Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

H
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase


Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Siska Octaviani
19.14901.040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Senin, 22 Juni 2020 Nomor Registr :-

Ruangan Rawat : Diagnosa medis :

Tanggal Dirawat :

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial Nama : Tn. H ( L / P)
Umur : 41 Tahun

Status Perkawinan. : Belum menikah


Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Alamat : Porisgaga, Kota Tangerang
Sumber Informasi : Keluarga

II. ALASAN MASUK


Keluarga klien mengatakan awal mulanya klien sedang bekerja tiba-tiba klien terjatuh
karna pusing kepalanya dan kepala regunya langsung membawa klien kerumahnya dan kata
keluarganya kaya orang tidak mau berkerja dan kejadinnya pada malam hari. Selama kejadian
itu klien sudah tidak mau keluar kamar, sering mendengar suara suara aneh, ngobrol sendiri,
sering marah-marah sendir i dan sering melihat bayangan-bayangan. Setelah itu keluarga
membawa klien ke RSJ untuk memeriksan keadaannya dan dari hasilnya klien mengalami
gangguan jiwa, klien mendapatkan pengobatan selama 2bulan. Sesudah dirawat diRSJ klien
sering diejek oleh teman-temannya dikampungnya. Klien sering mengontrol kondisinya juga
ke RSUD selama 3 bulan dan selama berobat jalan keluarga mengatakan tidak ada perubahan
kepada anaknya. Klien mengatakan sekarang masih mendengar suara – suara aneh dan suara
bisikan aneh itu tersebut muncul ketika klien sedang bengong, klien mengatakan sudah tidak
mengkonsumsi obat dan berhenti pengobatan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? ( √ ) Ya ( ) Tidak

2. Pengobatan sebelumnya ( ) Berhasil ( ) Kurang Berhasil

( √ ) Tidak Berhasil
3. Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia

Aniaya Fisik

Aniaya Seksual

Penolakan

Kekerasan dalam Keluarga

Tindakan Kriminal
Jelaskan No 1,2,3 : Keluarga klien mengatakan pernah di rawat di RSJ Soeharto Herjan
pada tahun 2010 selama dua bulan, klien mengatakan setelah pulang dari RSJ dirinya
merasa dikucilkan oleh tetangga sekitar.

Masalah Keperawatan:
Harga Diri Rendah
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ( ) Ya ( √ ) Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan tidak pernah mempunyai pengalaman yang tidak menyengakan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Tanda Fital :TD : 130/80mmHg N : 85x/menit P : 20x/menit S : 36,70C
b. Ukur : TB: BB:
c. Keluhan Fisik : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : Keluarga klien mengatakan tidak mengeluhkan sakit di badanya, hasil
pengkajian fisik menunjukan batas normal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram: Gambarkan

Tn.H

Jelaskan :
Klien saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya, berdasarkan pengkajian orangtua
mengatakan klien sering mengurungkan dirinya dikamar.

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan suka sama bentuk tubuhnya
b. Identitas : klien mengatakan ingin sembuh
c. Peran : klien mengatakan belum puas menjadi anak karena belum sempat
membahagiakan orang tua
d. Ideal diri :

e. Harga diri : klien mengatakan ingin seperti orang-orang yang tidak


dipandang sebelah mata

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti :
Keluarga

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :


Keluarga klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan di masyarakat dan
hanya dikamar saja.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Keluarga klien mengatakan bahwa dirinya mudah tersinggung, jika
seseorang sudah membuatnya tersinggung klien lebih baik pulang dan
menyendiri

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

d. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Klien mengatakan memegang keyakinan agama islam

b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan tidak menjalankan sholat 5 waktu

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
Tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan :
Klien memakai baju dan celana yang sesuai, tidak bau

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Tidak mampu
Apatis Lambat Membisu memulai pembicaraan

Jelaskan : Klien berbicara lambat namun jelas

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :

Masalah keperawatan : _

4. Alam Perasaan
Ketakutan Putus asa
Sedih
Gembira Berlebihan
Khawatir

Jelaskan : Klien mengatakan sedih karena belum bisa membahagiakan kedua


orangtuanya
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

e. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan :
Tidak ada masalah gangguan diatas, klien biasa saja tidak datar, tumpul, dan labil.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

f. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan :
Saat melakukan pengkajian kontak mata klien tampak memperhatikan perawat saat
wawaranca berlangsung.

Masalah keperawatan :

g. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :
klien mengatakan masih sering mendengar bisikan suara suara aneh, klien
mengatakan bisikan tersebut kadang berupa bisikan baik dan kadang berupa bisikan buruk,
klien mengatakan kalau bisikan buruk itu berupa suara bahwa ada orang yang menyuruh
dirinya untuk membunuh orang lain, klien mengatakan bisikan suara tersebut muncul
ketika dirinya sedang begong, klien mengatakan bisikan itu sering didengarkan.

Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran

h. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangan


Pembicaraan/Persevarasi
Jelaskan :
Masalah keperawatan : _

i. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Dipersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

j. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

k. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan :
Klien dapat menceritakan kejadian kejadian sebelum masuk RSJ dan setelah keluar dari
RSJ.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi


Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Klien dapat berhitung, dan tidak mudah beralih pada objek lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan :

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

n. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan :

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Klien dapat makan dan minum secara mandiri

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan total

Klien dapat buang air besar dan buang air kecil secara mandiri

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

Klien dapat mandi secara mandiri

4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Klien dapat makan dan minum secara mandiri

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : ………..s/d ………….
Tidur malam lama : 22.00 s/d 05.00
Kegiatan sebelum / sesudah tidur
Klien mengatakan jarang tidur siang, klien mengatakan tidur malam pukul 22.00 sampai
pukul 05.00, dan tidak ada kegiatan khusus sebelum tidur

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

Klien mengatakan sudah tidak minum obat

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak

Sistem pendukung Ya Tidak

Klien mengatakan bahwa sekarang tidak melakukan perawatan lanjutan, sistem


pendukung klien adalah keluarga, dan teman-temanya

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makananYa Tidak

Menjaga kerapian rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

Klien mengatakan bahwa dirinya sering menyiapkan makanan sendiri

9. Kegiatan diluar rumah


Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan:
Masalah keperawatan : _

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktifitas konstruktif Menghindar

Olah raga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Jelaskan :
Klien mengatakan dirinya sering menghindar jika merasa ada seseorang yang sedang
membicarakan dirinya

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik


Klien mengatakan bahwa dirinya sering malu untuk berbaur dengan warga karena
dipandang sebelah mata
Masalah dengan pendidikan, spesifik

Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Masalah lainya, spesifik

Masalah dengan dukungan lingkungan , spesifik


Klien mendapat dukungan dari keluarga dan teman-temanya.
Masalah Keperawatan :
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor prespitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainya

Masalah Keperawatan :

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik: Terapi
Medik :
Nama Obat Dosis Bentuk Cara Waktu

Tangerang, Senin, 22 Juni 2020


Mahasiswa

Siska Octaviani
Analisa Data

Data Masalah
Data Masalah

Subyektif Objektif :
1. klien mengatakan sering mendengar suara suara
aneh
2. klien mengatakan suara bisikan tersebut berupa hal Halusinasi
yang positif dan negatif Pendengaran
3. klien mengatakan bahwa bisikan yang negatif itu
suara bahwa ada orang yang menyuruh dirinya untuk
membunuh orang lain
4. klien mengatakan suara bisikan muncul ketika
dirinya sedang bengong
5. klien mengatakan bahwa suara itu muncul sering
didengar

Subyektif Objektif

1. klien tampak bingung.

Subyektif Objektif
1. Klien mengatakan sedih karena belum bisa
membahagiakan kedua orangtuanya
2. Klien mengatakan dirinya sering menghindar jika
merasa ada seseorang yang sedang membicarakan Harga Diri Rendah
dirinya
3. Klien sering diejek oleh temen-temennya
4. Klien mengatakan sering malu dengan tetangganya
karena sering dipandang sebelah mata setelah keluar
dari RSJ
Subyektif Objektif
1. saat berbicara klien tampak sedih
Subyektif Objektif
1. klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dirumah
2. klien mengatakan jika keluar rumah malu dengan
tetangga
3. Keluarga klien mengatakan bahwa dirinya
Isolasi Sosial
mudah tersinggung, jika seseorang sudah
membuatnya tersinggung klien lebih baik pulang
dan menyendiri
Subyektif Objektif
1. klien tampak sering sendiri
Subyektif Objektif
1. klien mengatakan dahulu klien pernah marah-marah
Resiko Prilaku
karena kesal sama dirinya sendiri
Kekerasan
2. klien mengatakan jika dirinya mudah tersinggung dan
sakit hati
Subyektif Objektif
1. klien tampak bercerita dengan mengerutkan alisnya

XII. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

GSP : Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial

Harga diri rendah

XIII. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


a. Halusinasi
b. Isolasi Sosial
c. Harga Diri Rendah
d. Resiko Perilaku Kekerasan
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. H Ruangan :


No. Reg. : Diagnosa Medis
Tanggal Masuk :

Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Halusinasi TUM : Klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya Bila sudah terbina
mengontrol halusinasi dengan menggunakan prinsip hubungan saling
yang dialaminya TUK komunikasi terapeutik : percayadiharapkan klien
1: - Sapa klien dengan ramah baik dapat kooperatof, sehingga
Klien dapat membina verbal maupun non verbal pelaksanaan asuhan
hubungan saling percaya - perkenalkan nama, nama panggilan keperawatan dapat berjalan
dan tujuan perawat berkenalan dengan baik.
- tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
klien
- buat kontrak yang jelas
- tunjukan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali interaksi
- tunjukan sikap empati dan
menerima apa adanya
- berikan perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan dasar
- tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi
- dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
TUK 2 2.1 Adakan kontak sering dan singkat - Kontak sering dan
Klien dapat mengenal secara bertahap singkat selain upaya
halusinasinya 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait membina hubungan
dengan halusinasinya saling percaya, juga
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), dapat memutuskan
jika menemukan klien yang sedang halusinasi
berhalusinasi : - Mengenal perilaku pasa
- Tanyakan apakah klien mengalami saat halusinasi timbul
sesuatu (halisinasi - mengenal halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap) memungkinkan klien
- Jika klien menjawab ya, tanyakan untuk menghindarkan
apa yang sedang dialaminya faktor pencetus
- Katakan bahwa perawat percaya timbulnya halusinasinya.
bahwa klien mengalami hal tersebut, - dengan mengetahui
namun perawat sendiri tidak waktu, isi dan frekuensi
mengalaminya (dengan nada munculnya halusinasi
bersahabat tanpa menuduh atau mempermudah tindakan
menghakimi) keperawatan yang akan
- Katakan perawat akan membantu dilakukan perawat untuk
klien mengidentifikasi
- Jika klien tidak sedang pengaruh halusinasi
berhalusinasi klarifikasi tentang pasien
adanya pengalaman halusinasi, - untuk mengetahui
diskusikan dengan klien : koping yang dilakukan
- Isi, waktu dan frekuensi oleh pasien
terjadinya halusinasi (pagi,siang, - agar klien mengetahui
sore, malam atau sering, dan akibat dari menikmati
kondidi yang menimbulkan atau halusinasi sehingga klien
tidak menimbulkan halusinasi
2.3 Diskusikan dengan klien apa yang meminimalisir
dirasakan jika terjadi halusinasi dan halusinasinya
beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanya
2.4 Diskusikan dengan klien apa yang
dilakukan untuk mengatasi perasaan
tersebut
2.5 Diskusikan tentang dampak yang
akan dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya

TUK 3 4.1 Identifikasi bersama klien cara atau - Upaya untuk


Klien dapat mengontrol tindakan yang dilakukan jika terjadi memutuskan siklus
halusinasinya halusinasi (tidur, marah, halusinasi sehingga
menyibukan diri, dll) halusinasi tidak
4.2 Diskusikan cara yang digunakan berlanjut
klien - Reinforcement positif
- Jika cara yang digunakan adaptif dapat meningkatkan
beri pujian harga diri
- Jika cara yang digunakan - Memberikan
maleadaptiv diskusukan kerugian alternatif pilihan bagi
cara tersebut klien untuk
4.3 Diskusikan cara baru untuk mengontrol
memutus/mengontrol timbulnya lingkungan
halusinasi : - Motivasi
- Katakan kepada diri sendiri bahwa meningkatkan
ini tidak nyata (“saya tidak mau kegiatan klien untuk
dengar/lihat/penghidu/peraba/kecap mencoba memilih
pasa saat halusinasi) salah stu cara
- Menemui orang lain mengendalikan
(perawat/teman/anggota keluarga) halusinasi dan dapat
untuk menceritakan tentang meningkatkan harga
halusinasinya diri
- Membuat dan melaksanakan - Memberi kesempatan
jadwal kegiatan sehari-hari yang pasien untuk
telah disusun mencoba citra yang
- Meminta keluarga/teman/perawat sudah dipilih
menyapa jika sedang berhalusinasi - Stimulasi persepsi
4.4 Bantu klien memilih cara yang sudah mengurangi
dianjurkan dan latih untuk perubahan
mencobanya interpretasi realitas
4.5 Beri kesempatan untuk melakukan klien akibat
cara yang dipilih dan dilatih halusinasi
4.6 Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pujian
4.7 Anjurkan klien untuk mengikuti
terapi aktifitas kelompok, orientasi,
realita, stimulasi persepsi
TUK 4 4.1 Buat kontrak dengan keluarga - Untuk mendapatkan
Klien dapat dukungan untuk pertemuan (waktu, tempat, bantuan keluarga
dari keluarga dalam dan topik) - Untuk mengetahui
mengontrol halusinasinya 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada pengetahuan keluarga dan
saat pertemuan keluarga kunjungan meningkatkan
rumah) kemampuan pengetahuan
- Pengertian halusinasi tentang halusinasi
- Tanda dan gejala halusinasi - Agar keluarga dapat
- Proses terjadinya halusinasi merawat klien atau
- Cara yang dapat dilakukan klien keluarga lain yang
dan keluarga untuk memutus berhalusinasi di rumah
halusinasi - Keluarga klien menjadi
- Obat-obatan halusinasi tahu cara mencari
- Cara merawat anggota keluarga bantuan jika halusinasi
yang halusinasi dirumah (beri tidak dapat diatasi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, dirumah
makan bersama, berpergian
bersama, memantau obat-obatan
dan cara pemberianya untuk
mengatasi halusinasi)
- Bri informasi waktu kontrol
kerumah sakit dan bagaimana
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat teratasi
TUK 5 5.1 Diskusikan dengan klien tentang - Dengan menyebutkan
Klien dapat manfaat dan kerugian tidak dosis, frekuensi dan
memanfaatkan obat meminum obat, warna, dosis, cara, manfaat obat,
dengan baik efek terapi dan efek samping diharapkan klien
penggunaan obat
5.2 Pantau klien saat penggunaan obat melaksanakan program
5.3 Beri pujian jika klien menggunakan pengobatan
obat dengan benar - Menilai kemampuan
5.4 Diskusikan akibat berhenti minum klien dalam
obat tanpa konsultasi dengan pengobatan sendiri
dokter - Program pengobatan
5.5 Ajurkan klien untuk konsultasi dapat berjalan sesuai
kepada dokter/perawat jika terjadi rncana
hal-hal yang tidak diinginkn - Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap
Isolasi sosial TUM : 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Klien dapat berinteraksi dengan menggunakan prinsip merupakan dasar kuat bagi
dengan orang lain komunikasi terapeutik : klien dalam
TUK 1 - Beri salam setiap berinteraki mengekspresikan
Klien dapat membina - Perkenalkan nama, nama panggilan perasaanya :
hubungan saling percaya dan tujuan perawat - menunjukan
- Tanyakan dan panggil nama kesukaan keramahan dan sikap
Klien bersahabat
- Tunjukan sikap jujur dan menepati - agar klien tidak ragu
janji kepada perawat
setiap kali interaksi - menunjukan bahwa
- Tanyakan perasaan klien dan masalah perawat ingin kenal
yang sedang dihadapi klien dengan klien
- Buat kontrak interaksi yang jelas
- Dengarkan dengan penuh - penerimaan yangsesuai
perhatian ekspresi perasaan klien dengan keadaan yang
sebenarnya dapat
meningkatkan
keyakinan pada klien
serta merasa ada
sesuatu pengakuan
- perhatian yang
diberikan dapat
meningkatkan harga
diri
- respon mEngeritik atau
menyalahkan dapat
menimnulkan adanya
penolakan
- memberi info tentang
kontrak waktu
TUK 2 2.1 Tanyakan kepada klien tentang : - mengidentifikasi penyebab
Menyebutkan penyebab - Orang yang tinggal serumah/teman klien bergaul atau dekat
menarik diri sekitar klien dengan orang lain dan
- Orang yang paling dekat dengan penyebab klien tidak dekat
klien dirumah/ diruang perawatan dengan orang lain serta
- Apa yang membuat klien dekat mekanisme koping yang
denga orang tersebut digunakan klien dalam
- Orang yang tidak dekat dengan klien menghadapi masalahnya
dirumah/diruang perawatan itu
- Apa yang membuat klien tidak dekat - bila klien sudah
denga orang tersebut mengungkapkan
masalahnya, akan
- Upaya yang sudah dilakukan agar mempermudah perawat
dekat dengan orang lain melaksanakan asuhan
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab keperawatan
menarik diri atau tidak mau bergaul - reinforcementt positif akan
dengan orang lain meningkatkan harga diri
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaanya

TUK 3 3.1 Tanyakan pada klien tentang : - Tingkat pengetahuan


Klien mampu - Manfaat berhubungan sosial klien membantu
menyebutkan - Kerugian menarik diri perawat
keuntungan 3.2 Diskusikan bersama klien tentang mengarahkan klien
berhubungan sosial dan manfaat berhubungan sosial dan berhubungan dengan
kerugian menarik diri kerugian menarik diri orang lain
3.3 Beri pujian terhadap kemampuan - Diharapkan klien
klien mengungkapkan perasaanya mampu memilih
perilaku yang adaptif
setelah mengetahui
keuntungan
bersosialisasi dan
kerugian isolasi sosial
- Reinforcement positif
dapat meningkatkan
harga diri
TUK 4 4.1 Observasi klien saat - melatih klien
Klien dapat berhubungan sosial bersosialisasi
melaksanakan hubungan 4.2 beri motivasi dan bantu klien secara berthap
sosial secara bertahap untuk
berkenalan/berkomunikasi
dengan perawat lain, klien lain,
kelompok lain
4.3 libatkan klien dengan terapi
aktivitas kelompok sosial
4.4 diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampan klien
bersosialisasi
4.5 beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan yang sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat
4.6 beri pujian terhadap
kemampuan klien memperluas
pergaulanya melalui aktuvitas
yang dilakukan
TUK 5 5.1 diskusikan dengan klien tentang - reinforcement
Mampu menjelaskan perasaan berhubungan sosial dengan diharapkan dapat
perasaan setelah orang lain atau kelompok meningkatkan rasa
berhubungan sosial 5.2 beri pujian terhadap kemampuan percaya diri klien
klien mengungkapkan perasaanya sehingga ingin
mengulangi perbatan
yang serupa
- menyadarkan klien
bahwa bersosialisasi
itu lebih baik
daripada isolasi sosial
TUK 6 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta - dukungan keluarga
Klien dapat dukungan keluarga sebagai pendukung untuk berpengaruh
keluarga dalam mengatasi perilaku menarik diri terhadap perubahan
memperluas hubungan 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk perilaku klien
sosial membatu klien mengatasi perilaku - agar keluarga
menarik diri mengenali perilaku
6.3 jelaskan pada keluarga tentang : isolasi sosial sehingga
- penertian menarik diri dapat mengantisipasi
- tanda dan gejala menarik diri jika ada keluarga
- penyebab dan akibat menarik diri yang mengalami hal
- cara merawat lien menarik diri serupa
6.4 Latih keluarga cara merawat klien - mempersiapkan
menarik diri keluarga untuk
6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah melakukan yang
mencoba cara yang dilakukan terbaik bagi klien
6.6 beri motivasi keluarga agar - reinforcement positif
membantu klien untuk diharapkan dapat
bersosialisasi
6.7 beri pujian keluarga klien atas menambah motivasi
keterlibatanya merawat klien keluarga
dirumah sakit - memberikan
dukungan moral bagi
klien dan
meningkatkan
percaya dan harga
diri klien

Harga diri rendah TUM : 1. Bina hubungan saling percaya dengan - menentukan
Klien memiliki diri yang menggunakan prinsip terapeutik : keramahan dan sikap
positif - Sapa klien dengan ramah baik bertahan
TUK 1 verbal maupun non verbal - agar klien tidak ragu
Klien dapat membina - perkenalkan nama, nama panggilan terhadap perawat
hubungan saling percaya dan tujuan perawat berkenalan - menunjukan bahwa
- tanyakan nama lengkap dan perawat ingin kenal
nama panggilan yang disukai dengan klien
klien
- penerimaan yang sesuai
- jelaskan tujuan pertemuan
dengan keadaan dapat
- jujur dan menepati janji
meningkatkan
- tunjukan sikap empati dan apa danya
keyakinan pada
- berikan perhatian dan perhatikan
keluarga serta adanya
kebutuhan pasien
suatu pengakuan
TUK 2 2.1 Diskusikan dengan klien tentang : - pengertian tentang
Klien dapat - aspek positif yang dimiliki klien, dirinya akan
mengidentifikasikan keluarga, lingkungan memudahkan klien
aspek positif dan - kemampuan yang dimiliki klien - mengingatkan klien
kemampuan yang 2.2 Bersama klien membuat daftar tentang hal-hal positif
dimiliki tentang
- aspek positif klien, keluarga,
lingkungan
- kemampuan yang dimiliki klien
2.3 Beri pujian yang realistis, hindarkan
memberi penilaian yang negatif
TUK 3 3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan - meningkatkan
Klien dapat menilai yang dapat dilaksanakan kepercayaan diri dan
kemampuan yang 3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat menumbuhkanperasaan
dimiliki untuk dilanjutkan pelaksanaanya bahwa ia tidak selalu
dilaksanakan gagal dan tidak berguna
- memperkuat kelebihan
akan membuat klien
melakukanya
TUK 4 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas - Menambah percaya diri
Klien dapat yang dapat dilakukan setiap hari klien bahwa klien
merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan klien bertanggung jawab
sesuai dengan - kegiatan mandiri terhadap dirinya
kemampuan yang - kegiatan dengan bantuan - meningkatkan
dimiliki 4.2 Tingkatkan kegiatan yang sesuai kemampuan klien
kondisi klien sesuai realitas
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan - membarikan gambaran
kegiatan yang dapat klien lakukan pelaksanaan sehingga
klien dapat melakukan

TUK 5 5.1Anjurkan klien untuk melaksanakan


Klien dapat melakukan kegiatan yang telah direncanakan
kegiatan sesuai rencana 5.2Pntau kegiatan yang dilaksanakan
yang dibuat klien
5.3beri pujian atas usaha yang dilakukan
klien
5.4Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang
TUK 6 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada - Mempersiapkan
Klien dapat keluarga tentang cara merawat klien keluargaagar dapat
memanfaatkan sitem dengan harga diri rendah merawat klien yang
pendukung yang ada 6.2 Bantu keluarga memberikan rendah diri
dukungn selama klien dirawat - Perhatian keluarga
6.3 Bantu keluarga menyiapkan merupakan
lingkungan dirumah dukungan terhadap
klien
- Lingkungan
terapeutik akan
mendukung klien
dalam meningkatkan
harga dirinya
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Halusinasi

Pertemuan ke : 1
Hari / Tanggal : Selasa / 23 Juni 2020
Nama Klien : Tn.H
SP : 1 Halusinasi pendengaran

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan sering mendengar suara suara aneh
b. Klien mengatakan suara bisikan tersebut berupa hal yang positif dan negatif
c. Klien mengatakan bahwa bisikan yang negatif itu berupa suara bahwa ada orang yang menyuruh dirinya
untuk membunuh orang lain
d. Klien mengatakan suara bisikan muncul ketika dirinya sedang bengong
e. Klien mengatakan bahwa suara itu muncul sering
Data Objektif :
a. Klien tampak Bingung
2. Diagnosa keperawatan : Halusinasi
3. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi isi halusinasi
c. Identifikasi waktu terkadinya halusinasi
d. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
e. identifikasi respon klien
f. anjurkan klien memasukan cara menghardik kedalam jadwal harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..‼ selamat malam kak perkenalkan nama saya Siska Octaviani biasa dipanggil
Siska. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Nama Bapak
siapa? senangnya Bapak dipanggil apa ?
b. Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana keadaan Bapak hari ini ?”
c. Kontrak :
a. Topik :
“Senang ya bisa berkenalan dengan Bapak hari ini, bagai mana kalau kita berbincang-bincang
untuk saling kenal ?”
b. Waktu :
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincsng-bincang dengan saya ?, bagaimana jika 30
menit?”
c. Tempat : “Bapak ingin berbincang-bincang dengan saya dimana ?, bagaimana jika ditempat ini?”
d. Tujuan Interaksi : untuk saling mengenal satu samalain
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya Bapak mendengar suara tersebut,
tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah Bapak mnedengarnya terus menerus atau sewaktu-
waktu ? Kapan yang paling sering Bapak mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari Bapak
mendengarnya ? Pada keadaan apa suara itu terdengar ? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang Bapak
rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan Bapak ketika mendengar suara tersebut?
Kemudian apa yang Bapak lakukan? Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang? Apa yang Bapak
alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
“Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah Bapak
bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya akan mempraktekan dahulu baru Bapak
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini Bapak jika suara itu muncul katakan dengan
keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga Bapak. seperti
ini ya Bapak. coba sekarang kakak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali Bapak, coba
sekali lagi Bapak. wah bagus sekali Bapak.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita kita berbincang-bincang ? Jadi suara-suara itu menyuruh
mengatakan ada seseorang yang sedang membicarakan Bapak, sehinga Bapak kesal?”.
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Seperti yang telah kita perlajari bila suara-suara itu muncul Bapak bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar kamu suara palsu”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
“Baik kalau begitu untuk melatih cara menghardik sesuai jadwal, sesuai dengan yang kita buat, Bapak bisa
melakukanya secara mandiri jika suara-suara itu muncul kembali”
3. kontrak yang akan datang :
Topik : Baik lah Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua yaitu
dengan berbincang-bincang dengan orang lain untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah
Bapak bersedia?
Waktu : “Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 14.00?
Tempat : “Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini kembali ?
Baiklah Bapak besok saya akan kesini jam 14:00 sampai jumpa besok pak. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. H
Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
Jam : 20.00 WIB

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

S:
Data: 1. klien mengatakan dahulu pernah diajarkan
Data subjektif : cara menghardik di RSJ namun sekarang
1. klien mengatakan sering mendengar suara tidak pernah dilakukannya
suara aneh 2. klien mengatakan nanti akan memperaktikan
2. klien mengatakan suara aneh tersebut cara menghardik jika mendengar suara suara
berupa hal yang positif dan negatif
3. klien mengatakan bahwa bisikan yang O:
negatif itu suara bahwa ada orang yang 1. klien dapat membina hubungan saling
menyuruh dirinya untuk membunuh orang percaya
lain 2. klien dapat menyebutkan cara menghardik
4. klien mengatakan suara bisikan muncul
ketika dirinya sedang bengong A : Halusinasi pendengaran Positif
5. klien mengatakan bahwa suara itu sering
1. klien dapat membina hubungan saling
didengar
percaya
2. klien dapat mengenal halusinasinya
3. klien dapat mengontrol halusinasinya
Data Objektif : 4. klien dapat dukungan dari keluarga dan
teman-temannya dalam mengontrol
1. klien tampak bingung. halusinasinya
5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kemampuan:

Diagnosis Keperawatan : Halusinasi Pendengaran P:


1. mengevaluasi cara menghardik
Tindakan Keperawatan : 2. Lanjut sp 2
1. Bina hubungan saling percaya Melatih pasien mengendalikan halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
3. mengidentifikasi waktu terjadinya lain
halusinasi
4. mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. mengidentifikasi repon klien terhadap
halusinasi
7. mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. menganjurkan pasien memasukan cara
menhgardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :


1. Ajarkan cara menghardik
2. evaluasi cara menghardik
3. Anjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian
Tangerang, Selasa, 22 Juni 2020

Mahasiswa

Siska Octaviani
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Halusinasi

Pertemuan : 2
Hari / Tanggal : Rabu,24 Juni 2020
Nama Klien : Tn.H
SP : 2 Halusinasi pendengaran

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
a. klien mengatakan sering mendengar suara suara aneh
b. klien mengatakan suara bisikan tersebut berupa hal yang positif dan negatif
c. klien mengatakan bahwa bisikan yang negatif itu suara bahwa ada orang yang menyuruh dirinya
untuk membunuh orang lain
d. klien mengatakan suara bisikan muncul ketika dirinya sedang bengong
e. klien mengatakan bahwa suara itu muncul sering
f. Klien mengatakan semalam mendengar suara bisikan
Data Objektif :
b. Klien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..‼ selamat malam perkenalkan nama saya Siska Octaviani biasa dipanggil Siska.
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Sesuai
dengan kontrak kita yang kemarin saya akan mengajarkan Bapak cara bercakap- cakap untuk
mengontrol halusinasi.
2 Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?”
3 Kontrak :
a. Topik : “Senang ya bisa bertemu lagi dengan Bapak hari ini, bagaimana jika hari ini kita
berbincang- bincang tentang cara bercakap- cakap untuk mengontrol halusinasi?”
b. Waktu : “Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya ?, bagaimana
jika 30 menit ?”
c. Tempat : “Bapak ingin berbincang-bincang dengan saya dimana ?, bagaimana jika ditempat ini?”
d. Tujuan Interaksi : Kita bincang-bincang tujuan agar Bapak tidak banyak melamun sehingga
halusinasi tidak muncul.
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kemarin kita sudah berbincang-bincang tentang suara-suara yang Bapak dengar dan cara
mengontrolnya dengan cara menghardik. Masih ingat ? Sekarang saya mau lihat jadwal kegiatan hariannya
Bapak. Baik setelah Bapak mengetahui cara mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik. Sekarang
saya akan mengajarkancara berbincang-bincang. Perhatikan saya caranya ketika suara itu muncul lagi maka
ajak teman atau keluarga untuk berbincang-bincang. Bapak bisa menceritakan kepada mereka tentang suara
yang biasa bapak dengar. Dengan cara itu suara-suara akan hilang.
TERMINASI
2. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara berbincang-bincang dengan keluarga atau teman Bapak?”.
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Coba Bapak sebutkan kembali cara mengontrol halusinasi yang tadi kita diskusikan”
4. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
“Bapak, nanti jika sewaktu-waktu suara itu muncul lagi Bapak harus melakukan cara mengontrol halusinasi
dengan cara berbincang-bincang dengan teman atau keluarga. Jangan lupa masukkan kedalam jadwal
kegiatan harian”
5. kontrak yang akan datang :
Topik : Baik lah Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara berkenalan, apakah
Bapak bersedia?
Waktu : “Bapak mau jam berapa? Baik, kalau begitu jam 16.00?
Tempat : “Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini kembali ?
Baiklah Bapak besok saya akan kesini jam 16:00 sampai jumpa besok pak. saya permisi
Assalamualaikum WR,WB.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. H
Tanggal : Rabu, 24 Juni 2020
Jam : 19.00 WIB

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

Data: S:
Data subjektif : 1. Klien mengatakan jika mendengar suara klien
1. Klien mengatakan mendengar suara pergi keluar rumah
bisikan aneh itu samar-samar 2. Klien mengatakan akan mencoba
mengendalikan halusinasinya dengan cara
Data Objektif : bercakap-cakap dengan orang lain
1. Klien terlihat tenang

Kemampuan: O:
1. klien tampak mengerti tentang apa yang
Diagnosis Keperawatan : Halusinasi Pendengaran dijelaskan

Tindakan Keperawatan :
1. mengevaluasi cara menghardik A : Halusinasi pendengaran Positif
1. klien dapat membina hubungan saling
percaya
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi 2. klien dapat mengenal halusinasinya
dengan cara bercakap-cakap dengan orang 3. klien dapat mengontrol halusinasinya
lain 4. klien dapat dukungan dari keluarga dan
3. Menganjurkan klien memasukan dalam teman-temannya dalam mengontrol
jadwal kegiatan harian halusinasinya
5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :
1. mengevaluasi cara menghardik P:
2. menganjurkan klien mengendalikan 1. mengevaluasi cara menghardik
halusinasinya dengan bercakap-cakap 2. mengevaluasi cara mengendalikan
halusinasinya dengan bercakap-cakap dengan
dengan orang lain
orang lain
3. lanjut SP 1 diagnosa berikutnya

Tangerang, Rabu, 24 Juni 2020

Mahasiswa

Siska Octaviani
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
Isolasi sosial
Pertemuan ke : 2
Hari / Tanggal : Rabu / 24 Juni 2020
Nama Klien : Tn.H
SP : 1 Isolasi sosial

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dirumah
b. Klien mengatakan jika keluar rumah malu dengan tetangga
c. Keluarga klien mengatakan bahwa dirinya mudah tersinggung, jika seseorang sudah membuatnya
tersinggung klien lebih baik pulang dan menyendiri.
Data Objektif :
a. Klien tampak menyendiri.
Klien terlihat mengurung diri.
2 Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
3 Tindakan keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifkasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi denganorang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan oranglain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam
kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..‼ selamat malam Bapak perkenalkan nama saya Siska Octaviani biasa dipanggil Siska.
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Sesuai dengan kontrak
kita yang kemarin saya akan mengajarkan Bapak cara bercakap- cakap untuk mengontrol halusinasi.
2. Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?.apakah Bapak masih suka menyendiri ?”
3. Kontrak :
a. Topik : Baiklah Bapak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan R dan kemampuan
yang Bapak miliki, apakah bersedia?”
b. Waktu : Berapa lama Bapak mau berbincang-bincang dengan saya ? bagaimana kalau 30 menit ?”
c. Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? bagaimana kalau diruang tamu ?”
4. Tujuan Interaksi : Agar Bapak dan saya dapat saling mengenal
satu sama lain
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kalau boleh saya tahu siapa orang yang paling dekat dengan Bapak ?, menurut Bapak apa sih keuntungan
berinteraksi dengan orang lain ?, jika Bapak tidak tahu saya akan memberi tahukan keuntungan dari berinteraksi
dengan orang lain,yaitu mempunyai banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian,
sekarang saya akan mengajarkan Bapak cara berkenalan, bagus sekali Bapak, dapat memperaktikan cara berkenalan
yang saya ajarkan tadi” bagaimana jika sekarang kita masukan kedalam jadwal berbincang-bincang dengan orang
lain ke dalam jadwal kegiatan harian?”
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan
berkenalan ?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Coba Bapak menceritakan kembali keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil )
“Kegiatan Bapak adalah bercakap-cakap dengan teman. Jika Bapak melakukanya secara mandiri maka Bapak
menuliskan M, jika Bapak melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka Bapak tulis D
jika Bapak tidak melakukanya maka Bapak tulis T apakah Bapak mengerti ? coba Bapak ulangi !, waah bagus
Bapak.
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Besok kita berbincang-bincang lagi ya Bapak, tentang jadwal yang sudah kita buat, dan menggali
kemampuan positif yang masih bisa dikembangkan yang dimiliki Bapak “
b. Waktu : “Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok ?, bagaimana
jika 20 menit ?”
c. Tempat : “ Dimana Bapak ingin berbincang-bincang dengan saya besok?,bagaimana jika ditempat ini
kembali ?”
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. H
Tanggal : Rabu, 24 Juni 2020
Jam : 20.00 WIB

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

S:
Data: 1 Klien mengatakan nanti akan berbincang-
Data subjektif : bincang dengan orang lain
1. klien mengatakan jarang mengikuti 2 Klien dapat menyebutkan kekurangan dan
kegiatan dirumah kerugian dari berinteraksi dengan orang lain
2. klien mengatakan jika keluar rumah 3 Klien mengatakan sudah mempunyai 3 orang
malu dengan tetangga teman dirumahnya
3. Keluarga klien mengatakan bahwa
dirinya mudah tersinggung, jika O:
seseorang sudah membuatnya 1. Klien mampu menunjukan cara berkenalan
tersinggung klien lebih baik pulang dengan benar
dan menyendiri 2. Klien mampu berkenalan dengan satu orang
atau lebih
Data Objektif : 3. Klien tampak mampu berinteraksi dengan
1 Klien tampak malu orang lain
2 Kontak mata klien kurang saat dilakukan
berbicara
Diagnosis Keperawatan : Isolasi Sosial A : Isolasi Sosial Positif
Tindakan Keperawatan : a. Klien dapat membina hubungan saling
1 Bina hubungan saling Percaya percaya
2 Identifikasi penyebab isolasi sosial b. Klien dapat menyebutkan penyabab menarik
3 Diskusikan dengan klien keuntungan diri
berinteraksi dengan orang lain c. Klien dapat menyabutkan keuntungan
4 diskusikan dengan klien kerugian tidak berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
berinteraksi dengan orang lain d. klien dapat melaksanakan hubungan sosial
5 Ajarkan klien dengan 1 orang secara bertahap
6 Anjurkan klien memasukan jadwal e. klien mampu menjelaskan perasaan setelah
berhubungan sosial
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) : P:
1 Ajarkan Klien berkenalan dengan benar 1 Evaluasi cara berkenalan
2 Anjurkan memasukan cara berkenalan 2 Lanjut SP 1 diagnosa berikutnya
dengan orang kedalam jadwal harian
3 Lanjut SP 1 diagnosa berikutnya

Tangerang, Rabu, 24 Juni 2020

Mahasiswa

Siska Octaviani
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Harga Diri Rendah
Pertemuan ke : 3
Hari / Tanggal : Kamis, 25 Juni 2020
Nama Klien : Tn.H
SP : 1 Harga Diri Rendah

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan sedih karena belum bisa membahagiakan kedua orangtuanya
b. Klien mengatakan dirinya sering menghindar jika merasa ada seseorang yang sedang membicarakan
dirinya
c. Klien sering diejek oleh temen-temennya
d. Klien mengatakan sering malu dengan tetangganya karena sering dipandang sebelah mata setelah keluar
dari RSJ
Data Objektif :
a. Klien tampak kurang bersedih
2. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tindakan keperawatan :
a. bina hubungan saling percaya
b. identifikasi kemampuan aspek pisitif yang dimiliki
c. bantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Bantu pasien memilih kegiatanyang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
e. latih pasien dengan kemampuan pasien
f. beri pujian yang wajar terhadap kemampuan
g. Anjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam terapeutik :
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Siska Octaviani, panggil saya Siska”. Saya adalah Mahasiswa Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Tangerang. “?Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin kita akan
membahas kemampuan positif apa yang masih bisa dikembangkan dalam diri Bapak.
2. Evaluasi/Validasi :
Bagaimana perasaan Bapak.hari ini?
3. Kontrak :
a. Topik : ”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan/hobiatau hal-hal yang Bapak. biasa ”.
b. Waktu : “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
c. Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini?
Tujuan Interaksi : Untuk saling mengali dan mengembangkan kemampuan positif yang dimiliki
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Bapak selama dirumah apa yang Bapak lakukan ?, apakah Bapak suka membantu merapihkan rumah ?
Bapak biasanya setiap hari ngapain ? pada hari ini Bapak sudah melakukan kegiatan apa saja ? wah ternyata
Bapak sangat rajin yah, setiap harinya ikut membantu membersihkan rumah” Sekarang dari kemampuan yang
bisa dilakukan di mana yang akan dilakukan dulu. Menyapu..? Bagus.! Baik kita siapkan sapu terus kita
menyapu ya Yuk kita ambil. Wah Bapak pinter menyapunya. Bagus, ruanganya jadi kelihatan bersihkhan
sekarang.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-
cakap?
” Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Apa saja tadi kemampuan/kebiasaan yang Bapak lakukan, bagus sekali ada beberapa kemampuan”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
Baiklah Bapak, selanjutnya saya buatkan jadwal menyapu ya. ? Mau berapa kali Bapak membantu menyapu ”2
kali dulu saja ya.. pagi jam 06.30 dan sorejam 16.30. Ini jadwalnya, nanti kalo Bapak menyapu,di kasih tanda
centhang, kalo tidak di centhang di bawah kata tidak
3. kontrak yang akan datang :
Topik : ”Besok kita lihat jadwalnya. Kalo sudah dilaksanakan kita akan bercakap-cakap lagi tentang cara
mengendalikan emosi Bapak jika sedang marah ?”
Waktu : “Bagaimana kalau jam 19.00 ? Okey sampai besok ya
Tempat : “Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau disini saja,?”
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. H
Tanggal : Kamis, 25 Juni 2020
Jam : 19.00 WIB

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

S:
Data: 1 Klien mengatakan jika dirumah
Data subjektif : sendiri dirinya sering melakukan
1. Klien mengatakan sedih karena aktivitas seperti membersihkan
belum bisa membahagiakan kedua kamarnya sendiri
orangtuanya 2 klien mengatakan sering membantu
ayahnya melakukan kerjaan
2. Klien mengatakan dirinya sering
walaupun jarang
menghindar jika merasa ada 3 Klien mengatakan akan berbincang-bincang
seseorang yang sedang dengan orang
membicarakan dirinya O:
3. Klien sering diejek oleh temen- 1. Klien tampak tenang
temennya 2. Klien bisa melakukan kegiatan yang di pilih
4. Klien mengatakan sering malu dengan (membersihkan kamar sendiri)
tetangganya karena sering dipandang
A : Harga diri rendah Positif
sebelah mata setelah keluar dari RSJ

Data Objektif :
1 Saat bercerita klien tampak sedih

Diagnosis Keperawatan : Harga Diri Rendah


1 Klien mampu membina hubungan saling
Tindakan Keperawatan : percaya
1 Bina hubungan saling percaya 2 Klien mampu menidentifikasi kemampuan
2 Identifikasi kemampuan dan aspek positif dan aspek positif yang dimiliki
yang dimiliki pasien 3 Klien mampu memilih kegiatan yang akan
3 Bantu pasien menilai kemampuan pasien dilakukan
yang masih dapat digunakan 4 klien dapat melakukan kegiatan yang sudah
4 Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dipilih (membersihkan kamar sendiri)
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien P:
5 Latih pasien sesuai kemampuan yang 1 Masukan kegiatan dalam jadwal kegiatan
dipilih harian
6 Berikan pujian yang wajar terhadap 2 Anjurkan klien melatih kemampuan yang
keberhasilan pasien dimiliki
7 Anjurkan pasien memasukkan ke dalam 3 Lanjut SP 1 diagnosa berikutnya
jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :

Tangerang, Kamis, 25 Juni 2020

Mahasiswa

Siska Octaviani
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Resiko Prilaku Kekerasan
Pertemuan ke : 4
Hari / Tanggal : Jumat, 26 Juni 2020
Nama Klien : Tn.H
SP : 1 Resiko Prilaku Kekerasan

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. klien mengatakan dahulu klien pernah marah-marah karena kesal sama dirinya sendiri
b. klien mengatakan jika dirinya mudah tersinggung dan sakit hati
Data objektif :
a. Klien tampak mengerutkan dahinya saat bercerita
2. Diagnosa keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)
3. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Diskusikan tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Diskusikan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
e. Diskusikan akibat perilaku kekerasan
f. Latih untuk mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
g. Anjurkan pasien dalam melakukan atau masukan jadwal kegiatan
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum, selamat pagi Bapak, perkenalakan nama saya Siska Octaviani, Bapak bisa panggil saya
Siska, sesuai kontrak kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara mengendalikan emosi Bapak”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Lalu bagaimana, apakah masih Bapak bisa mengkontrol marahnya”
1 Kontrak :
a. Topik : “senang yah hari ini bertemu dengan Bapak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang cara
mengendalikan emosi Bapak dengateknik napas dalam ?”
b. Waktu : “berapa lama Bapak bisa berbincang-bincang dengan saya ?, bagaimana jika 30 menit ?”
c. Tempat : “dimana Bapak ingin berbincang-bincang dengan saya ?, bagaimana jika di teras ?”
2 Tujuan interaksi :”Agar Bapak dapat mengendalikan emosi dengan menggunakan teknik napas
dalam.
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apa yang menyebabkan Bapak marah ?, setelah itu apa yang Bapak lakukan ?, oh iya, jadi jika Bapak
lagi marah Bapak melempar benda-benda disekitar berteriak-teriak Bapak ? Apakah dengan cara itu Bapak dapat
menghilangkan rasa marah Bapak?, ya tentu tidak, apakah Bapak tahu kerugian yang akan Bapak dapatkan jika
Bapak melakukan hal tersebut ?, nah benar, benda-benda yang Bapak lempar menjadi rusak, menurut Bapak
adakah cara lain untuk mengkontrol rasa marah Bapak? Apakah Bapak mau mengungkapkan kemarahan Bapak
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian ? Ada beberapa cara untuk mengkontrol kemarahan, yaitu dengan
menarik nafas dalam, bagaimana kalau kita belajar untuk mengkontrol amarah Bapak dengan cara menarik nafas
dalam ? baik Bapak, Bapak bisa perhatikan saya terlebih dahulu. Nanti Bapak melakukanya setelah saya
memberikan contoh Bapak bisa melakukan ini jika tanda-tanda marah sudah Bapak rasakan.
“Pertama Bapak tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan dan tahan dalam hitungan 3 detik lalu
keluarkan perlahan melalui mulut, nah dilakukan selama 3 kali. Sekarang coba Bapak melakukan apa yang sudah
lakukan tadi. “ tarik napas dalam melalui hidung perlahan-lahan lalu tahan sampai hitungan 3 detik lalu keluarkan
lewat mulut perlahan-lahan, dilakukan sebayak 3 kali ya Bapak. Nah bagus sekali, Bapak sudah dapat
melakukannya, sebaiknya latihan ini dilakukan secara rutin, nah jika sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak
sudah terbiasa melakukanya.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaiman perasaan Bapak, setelah berbincang-bincang dengan saya dan belajar mengkontrol kemarahan
Bapak dengan teknik tarik napas dalam ?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Coba Bapak ulang sekali lagi cara melakukan teknik tarik napas dalam yang sudah saya
contohkan” 2.. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
“Sekarang kita buat jadwal latihan ya Bapak ?, supaya Bapak tahu berapa kali Bapak melakukan latihan
tarik napas dalam, dan jam berapa saja Bapak mau melakukanya ?”
3. Kontrak yang akan datang :
Topic : “Baik Bapak, besok kita ketemu lagi untuk latihan cara tang kedua yaitu, memukul bantal. Hari ini
saya senang dapat bertemu dengan Bapak”
Waktu : “Besok bagaimana kalau kita bertemu pada jam 10.00 WIB ? apakah Bapak bisa ? dan besok kita
berbincang-bincang 30 menit, apakah Bapak bisa ?”
Tempat : “Besok Bapak ingin berbincang-bincang dengan saya dimana ?bagaimana jika ditempat ini lagi ?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. H
Tanggal : Jum’at, 26 Juni 2020
Jam : 20.00 WIB

IMPLEMENTASI TINDAKKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

S:
Data: 1 klien mengatakan akan melakukanya saat
Data subjektif : sedang merasa kesal
1 klien mengatakan dahulu klien pernah 2 klien mengatakan setelah melakukan tarik
marah- marah karena kesal sama dirinya napas dalam terasa lebih tenang
sendiri
2 klien mengatakan jika dirinya O:
1. klien dapat menyebutkan tahapan tarik napas
mudah tersinggung dan sakit hati
dalam
Data Objektif : 2. klien dapat memperagakan cara tarik napas
1. Klien terlihat mengerutkan dahinya dalam
3. klien dapat menyebutkan kapan harus
Diagnosis Keperawatan : Resiko
menarik napas dalam
Perilaku Kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1 Bina hubungan saling percaya A : Resiko perilaku kekerasan positif
2 Diskusikan penyebab perilaku 1 Bina hubungan saling percaya
kekerasan 2 Diskusikan penyebab perilaku kekerasan
3 Diskusikan tanda-tanda gejala 3 Diskusikan tanda-tanda gejala perilaku
perilaku kekerasan kekerasan
4 diskusikan cara perilaku kekerasan 4 diskusikan cara perilaku kekerasan yang
yang dilakukan dilakukan
5 diskusikan akibat perilaku kekerasan 5 diskusikan akibat perilaku kekerasan
6 latih mencegah perilaku kekerasan 6 latih mencegah perilaku kekerasan dengan
dengan cara fisi : tarik napas dalam cara fisi : tarik napas dalam
7 Anjurkan pasien memasukan kedalam 7 Anjurkan pasien memasukan kedalam jadwal
jadwal
P:
Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) : 1 masukan kedalam jadwal harian
a. anjurkan pasien memasukan dalam jadwal 2 evaluasi trknik tarik napas dalam
kegiatan harian 3 delegasikan kekeluarga untuk memantau
b. evaluasi teknik tarik napas dalam tugas kegiatan harian yang sudah diajarkan
c. delegasikan ke keluarga untuk memantau oleh perawat
tugas harian yang sudah diajarkan perawat

Tangerang, Jum’at, 26 Juni 2020

Mahasiswa

Siska Octaviani
ANALISA PROSES INTERAKSI
Inisial klien : Tn. H
Status interaksi perawat-klien : Pertemuan ke- 2

Lingkungan : Tempat interaksi di teras rumah, perawat dan pasien duduk diteras rumah bersama kedua
teman klien, rumah tampak sepi dan tenang

Deskripsi klien : Penampilan rapih, bersih,rambut disisir dan sudah mandi

Dianosa keperawatan : Halusinasi Pendengaran

Tujuan : Klien mampu

1 Membina hubungan saling percaya


2 Mengenali halusinasi yang dialaminya : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus,perasaan, respon
3 Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

Nama Mahasiswa : Siska Octaviani

Tanggal : Rabu, 24 Juni 2010

Jam : 15.45 WIB

Tempat : Porisgaga, Kota Tangerang


KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA RASIONAL
VERBAL BERPUSAT
PADA PERAWAT
PADA KLIEN
. K : Assalamualaikum ! K : Datang dengan tersenyum Perawat menjawab memulai Klien tampak bersedia Balasan salam perawat
secara terbuka berinteraksi kepada klien
P : Melihat kearah klien dan menunjukan
menjawab salam, penghargaan kepada
mengulurkan tangan, dan klien. Penghargaan
menunjukan sikap terbuka kepada orang lain
merupakan modal awal
seseorang yang dapat
membuka diri dengan
orang lain
P : Waalaikumsalam P : mempertahankan sikap Perawat tetap menjaga posisi Klien berespon positif Perawat
terbuka tubuh dengan terapeutik dengan membalas mempertahankan sikap
uluran tangan terbuka, memandang
K : Klien datang dengan dan mendengarkan
memandang perawat dan dengan penuh perhatian
mengulurkan tangan ketika berinteraksi

P : Perkenalkan nama saya P : Suara jelas memandang Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Membuka diri bagi
Siska Octaviani, bisa klien dengan bersahabat, membuka diri dan mencoba pertanyaan perawat perawat untuk
dipanggil Siska. Saya sikap terbuka dan tersenyum menggali identitas klien memudahkan dan
mahasiswa dari Fakultas
membina hubungan
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah K : Memandang perawat saling percaya dengan
Tangerang. Nama kakak dengan tersenyum klien
siapa dan senang dipanggil
apa ?
K : nama saya H, panggil K : Suara klien terdengar Perawat menunjukan sikap Klien terlihat mulai Memperkenalkan diri
saya H saja jelas juga memandang terbuka menunjukan rasa dan mengatakan nama
perawat percaya dengan penggilan yang disukai
perawat dapat meningkatkan
P: Mendengarkan dengan rasa percaya kepada
penuh perhatian dan sikap orang lain
terbuka
P : Baik H. Bagaimana P : Suara jelas, tetap Perawat mencoba membuka Klien tampak Perawat mencoba
perasaan hari ini ? tersenyum, mempertahankan diri dan mencoba menggali menerima dan terbuka menggali kondisi klien
sikap terbuka, memandang data baru yang mungkin sangat dengan diskusi yang dengan pertanyaan
klien dengan bersahabat diperlukan dari klien akan dilakukan dengan terbuka, memberi
perawat kesempatan klien
K : memandang perawat mengeksplorasi apa
dengan rileks yang dia rasakan
K : Alhamdulillah baik K : suara terdengar jelas, Perawat menunjukan sikap Klien sudah memulai Klien sudah mulai
klien tenang terbuka dengan rileks memperlihatkan sikap membuka diri dengan
terbuka dengan perawat. ini merupakan
P : Memandang klien dengan perawat hal yang baik untuk
sikap bersahabat dan membuka hal yang lebih
mempertahankan sikap dalam tentang masalah
terbuka yang
dihadapinya
P : Tadi H bilang pernah P : mempertahankan kontak Perawat melakukan klarifikasi Klien mendengarkan Teknik validasi untuk
mendengar bisikan-bisikan, mata dan dengan suara penuh terhadap masalah yang penjelasan dan terlihat memastikan ucapan
kalau boleh kita perhatian dihadapi klien serta membuat ingin mengungkapkan klien. kontrak waktu
berbincang-bincang tentang
K : Memandang perawat, kontrak permasalahan yang topik, dan pembahasan
bisikan yang H alami. Jika
H bersedia mau dimana mendengarkan dan menjawab dihadapi merupakan cara untuk
tempatnya dan berapa lama pertanyaan, muka tampak menjalin hubungan yang
? rileks. terapeutik
K : boleh, tempatnya disini K : Wajah tampak rileks, Perawat mempertahankan Klien sudah tampak Klien sudah dapat
saja, berapa lama boleh saja memandang ke perawat dan sikap terbuka terhadap klie percaya dengan memnuat suatu
sesekali hanya melihat kehadiran perawat dan keputusan yang
kedepan, sesekali dapat sederhana
membuat kontak

P : Baiklah bagaiman juka P : Tersenyum, Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Untuk mengidentifikasi
30 menit, Baiklah sekarang mempertahankan sikap menggali lebih jauh tentang pertanyaan perawat isi, waktu, frekuensi,
coba H ceritakan apakah H terbuka, suara jelas halusinasi pendengaran yang situasi, dan respon
mendengar suara yang tidak
dialami oleh klien pasien jika terjadi
ada wujudnya? lalu apa
yang dikatakan suara itu ? K : Mendengarkan dan halusinasi
menjawab pertanyaan
Perawat
K : Iya, saya sekarang K : Klien menjawab dengan Perawat mencoba untuk Klien menjelaskan Sikap mendengarkan
masih sering dengar suara- suara yang jelas menggali lebih jauh tentang tentang hal yang perawat secara
suara aneh, namun kadang- halusinasi pendengaran yang ditanyakan oleh nonverbal
kadang samar samar, suara P : Mendengarkan penjelasan dialami oleh klien perawat mengomunikasikan
bisikanya kadang-kadang
positif tapi kadang negatif dari klien dengan serius Perawat mendengarkan kepada klien tentang
seperti suara yang memberi keterangan yang disampaikan minat dan penerimaan
tahukan kalau ada orang klien perawat.
lain yang sedang Klasifikasi dari klien
membicarakan saya menandakan bahwa
klien sudah berfikir
rasional
P : apakah terus menerus P : Mempertahankan sikap Perawat mencoba menggali Klien mendengarkan Perawat berusaha
terdengar atau sewaktu- terbuka, suara jelas lebih jauh tentang halusinasi pertanyaan perawat mengeksplorasi dengan
waktu (kadang-kadang), pendengaran yang dialami oleh memberikan pertanyaan
kapan yang paling sering H K : Mendengarkan dan klien terbuka yang bertujuan
dengar suara itu ? berapa
kali dalam sehari suara itu menjawab pertanyaan untuk menggali pikiran
muncul ? perawat dan perasaan klien
K : Suara tersebut muncul K : Menjawab dengan suara Perawat mencoba untuk Klien menjelaskan Klasifikasi dari klien
kadang-kadang, biasanya jelas menggali lebih jauh tentang tentang hal yang menandakan klien sudah
muncul ketika saya sedang halusinasi yang di alami oleh ditanyakan oleh mencoba berfikir
bengong P : Mendengarkan penjelasan klien perawat rasional. Hal ini
dari klien dengan serius Perawat mendengarkan dilakukan perawat untuk
keterangan yang disampaikan meningkatkan
oleh klien kemampuan analisa
klien terhadap suatu
masalah
P : Pada saat apa suara itu P : Mempertahankan sikap Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Perawat berusaha
terdengar ? Apakah pada terbuka, suara jelas menggali lebih jauh tentang pertanyaan perawat mengeksplorasi dengan
waktu sendiri ? P saja yang halusinasi yang di alami oleh memberikan pertanyaan
H rasakan pasa saat K :Mendengarkan dan klien terbuka yang bertujuan
mendengar suara itu ? Apa
yang H lakukan jika menjawab pertanyaan untuk menggali pikiran
mendengar suara itu ? perawat dan perasaan klien
apakah dengan cara itu
suaranya akan hilang

K : Suara itu muncul saat K : Klien menjawab Perawat mencoba untuk Klien menjelaskan Klasifikasi dari klien
saya sedang sendiri, tetap pertanyaan perawat dengan menggali lebih jauh tentang tentang hal yang menandakan klien sudah
kadang-kadang sewaktu serius, terlihat takut halusinasi yang di alami oleh ditanyakan perawat mencoba berfikir
saya lagi duduk dengan
klien rasional. Hal ini
keluarga saya suara itu juga
muncul, pada saat itu saya P : Perawat mendengarkan dilakukan perawat untuk
takut,jika bisikan yang keterangan yang disampaikan meningkatkan
negatif kadang suka tidak klien kemampuan analisa
bisa mengontrol klien terhadap suatu
masalah
P : Bagaimana jika kita P : Tersenyum, Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Untuk mencegah dan
belajar cara untuk mempertahankan sikap mengajarkan cara penjelasan perawat mengontrol halusinasi
mengontrol dan mencegah terbuka mencegah/mengontrol yanng dialami oleh
suara-suara itu muncul ?
halusinasi pendengaran yang pasien
K : Mendengarkan penjelasan dialami oleh pasien
perawat,dan memandang
perawat
K : Iya , boleh K : Tampak bersemangat Perawat mencoba untuk Klien menjawab Klasifikasi dari klien
mengajarkan cara pertanyaan perawat menandakan klien sudah
P : Perawat mendengarkan mencegah/mengontrol mencoba berfikir
keterangan yang disampaikan halusinasi pendengaran yang rasional. Hal ini
klien dialami oleh pasien dilakukan perawat untuk
meningkatkan
kemampuan analisa
klien terhadap suatu
masalah
P : Nah H. ada empat cara P : Mempertahankan sikap Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Untuk mencegah dan
untuk mencegah suara- terbuka, suara jelas mengajarkan cara penjelasan perawat mengontrol halusinasi
suara itu muncul, pertama mencegah/mengontrol yanng dialami oleh
dengan menghardik suara K: Mendengarkan penjelasan halusinasi pendengaran yang pasien
tersebut, Kedua dengan
cara minum obat dengan perawat dialami oleh pasien
teratur, Ketiga dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain, Keempat dengan
cara melakukan kegiatan
yang sudah dibuat.
Bagaimana kalau sekarang
kita belajar cara
menghardik terlebih dahulu
K : iya boleh, dahulu saya K : Tersenyum senang dan Perawat mencoba untuk Klien menjawab Untuk mencegah dan
pernah diajarkan di RSJ, menganggukan kepala mengajarkan cara pertanyaan dari mengontrol halusinasi
namun saya tidak pernah mencegah/mengontrol perawat yanng dialami oleh
menerapkan dan lupa P: Perawat mendengarkan halusinasi pendengaran yang pasien
keterangan klien dialami oleh pasien

P : Kalau begitu saya akan P : Mempertahankan sikap Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Untuk mencegah dan
mengajarkannya kembali, terbuka, suara jelas mengajarkan cara penjelasan perawat mengontrol halusinasi
nah cara menghardik itu mencegah/mengontrol yanng dialami oleh
ketika suara-suara muncul K: Mendengarkan penjelasan halusinasi pendengaran yang pasien
langsung tutup telinga, dan
bilang “pergi, pergi saya perawat, memandang dialami oleh pasien
tidak mau dengar, kamu perawat, menganggukan
palsu” kata-kata itu diulang kepala
sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba
sekarang H peragakan !

K : Baik, kalau suara itu K : Klien meragakan cara Perawat mencoba untuk Klien memperagakan Untuk mencegah dan
muncul, saya akan lengsung menghardik mengajarkan cara cara menghardik mengontrol halusinasi
menutup telinga “pergi, P : mendengarkan, dan mencegah/mengontrol yanng dialami oleh
pergi saya tidak mau
memperhatikan cara halusinasi pendengaran yang pasien
dengar, kamu suara palsu”
menghardik yang diperagakan dialami oleh pasien
oleh klien

P : yah bagus, H sudah bisa P : Tersenyum, Perawat mencoba untuk Klien mendengarkan Untuk mencegah dan
melakukan dengan baik mempertahankan silap mengajarkan cara penjelasan perawat mengontrol halusinasi
terbuka mencegah/mengontrol yanng dialami oleh
K: Mendengarkan penjelasan halusinasi pendengaran yang pasien
perawat dialami oleh pasien
P : Bagaimana perasaan H P : Tersenyum, Perawat melakukan Klien mendengarkan Untuk mengevaluasi dan
setelah latihan cara mempertahankan silap evaluasi/validasi perasaan klien penjelasan perawat validasi perasaan klien
menghardik untuk terbuka, suara jelas setelah melakukan cara setelah melakukan cara
mengontrol halusinasi ?
K: Mendengarkan pertanyaan menghardik menghardik
perawat

K: Senang melakukannya, K : Memgungkapkan Perawat melakukan Klien mendengarkan Untuk mengevaluasi dan
bisa ingat lagi cara perasaannya setelah evaluasi/validasi perasaan klien penjelasan perawat validasi perasaan klien
menghardik melakukan cara menghardik setelah melakukan cara setelah melakukan cara
P: Mendengarkan dan menghardik menghardik
mempertahankan sikap
terbuka

P : Coba H sebutkan lagi P : Mempertahankan sikap Perawat melakukan evaluasi Klien mendengarkan Untuk mengetahui dan
cara mencegah suara-suara terbuka, suara jelas subjektif dan evaluasi objektif penjelasan perawat mengevaluasi subjektif
bisikan itu datang, setelah K : Mendengarkan klien tentang cara menghardik dan objektif klien
itu H peragakan kembali
pertanyaan perawat, tentang cara
memandang perawat menghardik suara

K : Caranya dengan K:Menyebutkan dan Perawat melakukan evaluasi Klien menjawab Untuk mengetahui dan
menghardik, yaitu saat memperagakan cara subjektif dan evaluasi objektif pertanyaan perawat mengevaluasi subjektif
suara muncul langsung menghardik klien tentang cara menghardik dan objektif klien
bilang “pergi-pergi,saya
P : Memperhatikan klien, tentang cara
tidak mau dengar, kamu
suara palsu” mempertahankan sikap menghardik suara
terbuka
P: Iya sudah benar yang H P: Senang, tersenyum Perawat melakukan evaluasi Klien mendengarkan Untuk mengetahui dan
sebutkan, tapi ada tiga lagi mempertahankan sikap subjektif dan evaluasi objektif penjelasan perawat mengevaluasi subjektif
carany, yaitu dengan cara terbuka, suara jelas klien tentang cara menghardik dan objektif klien
minum oat, bercakap-cakap
K: Mendengarkan penjelasan tentang cara
dan melakukan kegiatan
yag terjadwal. lalu tadi H perawat, tersenyum menghardik suara
sudah benar cara
melakukannya, sangat
bagus sekai

P : Kita masukan cara P : Tersenyum, Perawat memasukan cara Klien mendengarkan Memasukan cara
menghardik suara kedalam mempertahankan sikap menghardik dealam jadwal penjelasan perawat menghardik kedalam
jadwal kegiatan harian H terbuka kegiatan harian klien dan jadwal kegiatan agar
ya, jadi bila suara-suara itu
K : Mendengarkan penjelasan perawat melakukan rencana klien dapat melakukan
muncul R bisa melakukan
cara menghardik perawat tindak lanjut cara menghardik secara
teratur jika suara itu
muncul
P: Baiklah H, bagaimana P : Tersenyum, Perawat melakukan kontrak Klien mendengarkan Kontrak untuk kegiatan
besok kita bertemu lagi mempertahankan sikap yang akan datang yaitu cara penjelasan perawat selanjutnya
untuk latihan cara yang terbuka kedua mencegah/mengontrol
kedua yaitu berbincang-
K : Mendengarkan penjelasan suara-suara
bincang untuk mencegah
suara itu muncul. Mau jam perawat
berapa, lalu dimana
tempatnya ?

K : Sore saja, jam 16.00, K : Menyetujui kontrak yang Perawat melakukan kontrak Klien mendengarkan Kontrak untuk kegiatan
tempatnya disini lagi saja akan datang, menganguk dan yang akan datang yaitu cara penjelasan perawat selanjutnya
tersenyum kedua mencegah/mengontrol
suara-suara
P : Sampai jumpa besok ya P: Mengucapkan salam Perawat berpamitan Klien mendengarkan Salam untuk menjalin
R , Assalamualaikum (mengulurkan tangan), salam rasa saling percaya
tersenyum
K: Mendengarkan
(mengulurkan tangan)
tersenyum

K: Waalaikumsalam K: Membalas Perawat berpamitan Klien menjawab salam Salam untuk menjalin
salam, Tersnyum rasa saling percaya
P : Mendengarkan
LAPORAN PENDAHULUAN

Halusinasi

I. Kasus (masalah utama) :

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,2002).Halusinasi merupakan
gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikansesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dariluar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuluseksteren/
persepsi palsu (Maramis, 2005).Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).Menurut
Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus.

II. Proses terjadinya masalah :


a) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1 Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan responneurobiologis yang maladaptif baru
mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitianyang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada
system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yangsignifikan pada
otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasirealitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan
dalam rentang hidup klien.
3 Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertaistress.
b) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1 Biologis
2 Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasiserta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkanketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untukdiinterpretasikan.
3 Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untukmenentukan terjadinya gangguan perilaku.
4 Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
c) Jenis
Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain “
1 Halusinasi pendengaran (auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara -
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2 Halusinasi penglihatan (visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan, atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
3 Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti d darah, urine atau feses. Kadang - kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4 Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5 Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau
feses.
6 Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7 Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
d) Fase-fase
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan laraia, 2001) :
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangankemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks
dan tidak mampu beresponlebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan
e) Rentang Respon

Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive indi/vidual yang berbeda


rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan
persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui pancaindera (pendengaran, pengelihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena suatuhal mengalami kelainan
persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang
tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan
terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya

f) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif
meliputi:

1. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk


mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
seharihari.
2. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri.

III. a. Pohon masalah :

b. masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :

1 Halusinasi
2 Harga diri rendah
3 Isolasi sosial
4 Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)

IV. Diagnosa keperawatan : Halusinasi

V. Rencana tindakan keperawatan


TUM : Klien tidak menciderai orang lain .

1 TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi:

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.


b. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
c. Perkenalkan diri dengan sopan.
d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Jujur dan menepati janji.
g. Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien
2 TUK 2. Klien dapat mengenal halusinasi
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi.
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya :
 Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa
yang sedang terdengar.
 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu
namun perawat sendiri tidak melihatnya.Katakan bahwa klien
lain juga yang seperti klien.
 Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
d. Diskusikan dengan klien
 Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
 Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
3 TUK 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
c. Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
1 Melatih menghardik
2 Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3 Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
4 Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika klien
melamun.
d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi
hasilnya dan
f. beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
4. TUK 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang
1) Gejala halusinasi yang dialami klien.
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk
memutus halusinasi.
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah,
beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
4) Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn bantuan.
5. TUK 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
b. Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat obat dan efek
samping obat yang dirasakan.
d. Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
e. Bantu klien menggunakan prinsip lama benar.

VI. Daftar Pustaka


Maramis, W.E. 2004. Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya : Airlangga
Stuart dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Towsend, M.C, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri Edisi 3, Jakarta : EGC
Hawari, Dadang, 2001.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Skizoprenia, Jakarta :
FKUI
Stuart dan Landia. 2001. Principle and Practicew Of Psychiatric Nursing Edisi 6.
St. Louis Mosby Year Book
Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1.
Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI
Laporan Pendahuluan
Isolasi Sosial

I. Kasus (masalah utama)


Isolasisi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali sema sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang yang disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
20011).
Solasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).
II. Proses terjadinya masalah :
a) Faktor Predisposisi
1 Faktor perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu
/ pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
2 Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas.
Sikap mengancam dan menjelek –jelekkan anak. Ekspresi emosi yang
tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk
persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk
mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas
keberhasilan anak.
3 Faktor sosial dan budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang
berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar
ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.
4 Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga
menderita skizofrenia
b) Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal
maupun eksternal meliputi :
1 Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau
dipenjara.
2 Stressor Giokimia
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
3 Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
4 Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya
kemampuanindividu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada
klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres.

c) Rentang Respon

RESPON ADAPTIF RESPON


 Menyendiri  Merasa MALADAPT
 Otonomi sendiri IF
 Berkerjasama (sedepian)  Manipulasi
 Saling  Menarik diri  Inpulsif
ketergantunga  Ketergantungan  Narcisisisme
n

Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat rentang respon sosial dari respon
adaptif sampai dengan maladaptif berupa depersonalisasi :
1 Menyendiri (solitude), merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langka selanjutnya.
2 Otonomi merupakan, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial
3 Bekerjasama(mutualisme),merupakan suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimna individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4 Saling tergantung (interdependen), merupakan suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
5 Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana sesorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbukan dengan orang lain.
6 Tergantung (dependen), terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuan untuk berfungsi secara sukses.
7 Manipulasi, merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai obyek.
8 Curiga terjadi bila seseorang gagal mengenbangkan rasa percaya dengan
orang lain.

d) Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyatayang mengancam dirinya.
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regrasi, represi,
isolasi (Damaiyanti, 2012). Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang
telah lain. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan jangan tiba dikesadaran.
Mekanisme yang muncul yaitu perilaku curiga : regrasi, represi. Perilaku
dependen regrasi. Perilaku manipulatif : regrasi, represi, isolasi/menarik diri :
regrasi, represi, isolasi (Prabowo,2014).

II. A. Pohon masalah


Resiko Halusinasi

Isolasi sosial

Haga diri rendah


B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
III. Diagnosa keperawatan :
1 Isolasi Sosial : Menarik Diri
2 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3 Resiko Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
V. Rencana tindakan keperawatan
1 Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan tidak terjadi halusinasi
2 Tujuan khusus
a. Bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan cara menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan oranglain dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap
e. Klien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung/keluarga
IV. Daftar Pustaka
https://www.slideshare.net/setiwanlilikbudi/laporan-pendahuluan-isolasi-sosialmd
Laporan Pendahuluan
Defisit Perawatan Diri

I. Kasus (masalah utama) :


Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK
(toileting) (Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akibat
perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun. Perawatan
hygine adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya (Afnuhazi, 2015).
II. Proses terjadinya masalah :
a) Faktor Predisposisi
1 Perkembangan
keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
2 Biologis
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri
3 kemampuan realitas menurun
klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri
4 sosial
5 kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan. situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
b) Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
c) Jenis Defisit Perawatan Diri
Ada beberapa jenis defisit perawatan diri yaitu, kurang perawatan diri :
mandi/kebersihan adalah gangguan kemempuan untuk melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri. Kurang perawatan diri : makan adalah gangguan
kemempuan untuk menunjukan aktivitas makan. Kurang perawatan diri : toileting
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan/ menyelesaikan aktivitas toileting
sendiri (Nurjannah, 2004). Kurang perawatan diri menggunakan pakaian/berhias
merupakan gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan
sendiri.
d) Rentang Respon

RESPON ADAPTIF  Mudah lupa RESPON


 Tegas  kadang MALADAPTIF
 ingatan utuh bingun  Inkoheren
 orientas g  disorientasi
i  kadang  daya
lengkap mispersep ingat
 persepsi akurat si hilang
 perhatia  kadang  Tidak
n berfikir tidak mampu
terfokus ambil
koheren,
logis
e) Mekanisme koping
Mekanisme kopinh berdasarkan penggolongan terbagi menjadi dua (Stuart &
Sundeen, 2000) yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping male
adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah koping yang mendukung fungsi
integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Mekanisme koping
maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, mencegah
pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan ccenderung menguasai lingkungan.
Ktegorinya adalah tidak mau merawat diri.

II. a. Pohon masalah :


Hlusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan diri

Harga diri rendah


b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
1 Defisit perawatan diri
2 Harga diri rendah
3 Resiko ringgi isolasi sosial
III. Diagnosa keperawatan :
Defisit Keperawatan diri
IV. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan Intervensi
Tujuan umum : 1 Bina hubungan saling percaya dgn
Pasien tidak mengalami defisit menggunakan prinsip
perawatan diri. komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasiendengan ramah,
baik verbal maupun non
TUK 1 : verbal
Pasien bisa membina hubungan
saling percaya dengan perawat b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang di sukai
pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : 1 Melatih pasien cara-cara perawatan
Pasien mampu melakukan kebersihan kebersihan diri :
diri secara mandiri a. Menjelasan pentingnya
menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk
menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien
mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
TUK 3 : 1 Melatih pasien
Pasien mampu melakukan berdandan/berhias :
berhias/ berdandan secara baik a. Untuk pasien laki-laki
latihan meliputi :
o Berpakaian
o Menyisir rambut
o Bercukur
b. Untuk pasien wanita,
latihannya meliputi :
o Berpakaian
o Menyisir rambut
o Berhias
TUK 4 : 1 Melatih pasien makan secara
Pasien mampu melakukan makan mandiri :
dengan baik a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan yang
baik
TUK 5 : 1 Mengajarkan pasien melakukan
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri :
BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB
dan BAK

V. Daftar Pustaka
Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.
Jakarta: Depkes RI.
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: nuha medika.
Laporan Pendahuluan
Harga Diri Rendah

I. Kasus (masalah utama) :


Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiritermasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa. (Departemen Kesehatan RI,2000)
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
denganmenganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian
ideal diriatau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan
bahagia.(Keliat, Budi,2006)

II. Proses terjadinya masalah :


a) Faktor Predisposisi
1 Yang mempengaruhi harga diri : penolakan orang tua, harapan orang tuayang
tidak realistis, kegagalan berulang.
2 Yang mempengaruhi performa peran : sterotip peran gender, tuntutan peran
kerja dan harapan peran budaya
b) Faktor Presipitasi
1 Trauma : misal penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikanyang
mengancam kehidupan.
2 Ketegangan peran : hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkandan
individu mengalaminya sebagai frustasi : Ada 3 transisi peran yaitutransisi
perkembangan seperti perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Transisi peran situasi, terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian. Transisi peran
sehat sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
c) Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personalyang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yangberakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukankesalahan, kekalahan, dan kegagalan,
tetapi merasa sebagai seseorangyang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orangdan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiridan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapatterjadi secara :
1 Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Padapasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yangkurang
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasanganalat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuhyang tidak
tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yangtidak menghargai.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)
2 Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang
negativ.Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ
terhadapdirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive,
kondisiini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau
padapasien gangguan jiwa. (Makhripah D & Iskandar, 2012)

d) Rentang Respon

Respon Adaptif Respon maleadaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Depersona


diri diri Rendah Identitas Lisasi

1 Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dandapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya. (Eko P, 2014)
2 Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika diatidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelassehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasapercaya diri atau tidak dapat
membina hubungan baik denganorang lain. (Eko P,2014)
e) Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut
mencakup berikut ini :
1 Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitasdiri (
misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secaraobsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara (misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaandiri
yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif,prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
2 Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,ataupotensi diri individu
b. Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilaidan
harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk
penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement,
berbalikmarah terhadap diri sendiri, dan amuk ).
(Stuart, 2 006)

III. a. Pohon masalah :


Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :


1 Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
2 Gangguan konsep diri: Harga diri rendah berhubungan dengankoping individu
inefektif

IV. Diagnosa keperawatan :


Harga Diri Rendah

V. Rencana tindakan keperawatan

Tujuan Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan
Tujuan umum :Pasien memiliki konsep mengungkapkan prinsip komumikasi
diri yang positif terapeutik:
TUK 1 : 1 Sapa pasien dengan ramah baikverbal
Pasian dapat membina hubungan saling maupun non verbal
2 Perkenalkan diri dengan sopan
percaya dengan perawat
3 Tanyakan nama lengkap pasien
dannama panggilan yang disukaipasien
4 Jelaskan tujuan pertemuan
5 Jujur dan menepati janji
6 Tunjukkan sikap empati danmenerima
pasien apa adanya
7 Beri perhatian kepada pasien
danperhatikan kebutuhan dasar pasien

a. Diskusikan kemampuan aspek positif,


keluarga dan lingkungan yang dimiliki
pasien
TUK 2 : b. Bersama pasien membuat daftartentang
Pasien dapat mengidentifikasi :
1 Aspek positif pasien, keluarga, dan
kemampuan dan aspek positif yang
lingkungan
dimiliki 2 Kemampuan yang dimiliki pasien
c. Utamakan memberi pujian yang
realistik dan hindarkan penilaian
negatif
1 Diskusikan dengan pasien kemampuan
TUK 3 : yang masih dapat dilaksanakan dan
Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan selama sakit
dimiiki untuk digunakan 2 Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaannya
1 Rencanakan bersama pasien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuana.
TUK 4 : a. Kegiatan mandiri
Pasien dapat (menetapkan) b. Kegiatan dengan bantuan
c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan
merencanakan kegiatan sesuai dengan
total
kemampuan yang dimiliki 2 Tingkatkan kegiatan sesuai
dengantoleransi kondisi pasie
3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh pasien lakukan
1 Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan yang
TUK 5 : telahdirencanakan
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai 2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan
pasien
dengan rencana yang telah dibuat
3 Beri pujian atas keberhasilan pasien
4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pasien pulang
1 Beri pendidikan kesehatan
padakeluarga tentang cara merawat
TUK 6 : pasien dengan harga diri rendah
Pasien dapat memanfaatkan systempen 2 Bantu keluarga memberikan dukungan
dukung yang ada selama pasien dirawat
3 Bantu keluaga menyiapkan lingkungan
rumah
Diskusikan dengan pasien dan keluarga
tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
1 Anjurkan pasien meminta sendiriobat
pada perawat, dan merasakan
TUK 7 : manfaatnya
Pasien dapat memanfaatkan obat 2 Anjurkan pasien dengan bertanyak
dengan baik epada dokter tentang efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
3 Diskusikan akibat berhentinya tanpa
konsultasi
4 Bantu pasien menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar

VI. Daftar Pustaka


Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: nuha medika.
Laporan Pendahuluan
Waham
I. Kasus (masalah utama) :

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji
mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh
masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk,
2008).
Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi pikirannya padahal
tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang telah terpaku/terpancang kuat dan
tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika
disuruh membuktikan berdasar akal sehatnya, tidak bias. Atau disebut juga kepercayaan
yang palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi (Baihaqi, 2007).
Delusi atau waham merupakan gagasan (idea) atau pendapat bahwa seorang individu
meyakini sutu kebenaran, yang kemungkinan besar bahkan hamper pasti, jelas, tidak
mungkin. Tentu saja, banyak orang memegang keyakinan yang kemungkinan besar bias
menjadi salah, seperti keyakinan akan menang lotre. Self -deception (penipuan atau
pembodohan diri sendiri) semacam ini berbeda dengan delusi, setidaknya dalam tiga cara
atau tiga hal hal berikut :
Pertama, self-deception tidaklah secara penuh mustahil, sedangkan waham memang
sering begitu. Memang mungkin memenangi lotre, tetapi tidak mungkin bahwa tubuh anda
menghilang/melarut atau mengambang di udara.
Kedua, orang yang memiliki self deception ini kadang-kadang memikirkan keyakinan
tersebut, tetapi orang yang mengalami waham cenderung terokupasi (dikuasai) keyakinan
sendiri. Orang-orang yang mengalami delusi atau waham mencari bukti-bukti untuk
mendukung keyakinan mereka, berusaha untuk menyakinkan orang lain, dan melakukan
tindakan-tindakan yang didasari keyakinannya itu, seperti mengajukan tuntutan secara
hokum melawan orang-orang yang mereka yakini mencoba mengendalikan pikiran
mereka.
Ketiga, orang-orang dengan self-deception secara tipikal (khas) mengakui bahwa
keyakinan mereka bisa jadi salah, tetapi orang-orang yang mengalami delusi sering kali
sangat bertahan untuk mendebat fakta-fakta yang berlawanan (contradicting) dengan
keyakinan mereka. Mereka mungkin memandang argumen atau pendapat orang lain yang
melawan keyakinan mereka sebagai sebuah konspirasi (persekongkolan) untuk
membungkam atau membunuh mereka, dan sebagai bukti benarnya keyakinan mereka
(Wiramihardja, 2007).

II. Proses terjadinya masalah :


a) Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan
oleh Towsend 1998 adalah :
1 Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderita skizofrenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi
yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2 Teori Psikososial a.
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam
anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang
saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak.
Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan
masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan.
Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari
orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu
ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling
mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang
ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali
merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian.

b) Faktor Presipitasi
1 Biologi
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal €tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil,
sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif
dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya
gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori
karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd,
2005 dalam Purba dkk, 2008).
2 Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3 Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
c) Jenis
1 Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Sayaini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
2 Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusahamerugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3 Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
4 Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
tergangguatau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengankenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5 Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah
roh-roh”.
6 Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan kedalam pikirannya.
7 Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebuth)
8 Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan diluar dirinya.

d) Fase-fase waham
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1 Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan iauntuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yangsalah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkandipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dn diperhitungkandalam kelompoknya. Waham terjadi karena
sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis didunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (lifespan history ).
2 Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidakterpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saatlingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang selfideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self realitynya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3 Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakanadalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapimenghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannyauntuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan diterima lingkungan menjadi prioritasdalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klienitu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dankeinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak maukonfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4 Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkanklien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebutsebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinyakerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (Super Ego ) yang ditandai dengantidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5 Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwasemua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertaihalusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih seringmenyendiri dan
menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial)
6 Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yangsalah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengantraumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancamandiri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan carakonfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang
dilakukanmenimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

e) Rentang Respon

f) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman
yangmenakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi: regresi
berhubungandengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagaiupaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik diri,
pada keluarga: mengingkari.

III. a. Pohon masalah :

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Perubahan Proses Pikir: Waham

Harga Diri Rendah


b. masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
1 Waham
2 Harga diri rendah
3 Resiko kekerasan
IV. Masalah Keperawatan : Perubahan Isi Pikir : Waham
Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran,kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuaikenyataan.

Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
oranglain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
IV. Diagnosa keperawatan :
Perubahan Proses pikir : Waham

V. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham
Tujuan khusus :
1 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Tindakan :
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu,tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,
tidakmembicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawatakan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimilikiTindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
iniyang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saatini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
wahamtidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3 Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhiTindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun
dirumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukanwaktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4 Klien dapat berhubungan dengan realitasTindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat danwaktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5 Klien dapat menggunakan obat dengan benarTindakan :
a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efeksamping
minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis,cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6 Klien dapat dukungan dari keluargaTindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham,cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

VI. Daftar Pustaka


Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta :
FIK,Universitas Indonesia
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr.
AminoGondoutomo.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung,
RSJPBandung.
Kusumawati dan Hartono. 2010 .Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Laporan Pendahuluan
Resiko Bunuh Diri

I. Kasus (masalah utama) :


Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yangdapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatrikarena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilakubunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangandimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping
yangdigunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individumengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehinggatidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karenakehilangan hubungan interpersonal/ gagal
melakukan hubungan yangberarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat
merupakanhukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
II. Proses terjadinya masalah :
a) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2005), faktor predisposisi bunuh diri meliputi yang pertama
ada diagnostik >90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia. Yang kedua sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan
dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif, dan depresi.
Yang ketiga ada lingkungan psikososial seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkuranganya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. yang keempat ada
riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor rasiko penting
untuk prilaku destruktif, yang kelima ada faktor biokimia data yang menunjukan
bahwa secara serotogenik, apategenik, dan depominersik menjadi media proses yang
dapat menimbulkan perilaku destukif diri.
b) Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor pencerus seseorang melakukan percobaan bunuh diri yaitu
perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat
menghadapi stress, perasaan sendiri cara untuk mengakhiri keputusan.

c) Fase-fase

1 Suicidal ideation : Pada tahap ini merupakan proses kontemplasi dari bunuhdiri,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan,bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidakditekan. Walaupun
demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien padatahap ini memiliki pikiran
tentang keinginan unSP mati
2 Suicidal intent: Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
3 Suicidal threat : Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan danhasrat
yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya
4 Suicidal gesture : Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Halini terjadi karena
individu mengalami ambivalen antara mati, hidup dan tidakberencana untuk mati.
Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingindi selamatkan, dan individu
ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini “Crying for help ” sebab individu
ini sedang berjuang dengan stres yang tidak mampu di selesaikan
5 Suicidal attempt : Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyaiindikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obatyang
mematikan, walaupun demikian banyak individu masih mengalamiambivalen akan
kehidupannya.

