Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bahaya.!!!
Awas Tegangan Tinggi
1. Maaf, ini adalah bacaan khusus untuk orang dewasa yang berpikir. Yang
tidak mau berpikir, yang lebih banyak menggunakan emosi, amarah, rasa
curiga, rasa takut dan sejenisnya sebaiknya tidak membaca tulisan ini.
Kenapa?
Karena bisa merusak iman (palsu) anda.
2. Jangan membaca tulisan ini jika iman anda masih lemah dan pura-pura.
Tulisan ini tidak akan berbasa-basi. Anak-anak dilarang keras bermain-
main disini, Kenapa? Karena Tulisan ini sangat licin dan kalau tidak hati-
hati, anda akan terpeleset jatuh kedalam jurang kesesatan yang sangat
dalam.
Tuhan,
Aku tatap wajahmu dalam keheningan malam..
Dikamar meditasiku, Ruang privasi kesunyianku,
Aku tersungkur, Jatuh...
Sajadahku kuyup lagi,
Mata air kini menjadi air mata..
Sekujur tubuhku merinding,
Mengingat namaMu aku terkapar..
Aku yang menikamMu, aku yang mati,
Tuhan,
Robeklah dada ini,
Cincang jiwa ini,
Kau beranguslah kesombongan ini,
Dan tabrak tubuhku ini...
Aku hanya ingin potretmu mengkilat di bumi diri ini,
Agar kelak kusimpan dalam yakinku,
Bahwa tiada Engkau itu kegilaan,
Bahwa kegilaan itu adalah ketiadaan Engkau,
Tuhan,
Silahkan kau teriaklah ditelingaku ini,
Agar bisa kudengar bisikanMu,
Agar bisa kuingat perintahMu,
Agar pecah Gendang telingaku ini,
Agar terguncang diri ini,
Agar terbangunlah mayat ini...
Tuhan,
Silahkan Kau tamparlah mulutku ini,
Biar sadar ia dan berdarah,
Agar tak berdaya melawanMu,
Agar tak berpaling dari namaMu,
Agar segera berhenti mendosaiMu,
Agar aku semakin dekat padaMu,
Tuhan, ketahuilah..
Rinduku ini sungguh tak terkira,
Nyawa ini semakin menyala, tolong
Jagan dicabut bila ternyata,
Membuatku jauh dariMu....
Tuhan,
Aku hanya ingin merasakanMu,
MelihatMu dengan Nyata..
MenyaksikanMu dengan Mata...
Itu saja...........
Jaahil Murokkab
Agama sayalah yang paling benar.....!!!
(maaf, selama ini anda keliru)
Apakah anda sudah beragama? Apakah anda yakin agama yang anda anut
sekarang sudah benar? Jangan-jangan anda sedang memeluk agama yang
salah. Jika anda masih ragu, maka masuklah ke agama ini serakang juga. Ingat!
Kesempatan terbatas!
Plato pernah mengatakan, bahwa hanya ada satu kursi di atas langit. Artinya
hanya ada satu Penguasa jagat raya. Dialah Sang Ada, Tuhan! Tapi di bumi, ada
banyak ragam kursi berserakan di mana-mana. Kursi demi kursi itulah agama.
Dan sayangnya, masing-masing agama mengklaim Kebenaran hanya miliknya.
Tapi mereka lupa. Agama-agama hanya kumpulan dari pipa-pipa kecil sebagai
saluran dari pancaran Kebenaran. Pancaran jejak Tuhan di muka bumi. Tapi
sayangnya, banyak yang berebut pipa lalu membuang isinya.
Jika memang agama benar, tentu ia adalah tempat tinggal yang nyaman. Yang
memberi pencerahan dan gairah hidup. Bukan tempat dimana berbagai aksi
saling curiga semakin marak terjadi. Bukan tempat memproduksi sekian prajurit,
sekian bala tentara spiritual.
Jika agama memang benar, tentu agama jadi telaga bening tempat membasuh
hati. Bukan wadah untuk saling menghujat dan caci maki. Bukan sebagai
legitimasi dari klaim-klaim yang tidak manusiawi. Untuk saling tikam dan saling
bunuh.
Jika agama memang benar, teruslah saling menampar. Tapi belokkan arahnya.
Mari kita saling menampar diri. Menampar dada sendiri. Saling mencurigai diri
sendiri. Untuk apa kita bergama. Untuk siapa kita beragama. Benarkah kita
bergama untuk Tuhan? Dan benarkah agama yang kita anut pencaran dari
nilai-nilai Kebenaran?
Jika agama kita benar, pastikan ia bukan ciptaan kita sendiri. Yang kita hasut di
atas tanah yang bernama egoisme spiritual, di bilik sekat yang bernama
fanatisme, di hutan rimba yang bernama saling mengintai dan memangsa.
Pertama:
Untuk membayar hutang bahwa sholat adalah wajib. Haram hukumnya bila
ditinggalkan. Dan konsekwensinya akan masuk neraka. Motivasi sholat seperti
ini tidak ada artinya. Tuhan dibanyangkan seperti tukang kredit yang minta
hutang. Atau seperti hakim yang ditanganNya sudah siap siaga sebuah palu.
Dan sholat dengan motivasi seperti ini biasanya akan cepat selesai. Baru saja
selesai takbir, sudah langsung ruku, lalu nungging. Singkatnya, begitu kita
lengah sekejap, dia sudah langsung selesai. Entah apa yang dibacanya dalam
sholat tidak jelas. Tapi dia merasa puas: "Hmm ... aman pula satu soal. Hutang
sudah saya bayar. Selamat dari azab neraka."
Kedua:
Sholat untuk melarikan diri dari ketidakberdayaan hidup. Sholat seperti ini juga
tidak ada artinya. Kecuali sebagai morfin psikologis. Sebagai katarsis. Sebagai
pengalihan secara psikologis. Misalnya karena stress, bingung, kalut, ketakutan
dan sejenisnya. Biasanya, begitu kekalutan hilang, gairah sholat akan langsung
melorot. Dan kalaupun tetap sholat, biasanya motivasi sholat akan pindah ke
motivasi yang pertama: “Untuk bayar hutang agar tidak berdosa”.
Ketiga:
Sholat untuk menghindar dari penilaian sosial. Misalnya segan karena semua
orang sholat, maka secara psikologis refleks kaki melangkah untuk ikut
berbondong-bondong mengambil wuduk dan akhirnya sholat dihadapan orang
lain. Dengan tujuan, agar lingkungan tetap menganggap dirinya adalah orang
baik-baik
Keempat:
Sholat untuk mengharapkan impian yang tidak pernah tercapai dalam
kehidupan nyata. Ini mirip anak-anak yang merengek agar diberi mainan.
Sholat yang seperti ini akan merusak mentalitas menjadi mental penjilat. Dan
biasanya, segala keberuntangan yang diperoleh selalu disugesti karena
kemurahan Tuhan. Efeknya secara psikologis, akan membuat pribadi lemah.
Tidak hidup otentik. Dan sebaliknya ketika mendapat kemalangan, maka itu
disugesti sebagai cobaan yang didatangkan Tuhan. Efeknya secara psikologis,
tidak pernah mengakui kesalahan secara sportif. Segala kekurangan,
kekacauan hidup dihayati sebagai tindakan Tuhan. Sedang diri sendiri
diindokterinasi tidak terlibat. Dengan kata lain, motivasi sholat seperti ini akan
menciptkan pribadi yang suka cuci muka, cuci tangan dari kesalahan diri.
Kelima:
Sholat untuk membangun image. Agar dunia tahu bahwa diri taat. Bahwa diri
benar-benar orang yang baik dan mulia. Bahkan merasa suci dari orang yang
tidak sholat. Efek psikologis dari motivasi sholat seperti ini adalah sholat
menjadi tumbal politik psikologis. Sebagai kenderaan untuk membangun citra
diri.
Dan lain-lain.
Jika motivasi sholat adalah hal-hal seperti ini, maka sholat hanya menjadi
omong kosong. Itu sebabnya banyak ditemukan orang rajin sholat, tapi mental
jaim, munafik, sinis, korup, dan terakhir jadi teroris.
Jadi, jika demikian yang terjadi, maka dengan ini saya nyatakan:
Orang Gila:
Apa anda bilang? Orang beragama itu tolol?
Kurang Ajar:
Iya kenapa?
Orang Gila:
Ya alasan anda apa?
Kurang Ajar:
Karena dasar kepercayaannya dongeng.
Orang Gila:
Dongeng anda bilang? Tidak ada yang lebih nyata dari agama.
Semua yang ada ini semu.
Kurang Ajar:
Ya itulah contoh dongeng yang anda percayai.
Orang Gila:
Masya Allah… tidak ada yang lebih kekal selain agama.
Kurang Ajar:
Agama mana pula yang kekal. Agama itu kan ciptaan manusia.
Orang Gila:
Agama ciptaan manusia? Apa anda sudah sesat? Apa anda sudah
lupa bahwa agama itu ciptaan Tuhan?
Kurang Ajar:
Apakah anda tidak sadar bahwa anda sudah keracunan dongeng?
Orang Gila:
Sejak kapan anda kerasukan setan seperti ini?
Kurang Ajar:
Hahaha….. semakin geli saya melihat orang-orang korban dongeng
seperti anda. Sekolah anda sudah tinggi. Sudah doktor. Tapi cara
berpikir anda “doktor dongeng”
Orang Gila:
Eh! Hati-hati bicara ya. Asal anda tahu. Banyak teman saya yang
bergelar doktor. Bahkan juga profesor. Tapi semuanya mempercayai
agama.
Kurang Ajar:
Jawaban anda menunjukkan bahwa gelar doktor anda palsu.
Setahu saya orang yang sudah meraih gelar doktor itu sudah
melewati fase dogma atau dongeng dalam berpikir. Tapi anda masih
campur aduk. Mengukur kebenaran masih dengan menjumlahkan
berapa teman-teman anda yang mempercayainya. Kenapa anda
tidak jelaskan dengan argumen? Jika cara berpikir anda memang
sudah doktor?
Orang Gila:
(Praaaaakkkkk….!)
Kurang Ajar:
Aduh!! Doktor kok masih main otot sih?
Bukan main otak.....
Kenapa Manusia Menciptakan Tuhan?
Saya Meragukan Keberadaan Tuhan
Sudah lama saya tidak menemukan pemikiran yang meyakinkan
tentang keberadaan Tuhan. Dalam kitab suci agama, Tuhan sudah
langsung diwartakan sebagai suatu Ada Absolut yang harus diyakini.
Yang dibutuhkan disini adalah iman. Tetapi hal ini tidak memuaskan
bagi saya secara pemikiran. Selain dengan iman, saya ingin
me...nemukan bagaimana alur penalaran yang meyakinkan sehingga
keberadaan Tuhan benar-benar memuaskan.
Sudah terbukti bahwa saya Orang terhebat di Di Dunia ini. Siapapun orangnya
harus mengakuinya. Jika tidak, berarti ada yang salah pada orang tersebut.
Non Saya:
Apa buktinya bahwa anda hebat?
Saya:
Buktinya saya sendiri mengakui saya hebat
Non Saya:
Lho? Itu namanya hebat menurut diri sendiri? Menurut anda sendiri. Harus ada
ukurannya dong.
Saya:
Ukurannya tentu dengan saya. Kalau digunakan ukuran lain untuk mengukur
saya, itu namanya bukan lagi Saya.
Non Saya:
Ya tapi kenapa anda harus ngotot mengatakan anda hebat?
Saya:
Karena memang saya sudah dilahirkan dalam keadaan hebat. Sudah ditakdirkan
Tuhan.
Non Saya:
Lho itu kan pengakuan anda sendiri? Belum tentu benar bukan. Apalagi anda
katakan pada dunia bahwa anda yang terhebat.
Saya:
Tidak mungkin tidak benar. Saya ditakdirkan Tuhan sebagai Manusia terhebat.
Maka otomatis tulisan saya ini juga hebat. Kalau anda katakan tulisan saya tidak
hebat, berarti sama saja mengatakan bahwa Tuhan keliru atau salah. Iya kan?
Non Saya:
Okey…. Saya setuju anda ada karena Tuhan. Melalui ibu anda. Tapi tindakan
anda, tulisan anda, kan anda sendiri yang menulis. Tentu tulisan anda tidak luput
dari unsur-unsur diri anda. Unsur kemanusiaan anda.
Saya:
Nah… disitulah letak kesalahan anda. Dasar anda memang tidak mau
mempercayai saya. Selalu menacari-cari alasan bahwa saya tidak hebat. Coba
buka hati anda. Percayai dulu saya hebat. Nanti anda akan tahu sendiri dan
terbukti bagi anda bahwa saya memang hebat. Dan setiap apa yang saya tulis
akan bermanfaat bagi anda. Tidak ada apa-apanya dibanding tulisan siapun di
atas dunia ini. Karena memang saya sudah ditakdirkan Tuhan hebat. Otomatis
semua tulisan saya juga hebat, tanpa ada satu tanda baca pun yang salah.
Apalagi soal isinya.
Non Saya:
Ya masalahnya bukti bahwa anda hebat itu apa? Masalahnya kan disitu. Setiap
orang baca tulisan anda, isinya banyak yang ngawur. Dan orang lain pun
komentarnya jadi ngawur gara-gara mempercayai tulisan anda.
Saya:
Mana, siapa yang anda katakan ngawur? Anda sendiri yang ngawur. Karena
anda tidak percaya saya hebat. Disitu masalahnya. Bukan pada orang-orang
yang memberi komentar.
Non Saya:
Ibarat pepatah. Tanaman yang bagus akan menghasilkan buah yang bagus.
Tapi kalau buahnya tidak bagus itu biasanya karena memang tanamannya tidak
bagus.
Saya:
Hahaha… anda ini pintar berdalih. Mana mungkin Tuhan salah. Kalau Tuhan
yang mentakdirkan saya hebat, tidak mungkin saya menjadi tidak hebat. Kan
jaminannya sudah dari Tuhan. “Aku jadikan Jaahil Murokkab itu hebat. Maka
percayalah kalian semua.” Ya kan? Apakah anda akan menolak Tuhan?
Non Saya:
Apa buktinya bahwa Tuhan yang mengatakan begitu?
Saya:
Saya yang mendengar Tuhan mangatakan begitu.
Non Saya:
Lho tapi saya kan tidak tahu?
Saya:
Karena anda tidak percaya. Di situ masalahnya.
Non Saya:
Bagaimana saya bisa percaya. Buktinya tidak ada.
Saya:
Sudahlah. Ini masalah keyakinan. Kalau dasar anda memang tidak yakin, ya
anda tidak akan percaya kalau saya ini hebat. Kemana pun anda cari buktinya
tidak akan bisa anda temui. Toh bukti itu sudah ada dalam pengakuan saya
sendiri. Tapi malah anda mencarinya kemana-mana. Ya jelas tidak ketemu dong.
Jadi kalau mau mencari bukti, ya cari dalam pengakuan saya sendiri. Baru klop.
Ini anda ingin membuktikan kehebatan saya, tapi mencari buktinya di luar diri
saya, mana ketemu. Sampai kiamat pun anda cari tidak akan pernah ketemu.
Okey?
Non Saya:
????? (Macet!@#$%^&*(^%^&*(*&^^)
Syirik Bukanlah Dosa Besar
Bagi saya terbalik. Dosa syirik itulah dosa yang paling bisa diampuni.
Sedang dosa yang paling tinggi nilainya, adalah dosa kemanusiaan, dosa
sosial.
Dosa mencuri ayam, menghack akun, merampok, korupsi, bagi saya lebih
tinggi nilai dosanya dari dosa syirik. Bahkan secara lebih radikal, bagi saya
tidak ada dosa bila berhubungan dengan pemahaman dan keyakinan
akan Tuhan. Kenapa?
Menurut saya,
Tidak dibutuhkan syarat yang aneh-aneh untuk memahami dosa
kemanusiaan. Bisa dipahami tanpa label agama dan Tuhan. Tanpa pernah
terbetik kosa kata agama dan Tuhan, manusia tetap bisa memahami dan
menghayatinya. Karena secara psikologis, manusia condong pada
kebaikan. Buktinya, manusia tidak ingin dijahili oleh sesamanya. Impian
itu, menandakan bahwa manusia, adalah mahkluk pendamba kebaikan.
Hanya saja dalam meraihnya, manusia berebut kesempatan, sehingga
terjadi persaingan dalam kecamuk social. Dari situlah bermula segala
kejahatan: Perebutan kesempatan.
Lebih kurang itulah alasan saya bahwa syirik itu bukan sebuah dosa. Tapi
adalah sebuah tingkat pemahaman. Sebuah cara berpikir. Dan itu tidak
bisa dijatuhkan penilaian normatif yang bersifat moral. Sedang kejahatan
kemanusiaan, adalah dosa besar yang tak bisa ditolerir atas dasar
apapun.
Saya tidak butuh Agama ...!!!! (Semoga anda mengerti)
Jadi anda ini tidak punya agama?
Siapa bilang? Saya ini orang Islam (baca; Muslim)
Jadi Agama anda Islam?
Ya, memangnya kenapa? Ada yang salah?
Lalu maksud anda dengan judul tulisan di atas?
Masa anda belum mengerti juga ,
Baiklah, Kalo begitu...
Sekarang Pasang sabuk pengaman anda....
Benar saya seorang Islam. Tapi saya tidak butuh Keislaman anda. Apakah anda
merasa tersinggung? Saya bilang begitu saja kok anda tersinggung? Apa
hubungannya?
Secara legal formal KTP saya Islam. Secara garis keturunan, saya sudah Islam sejak
saya dilahirkan. Dan secara sosial kemasyarakatan, saya juga dikenal sebagai orang
Islam. Karena saya melakukan berbagai ritual ibadah dalam Islam. Dan secara pribadi
saya juga mengimani Islam sebagai keyakinan saya. Tapi ..
Islam yang saya pahami bukan pada label, bukan pada nama-nama. Bukan pada
segala asesoris. Bukan pada slogan. Singkatnya Islam dalam pemahaman saya tidak
pada segala unsur fisik-ragawi.
Silahkan anda baca di depan saya Allahu Akbar, Subhanallah, Masya Allah,
Nauzubillha, atau …. Satu truk ayat Alquran dan Hadis. Saya tidak peduli.
Kenapa?
Saya hanya peduli pada pribadi anda. Apakah anda bermoral atau tidak. Apakah anda
menghargai saya atau tidak. Apakah anda etis atau tidak. Apakah anda jujur atau
munafik. Apakah anda sok steril atau apa adanya. Apakah anda sok suci atau
manusiawi.
Saya teringat ada hadis Nabi yang menyatakan (dalam bahasa saya sendiri), bahwa
akhlak yang baik menggambarkan agama yang baik.
Pernyataan itu saya pahami bahwa hakikat keagamaan seseorang bukanlah pada
segala embel-embel lahiriah. Tapi adalah pada akhlak kepribadian seseorang. Dan
pada hadis lain Nabi juga menyatakan bahwa beliau diutus ke dunia adalah untuk
mengubah akhlak manusia. Ini berarti akhlak kepribadian adalah sentral dalam misi
ajarannya. Pusat dalam Keislaman. Dan semua ritualitas ibadah dan pranata sosial
yang dibangunnya pada akhirnya adalah dalam rangka untuk menempa akhklak
seorang Muslim. Apakah hasil dari segala ritual formal ibadah itu bisa membuatnya
berlaku sabar, tenggang rasa, peduli, tolong menolong, kasih-mengasihi dan
seterusnya dengan sesamanya.
Dan semua itulah yang akan dipersembahkannya pada Tuhan. Dan atas itulah ridho
(restu) Tuhan turun pada dirinya. Hablum minan nas dan Hablum minallah. Berbuat
baik pada manusia dan berbuat baik pada Tuhan. Kenapa berbuat baik pada manusia
yang didahulukan?
Karena agama (Islam) adalah untuk manusia. Bukan untuk Tuhan. Tuhan tidak butuh
agama. Jika manusia sudah bisa damai sejahtera bersama sesama manusia di bumi,
maka sesungguhnya visi agama (Islam) pada hakikatnya sudah tercapai. Sesuai
dengan tujuan diutusnya Nabi Muhammad oleh Tuhan (kata Alquran/klaim Arab Primitif)
Nah, dengan memahami Keislaman seperti inilah saya menjadi tidak peduli dengan
segala label dan sorak sorai Islam. Anda boleh mengaku tamatan Universitas Islam
Planet Siratul Muntaha. Anda boleh mengaku dari Persatuan Islam Dunia Jagat Raya.
Anda boleh mengaku Ustad terkenal di Planet Yupiter. Anda boleh mengaku hafal
Alquran dan Hadis. Anda boleh mengaku disanjung dan dipuja sebagai Partai Islam,
Pemimpin Islam, Ulama Islam dan segala Islam bla bla bla. Tapi jika moral kepribadian
anda centang prenang saya tidak peduli.
Tuhan? Siapa itu Tuhan? Dialah yang menciptakan langit dan bumi.
Menciptakan langit dan bumi? Bagaimana cara Dia menciptkanNya? Ya dengan
ilmuNya. Dengan ilmuNya? Dimana Tuhan itu sekolah? Dia tidak pernah sekolah
karena Dia adalah sumber dari ilmu itu sendiri. Karena Dia Maha Tahu akan
segalanNya. Maha tahu segalanya? Apakah Dia tahu tentang saya? Kenapa
tidak. Apa pun diatas bumi ini tidak ada yang luput dari pengetahuan Tuhan. Tapi
kenapa saya tidak melihatNya? Karena Dia ghaib.
Ghaib? Apa itu ghaib? Sesuatu yang tidak kelihatan. Lho, kalau tidak kelihatan
berarti sama artinya dengan tidak ada? Tidak! Justru yang tidak kelihatan itu
yang benar-benar ada. Lho, yang tidak kelihatan yang benar-benar ada? Kalau
yang kelihatan ini semuanya akan punah. Hancur tidak abadi. Tapi yang tidak
kelihatan itu kekal abadi. Karena Dia tidak berubah dan tidak dikenai perubahan.
Yang tidak kelihatan itu kekal abadi? Dari mana kita bisa tahu? Dialah yang
memberi tahu melalui wahyu kepada orang-orang pilihannya di muka bumi.
Kepda para Nabi dan RasulNya. Nabi? Apa itu nabi? Nabi itu adalah utusan
Tuhan. Orang yang dipilih Tuhan untuk membawa ajaran Tuhan untuk jadi
pedoman bagi mahkluknya. Dari mana kita tahu Tuhan memberi wahyu pada
manusia? Semuanya sudah dijelaskan dalam Kitab Suci.
Tapi saya kan tidak tahu? Bisa dibaca pada KItab Suci yang sangat banyak
dijual di pasaran. Bagaimana saya yakin itu wahyu dari Tuhan? Sejarah yang
membuktikan. Semua orang di dunia ini sudah membacanya. Lho, apakah
karena banyak orang membaca saya harus percaya bahwa itu wahyu dari
Tuhan? Tapi itu memang sudah diakui dalam sejarah agama. Pada saat wahyu
itu diterima oleh Nabi, wahyu itu langsung dicatat. Hmm…? Dari mana yang
mencatat tahu bahwa yang disampaikan Nabi itu adalah wahyu? Apakah dia
melihat Tuhan ketika menyampaikan wahyu itu kepada Nabi? Tidak. Tapi
mereka yakin bahwa yang diucapkan Nabi itu adalah wahyu dari Tuhan.
Langsung yakin? Kenapa bisa langsung yakin? Padahal dia tidak melihat
buktinya?
Karena Nabi itu orang yang terpercaya. Hmm…? Tapi rasa percaya itu kan
bukan bukti bahwa itu adalah wahyu dari Tuhan? Buktinya bisa dibaca dari
kandungan Kitab Suci yang sangat mengagumkan. Bagaimana Kitab Suci itu
bisa dijadikan bukti toh kalau serah terima wahyu saja belum bisa dibuktikan?
Membuktikan seperti itu memang tidak mungkin. Karena Tuhan itu tidak
kelihatan. Lalu bagaimana Nabi itu bisa mendapatkan wahyu jika dia tidak
melihat Tuhan? Ya dibisikan Tuhan melalui hatinya. Atau melalui malaikat yang
menyamar seperti manusia.
Malaikat? Siapa pula itu malaikat? Malaikat itu mahkluk ghaib pesuruh Tuhan.
Hmm…? Tapi dia ghaib kok bisa kelihatan oleh Nabi? Karena Malaikat itu bisa
menyamar seperti manusia. Hmm…? Bagaimana Nabi bisa yakin kalau itu
malaikat? Tuhan yang mnggerakkan hatinya unuk percaya bahwa itu malaikat.
Oya?
Apakah orang lain ada yang melihat bahwa Nabi itu bertemu dengan malaikat?
Ya tidak. Karena hanya Nabi yang bisa bertemu dengan malaikat. Lho, dari
mana kita tahu bahwa Nabi memang pernah bertemu dengan malaikat? Ya Nabi
sendiri yang mengakui bahwa dia didatangi malaikat. Oya? Tapi orang lain kan
tidak tahu. Bagaimana mereka bisa yakin kalau tidak melihat buktinya? Karena
Nabi itu tidak pernah berdusta. Segala ucapannya bisa dipercaya. Hmm…????
Tidak mungkin keyakinan ada pertanyaan. Tidak mungkin dibalik keyakinan ada
lagi pertanyaan. Tidak mungkin ada keyakinan pada sesuatu yang justru
menimbun banyak pertanyaan. Dan tidak mungkin meyakini sesuatu dengan
cara membunuh pertanyaan.
Keyakinan adalah kata terakhir. Bukan kata awal. Bukankah yang awal adalah
pertanyaan? Dan bukankah pertanyaan yang terjawab itulah yang disebut
keyakinan?
Penyebab umat Islam mudah ditipu adalah, karena umat Islam sudah keracunan oleh segala
sesuatu yang berbau Arab. Mulai dari bahasa Arab, pakaian Arab, nama-nama Arab, kota-
kota di Arab, sampai dengan makanan Arab. Dan semua itu, tanpa mereka sadari, tanpa
mereka ucapkan sekalipun, adalah identik dengan Islam. Bahkan Tuhan pun dalam imajinasi
mereka adalah keturunan Arab. Itu sebabnya mereka gemar menghafal do’a-do’a dalam
bahasa Arab, yang kadang mereka sendiri tidak tahu apa artinya. Padahal dia berdoa. Yang
namanya do’a adalah harapan yang sangat pribadi pada Tuhan. Tapi anehnya, do’a yang
mereka baca adalah do’a-do’a standar dan klise dalam bahasa Arab. Kenapa itu selalu dan
selalu berulang-ulang mereka lakukan? Karena bahasa Tuhan dalam benak mereka adalah
bahasa Arab. Paling tidak, dalam alam bawah sadar mereka, bahasa Arab itu sakral. Bernilai
adi kodrati.
Akibatnya, asal ada tulisan Arab, mereka cendrung menganggap itu tulisan yang bernilai
Islami. Kadang dianggap hadist. Walaupun isinya entah apa. Asal ada lagu berbahasa Arab,
mereka refleks menganggap itu lagu-lagu keagamaan, padahal bisa jadi itu lagu diskotik atau
tari perutnya masyarakat Arab. Asal nama seseorang sudah berbau Arab, maka refleks
mereka menilai orang itu baik, alim, taat, Islami. Padahal mereka lupa, semua penjahat di
Arab namanya juga bahasa Arab. Asal pakaian seseorang seperti pakaian Arab, dalam
imajinasi mereka terbayang bahwa orang tersebut Islami. Artinya seorang yang religius.
Orang yang baik-baik. Padahal mereka lupa, para penjahat, koruptor, pelacur dan seterusnya
di Arab, juga berpakaian yang sama. Dan begitulah seterusnya.
Intinya, kesadaran beragama umat Islam adalah kesadaran Arabisme. Dalam rangka
menduplikasi kebudayaan Arab. Semakin mirip dengan Arab, maka semakin diyakini sekaan
semakin Islami. Semakin religius. Semakin dianggap orang baik lagi mulia. Dengan kata lain,
itulah bukti bahwa rata-rata umat Islam (tidak semuanya) mudah ditipu. Itu sebabnya banyak
partai politik menjual nama Islam dan istilah Arab untuk mengelabui rakyat. Itulah sebabnya
banyak bisnis juga menggunakan simbol-simbol, nama dan istilah Arab untuk melancarkan
bisnis merek untuk membidik target pasar umat Islam. Kenapa? Karena umat Islam gampang
ditipu dengan segala yang berbau Arab.
Umat Islam sangat mudah untuk dihasut. Coba saja anda sholat dengan bahasa Indonesia.
Apalagi sholat berjamaah. Maka dalam sekejap anda akan digosipkan, dikritik, bahkan
mungkin dihujat sebagai pembawa ajaran sesat. Karena lazimnya sholat bagi mereka adalah
menggunakan bahasa Arab. Apalagi jika seorang perempuan menjadi Imam. Maka dalam
sekejap, bisa ditunggu perempuan tersebut tidak akan selamat dari tikaman sosial. Karena
perempuan tidak layak memegang tampuk kepemimpinan. Apalagi jika yang dipimpinnya
adalah laki-laki. Karena masyarakat Arab memandang perempuan itu hina dan tidak berharga
(kasarnya begitu). Itu tampak dari beberapa ritual agama Islam. Misalnya jika menjadi saksi,
maka 1 orang laki-laki nilainya sama dengan 2 orang perempuan. Jika ingin mengakikahkan
anak, maka jika anaknya laki-laki, disembelih 2 ekor kambing. Tapi jika perempuan, cukup 1
ekor saja.
Artinya, itulah kebudayaan Arab. Dan itulah yang diduplikasi oleh umat Islam.
Karena itu jika anda ingin memanfaatkan kesadaran umat Islam ini, maka sangat mudah.
Baik untuk menipu mereka maupun untuk menghasut mereka.
Menjadi Islam, dalam kesadaran mereka adalah dalam rangka menjadi Arab.
Padahal, kesadaran religius itu Universal. Roh mistik alam semesta.
Tanpa label tanpa nama tanpa bahasa.
Yang diperlukan hanya keasadaran bathiniah.
Dengan bahasa CINTA.
Sebab Saya Lebih Memuja Setan
Setan,
Adalah metafor keburukan atas kemenangan malaikat dalam kosa kata
manusia.
Setan adalah hantu terkutuk dalam do’a orang-orang beriman.
Hingga proyek abadi keimanan adalah mengusir setan dari sajadah Tuhan
Tapi sayang ….
Setan tinggal nama. Tinggal simbol. Jejaring semiotik yang kalah
hegemoni.
Manusia membunuh setan dengan ayat-ayat suci
Tapi sayang, yang diserang hanya kata-kata.
Yang dibunuh hanya kata-kata.
Sebuah upaya peminggiran sosok yang tertindas. Sosok minoritas dalam
mayoritas.
Kata setan …
Sudah terukir dalam kamus hitam kaum beriman
Tapi sayang, kata setan ditulis dengan hati yang juga hitam.
Tapi sayang, yang mengutuk setan lebih setan dari setan.
Sholat wajib, sholat Rukun Islam yang kedua, tidak sholat haram,
akhirnya masuk neraka. Betul betul betul betul betul betul betul.
Kotbah seperti itu sudah basi. Hari gini masih suka mendongeng.
Tersinggung? Lagi-lagi itulah manfaat sholat kamu selama ini. Hanya
untuk memompa rasa mudah tersinggung asal ditanya soal agama….
Kasihan
Saya sendiri juga bingung. Soalnya sholat saya juga percuma. Belum
ada hasil alias tidak produktif. Dulu pernah ada hasil. Sekitar
beberapa tahun. Itu asli ada hasilnya. Saya sholat asli karena
kebutuhan. Saya berusaha sholat dalam kesendirian. Lama-lama saya
sholat. Benar-benar saya hayati dan saya nikmati. Bukan karena ingin
mengharap sorga, bukan karena ingin menghindar dari neraka, bukan
karena sudah jadi kebiasaan apalagi karena malu dinilai orang. Tapi
asli saat itu karena saya ingin menikmati kedamaian bathin. Oh …
nikmat. Nikmat sekali. Air mata tidak tertahankan mengucur tanpa
disengaja.
Pantas sholat itu disebut-sebut sebagai tiang agama. Pantas sholat bisa
mencegah manusia dari perbuatan yang tercela. Pantas sholat bisa
mencegah dari rasa sombong, rakus dan tamak. Karena sholat benar-
benar dimaknai sebagai mijraj spiritual. Lebur dengan inti kedirian
yang paling dalam. Hening. Tenang. Tidak ada gejolak amarah. Tidak
ada ambisi. Tidak ada maskud-maksud lain selain hanya sebagai
pencerahan hati dan pikiran. Firdausi. Nirwana. Sorga telah bermukim
di dalam hati.
Tahukah anda?
Tuhan lebih suka dikritik
Tuhan lebih suka ditentang
... Tuhan lebih suka ditikam
Dan … Tuhan lebih suka dibunuh
Kenapa?
Semakin gencar semua itu anda lakukan
Maka semakin dalam anda sadar
Ternyata Anda tidak ada apa-apanya dihadapan Mega Misteri hidup
Hingga terkapar sambil berkata:
Dan agama, bagi saya adalah pelembagaan akan penghayatan manusia akan Tuhan.
Tapi bukan produk Tuhan secara langsung. Tapi produk manusia dalam bidang
kebudayaan. Manusia menyusun penghayatannya menjadi semacam manual psikologis
dan sosial. Dengan visi integrasi pribadi dan sosial kemasyarakatan. Itulah agama.
Pada mulanya, benar bahwa puncak inspirasi Ketuhanan itu hadir dalam jiwa-jiwa
pencari Tuhan pada pribadi-pribadi cemerlang. Sebagai penghayatan pribadi yang luar
biasa. Tapi ditangan pemeluknya, inspirasi itu diabadikan. Dimonumenkan dalam kitab
suci. Ditulis, ditulis ulang. Dan tidak jarang, didaur ulang.
Bagaimana mungkin sesuatu yang tak terkatakan, tak terberi, pengalaman mistik,
dibukukan, dalam kertas mati. Dengan tinta yang pucat. Dan secara estafet
dikongritkan dalam bentuk operasional. Melalui ritus-ritus pemujaan. Melalui ritual
seremonial. Dengan sejumlah semboyan: Wajib, halal, haram, dosa dan neraka.
Akibatnya, agama membunuh otonomi spiritual setiap individu. Yang sejatinya selalu
terbuka ke medan mistik universal (Tuhan), sejak manusia dilahirkan. Sejak alam ada.
Yang sudah Inklude di kesadaran terdalam manusia. Di dalam sanubarinya. Di dalam
hati nuraninya. Di dalam cakrawala spiritualnya. Di dalam visi bathinnya.
“Haram hukumnya jamaah muslim yang beriman. Allah sudah tetapkan: Islam
agama yang paling benar. Dan hukum yang benar adalah hukum Tuhan. Selagi
manusia tidak kembali pada agama Islam, maka mereka akan tetap berada
dalam kesesatan yang nyata. Nauzubillah … Dan Dan Allah sudah
mengingatkan kita melalui firmannya dalam Alquran: Apabila kamu bertemu
dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka, sehingga
manakala kamu telah mengalahkan mereka, maka tawanlah mereka .....
“Ini pekerjaan kalian yang membuat rusuh. Katakan kebenaran tapi jangan
mengahasut! Tuhan tak pernah turun kesini mengatakan bahwa siapa yang
benar diantara kita. Tapi kalian sudah gagah berani membenarkan imajinasi
tolol kalian dan menuduh semua orang salah. Dan jika kalian berani
membunuh atas nama Tuhan, maka saya juga berani membunuh kalian atas
nama Iblis.”
Malamnya, setelah saya duduk tenang dan mengingat siapa-siapa yang mati
dalam mesjid, saya terkejut. Ternyata mereka yang tewas juga termasuk orang-
orang yang dekat dalam kehidupan saya. Tapi untunglah semua ini hanya
imajinasi.
“Alquran adalah Buku Sihir dan Jimat Sakral”
Bahwa sebagian ayat Alquran inspiratif, membakar rindu hati, histeris
menggapai Tuhan, saya akui. Tapi bahwa banyak umat agama lain
jengkel dengan ayat Alquran yang sangat kasar dan primitif, juga saya
akui.
Tapi rata-rata umat Islam tidak melihat pembedaan ini.
Bagi mereka, Alquran adalah sau paket jimat yang steril.
Turun sim salabim dari langit.
Selamat datang untuk anda. Calon penghuni surga yang akan saya
lemparkan ke neraka. Apakah anda membaca tulisan ini karena ingin
masuk surga? Atau hanya karena penasaran? Jika jawaban anda
memang karena ingin masuk surga, maka di hati anda hanya ada
neraka.
Saya sendiri lupa kapan tepatnya saya mulai memaki dan berbicara kotor.
Seingat saya, waktu kecil, ibu pernah mengolesi mulut saya dengan balsam ketika saya
menirukan kata makian anak tetangga sebelah.
Sejak itu saya kapok memaki.
.
Berjalannya waktu ternyata saya makin pintar,
pintar memaki maksudnya.
Kalau sedang kesal, makian itu muncul.
Ketika berjalan dan kesandung batu, muncul lagi.
Berkonflik dengan orang, pasti muncul.
Anehnya ketika melihat sesuatu yang luar biasa,
bukan kata pujian yang muncul,
tetapi kata makian sebagai wujud kekaguman.
Kalau tidak memaki berarti tidak hebat, tidak jantan.
Sekali lagi,
Jangan sembunyikan batu yang kau pakai melempar
Setidaknya anda mau menyadari itu
Walau hanya sekejap kata....
Olehnya, Apakah
Anda merasa terpelajar?
Anda merasa sebagai orang yang sopan?
Anda ingin dihargai?
Maka pilihlah setiap kata yang keluar dari mulut Anda.
Biarkanlah bibir Anda hanya berbicara perkataan baik yang tidak menyakiti perasaan
orang lain.
Warning:
Dilarang membawa buku catatan, perpustakaan apalagi khotbah
dalam membaca tulisan ini. Yang direkomendasikan hanya satu: otak!
Coba anda perhatikan. Apapun pertanyaan saya, tetap anda merujuk ke kitab suci. Itu
tandanya anda tidak bisa berfilsafat. Tapi saya menginterogasi anda adalah dalam rangka
berfilsafat. Saya terus bertanya. Terus dan terus sampai ke batas yang tidak bisa anda
jawab. Tanpa dicampuri perasaan atau keyakinan. Tapi murni meluncurkan apa yang
terpikirkan. Intinya, secara kasar, berfilsafat bisa diartikan mempertanyakan segala
sesuatu sampai ke akar-akarnya. Mengkaji suatu persoalan sampai ke akar persoalan.
Mempersoalkan substansinya. Mempertanyakan hakikat segala sesuatu.
Dan itu? Hanya bisa dilakukan dengan berpikir kritis. Dengan membuang segala dogma
kepercayaan. Selagi anda masih menyisipkan dogma kepercayaan, maka bagi saya, sama
artinya anda belum berfilsafat. Paling tinggi anda hanya melakukan rasionalisasi.
Melakukan pembenaran terhadap apa yang anda yakini. Sikap seperti ini, tidak akan
pernah membawa anda beranjak keluar dari apa yang anda yakini. Berapapun anda
membaca, berpikir, diskusi, pada intinya anda hanya akan bersikukuh untuk membenarkan
apa yang anda yakini. Ini yang dikenal dengan istilah circular reasoning. Pikiran atau logika
yang berputar-putar. Berputar-putar pada satu lingkaran paradigma tertutup. Contohnya
pada diaog diatas. Apapun pertanyaan yang diajukan, tetap dijawab dengan kitab suci.
Padahal, Yang dipertanyakan justru kitab suci itu sendiri. Soal legitimasinya. Soal klaimnya.
Kenapa kitab suci itu anda anggap sudah final? Sudah Absolut? Apa dasarnya? Tapi anda
tetap menjawabnya dengan kitab suci itu sendiri. Ini mirip ketika anda ditanya. Apa alasan
anda mengaku bahwa diri anda hebat? Anda ngotot menjawab karena anda meyakini diri
anda hebat. Padahal untuk membuktikan kehebatan anda, harus ada eksternal eviden.
Harus ada bukti dari luar diri anda. Misalnya anda punya banyak karya. Dan publik
menggandrungi karya anda. Dengan kata lain dunia mengakuinya. Tapi yang terjadi, anda
hanya mengaku sendiri. Anda ngotot. Inilah circular reasoning. Inilah rasionalisasi.
Melakukan pembenaran terhadap apa yang diyakini.