Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SEMI PADAT


DAN CAIR

“KRIM KALAMIN”

Disusun Oleh:

Levina Diva Irtan (2018210089)

Nusairah Bong (2018210102)

Ilmi Suci Shafana (2018210109)

Siti Rahayu Wulansari (2018210111)

Alicia Ega Tri Utami Putri (2018210099)

Kelas/Kelompk: D1/4

Tanggal Praktikum: 12 April 2020

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2020
I. TUJUAN:
A. Mengetahui cara pembuatan dan formula sediaan krim
B. Mengamati pengaruh basis terhadap karakterisitik sediaan
II. TEORI DASAR:
1. ( Di + Keuntungan dan kekurangan sediaan)
2. (Alasan pemilihan bahan, zat aktif beserta excipient, parameter yang
di bahas : kelarutan, kegunaan, compatible/tidak, stabilitas dan PH
sediaan dan target pada penggunaan)

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau


lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat
yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
(Farmakope Indonesia edisi V, hal 46)
Secara umum, fungsi utama krim adalah untuk menjaga
keseimbangan kelembaban dan menjaga kulit tetap lembab dan kenyal
melalui pasokan air, humektan dan minyak. Selain krim yang melembabkan
kulit dan membuatnya lebih kenyal, ada juga banyak lainnya yang memiliki
fungsi tambahan untuk merangsang sirkulasi, pembersihan kulit dan
menghapus riasan. Karena krim sangat mudah digunakan dan diaplikasikan
pada kulit dan berbagai macam formulasi mungkin untuk mereka, mereka
dapat dibuat terasa ringan saat digunakan, sedikit berminyak, keras atau
lembut, memberi perasaan lembab, menyebar dengan baik, mudah menembus
kulit, mudah atau sulit dibersihkan dan mampu atau tidak mampu dibilas
dengan air. Sangat mudah untuk memvariasikan jumlah air, dan jumlah dan
jenis humektan dan minyak dalam formulasi yang sesuai berbagai keperluan
penggunaan untuk memenuhi berbagai jenis kulit, kondisi kulit, rutinitas
kosmetik dan preferensi yang bervariasi sesuai dengan musim, usia pengguna
dan kehidupan lingkungan hidup.
Krim terdiri dari emulsi O / W atau W / O yang fitur-fiturnya khusus
disediakan oleh surfaktan dan bahan berminyak digunakan di dalamnya.
Dalam kasus tipe O / W, hidrofilik surfaktan digunakan di utama. Bahan-
bahan berminyak yang digunakan bisa sangat bervariasi tanpa polaritas bagi
mereka yang polaritasnya sangat tinggi. Dalam kasus krim dengan proporsi
fase internal yang tinggi, keadaan krim dicapai ketika fluiditas struktural
menghilang sebagai hasil dari peningkatan kepadatan partikel emulsi.
Namun, ketika rasio fase internal rendah, untuk mencapai tingkat ketegasan,
perlu menambahkan zat amfifilik seperti alkohol yang lebih tinggi dan lebih
tinggi asam lemak sehingga fluiditas fase eksternal menghilang dan stabilitas
keadaan krim ditingkatkan. Alkohol yang lebih tinggi adalah zat amfifilik
yang biasanya digunakan. Telah ditunjukkan bahwa jika mereka digunakan
dalam kombinasi dengan surfaktan non-ionik, kristal cair bentuk pipih dalam
fase eksternal (fase air) yang membuat struktur gel di dalamnya. Untuk
membuat krim jenis ini menjadi lebih stabil seiring waktu, sangat efektif
untuk menggunakan alkohol setil bersama dengan alkohol stearil.
Tipe-tipe krim:
A. Vanishing Cream
Vanishing cream memiliki nama ini karena tampaknya
menghilang ketika menyebar di kulit. Dijelaskan secara
singkat, vanishing cream adalah emulsi air dan asam stearat
(dan alkohol yang lebih tinggi, monogliserida asam stearat,
dll.). Untuk memberikan efek pelembab, alkohol polihidrik
(gliserin, sorbit, propilen glikol, polietilen glikol, dll.)
Ditambahkan. Ini menggunakan emulsi tipe 0 / W hanya
dengan fase minyak 10-20% disebarkan melalui fase air dan
telah menjadi salah satu jenis krim utama bertahun-tahun.
Ketika asam stearat dalam fase minyak dan kalium
hidroksida (bisa juga demikian natrium hidroksida atau
trietanol amina) dalam campuran fase air, ada netralisasi reaksi
yang menghasilkan kalium stearat yang bertindak sebagai
pengemulsi. Ini disebut reaksi emulsifikasi (emulsifikasi
sabun) dan merupakan metode pembuatan yang telah banyak
digunakan. Namun, dengan diperkenalkannya surfaktan,
sekarang ada banyak krim lenyap yang dibuat menggunakan
kombinasi emulsifikasi reaksi dan surfaktan. Saat ini, karena
pH krim mendekati netral, jenis utama dari sistem emulsi yang
digunakan adalah salah satunya menggunakan surfaktan non-
ionik bersama dengan sejumlah kecil sabun
B. O/W – Type Medium Cream
Krim paling emolien (krim bergizi, krim malam, krim
lembab) dari jenis ini. Memiliki fase minyak 30-50%, karakter
krim jenis ini berada di tengah-tengah antara krim lenyap dan
krim dingin itulah sebabnya itu disebut krim sedang. Ini
adalah jenis krim yang sangat berguna karena rendah
kandungan minyak, itu memberikan perasaan ringan dan
keduanya larut dalam minyak dan farmasi larut dalam air agen
dapat dimasukkan dalam formula.
C. Massage Cream
Krim pijat adalah jenis krim dingin yang khas. Untuk
waktu yang lama, krim pijat dibuat menggunakan sabun yang
dibentuk oleh reaksi lilin lebah dan boraks pengemulsi (lihat di
bawah) tetapi persentase sabun dalam jumlah total pengemulsi
miliki sedikit demi sedikit semakin berkurang. Baru-baru ini,
jumlah krim pijatan yang tidak termasuk sabun sama sekali
telah meningkat karena terasa ringan saat digunakan dan
menyebar dengan baik pada kulit.
D. Cleansing Cream
Krim pembersih awalnya dioleskan ke kulit dan hanya
dibersihkan tetapi dengan kebutuhan krim yang dapat dibilas
di toilet atau kamar mandi untuk membuatnya lebih nyaman
digunakan, tipe penggunaan ganda yang dapat dihapus atau
dibilas sekarang menjadi yang utama di pasar. Untuk
mencegah rasa lengket yang tersisa setelah dicuci, proporsi
minyak padat dan semi-padat dalam fase minyak memiliki
telah berkurang.
E. W/O Type Emollient Cream
Sebelumnya, dengan emulsi W / 0, krim dengan
stabilitas yang baik hanya dapat diperoleh dengan
meningkatkan viskositas fase eksternal (fase minyak) yang
membuatnya terasa berminyak dan lengket saat digunakan,
jadi, sebagai krim emolien, jenis krim ini tidak terlalu populer.
Namun, dengan perkembangan teknik seperti amino teknik
emulsifikasi gel asam dan teknik emulsifikasi gel mineral
lempung yang dimodifikasi secara organik, yang mencakup
berbagai jenis fase air (air dan humectant) dan menghasilkan
stabilitas tinggi, bahkan jika jumlah minyak padat dan semi-
padat dalam fase air sangat berkurang, sekarang dimungkinkan
untuk membuat krim emolien melayani berbagai kebutuhan.
F. Anhydrous Oily Cleaning Cream
Krim jenis ini juga dikenal sebagai pencairan krim dan
itu hanya terdiri dari minyak yang belum diemulsi. Karena
mudah dibuat, krim pembersih ini telah dibuat selama
bertahun-tahun. (New Cosmetic Science, T. Mitsui, page 341-
351)
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif
1. Kalamin
(Farmakope Indonesia V hal 582; Martindale edisi 28 hal 491)
Pemerian: Serbuk halus; merah muda; tidak berbau; praktis
tidak berasa.
Kelarutan: Tidak larut dalam air; mudah larut dalam asam
mineral.
Dosis: 4% (Martindale edisi 28 hal 491)
Stabilitas: Stabil dalam bentuk oinment.
OTT: -
BM: 265,33 g/mol
pH: -
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat: Antiseptikum eksternal, astringan, antiseptik.
B. Zat Tambahan
1. Asam Stearat (HOPE 6 hal 697)
Pemerian: Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lini.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian
etanol (95%)p, dalam 2 bagain kloroform p dan
dalam 3 bagian eter p.
Konsentrasi: 1 – 20% (HOPE 6 hal 697)
Stabilitas: Zat stabil.
OTT: Tidak bercampur dengan hamper semua logam
hidroksida
dan zat pengoksidasi.
BM: 284,47 g/mol
RM: C18H36O2
Kegunaan: Lubrikan, emulsifying agent.
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
2. Potassium Hydroxide (HOPE 6 hal 576)
Pemerian: Padatan putih.
Kelarutan: Larut dalam alkohol, gliserol, tidak larut dalam
eter,
cairan ammonia.
Konsentrasi: 0,5 – 2,0 % (HOPE 6 hal 576)
Stabilitas: Harus disimpan dalam wadah kedap udara, bukan
logam di tempat yang sejuk dan kering.
OTT: Basis kuat dan tidak dapat bersatu dengan bahan yang
mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi.
BM: 56,11 g/mol
RM: KOH
pH: 13,5
Kegunaan: Alkalizing agent
3. Gliserol (HOPE 6 hal 283)
Pemerian: Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak
dan dalam minyak menguap.
Kegunaan: Antimikroba.
OTT: Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator
kuat seperti kromium atau potassium.
Stabilitas: Gliserin bersifat higroskopis.
Konsentrasi: < 20% (HOPE 6 hal 283)
BM: 92,09 g/mol
RM: C3H8O3
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
4. Methyl paraben
(Farmakope Indonesia V hal 856, HOPE 6 hal 441)
Pemerian: Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan: Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam
karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter.
Kegunaan: Pengawet.
Stabilitas: Stabil dalam pemanasan + dalam bentuk larutan
dengan pH 5 – 6, pH > 8 akan terhidrolisis.
OTT: Surfaktan non ionik seperti polisakarida, benzoate,
tragakan.
Konsentrasi: 0,02 – 0.3% (HOPE 6 hal 442)
BM: 152, 15 g/mol
RM: C8H8O3
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
5. Propyl paraben
(Farnakope Indonesia V hal 1072; HOPE 6 hal 596)
Pemerian: Serbuk atau hablur kecil; tidak berwarna.
Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam air
mendidih, mudah larut dalam etanol dan dalam
eter.
Kegunaan: Pengawet.
Stabilitas: Larutan propil paraben pada pH 3 – 6 dapat stabil
menggunakan autoklaf.
OTT: Surfaktan non ionic.
Konsentrasi: 0,01 – 0,6% (HOPE 6 hal 596)
BM: 180,20 g/mol
RM: C10H12O3
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
6. Purified water
(Farmakope Indonesia V hal 63; HOPE 6 hal 766)
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.
Kelarutan: Dapat bercampur dengan pelarut polar.
Kegunaan: Pelarut.
Stabilitas: Stabil dalam semua suasana.
OTT: Dalam formula air dapat bercampur dengan bahan
tambahan lain.
pH: 5,0 – 7,0
BM: 18,02 g/mol
RM: H2O
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
7. Butylated Hydroxytoluene
(Farmakope Indonesia V hal 267; HOPE 6 hal 75)
Pemerian: Hablur padat; putih; bau khas lemah.
Kelarutan: Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol;
mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter.
Kegunaan: Antioksidan.
Stabilitas: Jauhkan dari cahaya, kelembapan, dan panas.
OTT: Bahan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat.
Konsentrasi: 0,0075 – 0,1% (HOPE 6 hal 75)
BM: 220,35 g/mol
RM: C15H24O
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
8. Trietanolamin (TEA) (HOPE 6 hal 754)
Pemerian: Cairan agak higroskopik, kental, jernih, tidak
berwarna hingga kuning muda, bau ammonia.
Kelarutan: Mudah larut dalam air dan etanol (95%)p,
methanol,
aseton.
Kegunaan: Emulgator.
Stabilitas: Stabil bila disimpan pada temperatur 15oC
OTT: Bereaksi dengan asam mineral, membentuk garam
kristal
dan ester, asam mineral, tembaga, tionil klorida.
Konsentrasi: 2 – 4% (HOPE 6 hal 754)
BM: 149,19 g/mol
RM: C6H15NO3
pH: 10,5
IV. FORMULA

Tipe M/A
No.
Bahan Konsentrasi
1. Kalamin 4%
2. Asam Stearat 18%
3. Potassium Hydroxide 0,8%
4. Glycerin 5%
5. Methyl Paraben 0,02%
6. Propyl Paraben 0,01%
7. TEA 2%
8. BHT 0,1%
9. Purified Water Ad 300 g

V. PERHITUNGAN dan PENIMBANGAN


A. Perhitungan
1. Kalamin = 4% x 300 g = 12 g
2. BHT = 0,1% x 300 g = 0,3 g
3. Basis Krim = 300 g – (12 + 0,3) g = 287,7 g
a. Asam Stearat = 18% x 287,7 g = 51,786 g
b. Potassium Hydroxide = 0,8% x 287,7 g = 2,3016 g
c. Glycerin = 5% x 287,7 g = 14,385 g
d. Methyl Paraben = 0,02% x 287,7 g = 0,05754 g
e. Propyl Paraben = 0,01% x 287,7 g = 0,02877 g
f. TEA = 2% x 287,7 g = 5,754 g
g. Purified Water = 287,7 g – (51,786 g + 2,3016 g +
14,385 g + 0,05754 g + 0,02877 g +
5,754 g)
= 213,3871 mL
B. Penimbangan

Bahan Teoritis (g) Praktik (g)


Kalamin 12 12,01
BHT 0,3 0,3
As. Stearat 51,786 51,78
Potassium Hydroxide 2,3016 2,30
Glycerin 14,385 14,38
Methyl Paraben 0,0575 0,0586
Propyl Paraben 0,0288 0,0295
TEA 5,754 5,77
Purified Water 213,3871 213,39

VI. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Stirer
2. Kertas perkamen
3. Sendok tanduk
4. Sudip
5. Spatula
6. Cawan penguap
7. Viskometer
8. Mikroskop
9. Waterbath
10. Lumpang
B. Bahan
1. Kalamin
2. BHT
3. Asam Stearat
4. Potassium Hydroxide
5. Purified Water
6. Metyl Paraben
7. Propil Paraben
8. TEA
9. Glycerin
VII. PEMBUATAN
A. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
B. Ditimbang bahan
C. Fase minyak (As. Stearat, Potassium Hydroxide, BHT) dilebur di atas
water bath dengan cawan penguap.
D. Fase air (Methyl Paraben, Propyl Paraben, TEA) dilarutkan dengan
gliserin di beaker glass, lalu ditambahkan air ad larut dan dilebur di
atas water bath.
E. Fase air pada beraker glass ditambahkan fase minyak sedikit demi
sedikit, kemudian di aduk dengan stirrer ad terbentuk basis krim (M1).
F. Kalamin digerus di dalam lumping ad halus.
G. Dimasukkan M1 ke dalam lumping sedikit demi sedikit digerus ad
homogen.
H. Dilakukan uji evaluasi (Uji organoleptic, Uji pH, Uji tipe krim, Uji
daya sebar, Uji homogenitas, dan Uji viskositas)
I. Ditimbang 10 g dan dimasukkan ke dalam wadah, diberi etiket dan
dikemas.
VIII. UJI EVALUASI
1. ( Jika ada syarat dicantumkan dan disertai dengan kesimpulan dari
masing2 evaluasi memenuhi syarat/tidak)
2. ( Di + kan Alat)

A. Uji Organoleptik (Drug Stability hal 269)

Organolepti
Tipe M/A
k
Bentuk Semi Solid
Warna Merah Muda
Bau Tidak Berbau
B. Uji Homogentias (Martin hal 84)
Cara: 1. Sediaan dioles di atas kaca objek, diratakan dengan kaca
objek
lainnya
2. Sediaan diamati apakah ada partikel – partikel kasar
3. Bahan / zat aktif diamati homogentiasnya di dalam basis

Formula Homogenitas
Tipe M/A Tidak Homogen

C. Uji pH (Farmakope Indonesia IV hal 1039)


Cara: Dimasukkan pH meter kedalam sediaan dan diamati pH yang
terukur

Formula pH
Tipe M/A 8

D. Uji Tipe Krim (Lachman hal 1040)


Cara: 1. Diletakkan formula pada object glass
2. Ditambahkan sudah III, dilihat di bawah mikroskop
3. Ditambahkan metilen blue, dilihat di bawah mikroskop

Formula Metilen Blue Tipe

M/A

Tipe M/A Sudah III Tipe

M/A
E. Uji Daya Sebar
Cara: 1. Dioleskan krim pada cincin beroda luar 55 mm dengan
ketebalan 8 mm berdiameter 15 mm beralaskan kaca
2. Dibagian dalam cincin, diisi penuh dengan krim, diratakan
dengan spatula hingga permukaan rata dan tanpa gelembung
udara

3. Diangkat cincin teflon secara hati - hati, sehingga dapat


dioleskan dengan lempengan kaca berdiameter 2 mm dengan
berat 200 g didiamkan 2 menit.
4. Dipindahkan dan diukur diameter vertikal dal horizontal dari
permukaan krim yang melebar dengan jangka sorong.

Daya Sebar (M/A) (mm)


Vertikal Horizontal r
4,40 4,43 2,25

F. Uji Viskositas (Lachman 265, 293; Martin hal 707)


Cara: 1. Dimasukkan sampel formula ke dalam gelas visko
2. Diletakkan gelas di bawah spindle hinggal batas
3. Diatur RPM, dibiarkan 3 kali berputar, dibaca skala
Alat: Viskometer Brookfield
M/A

Fakto F
Spindel RPM Skala η (cps)
r (dyne/cm3)
6 1 30,5 10.000 305.000 20.547,85
6 2 32,5 5.000 162.500 21.895,25
6 2,5 33 4.000 132.000 22.232,1
6 2 29 5.000 145.000 19.537,3
6 1 28,5 10.000 285.000 19.189,05

η (cps)
η = skala x faktor = 30,5 x 10.000 = 305.000
η = skala x faktor = 32,5 x 5.000 = 162.500
η = skala x faktor = 33 x 4.000 = 132.000
η = skala x faktor = 29 x 5.000 = 145.000
η = skala x faktor = 28,5 x 10.000 = 285.000

Kv = 673,7 dyne/cm, F (dyne/cm3)


F = skala x kv = 30,5 x 673,7 = 20.547,85
F = skala x kv = 32,5 x 673,7 = 21.895,25
F = skala x kv = 33 x 673,7 = 22.232,1
F = skala x kv = 29 x 673,7 = 19.537,3
F = skala x kv = 28,5 x 673,7 = 19.189,05

3. PEMBAHASAN
(Terlampir)

4. KEMASAN, BROSUR, dan ETIKET


(Terlampir)

5. KESIMPULAN dan SARAN


A. Kesimpulan
1. Uji Organoleptik
a. Warna: Merah muda
b. Bau: Tidak berbau
c. Bentuk: Semi solid
2. Uji Homogenitas: Tidak homogen
3. Uji pH: 8
4. Uji Tipe Emulsi: M/A
5. Uji Daya Sebar:
a. Vertikal: 4,40 mm
b. Horizontal: 4,43 mm
c. r (jari – jari): 2,25 mm
6. Uji Viskositas:
(Spindel;RPM;Skala;Faktor;η;F)
a. 6;1;30,5;10.000;305.000;20.547,85
b. 6;2;32,5;5.000;162.500;21.895,25
c. 6;2,5;33;4.000;132.000;22.232,1
d. 6;2;29;5.000;145.000;19.537,3
e. 6;1;28,5;10.000;285.000;19.189,05
B. Saran
Pemilihan bahan sama pembuatannya harus diperhatikan lagi
sehingga sediaan yang dihasilkan itu sesuai dengan seharusnya.

6. DAFTAR PUSTAKA ( Dibuat perpoint)


A. Sinko, Patrick J. 2006. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu
Farmasetika Edisi V. Jakarta: EGC.

B. Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The


Pharmaceutical, Press, London.

C. Indonesia Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 1979. Farmakope ndonesia Edisi
III. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

D. Indonesia Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina


Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2014. Farmakope ndonesia Edisi V.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

E. Rowe, C. R., Sheskey, J.P., Owen, C.S., 2003, Handbook Of


Pharmaceutical Excipients, Fifth Edition, American Pharmaceytical
Association, London, Chicago.

F. Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Tokyo: Shiseido Co.,


Ltd.

G. Parrot, E.L., 1970, Pharmaceutical Technology Fundamental


Pharmaceutics, Third Ed., 82, Burgess Pub. 6, Mineapolis.

H. Lachman L., Leiberman, H. A., and Kanig, J. L., 1994, Teori


dan Praktek Farmasi Industri, Diterjemahkan oleh Suyatmi, S., Edisi
III, 690, 701, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2020


Yang Membuat
Laporan
(Levina Diva Irtan)

Anda mungkin juga menyukai