Sediaan Obat Lepas
Sediaan Obat Lepas
Sediaan:
Vial 5 gram
1
Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside. Streptomycin
ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan
pemroduksian protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Indikasi:
Untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tertentu.
Kontraindikasi :
Dosis:
Efek Samping :
- Efek ototoxic (bisa menyebabkan ototoxicity yang tidak dapat diubah, berupa
kehilangan pendengaran, kepeningan, vertigo);
- Efek renal (nephrotoxicity yang dapat diubah, gagal ginjal akut dilaporkan terjadi
biasanya ketika obat nephrotoxic lainnya juga diberikan);
Pyrazinamide (Pirazinamid)
2
Sediaan:
Tablet 500 mg
Indikasi:
Kontraindikasi :
- Penderita diabetes
- Wanita hamil
Dosis:
3
1. Anak-anak :
2. Dewasa :
40 – 55 kg : 1000 mg
56 – 75 kg : 1500 mg
76 – 90 kg : 2000 mg
40 – 55 kg : 2000 mg
56 – 75 kg : 3000 mg
76 – 90 kg : 4000 mg
- Tiga kali seminggu DOT (directly observed therapy): 25 – 30 mg/kg (maks. 2,5
g)
40 – 55 kg : 1500 mg
56 – 75 kg : 2500 mg
76 – 90 kg : 3000 mg
- Pasien usia lanjut : mulai dari dosis harian yang lebih rendah (15 mg/kg) dan
ditingkatkan sampai dosis yang masih dapat ditoleransi
Kehamilan, kerusakan hati (monitor fungsi hati) ; diabetes ; gout (dihindari pada
serangan akut). Penggunaan obat pada pasien dengan penyakit hati : pasien atau
keluarganya harus diberitahu tanda-tanda gangguan fungsi hati , dan menyarankan
untuk tidak meneruskan pengobatan dan segera memeriksakan diri jika timbul
gejala seperti: mual, muntah, malaise dan jaundice.
Efek Samping :
4
Hepatotoksisitas, gout, anemia skleroblastik, intoleransi saluran pencernaan, ulkus
peptikum yang bertambah parah, disuria, perasaan tidak enak badan yang tidak
jelas, demam, urtikaria
Rifampicin
Sediaan:
Kapsul 150 mg
Kapsul 300 mg
Kapsul 450 mg
Kaplet 600 mg
Indikasi:
Tuberkulosa, lepra
Kontraindikasi :
- Wanita hamil
5
Dosis:
- Sebagai obat yang dapat melalui plasenta, Rifampisin tidak dianjurkan untuk
dipakai wanita hamil.
- Rifampisin atau metabolitnya dapat mewarnai air seni, tinja, air liur, dahak,
keringat, dan air mata menjadi merah jingga.
Efek Samping :
- Efek pada lambung-usus, fungsi hati abnormal, sakit kuning, reaksi demam
dengan gejala-gejala seperti flu.
Isoniazid (INH)
6
Sediaan:
Tablet 300 mg
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara
in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid
(membunuh bakteri). Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak,
biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat
biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding
sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan
jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid atau
INH bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur
penting pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis. Isoniazid aktif
terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.
Indikasi:
Kontraindikasi :
7
Dosis:
Oral (bentuk injeksi dapat digunakan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan
sedían oral maupun karena masalah absorbsi)
2. Dewasa :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 300 mg/hari atau 900 mg dua kali
seminggu selama 6-9 bulan pada pasien yang tidak menderita HIV (terapi 9 bulan
optimal, terapi 6 bulan berkaitan dengan penurunan biaya terapi) dan 9 bulan pada
pasien yang Pengobatan infeksi TB aktif : Terapi harian 5 mg/kg/hari diberikan
setiap hari (dosis lazim : 300 mg/hari); 10 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi
pada pasien dengan penyakit yang telah menyebar. Dua kali seminggu DOT
(directly observed therapy) : 5 mg/kg (maksimal 900 mg); terapi 3 kali/minggu :
15 mg/kg (maksimal 900 mg)
- Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai terapi dan selama
terapi perlu dilakukan monitor fungsi hati secara berkala.
- Hati-hati penggunaan isoniazid pada ibu hamil dan ibu menyusui. Isoniazid
diberikan bila manfaat pengobatan lebih besar dari pada risiko bagi ibu dan bayi.
8
TES FUNGSI HATI
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test
adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam
darah anda. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi,
menilai dan memantau penyakit atau kerusakan hati.
Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara ber-
kala. Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika
Anda memiliki penyakit hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice
(ikterus).
Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang diambil dari pembuluh balik
(vena) umumnya pada lengan pasien. Dan sebelum tes dilakukan, tidak diperlukan
persiapan khusus, kecuali tes dilakukan bersamaan dengan tes lain yang mungkin
memerlukan persiapan khusus.
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh
darah yang diambil. Ini bisa meliputi:
9
Alkaline Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;
seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.
Albumin – mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah
hati membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan
untuk dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat
diketahui atau berpotensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan
peminum berat; individu dengan riwayat keluarga menderita penyakit hati;
mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit
hati, beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera
makan, mual, muntah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja
berwarna terang, pruritus (gatal-gatal).
10
Pada dasarnya tidak ada tes tunggal yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk menentukan
jika suatu pola ada dan membantu menentukan penyebab kerusakan hati. Pun
ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati biasanya tetap berlanjut secara
berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi atau perjalanan penyakit.
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi
spesifik; mereka mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu
masalah pada hati. Pada orang yang tidak memperlihatkan gejala atau tidak
terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi hati yang abnormal bisa
mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang terjadi di
lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga
bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut
dan/atau pemantauan secara berkala.
11
alkohol misalnya, dapat merusak hati sebagaimana terpapar racun misal dari
jamur yang beracun.
Gejala awal penyakit hati kadang tidak terlalu kentara, karena hanya berupa
kelelahan dan mual. Namun gejala lain akan muncul jika perburukan kerusakan
hati terjadi.
Tentu saja nilai tes abnormal bisa terjadi walau Anda tidak memiliki
penyakit hati. Beberapa kondisi sementara bisa menyebabkannya, misalnya syok,
luka bakar, infeksi berat, trauma otot, dehidrasi, pankreatitis, hemolisis, dan
kehamilan.
12
Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator
terhadap adanya kerusakan sel hati.. Keduanya sangat membantu dalam
mengenali adanya penyakit pada hati. Enzim-enzim tersebut adalah aspartat
aminotransferase (AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT).
Peningkatan kadar enzim-enzim tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel
hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim
tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya.
Pemeriksaan SGPT/SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), sebuah enzim yang
biasanya hadir dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah
ketika hati atau jantung rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi
dengan kerusakan hati (misalnya,dari hepatitis virus) atau dari serangan jantung.
Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar SGOT. SGOT juga disebut
aspartateaminotransferase (AST). Sedangkan SGPT adalah Serum Glutamic
Piruvic Transaminase. SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase)
merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk
mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil
dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes
SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut,
sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya
diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau
otomatis. Batas normal SGOT: 0-37 U/L dan batas normal SGPT : 0-45 U/L.
Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim
tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. (Joyce,2007)
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
13
1) Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia)
2) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT)
3) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
sirosisbiliaris.
14
Daftar Pustaka
15