d) Rentang Respon

Keterangan :
1 Peningkatan diri : Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan
dirisecara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
2 Beresiko destruktif : Seseorang memiliki kecenderungan atau
beresikomengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasiyang seharusnya dapat mempertahankan diri.
3 Destruktif diri tidak langsung : Seseorang telah mengambil sikap yangkurang
tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
unSPmempertahankan diri.
4 Pencenderaan diri : Seseorang melakukan percobaan bunuh diri
ataupencenderaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5 Bunuh diri : Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengannyawanya hilang.
f) Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungandenga perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan
magicalthinking. Mekanisme pertahanan diri yang seharusnya tidak ditentang
tanpamemeberikan koping alternative.Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan
mekanisme koping. Ancaman bunuh dirimungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapatmengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanismeadaptif pada diri seseorang.
III. a. Pohon masalah :
b. masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :
Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
1 Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
2 Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
3 Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
4 Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
5 Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
6 Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
7 Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.
V. Diagnosa keperawatan :
Resiko Bunuh Diri
VI. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus :
1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2 Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3 Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain
lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4 Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap
hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

VII. Daftar Pustaka


Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri,
edisi 3. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Laporan Pendahuluan
Resiko Perilaku Kekerasan

I. Kasus (masalah utama) :


Prilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, atau merusak lingkungan
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadapkecemasan
akan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagaiancaman. (AH Yusuf, dkk,
2015)
II. Proses terjadinya masalah :
a) Faktor Predisposisi
1 Psikologis: frustasi, dianiaya, dihina, saksi penganiayaan.
2 Perilaku: Sering melihat kekerasan dirumah atau di luar rumah.
3 Sosial Budaya: budaya tertutup, membalas secara diam (pasifagresif).
4 Bioneurologis: kerusakan secara limbik, lobus frontal, temporal dan
ketidakseimbangan neorotransmiter
b) Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan mengeluarkan repson marah apabilamerasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka secara psikis atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diriseseorang. Ketika seseorang merasa terancam,
mungkin dia tidakmenyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Olehkarena itu, baik perawat maupun klien harus bersama – sama mengidentifikasinya.
Ancaman dapat berupa internal maupun eksternal. Contohstressor eksternal: serang secara
psikis, kehilangan hubungan yangdianggap bermakna, dan adanya kritikan dari oranglain.
Sedangkancontoh dari stressor internal: merasa gagal dalam merasa kehilanganorang yang
dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. (Keliat, 1996 dalam Abdul Muhith,
2015).

c) Rentang Respon

1 Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2 Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan
3 Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami, sifat tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin
terjadi konflik karena takut akantidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain
4 Agresif adalah sikap membela diri sendiri dengan cara melanggar hak orang lain.
5 Perilaku kekerasan adalah perilaku destruktif dan tidak terkontroldisebut sebagai
gaduh gelisah atau amuk.
d) Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012, mekanisme
koping yang dipaka pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :
1 Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara
normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahanya pada
objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2 Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau keinginan yang tidak
baik. Misalnya seorang wanita muda yang menyangkalnya bahwa ia mempunyai
perasaan sesksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya
terseburt mencoba merayu, mencumbunya.
3 Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekanya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4 Reaksi Formasi , yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan
melebihlebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5 Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
objek yang begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perangperangan dengan temanya.

III. a. Pohon masalah :

b. masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji :


1 Resiko perilaku kesehatan
2 Harga diri rendah

IV. Diagnosa keperawatan : Resiko perilaku kesehatan


V. Rencana tindakan keperawatan
Tujuan Umum
Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan
melakukaan manajemen perilaku kekerasan.
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi Keperawatan :
a. Beri salam dan panggil nama klien
b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c. Jelaskan maksud hubungan interaksi
d. Jelaskan kontrak yang akan dibuat
e. Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
f. Lakukan kontak singkat tetapi sering
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Intervensi keperawatan :
a. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Bantu klien dapat menyebutkan penyebab perasaanya.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Intervensi keperawatan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/ kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Intervensi :
a. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
b. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Intervensi :
a. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
b. Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
c. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah.
VI. Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta :
FIK,Universitas Indonesia
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr.
AminoGondoutomo.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Resiko Prilaku Kekerasan

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan “pernah melihat perilaku kekerasan dalam keluarganya”
b. Klien mengatakan “ pernah mengalami kekerasan dan penganiayaan dimasa anak-
anak”
c. Klien mengatakan sering bertengkar dengan ayahnya
d. Klien mengatakan pernah mengkonsumsi narkoba
Data objektif :
a. Klien tampak mengepalkan jari dan mengunci rahang
b. Klien tampak sering marah dan mengatakan ingin membunuh ayahnya
2 Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan (rpk)
3 Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Diskusikan tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Diskusikan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
e. Diskusikan akibat perilaku kekerasan
f. Latih untuk mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
g. Anjurkan pasien dalam melakukan atau masukan jadwal kegiatan
Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
“Assalamualaikum, selamat pagi kak, perkenalakan nama saya endah dwi lestari,
kakak bisa panggil saya endah, nama kakak siapa ? Dan senang dipanggil apa ?.
Oke baik, jadi saya panggil kakak saja yah ?. Saya mahasiswa fakultas ilmu
kesehatan muhammadiyah tangerang yang sedang praktik kunjungan ke rumah
warga.”
Evaluasi/validasi :
“bagaimana perasaan kakak hari ini ? Lallu bagaimana, apakah masih tidak bisa
mengkontrol marahnya”
2 Kontrak :
a. Topik : “senang yah bertemu dengan kakak, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang hari ini untk bisa saling mengenal lebih dekat dan mengetahui keadaan
kakak saat ini ?”
b. Waktu : “berapa lama kakak bisa berbincang-bincang dengan saya ?, bagaimana
jika 30 menit ?”
c. Tempat : “dimana kakak ingin berbincang-bincang dengan saya ?, bagaimana jika
di teras ?”
d. Tujuan interaksi : “agar kakak dan saya dapat saling mengenal satu sama lain”
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kakak sudah berapa lama berada di rumah sakit ini ?, kakak sebellum dibawa
kerumah sakit ada kejadian apa di rumah sampai kakak dibawa ke rumah sakit ?, apa yang
menyebabkan kakak marah ?, setelah itu apa yang kakak lakukan ?, oh iya, jadi jika kakak
lagi marah kakak melempar benda-benda disekitar kakak ? Apakah dengan cara itu kakak
dapat menghilangkan rasa marah kakak ?, ya tentu tidak, apakah kakak tahu keerugian yang
akan kakak dapatkan jika kakak melakukan hal tersebut ?, nah benar, benda-benda yang
kakak lempar menjadi rusak, menurut kakak adakah cara lain untuk mengkontrol rasa
marah kakak ?. Apakah kakak mau mengungkapkan kemarahan kakak dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian ?. Ada beberapa cara untuk mengkontrol kemarahan, yaitu dengan
menarik nafas dalam, bagaimana kalau kita belajar untuk mengkontrol amarah kakak
dengan cara menarik nafas dalam ?, baik kak, kakak bisa perhatikan saya terlebih dahulu.
Nanti kakak melakukanya setelah saya memberikan contoh. Kakak bisa melakukan ini jika
tanda-tanda marah sudah kakak rasakan.
“Pertama kakak tarik nafas melalui hidung perlahan-lahan dan tahan dalam
hitungan 3 detik lalu keluarkan perlahan melalui mulut, nah dilakukan selama 3 kali.
Sekarang coba kakak melakukan apap yang sudah lakukan tadi. “ tarik napas dalam
melalui hidung perlahan-lahan lalu tahan sampai hitungan 3 detik lalu keluarkan lewat
mulut perlahan-lahan, dilakukan sebayak 3 kali ya kak. Nah bagus sekali, kakak sudah
dapat melakukannya, sebaiknya latihan ini dilakukan secara rutin, nah jika sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul kakak sudah terbiasa melakukanya.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaiman perasaan kakak, setelah berbincang-bincang dengan saya dan belajar
mengkontrol kemarahan kakak dengan teknik tarik napas dalam ?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Coba kakak ulang sekali lagi cara melakukan teknik tarik napas dalam yang sudah
saya contohkan”
2.. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
“Sekarang kita buat jadwal latihan ya kak ?, supaya kakak tahu berapa kali kakak
melakukan latihan tarik napas dalam, dan jam berapa saja kakak mau
melakukanya ?”
3. Kontrak yang akan datang :
Topic : “Baik kak, besok kita ketemu lagi untuk latihan cara tang kedua yaitu,
memukul bantal. Hari ini saya senang dapat bertemu dengan kakak”
Waktu : “Besok bagaimana kalau kita bertemu pada jam 10.00 WIB ? apakah kakak
bisa ? dan besok kita berbincang-bincang 30 menit, apakah kakak bisa ?”
Tempat : “Besok kakak ingin berbincang-bincang dengan saya dimana ?, bagai mana
jika di tempat ini lagi ?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Resiko Bunuh Diri

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan “ingi bunuh diri”
b. Klien mengatakan “ingi mati saja”
c. Klien mengatakan “tidak ada gunanya hidup”
d. Klien mengatakan “tidak pernah dihiraukan orang-orang”
Data Objektif :
a. Klien tampak sedih
b. Klien tampak mengikat-ikat tangannya
c. Klien tampak putus asa
2 Diagnosa keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3 Tindakan keperawatan :
a. Bina hubunga saling percaya
b. Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
d. Lakukan kontak treatment
e. Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya Endah Dwi Lestari, saya mahasiswa
universitas ilmu kesehatan Muhammadiyah Tangerang. Kalau boleh tahu nama ibu
siapa ? Ibusenang dipanggil apa ?.
2 Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
3 Kontrak :
Topik : “Senang ya, bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana jika hari ini kita
berbincanh-bincang untuk lebih saling mengenal, sekaligus ingin
membicarakan kondidi ibu selama dalam perawatan
Waktu : “Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya ?
bagaimana jika 30 menit ?”
Tempat : “ Dimana ibu ingin berbincang-bincang dengan saya ? bagaimana jika
diluar, teras depam ?”
Tujuan Interaksi : “Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal dan dapat membia
hubungan yang baik dengan ibu”

KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Ibu kalau boleh tahu orang yang paling dekat dengan ibu siapa ?,
“Bagaimana perasaan ibu setelah kejadian tersebut ?, apakah ibu pernah mencoba bunuh
diri ? , apa yag ibu lakukan jika keinginan bunuh diri ibu datang ?, bolehkah saya melihat
kamar ibu ? , bolehkah saya pinjam guntingnya ?, baik ibu, saya pinjam ya ?, kalau
keinginan bunuh diri ibu muncul saya akan mengajarkan cara mengendalikannya, yaitu
dengan berbincang-bincang, nanti jika ibu merasa ingin bunuh diri, ibu segera meminta
bantuan kepada perawat.”
“Ibu kalau saya boleh tahu, dijam berapa saja ibu merasa ingin bunuh diri ?, baik bu,
jika dijam 19.00 WIB, rasa itu ada, ibu segera temui perawat untuk berbincang-bincang.
Bagaimana jika jadwal berbincang-bincang dengan perawat dimasukan kedalam
kegiatan harian. Baiklah, bagus sekali ibu sudah ingin bercerita dengan saya”
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“ Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri, dan berbincang-bincang dengan saya ?’

Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :


“Coba sekarang ibu sebutkan lagi, cara yang tadi sudah saya kasi tahu ?”
2.. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
“Baik bu, tadi saya sudah mengajarkan cara mengendalikan rasa ingin bunuh diri,
bagaimana jika kita masukan kejadwal ibu, ibu ingin memasukan kejadwal pada jam
berapa saja ?, baik bu, saya harap ibu dapat mengendalikan saat rasa dorongan itu
ada dan ibu segera menemui perawat atau teman-teman diruangan ibu
3. Kontrak yang akan datang :
Topic : “Baik bu,pertemuan kita hari ini cukup sampai disini, saya senang sekali
dapat bertemu dengan ibu, besok kita akan bertemu lagi dan berbincang-bincang
lagi sesuai jadwal yang sudah kita buat di jam 10.00 WIB”
Waktu : “Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang dengan saya besok ?,
bahgaimana jika 15 menit ?”
Tempat :” Dimana ibu ingin berbincang-bincang dengan saya besok ? bagaimana
jika ditaman ?’
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Waham

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan “bahwa dirinya adalah presiden”
b. Klien mengatakan “dirinya memeiliki kekuasaan”
c. Klien mengatakan “dirinya memiliki banyak anak buah”
d. Klien mengatakan “tidak ada orang yang berarti”
e. Klien mengatakan “tidak pernah dihiraukan keluarga dan teman-teman”
f. Klien mengatakan “setiap keinginanya tidak terpenuhi sering merasa emosi”
g. Klien mengatakan “tidak bisa mengkontrol emosi”
Data Objektif :
a. klien terlihat mondar-mandir sendiri
b. pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
c. isi pembicaraan yang klien katakan tidak sesuai dengan kenyataan
d. ekpresi klien terlihat datar
e. klien terlihat sering berbicara sendiri
f. kliesn terlihat sering marah karena keinginannya tidak terpenuhi
g. klien terlihat sering mengancam orang sekitar
2 Diagnosa keperawatan : GSP : Waham
3 Tindakan keperawatan :
a. bina hubungan saling percaya
b. bantu orientasi realitas
c. diskusikan kebutuhan yang belom terpenuhi pasien
d. bantu klien memenuhi kebutuhanya
e. anjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
“selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya endah dwi lestari, saya mahasiswa
fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah tangerang. kalau boleh tahu
nama bapak siapa ? dan senang di panggil apa ?
2 Evaluasi/Validasi :
“bagaimana keadaan bapak hari ini ?
3 Kontrak :
Topik : “senangnya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk saling mengenal sekaligus ingin membicarakan
kondisi bapak selama pengawsan”
Waktu : “bapak ingin berbincang-bincang dengan saya berapa lama ?”
Tempat : “dimana bapak mau berbincang-bincang dengan saya ?”
Tujuan Interaksi : untuk dapat mengenal satu sama lain.
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1 “bapak sudah berapa lama dirumah sakit ini ?”
2 “selama disini bapak mempunyai teman banyak ya pak ?, kalau boleh coba sebutkan
siapa saja teman bapak ?, wah banyak sekali ya teman bapak.”
3 “bapak sekarang kita bahas tentang kemampuan bapak yang bapak miliki jika saya
boleh tahu kemampuan atau keterampilan yang bapak miliki dirumah dan yang bisa
bapak lakukan apa saja ? misalnya, menyapu, menepel, menggambar, atau melukis
? wah bapak bisa melukis hebat ya pak.
4 “kalau aktifitas sehari-hari bapak lakukan dirumah apa saja ? wah bagus yah bapak
suka baca koran setiap hari di rumah. nah dari aktifitas yang tadi bapak sebutkan,
bapak bisa juga lakukan disini, seperti membaca koran dan melukis, dan melakukan
aktifitas di rumah ataupun merawt diri seperti mandi, menggosok gigi, dan
keramas”
5 “nah selama bapak disini, berkaitan dengan kemampuan bapak dan kebutuhan
bapak, ada tidak yang belum terpenuhi ?”
6 “jika kebutuhan bapk tidak terpenuhi apa yang bapak lakukan ?” marah saja, atau
biasa saja ?”
7 “jika bapak marah bagaimana cara bapak menghilangkan perasaan itu ?”
8 “sekarang saya ingin tahu bapak asing tidak dengan lingkungan yang sekarang ?”
9 “bapak mampu bekerjasama dengan teman-teman yang ada disini ?”
10 “bapak bagaimana jika membuat jadwal kegiatan untuk memenuhi kebutuhan an
keterampilan bapak ?”
11 “jika bapak mau kita akan membuat jadwal besama-sama, apa saja yang harus
bapak lakukan untuk memenuhi kebutuhan bapak ?”
12 “bapak jika ada yang di keluhkan bicara dengan saya”
13 “baik bapak waktu kita sudah habis, besok bagaimana kita lanjutkan lagi ?”
14 “hari ini bapak bagus sekali bisa berbincang-bincang dengan saya, pertahankan ya
pak !”

TERMINASI
1. evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“bagaiman sudah berbincang-bincang dengan saya tadi, dari kita perkenalan
hingga mengisi jadwal bersama, apa yang bapak rasakan ?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“apakah bapak masih ingat yang tadi saya sudah sampaikan, bagaimana bapak
memenuhi kebutuhan bapak yang masih belum terpenuhi, kegiatan
menggambar dan melukis, bapak masih ingat langkah-langkahnya ?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
“besok saya akan kembali lagiuntuk membicarakan terkait jadwal yang sudah
kita bikin tadi, apakah bapak sudah melakukan kegiatan melukis dan
menggambar sesuai jadwal atau belum ?”
3. kontrak yang akan datang :
Topic : “baiklah pertemuan kita sudah selesai, senang sekali bisa bertemu bapak
hari ini, besok kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang terkait jadwal
yang kita bikin tadi.”
Waktu : “besok ingin berbincang-bincang dengan saya jam berapa ? Dan berapa
lama ? Bagaimana jam 10.00 pagi dan 30 menit ?”
Tempat : “ besok bapak ingi berbincag-bincabg dengan saya diman ?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Defisit Perawatan Diri

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Tn. A mengalami defisit perawatan diri, klien selalu BAB dan BAK di
sembarang tepat dan tidak mau di ajak ke WC atau ke kamar mandi. Klien juga
tidak membersihkan diri/cebok setelah BAB dan BAK.
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi
b. Kien mengatakan tidak mengerti cara BAB dan BAK di kamar
c. mandi.
Data Objektif :
a. Klien tidak mau diajak BAB dan BAK di kamar mandi.
b. Klien tidak mebersihkan diri setalah BAB dan BAK
2. Diagnosa keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Jelaskan pentingnya kebarsihan diri
c. jelaskan cara menjaga kebersihan diri
d. bantu klien mempraktikan cara mrnjaga kebaersihan diri
e. anjurkan klien memasukan kedalam jadwal harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya mahasiswa yang
dinas di ruangan ini “
“Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di rumah
sakit ini saya yang akan merawat bapak B. “
b. Evaluasi/Validasi :
“Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya”?
c. Kontrak :
Topik : “Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?”
Waktu : “Berapa lama kita bicara ? 20 menit ya ?
Tempat : ? disini saja ya?”
Tujuan Interaksi : Untuk mengetahui manfaat kebersihan diri
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1 “Berapa kai B mandi dalam sehari ?”
2 “ Apakah B sudah mandi hari ini ?”
3 “menurut B apa kegunaan mandi ?”
4 “Apa alasan B sehingga tidak biasa merawat diri ?
5 “ Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ?
badan gatal, mulut bau, apa agi.. ? kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
masalah apa menurut B yang bias muncul ? betul ada kudis, kutu. Bagaimana
kalau kita sekarang k kamar mandi, saya akan membimbing bapak A
melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian dan gantung. Sekarang
bapak B siram seluruh tubuh bapak B termasuk rambut lalu ambil sampo
gosokkan pada kepala bapak B sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus
sekali.
6 Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram
dengan air bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. gosok seluruh gigi bapak B
mulai dari depan sampai belakang, atas dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur
sampai bersih.. terakhir siram lagi seluruh tubuh bapak B sampai bersih lalu
keringkan dengan handuk. Bagus sekali melakukannya.
7 Selanjutnya bapak B pakai baju yang bersih, bagus sekali, mari kita ke kaca dan
sisir rambutnya, nah bapak B rapi dan bersih.

TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan B setelah mandi dan mengganti pakaian ?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah B
ketahui ?”
4. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
““besok saya akan kembali lagi untuk membicarakan terkait jadwal yang sudah kita
bikin tadi, apakah bapak sudah melmperaktikan cara kebersihan tubuh dengan baik
sesuai jadwal atau belum ?”
5. Kontrak yang akan datang :
Topic : Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai mana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berhias
Waktu : Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja
Tempat : Kita akan melakukan di kamar , bagaimana menurut bapak ? Apakah bapak
setuju ? atau ganti di tempat lain ?
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Harga Diri Rendah

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna.
b. Klien mengatakan “tidak bisa” ketika diminta melakukan sesuatu
c. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada kelebihannya
Data Objektif :
a. Klien tampak kurang bergairah.
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu..
2 Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
3 Tindakan keperawatan :
a. bina hubungan saling percaya
b. identifikasi kemampuan aspek pisitif yang dimiliki
c. bantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Bantu pasien memilih kegiatanyang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
e. latih pasien dengan kemampuan pasien
f. beri pujian yang wajar terhadap kemampuan
g. Anjurkan pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
Selamat pagi, perkenalkan nama saya Endah Dwi Lestari, panggil saya Endah”. Saya
adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Tangerang.
“Namanya kakak siapa?, senang dipanggil apa?”oh
Evaluasi/Validasi :
Bagaimana perasaan kakak hari ini?
2 Kontrak :
a. Topik : ”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan/hobiatau hal-hal
yang kakak biasa ”.
b. Waktu : “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
c. Tempat : Maudimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini?
d. Tujuan Interaksi : Untuk saling mengenal
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“ Sebelumya kita berjabat tangan terlebih dahulu, untuk memperkenalkan nama”
“ Kakak selama dirumah apa yang kakak lakukan ?, apakah kakak suka membantu
merapihkan rumah ? kakak biasanya setiap hari ngapain ? pada hari ini kakak sudah
melakukan kegiatan apa saja ? wah ternyata kakak sangat rajin yah, setiap harinya ikut
membantu membersihkan rumah” Sekarang dari kemampuan yang bisa dilakukan di
mana yang akan dilakukan dulu. Menyapu..? Bagus.! Baikkita siapkan sapu terus kita
menyapu ya... Sapunya ada diruangan belakang itu ya. Yuk kita ambil. Wah kakak pinter
menyapunya. Bagus. Ruanganya jadi kelihatan bersihkhan sekarang.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan kakak rsetelah kita bercakap-cakap?”
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Apa saja tadi kemampuan/kebiasaan yang kakak lakukan, bagus sekali ada beberapa
kemampuan”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil)
Baiklah kakak, selanjutnya saya buatkan jadwal menyapu ya. ? Mau berapa kali kakak
membantu menyapu ”2 kalidulu saja ya.. pagi jam 06.30 dan sorejam 16.30. Ini
jadwalnya, nanti kalo kakak menyapu,di kasih tanda centhang, kalo tidak di centhang di
bawah kata tidak
3. kontrak yang akan datang :
topic : ”Besok kita lihat jadwalnya. Kalo sudah dilaksanakan kita akan bercakap- cakap
lagi tentang kemampuan yang kedua ya.. Bagaimana ?”
waktu : “Bagaimana kalau jam 10.00 ? Okey sampai besok ya
tempat : “Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau disini saja,?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
Iolasi sosial

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
b. Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
c. Klien merasa orang lain tidak selevel
Data Objektif :
a. Klien tampak menyendiri.
b. Klien terlihat mengurung diri.
c. Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2 Diagnosa keperawatan : Isolasi !osial
3 Tindakan keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifkasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi denganorang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan oranglain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1 Salam terapeutik :
Assalamualaikum..‼ selamat pagi kak perkenalkan nama saya Endah dwi lestari biasa
dipanggil Endah. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang. Nama kakak siapa? senangnya ibu dipanggil apa ?
2 Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana perasaan kakak hari ini ?.apakah kakak masih suka menyendiri ?”
3 Kontrak :
a. Topik : Baiklah kakak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
perasaan kakak dan kemampuan yang kakak miliki, apakah bersedia?”
b. Waktu : Berapa lama kakak mau berbincang-bincang dengan saya ? bagaimana
kalau 10 menit ?”
c. Tempat : “kakak mau berbincang-bincang dimana? bagaimana kalau diruang
tamu ?”
d. Tujuan Interaksi :
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Dengan siapa kakak tinggal ?, kalau boleh saya tahu siapa orang yang paling dekat
dengan kakak ?, menurut kakak apa sih keuntungan berinteraksi dengan orang lain ?, jika
kakak tidak tahu saya akan memberi tahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang
lain,yaitu mempunyai banyak tema, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu
sendirian, sekarang saya akan mengajarkan kakak cara berkenalan, bagus sekali kak, kakak
dapat memperaktikan cara berkenalan yang saya ajarkan tadi” bagaimana jika sekarang kita
masukan kedalam jadwal berbincang-bincang dengan orang lain ke dalam jadwal kegiatan
harian?”
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
bagaimana perasaan kakak setelah kita latihan berkenalan ?
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
coba ibu menceritakan kembali keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
6. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil )
kegiatan kakak adalah bercakap-cakap dengan teman. jika kakak melakukanya secara
mandiri makan kakak menuliskan M, jika kakak melakukannya dibantu atau diingatkan
oleh keluarga atau teman maka kakak tulis D jika kakak tidak melakukanya maka kakak
tulis T apakah kakak mengert ? coba kakak ulangi !, waah bagus kakak.
7. kontrak yang akan datang :
a. Topic : Besok kita berbincang-bincang lagi ya kak, tentang jadwal yang sudah kita
buat, dan memperaktikan cara berkenalan dengan orang lain “
b. Waktu : “Berapa lama kakak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya
besok ?, bagaimana jika 20 menit ?”
c. Tempat : “ Dimana kakak ingin berbincang-bincang dengan saya besok ?, bagai
mana jika ditempat ini kembali ?”
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Halusinasi

A. Proses Keperawatan
1 Kondisi klien
Data Subjektif :
a. klien mengatakan sering mendengar suara suara bisikan wanita
b. klien mengatakan suara bisikan tersebut berupa hal yang positif dan negatif
c. klien mengatakan bahwa bisikan yang negatif itu berupa seseorang yang
bilang ada yang sedang membicarakan dirinya
d. klien mengatakan suara bisikan muncul ketika dirinya sedang bengong
e. klien mengatakan bahwa suara itu muncul ±1 menit
Data Objektif :
a. Klien tampak Bingung
2. Diagnosa keperawatan : Halusinasi
3. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi isi halusinasi
c. Identifikasi waktu terkadinya halusinasi
d. Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
e. identifikasi respon klien
f. anjurkan klien memasukan cara menghardik kedalam jadwal harian
B. Proses Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
“Assalamualaikum..‼ selamat malam kak perkenalkan nama saya Endah dwi
lestari biasa dipanggil Endah. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Nama kakak siapa? senangnya kakak
dipanggil apa ?
b. Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana keadaan kakak hari ini ?”
c. Kontrak :
a. Topik :
“Senang ya bisa berkenalan dengan kakak hari ini, bagai mana kalau kita
berbincang-bincang untuk saling kenal ?”
b. Waktu :
“Berapa lama kakak punya waktu untuk berbincsng-bincang dengan saya ?,
bagaimana jika 30 menit ?”
c. Tempat : “Kakak ingin berbincang-bincang dengan saya dimana ?, bagaimana
jika ditempat ini?”
d. Tujuan Interaksi : untuksaling mengenal satu sama lain
KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apakah kakak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya kakak
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah
kakak mnedengarnya terus menerus atau sewaktu-waktu ? Kapan yang paling sering
kakak mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari kakak mendengarnya ? Pada
keadaan apa suara itu terdengar ? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang kakak
rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan kakak ketika mendengar
suara tersebut? Kemudian apa yang kakak lakukan? Apakah dengan cara tersebut
suara-suara itu hilang? Apa yang kakak alami itu namanya Halusinasi. Ada empat
cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap,
dan melakukan aktifitas.
“Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah kakak bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya
akan mempraktekan dahulu baru kakak mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini kakak jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga kakak. seperti
ini ya kakak. coba sekarang kakak ulangi lagi seperti yang saya lakukan atdi. Bagus
sekali kakak, coba sekali lagi kakak. wah bagus sekali kakak.
TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (subyektif):
“Bagaimana perasaan kakak setelah kita kita bercbincang-bincang ? Jadi
suara-suara itu menyuruhmengatakan ada seseorang yang sedang membicarakan
kakak, sehinga kakak kesal?”.
Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) :
“Seperti yang telah kita perlajari bila suara-suara itu muncul kakak bisa
mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
“Baik kalau begitu untuk melatih cara menghardik sesuai jadwal, sesuai dengan yang
kita buat, kakak bisa melakukanya secara mandiri jika suara-suara itu muncul
kembali”
3. kontrak yang akan datang :
Topic : Baik lah Kakak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu dengan berbincang-bincang dengan orang lain untuk
mencegah suara-suara itu muncul, apakah kakak bersedia?
Waktu : “kakak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00?
Tempat : “Kakak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat ini kembali ? Baiklah kakak besok saya akan kesini jam 16:00 sampai
jumpa besok kak. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

Anda mungkin juga menyukai