Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENYAKIT HIV DENGAN KOMPLIKASI KANDIDIASIS


Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada mata kuliah Keperawatan
HIV-AIDS
Dosen Pembimbing :
Amita Audia, S.Kep, Ners, M.Kep

Di susun oleh:
Kelompok 3 :
1. Pury Adriana (A2R17027)
2. Puspita Windy Aprianti (A2R17028)
3. Rizky Gusti Saleh (A2R17029)
4. Rodotun Nafisah (A2R17030)
5. Rofiul Maunah (A2R17031)
6. Ronaldo Firdakusuma (A2R17032)
7. Siti Zuliza (A2R17033)
8. Septi Handayani (A2R17034)
9. Umaimah Ayu Laksmi (A2R17035)
10.Via Gesti Ardianti (A2R17036)
11.Wahyu Evi Safitri (A2R17037)
12.Winda Karunia Putri (A2R17038)
13. Yuli Kristanti (A2R17039)

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul penyakit HIV dengan komplikasi kandidiasis

Makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan HIV - AIDS .
Pembuatan makalah ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu, pada
kesempatan ini, kami menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yth :

1. Bpk. H. Sukanto, S.Pd, S.Kep.Ners, M.Kes, sebagai ketua utama STIKes


Hutama Abdi Husada Tulungagung.
2. Ibu Amita Audia, S.Kep, Ners, M.Kep, sebagai dosen pengajar pada matakuliah
Keperawatan HIV - AIDS .
3. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku penugasan Keperawatan HIV
- AIDS
4. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satupersatu.

Makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik ataupun masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Besar harapan kami, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya, dan kelompok pada umumnya.

Tulungagung, 11 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................3
2.1 Pengertian........................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi.........................................................................................................................3
2.3 Etiologi.............................................................................................................................5
2.4  Manifestasi Klinis...........................................................................................................6
2.5 Patofisiologi......................................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................10
2.9 Diagnosa.........................................................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................16
3.1. Kasus.............................................................................................................................16
3.2 Analisa kasus..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang


sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis
merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia,
dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis
pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%.
Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada
bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.

Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi
merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida
albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama
sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi
oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur
dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C.
parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii  ) dapat menjadi
patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia
sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40%
Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65%
pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88%
pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS

Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis / candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia
menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi
tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan
ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan
perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini.
Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah
nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa

1
nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang
menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu
dalam genus candida.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari HIV dan Kandididasis ?
2. Bagaimana Klasifikasi Kandididasis ?
3. Bagiaman Etiologi HIV ?
4. Bagaiaman Manifestasi Klinis dari Kandidiasis?
5. Bagaiamana Patofisiologi Kandidas?
6. Apa saja pemerikasaan penunjang Kandididasis ?
7. Bagaiaman Penatalaksanaan Kandididasis ?
8. Apa saja Diagnosa Keperawatan Dari Kandidiasis?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari HIV dan Kandididasis
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi Kandididasis
3. Mahasiswa mengetahui etiologi HIV
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari Kandidiasis
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi Kandidas?
6. Mahasiswa mengetahui pemerikasaan penunjang dari Kandididasis ?
7. Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan Kandididasis ?
8. Mahasiswa mengetahui Diagnosa Keperawatan yang muncul dari Kandidiasis?

2
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel
darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya
melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena
influenza atau pilek biasa. Manusia yang terkena virus HIV, tidak langsung menderita
penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun
bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.

Kandidiasis adalah penyakit jamur teratas diantara jamur lainnya yang bersifat
akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans.
dan Jamur ini dapat menginfeksi semua organ tubuh manusia baik pria maupun wanita,
Jamur inidikenal sebagai organism komensal disaluran pencernaan damn mukotan dan
sering dikenal sebagai jamur oportunistik yang dapat mengenai mulut, vagina, kulit,
kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis,
atau meningitis.(Mansjoer,2000)

Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:


Dermatocandidiasis, Bronchomiosis, Mioticvulvoginitis Mugeuet, Candidosis,
Moniliasis Oidiomycosis ,Trush.

2.2 Klasifikasi

1. Thrush

Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning-


kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara
dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi

3
pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan
koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003). Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi
ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke
lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi
yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru
yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan
berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam
pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai
keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.

2. Kronis hiperplastik kandidiasis

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa
bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis
tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak
dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.
(Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga diagnosa harus
ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke
lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi,
sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling sering
diderita oleh perokok.

3. Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum
maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini
dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60%
diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi
tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan
menjadi tiga tipe yaitu :

4
1. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi,
gambaran eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan
geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-
65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg,
2003).
2. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara
klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala
sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar
sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe
ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi.
(Greenberg, 2003).
3. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan
dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam
ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat
besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya
berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut
(commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure.
(Nolte, 1982. Greenberg, 2003).

2.3 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama
HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.
Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.

5
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.4   Manifestasi Klinis


Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik,
kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi
HIV yaitu :

a) Infeksi HIV Stadium Pertama


Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga
terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening.

b) Persisten Generalized Limfadenopati

6
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada
waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
sariawan oleh jamur kandida di mulut.

c) AIDS Relative Complex (ARC)


Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai
terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan
tubuh. Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang
lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase
kedua.

d) Full Blown AIDS.


Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi
radang paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis
oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga
penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4
tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.

Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi
dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu
namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil
justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah.

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental
berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa
mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa
seperti terbakar.

Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh
sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat
menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan
dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas
minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi

7
juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat (misalnya
pemakaian antibiotik jangka panjang).

2.5 Patofisiologi
AIDS merupakan penyakit sistem imun manusia yang disebabkan oleh virus
HIV. Defek imunitas seluler terkait dengan AIDS dapat menjadikan orang yang
terinfeksi beresiko terhadap berbagai infeksi oportunistik. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur Candida merupakan infeksi yang paling umum, yaitu jamur dimorfik yang
biasanya ada dalam rongga mulut dalam keadaan nonpatogenik pada indivudu sehat,
tetapi di bawah kondisi yang menguntungkan jamur Candida memiliki kemampuan
untuk berubah menjadi bentuk hifa patogen (yang menyebabkan penyakit). Infeksi HIV
mengarah pada hilangnya kompetensi imunitas, gambaran yang paling mencolok
adalah penurunan sel T CD4+. Imunosupresi biasanya didahului oleh periode laten
secara klinis yang lama. Selama infeksi fase asimptomatik, jumlah sel T CD4+ masih
mendekati normal tetapi fungsi sel T CD4+ tampaknya terganggu, seperti yang
ditunjukkan oleh kegagalan sel T CD4+ berproliferasi dalam respon untuk mengingat
antigen, mitogens, dan alloantigen HLA dan defek produksi sitokin T-helper 1 (Th1),
seperti interleukin-2 (IL-2) dan gamma interferon (IFNˠ).Hasil proses patogen ini
adalah kerusakan jaringan limfoid, menyebabkan imunosupresi berat. Ketika jumlah sel
T CD4+ jatuh di bawah 200 sel µl darah- , AIDS dapat didiagnosis. Respon imun
terhadap HIV dan patogen lainnya kolaps, dan pasien sangat rentan terhadap infeksi
oportunistik yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya dikendalikan dengan
baik oleh imunitas yang diperantarai sel, seperti jamur Candida. Jamur Candida adalah
organisme komensal dalam mulut dari orang sehat, ada kemungkinan bahwa
mekanisme pertahanan membatasi proliferasi pada status carrier terganggu selama
proses multifase infeksi HIV. Namun, gangguan yang tepat yang mendukung
perkembangan Candida pada permukaan mukosa pada urutan perkembangan infeksi
HIV belum jelas. Meskipun dari data klinis diketahui dengan baik faktor-faktor
predisposisi yang menyebabkan oral candidiasis bahwa keseimbangan antara C.
Albicans dan host melibatkan imunitas yang diperantarai sel yang utuh, populasi sel
dan mekanisme yang terlibat dalam imunitas protektif terhadap mikroorganisme di
lokasi mukosa.

8
Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang
System imun turun
tak terkontrol, immunodefisiensi

Gangguan keseimbangan flora


Pertumbuhan jamur normal di mulut (candida albicans)
yang tak terkontrol

Sisa susu pada mulut bayi

Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor

Menyerang system imun Timbuk bercak


Proses infeksi
putih di mulut
9

Kandidiasis oral

Nyeri pada mulut Perubahan persepsi


2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab


mukosa
2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan
dengan pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab
atau kumur.
4. Diagnosa pasti dengan biopsy

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :

10
1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Topikal

Obat topical untuk kandidiasis meliputi:

a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari,
b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,
c. Amfoterisin B,
d. Grup azol antara lain:
1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol, bufo
4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat
ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5
hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang
dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus

a. Kandidiasis intertriginosa :

Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan


penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari.
Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg
selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.

b. Diaper disease :

11
Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab.
Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak
bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat.

Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B,


mikonazol atau klotrimazol.

c. Paronikia :

Pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat


dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau
terbinafin. Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas.
Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol.
Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol
mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya
dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke
bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit. Nistatin
dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi hanya
bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini
mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.
Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam
sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.

2.9 Diagnosa

Diagnosis Keperawatan 1 : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan


ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot
dan gelisah

Hasil yang diharapkan  :  keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat


tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

12
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk
intensitas, frekuensi dan waktu. intervensi dan juga tanda-tanda
Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan  komplikasi.
gelisah, takikardia, meringis.

Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan


menggunakan visualisasi atau sehat.
imajinasi, relaksasi progresif, teknik
nafas dalam.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,


sehingga persepsi akan intensitas rasa
sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan penurunan nyeri/tidak


narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang
yang dikontrol pasien) untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
memberikan analgesia 24 jam. dapat mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan


pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot.
gerak pada sendi yang sakit.

Diagnosis keperawatan 2    : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan             :  mempertahankan berat badan atau memperlihatkan


peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi
dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

13
INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan


perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal


umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
memungkinakan sarankan makanan dari rencana member perasaan control
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan dan mungkin
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan pemasukan.
bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi kebutuhan akan
pilihan yang disukai pasien. Dorong makanan nonistitusional mungkin
konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan.
dapat merangsang nafsu makan

Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau
atau muntah. Hindari menghidangkan ketakutan akan mengiritasi lesi pada
makanan yang panas dan yang susah untuk mulut mungkin akan menyebabakan
ditelan pasien enggan untuk makan.
Tindakan ini akan berguna untuk
meningkatakan pemasukan
makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan


misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi
elektrolit, protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.

14
Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

Diagnosis keperawatan  3    : hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

tujuan              :  dalam 2 x 24 jam demam menurun atau hilang

kriteria hasil : 1. suhu tubuh dalam batas normal

2. tanda-tanda vital dalam batas normal

3. pasien tidak mengalami dehidrasi

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Lakukan kompres hangat di daerah Dengan kompres hangat maka


lipatan suhu tubuh pada klien akan
menurun

Monitor tanda-tanda vital Mengetahui perubahan tanda tanda


vital pasien

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian Pakaian yang tipis dapat


tipis mempermudah penguapan pada
tubuh dengan suhu tinggi

Kolaborasi dengan medis dalam pemberian Dengan pemberian terapi akan


terapi obat mempercepat penyembuhan klien.

Diagnosis keperawatan 4 : perubahan sensori pengecapan berhubungan dengan


kandidiasis oral

tujuan   :diharapkan pasien dapat mengembalikan persepsi


sensori pengecapan

15
kriteria hasil : 1. Nafsu makan meningkat

2. dapat merasakan rasa makanan

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan


perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.

Monitor tanda tanda vital Untuk mengetahui perkembangan


klien untuk menentukan intervensi
berikutnya

Observasi tanda tanda infeksi pada daerah Untuk mencegah adanya infeksi
mulut pada daerah mulut

