Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN

DISMENORE PRIMER DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD


dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

RIMA DAMAYANTI

NIM. 13DB277079

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN

DISMENORE PRIMER DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD

dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA1

Rima Damayanti2Dini Ariani3Anisa Nur Amalia4

INTISARI

Dismenore Primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat
genital yang nyata. Dikemukakan bahwa angka kejadian Dismenore Primer sebesar
54,89% remaja Indonesia mengalaminya, Hal tersebut disebabkan terjadinya faktor
hormonal dalam tubuh. Dismenore primer jika tidak mendapat penanganan yang
tepat dapat mengganggu aktivitas penderita.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman


nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan dismenore primer dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada
dismenore primer ini dilakukan selama satu bulan sekali di Ruang dalam waktu dua
bulan di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada dismenore Primer.
Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada dismenore primer di
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik.

Kata Kunci : Dismenore Primer

Kepustakaan : 29 buku (2006-2015), internet dan 2 jurnal

Halaman : i-x, 41 halaman, 7 lampiran

1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes
Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organitation)
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial,
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari
sistem reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya
dilakukan sejak remaja, karena seorang akan dapat mengenali kelainan
pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama tentang
menstruasi (Kinanti, 2009).
Menstruasi adalah mengacu kepada pengeluaran secara periodik
darah dan sel-sel dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.
Menstruasi pertama kali biasanya dialami perempuan sekitar usia 10-16
tahun, namun bisa juga lebih dini atau lebih lambat. Menstruasi
merupakan fitrah perempuan dan ini menandakan bahwa perempuan
tersebut sehat serta organ reproduksinya bekerja dengan normal. Saat ini
usia rata-rata datangnya menstruasi (menarche) semakin dini. Usia
termuda menarche adalah 8 tahun, sedangkan usia tertuanya adalah 17
tahun. Keadaan gizi yang semakin baik mempercepat kesiapan tubuh
untuk memulai menstruasi pada anak perempuan. Selain itu, info tentang
seks yang semakin mudah didapat memicu otak untuk segera
mengaktifkan hormon sosial (Imron Ali, 2011).
Perempuan dapat mengalami berbagai masalah dengan
menstruasi mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami
menstruasi atau menstruasi berkepanjangan. Siklus menstruasi setiap
perempuan berbeda-beda ada yang mengalami menstruasi tidak teratur,
dan ada juga yang relatif teratur. Ketidakaturan menstruasi dapat
disebabkan oleh adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis seperti
stress, depresi, dan lain-lain.

1
2

Setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami menstruasi dan


menstruasi itu sendiri tidak akan terlepas dari yang namanya gangguan
seperti rasa nyeri dan lain sebagainya. Hal tersebut juga telah dinyatakan
dalam al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222 :

Dan mereka bertanya kepadamu dari hal haid. Katakanlah : Haidh


itu adalah suatu gangguan (kotor), sebab hendaklah anda menjauh
wanita-wanita saat haid dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan
(ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh Allah
menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan
diri. (QS.Al-Baqarah:222).
Senada dengan ayat tersebut Nabi Muhammad SAW menjelaskan
tentang perempuan yang sedang mengalami menstruasi, diluar hubungan
suami istri segalanya boleh dilakukan. Dalam sabdanya :
Lakukanlah segala sesuatu kecuali bersetubuh (HR.Muslim)
Ketika menafsir ayat tersebut, ustadz Hamka ( Harist dan
Supandi, 2007-52) menjelaskan seperti berikut : Haid dikatakan
gangguan, karena di hari-hari wanita sedang haid terganggulah
keadaannya yang biasa atau kotorlah keadaannya waktu itu. Menjauhi
wanita haid maksudnya menghindari pergaulan suami istri (jima). Al-
Qur’an selalu menggunakan kata-kata yang halus berkenaan dengan jima
ini, jadi bukan menjauhi dalam arti sebenarnya.
Berdasarkan pada tafsiran ayat di atas pada dasarnya seorang
perempuan mengalami menstruasi keadaannya akan berbeda dengan
biasanya dan sebagian perempuan akan mengalami gangguan-gangguan
menstruasi. Darah yang keluar bukanlah kotor dalam arti sebenarnya,
darah menstruasi tidak kotor karena itu penyebab dari sel telur yang tidak
dibuahi. Sejarah menstruasi sama tuanya dengan sejarah umat manusia,
3

