Anda di halaman 1dari 2

Nama :Suntani

Kelas :X Bdp 4

Mapel :Sejarah Indonesia

No absen :11

Soal :

1.Menganalisis terjadinya aksi Tritura 1966

2. Menganalisis proses terjadinya surat Perintah Sebelas Maret(Supersemar)dan


pengaruhnya terhaap kepemimpinan naisonal

3. Menganalisis aanya dualisme kepemimpinan nasional pada masa transisi


pemerintahan dari pemerintahan Demokrasi Terpimpin ke pemerintahan Orde Baru

Jawaban

1. Yang melatar belakangi terjadinya tritura berkaitan dengan gerakan 30 September dalangnya
adalah PKI. Setelah kejadian gerakan 30 september, banyak ormas-ormas terutama mahasiswa
mengadakan demostran besar-besaran menuntut kepada pemerintah beberapa hal. Tuntutan
tersebut biasa di sebut dengan Tritura (tri tuntutan rakyat). Salah satu tuntutannya adalah
pembubaran PKI terkait tragedy 30 september. Tetapi pemerintah tidak mengambil tindakan
dengan tegas terhadap PKI. Selain itu ekonomi semakin memburuk, harga-harga semakin
melambung tinggi sehingga menambah keresahan masyarakat.

2. Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Supersemar pada
intinya berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu
untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan. Selain itu untuk menjamin
keselamatan presiden. Bagi bangsa Indonesia Supersemar memiliki arti penting berikut.

1. Menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.

2. Dengan Supersemar, Letjen Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk menjamin


kestabilan jalannya pemerintahan dan revolusi Indonesia.

3. Lahirnya Supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan Pancasila dan UUD

1945. 3.Presiden mendukung PKI dalam berkonflik dengan AD.Pada akhirnya,


munculnya Soeharto sebagai kekuatan baru dalam AD menjadi tokoh yang mampu menumpas G
30 S dan menghancurkan PKI yang merupakan pendukung
Soekarno. Dualisme Kepemimpinan Soekarno-Soeharto diawali dengan perbedaan penafsiran
mengenai Surat Perintah 11 Maret 1966 diantara keduanya. Soeharto menganggap bahwa SP 11
Maret merupakan penyerahan kekuasaan, sedangkan
Soekarno merasa bahwa SP 11 Maret hanyalah perintah pengamanan belaka.
Tindakan Soeharto sebagai Pengemban SP 11 Maret seperti pembubaran PKI secara de facto
merupakan suatu dualisme kepemimpinan. Hal ini dikarenakan sesuai dengan Penetapan Presiden
No. 7 tahun 1959 bahwa sebenarnya Presiden yang berwenang membubarkan partai,sedangkan isi
dari SP 11 Maret sebenarnya hanyalah merupakan perintah Presiden
dan tidak menunjukkan peningkatan wewenang Soeharto. Wewenang Soeharto
sebagai Pengemban SP 11 Maret selanjutnya meningkat setelah MPRS yang
didominasi AD bersidang dan menghasilkan Ketetapan yang menimbulkan dualism
kepemimpinan secara de jure. Ketetapan MPRS diantaranya dalam hal pembentukan Kabinet
Ampera yaitu Presiden bersama-sama Pengemban SP 11 Maret diberi wewenang membentuk
kabinet. Kenyataannya, Soeharto yang merupakan ketua presidium kabinet selanjutnya
memimpin kabinet dan menguasai jalannya pemerintahan. Tindakan Soeharto pada akhir masa
dualisme kepemimpinan yaitu berhasil mempersatukan
politik AD dalam Doktrin Tri Ubaya Cakti dan konsep Orde Barunya. Tindakan Soeharto
selanjutnya yaitu dengan mengadili para pendukung terdekat Soekarno mengenai
keterlibatannya dalam peristiwa G 30 S/PKI. Dalam pengadilan tersebut, Soekarno secara tidak
langsung didiskreditkan mendukung G 30 S/PKI yang menyebabkan semakin
berkurangnya pendukung dirinya. Soekarno kemudian merasa terdesak dan menyerah pada
keadaan yang terjadi, ia menyerahkan kekuasaan eksekutif pada Soeharto. Akhirnya MPRS
mengeluarkan Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1966 dalam Sidang Istimewa yang
mencabut kekuasaan eksekutif dari Presiden Soekarno. Berakhirlah Dualisme
Kepemimpinan yang terjadi dengan diangkatnya Soeharto menjadi Pejabat Presiden.

Penafsiran antara kubu soeharto dan soekarno tentang SUPERSEMAR. Pihak soeharto menganggap
SUPERSEMAR adalah penyerahan kekuasaan pemerintahan oleh soekarno kepada soeharto.
Sedangkan menurut soekarno SUPERSEMAR adalah surat perintah untuk memulihkan keadaan
ibukota yang sedang kacau.

Anda mungkin juga menyukai