Kolaborasi dalam pemberian terapi Terapi dapat mempercepat dalam


proses penyembuhan

16
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Kasus
Suatu hari Ny. A datang ke IGD RSUD dr. ISKAK dengan kondisi badan kurus
kering, pucat, lemas, dan nyeri pada daerah mulut. Setelah dilakukan anamneses oleh
seorang perawat paasien mengataakan pada 3 minggu yang lalu pasien mengalami
sariawan namun setelah diobati dengan obat warung tidak kunjung sembuh selama satu
minggu dan luka di area mulut tammbah luas dalam kurun waktu 2 minngu dengan
konsis luka seperti bitik2 dan bercak putih dan yang dirassakan oleh Ny. A adalah nyeri
yang amat hebat. Dan Ny. A putus pengobatan HIV sudah 1 tahun yang lalu dan Ny. A
pernah MRS 5 Tahun yang lalu dengan penyakitt HIV dan TB, lalu Ny.a khawatir akan
kondisi dirinya dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit

3.2 Analisa kasus


A. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny. A
Tempat/tanggal lahir : Ngujang, 21 Mei 1994
Umur : 25th
Status perkawinan : belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PSK
Alamat : Ngujang, Tulungagung
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Tgl masuk RS : 09 April 2019
No. RM : 2121
Ruang : Dahlia

b. Riwayat kesehatan

17
1. Keluhan utama: nyeri pada bibir
2. Alasan utama masuk: pasien mengatakan nyeri pada bibir
3. Riwayat penyakit sekarang:

Sudah 2 minggu ini pasien mengalami nyeri hebat pada bibir terlebih saat
mengunyah makanan,nyeri seperti terbakar,skala 5 ,nyeri terjadi terus
menerus. Pada tanggal 09 April 2019 jam 07.00 pasien datang ke IGD
RSUD Dr.Iskak Tulungagung. Lalu jam 09.00 pasien dipindahkan ke
ruang Dahlia dan mendapatkan perawatan lebih intensif sampai sekarang..
4. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien adalah penderita HIV sejak 5th yang lalu, tidak pernah
mempunyai penyakit TD tinggi, DM, TBC, atau penyakit lain yang
menyebabkan masuk Rumah Sakit. Penyakit yang pernah diderita hanya
batuk pilek panas biasa dan dengan berobat atau membeli obat kemudian
sembuh.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak ada
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan yang dialami pasien.

c. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital:
TD: 120/90 RR:16x/menit BB: 45kg
N: 80x/menit S:38,5 TB: 165cm
1. Pernafasan
Gejala: dispnea pada saat aktivitas, nyeri dada
Tanda: dipnea, takipnea, batuk non produktif, tanda-tanda distress
pernafasan, parau
2. Sirkulasi
Gejala: palpitasi nyeri dada
Tanda: takikardia, disritmia, sianosis, anemi
3. Neurosensori
Gejala:nyeri sarafyang menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran kelenjar limfe, kelelahan otot
Tanda:
1. status mental letargi, menarik diri, kurang perhatian terhadap sekitar
2. paraplegia
4. Nyeri dan kenyamanan
Gejala: nyeri pada nodus yang terkena
Tanda: fokus pada diri sendiri, perilaku hati-hati
5. Integeritas ego
Gejala: gejala-gejala stress yang berhubungan dengan ancaman
kehilangan pekerjaan, perubahan peran dalam keluarga
Tanda: perilaku menarik diri, marah dan pasif agresif
18
6. Keamanan
Gejala:
1. riwayat infeksi karena abdominalis sistem imun
2. riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster
3. demam pel obstein, diikuti demam menetap dan keringat malam
tanpa menggigil
4. integeritas kulit: kemerahan

tanda:
1. demam
2. kelenjar limfe asimetris, tidak ada nyeri, pembengkakan
3. pembesaran tonsil
7. Eliminasi
Gejala: perubahan karakteristik urine/feses, riwayat obstruksi usus
Tanda:
1. Nyeri tekan kuadran kanan atas dan kuadran kiri atas
2. Penurunan keluaran urine
3. Disfungsi usus dan kandung kemih
8. Makanan dan cairan
Gejala: anoreksia, disfagia(tekanan pada esofagus), penurunan BB
Tanda:
1. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau ekstremitas atas
2. edema ekstremitas bawah
9. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelelahan, atau malaise umum, kehilangan produktivitas dan
penurunan toleransi aktivitas, kenutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda: penurunan kekuatan bahu merosot, jalan lamban dan tanda-tanda
lain yang menunjukkan kelelahan
10. Seksualitas
Gejala: masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek
terapi
11. Penyluhan/pembelajaran
Gejala: Pengetahuan tentang faktor resiklo dalam keluarga dan
lingkungan (pemajanan agen karsinogenik kimiawi)