namun sampai saat ini masih terus menjadi topik pembicaraan yang
sangat menarik minat sebagian kalangan wanita karena setiap bulan nya
wanita mengalami menstruasi dan tak jarang yang merasakan nyeri.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada perempuan pada saat
menstruasi yaitu mengakibatkan nyeri haid (dismenorea), dismenore
adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan sebelum dan selama
menstruasi (Ramaiah, 2006).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenorea) di dunia sangat
besar. Dari hasil penelitian di Amerika persentase kejadian dismenore
sekitar 60%, Swedia 72%, sementara di indonesia angka kejadian
dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36% dismenore sekunder (misaroh, 2009). Penelitian di Amerika
menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30-50% wanita usia
reproduksi dan 10-15% pada remaja. (Jurnal Occupation And
Environmental Medicine, 2008).
RSUD dr. soekardjo Tasikmalaya angka kejadian dismenore
tahun 2016 yaitu 18 pasien dialami oleh wanita usia subur, 3 pasien
diantaranya yaitu remaja wanita usia subur, yang mengeluh mengalami
dismenore cukup tinggi. Kebanyakan dari mereka yang memeriksakan
diri ke RSUD dr. Soekardjo tidak mengetahui tata cara bagaimana
menanggulangi rasa nyeri yang mereka alami dan tidak jarang dari
mereka yang mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa sakit tanpa
resep dokter. Dari berbagai gangguan yang terjadi pada perempuan
ketika mengalami menstruasi mereka juga di sisi lain harus beraktivitas
sama seperti perempuan yang tidak sedang mengalami menstruasi.
Menurut jurnal Nafiroh, D., Indrawati, ND. (2013) dalam artikel
jurnal Gambaran pengetahuan remaja tentang dismenore pada siswa
puteri di Mts NU Mranggen Kabupaten Demak. Hasil Penelitian :
penelitian yang diperoleh adalah mayoritas responden merupakan
remaja pertengahan (umur 13 -15 tahun) yaitu 84,8% dan mayoritas
responden memiliki pengetahuan kurang tentang Dismenore sebesar
78,3%. Kesimpulan mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang
tentang Dismenore yaitu sebesar 36 siswi atau 78,3%.
4

Pemerintah sudah mulai menggalakkan program-program peduli


kesehatan karena dinilai semakin maraknya krisis kesehatan yang terjadi
pada remaja saat ini terutama kesehatan reproduksi yang patut
mendapat perhatian khusus. Pemerintah berupaya menangani
permasalahan kesehatan reproduksi yang menyangkut peran, fungsi,
dan sistem organ-organ reproduksi dengan membentuk Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja sehingga pemerintah dapat lebih
mensosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas
permasalahan ini (Imamah, 2009).

B. Rumusan Masalah
Latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis untuk
membuat rumusan masalah, “Bagaimana memberikan asuhan kebidanan
pada kesehatan reproduksi dengan Dismenore Primer di RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan melakukan asuhan kebidanan kesehatan
reproduksi secara komprehensif dengan dismenore primer di RSUD
dr. Soekardjo Tasikmalaya dengan pendekatan managemen
VARNEY, dan pendekatan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dan menganalisa data
subjektif dan objektif dengan dismenore primer di RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya.
b. Mampu menganalisa interpretasi data yang telah dikumpulkan
untuk menentukan diagnosa dengan dismenore primer di RSUD
dr. Soekardjo Tasikmalaya.
c. Mampu menganalisa identifikasi diagnosa dan masalah potensial
yang ditemukan serta melakukan antisipasi terhadap masalah
potensial dengan dismenore primer di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
5

d. Mampu menetapkan kebutuhan tindakan segera pada remaja


dengan dismenore primer di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
e. Mampu menganalisa perencanaan asuhan kebidanan pada
kesehatan reproduksi dengan dismenore Primer di RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya.
f. Mampu menganalisa penatalaksanaan dari perencanaan Asuhan
Kebidanan dengan dismenore primer di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya.
g. Mampu menganalisa evaluasi untuk menilai keefektifan dari
pemberian Asuhan Kebidanan dengan dismenore primer di RSUD
dr. Soekardjo Tasikmalaya.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
dengan dismenore primer di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktik
Dapat meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan serta
dapat dijadikan sebagai motivasi dalam melaksanakan asuhan
kebidanan khususnya pada remaja dengan dismenore primer.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai literatur/ bahan kepustakaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan kebidanan dan terkhususnya dalam penanganan pada
remaja dengan dismenore primer.
c. Bagi Klien
Hasil pengkajian studi kasus ini dapat memberikan pengetahuan
dan menambahkan ilmu mengetahui tentang dismenore primer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (UU No.23 Tahun 1992).
b. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dalam sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (Kinanti, 2009).
c. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat
yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki
oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses
reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi
(Wijayanti, 2009).
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
1) Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
(aspek tumbuh kembang remaja).
2) Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta
bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan
keinginnannya dan pasanganya.

6
7

3) Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya


terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
4) Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
5) Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
6) Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
7) Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal
yang bersifat negatif.
8) Hak-hak reproduksi. (Wijayanti, 2009)
d. Faktor Risiko Kesehataan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan
faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi
menurut Hendrik L. Blumm (2014), yaitu :
1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat
tinggal yang terpencil).
2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan
banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi
yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan
satu dengan yang lain, dsb).
3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja,
depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi,
dsb),
4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb).
e. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
1) Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB).
2) Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan
aborsi yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal).
8

3) Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit


menular seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan.
4) Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR).
5) Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro.
(Kumalasari, 2009)
Masalah Kesehatan Reproduksi remaja di Indonesia kurang
mendapat perhatian yang cukup. Ada beberapa kemungkinan mengapa
hal itu terjadi:
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan
reproduksi, seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata
menjadi urusan kalangan medis, sementara pemahaman terhadap
kesehatan reproduksi (apalagi kesehatan reproduksi remaja) di kalangan
medis sendiri juga masih minimal. Meskipun sejak konperensi Kairo
definisi mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin jelas, diseminasi
pengertian tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteran
agaknya belum memadai (Ramaiah, 2006).
a) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan
reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar poses
kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah kaum
remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang
belum menikah. Di sini sering terjadi ketidak konsistensian di antara
para pakar sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah
remaja dengan batasan usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraan
selanjutnya mereka hanya membatasi pada mereka yang belum
menikah (El-manan, 2011).
b) Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah
kesehatan reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut
juga akan juga berarti membahas masalah hubungan seks dan
pendidikan seks (Ramaiah 2006).
.
9

2. Remaja
Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak dan masa dewasa
yang dimulai pada saat kematangan seksual yaitu antara usia 11-20
tahun. Pada masa remaja individu, mengalami perubahan sikis maupun
sosial. Masa remaja juga bisa disebut masa pubertas. Salah satu ciri yang
menandai masa pubertas perempuan adalah menstruasi (Kinanti, 2009).
menurut Kartono (2006), masa remaja awal atau masa remaja
sebenarnya itu merupakan suatu masa yang segera akan dilanjutkan oleh
masa adolesensi yang disebut pula sebagai masa remaja lanjut. Masa
remaja awal atau disingkat saja sebagai masa remaja itu tidak tidak dapat
dipastikan kapan dimulainya, dan bila akan berakhir, samahalnya dengan
masa pra remaja (pra pubertas). Sedangkan Menurut WHO menjelaskan
usia remaja adalah usia antara 12-24 tahun. Sedangkan berdasarkan
penggolongan umur masa remaja terbagi atas:
a. Masa remaja awal : masa remaja yang berusia 12-15 tahun.
b. Masa remaja tengah : masa remaja yang berusia 15-18 tahun.
c. Masa remaja akhir : masa remaja yang berusia 18-21 tahun
(Admin, 2008).
Menstruasi pertama (menarce) pada remaja putri sering terjadi pada
usia 11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang
usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada
kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarce sampai
terjadinya menopause (Misaroh, 2009).
Hal tersebut juga telah dinyatakan dalam al Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 222:

Dan mereka bertanya kepada mudarihal haid. Katakanlah: Haidh itu


adalah suatu gangguan (kotor), sebab hendaklah anda menjauh wanita-
wanita saat haid dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci.
10

Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan)


yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh Allah menyukai orang-
orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri. (QS.Al-
Baqarah:222).
Dari pembahasan di atas setiap manusia daur hidupnya akan
mengalami menstruasi dan menstruasi itu sendiri tidak akan terlepas dari
yang namanya gangguan seperti rasa nyeri dan lain sebagainya.
Menurut Admin (2013) indikator selesainya masa menstruasi adalah
dengan adanya gumpalan atau lendir putih (seperti keputihan) yang keluar
dari jalan rahim. Namun, bila tidak menjumpai adanya lendir putih ini,
maka bisa dengan mengeceknya menggunakan kapas putih yang
dimasukan ke dalam vagina. Jika kapas itu tidak terdapat bercak
sedikitpun, dan benar-benar bersih, maka wajib mandi dan shalat.
Sebagaimana disebutkan bahwa dahulu para wanita mendatangi
Aisyah radhiallahu’anha dengan menunjukan kapas yang terdapat cairan
kuning, dan kemudian Aisyah mengatakan :

َ َّ ‫َلَ تَ ْع َجلْ ََن القَ َّص َة َح‬


َ‫َت ضَ َاءتَ َرْي َن‬
‘’Janganlah kalian terburu-buru sampai kalian melihat gumpalan
putih.” (Atsar ini terdapat dalam Shahih Bukhari).

3. Dismenore
a. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti
sulit atau menyakitkan atau tidak normal.‘’meno’’ berarti bulan dan
“rhea’’ yang berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai
aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid (Calls, 2011).
Dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan di perut, yang berasal
dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi (El-manan, 2011).
b. Etiologi Dismenore
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa
faktor yang berperan sebagai penyebab dismenore adalah :
11

1) Faktor Kejiwaan
Pada remaja puteri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenore (Wiknjosastro,2008)
2) Faktor konstitusi
Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya
dapat mempengaruhi timbulnya dismenore (Wijayanti, 2009).
3) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan
(Holder, 2011)
4) Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan migraine atau asma bronhial. Smith
menduga bahwa sebab dari alergi ialah toksin haid/ dalam
pengkajian ke depan ternyata etiologi dismenore primer yang paling
berperan adalah adanya peningkatan kadar prostaglandin
(Wiknjosastro, 2008).
5) Klasifikasi Dismenore
Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a) Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan alat-alat genital yang nyata (Wiknjosastro, 2008).
Dismenore primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan
setelah menars (Holder, 2011). Oleh karena itu, siklus haid pada
bulan pertama setelah menars umumnya berjenis anovulatoar
(tidak disertai dengan pengeluaran ovum) yang tidak disertai
dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam (Wiknjosastro,2008). Nyeri dismenore Biasanya 8
sampai 72 jam (Holder,2011). Dismenore Primer tidak dijumpai
keadaan patologic pelvic (Mansjoer, dkk).
12

Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya


terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha (Wiknjosastro,2008).
b) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder yaitu nyeri menstruasi yang
berhubungan dengan kelainan anatomis ini kemungkinan adalah
menstruasi disertai infeksi, endometriosis, kloaka uteri, polip
endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. Nyeri
menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada
penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,
kista/polip, tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim
yang dapat mengganggu organ dan jaringan disekitarnya
(Wijayanti, 2009).
Dismenore sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun,
dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya
umur dan memburuk seiring dengan waktu (Benson.dkk,2009).
Karakteristik nyeri berbeda beda pada setiap siklus haid dimana
nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul
(Wiknjosastro, 2008).
c) Gejala Dismenore Primer
Pada perempuan yang mengalami dismenore primer akan
merasakan :
(1) Nyeri perut yang timbul tidak lama sebelumnya atau
bersamaan dengan awal haid, dapat berlangsung beberapa
jam, 24 jam, atau bahkan sampai beberapa hari.
(2) Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan di area
perut bawah dan dapat menyebar ke pinggang dan paha.
(3) Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan sebagainya (Wiknjosastro,2008).
c. Faktor Risiko Dismenore Primer
Faktor-faktor ini termasuk usia yang lebih muda, merokok,
menarche awal, lama atau menyimpang aliran menstruasi, gangguan
psikologis, pengaruh genetik. Masalah emosi dan perilaku juga dapat
memperburuk siklus menstruasi dan masalah dismenorea. Misalnya,
13

depresi atau gejala kecemasan dapat berdampak pada siklus


menstruasi. Fungsi dan dismenorea (Alaettin, 2010).
Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab
dismenore antara lain :
1) Faktor Kejiwaan
Faktor etiologi yang bertanggung jawab untuk dismenore
primer diantaranya faktor psikogenik. Pada gadis-gadis yang
secara emosionalnya tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penanganan baik tentang proses menstruasi yang
mudah menimbulkan dismenorea. Kecemasan juga dapat terjadi
saat menghadapi menstruasi sehingga mudah timbul dismenorea
(Kinanti, 2009).
Dismenore sebagai salah satu gangguan menstruasi sangat
erat hubungannya dengan proses psikologis yang terjadi dalam
siklus menstruasi pada wanita, hal ini dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang wanita menyikapi datangnya menstruasi. Bagi remaja
terutama yang baru mengalami menstruasi, menganggap bahwa
menstruasi merupakan suatu perubahan yang luar biasa yang
terjadi pada kehidupannya, sehingga menimbulkan kecemasan
yang luar biasa (Alaettin, 2010).
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang
mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi
perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan menstruasi
seperti dismenorea (Kinanti, 2009).
Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang gadis
terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah
laku patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan
sebagai bentuk penolakan paa fungsi fisik dan psikisnya. Apabila
keadaan ini terus berlanjut, maka mengakibatkan gangguan
menstruasi. Gangguan menstruasi yang banyak dialami adalah
kesakitan pada saat menstruasi yang bersifat khas, yaitu nyeri
menstruasi atau dismenorea (Bettygumi, 2010).
14

2) Faktor Konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menurun, dan seagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenorea.
a) Anemia
Anemia adalah defisiensi atau hemoglobin atau dapat
keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut
oksigen berkurang hingga menyebabkan kemampuan
mengangkat oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab
anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia
kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan daya
tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap
rasa nyeri (Manuaba, 2010).
b) Penyakit Menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau
terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun
dalam hal ini adalah asma dan migraine. Faktor-faktor ini
(anemia, penyakit menahun dan sebagainya) dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea karena dapat
menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri (Alaettin,
2010)
c) Usia menarche
Menarche adalah menstruasi yang pertama kali datang.
Gejala pemasakan seksual pada wanita lebih nyata, yaitu
datangnya menarche atau menstruasi pertama, meskipun
masih sangat sedikit sekali (untuk mencapai pembuahan)
memakan waktu sekitar 1-1,5 tahun. Mestruasi akan dirasakan
sebagai beban berat atau dirasakan sebagai tugas yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan rasa enggan dan dirasa
15

sebagai aib bagi gadis tersebut mempengaruhi kondisi


kejiwaan dan akan mempengaruhi terjadinya dismenore
(Misaroh, 2009).
d) Faktor Genetik
Hampir 30% wanita yang mengalami dismenore adalah
anak gadis yang ibunya dulu juga mengalami dismenore
sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal yang sama
meskipun ibu wanita tersebut dulunya tidak mengalami
dismenore (Alaettin, 2010).
2.1 Perbedaan Dismenore Primer Dan Dismenore Sekunder
Dismenore Primer Dismenore Sekunder
Onset (serangan pertama) secara Onset dapat terjadi di waktu
mendadak terjadi setelah menarche apapun setelah menarche
(menstruasi pertama). (umumnya setelah usia 25
tahun).
Nyeri perut atau panggul bawah Wanita dapat mengeluh
balasan nya berhubungan dengan mengalami perubahan waktu
onset aliran menstruasi dan serangan pertama nyeri
berangsung sampai 8-72 jam. selama siklus.
Menstruasi atau dalam
intensitas nyeri.
Dapat terjadi nyeri pada paha dan Gejala ginekologis (kelainan
punggung, sakit/ nyeri kepala, diare kandungan) lainnya dapat
(Mencret), nausea (Mual), dan terjadi, mislanya nyeri saat
vomiting (Muntah). bersenggama (dyspareunia)
dan siklus menstruasi
memanjang (menorrhagia).
Tidak dijumpai kelainan pada Ada kelainan panggul (pevic)
pemeriksaan fisik. pada pemeriksaan fisik.

Menurut Aliah (2013), yang berjudul ‘’asuhan kebidanan pada


remaja dengan dismenorea primer”.
16

(1) Skala pengukuran nyeri dismenore


Karateristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta
untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau berat.
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan yang
lebih objektif.
(2) Skala pendeskripsian verbal Descriptor scale (VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsian ini dirangking
mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahan”.
Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scale) / NRS lebih sering
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Adapun skala
intensitas nyeri adalah sebagai berikut :
1 : tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut bagian bawah.
1-3 : terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih
dapat melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi
belajar.
4-6 : terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar pada
pinggang,kurang nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu,
sulit/susah beraktifitas belajar.
7-9 : terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar
ke pinggang, paha, atau punggung, tidak ada nafsu makan,
mual, muntah, badan lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak
konsentrasi belajar
10 : terasa kram berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kaki dan punggung, tidak mau
makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga,
tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat
beraktivitas, terkadang sampai pingsan.
(Flaherty 2008; Potter & Perry 2006; Pilliteri 2003; British
Pain Society and British Geriatrics Society 2007 dalam
Ningsih 2011).
17

d. Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan
menyembuhkan nyeri menstruasi ,salah satu caranya dengan
memperhatikan pola dan siklus menstruasinya kemudian melakukan
antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi.
Berikut ini adalah langkah langkah pencegahan nya:
1) Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negatif
yang menimbulkan kecemasan.
2) Memiliki pola makan yang teratur.
3) Istirahat yang cukup.
4) Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua
cara pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera
kunjungi dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan.
Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.
5) Gunakan heating pad (bantal panas), kompres punggung bawah
serta minum minuman yang hangat (Manuaba, 2008).
e. Penanganan Atau Cara Mengatasi
1) Secara Farmakologis
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan
memberikan obat analgesic sebagai penghilang rasa sakit. Menurut
Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan, 2012), penanganan nyeri
yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis,
dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama
lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan
menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang
mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri
untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan
sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin,
ibuprofen.
Penanganan dismenore primer adalah (Calis, 2011):
a) Penanganan dan nasehat
b) Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi
aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar
18

dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan


sebagainya.
c) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat
sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan
salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
d) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin Endometasin,
ibu profen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita
dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga
hari sebelum haid dan dapat hari pertama haid.
2) Secara Non Farmakologis
Menurut Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan 2012)
penanganan nyeri secara nonfarmakologis terdiri dari:
a) Stimulasi dan Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat
pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
b) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan memprcepat
penyembuhan.
c) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan
nyeri, contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto
denaga kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan.
19

d) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan
ketegangan.Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi
nafas dalam). Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan.
Sri Dewi Lestari (2013) jurnal kebidanan tentang “Pengaruh
Dismenore pada Remaja”.

B. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien (Varney, 2010).
2. Manajemen Kebidanan Langkah 7 Varney
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) ketujuh langkah manajemen
kebidanan menurut varney adalah sebaga berikut :
a. Langkah I : Pengkajian Data Dasar
1) Pada Langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2) Pemeiksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
3) Pemeriksaan penunjang (laboratorium).
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diidentifikasikan sehingga ditemukan masalah atau
masalah yang spefisik. Interpretasi data terdiri dari diagnosa
kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan. Interpretasi
data pada remaja dengan dismenorea primer adalah :
20

1) Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Dasar diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa
pernyataan pasien tentang rasa nyeri pada saat menstruasi, akibat
rasa nyeri pada aktifitas, waktu rasa nyeri terjadi. Hasil data objektif
meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi serta hasil
pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan
lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data
penunjang.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. Masalah dapat
muncul tapi dapat pula tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut
pandang klien dengan keadaan yang dialami apakah menimbulkan
masalah terhadap klien atau tidak. Masalah pada kasus ini yaitu
dismenorea primer dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah
dan kram pada perut sebelum menstruasi dan selama menstruasi.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah
dilakukan pengkajian. Ditemukan hal-hal yang membutuhkan
asuhan, dalam hal ini klien tidak menyadari. Kebutuhan klien pada
dismenorea primer yaitu informasi mengenai dismenorea primer,
nutrisi, dan motivasi dari keluarga.
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosis yang
sudah di identifikasi. Langkah ini memutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosa/masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan
21

yang aman, dan dilakukannya kolaborasi dan konsultasi pada dokter


Sp.OG (Varney, 2010).
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera
dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan
rujukan terhadap penyimpangan abnormal. Antisipasi pertama yang
dilakukan pada dismenorea primer yaitu dengan memperbaiki nutrisi
dan pola hidup sehat.
e. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan
Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh
dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan
disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
secara efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan
tindakan intervensi, bidan menganalisa dan memonitor keadaan
kesehatan pasiennya.
g. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini
dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan efekti /
tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut. Evaluasi yang diharapkan pada dismenorea primer adalah:
1) Rasa nyeri berkurang
2) Pasien atau klien dapat beraktifitas seperti biasa
3) Keadaan umum baik
22

3. Data Perkembangan menggunakan SOAP


Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang
telah menggunakan SOAP menurut Walyani (2015), yaitu
a. S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien
melalui anamnesa.
b. O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan melihat keadaan umum pasien misalnya kesadaran, pucat,
lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya
pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina.
c. A : Assesment/ Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
d. P : Planning
1) Menggunakan pendokumentasian dari rencana evaluasi
berdasarkan assesment.
2) Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang ada
sebagai upaya untuk membangun pengobatan.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Dengan Dismenore


1. Langkah Pertama : Pengkajian Data Dasar
Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifIkasi status kesehatan pasien
(Varney, 2008).
Tahap ini meliputi :
a. Data Subjektif
Data sujektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang
yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi
mereka sendiri (Nursalam, 2007).
1) Biodata
a) Nama : Untuk mengetahui nama pasien.
23

b) Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien.


c) Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai
dengan kepercayaannya.
d) Suku/ bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan pasien.
e) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam
bidang kesehatan.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi dan
aktifitas ibu sehari.
g) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan
tempat tinggal pasien.
2) Keluhan Utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan (Varney, 2008). Pada kasus dismenore primer
keluhannya adalah nyeri perut bagian bawah, mual dan muntah
disertai diare (Wiknjosastro,2008).
3) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus
menstruasi, lamanya menstruasi banyaknya darah menstruasi,
teratur atau tidak menstruasinya, sifat darah menstruasi, keluhan
yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut dismenore
(Wiknjosastro, 2008).
4) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin
syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia
berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal
ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya
(Wiknjosastro, 2008).
5) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan untuk memastikn bahwa tidak ada
penyakit yang berat seperti jantung, diabetes militus dengan
komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan pervginam yag tidak
diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2009)
6) Kebiasaan sehari-hari
24

a) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupn nutrisi pada


pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan tidak
ada pad pasien (Wiknjosastro, 2008).
b) Pola Eliminsi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan
BAK, apakah teori dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang
(Wiknjosastro, 2008).
c) Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang
tidak nyaman (Susilawati, 2008).
d) Pola Hygiene : Kebiasaan kebersihan diri setiap harinya,
biasanya sering ditemukan pasien yang memiliki pola hygiene
yang jelek (Wiknjosastro, 2008).
e) Aktifitas : Aktifitas akan terganggu karena kondisi tubuh
yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit yng dialaminya.
(Susilawati, 2008).
f) Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan
seksual pasien dengan suami dan adakah terdapat kelainan
atau keluhan selama hubungan seksual (Wiknjosastro, 2008).
Pada kasus pol seksual ibu menurun (Wijayanti, 2008).
g) Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan
maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh
psikologis kesehatan terhadap gangguan kesehatan (Manuaba,
2010).
b. Data Objektif
Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga
kesehatan (Bettygumi, 2009).
1) Pemeriksaan Tanda Vital
a) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau
potensi dengan nilai satunnya mmHg. Keadaan sebaiknya
antara 90 per 60 sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik
tidak lebih dari 30 mmHg dn peningkatan diastolik tidak lebih
dari 14 mmHg dari keadaan pasien norml pada atau paling
pengukuran berturut-turut pada selisih 1 jam (Wiknjosastro,
2010).
25

b) Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36C harus


dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2010).
c) Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit sampai 88
x/menit (Wiknjosastro, 2010).
d) Pernafasan : Dinilai sifat pernafasan dan bunyi nafas
dalam satu menit pernafasan kurang dari 40 kali per menit atau
lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin, 2009).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi dan
karateristik (Wiknjosastro, 2010).
b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan
adakah oedema (Wiknjosastro, 2010).
c) Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau
tidak (Wiknjosastro, 2010).
d) Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak
(Rachmawati, 2006)
e) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak, ada caries
dan karang gigi tidak (Wiknjosastro, 2010).
f) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan
timpani, ketajaman pendengaran. (Wiknjosastro, 2010).
g) Leher : untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri atau
kekakuan pada leher, keterbatasan gerak leher, pembesaran
atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening, kesimetrisan trakea.
Hal ini untuk mengetahui adannya peradangan atau gangguan
metabolisme tubuh (Varney, 2008).
h) Payudara : Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran, massa, lesi
jaringan perut pada struktur dan dinding dada. Hal ini untuk
mengetahui apakah ada tumor atau kanker/tidak (Varney, 2008).
i) Abdomen : Apakah ada jaringan perut atau bekas operasi,
adakah nyeri tekan serta adanya massa (Wiknjosastro, 2010).
j) Ektremitas : Untuk mengetahui adanya oedema, varices
(Wiknjosastro, 2010).
3) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium
26

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,


apabila diperlukan misalnya pemeriksaan lboratorium. (Manuaba,
2010).
2. Langkah Kedua : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga
dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan
adalah yang ditegakan dalam lingkup praktek keidanan (Varney, 2008).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008).
1) Data subjektif :
a) Nyeri perut yang timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan
dengan awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam,
atau bahkan sampai beberapa hari (Wiknjosastro, 2008).
b) Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan di area perut
bawah dan dapat menyebar ke pinggang dan paha (Manuaba,
2010).
c) Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan sebagainya (Wiknjosastro, 2008).
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan fisik palpasi pada perut
b) Pemeriksaan laboratorium : USG (Ultrasonography)
b. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai dengan pasien (Varney, 2008). Masalah yang sering
ditemukan pada dismenore primer adalah cemas dan terganggu pada
kegiatan aktvitas sehari-hari.
c. Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan pasien dan yang belum
teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data menurut Varney (Estiwidani, 2008).
Kebutuhan yang diperlukan dengan dismenore primer adalah informasi
tentang dismenore primer (Manuaba, 2010).
27

3. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan atisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi (Varney, 2008). Masalah potensial yang terjadi pada
dismenore primer apabil tidak segera mendapat penanganan akan
mengakibatkan dismenore sekunder dan kanker servic.
4. Langkah Keempat : Antisipasi atau Tindakan Segera
Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi
diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan
komplikasi, sehingga dapat segera dapat dilakukan tindakan yang sesuai
dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2008).
Pada dismenore primer tindakan yang dilakukan adalah dengan Obat
analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin,
fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara
lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.
5. Langkah Kelima : Perencanaan
Merupakan pengembangan rencana perawatan yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya.
Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi
masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi data yang terbaru dan juga
melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun
yang hilang (Varney, 2008).
Menurut Manuaba (2010) perencanaan asuhan pada dismenore
primer adalah dengan :
a. Jelaskan pada pasien tentang dismenore yang dialaminya.
b. Jelaskan pada pasien untuk istirahat yang cukup.
c. Jelaskan pada pasien untuk olahraga ringan
d. Jelaskan untuk pemenuhan nutrisi seperti sayur-sayuran, dan buah-
buahan.
e. Menyuruh pasien untuk Mengompres bagian bawah perut dengan air
hangat.
28

6. Langkah Keenam : Implementasi


Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2008). Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada dismenore primer dengan perencanaan yang telah
dibuat.
7. Langkah Ketujuh : Evaluasi
Merupakan langka terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah
dan diagnosa (Varney, 2008). Evaluasi yang diharapkan pada pasien
dengan dismenore primer menurut Hartanto (2010), yaitu :
a. Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas.
b. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
c. Tidak ada nyeri perut pada bagian bawah.
d. Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang atau bila ada keluhan.

D. Landasan Hukum
Wewenang Bidan berdasarkan Menteri Kesehatan (Pemenkes)
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang melaksanakan Asuhan
Kebidanan pada wanita/ibu/dengan gangguan sistem reproduksi.
1. Pengetahuan Dasar :
a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), HIV/AIDS.
b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang
lazim terjadi.
c. Tanda, gejala dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi
: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
2. Keterampilan dasar
a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan dalam
reproduksi.
29

b. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus


spontan (bila belum sempurna).
c. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara cepat pada
wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan
kewenangan pada gangguan system reproduksi meliputi :
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan.
e. Mikroskop dan penggunaanya.
f. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
DAFTAR PUSTAKA

Admin, (2008) Makalah Tentang Dismenore dalam http://diyahhalsyah.blogspot.ae


[diakses 11 April 2016]

Admin, (2013) Seputar Menstruasi/ haid dan firasat datangnya haid dalam
http://rumah69.com/seputar/menstruasihaid [diakses 11 April 2016]

Administrator (2014), Makanan Pereda Nyeri Hed Tersedia dalam http://www.ummi-


online.com/nyeri-haid-tak-tertahankan-coba-13-makanan-pereda-
nyeri-ini.html [diakses 11 April 2016]

Al Quran surat Al Baqoroh: 222. Penerbit mentri agama Republik Indonesia tahun
(2002).

Allaettin, (2010) Faktor Risiko Dismenore. Tersedia dalam


http://alfinahsariamir.blogspot.ae/2014 [diakses 21 Juni 2016]

Benson, (2009) Kesehatan Reproduksi. Tersedia dalam http//ebookinga.com/pdf


[diakses 22 Juni 2016]

Bettygumi, (2009) Makalah tentang Dismenore Tersedia dalam


http://diahhalsyiah.blogspot.ae [diakses 22 Juni 2016]

Bettygumi, (2010) Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

BKKBN. (2009) Menstruasi dan Keputihan. Cet. II. Jakarta : PKBI Pusat

Calls, (2011) Kenali Faktor Risiko dan Nyeri Menstruasi Tersedia dalam
http://viqylezta.blogspot.ae/ [diakses 22 Juni 2016]

DefiNafiroh, Nuke Devi Indrawati (2013) jurnal Gambaran Pengetahuan Remaja


Tentang Dismenore Pada Siswa Putri Di MTS Nu Mranggen Kabupaten
Demak http://download.portalgaruda.org [diakses 13 April 2016]
El- Manan, (2011) Pengertian Dismenore Primer. Tersedia dalam
https://panduancaracepathamil.wordpress.com [diakses 25 April 2016]

Estberd, (2012) Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Tersedia dalam


http//bidanshop.blogspot.ae [diakses 21 Juni 2016]

Effendy, (2009) Makalah Tentang Dismenore dalam http://diyahhalsyah.blogspot.ae


[diakses 11 April 2016]

Holder, (2011) Faktor Risiko dari Nyeri Menstruasi. Tersedia dalam


http://viqylezta.blogspot.ae/2013 [diakses 22 Juni 2016]

Hariyanto, (2010) Kesehatan Reproduksi Remaja Tersedia dalam


http://belajarpsikologi.com [diakses 24 April 2016]

Hartanto, (2010) Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

Hendrik L. Blumm, (2014) Faktor Risiko Kesehatan Reproduksi Tersedia dalam


http://kti.skripsi.netal.net/tag [diakses 13 April 2016]

Hermawan, (2012) Penangan dan Cara Mengatasi Dismenore. Yogjakarta: EGC

Ikatan Bidan Indonesia (2011) Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, jakarta : IBI

Imron Ali, (2011) Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media

Imron, Ali (2012), Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogjakarta :Ar- Ruzz
Media

Imamah, (2009) Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tersedia dalam


http://abrormkes.blogspot.ae [diakses 22 April 2016]

Kinanti, (2009) Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja tersedia dalam


http://ruriza.blogspot.ae [diakses 21 April 2016]
KiQy, (2013) Kenali Faktor Risiko Nyeri Menstruasi Tersedia dalam
http://viqylezta.blogspot.ae [diakses 24 April 2016]

Kumalasari, (2009) Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Tersedia dalam


http//bidanshop.blogspot.ae [diakses 21 Juni 2016]

Kumalasari Intan, (2012) Kesehatan Reproduksi. Jakarta ; Salemba Medika.

Kurnia, Rizal (2010) Menstruasi. Tersedia dalam http://menstruasi.com/node/21.


[diakses 24 April 2016]

Lestari, Novita (2011) Tips Praktik Mengetahui Masa Subur. Sidoarjo

Laila, Nur Namji (2011) Buku Pintar Menstruasi. Jogjakarta

Manuaba, (2008) Ilmu Kebidanan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Manuaba, (2009) Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogjakarta : EGC

Misaroh, (2009) Menstruasi pada Usia Remaja Tersedia dalam


http://mantrinews.blogspot.ae [diakses 24 April 2016]

Nazir, (2011) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ni Made Sri Dewi Lestari Jurnal (2013) file:///C:/Users/client%203/Downloads/2725-


4189-1-SM%20(2).pdf [diakses 24 April]

Ningsih, (2011) Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: PT Grafindo


Persada

Nursalam, (2007) Hubungan Pengetahuan ibu tentang Kesehatan Reproduksi.


Jakarta: ECG

Notoatmodjo, (2010) Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho Taufan, (2010) Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta


Purwoastuti Endang, (2015) Panduan Materi Kesehatan Reproduksi & Keluarga
Berencana. Jakarta

Ramaiah, (2006) Pengertian Dismenore tersedia dalam


https://panduancaracepathamil.wordpress.com [diakses 25 April 2016]

Rachmawati, (2006) Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: ECG

Saifuddin, (2009) Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sucianti syarifah Jamingatu Asrinah, (2011) Menstruasi dan Permasalahannya.


Jakarta.

Susilawati, (2008) Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah (study kasus). Bandar
Lampung, Adila Pers

Susilo Rahardjo & Budianto, (2011) Buku Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Remaja. Yogyakarta: Gadjah Mada

Undang-undang republik indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan


tersedia dalam http://hukum.unsrat.ac.id/uu_23_92. [diakses 25 April
2016]

Varney, (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Varney, (2010) Prinsip Dokumentasi Kebidanan Dengan Varney dan SOAP tersedia
dalam http//calondosenbidan.blogspot.ae [diakses 17 Juni 2016]

Walgito, (2010) Kesehatan Reproduksi pada Remaja. Yogyakarta: A PLUS BOOKS

Walyani, (2015) Asuhan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: PT.

Wijayanti, (2008) Kesehatan Reproduksi Remaja tersedia dalam


http://belajarpsikologi.com [diakses 25 April 2016]

Wiknjosastro, Hanifa ed, dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP

Wiknjosastro, (2008) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Wiknjosastro, (2010) Ilmu kandungan. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai