Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KONSEP MANUSIA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Suidat, S.Ag,M.P.d.I

Disusun oleh:

Fathiya Haifa Raihana

Uli Ulvika Sari

Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir

Tahun Ajaran 2020 M/ 1441 H


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Manusia”.
Sholawat serta salam kepada sang revolusioner, sang perubah dunia, orang nomor satu
dimuka bumi ini yang tidak bisa mengalahkan orang yang terbaik dimuka bumi ini sampai saat ini
yaitu baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa umatnya dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi, manusia telah diberi modal dasar yang telah
melekat pada diri manusia di awal penciptaannya yakni berupa akal dan pikiran. Maka dengan
ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan
bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT. Memelihara di sini tidak hanya
secara fisik saja. Tetapi segala yang ada di alam harus di pelihara karena manusia sejatinya
bergantung pada alam atau mahluk lain.

Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai sumber
daya manusia yang akan memanfaatkan alam, dan merupakan tugas manusia menciptakan
keseimbangan alam ini. Karena dunia ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Bekasi, 10 Juni 2020

Kelompok 6

1
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................1
A. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an ..............................................................................3
B. Siapa itu manusia .................................................................................................................5
C. Tugas manusia .....................................................................................................................6
D. Kedudukan Manusia.............................................................................................................8
E. Pandangan Ilmuan Barat Tentang Manusia .........................................................................9

2
A. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an1

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS.At-Tin ayat 4: “Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Manusia juga adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan makhluk-makhluknya yang
lain, “ Kepada masing-masing baik golongan ini maupun golongan itu kami berikan bantuan dari
kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan tuhanmu tidak dapat dihalangi.” (Al-Isra: 20).

1. Proses Kejadian Manusia Pertama

Di dalam Al Qur’an, dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering
kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh
Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam
firman-Nya : At-Tiin ayat 4:

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah : 7) "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr :
26)

2. Proses Kejadian Manusia Kedua

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawan
jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (istri). Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah
dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak...".

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan:

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim).

Ayat-ayat diatas mengandung makna bahwa untuk manusia Allah menjadikan pasangannya dari
jenis yang sama sehingga dapat terjadi rasa ketertarikan antara yang satu dengan yang lainnya
untuk berkembang biak.

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tidak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan

11
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/10/penciptaan-manusia-menurut-al-quran.html

3
kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

3. Proses Kejadian Manusia Ketiga

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi
Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula
ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan
secara terperinci melalui firman-Nya diatas, yaitu surat Al-Mu’minun ayat 12-14.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik".

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda:

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang
diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio)
selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal
darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian
diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan)
empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR.
Bukhari-Muslim).

Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori pembentukan


(taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang membuatnya cocok untuk
menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat nabi Adam a.s. yang merupakan cikal
bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau sel benih (nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat
setelah melewati berbagai proses akhirnya menjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia
dalam bentuk yang sempurna. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan
hewan), makanan menjadi darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua
unsur ini bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya
menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh. Sampai di sini prosesnya
murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya. Kemudian setiap manusia menerima
ruhnya langsung dari Allah disaat embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari
pertemuan antara ruh dan badan, terbentuklah makhluk baru manusia

4
B. Siapa itu manusia2

Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dan yang paling sempurna yang diciptakan
oleh Allah SWT, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an “Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam” (QS. Al-Isra :70)

Selain itu, manusia juga makhluk hidup yang dianugerahi oleh Allah SWT akal dan pikiran,
manusia sudah mengetahuinya sejak zaman dahulu bahwa mereka adalah makhuk yang dapat
berbicara, namun ketika para ilmuan menemukan bahwa semua makhluk hidup dapat berbicara
dengan bahasanya masing-masing, maka defenisi itu diubah, yang semula manusia merupakan
makhluk yang dapat berbicara, menjadi manusia : makhluk yang berakal. Sebab, manusia adalah
satu-satunya makhluk ciptaan Allah SWT yang telah dianugrahi potensi akal oleh Allah SWT, yang
membuat manusia menjadi makhluk yang paling sempuran dan mulia di muka bumi ini, selain itu
manusia juga satu-satunya makhluk hidup yang dianugerahi roh oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi, gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia, Sesunggunya manusia itu amat zalim dan bodoh” (QS. Al-Ahdzab ; 72)

Amanat yang diberikan kepada manusia itu adalah akal dan amanat untuk mengemban
kewajiban dari Allah SWT. Jadi manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang dibebani
kewajiban untuk mentaati dan mematuhi Allah dan RasulNya. Untuk itu Allah SWT memberikan
kekuatan akal guna untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang baik
dan mana yang buruk.

Jadi manusia adalah makhluk hidup yang berakal, manusia diberikan oleh Allah SWT
kemampuan untuk dapat belajar dan mengembangkan segala macam ilmu pengetahuan, karena
itulah ilmu manusia akan terus bertambah dari masa ke masa. Seiring berkambangna ilmu
pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia, maka semakin pintar pula manusam semua
pertanyaan yang ada dalam kehidupan ini dapat mereka jawab, namun ada satu pertanyaan yang
tidak dapat dijawab oleh manusia itu sendiri, dan anehnya pertanyaan itu adalah sesuatu yang
paling dekat dengan manusia itu sendiri, yaitu tentang dirinya sendiri.

2
https://www.kompasiana.com/fikri_attamimy/5520cbb38133116c7419fc22/siapakah-manusia-sebenarnya

5
C. Tugas manusia

Menurut Muin Salim, penciptaan manusia di bumi sekurang-kurangnya mengemban tiga tugas
pokok3, yaitu:
1. Manusia sebagai ‘Abid
2. Manusia sebagai Pemimpin Formal
3. Manusia sebagai Makhluk Pembangun.

1. Manusia sebagai ‘Abid


Kata ‘abid’ berasal dari bahasa Arab, yakni dari kosa kata - " ‫عبادة –عبد‬
ّ
‫ "عبودیة‬yang berarti 1) beribadah, 2) menyembah dan 3) mengabdi kepada. 4 Dari
pengertian kata tersebut dikaitkan dengan manusia, oleh karena itu di antara
Kedudukan manusia di alam ini adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah swt.
Yakni, sebagai penyembah, pengabdi, serta ahli ibadah. Dan di dalam Al Qur’an telah dijelaskan
bahwa seluruh pengabdian, peribadatan dan penyembahan manusia hanya diperuntukan
kepada Allah‫ﷻ‬.
Bisa dilihat pada Al-Qur’an Surah Adz Dzariyyat ayat 56.
‫ون‬
َُُْ َ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ
ِ ‫وما خلقت ال ِجن واإلنس ِإال ِليعبد‬
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (Adz Dzariyyat:56).
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa seorang hamba, dalam hal ini
manusia dalam kedudukannya sebagai ‘abid’. Memiliki komitmen bahwa segala bentuk
pengabdian, peribadatan atau penyembahan hanya untuk Allah ‫ﷻ‬saja. Dalam hal ini
menyangkut dua aspek, yakni pertama, keikhlasan hamba mengabdi hanya kepada Allah‫ﷻ‬, dan
kedua adalah hidup sejalan dengan apa yang diizinkan, dibolehkan, diharuskan dan
diperintahkan oleh Allah‫ﷻ‬.
2. Manusia sebagai Pemimpin Formal
Istilah “Pemimpin Formal” adalah istilah yang diambil dari salah satu makna
kata “khalifah” dalam Al Qur’an. Yakni mengemban amanah Allah ‫ﷻ‬sebagai khalifah dimuka
bumi. Melaksanakan tugas kekhalifahan membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan
kehendak ilahi.
Bisa dilihat pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 30.
َ ُ َ ّ ُ ُ ْ ََ ُ َ ً َ َ ِ ٌ َ ِّ َ َ ْ َ ُّ َ َ َ ْ َ
‫ض خ ِليفة قالوا أت ْج َع ُل ِف َيها َم ْن ُيف ِسد ِف َيها َو َي ْس ِفك الد َم َاء َون ْح ُن ن َس ّب ُح ِب َح ْم ِدك‬ ْ
ِ ‫و ُِإذ قال َربك َ ِللمال ّ ِئك َ ِة ِ َإ ين ج ِاع َل ِ َ يف األر‬
َ
‫ال ِإ ِ ين أ ْعل ُم َما ال ت ْعل ُمون‬ َ ‫س ل َك ق‬ ُ ‫َون َق ّد‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku

Burhanuddin Yusuf, Jurnal Aqidah-Ta Vol. II No. 2 Thn. 2016 (diakses 9 Juni 2020)
3
4
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1984), h. 950.

6
hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi”. Mereka berkata: ”Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Al-Baqarah:30).
Terdapat pula dalam QS. Shad /38: 26
َ ُّ
‫ين َي ِضلون َع ْن‬ َ ‫اَّلل إ َّن َّالذ‬
َّ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ ّ َ ْ َّ َِ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ِ ً َ َ َ ‫َيا َد ُاو ُد إ َّنا َج َع ْل َن‬
ِ ِ ِ ‫يل‬ ِ ‫اس ِبالحق وال تت ِب ِع الهوى في ِضلك عن س ِب‬ ِ ‫ض فاحكم ْ بي الن‬ ِ َ ‫اك خ ِليفة ِ يف األر‬ ِ
َ َ ْ َ ُ َ ٌ َ ٌ َ َ ْ ُ َ َّ َ
‫اب‬
ِ ‫اَّلل لهم عذاب ش ِديد ِبما نسوا يوم ال ِحس‬ ِ ‫يل‬ ِ ‫س ِب‬
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,
karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Ayat di atas menegaskan kedudukan Nabi Daud as. sebagai seorang
khalifah Allah. Bahwa sebagai khalifah dalam pengertian pemegang wewenang
untuk mengatur masyarakat, nabi Daud as juga dituntut untuk menegakkan hukum-hukum Allah
di tengah-tengah masyarakat. Dengan menjauhi segala tipu
daya setan yang mengajak untuk melakukan penyalah gunaan
kekuasaan, sehingga berujung pada perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah.
3. Manusia sebagai Makhluk Pembangun
Salah satu kelebihan manusia atas makhluk-makhluk Allah ‫ﷻ‬lainnya adalah bahwa
manusia itu diberi kelebihan berupa akal, hati dan nafs. Tiga kelebihan ini memberi kemampuan
atau daya kepada manusia untuk memahami dan mengetahui hal-hal yang ada di sekitarnya, baik
yang dapat dicapai oleh inderanya maupun yang tidak dapat dicapai dengan inderanya (ghaib).
Karena kemampuan itu, manusia kemudian mampu menciptakan budaya dan peradaban, dan
dengan peradabannya itu, manusia membangun kehidupan ke arah yang lebih maju. Di dalam
Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa bumi dan seluruh isinya diperuntukkan untuk manusia " ‫هو الذي‬
ِ
‫ماف األرض جميعا‬ ‫جعل لكم ي‬. Kaitan dengan tugas atau kedudukan manusia sebagai abid, dipahami
bahwa Allah ‫ﷻ‬menyiapkan bumi dan seisinya untuk dinikmati oleh manusia dalam rangka
menunaikan salah satu tugas keabidannya tersebut.
Dalam hal ini, Allah swt berfirman dalam QS. Shaad /38:27 sebagai berikut:
َّ َ َ َ َّ ٌ ْ َ َ ُ َ َ َ َّ ُّ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ
‫ين كف ُروا ِم َن الن ِار‬‫اطال ذ ِلك ظن ال ِذين كفروا فويل ِلل ِذ‬ ِ ‫وما خلقنا السماء واألرض وما بينهما ب‬
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah.
Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu
karena mereka akan masuk neraka.

7
D. Kedudukan Manusia

Di dalam Al-Qur’an disebutkan tentang kedudukan manusia, manusia itu adalah:


1. Makhluk yang mulia
Manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi, sehingga kesempurnaan
mereka melebihi makhluk yang lain atas karunia dari Allah. sebagaimana firman Allah QS.
Al-Isra’ : 70
َْ ََْ َ َ َ ُ َ ْ َّ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ ِ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ َ ْ َََ
‫ات َوفضلناه ْم َعَل ك ِث ٍب ِم َّم ْن خلقنا تف ِضيال‬ ِ ‫ولقد ك َّرمنا ب ِ ِ ين آدم وحملناهم ِ يف ال َ ّب وال َبح ِر ورزقناهم ِمن الط ّي َب‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Ayat ini dijadikan dalil oleh para ulama bahwa manusia lebih utama dibandingkan
makhluk yang lain termasuk jin dan malaikat,5 jika manusia lebih mulia dari malaikat
apalagi dibandingkan dengan jin. Tidak ada nabi dan rasul dari kalangan jin. Utusan Allah
hanya dari kalangan malaikat dan manusia.
2. Makhluk yang paling indah bentuk dan kejadiannya sebagaimana firman Allah QS. At-Tiin
:4-5
‫ي‬ َِ ‫ان ِف َأ ْح َسن َت ْقويم۝ ُث َّم َر َد ْد َن ُاه َأ ْس َف َل َسافل‬ َ َ ْ ََْ َ ْ ََ
ِِ ِ ِ ‫لقد خلقنا اإلنس ِ ي‬
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Ayat di atas selain menerangkan penciptaan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya, juga menjelaskan manusia akan dikembalikan ke tempat
yang serendah-rendahnya (neraka). Ini artinya manusia akan menjadi makhluk yang
terindah apabila konsisten melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
3. Makhluk yang diberi kebebasan memilih dan bisa membedakan antara yang baik dan yang
buruk.
Akal merupakan karunia agung yang diberikan Allah ‫ﷻ‬kepada bani Adam. Akal
yang ada pada manusia memiliki potensi yang besar dalam menemukan petunjuk Allah
agar sampai ke surga yang dijanjikan-Nya, apabila dididik dengan baik maka ia akan
menghasilkan ilmu yang akan menhindarkan seseorang dari jalan kesesatan.
sebagaimana firman Allah QS.Asy-Syams :7-10
َ َ َ ‫اها۝ َو َق ْد َخ‬ َ َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َْ َ َ ََْ
‫اب َم ْن د َّساها۝‬ ‫ورها َوتق َواها۝قد أفلح من زك‬ ‫س َو َما َس َّواها۝فألهمها فج‬ ٍ ‫ونف‬
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

5
Konsultasisyariah.com,”Penjelasan Manusia Lebih Mulia Dibandingkan Jin”,(diakses 9 Juni 2020)

8
4. Makhluk yang diberi kemampuan oleh Allah, dan dibekali dengan pendengaran,
penglihatan, akal pikiran, hati, lisan serta pena yang mendukungnya dalam meraih ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana firman Allah QS.Al-Alaq :1-5
َ َ ْ َّ َ َ ْ َّ َّ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ْ ‫ْاق َ ْرأ ب‬
‫اس ِم َرّبك ال ِذي خل َق۝خل َق اإلن َسان ِم ْن َعلق۝اق َرأ َو َرُّبك األك َر ُم۝ال ِذي َعل َم ِبالقل ِم۝ َعل َم اإلن َسان َما ل ْم‬ ِ َ
‫َي ْعل ْم۝‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.

E. Pandangan Ilmuan Barat Tentang Manusia

Perbedaan mendasar terhadap konsep manusia menurut pandangan barat dan islam
dapat ditemukan pada hakikat penciptaan manusia. Dalam Islam jelas manusia diciptakan oleh
Allah6 ‫ﷻ‬melalui beragam proses, bermula dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
kemudian ditiupkan ruh dalam segumpal daging tersebut. Sedangkan dalam pandangan barat
tidak ditemukan secara rinci dan teliti mengenai hakikat penciptaan manusia sehingga hal ini
menjadi pembeda paradigma pedagogis manusia. Karenanya teori Darwin pada masa lampau
menjadi jawaban atas hakikat penciptaan manusia. Masih banyak penganut teori Darwin yang
menganggap bahwa manusia itu kemungkinan besar tercipta melalui proses evolusi yang panjang
(dari monyet). Para penganut teori Darwin ini, menempatkan manusia sejajar dengan binatang
dan menerangkan terjadinya manusia atau hakikat penciptaan manusia dari sebab-sebab
mekanis.

Azhar Arsyad, menyatakan bahwa ada sekian pakar (ahli pendidikan Barat) berbicara
tentang manusia yang hanya menggambarkan satu atau dua aspek tentang manusia. Contohnya,
mereka menggambarkan bahwa “manusia adalah binatang cerdas yang menyusui”.

salah satu tokoh barat, John Locke (1632-1704), menerangkan hakekat manusia dengan
menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan. Menurut
John Locke, akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta materil untuk melatih kekuatan-kekuatan
itu. John Locke meyakini bahwa anak yang lahir di dunia ibaratnya kertas putih kosong, Orangtua
dan lingkungannya lah yang memberi warna dan membuat kertas itu menjadi lecek atau tetap
bersih. Dalam psikologi pendidikan, pandangan John Locke tersebut di-kategorikan sebagai
paham behaviorisme, bahwasannya lingkungan sekitar menentukan perkembangan hidup
seorang anak manusia, namun ia sendiri juga dapat merubah lingkungan itu.

6
https://www.kompasiana.com, “Konsep Manusia Dalam Pandangan Tokoh Barat”, (diakses 9 Juni 2020)

9
Beberapa filsuf, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon politicon atau hewan
yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das Kranke Tier atau hewan yang
sakit yang selalu bermasalah dan gelisah. 7
Selain yang telah disebutkan di atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah
sebagai berikut:
1. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.
2. Homo faber atau Tool making animal yaitu binatang yang pandai membuat
bentuk peralatan dari bahan alam untuk kebutuhan hidupnya.
3. Homo economicus atau makhluk ekonomi.
4. Homo religious yaitu makhluk beragama.
5. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan
menjelmakan pikiran dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun.

7
Siti Khasinah, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2013 VOL. XIII, NO. 2, 296-31, (diakses 9 Juni 2020)

10

Anda mungkin juga menyukai