B. Diagnosa Keperawatan
a. nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai
dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia,
lemah otot dan gelisah
b. perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan
dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,

19
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif,
keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.
c. hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

C. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. DS: pasien mengatakan Nyeri akut
nyeri pada bibir sejak 2
minggu ini
DO:
 pasien menyeringai
 kesakitan saat makan,
bibir seperti terbakar,
Skala nyeri 5
 TD: 120/80 mmHg
 RR:16x/menit
 N: 80x/menit
 S:38,5˚C

2. DS: Nutrisi kurang dari


 pasien mengatakan tidak kebutuhan tubuh
bisa makan dan menelan
karena nyeri pada bibir,
 pasien mengatakan tidak
nafsu makan
DO:

 penurunan BB secara
drastis
 BB yang tidak ideal
 jatah makan dari RS
masih utuh
 TD: 120/80 mmHg
 RR:16x/menit
 N: 80x/menit
 S:38,5˚C
 BB: 45kg
 TB: 165cm

20
3. DS: Hipertermi
 pasien mengatakan
badannya demam sejak
2 hari terakhir, sering
berkeringat malam
DO:
 TD: 120/80 mmHg
 RR:16x/menit
 N: 80x/menit
 S:38,5˚C

D. INTERVENSI

Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan


ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah
otot dan gelisah

Hasil yang diharapkan  :  keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat


tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan kebutuhan untuk


intensitas, frekuensi dan waktu. intervensi dan juga tanda-tanda
Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan  komplikasi.
gelisah, takikardia, meringis.

Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan


menggunakan visualisasi atau sehat.
imajinasi, relaksasi progresif, teknik
nafas dalam.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,


sehingga persepsi akan intensitas rasa
sakit.

21
Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan penurunan nyeri/tidak
narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang
yang dikontrol pasien) untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
memberikan analgesia 24 jam. dapat mempertahankan kadar analgesia
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan


pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot.
gerak pada sendi yang sakit.

Diagnosis keperawatan     : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh


dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan,
penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan,
peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan             :  mempertahankan berat badan atau memperlihatkan


peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan,
mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi
dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah, Lesi mulut, tenggorok dan


perasakan dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia, penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan
dan mengurangi keinginan untuk
makan.

Auskultasi bising sus Hopermotilitas saluran intestinal


umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang

22
dapat mempengaruhi pilihan diet
atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam
memungkinakan sarankan makanan dari rencana member perasaan control
rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan dan mungkin
sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan pemasukan.
bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi kebutuhan akan
pilihan yang disukai pasien. Dorong makanan nonistitusional mungkin
konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan.
dapat merangsang nafsu makan

Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa sakit pada mulut atau
atau muntah. Hindari menghidangkan ketakutan akan mengiritasi lesi pada
makanan yang panas dan yang susah untuk mulut mungkin akan menyebabakan
ditelan pasien enggan untuk makan.
Tindakan ini akan berguna untuk
meningkatakan pemasukan
makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan


misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi
elektrolit, protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan


metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

Diagnosis keperawatan     : hipertermi berhubungan dengan proses peradangan

tujuan             :  dalam 2 x 24 jam demam menurun atau hilang

kriteria hasil : 1. suhu tubuh dalam batas normal

2. tanda-tanda vital dalam batas normal

3. pasien tidak mengalami dehidrasi

23
INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Lakukan kompres hangat di daerah Dengan kompres hangat maka


lipatan suhu tubuh pada klien akan
menurun

Monitor tanda-tanda vital Mengetahui perubahan tanda tanda


vital pasien

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian Pakaian yang tipis dapat


tipis mempermudah penguapan pada
tubuh dengan suhu tinggi

Kolaborasi dengan medis dalam pemberian Dengan pemberian terapi akan


terapi obat mempercepat penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Cyntia, T. 2013. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. EGC: Jakarta.

Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

24
Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta
Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart,
Edisi 8, Jakarta,EGCHerlman, T. Heather.2012.
NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai