Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

SEMESTER PENDEK

INTERAKSI OBAT

OLEH:

NAMA : JUMARNI

NIM : O1A117026

KELAS :A

DOSEN : Apt, Fadhliyah Malik, S. Farm., M. Farm

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
FAVILAVIR

A. Profil Farmakologi
Favilavir pertama kali dikembangkan oleh Toyama Chemicals Jepang yang
merupakan merk dagang dari favipiravir dan pada tahun 2014 memperoleh izin
edar di Jepang untuk terapi influenza yang tidak memberi respons terhadap
pengobatan konvensional. Beberapa studi selanjutnya memperlihatkan efektivitas
favipiravir terhadap virus Ebola.
B. Mekanisme Kerja
Favilavir adalah prodrug yang mengalami ribosilasi dan fosforilasi intraseluler
menjadi bentuk aktif favipiravir-RTP. Favipiravir-RTP berikatan dengan dan
menghambat RNA- dependent RNA polymerase (RdRp) virus, mengakibatkan
hambatan transkripsi dan replikasi genom virus. Domain katalitik RdRp tersebut
serupa di antara virus-virus RNA, membuat favipiravir memiliki spektrum
antivirus RNA yang luas. Karena manusia tidak memiliki RdRp, Favilavir relatif
aman digunakan. Akan tetapi penggunaan favipiravir harus dihindari pada ibu
hamil karena berisiko teratogenik dan embriotoksik.
C. Farmakokinetik
Makanan menunda pencapaian kadar puncak favipiravir dalam plasma selama 1,5
jam, menurunkan Cmax sekitar 50%, dan menurunkan AUC sebanyak 13%.
Sekitar 54% favipiravir terikat protein plasma. Favilavir terdisitribusi luas di
dalam tubuh, termasuk ke trakhea dan paru. Favilavir dimetabolisme di hati
menjadi metabolit utama (M1) oleh enzim aldehyde oxidase (AO), sedangkan
metabolit aktif (favilavir-RTP) dibentuk intraseluler. Nilai Cmax linear pada dosis
30 mg hingga 1600 mg. Waktu paruhnya +/- 6 jam, dan memanjang pada dosis
tinggi (≥800 mg).6 Metabolit favilavir diekskresi melalui ginjal.
D. Interaksi Obat
Terdapat beberapa potensi interaksi antara favilavir dengan obat atau zat lain, di
antaranya:
1. Favilavir tidak menghambat metabolisme paracetamol pada proses konjugasi
glukuronida, tapi menghambat konjugasi sulfat. Penggunaan bersamaan
antara favipiravir dan paracetamol dapat meningkatkan area under the curve
(AUC) paracetamol sebesar 20% tapi tidak mempengaruhi maximum
concentration (Cmax). Interaksi ini tidak terlalu bermakna secara klinis.
2. Penggunaan secara bersamaan antara favilavir dan pirazinamid dapat
menyebabkan hiperurisemia. Terjadi peningkatan kadar asam urat darah
sebesar 2,3 mg/dl pada pemberian pirazinamid 1500 mg sekali sehari dan
favipiravir 1200 mg 2 kali sehari. Hal ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan reabsorbsi asam urat dalam tubulus ginjal
3. Penggunaan favilavir dan repaglinide secara bersamaan dapat menyebabkan
peningkatan kadar repaglinide di dalam darah sehingga berpotensi
meningkatkan risiko adverse effect repaglinide. Hal ini disebabkan karena
penghambatan enzim CYP2C8 yang menyebabkan penghambatan
metabolisme repaglinide
4. Penggunaan bersamaan dengan teofilin dapat meningkatkan kadar favilavir
dalam darah, sehingga berpotensi terjadinya efek samping favipiravir
5. Penggunaan bersamaan dengan famsiklovir dapat menurunkan kadar
famsiklovir. Hal ini disebabkan karena penghambatan aldehid oksidase oleh
favipilavir dapat menurunkan bentuk aktif famsiklovir dalam darah
6. Favilavir dapat menghambat deesterifikasi oseltamivir apabila diberikan pada
konsentrasi yang cukup tinggi (IC50 ≥3000 µmol/L.
DAFTAR PUSTAKA

Du YX., dan Chen XP., 2020, Favipiravir: Pharmacokinetics and Concerns About
Clinical Trials for 2019-nCoV Infection, Clinical Pharmacology and
Therapeutic, Vol. 1(1).
Medscape, 2019, Drug Interaction Checker, (Offline Aplication).

Anda mungkin juga menyukai