Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

“INVESTASI PADA EFEK TERTENTU”


Dosen Pengampu :Ibu Aviani Widyastuti., SE., Ak., CA

Kelompok:
1. Laras Murdaningrum 201310170311264
2. Ririn Okatia 201310170311299
3. Karina Ismurossa 201310170311312

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan karunia akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah “Investasi pada Efek Tertentu”
dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya.Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas mata kuliah Akuntansi
Pajak di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Malang.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
sekali bantuan yang di terima baik berupa bimbingan, maupun dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Allah SWT
2. Ibu Aviani Widyastuti., S.E., Ak., CA., selaku dosen pembimbing mata
kuliah Akuntansi Pajak
3. Orang tua kami selaku pemberi motivasi
4. Teman-teman selaku pemberi semangat
Dalam pembuatan makalah ini kami banyak menemukan
kendala.Salah satunya saat mencari literature yang sesuai.Selain itu,
mengatur waktu saat mengerjakan makalah bersama.Kami menyadari
bahwa makalah ini belum pada tingkat kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan yang perlu di benahi.Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami
selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan
arahan dari semua pihak.

Malang, 06 Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................... ................................................. 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN MATERI

2.1 Definisi Efek ........................................................................................ 5

2.2 Akuntansi Investasi Efek .................................................................... 5

2.3 Perubahan Kelompok Investasi ......................................................... 8

2.4 Penyajian dan Pelaporan Investasi pada efek terterntu ................... 8

2.5 Perpajakan ........................................................................................... 11

2.6 Surat Utang Negara ............................................................................. 11

BAB III ANALISIS KASUS

3.1 Investasi efetk tertentu PT. Gudang Garam dalam Laporan Keuangan

berdasarkan peraturan Akuntansi Perpajakan .................................. 14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

Efek (security) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan

utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit

penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan

setiap derivatif dari efek.

Efek utang (debt security) adalah efek yang menunjukkan

hubungan hutang piutang antara kreditor dengan entitas yang

menerbitkan efek.

Efek ekuitas (equity security) adalah efek yang menunjukkan hak

kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya:

waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan

tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan.

Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari

pertukaran instrumen keuangan dalam transaksi antarpihak-pihak yang

bebas, bukan karena paksaan atau likuidasi. Jika terdapat harga pasar

untuk instrumen tersebut, nilai wajar yang harus digunakan dalam

penerapan Pernyataan ini dihitung dengan cara mengalikan volume

saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per unit. Keuntungan

atau kerugian kepemilikan (holding gain or loss) adalah perubahan neto

dalam nilai wajar efek, tidak termasuk: (a) dividen atau pendapatan

bunga yang telah diakui namun belum diterima (basis akrual), dan (b)

setiap penurunan nilai efek yang bersifat permanen.

3
Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan

efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok

berikut ini:

a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity),

b) diperdagangkan (trading),

c) tersedia untuk dijual (available for sale).

4
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

2.1 Definisi Efek


Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor
dengan entitas yang menerbitkan efek. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan
hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran,
opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan
harga yang telah atau akan ditetapkan.
2.2 Akuntansi Investasi Efek
Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang
dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:
a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity),
Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:840-841) surat berharga utang
yang diklasifikasi sebagai HTM hanya apabila perusahaan mempunyai niat untuk
memiliki efek tersebut sampai dengan jatuh tempo.
Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh
tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam
kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan disajikan dalam neraca sebesar biaya
perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto.
Perusahaan mungkin mengubah maksudnya untuk memiliki efek utang tertentu
sampai dengan saat jatuh tempo dengan menjual atau mentransfer efek utang
tersebut. Penjualan atau transfer efek utang tidak dianggap sebagai perubahan
dalam tujuan “dimiliki hingga jatuh tempo” jika perubahan maksud tersebut
disebabkan oleh kondisi berikut ini:
1. Terdapat bukti mengenai penurunan signifikan risiko kredit perusahaan
penerbit efek
2. Terjadi perubahan peraturan perpajakan yang menghapuskan atau
menaikkan tariff perpajakan yang menghapuskan atau menaikkan tariff pajak

