PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca khususnya
yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara umum agar dapat lebih
mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai post thrombotic syndrome.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Post thrombotic syndrome
Post thrombotic syndrome (PTS) dikenal sebagai komplikasi DVT ekstremitas bawah
yang mengakibatkan gejala kronis, melemahnya tungkai dan nyeri tungkai, bengkak, varises
dan pada kasus yang parah hiperpigmentasi kulitdan ulserasi. Sindrom ini disebabkan oleh
hipertensi vena sekunder akibat obstruksi aliran keluar vena persisten dan disfungsi katup.
Manifestasi Post thrombotic syndrome berkembang pada 20 hingga 50% pasien setelah DVT
ekstremitas bawah. Saat ini tidak ada definisi standar untuk Post thrombotic syndrome
di ekstremitas atas.1
Presentasi klinis Post thrombotic syndrome dalam keadaan klinis tidak spesifik, dan
kondisi selain DVT, seperti insufisiensi vena primer, gagal jantung kongestif kronis, dan
trauma, dapat menghasilkan gejala atau tanda yang serupa pada ekstremitas bawah. Tidak ada
tes obyektif untuk mendiagnosis Post thrombotic syndrome dan setelah DVT proksimal
pertama, hingga 40% dari Post thrombotic syndrome terdiagnosis dapat mewakili setidaknya
sebagian insufisiensi vena primer yang sudah ada sebelumnya.3
2.2 Epidemiologi Post thrombotic syndrome
Kejadian yang tepat dari Post thrombotic syndrome setelah trombosis vena yang
dikonfirmasi masih kontroversial, karena tingkat Post thrombotic syndrome yang dilaporkan
dalam penelitian yang dipublikasikan bervariasi antara 20% dan100%. Dalam penelitian
sebelumnya, tingkat komplikasi Post thrombotic syndrome parah yang sangat tinggi
dilaporkan (50-100% dari pasien dalam 4-10 tahun setelah episode trombotik yang memenuhi
syarat). Tingkat ini menurun tajam dalam penelitian yang dilakukan dalam 25 tahun terakhir,
yang bisa jadi disebabkan oleh peningkatan pendekatan diagnostik dan terapeutik untuk
pasiendengan DVT. Namun, karena perbedaan yang besar antara studi dalam hal
desain penelitian, definisi Post thrombotic syndrome, ukuran sampel, panjang follow-up,dan
penggunaan kompresi stoking elastis, kejadian dilaporkan baik secarakeseluruhan dan
beratPost thrombotic syndrome masih menunjukkan variabilitasyang cukup. Dengan tidak
adanya stoking elastis,Post thrombotic syndrome diharapkan dapat mengembangkan di
sekitar 50% dari pasien yang menderitaepisode DVT, dan parah dalam satu-seperlima dari
pasien. Yang menarik,Postthrombotic syndrome dapat berkembang, walaupun pada tingkat
yang lebihrendah setelah episode asimptomatik DVT pasca operasi.2
Menurut hasil penelitian terbaru, sebagian besar pasien yang mengembangkan Post
thrombotic syndrome menjadi gejala dalam 2 tahun dari episode akut DVT. Temuan ini
menantang pandangan umum bahwa Post thrombotic syndrome membutuhkan bertahun-
tahun untuk menjadi nyata.2
Tanda Gejala
Nyeril Pitting edema
Pembengkakan Sianosis saat kaki berada dalam posisi
tergantung
Kaki memberat dan melemah Hiperpigmentasi
Gatal Kemerahan
Kram Penebalan kulit
Paraestasia Lipodermatosklerosis (fibrosis dari jaringan
subkutan)
Karakteristik gejala: memburuk ketika Ulserasi
beraktivitas, berdiri, berjalan, membaik
ketika beristirahat, berbaring.
