Anda di halaman 1dari 14

Etiologi, diagnosis sindrom, dan kognisi pada epilepsi awitan masa kanak-

kanak: sebuah studi populasi

RINGKASAN
Tujuan: Untuk mengevaluasi prevalensi dari berbagai etiologi dari epilepsi dan sindroma
epilepsi dan untuk mengestimasi fungsi kognitif pada kasus epilepsi dengan onset masa kanak-
kanak.
Metode: Sebuah studi populasi retrospektif. Kami mengidentifikasi seluruh anak dengan epilepsi
yang di terapi medikamentosa yang lahir pada tahun 1989-2007 di area sekitar Rumah Sakit
Universitas Kuopio di Finlandia, mengkombinasikan data dari daftar kelahiran dan daftar
nasional dari pengobatan special-reimbursement medicines. Kemudian kami mengevaluasi ulang
diagnose epilepsi dan sindromanaya dan mengumpulkan data tentang etiologi dan gangguan
kognitifnya.
Hasil: Kami mengidentifikasi 289 anak dengan epilepsi. Angka kejadian per tahun epilepsi dan
sindroma epilepsi adalah 38 dari 100.000 dan angka misdiagnosis sebesar 3%. Etiologi spesifik
diidentifikasi pada 65% kasus, dengan etiologi structural bertanggung jawab sekitar 29% dan
genetik atau etiologi genetik yang diduga sebesar 32 %. Hampir seluruh pasien dengan epilepsi
yang tidak diketahui etiologinya memiliki epilepsi fokal dan memiliki tingkat intelegensi yang
normal. Kelainan intelektual terdeteksi pada 35 % kasus, dan hanya 17% dari grup ini memiliki
etiologi yang tidak diketahui untuk epilepsinya. Sindroma elektroklinikal (utamanya sindroma
West) diketahui muncul pada 35 % pasien.
Kesimpulan: Epilepsi merupakan penyakit yang kompleks dimana mencakup berbagai macam
etiologi dan sindroma yang jarang ditemui. Etiologi dan sindroma etiologi yang spesifik penting
untuk mendeterminasi hasil keluaran dan merupakan kunci untuk pemilihan tatalaksana.
Diagnosis etiologi dapat dicapai untuk kebanyakan anak-anak dan diagnosis sindroma hanya
pada satu-pertiga anak.
KATA KUNCI: Epilepsi, Epilepsi syndrome, Etiology, Prevalence, Childhood, Adolescence,
Pediatric, Classification, Cognition, Intelligence.
Epilepsi merupakan satu dari penyakit neurologi tersering di dunia. Sekitar 65 juta orang
memiliki epilepsi, secara kasar 25% kasusnya terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun. 1–4
Angka kejadian per tahun dari epilepsi pada anak bervariasi dari 33 sampai 82 kasus per 100.000
orang per tahunnya di negara berkembang. Kejadiannya dilaporkan tertinggi muncul pada tahun
pertama kelahiran dan menurun sampai tingkat dewasa pada akhir dekade. Studi terkini di
Finlandia menemukan sedikit penurunan pada angka kejadian epilepsi pada seluruh kelompok
umur kecuali dewasa yang berusia lebih dari dua dekade. Perbaikan ini mungkin disebabkan oleh
perkembangan pada tatalaksana obstetrik dan neonatal dan program imunisasi nasional yang
ekstensif. 8–10
Angka kejadian dan prevalensi dari tipe kejang spesifik dan sindroma epilepsi pada anak
7
belum didokumentasikan dengan baik seperti pada kejadian epilepsi. Studi populasi telah
menemukan sedikit kenaikan predominan dari kejang fokal dibandingan dengan kejang umum.
Hanya sekitar 1/3 anak dengan epilepsi dapat diklasifikasikan sebagai sindroma epilepsi
spesifik.7,11 Though penyebab dari epilepsi yang diidentifikasi meningkat, 36-80% kasus masih
5,6,12,13
belum diketahui penyebabnya. . Kemajuan terbaru dalam sistem klasifikasi Liga
Internasional Melawan Epilepsi (ILAE) menekankan peran mengevaluasi penyebab neurologis
yang mendasari dan etiologi epilepsi dalam diagnostik kerja-up. Etiologi penting, sebagai
penentu utama pengobatan, prognosis, dan klinis. Neuroimaging dan kemajuan genetik telah
meningkatkan tingkat akurasi dalam diagnosis epilepsi.14–17
Komorbiditas kognitif dan tingkah laku, termasuk beberapa derajat gangguan intelektual,
sering terdapat pada anak-anak dengan epilepsi dan dapat memiliki dampak yang lebih pada
kualitas hidup dibandingkan dengan kejang biasa.18 Komobiditas mempengaruhi kemampuan
berbicara, fungsi kognitif, dan hasil psikososial. Dengan efeknya terhadap pencapaian akademis
dan kemampuan professional, gangguan dan kesulitan kognitif memiliki dampak jangka panjang
dalam kehidupan anak-anak bahkan setelah gejala kejang terselesaikan. Gangguan kognitif
14,19–22.
merupakan komorbiditas utama pada kasus ini. Pada studi populasi, gangguan intelektual
23,24
telah dipastikan mempengaruhiu 20-50% kasus, dan studi populasi masyarakat Finlandia 25,
menemukan fungsi kognitif dalam batas normal atau interval borderline sekitar 50%,
menunjukkan retardasi ringan sekitar 22%, dan bukti retardasi sedang sampai berat sekitar 28%.
Tujuan dari studi kami adalah untuk mengevaluasi prevalensi dari berbagai etiologi
epilepsi dan sindroma epilepsi dan untuk mengestimasi fungsi kognitif pada register kelahiran
berbasis populasi. Pada penelitian sebelumnya, kami telah mempublikasikan evaluasi faktor
resiko perinatal dan reproduksi dari epilepsi masa kanak-kanak pada studio cohort ini. 26

Metode dan Bahan


Populasi studi
Kami menganalisa data dari register kelahiran prospektif Kuopio University Hospital
(KUH) antara 1 Januari 1989, dan 31 Desember 2007, yang mana berkaitan dengan kelahiran
total populasi (n = 42.865) (untuk bayi yang dilahirkan antara kehamilan minggu ke-22 atau
berbobot 500g atau lebih). Bayi lahir meninggal (n = 193) dan kematian neonatal (kematian pada
bayi lahir hidup dalam 28 hari pertama kehidupan) (n = 177) disingkirkan dari analisis. Total
populasi lahir hidup adalah n = 42.495 (Gambar 1)
Rumah Sakit Universitas Kuopio merupakan pusat penanganan perinatal tingkat tersier di
Finlandia Timur dan satu-satunya rumah sakit yang menangani kelahiran di distrik Savo Utara;
maka dari itu, data tersebut mencakup seluruh wanita yang melahirkan di area tersebut. Anak-
naka dengan diagnosis epilepsi diidentifikasi dari daftar Institusi Asuransi Sosial di Finlandia,
yang ditautkan dengan Daftar Kelahiran Universitas Kuopio melalui nomor identifikasi khusus
masing-masing anak. Social Insurance Institution (SII) mengelola register nasional untuk obat-
obat yang mendapatkan pengembalian dana. Pengembalian dana penuh diberikan atas
pengeluaran pembelian obat antiepilepsi (AED), dan kualifikasi untuk ini berdasarkan diagnosis
klinis (ICD-10), dan pernyataan dibuat dalam bentuk semistruktural oleh dokter neurologi anak.
Hak untuk mendapatkan pengembalian dana penuh untuk AED diberikan oleh SII untuk pasien
noninstitusional. Data SII untuk pengembalian dana penuh AED antara 1 Januari 1989 dan 31
Desember 2007, digabungkan dengan data daftar kelahiran KUH pada Januari 2009. Kami
menemukan bahwa 316 anak menerima AED untuk epilepsi disambungkan untuk pengembalian
dana. Rekam medis dari setiap pasien yang telah diidentifikasi ditinjau ulang secara retrospektif
untuk tujuan studi terkini (yang dilakukan oleh peneliti AS). Faktor klinis yang direkam adalah
onset dari kejang, tipe kejang dan sindroma, etiologi dari epilepsi, electroencephalogram (EEGs),
pencitraan, dan hasil neuropsikologi. Klasifikasi akhir dilakukan oleh dua neurologis (AS dan
RK).
Definisi
Untuk penelitian kami, epilepsi dijelaskan sebagai penyakit dari otak apabila satu dari
kondisi berikut terpenuhi: (1) setidaknya dua kejang tidak terprovokasi muncul lebih dari 24 jam;
(2) satu kejang tidak terprovokasi muncul dan kecenderungan kejang selanjutnya mirip dengan
resiko umum berulang (setidaknya 60%) setelah dua kejang yang tidak terprovokasi, muncul
lebih dari 10 tahun berikutnya; dan (3) didapatkan diagnosis sindroma epilepsi. 27 Kami
menyingkirkan pasien dengan ciri berikut : (1) hanya kejang demam, (2) hanya kejang neonatal,
(3) satu kali kejang tidak terprovokasi atau kejang simtomatik akut tanpa kebutuhan pemberian
AED lebih jauh, dan (4) hanya kejang non-epilepsi. Kejang diklasifikasikan baik sebagai fokal
maupun general. Etiologi dari epilepsi diklasifikasikan sebagai genetik/genetik presumtif,
struktural, metabolik, imun, infeksi, atau tidak diketahui (idiopatik), seperti yang dijelaskan oleh
ILAE.28 Sindroma elektroklinikal spesifik diidentifikasi kapanpun saat memungkinkan
dilakukan.

Pemeriksaan Kognitif
Tingkat fungsi kognitif dikategorikan sebagai normal jika (IQ > 70), gangguan kognitif
ringan (IQ 50-69), gangguan kognitif sedang (IQ 35-49), atau gangguan kognitif berat/mendalam
(IQ < 34).29 Evaluasi telah dilakukan oleh pemeriksaan neuropsikologis, apabila didapatkan
keraguan pada kesulitan untuk memahami ataupun mempelajari. Pemeriksaan neuropsikologis
tidak terdapat untuk anak yang berada pada tingkat normal, dan evaluasi mereka dilakukan
dengan review rekam mediknya, termasuk performa dalam sekolah dan fungsi beradaptasi
sehari-harinya. Pun, untuk anak-anak yang memiliki gangguan kognitif mendalam hanya
dievaluasi menggunakan rekam medisnya, karena mereka terlalu buruk untuk dilakukan
pemeriksaan neuropsikologis yang resmi

Metode Statistik
Manajemen data dan analisis dilakukan dengan Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS), versi 22 (SPSS, Inc., Chicago, IL, U.S.A.). Statistik deskriptif dilaporkan disini sebagai
angka dan atau persentase. Angka kejadian kumulatif dihitung dengan menggunakan rerata
metode Kaplan–Meier dengan log-rank test. Tes chi-square dilakukan sebagai pembanding dari
kognisi antar jenis kelamin. Untuk seluruh hasil, p < 0.05 dianggap signifikan.

Persetujuan Etik
Studi disetujui oleh Ethics Committee of Kuopio University Hospital. seluruh wanita yang
melahirkan anak diberikan informed consent untuk pengumpulan data dan dijelaskan untuk
kepentingan penelitian, pada saat pengumpulan data. SII memberikan izin untuk mentautkan data
epilepsinya kepada daftar kelahiran dan untuk penggunaan pengumpulan data pada studi ini.
Kewenangan untuk menggunakan rekam medis rumah sakit diberikan oleh penanggung jawab
kewenangan pengatur dari administrasi data di Finlandia, yaitu masing-masing rumah sakit.

Hasil
Populasi studi
Populasi studi awal terdiri dari 316 anak. Setelah analisis ulang dari seluruh data yang ada
dari investigasi rekam medik yang bersangkutan dan dari follow up terhadap anak-anak tersebut,
kami dapat memverifikasi diagnosis epilepsi pada 289 anak; evaluasi ulang menunjukkan bahwa
10 (3%) memiliki kejang non epilepsi, 8 (3%) berubah menjadi kejang demam saja, dan 4 (1%)
kejang neonatal. untuk 5 anak, tidak didapatkan informasi yang cukup untuk dilakukan analisis
baru (Gambar. 1).
Usia pada saat diagnosis epilepsi dengan median 4,7 tahun (rata-rata 5,5 tahun, standar
deviasi [SD] _ 0,39, kisaran 0-19) dengan tidak ada perbedaan jelas antara jenis kelamin (Gbr.
2). Durasi tindak lanjut dari para anggota kelompok itu median 13,9 tahun (rata-rata 14,8 tahun,
SD _ 5,09 median 13,9 tahun, kisaran 7,4-26,4). Tingkat kejadian tahunan adalah 38 per
100.000, dan kejadian kumulatif epilepsi, 0,7%. Angka itu tertinggi untuk mereka yang
didiagnosis sebelum usia 12 bulan, pada 141 per 100.000 orang per tahun.

Tipe Kejang
Pada 202 pasien (70%) onset kejang hanya fokal saja, dimana 53 (18%) memiliki onset
kejang general saja. enam (2%) memiliki tipe onset kejang baik fokal maupun general. Untuk 28
subjek (10%) termasuk 25 pasien dengan spasme epileptikus, tipe kejang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai fokal maupun general.

Etiologi
Etiologi epilepsi dapat diidentifikasi pada 188 pasien, yaitu, pada 65% kasus (Tabel 1).
Genetik atau etiologi genetik presumtif diidentifikasi pada 91 kasus (32%), dengan kebanyakan
menjadi epilepsi genetik general. Pada 12 kasus kerusakan dan malformasi perkembangan
korteks dan otak menjadi penyebab utama epilepsi.

Sindroma Eelktroklinikal
Sindroma elektroklinikal didapatkan pada 35% pasien (Tabel 2). Lima sindroma utama
yang teridentifikasi adalah West syndrome (25 pasien; kejadian 60/100.000/tahun), benign
epilepsi dengan spike centrotemporal, epilepsi absans masa kanak-kanak dan juvenile, dan
epilepsi myoklonik juvenile. Delapan pasien berkembang menjadi sindrom Lennox-Gastaut pada
masa follow-up.

Gangguan Intelektual
Dari kelompok 289 anak, penilaian psikologis dilakukan untuk 192 anak (66%). Sembilan
puluh tujuh (34%) anak-anak lain tidak secara formal dinilai karena mereka terlalu terganggu
atau menunjukkan kinerja sekolah normal. Fungsi kognitif (Gambar. 3) dalam kisaran normal
pada 188 pasien (65%). gangguan mental ringan ditemukan pada 34 (11%), gangguan mental
moderat dalam 22 (8%), dan berat / gangguan mental yang mendalam di 45 (16%). Selain itu, 58
(20%) anak dengan kinerja kognitif yang normal memiliki gangguan bicara atau kesulitan belajar
yang mengharuskan bantuan untuk prestasi akademik. Nalaisis statistic menunjukkan tidak ada
perbedaan diantara jenis kelamin terhadap fungsi kognitifnya. Tabel 3 menunjukkan sindroma
epilepsi dan etiologi epilepsi pada pasien dengan gangguan kognitif (ringan, sedang atau
berat/mendalam) (N = 101), bertanggung jawab atas 35% dari seluruh kasus. Sindroma epilepsi
utama yang berkaitan dengan gangguan kognitif adalah West syndrome, dengan jumlah 25
pasien. hanya terdapat 1 sampai 2 pasien pada setiap kelompok sindroma lainya. Untuk 21 pasien
yang terganggu fungsi kognitifnya (21%), etiologinya adalah malformasi perkembangan korteks
dan otak, dimana kami memperkirakan West syndrome pada mereka dengan anomaly structural.
Ensefalopati hipoksia iskemik muncul pada 8 anak dan mengganggu perinatal sebesar 3 orang
(dijumlah, 11%). Didapatkan 9 kasus dengan perdarahan otak atau stroke (9%), hanya 1 dari
mereka muncul setelah masa perinatal, dan 1 kasus trauma kepala dan 1 kasus disebabkan
hampir tenggelam saat masa kanak-kanak. Didapatkan 17 kasus (17%) dengan etiologi yang
tidak diketahui, dan kebanyakan kasus lainnya memiliki penyebab genetik atau genetik
presumtif.

Diskusi
Pada studi peneliti mengenai kelahiran berbasis populasi dengan metode kohort
mendokumentasikan tentang prevalensi berbagai sindrom epilepsi dan etiologi epilepsi pada 289
anak-anak. Hal ini menunjukkan bahwa epilepsi yang muncul pada anak-anak tidak hanya terdiri
dari kejang berulang, namun ada beban besar dari etiologi gejala dan gangguan kognitif. Beban
penyakit ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan menjadikan pertanyaan bagi mereka yang
terkena dampak terburuk.
Studi ini menemukan bahwa insiden epilepsi pada anak usia dini tinggi, dengan insiden
tertinggi pada mereka yang berusia kurang dari 12 bulan, yaitu pada 141 per 100.000 per tahun.
Data terbaru dari Finlandia10 menunjukkan kejadian tahunan yang tinggi pada bayi selama era
yang sama di seluruh Finlandia. Kejadian tahunan epilepsi pada studi kami secara keseluruhan
adalah 36 per 100.000 orang per tahun ketika semua alasan lain untuk pengobatan antiepilepsi
tidak disertakan dari analisis. Angka yang sebanding ditemukan dalam studi berbasis populasi
lainnya: kejadian tahunan antara 33 dan 88 kasus di 100.000 orang per tahun. Dalam kesamaan
dengan penelitian lain, insiden epilepsi cenderung menurun dalam perjalanan pada masa kanak-
kanak.7-9 Dalam banyak penelitian, kejadian terungkap sedikit lebih tinggi pada laki-laki, 6 tapi
kejadian itu seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam studi ini.
Tingkat misdiagnosis cenderung rendah, sebesar 3%. Hal itu dijelaskan pada pasien yang
kemudian didiagnosis dengan kejadian psikogenik nonepileptik atau sinkop. Dalam review
terbaru, prevalensi misdiagnosis epilepsi telah bervariasi sebagian besar antara 2% dan 70%,
tergantung pada studi.30 Rendahnya tingkat misdiagnosis yang ditemukan dalam studi ini
mungkin berhubungan terutama dengan fakta bahwa fasilitas kasus, meskipun berperan sebagai
unit diagnostik spesial yang utama untuk neurologi anak, dan juga memiliki layanan epilepsi
tersier dengan pakar neurofisiologi klinis berpengalaman dan layanan video-EEG penuh, yang
juga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Oleh karena itu, dua kontributor umum penting
untuk misdiagnosis epilepsi, yaituinterpretasi berlebihan pada EEG dan kurangnya EEG iktal,
telah banyak dihindari.
Dalam penelitian ini, hampir tiga perempat adalah pasien epilepsi fokal, sementara kurang
dari seperlima mengalami epilepsi generalisata dan sisanya sebagian besar memiliki kejang
epilepsi. Secara umum, penelitian insiden ini telah menemukan bahwa epilepsi fokal menjadi
lebih umum pada anak-anak.5-7
Di bawah klasifikasi ILAE terbaru, sindrom elektroklinikal ditemukan pada sepertiga dari
kasus epilepsi pada anak setelah meninjau catatan medis. Hal inikonsisten dengan studi
sebelumnya.7,11 Kebanyakan sindrom elektroklinikal sangat jarang terjadi, namun sindrom West
memiliki tingkat kejadian 59 dari 100.000 kelahiran hidup dan sedikit lebih tinggi dari yang
dilaporkan.31 Peneliti hanya menemukan satu epilepsi konstelasi, hamartoma hipotalamus dan
kejang gelastic, tanpa temuan dari epilepsi mesial lobus temporal dan hippocampal sclerosis
(<1%). 32
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi etiologi struktural untuk epilepsi pada sekitar
25% dari kasus.15 Dalam penelitian ini, anomali struktural menyumbang sekitar 30%, dengan
gangguan perinatal, malformasi dalam perkembangan kortikal dan otak, dan trauma kepala
sebagai mayoritasnya. Etiologi genetik atau dianggap genetik menyumbang sepertiga dari
etiologi, dan etiologi tidak diketahui pada kasus-kasus yang tersisa. Perlu dicatat di sini bahwa
meskipun etiologi genetik dapat didefinisikan dengan jelas sebagai kromosom dan gen anomali,
yang dianggap genetik lebih sulit untuk digambarkan; dasar genetik dari epilepsi "idiopatik"
secara umum cukup baik, namun pada epilepsi "idiopatik" fokal secara khusus masih lebih
didebatkan.7,33
Tabel 2. Sindrom Elektroklinis epilepsi sebagai diagnosisi pertama (N = 98)
M F T
Periode neonatus
Benign familial neonatal epilepsy (BNFN) 1 0 1
Early myoclonic encephalopathy (EME) 0 0 0
Ohtahara Syndrome 1 0 1
Infant
Epilepsy of infancy with migrating focal seizure 0 0 0
West syndrome 15 10 25a
Myoclonic epilepsi of infancy (MEI) 3 0 3
Benign infantile epilepsy 2 3 5
Benign familial infantile epilepsi 0 0 0
Dravet syndrome 0 0 0
Myoclonic epilepsi in nonprogressive disorders 0 0 0
Childhood
Genetik febrile seizures plus (GEFS+) 3 1 4
Panayiotopoulos syndrome 0 1 1
Epilepsi with myoclonic atonic seizures (MAE) 0 1 1
Benign epilepsi with centrotemporal spikes 10 9 19
Autosomal-dominant nocturnal frontal-lobe epilepsi (ADNFLE) 0 0 0
Late-onset childhood occipital epilepsi (Gastaut type) 3 0 3
Eyelid myoclonia 0 1 1
Epilepsi with myoclonic absences 0 0 0
Lennox-Gastaut syndrome 0 (5) 0 (3) 0 (8)a
Epileptic encephalopathy with continuous spikes and waves during 3 1 4
sleep (CSWS)
Landau-Kleffner syndrome (LKS) 2 0 2
Childhood absence epilepsi (CAE) 5 8 13
Remaja-dewasa
Juvenile absence epilepsi (JAE) 2 2 4
Juvenile myoclonic epilepsi (JME) 2 4 6
Epilepsi with generalized tonic-clonic seizures alone 3 1 4
Progressive myoclonic epilepsies (PMEs) 1 0 1
Autosomal-dominant epilepsi with auditory features (ADEAF) 0 0 0
Other familial temporal-lobe epilepsi 0 0 0
Hubungan umur yang kurang spesifik
Familial focal epilepsi with variable foci (childhood to adulthood) 0 0 0
Reflex epilepsies 0 0 0
F, perempuan; M, laki-laki; T, jumlah total.
Sembilan puluh delapan dari 289 pasien (34%) memiliki sindrom epilepsi elektroklinikal sebagai
diagnosis pertama.
a
Enam pasien sindrom West, 1 pasien dengan epilepsi fokal, dan 1 dengan epilepsi general dan
anomali kromosom dievaluasi memiliki sindrom Lennox-Gastaut (di semua 8 pasien)

16%

Normal
8% Gangguan
intelektual ringan
Gangguan
11% intelektual sedang
65% Gangguan berat

Gambar 3.
Kognitif pada epilepsi yang terjadi pada anak-anak

Tabel 3. Sindrom Epilepsi atau etiologi dari epilepsi pada pasien dengan gangguan kognitif
(ringan, sedang, berat/mendalam, N = 101)
Epilepsi dan sindrom epilepsi Jumlah
Sindrom Ohtahara 1
Ensepalopati iskemik hipoksik
Sindrom West 21a
2 Ensepalopati iskemik hipoksik
5 Anomali kromosomal atau sindrom
3 Sklerosis tuberous kompleks
5 Anomali struktural
1 Gangguan perinatal dan 1 hiperinsulinisme kongenital 5 etiologi tidak diketahui
Epilepsi myoklonik pada infant 1
Kejang demam genetik plus 1
Epilepsi dengan kejang myoklonik atonik 1
Myoklonia kelopak mata 1
Epileptic encepalopathy dengan spikes dan waves berkelanjutan selama tidur 2
1 etiologi tidak diketahui dan
1 anomali kromosom
Sindrom Landau-Kleffner 1
Kejang gelastik dengan hamartoma hipotalamus 1
Epilepsi dengan malformasi dari perkembangan kortikal dan otak 16
3 displasia fokal kortikal
1 schizencephalia
3 porencephalia/holoprosencephalies
9 hipoplasia/aplasia corpus callosum atau anomali struktur yang lain
Epilepsi dengan tumor 1
Glioma 4
Epilepsi dengan infeksi
2 infeksi kongenital
1 meningitis
1 ensepalitis
Epilepsi dengan trauma 2
1 injuri traumatik otak dan 1 hampir tenggelam
Epilepsi dengan gangguan perinatal 15
2 asfiksia lahir
5 iskemik hipoksik
Ensepalopati 1 infark serebral
7 perdarahan intra serebral
Epilepsi dengan stroke 1
1 perdearahan cerebral
Epilepsi dengan alasan metabolik 4b
2 hiperinsulinisme kongenital
1 sindrom defisiensi Glut-1
1 asiduria 3-methylglutaric
Epilepsi dengan anomali dan sindrom kromosomal 17c
5 anomali kromosom
3 sindrom Catch
2 sindrom fragile-X
1 Sindrom Peho
1 sindrom Angelmann dan 1 sindrom Aicardi
1 sindrom Rett dan 1 sindrom Masa
1 sindrom Coats dan 1 sindrom Sotos
Epilepsi fokal dan hambatan perkembangan 8
Epilepsi generalisata dan hambatan perkembangan 2
Epilepsi tak terklasifikasi dan epilepsi dengan etiologi yang tidak diketahui 1
Total 101
Dari semua anak-anak dengan epilepsi, gangguan kognitif terlihat pada 101 anak dari
289, atau 35% dari keseluruhan jumlah
a
Kelompok sindrom West termasuk pasien dari kelompok lain seperti epilepsi dengan
malformasi pada perkembangan korikal dan otak, anomali dan sindrom kromosomal,
gangguan perinatal, dan alasan metabolik.
b
kelompok sindrom West termasuk 1 pasien hiperinsulinisme kongenital
c
kelompok sindrom West termasuk 1 pasien sindrom Peho

Kecacatan intelektual sering muncul pada anak-anak dengan epilepsi, tapi di samping
kasus-kasus ini mayoritas: baik anak epilepsi yang memiliki kognisi dikategorikan seperti
normal maupun yang masih menghadapi kesulitan kognitif halus yang mempengaruhi
pencapaian masa depan mereka.34 Dalam penelitian ini, kelompok yang mengalami penurunan
mental menyumbang sekitar sepertiga dari semua kasus, dengan mayoritas dalam kategori ini
memiliki gangguan parah atau yang mendalam, seperti yang terlihat dalam studi sebelumnya.
Gangguan kognitif halus dimiliki oleh seperlima dari anak-anak dalam kelompok ini, sebuah
temuan yang telah muncul juga dalam studi sebelumnya. 25 Pada kelompok dengan gangguan
mental, sindrom West dengan beberapa etiologi adalah sangat sering. Malformasikortikal dan
otak adalah penyebab untuk sekitar seperlima dari kasus dalam kelompok ini. Penyebab sering
lainnya dari epilepsi dan cacat intelektual adalah masalah antenatal dan perinatal seperti
ensefalopati hipoksik iskemik, gangguan perinatal lainnya, perdarahan intraserebral perinatal
atau stroke, dan infeksi kongenital.
Kondisi-kondisi yang dapat diobati seperti Glut-1 defisiensi (satu kasus) dan
hiperinsulinisme kongenital (tiga kasus) ditemukan dalam penelitian ini. Etiologinya tidak
diketahui untuk 2 pasien, dengan kecurigaan kuat pada gangguan metabolisme. Skrining genetik
tambahan mungkin bisa membantu dalam gangguan metabolisme yang diwariskan. Pada
kelompok gangguan mental, etiologi tidak diketahui di bawah seperlima dari kasus (5 pasien
sindrom West dan 8 pasien epilepsi fokal dan hambatan proses perkembangan pasien), sementara
sebagian besar anak anak dengan tingkat intelektual yang normal, terutama pada kelompok-
epilepsi fokal, memiliki etiologi yang tidak diketahui. Pada sifat retrospektif penelitian, teknologi
microarray DNA tidak tersedia untuk beberapa pasien. Hal ini menyimpulkan bahwa penelitian
genetik lebih lanjut diperlukan, dari analisis mutasi yang ditargetkan untuk memperpanjan
skrining genetik seperti sequencing gen dan whole-exome sequencing.35

Kelebihan dan Keterbatasan


Sebagai populasi geografis, populasi penelitian ini merupakan perwakilan dari populasi
umum epilepsi anak. Sebuah kekuatan tambahan adalah bahwa desain retrospektif
memungkinkan kita untuk mengevaluasi kembali diagnosis berdasarkan semua bukti yang
tersedia setelah tindak lanjut dan karenanya mengevaluasi tingkat misdiagnosis juga.
Hal ini jelas, bagaimanapun, bahwa di antara anak-anak yang lahir di bagian akhir dari
periode perekrutan, masih ada subjek yang akan menerima diagnosis epilepsi setelahnya dan
yang karena itu tidak tercakup oleh penelitian. Dengan demikian, angka kejadian kami akurat
untuk anak usia dini dan agak diremehkan untuk anak usia dini lanjutan dan remaja,
dibandingkan, misalnya, dengan beberapa penelitian lain sebelumnya dari daerah yang sama. 9,36
Pada saat yang sama, etiologi baru, terutama yang genetik, sedang diidentifikasi terus-
menerus, dan jelas dari data retrospektif ini bahwa pemeriksaan diagnostik untuk beberapa
pasien dilakukan bertahun-tahun yang lalu, dan bahwa pencitraan modern dan alat-alat
diagnostik molekuler akan mengungkapkan etiologi lebih tepat.
Kesimpulan
Epilepsi adalah penyakit kompleks yang meliputi banyak etiologi dan sindrom langka. Etiologi
spesifik berdasarkan pasien dan sindrom epilepsi merupakan penentu penting dari hasil dan
pilihan pengobatan. diagnosis penyebab penyakit yang akurat dapat dicapai oleh kebanyakan
anak, sedangkan diagnosis sindrom ini mungkin hanya sepertiga dari mereka.

Anda mungkin juga menyukai