PENELITIAN
MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN PADA RUANG
RAWAT INAP DENGAN METODE TIM DI RUMAH SAKIT
IMANUEL BANDAR LAMPUNG
Musiana*, Idawati Manurung**
Kepuasan pasien akan mutu pelayanan keperawatan tidak terlepas dari bagaimana metode asuhan keperawatan
yang diterapkan di rumah sakit. Hampir sebagian besar rumah sakit swasta yang ada di Bandar Lampung masih
menggunakan metode fungsional dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan, Rumah Sakit Imanuel sudah mengembangkan metode asuhan keperawatan dari
metode fungsional menjadi metode tim pada ruang inap dewasa wanita dan ruang rawat inap anak sebagai pilot
project, sementara ruangan yang lain masih menggunakan metode fungsional. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui perbedaan mutu pelayanan keperawatan antara ruang rawat inap yang sudah melaksanakan metode
tim dengan ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung
tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang rawat inap RS Imanuel Bandar
lampung teknik pengambilan samel dengan cara purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 200. Analisis
univariat dalam bentuk distribusi frekuensi sedangkan analisis bivariat menggunakan uji T independen. Hasil
penelitian diperoleh Rata-rata skor mutu pelayanan keperawatan pada ruang rawat inap yang sudah
melaksanakan metode tim adalah 85,51 termasuk kategori baik. Rata-rata skor mutu pelayanan keperawatan
pada ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim adalah 81,50 termasuk kategori baik. Terdapat
perbedaan mutu pelayanan keperawatan antara ruang rawat inap yang sudah melaksanakan metode tim dengan
ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim (p value = 0.003). Saran bagi Rumah Sakit agar
mengembangkan pelaksanaan metode tim pada ruang rawat inap yang belum melaksanakan metode tim agar
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dapat meningkat
[17]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
[18]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
inap yang sudah melaksanakan metode tim Uji kesamaan varian dilakukan
dengan ruang rawat inap yang belum melalui uji Levene’s. Bila nilai p dari uji
melaksanakan metode tim di Rumah Sakit Levene’s < alpha (0.05) maka varian
Imanuel Bandar Lampung tahun 2011” berbeda (Equal variances not assumed),
Tujuan penelitian ini adalah untuk dan bila nilai p > alpha (0.05) maka varian
mengetahui perbedaan mutu pelayanan sama (Equal variances assumed).
keperawatan antara ruang rawat inap yang Selanjutnya dilihat nilai p nya, apabila
sudah melaksanakan metode tim dengan nilai p < alpha (0.05) maka keputusannya
ruang rawat inap yang belum adalah Ho ditolak ( ada perbedaan yang
melaksanakan metode tim di Rumah Sakit signifikan) dan bila nila p > alpha (0.05)
Imanuel Bandar Lampung. maka keputusannya adalah Ho gagal
ditolak artinya tidak ada perbedaan yang
METODE PENELITIAN signifikan (Hastono, 2001)
[19]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
[20]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
melaksanakan metode tim adalah 85,51 masalah keperawatan. Kepala ruangan juga
dengan standar deviasi 9,958. bias melakukan bedside teaching,
Ruang rawat inap wanita dan ruang supervise dan ronde keperawatan sehingga
anak sudah melaksanakan metode tim pada pelayanan dan perhatian kepada pasien
pelaksanaan pelayanan kepada pasien. bias terus ditingkatkan.
Metode tim merupakan suatu model dan Sebaliknya pada metode fungsional
praktik keperawatan profesional dimana setelah melaksanakan tugas, perawat tidak
seorang perawat profesional memimpin perlu lagi ke pasien sehingga tidak bisa
sekelompok tenaga keperawatan dalam terlacak bila ada perawat yang
memberikan asuhan keperawatan memberikan perawatan yang tidak bermutu
kelompok klien melalui upaya kooperatif kesinambungan intervensi dan
dan kolaboratif (Douglas, 1984). Model dokumentasi keperawatan juga tidak
tim didasarkan pada keyakinan bahwa terjadi. Kalau kita membandingkan teori
setiap anggota kelompok mempunyai yang mengevaluasi mutu pelayanan
kontribusi dalam merencanakan dan menurut Parasuraman, (1991), ada lima
memberikan asuhan keperawatan sehingga dimensi untuk mengevaluasi mutu
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab pelayanan yaitu bukti langsung
perawat yang tinggi sehingga diharapkan (Tangibles), yaitu ketersediaan sarana dan
mutu asuhan keperawatan meningkat. fasilitas fisik, peralatan, kebersihan,
Pelaksanaan metoda tim ini memiliki kerapian, kenyamanan ruangan,
ciri-ciri khusus seperti adanya sekelompok kelengkapan dan penampilan petugas
perawat yang bertanggungjawab pada yang dapat langsung dirasakan oleh
sekelompok pasien dan setiap pasien pelanggan. Kehandalan (Realibility), yaitu
mempunyai perawat yang kemampuan petugas memberikan
bertanggungjawab merawatnya secara pelayanan kepada pelanggan dengan tepat,
holistik sepanjang shift itu. cepat dan memuaskan. Ketanggapan
Analisis bivariat dengan menggunakan (Responsivenes), yaitu kemampuan
uji T independen didapat hasil terdapat petugas memberikan pelayanan dalam
perbedaan yang bermakna mutu pelayanan menanggapi keluhan pelanggan dengan
keperawatan antara ruang rawat inap yang cepat. Jaminan (Assurance), yaitu
sudah melaksanakan metode tim dengan kemampuan petugas untuk bersikap sopan
ruang rawat inap yang belum dalam memberikan pelayanan kepada
melaksanakan metode tim di rumah sakit pelanggan sehingga dipercaya. Kepedulian
Imanuel Bandar Lampung dengan nilai p = (Empathy), yaitu kemampuan petugas
0.003 dalam membina hubungan, komunikasi
Pada metode tim perawat lebih yang baik, perhatian dan memahami
memandang pasien secara holistic dan kebutuhan pelanggan.
komprehensif. Dari sisi perawat lebih Berdasarkan ke lima dimensi unsur
mempunyai motivasi untuk memberikan sumber daya manusia atau petugas atau
pelayanan yang bermutu karena bila dia perawat ada di lima dimensi tersebut
melakukan kesalahan akan mudah sehingga bila dalam semua dimensi
diketahui dan terlacak serta pasiennya bisa perawatnya jelas uraian tugas, perannya,
melaporkan dirinya langsung kepada sistem atau metoda pelayanan
kepala ruangan. Sebaliknya diskusi juga keperawatan, maka mutu pelayanan
dapat berlangsung dengan baik karena baik keperawatannya akan tinggi dan dapat
perawat dan pasien saling mengenal. dirasakan oleh pasien dan keluarganya.
Kesinambungan intervensi Metoda tim mengharuskan perawatnya
keperawatan dan dokumentasi berpenampilan baik karena dikenali pasien
keperawatan juga terjadi karena adanya dan keluarganya. Pengenalan pasien
proses overan, pre-post konfren dan terhadap perawatnya, kejelasan pasien
catatan perkembangan yang berdasarkan yang menjadi tanggungjawab perawat
[21]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
[22]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN 1907 - 0357
[23]