Anda di halaman 1dari 11

Sir.

Thomas
Resume Buku Februari 2020
TEORI DAN PRINSIP PENDIDIKAN
IDENTITAS BUKU
Judul                              : Teori dan Prinsip Pendidikan
Pengarang                      : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd
Penerbit                          : PT Pustaka Mandiri
Tahun Terbit   : 2013
Tebal Buku                   : 157 Halaman

BAB I

KONSEP PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan perkembangan zaman.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar "didik"
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran. Sedangkan oendidikan mempunyai pengertian proses
pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.

Menurut para ahli, pendidikan adalah sebagai berikut:


1. Jhon Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan esensial baik secara
intelektual maupun emosional.
2. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam tumbuh kembangnya anak-anak, yakni
menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak berupa potensi agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
3. Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi
dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran
(ta'lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta'dib), dan latihan (tadrib)
dengan memperhatikan kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian, dan sosial.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat diolongkan atas dua
kelompok besar yaitu pendekatan redaksional dan pendekatan holistik integratif.
1. Pendekatan Redaksional
Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan, yaitu:
Pendekatan Pedagogisme, Pendekatan Filosofis, Pendekatan Religius, Pendekatan
Psikologis, Pendekatan Negativis, Pendekatan Sosiologis.
2. Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan holistik integratif merumuskan mengenai hakikat pendidikan sebagai
berikut:
Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan. Proses pendidikan berarti
menumbuhkembangkan eksistensi manusiaEksistensi manusia yang memasyarakat.
Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya Proses bermasyarakat dan
membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang

C. Aliran dalam Pendidikan


Sangat banyak jenis dan ragam aliran pendidikan seiring dengan aliran-aliran
dalam filsafata sebagai ibunya ilmu pengetahuan, di antara aliran yang sangat terkenal
adalah:
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empiris yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan
pembawaan sebagai sisi internal manusia.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistis)
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan sesorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat.
Orang yang "berbakat tidak baik" akan tetap tidak baik dan orang yang "berbakat
baik" akan tetap baik dan tidak perlu dididik.
3. Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua
anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik.  Pendidikan hanya
memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
4. Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat,
pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan
pribadi seseorang.

D. Gerakan-Gerakan Baru dalam Pendidikan


Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, pandangan dan
praktik pendidikanpun berubah dengan munculnya gerakan-gerakan baru dalam
pendidikan diantaranya adalah:
1. Pembelajaran alam sekitar
Dalam pandangan ini bahwa pendidikan dapat dilakukan menyatu dengan alam sekitar
yang dalam prosesnya ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfa'atan
lingkunganalami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah.
2. Pengajaran pusat perhatian (centres d'interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak.
3. Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk
menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak
merugikan masyarakat dan justru memajukannya.
4. Pengajaran proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick.

E. Konsep Pendidikan dan Pengajaran/Pembelajaran


Pendidikan lebih daripada pengajaran/pembelajaran, karena pengajaran sebagai
suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik yang
melibatkan unsur-unsur yang memengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan, pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa sebagai
pembelajaran dan unsur-unsur lain yang saling memengaruhi.

BAB II

PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

A. Dinamika Masyarakat Indonesia


Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat sumber masalah,
yaitu: Rendahnya kesadaran multicultural, Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah
Kurangnya sifat kreatif dan produktif, Rendahnya kesadaran moral dan hukum
Dalam perkembangan global, pendidikan sangat berperan untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia baru. Visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang
mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan
kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai universal dan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia.

B. Perkembangan Masyarakat Masa Depan


Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia baru ada komponen-komponen dasar
yang dibutuhkan, yaitu: Kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya. Kebutuhan
untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan tradisi dan masa lalunya.
Kebutuhan untuk lepas dari berbagai lingkungan yang menghambat aktualisasi dirinya.

C. Perubahan Pendidikan untuk Meningkatkan SDM


Merupakan satu keniscayaan bahwa dalam pendidikan ada perubahan karena
realita manusia yang terus berubah dari zaman ke zaman.
Pendidikan sebagai proses pembebasan Pendidikan sebagai proses pembodohan
atau pencerdasan. Pendidikan sebagai proses perampasan hak-hak anak atau justru
menjunjung tinggi hak anak. Pendidikan menghasilkan tindak kekerasan atau tindakan
perdamaian. Pendidikan anak berwawasan integrative. Pendidikan membangun watak
persatuan. Pendidikan menghasilkan manusia demokrasi. Pendidikan menghasilkan
manusia peduli lingkungan
BAB III

