Intervensi 2
Intervensi 2
Di susun Oleh :
SRI WAHYUNI AYUB (11011014)
PENDAHULUAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka
vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villi-villi yang membesar
dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus
buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-
kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)
dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus korialis langka
vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi
korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi
villi-villi yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang
diberikan ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-
kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis memgalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
B. Etiologi
Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi terlambat
dikeluarkan.
Imunoselektif dan trofoblas
Keadaan sosio ekonomi yang rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus cytomegalo
C. Manifestasi Klinis
a. Terdapat gejala – gejala hamil muda yang kadang – kadang lebih nyata dari kehamilan
biasa dan amenore
b. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
seharusnya.
d. Tidak teraba bagian – bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
Anemia
Syok
Preeklampsi atau Eklampsia
Tirotoksikosis
Infeksi sekunder.
Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
Menjadi ganas ( PTG ) pada kira – kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
Penyebab MOlahidatidosa
- Faktor ovum
(imonoselektif dan trofoblast) monoselektif dan trofoblast
- Keadaan sosio ekonomi yang rendah
- Paritas tinggi proliferasi trofoblast
- Kekurangan protein
- Infeki virus cytomegalo villi berisi cairan jernih
Cavum uteri
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Peristaltik lecet
Gangguan
Resti syok Kesadaran mual pola lemah
hipovolemik eliminasi
Gangguan
Resti injuri integritas
gangguan pola Resti infeksi
nutrisi kulit
Gangguan
perawatan
diri
F. Pemeriksaan penunjang
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi ( lebih dari 100.000 iu/l )maka uji
biologik dan
pengenceran (titrasi):
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan serebrospinal
dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan servik.
Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan – pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.
2. Periksa ulang ( follow-up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil. Kehamilan,
dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi. Juga dinasehatkan
untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun:
2). Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in spekulo : tentang keadaan servik, uterus
cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil atau tidak dll.
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan masih dapat
timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor
timbul 34,5 % dalam 6 minggu, : 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta
97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar.
3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa
Beberapa institut telah memberikan methotrexate ( MTX) pada penderita mola dengan tujuan
sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju pemberian ini, karena
disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput dari
efek samping dan penyulit yang berta.
positif
G. Penatalaksanaan
Terapi
1 . Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
kuretase.
2. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero –
vaginal selama 24 jam.
porsi:
umum penderita.
pemeriksaan laboratorium.
6. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
7. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
a. baju operasi
b. laken
c. doek kecil
a. speculum
b. sonde :
c. alat kuret
d. klem jaringan
g. kasa steril
h. handscoen steril
3. alat tambahan :
a. mesin EKG
d. guedel
e. bethadin
g. tempat sampah
I. Prosedur pembedahan
1. pre operasi
a. persiapan pasien
- sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari
ruangan
- puasa
- Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan,
kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose
- Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
2. operasi
b. asepsi/ antisepsi daerah vagina dan sekitarnya kemudian pasang duk steril
c. buka bagian labia mayora dan labia minora dengan menggunakan speculum untuk
melihat kondisi bagian sebelah dalam dari alat reproduksi
d. menggunakan klem jaringan dan klem utertus untuk membebaskan daerah yang akan
di kuret
e. dengan sonde, ukur kadalaman uterus / dinding rahim dan lebarnya lubang vagina
f. setelah itu, lakukan kuret dengan menggunakan alat kuret yang sudah disiapkan
g. bersihkan bagian uterus sampai semua jaringan yang mati keluar semuanya
i. tindakan kuret selesai, rapihkan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan direndam
dalam cairan alat disinfektan
3. post operasi
a. setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus
memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
c. pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan
pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
J. Komplikasi
1. perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk
itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun.
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di
dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
3. gangguan haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan
mengganggu kelancaran siklus haid.
4. infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan
seperti darah.
5. kanker
Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding
rahim.
1. USG (ultrasonografi)
4. Mengatasi perdarahan
I. DATA DEMOGRAFI
IDENTITAS KLIEN IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Lama persalinan :
Tipe Persalinan :
Konjunctiva : Anemis
Palpebra : Tidak
Hyperpigmentasi: ( ) ya ( - ) tidak
3. Leher : TAK
4. Dada
Jantung : Irama ( ) S1 S2 Tunggal, ( ) Galop, ( ) Tril, ( )murmur
Paru :
5. Payudara
Puting Menonjol : Ya, Keadaan : Bersih
6. Abdomen
TFU :2 cm, Kontraksi Uterus : Lemah
Nyeri : Ya
7. Genetalia
Perdarahan Pervaginam :
Flour Albus
Lochea : TAK
Luka Episiotomi :
Kandung Kemih : -
Kekuatan otot :
V. POLA-POLA KESEHATAN
1. Pola Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
Apa yang dilakukan klien jika terjadi gangguan kesehatan
3. Pola Eliminasi :
BAB : obstipasi / konstipasi / inkontinensia : TAK
bau.,- warna :-
ECG : -
VII. THERAPY :-
ANALISIS DATA :
- Perdarahan pervaginal
bergumpal : 500 cc
- Hb 8,9 g/dl
- Kulit pucat
RR : 20x/menit,nadi 80x/menit
DS :
2
- Mengeluh nyeri sudah 6 hari
DO :
- adanya kemerahan
3 DS :
DO:
1 Devisit volume Setelah dilakukan a. Kaji kondisi status Pengeluaran cairan 2/10/03 - Mengukur jumlah S : Pasien
cairan berhubungan tindakan hemodinamika. pervaginal sebagai cairan yang keluar mengatakan tidak
dengan perdarahan keperawatan 1x24 akibat abortus (09.00) perdarahan lagi
jam maka Tidak memiliki
terjadi devisit O : KU baik,TD:
volume cairan, karekteristik 120/80,kesadara
seimbang antara bervariasi CM
intake dan output
A : masalah
baik jumlah
teratasi
maupun kualitas Jumlah cairan
b. Ukur pengeluaran Menerangkan bahaya
harian ditentukan dari jumlah (09.10) P: intervensi di
Kriteria Hasil : pengeluaran cairan
kebutuhan harian hentikan
yang berlebihan
- TTV stabil ditambah dengan
jumlah cairan yang
- Membran hilang pervaginal
mukosa lembab
Adaptasi terhadap
nyeri merupakan
(09.55) Melakukan healt
d. Lakukan pendidikan teknik yang dapat
education pada
kesehatan teknik distraksi menurunkan nyeri
pasien tentang
disamping kecemasan
bahaya penyakit.
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan Perubahan yang
Infeksi tindakan terjadi pada dischart
berhubungan keperawatan a. Kaji kondisi dikaji setiap saat (10.00) Mengkaji kondisi S : tidak infeksi lagi
dengan perdarahan, selama 1x24 jam keluaran/dischart yang dischart keluar. keluaran/dischart
keluar : jumlah, warna, yang keluar : O : TD :
kondisi vulva Tidak terjadi Adanya warna yang
dan bau jimlah,warna,dan bau 120/80,nadi
lembab infeksi dan lebih gelap disertai 80x/menit,Hb
perdarahan. bau tidak enak kembali normal
mungkin merupakan 14,0 g/dl
tanda infeksi.
A: masalah teratasi
Infeksi dapat timbul
akibat kurangnya P: intervensi di
b. Terangkan pada klien kebersihan genital Menerangkan pada hentikan
(10.10)
pentingnya perawatan yang lebih luar. klien pentingnya
vulva selama masa perawatan vulva
perdarahan selama masa
perdarahan
Inkubasi kuman pada
area genital yang
c. Lakukan perawatan relatif cepat dapat
vulva (10.20) Melakukan
menyebabkan infeksi.
perawatan vulva
Berbagai manivestasi
klinik dapat menjadi Menerangkan pada
d. Terangkan pada klien (10.30)
tanda nonspesifik klien cara
cara mengidentifikasi mengidentifikasi
infeksi; demam dan
tanda inveksi tanda infeksi
peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan
gejala infeksi.
e. Anjurkan pada suami (10.35)
untuk tidak melakukan
hubungan senggama
selama masa perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.