5
final yang berlaku atas bunga dari efek utang (tidak termasuk perubahan
peraturan perpajakan yang merevisi tariff pajak atas bunga secara umum).
3. Terjadi penggabungan usaha atau penjualan dalam jumlah besar (seperti
penjualan segmen) yang mengakibatkan diperlukannya penjualan atau
transfer efek dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” untuk
mempertahankan risiko kredit perusahaan dan posisi risiko suku bunga yang
ada saat tersebut.
4. Terjadi perubahan dalam persyaratan atau peraturan perundangan yang
secara signifikan mengubah definisi investasi yang diizinkan atau tingkat
maksimum investasi yang diizinkan dalam jenis efek tertentu, sehingga
perusahaan harus melepaskan efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo.
5. Terjadi perubahan peraturan pemerintah mengenai modal minimum industri
tertentu yang mengakibatkan perusahaan mengurangi aktivitas usahanya
atau skala operasinya dan menjual efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh
tempo.
6. Terjadi perubahan dalam peraturan pemerintah yang mengakibatkan
bertambahnya bobot risiko atas investasi efek utang dalam perhitungan rasio
tertentu, misalnya dalam perhitungan solvabilitas perusahaan asuransi atau
perhitungan rasio kecukupan modal perbankan.
Selain perubahan yang diuraikan di atas, kejadian lain yang tidak berulang dan
bersifat luar biasa yang tidak dapat diantisipasi, dapat menyebabkan perusahaan
menjual atau mentransfer efek tertentu dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo,
tanpa harus dipertanyakan tujuan awal pemilikan efek dalam kelompoj dimiliki hingga
jatuh tempo mempertimbangkan effek lain dalam kelompok yang sama, Semua
penjualan dan transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus
diungkapkan sesuai dengan persyaratan pada paragraph 23.
b) Efek “diperdagangkan” (trading)
Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:846, 850) surat berharga dalam bentuk
utang ataupun saham yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam periode
singkat (kurang dari 3 bulan atau mungkin diukur dalam hitungan hari). Perusahaan
melaporkan efek “trading” pada vair value, dengan unrealized holding gain or losses
sebagai bagian dari laba netto.

6
Holding gain or losses adalah perubahan netto antara nilai wajar dari satu
period eke periode lainnya, tidak termasuk dividen maupun bunga yang telah diakui
tetapi belum diterima. Sama seperti kedua jenis investasi utang lainnya,
premi/diskonto juga akan diamortisais.
Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009;46-47) investasi utang yang
dikelompokkan dalam kelompok “trading” diukur sebesar nilai wajarnya dalam
neraca. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, harus
diklasifikasikan dalam kelompok Efek “diperdagangkan”. Pengelompokkan ini
biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering
dilakukan. Efek Diperdagangkan”. ini dimiliki denga tujuan untuk menghasilkan laba
dari perbedaan harga jangka pendek. Laba/rugi yang belum direalisasi atas
investasi utang “trading” harus diakui sebagai penghasilan.

c) Efek “Tersedia untuk dijual” (available for sale).


Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:842-845, 848-850) Investasi
dalam bentuk utang maupun ekuitas yang termasuk dalam kategori AFS
dilaporkan sebesar fair values dalam neraca. Keuntungan/kerugian yang belum
direalisasi terkait dengan perubahan fair value akan dicatat dalam akun unrealizes
gain or losses (bagian dari Laporan Laba Rugi dilaporkan dalam ekuitas).
Perubahan fair value tidak akan dilaporkan sebagai bagian dari net income sampai
investasi tersebut dijual.
Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009:47) efek yang tidak diklasifikasikan
dalam kelompok “trading” dan dalam kelompok HTM, maka harus diklasifikasikan
kedalam kelompok AFS. Laba/Rugi yang belum direalisasi harus dimasukkan
sebagai komponen ekuitas yang disajian secara terpidah dan tidak boleh diakui
sebagai penghasilan sampai pada saat laba/rugi tersebut dapat direalisasi.
Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividend an pendapatan bunga
termasuk amortisasi premi/diskonto yang timbul saat perolehan diakui sebagai
penghasilan. Sedangkan untuk laba/rugi yang telah direalisasi dala efek “trading”
dan HTM tetap harus dilaporkan sebagai penghasilan.

7
2.3 Perubahan Kelompok Investasi
Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009:47-48) pemindahan Efek antar
kelompok dicatat sebesar nilai wajarnya. Pada tanggal perubahan kelompok,
laba/rui yang belum direalisasi harus dicatat sebagai berikut:
a. Untuk Efek yang dipindahkan dari kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang
belum direalisasi pada tanggal transfer telah tercatat sebagai penghasilan dan oleh
karena itu tidak boleh dihapus.
b. Untuk Efek yang dipindahkan ke kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang
belum direalisasi pada tanggal pemindahan diakui sebagai penghasilan pada saat
tersebut.
c. Untuk Efek utang yang dipindahkan ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok
dimiliki hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam
kelompok ekuitas secara terpisah pada tanggal pemindahan kelompok.
d. Untuk Efek yang ditransfer ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer
harus tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas secara terpisah, namun harus
diamortisasi selama masa manfaat efek dengan cara yang konsisten dengan
amortisasi premi atau diskonto. Amortisasi laba atau rugi yang belum direalisasi
tersebut akan sepadan dengan pengaruh amortisasi premi atau diskonto terhadap
pendapatan bunga dari efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo.
2.4 Penyajian dan Pengungkapan Investasi pada Efek Tertentu
Menurut IAI dalam SAK ETAP (2009:49-51) Perusahaan dengan neraca
yang aktiva dikelompokkan menjadi aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain
kewajibannya dikelompokkan manjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
(classified balance sheet) harus melaporkan semua efek yang diperdagangkan
sebagai aktiva lancar. Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek
dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva
tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh
tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar.
Dalam laporan arus kas, arus kas yang digunakan untukatau berasal dari
pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual
dan dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas

8
investasi, dan dilaporkan sebesar nilai bruto untuk setiap kelompok efek di dalam
laporan arus kas. Arus kas untuk atau dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo
efek dalam kelompok diperdagangkan harus diklasifikasikan sebagai arus kas
aktivitas operasi.
Sementara itu, untuk pengungkapan untuk Efek dalam kelompok tersedia
untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama
efek:
1. Nilai wajar agregat
2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek
3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.

Lembaga keuangan (bank, koperasi kredit, lembaga pembiayaan dan asuransi)


perusahaan harus mengungkapkan setiap jenis efek utama yang dimilikinya sebagai
berikut:
a) efek ekuitas,
b) efek utang yang dikeluarkan oleh pemerintah,
c) efek utang perusahaan,
d) efek utang yang dijamin hipotik, dan
e) efek utang lainnya.
Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun terakhir yang
disajikan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut
jangka waktunya sejak tanggal neraca. Lembaga keuangan harus mengungkapkan
nilai wajar dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang
belum diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut
ini:
a) jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun,
b) jatuh tempo dalam waktu antara 1 sampai 5 tahun,
c) jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun,
d) jatuh tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun

9
Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal tertentu, seperti efek yang
pembayarannya dijamin hipotik, dapat diungkapkan secara terpisah (tidak
dialokasikan ke dalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut). Jika
penggolongan jatuh temponya dialokasikan, dasar alokasinya harus diungkapkan.
Untuk setiap periode akuntansi, perusahaan harus mengungkapkan:
a) Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi
yang direalisasi dari penjualan tersebut.
b) Dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi
(misalnya, identifikasi khusus, rata-rata, atau metode lain).
c) Laba dan rugi yang dimasukkan debagai penghasilan dari pemindahan
pengelompokkan efek dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok
diperdagangkan.
d) Perubahan laba atau rugi pemilikian yang belum direalisasi untuk efek dalam
kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan ke dalam komponen ekuitas
secara terpisah selama periose yang bersangkutan.
e) Perubahan dalam laba tau rugi pemilikian efek yang belum direalisasi dari efek untuk
tujuan diperdagangkan yang telah diperdagangkan yang telah diakui sebagai
penghasilan dalam periode pelaporan.

Penilaian investasi pada Efek tertentu menurut perpajakan didasarkan pada


perolehannya sesuai dengan penjelasan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10
ayat (6) ditentukan bahwa penilaian sekuritas hanya boleh menggunakan harga
perolehan. Sedangkan keuntungan atau kerugian karena penjualan/pengalihan
saham hendaknya berpegang kepada ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 4 ayat (1), yaitu sebesar selisih antara harga jual dengan harga perolehan.
Investasi surat berharga dalam valuta asing, sesuai dengan ketentuan perpajakan,
harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah. Penjabarannya dilakukan dengan
menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tetap yang dilakukan secara taat
asas.

10
2.5 Perpajakan
Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah
jangka waktu tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bungan dengan
jumlah tetap kepada investor. Ada kalanya obligasi juga mempunyai hak atas
pembagian keuntungan. Penjelasan Pasal 4 ayat (1) bagian (g) UU PPh
menganggap bagian keuntungan tersebut sebagai penghasilan.
Pada UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa
“Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia., yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan
WP yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun.” Hal ini juga
mencakup penghasilan yang diterima/diperoleh dari transakasi investasi utang.
Jika dalam pembelian obligasi termasuk unsure bunga berjalan, maka bunga
tersebut harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas bunga
obligasi yang tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat
sebagai pajak yang dibayar dimuka (PPh 23 denngan tarif 15% x penghasilan
bruto). Sementara itu, bunga obligasi di bursa efek dikenakan PPh final (PPh Pasal
4 ayat 2) sesuai dengan peraturan pemerintah (PP).
Selain bunga tetap, penghasilan obligasi dapat berupa capital gain dan
realisasi diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat
pelunasan obligasi. Hanya bunga yang diperdagangkan di Bursa Efek yang diterima
WP orang pribadi dimana tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) setahun dibebaskan dari pajak.

2.6 Surat Utang Negara


Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, yang
terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara.
1) Penghasilan Negara diskonto SPN sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 jo. PMK-
63/PMK.03/2008 yang mulai berlaku 4 April 2008.
SPN berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
bunga secara diskonto. Diskonto SPN meruakan selisih lebih antara:

11
a. Nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di pasar (perdana atau
sekunder)
b. Harga jual di pasar sekunder dengan harga perolehan di pasar perdana atau pasar
sekunder.
Tarif PPh Final atas diskonto SPN adalah 20% bagi WP dalam negeri dan
BUT, atau sesuai dengan tariff ketentuan P3B yang berlaku bagi WP luar negeri.
Pemotongan PPh tersebut dilakukan oleh:
 Penerbit SPN (emiten) atau custodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas
diskonto SPN yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo.
 Perusahaan Efek (Broker) atau bank selaku pedagang perantara maupun selaku
pembeli, atas diskonto SPN yang diterima di Pasar Sekunder.
Tetapu apabila diskonto SPN diterima/diperoleh WP:
 Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
 Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
 Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha.
Tidak dilakukan pemotongan pajak final.
2) Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan PP 16 Tahun 2009 jo.PMK-
85/PMK.03/2011 tentang PPH atas penghasilan berupa bunga obligasi; yang mulai
berlaku 1 Januari 2009.
Besarnya PPh adalah sebagai berikut.
a) Bunga dari Obligasi dengan kupon (interest bearing debt) sebesar:
 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;
dan
 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap, dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)
Obligasi.

12
b) Diskonto dari Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) sebesar:
 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap; dan
 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap, dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi.
c) Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan sebesar:
 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.

13
BAB III
ANALISIS KASUS

3.2 Investasi pada Efek Tertentu Laporan Keuangan PT Gudang Garam dengan
Peraturan Akuntansi Perpajakan
Perusahaan PT. Gudang Garam menerbitkan saham kepada para entitas,
dari penerbitan saham tersebut akan menimbulkan timbal balik kepada pemilik
saham berupa deviden yang diberikan setiap akhir periode oleh PT. Gudang
Garam. Pembagian deviden kepada para entitas akan dikenakan PPh Psl 23
dengan tarif 15% x penghasilan bruto. Pasal ini berlaku bagi entitas yang memiliki
kepemilikan saham paling sedikit 25%, selain itu PT. Gudang Garam berlaku
sebagai pemotong, dan penyetor atas deviden yang telah di kenakan PPh Psl 23.
Penerbitan saham dari PT. Gudang Garam juga menimbulkan keuntungan
(agio) saham tertera pada laporan keuangan, dalam peraturan perpajakan
keuntungan atau pun kerugian saham harus di kesampingkan. PT. Gudang Garam
tetap harus membayar PPh Pasal 4 ayat 2, tanpa harus mempertimbangkan
adanya fakta kerugian atau pun keutungan.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek.
Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek
ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini:
1. Efek Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held To Maturity –HTM)
2. Efek “DIperdagangkan” (Trading)
3. Efek “Tertentu untuk Dijual” (Available for Sale –AFS)
Penyajian Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam
kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak
lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh
tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar
Sedangkan pengungkapannya Efek dalam kelompok tersedia untuk dijual
dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek:
1. Nilai wajar agregat
2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek
3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek
4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum
diamortisasi.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia.2009. Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik, Jakarta; Dewan Standart Akuntansi Keuangan.
Agoes, Sukrisno.2014. Akuntansi Perpajakan Berbasis ETAP Edisi 3,Jakarta; Salemba
Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai