Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No.

1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN PADA RUANG
RAWAT INAP DENGAN METODE TIM DI RUMAH SAKIT
IMANUEL BANDAR LAMPUNG
Musiana*, Idawati Manurung**

Kepuasan pasien akan mutu pelayanan keperawatan tidak terlepas dari bagaimana metode asuhan keperawatan
yang diterapkan di rumah sakit. Hampir sebagian besar rumah sakit swasta yang ada di Bandar Lampung masih
menggunakan metode fungsional dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan, Rumah Sakit Imanuel sudah mengembangkan metode asuhan keperawatan dari
metode fungsional menjadi metode tim pada ruang inap dewasa wanita dan ruang rawat inap anak sebagai pilot
project, sementara ruangan yang lain masih menggunakan metode fungsional. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui perbedaan mutu pelayanan keperawatan antara ruang rawat inap yang sudah melaksanakan metode
tim dengan ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung
tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RS Imanuel Bandar
lampung teknik pengambilan samel dengan cara purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 200. Analisis
univariat dalam bentuk distribusi frekuensi sedangkan analisis bivariat menggunakan uji T independen. Hasil
penelitian diperoleh Rata-rata skor mutu pelayanan keperawatan pada ruang rawat inap yang sudah
melaksanakan metode tim adalah 85,51 termasuk kategori baik. Rata-rata skor mutu pelayanan keperawatan
pada ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim adalah 81,50 termasuk kategori baik. Terdapat
perbedaan mutu pelayanan keperawatan antara ruang rawat inap yang sudah melaksanakan metode tim dengan
ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim (p value = 0.003). Saran bagi Rumah Sakit agar
mengembangkan pelaksanaan metode tim pada ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim agar
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat meningkat

Kata Kunci : Metode tim, Mutu pelayanan keperawatan

LATAR BELAKANG etik dan standar pelayanan profesional


yang sudah ditetapkan. Disamping itu
Rumah Sakit merupakan sarana mutu pelayanan kesehatan juga berkaitan
pelayanan kesehatan yang dengan ketanggapan petugas dalam
menyelenggarakan kegiatan medis, memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
pelayanan penunjang medik dan pelayanan komunikasi petugas dengan pasien,
non medik yang mempunyai kedudukan perhatian dan keramahan petugas dalam
sebagai pusat rujukan medic. Pelayanan melayani pasien serta berkaitan dengan
kesehatan yang bermutu saat ini menjadi kesembuhan penyakit yang diderita oleh
tuntutan masyarakat seiring dengan pasien (Azwar, 1996).
perkembangan teknologi kedokteran dan Ada beberapa indikator yang dapat
informasi serta meningkatnya pengetahuan digunakan untuk menilai mutu pelayanan
masyarakat di bidang kesehatan. Pelayanan yaitu dilihat dari BOR (Bed Occupancy
bermutu adalah pelayanan yang memenuhi Rate) atau rata- rata hunian tempat tidur ,
standar yang telah ditetapkan untuk LOS (Long Of Stay) atau lama hari rawat,
pelaksanaan, pemeliharaan, dan penilaian angka kejadian infeksi nosokomial, dan
kualitas pelayanan (Depkes RI, 2009). kepuasan pasien.
Mutu pelayanan kesehatan Dalam era globalisasi dewasa ini,
menunjukkan tingkat kesempurnaan seiring dengan semakin baiknya tingkat
pelayanan kesehatan yang dapat pendidikan masyarakat, tampak kebutuhan
menimbulkan kepuasan pada pasien di satu dan tuntutan masyarakat akan pelayanan
pihak dan di pihak lain cara telah bergeser ke arah yang dapat
penyelenggaraannya sesuai dengan kode memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan.

[17]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien tidak memahami perkembangan dari


atas pelayanan kesehatan yang diterima asuhan keperawatan yang diberikan pada
maka dapat dijadikan sebagai indikator pasien karena merasa bebas setelah
bahwa semakin baik pula mutu pelayanan melaksanakan tugasnya.
yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Metode yang sekarang sedang
Penelitian di RSAM Bandar Lampung dikembangkan di rumah sakit-rumah sakit
oleh Djamaluddin (1999) mendapat hasil adalah menggunakan metode tim, yaitu
kepuasan pasien terhadap layanan dokter metode asuhan dimana sekelompok
81,5%, terhadap pelayanan perawat perawat mendapat tugas untuk merawat
76,1%, dan terhadap lingkungan fisik pasien mulai dari masuk sampai dengan
50,3%. pulang. Kelompok tersebut dipimpin oleh
Ketidakpuasan pasien terhadap mutu seorang ketua tim yaitu perawat yang
pelayanan akan berdampak pada memiliki latar belakang pendidikan dan
menurunnya BOR dan kepercayaan pengalaman yang paling tinggi (lulusan S1
masyarakat terhadap jasa pelayanan, tidak Keperawatan). Kelebihan dari metode tim
sedikit pasien yang pada akhirnya lebih ini adalah pasien mendapatkan asuhan
memilih berobat keluar daerah atau keperawatan secara komprehensif dan
bahkan ke luar negeri dalam rangka kemajuan perkembangan asuhan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik. keperawatan yang diberikan dapat
Studi yang dilakukan pada tahun 2005 di diketahui dengan cepat. Dengan kelebihan
Sumatera mengungkapkan alasan metode ini diharapkan dapat meningkatkan
masyarakat memilih berobat ke luar negeri, kepuasan pasien sehingga dapat menaikkan
yaitu lebih cepat sembuh (42,5%), BOR dan menurunkan LOS.
rekomendasi dokter dalam negeri (38%), Rumah Sakit Imanuel adalah salah
kemampuan dokter (36,5%), tenaga medis satu Rumah Sakit Swasta tipe C yang
lebih ramah (36,5%), fasilitas lebih berada di Kota Bandar Lampung,
canggih dan modern (34%), pelayanan mempunyai empat bagian rawat inap yang
prima (32,5%), pelayanan lebih baik terdiri dari Ruang rawat inap Dewasa (pria
(31%), akurasi diagnosis (30,5%), dan wanita), Ruang rawat inap Anak,
penanganan lebih cepat (30%), Ruang rawat inap Kebidanan serta Ruang
transparansi hasil diagnosis (30%), layanan rawat inap untuk anak dan dewasa seperti
1 paket (26,5%), dan lebih murah (26,5%). ICU dan VIP dengan kapasitas 121 tempat
Kepuasan pasien akan mutu pelayanan tidur, terdiri dari kelas VIP, Kelas I, Kelas
keperawatan tidak terlepas dari bagaimana II dan Kelas III, dalam tiga tahun terakhir
metode asuhan keperawatan yang rata rata persentase pemakaian tempat tidur
diterapkan di rumah sakit. Dari hasil atau BOR adalah 66,66%, dimana nilai
pengamatan terhadap beberapa rumah ideal yang dapat ditolerir sesuai standar
sakit, hampir sebagian besar rumah sakit Departemen Kesehatan adalah BOR 60 –
swasta yang ada di Bandar Lampung masih 85 % (Depkes, 2009).
menggunakan metode fungsional dalam Dalam rangka meningkatkan mutu
memberikan pelayanan kepada pasien. pelayanan keperawatan, Rumah Sakit
Metode fungsional adalah metode Imanuel sudah mengembangkan metode
pemberian asuhan kepada pasien dengan asuhan keperawatan dari metode
melakukan pembagian tugas, misalnya fungsional menjadi metode tim pada ruang
perawat A hanya mendapat tugas inap dewasa wanita dan ruang rawat inap
menyuntik, sedangkan perawat B tugasnya anak sebagai pilot project, sementara
membagi obat, dst, jadi orientasinya ruangan yang lain masih menggunakan
berdasarkan pembagian tugas. Metode metode fungsional. Berdasarkan uraian di
fungsional memiliki kelebihan perawat atas, peneliti tertarik untuk melakukan
memiliki keterampilan terhadap prosedur penelitian tentang “Perbedaan mutu
tertentu, namun kelemahannya perawat pelayanan keperawatan antara ruang rawat

[18]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

inap yang sudah melaksanakan metode tim Uji kesamaan varian dilakukan
dengan ruang rawat inap yang belum melalui uji Levene’s. Bila nilai p dari uji
melaksanakan metode tim di Rumah Sakit Levene’s < alpha (0.05) maka varian
Imanuel Bandar Lampung tahun 2011” berbeda (Equal variances not assumed),
Tujuan penelitian ini adalah untuk dan bila nilai p > alpha (0.05) maka varian
mengetahui perbedaan mutu pelayanan sama (Equal variances assumed).
keperawatan antara ruang rawat inap yang Selanjutnya dilihat nilai p nya, apabila
sudah melaksanakan metode tim dengan nilai p < alpha (0.05) maka keputusannya
ruang rawat inap yang belum adalah Ho ditolak ( ada perbedaan yang
melaksanakan metode tim di Rumah Sakit signifikan) dan bila nila p > alpha (0.05)
Imanuel Bandar Lampung. maka keputusannya adalah Ho gagal
ditolak artinya tidak ada perbedaan yang
METODE PENELITIAN signifikan (Hastono, 2001)

Penelitian ini menggunakan desain HASIL PENELITIAN


cross sectional. Sedangkan jenis
penelitiannya adalah deskriptif komparatif, Karakteristik Responden
yaitu melihat perbedaan mutu pelayanan .
keperawatan antara ruang rawat inap yang Hasil analisis data karakteristik
sudah melaksanakan metode tim dengan responden menggambarkan bahwa dari
ruang rawat inap yang belum 200 rata-rata umur responden adalah 38.06
melaksanakan metode tim. Penelitian ini tahun dan median 35,00 tahun dengan
dilakukan pada Bulan September 2011 standar deviasi 14,503 tahun. Umur
samapai dengan Bulan Oktober 2011 di responden termuda 18 tahun dan umur
Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. tertua 73 tahun. Dari hasil estimasi interval
Populasi dalam penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
semua pasien rawat inap di Rumah Sakit rata-rata umur responden diantara 35,59 –
Imanuel Bandar Lampung sebanyak 398 40,42 tahun. Berdasrakan jenis kelamin
orang pada bulan Agustus 2011, dengan digambarkan bahwa dari 200 responden
sampel sebanyak 200 responden yang sebagian besar (67,9%) responden berjenis
kemudian dibagi menjadi 2 sehingga baik kelamin perempuan. Sedangkan untuk
ruang rawat inap yang sudah pekerjaan responden dari 200 responden
melaksanakan metode tim maupun ruang sebagian besar (41,1%) tidak bekerja (ibu
rawat inap yang belum melaksanakan rumah tangga, mahasiswa, dan pensiunan).
metode tim masing-masing diambil
sebanyak 100 sampel. Analisis Univariat
Pengolahan dan analisis data pada
penelitian ini menggunakan program Hasil analisis univariat menjelaskan
komputer dengan tahapan sebagai berikut : bahwa dari 100 responden didapatkan
proses editing, coding, cleaning dan rata-rata skor mutu pelayanan keperawatan
processing. Untuk melihat apakah ada pada ruang rawat inap yang belum
perbedaan mutu pelayanan keperawatan melaksanakan metode tim 81,50 dengan
antara ruang rawat inap yang sudah standar deviasi 9,119. Skor mutu
melaksanakan metode tim dengan ruang pelayanan keperawatan tersebut termasuk
rawat inap yang belum melaksanakan metode kategori baik. Analisis selanjutnya
tim, menggunakan uji statistik uji T menjelaskan bahwa dari 100 responden
independen, karena variabel independen didapatkan rata-rata skor mutu pelayanan
katagorik, dan variabel dependennya keperawatan pada ruang rawat inap yang
numerik. Dalam penelitian ini digunakan sudah melaksanakan metode tim adalah
tingkat kemaknaan 0,05 dan CI 95 %. 85,51 dengan standar deviasi 9,958
termasuk dalam kategori baik.

[19]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

Analisis Bivariat karakteristik pasien dengan tingkat


kepuasan pasien terhadap pelayanan
Tabel 1: Distribusi rata-rata skor mutu kesehatan didapat hasil tidak ada hubungan
pelayanan keperawatan yang signifikan antara umur, jenis kelamin,
berdasarkan pelaksanaan metode asal pasien dan lama perawatan terhadap
tim pada ruang rawat inap kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan.
Sedangkan untuk uji Chi-Square terhadap
Variabel Mean SD SE P N pendidikan dan pekerjaan pasien, hasilnya
value
Metode
menunjukkan adanya hubungan yang
Tim signifikan atau bermakna. Pada penelitian
- Sudah 85,51 9,958 0,996 0,003 100 ini tidak diketahui latar belakang
- Belum 81,50 9,119 0,912 100 pendidikan responden sedangkan untuk
karakteristik pekerjaan sebagian besar
Berdasarkan hasil uji kesamaan varian responden tidak bekerja (41,1%).
melalui uji Levene’s didapat hasil p = Hasil penelitian didapatkan rata-rata
0.035 (p < α, 0.05) berarti varian kedua skor mutu pelayanan keperawatan pada
kelompok berbeda, dengan menggunakan ruang rawat inap yang belum
Equal variances not assumed, diperoleh melaksanakan metode tim adalah 81,50
nilai p value = 0.003 sehingga dapat dengan standar deviasi 9,119. Ruang
disimpulkan bahwa pada alpha 0,05, rawat inap pria (RID Pria) dan ruang
terdapat perbedaan yang bermakna rata- kebidanan belum melaksanakan metode
rata skor mutu pelayanan keperawatan tim dalam pelaksanaan asuhan pelayanan
antara ruang rawat inap yang sudah kepada pasien. Kedua ruangan tersebut
melaksanakan metode tim dengan ruang masih melaksanakan metode fungsional
rawat inap yang belum melaksanakan dalam merawat pasien. Metode fungsional
metode tim di rumah sakit Imanuel Bandar adalah metode pemberian asuhan
Lampung. keperawatan berdasarkan orientasi tugas
dimana perawat melaksanakan tugas
PEMBAHASAN (tindakan) berdasarkan jadwal kegiatan
yang ada.
Rata-rata umur responden pada Skor mutu pelayanan keperawatan
penelitian ini adalah 38.06 tahun (95% CI: pada ruang rawat inap yang belum
35,59 – 40,42), Umur responden termuda melaksanakan metode tim adalah 81,50
18 tahun dan umur tertua 73 tahun. Pada kemungkinan dari sudut pandang pasien,
penelitian ini sebagian besar responden pasien merasa diperhatikan karena semua
termasuk dalam ketegori umur dewasa perawat memberikan perhatian kepadanya
menengah dan usia produktif (35 – 55 karena tugas-tugas rutin dibagi menurut
tahun). Menurut Levinson (1978) dikutip fungsinya. Misalnya perawat A mendapat
dalam Karen (2004) usia ini merupakan tugas menyuntik, sedangkan perawat B
puncak intelektual dan fisik selain itu tugasnya membagi obat, perawat C
kebutuhan untuk mencari kepuasan diri mengukur tanda-tanda vital.
tinggi sehingga tuntutan terhadap Metode fungsional memiliki kelebihan
pelayanan yang bermutu menjadi perawat memiliki keterampilan terhadap
dominan. prosedur tertentu, namun kelemahannya
Hasil penelitian juga mendapatkan perawat tidak memahami perkembangan
data bahwa mayoritas responden berjenis dari asuhan keperawatan yang diberikan
kelamin perempuan (67,9%). Dilihat dari pada pasien karena merasa bebas setelah
fenomena biasanya wanita lebih kritis melaksanakan tugasnya.
dalam menuntut pelayanan yang Hasil analisis data didapatkan rata-rata
diterimanya. Hasil penelitian Sukarni, skor mutu pelayanan keperawatan pada
(2004) yang berjudul Hubungan ruang rawat inap yang sudah

[20]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

melaksanakan metode tim adalah 85,51 masalah keperawatan. Kepala ruangan juga
dengan standar deviasi 9,958. bias melakukan bedside teaching,
Ruang rawat inap wanita dan ruang supervise dan ronde keperawatan sehingga
anak sudah melaksanakan metode tim pada pelayanan dan perhatian kepada pasien
pelaksanaan pelayanan kepada pasien. bias terus ditingkatkan.
Metode tim merupakan suatu model dan Sebaliknya pada metode fungsional
praktik keperawatan profesional dimana setelah melaksanakan tugas, perawat tidak
seorang perawat profesional memimpin perlu lagi ke pasien sehingga tidak bisa
sekelompok tenaga keperawatan dalam terlacak bila ada perawat yang
memberikan asuhan keperawatan memberikan perawatan yang tidak bermutu
kelompok klien melalui upaya kooperatif kesinambungan intervensi dan
dan kolaboratif (Douglas, 1984). Model dokumentasi keperawatan juga tidak
tim didasarkan pada keyakinan bahwa terjadi. Kalau kita membandingkan teori
setiap anggota kelompok mempunyai yang mengevaluasi mutu pelayanan
kontribusi dalam merencanakan dan menurut Parasuraman, (1991), ada lima
memberikan asuhan keperawatan sehingga dimensi untuk mengevaluasi mutu
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab pelayanan yaitu bukti langsung
perawat yang tinggi sehingga diharapkan (Tangibles), yaitu ketersediaan sarana dan
mutu asuhan keperawatan meningkat. fasilitas fisik, peralatan, kebersihan,
Pelaksanaan metoda tim ini memiliki kerapian, kenyamanan ruangan,
ciri-ciri khusus seperti adanya sekelompok kelengkapan dan penampilan petugas
perawat yang bertanggungjawab pada yang dapat langsung dirasakan oleh
sekelompok pasien dan setiap pasien pelanggan. Kehandalan (Realibility), yaitu
mempunyai perawat yang kemampuan petugas memberikan
bertanggungjawab merawatnya secara pelayanan kepada pelanggan dengan tepat,
holistik sepanjang shift itu. cepat dan memuaskan. Ketanggapan
Analisis bivariat dengan menggunakan (Responsivenes), yaitu kemampuan
uji T independen didapat hasil terdapat petugas memberikan pelayanan dalam
perbedaan yang bermakna mutu pelayanan menanggapi keluhan pelanggan dengan
keperawatan antara ruang rawat inap yang cepat. Jaminan (Assurance), yaitu
sudah melaksanakan metode tim dengan kemampuan petugas untuk bersikap sopan
ruang rawat inap yang belum dalam memberikan pelayanan kepada
melaksanakan metode tim di rumah sakit pelanggan sehingga dipercaya. Kepedulian
Imanuel Bandar Lampung dengan nilai p = (Empathy), yaitu kemampuan petugas
0.003 dalam membina hubungan, komunikasi
Pada metode tim perawat lebih yang baik, perhatian dan memahami
memandang pasien secara holistic dan kebutuhan pelanggan.
komprehensif. Dari sisi perawat lebih Berdasarkan ke lima dimensi unsur
mempunyai motivasi untuk memberikan sumber daya manusia atau petugas atau
pelayanan yang bermutu karena bila dia perawat ada di lima dimensi tersebut
melakukan kesalahan akan mudah sehingga bila dalam semua dimensi
diketahui dan terlacak serta pasiennya bisa perawatnya jelas uraian tugas, perannya,
melaporkan dirinya langsung kepada sistem atau metoda pelayanan
kepala ruangan. Sebaliknya diskusi juga keperawatan, maka mutu pelayanan
dapat berlangsung dengan baik karena baik keperawatannya akan tinggi dan dapat
perawat dan pasien saling mengenal. dirasakan oleh pasien dan keluarganya.
Kesinambungan intervensi Metoda tim mengharuskan perawatnya
keperawatan dan dokumentasi berpenampilan baik karena dikenali pasien
keperawatan juga terjadi karena adanya dan keluarganya. Pengenalan pasien
proses overan, pre-post konfren dan terhadap perawatnya, kejelasan pasien
catatan perkembangan yang berdasarkan yang menjadi tanggungjawab perawat

[21]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

membuat perawat harus mampu rawat inap yang belum melaksanakan


memberikan pelayanan kepada pelanggan metode tim adalah 81,50 termasuk kategori
dengan tepat, cepat dan memuaskan. baik.
Tanggap memberikan pelayanan dalam Selanjutnya berdasarkan uji perbedaan
menanggapi keluhan pelanggan dengan rata-rata maka diperoleh kesimpulan
cepat, mampu untuk bersikap sopan dalam terdapat perbedaan mutu pelayanan
memberikan pelayanan kepada pelanggan keperawatan antara ruang rawat inap yang
sehingga dipercaya. Perawat juga harus sudah melaksanakan metode tim dengan
empati, yaitu mampu dalam membina ruang rawat inap yang belum
hubungan, komunikasi yang baik, melaksanakan metode tim (p value =
perhatian dan memahami kebutuhan pasien 0.003)
dan keluarganya. Itulah sebabnya ada Berdasarakan kesimpulan tersebut
perbedaan yang bermakna antara mutu maka penulis menyarakan agar pihak
pelayanan keperawatan yang dirasakan rumah sakit mengembangkan pelaksanaan
pasien dan keluarganya dari yang belum metode tim pada ruang rawat inap yang
melaksanakan metoda tim dengan yang belum melaksanakan metode tim agar
sudah melaksanakan metoda tim. mutu pelayanan keperawatan yang
Penelitian ini memiliki keterbatasan diberikan kepada pasien dapat meningkat
yaitu : dan untuk penelitian selanjutnya
1. Indikator yang digunakan dalam hendaknya melakukan penelitian tentang
mengukur mutu pelayanan pada pelaksanaan metode tim dengan
penelitian ini menggunakan indicator memperhatikan keterbatasan yang ada
kepuasan pasien yang sifatnya sangat dalam penelitian ini.
subjektif, dimana hasil yang didapat
sangat tergantung dari jawaban dan
kejujuran pasien dalam menjawab * Dosen pada Prodi Keperawatan
pertanyaan yang diberikan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes
2. Instrumen penelitian dikembangkan Tanjungkarang.
sendiri oleh peneliti berdasarkan ** Dosen pada Prodi Keperawatan
kriteria yang ada dalam dimensi mutu , Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes
hasil uji validitas didapat 1 pertanyaan Tanjungkarang.
yang tidak valid yaitu no 17. Peneliti
tetap menggunakan pertanyaan tersebut
setelah diedit, namun tidak mengujinya
kembali DAFTAR PUSTAKA
3. Pada penelitian ini peneliti tidak
melakukan pengendalian terhadap Azwar. Azrul (1996) . Pengantar
variable–variable confounding seperti Administrasi Kesehatan. Jakarta:
tingkat pendidikan, pengalaman dirawat Binarupa Aksara
di rumah sakit dan status kelas ruang
rawat inap pasien. Depkes RI, (2009). Standar Pelayanan
Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta
KESIMPULAN
Douglas, LM. (1984). The Effective Nurse
Berdasarkan hasil penelitian dan Leader and Manager, Second Edition
pembahasan disimpulkan bahwa rata-rata St Luis ; The C. V Mosby comp.
skor mutu pelayanan keperawatan pada
ruang rawat inap yang sudah Karen M. Stolte (2004). Diagnosa
melaksanakan metode tim adalah 85,51 Keperawatan Sejahtera. Penerbit buku
termasuk kategori baik dan rata-rata skor kedokteran EGC
mutu pelayanan keperawatan pada ruang

[22]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357

Sutanto Priyo Hastono (2001). Analisis kesehatan di unit rawat inap


Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat puskesmas perawatan Doro
UI Kecamatan Doro Kabupaten
Pekalongan. Undergraduate thesis,
Sukarni, Sri (2004). Hubungan Faculty of Public Health.
karakteristik pasien dengan tingkat http://www.fkm.undip.ac.id
kepuasan pasien terhadap pelayanan

[23]

Anda mungkin juga menyukai