(Tabel 1.1)
Tanda dan gejala PTS
(Gambar 1.1
Kebocoran Kapiler
Telangiektasia vena
Edema
Hyperpigmentasi
ulserasi
Tidak ada pemeriksaan laboratorium standart, pencitraan atau tes fungsional yang
menetapkan diagnosis PTS.PTS didiagnosis berdasarkan klinis, berdasarkan adanya gejala
dan tanda khas pada pasien dengan DVT akut, sehingga diagnosis PTS harus ditunda sampai
setelah fase akut (3-6bulan).3
Sejumlah skala klinis telah digunakan untuk mendiagnosis dan mendefenisikan PTS,
dari jumlah tersebut, tiga dikembangkan khusus untuk PTS: skala Vilalta, skala Ginsberg,
dan skala Brandjes. Yang lain, dikembangkan untuk penyakit vena kronis, termasuk clinical,
etiologi anatomi dan patofisiologi (CEAP), skor Serveritas Klinis Vena, dan skala Widmer.
Dari jumlah tersebut, skala Villata adalah yang paling banyak diterapkan, dan
direkomendasikan oleh ISTH pada tahun 2009. skalaVillata adalah ukuran klinis yang
menghubungkan penilaian lima gejala vena subyektif dan enam tanda vena subyektif, serta
ada atau tidak adanya ulkus pada kaki yng terkena DVT. Skala Villata telah terbukti valid,
dapat diproduksi, dan responsif terhadap perubahan klinis, dan menunjukkan korelasi yang
baik dengan skor QOL generik spesifik penyakit 8-10, dan dengan penanda anatomi dan
fisiologis PTS.6
1. Penatalaksanaan Konservativ
a. Latihan Fisioterapi
Latihan bertujuan meningkatkan kebugaran, kekuatan kaki, dan kelenturan
tungkai, mengurangi keparahan gejala dan tanda serta meningkatkan kualitas
hidup. Secara fisiologis dimana latihan dapat meningkatkan peningkatan daya
tahan tubuh terhadap Post thrombtic syndrome, berkurangnya upaya otot karena
peningkatan kekuatan kaki, mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan
karena berfungsinya pompa otot betis dengan lebih baik, dan meningkatkan fungsi
muskoloskkeletal karena peningkatan fleksibelitas pergelangan.1
b. Terapi Kompresi
Terapi kompresi biasanya ECS adalah landasan untuk mengelola Post thrombotic
syndrome yang sudah mapan. Penggunaannya untuk mengurangi gejala
danmeningkatkan fungsi sehari-hari. Adapun kontraindikasi ECS adalah penyakit
arterial perifer simtomatik, karena klaudikasio dapat memburuk ketika stocking
dipakai.1
c. Farmakologi
Obat-obatan yang di evaluasi adalah rutoside (mengurangi filtrasi kapiler dan
permeabilitas mikrovaskular), defibrotide (menurunkan regulasi aktivator
inhibitor plasminogen-1 dan meregulasi prostasiklin, prostaglandin E2, dan
trombomodulin), dan hidrosmin (mekanisme aksi tidak diketahui).7
2. Penatalaksanaan Bedah
Prosedur bedah atau endovaskular seperti perbaikan katup vena, bypass vena,
dan stent vena untuk mengobati pasien PTS yang dipilih secara tepat memiliki potensi
untuk mengurangi manifestasi PTS yang disebabkan oleh obstruksi vena dalam atau
refluks katup.5
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Almeida J. Atlas of Endovascular Venous Surgery . Philadelphia: Elsevier;2012.
2. Gallanaud,JP. Susan R K . Consultative Hemostasis and thrombosis fourthedition.
Philadelphia: Elsevier; 2013.3.
3. Rabinovich A, Susan R K.The postthrombotic syndrome: current evidenceand future
challenges. Philadelphia ; 2016.
4. Eskandari M, dkk. Vascular surgery therapeutic strategies. USA. Peoplemedical
publishing house; 2009.
5. Susan R K. The post-thrombotic syndrome. Hematology Am Soc HematolEduc
Program. 2016 Dec 2; 2016 (1): 413.
10. Chris Tanto,Frans Iwang, Eka Adip Pradipta. Kapita Selekta Kedokteran. 2014.