Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Indonesia mempunyai lebih dari 100 bahasa daerah yang tersebar,dan hal ini yang mendasari
dalam kegiatan belajar disekolah maupun dikampus mengguanakan Bahasa daerah masing-
masing dan kurangnya penanaman berbahasa Indonesia dalam pembelajaran membuat siswa
maupun mahasiswa masih pasif berbahasa Indonesia. Di jaman industri digital ini bisa
dipungkiri bahwa kita akan bertemu orang yang tidak hanya dari daerah kita sendiri melainkan
seluruh masyarakat Indonesia dan mengharuskan kita untuk berkomunikasi dengan Bahasa
Indonesia. Dalam hal ini saya dan rekan saya mempunyai ide untuk mengatasi hal tersebut
yaitu dengan membudidayakan berbahasa Indonesia di setiap pelajaran sekolah atau kuliah
kecuali jika pelajaran Bahasa daerah. Hal ini bertujuan membantu kita untuk terbiasa
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam mengikuti era industri digital ini
dan memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia. Jika satu hari
terdapat 8 jam dan satu minggu terdapat 48 jam sekolah dan kita berbahasa Indonesia yang
baik dan benar maka untuk kedepan kita bisa dengan mudah untuk berkomunikasi dengan
menggunakan Bahasa Indonesia. Dan dengan demikian kita dapat menghadapi era industry
digital dengan mudah khususnya di Indonesia yang perkembangannya sangat pesat.
Wacana rekonstruksi fungsi dan peran bahasa dan sastra dalam era ekonomi kreatif telah menjadi
wacana yang cukup mengemuka. Betapa tidak sifat dulce et utile yang telah lama dikenal sebagai
sifat dasar yang melahirkan fungsi-fungsi yang relevan seharusnya telah menempatkan bahasa
dan sastra sebagai salah satu anasir utama dalam pengembangan ekonomi kreatif. Sebagai alu-
aluan, dunia sastra seharusnya sejak lama telah sampai pada ranah aplikatif yang berhulu  pada
teori-teori dan konsep-konsep hakiki yang oleh sebagian orang justru menempatkan sastra pada
semacam’menara gading’ yang akhirnya membentuk persepsi umum tentang sastra sebagai
produk bahasa yang eksklusif dan sulit untuk didekati. Pada kenyataannya, telah terjadi
pemisahan antara sastra serius dan sastra populer yang membentuk dua kutub dengan sifat dan
tujuan yang amat senjang. Relasi yang demikian kiranya dapat dihubungkan dengan kenyataan
bahwa dalam pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan, banyak persepsi dan miskonsepsi
terhadap bahasa dan sastra yang perlu diubah, demi penyadaran masif tentang peran bahasa dan
sastra dalam rangka pembangunan masyarakat yang kreatif menuju sejahtera. Makalah ini
merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat merekonstruksi pandangan pembaca
tentang pentingnya sastra, baik sebagai bidang kajian,sebagai sains, maupun sebagai wilayah
apresiatif, agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan menyediakan ruang-
ruang makna yang terbuka dan selalu terbarukan. Dengan demikian, makalah ini sesungguhnya
akan menjadi pemancing bagi studi-studi yang lebih luas dan komprehensif menyangkut relasi
sastra dengan ekonomi kreatif dan potensi pengembangannya dalam perspektif kewirausahaan
dan  pendidikan yang berorientasi pada ranah praktikal dan kekaryaan.
Keywords: era industri digital,pasif berbahasa Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai