalah kelompok usia yang beragam.
Manfaat dari kelompok anak dengan beragam usia adalah anak dapat belajar dari yang lain
dan saling membantu, beragam mater tersedia untuk semua usia, dan anak-anak yang lebih
besar menjadi contoh dan teman bekerja sama bagi anak-anak yang lebih kecil. Di kelas
Montessori anak-anak bebasbelajar pada tingkat kemampuan dan prestasi mereka sendiri.
Mereka memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan yang mana dan mengerjakan dengan
tingkatan mereka sendiri.

MODEL PEMBELAJARAN REGGIO EMILIA


Nama Reggio Emilia diambil dari nama sebuah kota kecil dibagian utara Italia.
1. Tujuan pembelajaran dari Reggio Emilia adalah:
a. Mempromosikan studi, penelitian, eksperimen dalam pembelajaran dengan
konteks pembelajaran yang aktif, konstruktif, dan kreatif.
b. Mengomunikasikan kekuatan ide dan hak anak, potensi, dan sumber-sumber
yang sering kali terabaikan.
c. Meningkatkan profesionalisme guru, mendukung suatu kesadaran yang tinggi
terhadap nilai-nilai kerja sama dan kebermaknaan hubungan antara anak dan
keluarganya.
2. Peranan guru dalam pendidikan dengan pendekatan Reggio Emilia, yaitu:
a. Mengatur kelas dan benda-benda yang ada dikelas agar menjadi tempat yang
menyenangkan.
b. Membantu bagi anak dalam pengalaman belajar anak.
c. Mendorong anak agar mengeluarkan ide, cara pemecahan masalah dan konflik.
3. Pandangan model pembelajaran Reggio Emilia terhadap suatu
proyekpembelajaran yaitu:
a. Proyek dapat diperkenalkan oleh guru melalui hal-hal yang menjadi minat
anak. Misalnya: gedung-gedung tinggi, bentuk bangunan.
b. Memunculkan ide-ide yang diberikan anak atau dari minat anak.
c. Proyek dapat diprovokasi oleh guru untuk membantu perkembangan anak.
4. Metode Reggio Emilia
Kepercayaan-kepercayaantentanganakdancaraanakbelajar
a. Hubunganberfokuspadasetiapanakdandilandaskandalamhubungannyadeng
ankeluarga, anak-anaklain,guru, lingkungansekolah, komunitas,
danmasyarakatluas.
b. Waktuparaguru di Reggio Emilamenyakinibahwawaktutidaklahdiaturoleh
jam dinding, dankelangsungan proses
belajartidakbolehdiinterupsiolehharidantanggal.
c. Peran orang dewasaorang-orang
dewasamemilikiperanbesardalamkehidupananakkesejahteraananakberhubu
ngandengankesejahteraaan orang tuadan guru.
a) Gurumengamatidanmendengarkanapa yang
dikatakananakuntukmengetahuicaramembuatrencanaataumeneruskantu
gasanak. Guru adalahrekanteman bekerjasamaanakdalam proses
penelitiandanpembelajaran yang berkelanjutan.
b) Atelieristaadalahguru yang terlatihdalambidangseni visual, yang
bekerjaberdampingandengan guru lain dananak di TK,
danmengadakankunjungankepusat-pusatbayi – balita.
c) Keluargaadalahkomponenpentingdalamproses Reggio
danmerekadiikutsertakandalamkomitepenasehat yang
menyelenggarakansetiapsekolah.
d) Lingkungan program tersebutadalahlingkungandimana orang
dewasamenuangkanpemikirantentangkualitasdankekuataninstruktifruan
g.
i. RuangFisik untukmenyambutsiapapun yang
memasukinyamendorongterjadinyainteraksi, komunikasi,
danhubungan.
ii. Pusat-pusatdansekolahRegioditataindahdetailnyadiperhatikan,
warna cat dinding, bentuk furniture,
pengaturanobjekdalamrakdanmeja.
iii. Lingkungannya personal danpenuhdenganhasilkaryaanakdimana-
manaterdapatlukisan, gambaran, patungkertas, konstruksikabel.
iv. Atelieradalahkamarkerjakhususatau studio, yang
adadandigunakanolehsemuaanakdan guru disekolah. Studio
iniberisiberagamalatdanbahandanjugacatatanproyekdankegiatan
yang lalu.

METODE PEMBELAJARAN BANK STREET


I. Sejarah Pendekatan Bank Street
Salah satu perusahaan pendidikan mandiri yang dirancang untuk memberi cara
baru dan peraturan sosial baru adalah Bureau of Education Experiments (Biro
Eksperimen Pendidikan). Didirikan pada tahun 1916 oleh Lucy Sprague Mitcell,
Caroline Pratt, dan Harriet Johnson, biro ini kemudian mendirikan Bank Street
College of Education. Sekolah ini dirancang sebagai arena belajar anak – anak serta
untuk merencanakan praktik pengajaran yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan.
Mitchell menggabungkan karier skala penuh dengan kehidupan yang aktif, ia
adalah pelopor sesuatu yang oleh Joyce Antler (1981, 1987), disebut sebagai
“feminisme” (pejuang kaum wanita) sebagai proses kehidupan.
Pada 1930 Cooperative School for Teacher (Sekolah koperasi untuk guru)
didirikan untuk menyiapkan guru bekerja dengan cara – cara baru ini dan membantu
guru belajar sebagaimana yang dilakukan anak – anak : dengan eksperimen aktif.
Pendekatan ini sesuai dengan apa yang kini dikenal sebagai constructivism
(konstruktifisme).
Dua konsep lingkup yang luas adalah inti bagi pendekatan perkembangan
interaksi yang terus berkembang yaitu progresivisme dan kesehatan mental.

II. Prinsip – prinsip Dasar Pendekatan Bank Street


Beberapa prinsip umum tentang perkembangan dan interaksi anak – anak
dengan lingkungan sosial dan fisik adalah hal dasar bagi pemahaman metode Bank
Street. Ciri istimewa dalam pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan fungsi kognitif
tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan proses antarpribadi.
Prinsip dasar lainnya adalah bahwa anak terlibat secara aktif dengan lingkungan
bersifat bawaan pada motivasi manusia. Secara umum, arah pertumbuhan mencakup
gerakan dari yang paling sederhana ke arah yang lebih rumit.
Gagasan yang sama dengan sejumlah pendekatan yang lain ialah pentingnya
pemahaman akan diri sebagai manusia yang unik dan mandiri. Pertumbuhan dan
pendewasaan selalu melibatkan konflik, baik konflik dengan diri sendtiri ataupun
dengan yang lain. Sifat dasar interaksi dengan figur penting dalam kehidupan anak
dan tuntutan budaya akan menemukan bagaimana konflik diatasi.
Pendidikan dari Bank Street mendorong perkembangan anak secara keseluruhan
untuk dapat bertanggungjawab dengan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat;
mengembangkan potensi dan motivasi untuk meningkatkan kemampuan,
mengembangkan rasa untuk terlibat dalam komunikasi sosial dan kepedulian dengan
lingkungan, serta mendorong kreativitas.
Prinsip – prinsip dasar Bank Street dapat dirangkum menjadi berikut :
1. Perkembangan berawal dari simple menuju kompleks
2. Sifat individual terjadi secara kontinyu
3. Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan hal – hal
baru yang dipelajari
4. Anak memiliki motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan
5. Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman orang lain dan objek dalam
berintraksi
6. Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu dan
orang lain.

III. Kurikulum dan Kegiatan Pendekatan Bank Street


Metode pembelajaran di Bank Street menggunakan filosofi desain pendidikan
yang didasarkan pada pengalaman , disiplin diri, dan kolaboratif. Fiolosofi ini
menggabungkan antara teori perkembangan dan praktik pengajaran yang didasarkan
pada tahapan perkembangan anak didik.
Misi sekolah Bank Street yaitu meningkatkan mutu pendidikan anak dan
gurunya dengan mengaplikasikan proses pendidikan dengan pengetahuan yang sesuai
mengenai konsep belajar dan bertumbuh, dean dengan menghubungkan pengajaran
serta pembelajaran menjadi lebih bermakna di dunia sekitar mereka. Dengan
demikian, pembelajaran tidak hanya bersifat individual tetapi juga menyangkut
komunitas termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas yang lebih besar bagi anak dan
orang dewasa dengan seluruh keberagamannya untuk berinteraksi dan belajar. Bank
Street memandang bahwa pendidikan merupakan kesempatan untuk membangun
komunitas yang lebih baik.
Untuk belajar dari pengalaman, anak – anak harus terlibat langsung dan aktif
dengan lingkungan sosial dan fisik dan ditawari beragam kesempatan untuk melihat,
menyentuh, menyimak, mencium, dan merasakan dunia mereka.
Secara eksplisit atau implicit, teori atau filosofi pendidikan apapun mengandung
pandangan pembelajaran, pertimbangan hubungan antara pembelajaran dan
pengajaran, dan pernyataan tentang pengetahuan apa yang paling tepat untuk
diketahui.
1. Pembelajar
Sejak lahir anak dianggap sebagai makhluk yang ingiiin tahu yang terlibat
secara aktif dalam interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka, dan
yang melalui eksperimen serta eksplorasi, berusaha dengan giat untuk
mengenali makna dunia tempat mereka tinggal. Dalam pertemuan mereka
dengan lingkungan sosial dan fisik, anak – anak merespon dengan keseluruhan
diri mereka. (Lucy Sprague Mitchell, 1951).

2. Pengetahuan dan Pengalaman


Dalam pendekatan Bank Street, penelitian – penilitan sosial adalah inti
atau pusat kurikulum. Penelitian sosial adalah tentang hubungan antara dan
diantaranya banyak orang dan lingkungan mereka. Yang mendasar pada
pendekatan ini adalah sekolah memberikan kesempatan terus – menerus bagi
anak – anak untuk merasakan kehidupan demokratis.
Yang penting adalah apa dan bagaimana dalam pembelajaran harus saling
terkait. Apa yang dipelajari tentang dunia tidak terpisah dari bagaimana
pengetahuan itu diperoleh dan digunakan.

3. Guru
Pengajaran adalah hal yang rumit dan menuntut, tentunya memerlukan
pengetahuan, keterampilan, dang pengaturan. Guru harus banyak mengetahui
tentang isi studi sosial bukan untuk memberikan informasi pada anak – anak
tapi sebagai pedoman dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna; untuk
merencanakan ksempatan pengalaman anak – anak ; untuk mengetahui sumber
daya yang tersedia; dan untuk menilai perkembangan studi tersebut.

4. Lingkungan Pembelajaran
Kelas Bank Street atau perkembangan interaksi adalah lingkungan yang
dinamis yang menerima peran serta aktif, kerjasama, dan kemandirian, dan
keragaman dalam ekspresidan komunikasi. Permainan seperti puzzle,
manipulative (berbagai benda untuk bermain dengan bentuk benda seperti
segitiga, kubus, lingkaran, dsb.)Ada juga kegiatan bercocok tanam, memasak,
menganyam.
Alokasi ruang memberikan tempat yang cukup untuk permainan
sandiwara, menyusun balok, dan pertemuan kelompok kecil. Keluwesan jadwal
memberikan waktu tambahan bagi anak – anak untuk menggali potensi secara
aktif, untuk berjalan – jalan, untuk terlibat dalam perluasan ide dan minat, dan
bekerja sama. Keluwesan terdapat dalam konteks familiar seperti rutinitas
waktu, makan camilan, makan siang, bererita, istirahat, dan waktu khusus, dan
waktu di luar ruangan.

5. Merasakan dan Menggabungkan Pengetahuan


Dalam status sosial, sejarah, dan kisah kehidupan manusia dipandang dari
perspektif bidang pngetahuan yang berbeda. Seperti yang ditulis Dewey dalam
diskusi geografi, salah satu disiplin ilmu dalam studi sosial berbalik
menimbulkan pertanyaan dan gagasan pada banyak orang.
Dalam studi sosial banyak ditawarkan kesempatan untuk bertanya,
memecahkan masalah, dan memahami lingkungan sosial dan fisik dalam
interaksi kita yang terdapat bentuk spiral pembelajaran dan pemahaman diri dan
duniayang terus berkembang, misalnya minat dan penggalian anak – anak usia 5
– 8 tahun tentang sejarah penduduk asli di daerah tempat tinggal mereka.

6. Keluarga
Guru harus menyadari beragam makna keluarga bagi anak – anak dalam
kelas dan tidak membuat anggapan mengenai susunan keluarga atau nilai – nilai
yang dianut. Misalnya, nilai keluarga bisa berbenturann dengan nilai – nilai
sekolah dan budaya yang lebih luas. (Delpit(Delpit(Delpit, 206; Ramsey, 2004;
Wasow, 2000).

7. Masyarakat
Perlahan minat anak – anak pada dunia luar selain keluarga mulai meluas.
Saat guru memberikan, menyusun, dan mengarahkan rasa ingin tahu dan minat
anak – anak dan memulai studi tentang hidup masyarakat. Dalam pembahasan
berikutnya, anak – anak memiliki kesempatan untuk berpikir dan
mengungkapkan gagasan mereka, informasi mereka dan kekeliruan informasi.

8. Penilaian
Sejumlah penilaian yang dilekatkan dengan kurikulum memberikan guru
sarana yang penting untuk mengetahui bagaimana anak – anak belajar dan
tumbuh. Bank Street sudah lama menyokong berbagai pendekatan pada
penilaian, berdasarkan pemahaman, bagaiman anak yang sedang tumbuh
memahamai dunianya dan memberikan sejumlah kesempatana bagi siswa untuk
mewakili pemahaman tersebut.
Sebaliknya, kebijakan federal saat ini mendeifnisikan hasil yang
diharapkan dari siswa dalam bentuk nilai tes, khususnya kemampuan untuk
membaca dan menulis dan matematika, yang mendorong gerakan reformasi
sekolah menempatkan penilaian di gari depan perubahan pendidikan untuk
meraih standard prestasi akademik yang lebih tinggi.
Sebuah penekanan yang dikemukakan oleh Zimiles (1987) bahwa tidak
ada penilaian yang siap dilaksanakan yang mengukur semua atribut pembelajar
ini dengan pantas. Guru kelas didesak untuk menyokong anak – anak dalam dua
cara, yaitu : 1. Dengan memeriksa kualitas piranti penilaian dan mengajukan
pertanyaan yang sesuai mengenai pelaksanaan. 2. Dengan memprsiapkan anak –
anak untuk mengerjakan tes tanpa mengorbankan kurikulum yang kaya dengan
kesempatan untuk pembelajaran akademik, sosial, emosional, dan fisik.
Dalam penilaian digunakan data untuk analisis yang meliputi : cakupan
penuh kegiatan harian kelas, interaksi, dan hasil karya (misalnya : bermai,
membaca, memechakan soal matematika, bekerja dengan materi, dan
berinteraksi dengan yang lain).
Selain itu, pengujian dan penilaian seksama portofolio hasil karya anak –
anak sepanjang waktu menampilkan kisah penting pertumbuhan melalui karya
seni, tulisan, penghitungan, dan perakitan.

IV. Fokus Utama dalam Pendekatan Bank Street


Perkembangan bukan sesuatu yang terjadi pada anak – anak melainkan hasil
dari interaksi anak di dunia sosial dan fisik. Dalam pandangan anak, perhatian
diberikan pada pengembangan :

1. Kompetensi
Bagaimana individu menggunakan keterampilan dan pengetahuannya dalam
kehidupan.

2. Individualitas
Menekankan fungsi kemandirian, kemampuan untuk membuat pilihan,
mengambil inisiatif, risiko kegagalan, dan menerima bantuan tanpa
kehilangan kebebasan.

3. Sosialisasi
Ada dua tingkat, tingkat pertama berhubungan dengan kontrol dan memikir
ulang, adaptasi, dan internalisasi perilaku; tingkat kedua mengacu kepada
perkembangan hubungan dengan orang lain yang ditandai dengan
kepedulian, kejujuran, tanggungjawab, dan kerjasama.

V. Peran Guru dalam Pendekatan Bank Street


Ruang kelas adalah situasi belajar dimana guru menjadi mata rantai antara dunia
minat dan pengalaman pribadi anak. Guru harus mengetahui banyak tentang isu studi
sosial bukan untuk member informasi tersebut pada anak, tetapi dijadikan pedoman
dalam mengajukan pertanyaan yang bermakna, untuk merencanakan kesempatan
pengalaman anak, untuk menilai perkembangan studi tersebut.
1. Guru memahami perkembangan anak
2. Guru memiliki potensi dasar pengetahuan
3. Guru memilih dan menyusun materi – materi untuk siswa
4. Guru mengetahui anak secara individual
5. Guru sebagai fasilitator

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


MASING – MASING METODE PAUD

No Metode Kelebihan Kelemahan


.
1. BCCT 1. Kurikulumnya diarahkan 1. Memerlukan banyak ruangan
untuk membangun yang luas, dan membutuhkan
pengetahuan anak (to sarana yang memadai.
construct knowledge) 2. Penerapnnya sedikit lebih sulit
yang digali sendiri melalui apabila dibandingkan dengan
berbagai pengalaman penerapana metode
main di sentra – sentra konvensional.
kegiatan, sehingga
mendorong kreativitas
anak.
2. Pendidik lebih berperan
sebagai perancang,
pendukung, dan penilai
kegiatan anak dengan
mengkondisikan setaiap
anak untu berperan aktif.
3. Pembelajarannya bersifat
individual, sehingga
rencana, dukungan, dan
penilaiannya disesuaikan
dengan tingkat
perkembangan, dan
kebutuhan setiap anak.
4. Kegiatan pembelajaran
terinci dengan jelas mulai
dari penataan lingkungan
main sampai pada
pemberian pijakan –
pijakan sebelum, selama,
sesudah main sehingga
dapat dijadikan panduan
pendidik pemula.
5. Setiap anak memperoleh
dukungan untuk aktif
kreatif, dan berani
mengambil keputusan
sendiri tanpa harus takut
akan kesalahan.
6. Fleksibel, dapat dilakukan
secara bertahap sesuai
dengan kondisi setempat.
2. High Scope 1. Membantu guru dalam 1. Anak dan guru adalah mitra
berkontribusi banyak pada kerja dalam artian tidak ada
perkembangan anak. pendidikan moral dalam
2. Anak dituntut untuk menghargai guru.
memilih pembelajaran apa 2. Guru harus kratif menciptakan
yang akan mereka suasana yang dapt mendorong
pelajari. siswa untuk aktif.
3. Membentuk anak untuk
menjadi pembelajar yang
aktif.
4. Memiliki manfaat dalam
jangka panjang bila
diterapkan kepada anak –
anak yang hidup dalam
kemiskinan.
5. Membentuk kemandirian
anak dalam mengambil
keputusan dan
memecahkan masalah.
6. Membentuk anak agar
lebih siap untuk memasuki
sekolah dasar.
7. Tidak hanya mencetak
anak yang berhasil dalam
bidang akademik, namun
juga memiliki skill
termasuk emotional skill
dan social skill.
8. Kerjasama yang erat
antara orangtua dan anak
sehingga memaksimalkan
perhatian yang
mendukung tumbuh
kembang anak.
3. Montessori 1. Konsep pendekatan 1. Terlalu bersifat perorangan,
Montessori dapt diberikan sehingga memerlukan rasio
pada anak dari berbagai perbandingan antara guru dan
macam latar belakang dan murid yang kecil
kondisi yang beragam. 2. Memerlukan media
2. Berhasil menghasilkan pembelajaran yang sangat
konsep dan material / alat beragam serta harga material
pendidikan yang yang sangat mahal sulit
sistematis dan operasional terjangkau oleh sekolah –
sesuai dengan tahapan sekolah umum.
perkembangan dan 3. Pelatihan penyelenggaraan
kemampuan anak. konsep pendidikan ini sangat
3. Memiliki laboratorium mahal.
sekolah dan system 4. Menyulitkan guru dalam
penyelenggaran yang menilai perkembangan anak
terkontrol terhadap yang tiap usia berbeda tahapan
seluruh system perkembangannya.
pendidikan.
4. Mengeluarkan panduan –
panduan tentang system
pembelajaran di sekolah.
5. Menggabungkan anak dari
berbagai usia yang
berbeda akan membentuk
sikap menghargai,
menghormati, imitasi
sikap, dan saling
membantu.
4. Reggio Emilia 1. Anak dilatih untuk bekerja 1. Dibutuhkan banyak bahan dan
mengamati sesuatu perngkapa untuk mendukung
berdasarkan rencana keatttifiiitttaaas anak, tttidak
belajar dan waktu yang hanya guru yang dibuthkan
telah disusun. pada pendekatan ini kreatif lagi
2. Kurikulum yang dibuat terlatih.
berdasarkan kebutuhan 2. Dibutuhkan gedung yang luas
anak. untuk pendekatan ini,
3. Anak dapat bebas dikarenakan banyaknya sentra
menyalurkan imajinasinya maupun area yang diperlukan
melalui kreatifitas anak pada pembelajarannya
yang didukung penuh oleh
pendekatan ini.
5. Bank Street 1. Pendekatan pembelajaran 1. Tidak tampak adanya
dilakukan melalui hal– hal keterlibatan orang tua.
yang paling disukai anak. 2. Guru dituntut untuk menguasai
2. Anak bebas memilih topic dan mendapat pelatihan
permainan yang 3. Perlu adanya perhatian
diinginkan. terhadap rasio guru dan anak.
3. Anak–anak didorong 4. Memerlukan sarana dan
belajar dengan cara prasarana serta fasilitas
mereka. pendidikan yang memadai.
4. Bermain sebagai cara
pembelajaran yang
terbaik.

Daftar Pustaka
Indrijati, Herdina. Dkk. 2016. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini :
Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Prenada Media Group

Roopnarine, J. Dkk. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini. Amerika: Kencana

Suyadi, M.Pd.I. 2010.PsikologiBelajar PAUD. Yogyakarta: PEDAGOGIA

http://www.scribd.com/doc/41293336/Developmental-Interaction-Approach-Assignment

Anda mungkin juga menyukai