MASALAH DALAM PENDIDIKAN

A. Masalah Pokok Pendidikan


Fungsi dan peranan social kemanusiaan pendidikan merujuk pada kontribusi
pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan social pada berbagai tingkat
social yang berbeda. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan
kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demokratis. Selain itu, orang
yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa
dan Negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.
UNESCO (1996) mencanangkan empat pilar pendidikan abad ke-21 yang perlu
diterapkan konsepnya dalam pendidikan nasional, yaitu: (1) belajar untuk mengetahui
(learning to know), (2) belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to
do), (3) belajar untuk menjadi seorang/pribadi (learning to be), dan (4) belajar untuk
menjalani kehidupan bersama (learning to live together).
Terdapat masalah pokok pendidikan yang dialami hingga saat ini dan tak kunjung
selesai dan terealisasikan, yaitu: Kualitas pendidikan Relevansi pendidikan Elitisme
Manajemen pendidikan Pemerataan pendidikan 

BAB IV

PROFESI GURU

A. Guru sebagai profesi


Menurut Dedi Supriyadi bahwa guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru
dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum
sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya, sehingga guru dikatakan
sebagai profesi yang setengah-setengah atau semiprofessional.
Pekerja professional berbeda dengan pekerja nonprofessional karena suatu profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan
kata lain pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu.
Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau persyaratan
tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntutan melaksanakan profesi tersebut.
Secara sederhana menurut Wirawan bahwa persyaratan profesi adalah lain:
a. Pekerjaan penuh
Suatu profesi merupakan pekerjaan penuh dalam pengertian pekerjaan yang
diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Profesi guru cukup mencakup aspek
pendidikan dan pengajaran di sekolah.

b. Ilmu pengetahuan
Salah satu persyaratan ilmu pengetahuan adalah adanya teori, bukan hanya kumpulan
pengetahuandan pengalaman. Fungsi dari suatu teori adalah untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
c. Aplikasi ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek yaitu aspek teori dan aspek
aplikasi. Kaitan dengan profesi, guru tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus
dikuasai oleh guru tetapi juga pola penerapan ilmu pengetahuan tersebut sehingga
guru dituntut untuk menguasai keterampilan mengajar.

B. Standar Profesi
Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang
digunakan sebagai pedoman agar keluaran (output) kuantitas dan kualitas pelaksanaan
profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat
dipenuhi.
Di beberapa Negara telah memperkenalkan “Standar Profesional untuk guru dan
Kepala sekolah”, misalnya di USA dimana National Board of Professional Teacher
Standards telah mengembangkan standard an prosedur penilaian berdasarkan pada 5
(lima) prinsip dasar (Depdiknas, 2005), yaitu:
Guru bertanggung jawab (commited to) terhadap siswa dan belajarnya.Guru mengetahui
materi ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana mengajar materi tersebut kepada
siswa.Guru bertanggung jawab untuk mengelola dan memonitor belajar siswa.Guru
berpikir secara sistematik tentang apa-apa yang mereka kerjakan dan pelajari dari
pengalaman.Guru adalah anggota dari masyarakatbelajar.

C. Kode Etik Profesi


Kode etik guru adalah suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah
laku guru. Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan cabang dan pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres XIII di Jakarta
tahun 1973, yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga
di Jakarta yang berbunyi sebagai berikut:
Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.Guru berusaha
memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan melakukan bimbingan dan
pembinaan.Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua
murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan.Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social.Guru secara bersama-sama
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

D. Legalisasi Guru sebagai Profesi


Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disahkan pada
Desember 2005. Salah satu pasalnya adalah membahas tentang masalah sertifikasi guru
yang saat ini masih bergulir pada tataran operasional. Undang-undang ini lahir sebagai
landasan yuridis yang memberi kekuatan hukum bagi guru dan dosen dalam
melaksanakan aktivitas pendidikan terutama dalam peningkatan profesionalismenya
yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan.
Guru sebagai agen pembelajaran di Indonesia diwajibkan memenuhi tiga
persyaratan seperti dijelaskan, yaitu kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan
sertifikasi pendidik.

E. Tuntutan Kompetensi Guru sebagai Profesi


Suatu kompetensi mengarah pada kapasitas yang harus dimiliki seseorang untuk
memenuhi persyaratan kerja baik untuk saat ini maupun saat mendatang:
Menurut Spencer & Spencer, ada lima karakteristik kompetensi yaitu:
a. Motives Traits Self Concept Knowledge Skill
Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28, pendidik
adalah agen pembelajaranyang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi pedagogic, kepribadian, professional,dan social.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman
pesera didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan
keilmuan sebagai guru.
e. Kompetensi Sosial
Kompetensi social berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesame pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.

F. Profesi, Profesional/Profesionalisme dan Profesionalisasi


a. Profesi
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk
jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.
b. Profesional/Profesionalisme
Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau
dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya.
c. Profesionalisasi
Profesionalisasi berarti menjadikan atau mengembangkan suatu bidang pekerjaan atau
jabatan secara professional. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk
melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan
merencanakan, melakukan dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
G. Aspek yang harus DIkuasai Guru dalam Pembelajaran
Mengajar merupakan aktivitas merangsang dan membimbing  siswa untuk
menguasai suatu obyek tertentu, hal ini seperti dikatakan:”Teaching is essentially helping
people get excited in a subject area, which leads them to engage in the big ideas, the
cultural ideas”. (A Report of The Holmes Group, 1990: 10)
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 21 ayat (1) dinyatakan
bahwa: Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3)
harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar
maksimal per pendidik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Ayat
(2) Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya
membaca dan menulis.
Kualitas profesi sangat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya dan dari
satu organisasi dengan organisasi lainnya, hal ini sangat bergantung pada lima hal
sebagai berikut:
Teori pokok (substantive theory) bidang keahlian yang jelas dengan berbagai teknik
aplikasinya dalam mengamalkan profesionalisme di lapangan.Praktik baku yang
tervalidasi (validated practice), yakni sebuah prosedur operasional yang dimonopoli oleh
kelompok profesi.Otonomi profesi yang berbasis penelitian yang obyektif demi tegaknya
kebenaran akademik.Organisasi profesi yang mewadahi anggotanya untuk
memperjuangkan hak-hak profesi mereka.Prestise dan penghargaan atas profesi sebagai
aktualisasi keempat unsur di atas yang sangat beragam di masyarakat.

Menurut Marsh terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
mengajar, yaitu:
a. Waktu Rasional Tutuan atau sasaran Isi Pengalaman belajar Evaluasi atau penilaian
Menurut Danim, (2002) untuk melihat apakah guru dikatakan professional atau tidak,
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkatan pendidikan minimal
dari latar belakang pendidikan untuk jejang sekolah tempat dia menjadi guru.
Kedua,  penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran,
mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. (Sudarwan Danim,
2002)
Secara rinci dikatakan bahwa tugas guru harus didukung dengan berbagai kemampuan
sebagai berikut:
Menguasai bahan ajarMemahami secara mendalam peserta didik yang
dilayaniMenguasai teori dan keterampilan keguruanMemiliki kemampuan
memperagakan untuk kerjaMemiliki sikap, nilai dan kecenderungan kepribadian yang
menunjang pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru dan pendidikMemiliki kemampuan
melaksanakan tugas-tugas professional dan tugas-tugas administrative rutin
Sedangkan keterampilan teknis yang harus dikuasai adalah keterampilan khusus
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik, di antara keterampilan itu adalah:
Keterampilan bertanya (question skill) Keterampilan memberi penguatan
(reinforscement skills) Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
Keterampilan menjelaskan (explanation skillsi) Keterampilan membuka dan menutup
pelajaran (set induction and closure) Keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil Keterampilan mengelola kelas Keterampilan mengajar perseorangan
BAB V

PERAN DAN TUGAS GURU

A. Peran Guru
Guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut:
Peran guru sebagai perencana pembelajaranGuru sebagai pengelola pembelajaranGuru
sebagai fasilitatorPeran guru sebagai evaluator
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen bahwa profesi guru merupakan pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip, memilik minat, bakat, komitmen, kulaifikasi akademik, tanggung
jawab, memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.
Selain menjalankan fungsinya seorang guru juga harus memiliki kestabilan emosi
dan sebagai anggota masyarakat setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.
Interaksi yang baik antara guru dengan perserta didik merupakan sesuatu yang harus
terjadi, interaksi yang dimaksudkan adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa,
siswa dan guru, dan siswa dengan siswa lainnya.
Peran guru di atas, menurut Cagne dikelompokkan menjadi tiga bagian besar,
yaitu: Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran) Guru
sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran) Guru sebagai evaluator of student
learning (penilai prestasi belajar siswa)

B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Tugas guru sebagai profesi meliputi; pertama, mendidik berartimeneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup; kedua, mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Menurut Oemar Hamalik, tanggung jawab guru adalah:


Guru harus menuntut murid-murid belajarTurut serta membina kurikulum
sekolahMelakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah)
Memberikan bimbingan kepada murid Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan
belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar Menyelenggarakan penelitian
Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan
pancasila Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian duniaTurut menyukseskan pembangunan Tanggung jawab meningkatkan
peranan professional guru

C. Guru pada Abad ke-21


Secara sederhana kualifikasi professional kependidikan guru dijelaskan sebagai
berikut: Kapabilitas personal (person capability) yaitu guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai
sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Guru
sebagai innovator yang berarti memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan
informasi. Guru sebagai developer yang berarti ia harus memiliki visi keguruan yang
mantap dan luas perspektifnya.
BAB VI

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti)
terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran.
Davis mendefinisikan pemimpin sebagai kemampuan untuk membujuk orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias. Dengan demikian,
kepemimpinan merupakan kecakapan atau kemampuan seseorang untuk membujuk
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias. Dengan
demikian, kepemimpinan merupakan atau kemampuan seseorang untuk membujuk orang
lain agar bersedia bekerja keras dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi dapat tercapai. Sedangkan pendapat lain
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering
diterapkan oleh seorang pimpinan.
Menurut Hersey & Blanchard pada dasarnya gaya kepemimpinan seorang terbagi
kepada dua kecenderungan, yaitu: berorientasi pada tugas (text behavior) berorientasi
pada hubungan atau (relationship behavior). Selanjutnya Hersey & Blanchard 1982
membedakan dua kecenderungan tersebut ke dalam empat gaya kepemimpinan: telling,
selling, participating, delegating.

B. Tugas Pokok Kepala Sekolah


Mulyasa (2003:98) menjelaskan, dalam paradigma baru manajemen pendidikan
kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manager,
admistrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah memiliki tupoksi dengan yang kita kenal dengan EMASLIM
yaitu sebagai berikut:
Kepala sekolah sebagai EducatorKepala sekolah sebagai ManagerKepala sekolah
sebagai AdministratorKepala sekolah sebagai SupervisorKepala sekolah sebagai
LeaderKepala sekolah sebagai InnovatorKepala sekolah sebagai Motivator

C. Supervisi
Menurut Sergiovanni (1971:10) supervise adalah satu proses yang digunakan oleh
personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan
yang bergantung secara langsung kepada personalia yang lain untuk menolong mereka
menyelesaikan tujuan sekolah itu. Jadi supervise itu bukan peranan tetapi merupakan
suatu proses. Terdapat dua bagian besar dalam teknik supervise, yaitu klinis dan
nonklinis.
Supervisi klinis adalah sebuah upaya berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tanpa mengangkat/mencabut guru dari
habitat dan kultur aslinya.
Pelaksanaan supervise klinis menuntut perubahan paradigm guru dan supervisor.
Supervisi dilakukan bukan dalam konterks mencari kesalahan dan kelemahan guru yang
disupervisi. Antara guru yang disupervisi dan supervisor adalah mitra sejajar, bukan
merupakan hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan antara guru dengan
murid.
Supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus dengan tiga tahap utama, yaitu
tahap pertemuan awal, tahap obseravasi mengajar, dan tahap pertemuan setelah
observasi.
Sedangkan supervise nonklinis adalah supervise yang sifatnya bukan
penyembuhan akan tetapi pembinaan rutin oleh kepala sekolah sebagai pemimpin
tertinggi pada institusi sekolah dalam rangka membantu, mendorong dan meningkatkan
kompetensi para guru dalam melaksanakan pekerjaannya.
Supervisi nonklinis dilakukan baik secara terjadwal ataupun tidak sebagai bagian
tugas kepala sekolah dalam melakukan pembinaan staf untuk memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang berbagai hal yang ada di sekelilingnya yaitu siswa didik. Tugas utama
seorang supervisor pada dunia pendidikan modern saat ini adalah melakukan observasi
dan membantu guru dalam membuat kondisi pembelajaran yang efektif, memastikan
kerja sama dalam pembuatan keputusan serta bertindak sebagai seorang fasilitator dan
pemandu.

BAB VII

BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA

A. Hakikat Belajar
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan. Winkel berpendapat
bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative
konstan dan berbekas.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun
tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku
akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116)
antara lain: Perubahan intensional Perubahan positif dan aktifPerubahan efektif dan
fungsional

B. Tujuan Pembalajaran
Bila tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari
hasil belajar akan muncul tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Tujuan pembelajaran ranah kognitif
Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1)Kemampuan kognitif tingkat
pemahaman (C2)Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3)Kemampuan kognitif
tingkat analisis (C4)Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5)Kemampuan kognitif
tingkat evaluasi (C6)
2. Tujuan pembelajaran ranah afektif
Pengenalan (Receiving)Pemberian respon (Responding)Penghargaan terhadap nilai
(Valuing)Pengorganisasian (Organization)Pengamalan (Characterization)
3. Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik
Peniruan (Imitation)Manipulasi (Manipulation)Ketepatan gerakan (Precision)
Artikulasi (Articulation) Naturalisasi (Naturalization)
C. Teori-Teori Belajar
Teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu teori
yang berorientasi pada aliran Behaviorisme, aliran Kognitif dan teori belajar Albert
Bandura.
Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme pada dasarnya teori belajar yang dikenal
dengan kondisioning. Dalam teori kondisioning ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (a)
teori belajar asosiatif dan (b) teori fungsionalistik. Teori belajar yang berorientasi pada
aliran kognitif Teori belajar Albert Bandura

D. Tipe-Tipe Belajar
Rita Dunn dalam De Porter, seorang pelopor bidang gaya belajar telah
menemukan banyak variable yang memengaruhi cara atau tioe belajar orang. Ini
mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai