Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peradaban islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika berhasil
merumuskan masyarakat Madani dan piagam Madinah.  Kemudian
dilanjutkan oleh Khulafa Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khatab, Ustman Ibn
Affan dan Ali Ibn Thalib) sistem yang dikembangkan pada saat itu adalah
sistem demokrasi di mana pucuk pimpinan di pilih mulai musyawarah oleh
beberapa orang yang di tunjuk oleh kaum muslimin atau khalifah sebelumnya.

Pada masa itu umat islam telah mencapai pusat kemuliaan. Baik dalam
bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah brkembang
berbagai macam cabang ilmu pengetahuan pasca meninggalnya Ali dan
naiknya Muawiyah, sistem pemerintahan dalam Islam berubah dratis dari
sistem kekhilafahan ke Monarkhi Absolut. Monarkhi Absolut di buktikan
dengan di pilihnya Yazid sebagai putra mahkota, kemudian mengangkat
dirinya sebagai Kholifah fi Allah, mulailah babak baru dalam pemerintahan
Islam dan berlangsung terus menerus sampai kepada Khalifah Turki Usmani
sebagai konsep pemerintahan Khalifah (penguasa dan pemimpin tertinggi
rakyat) terakhir dalam dunia Islam. 

Dinasti Abbasyiah merupakan dinasti islam yang paling berhasil dalam


mengembangkan peradaban islam. Pemerintah dinasti ini sangat peduli
dalam upaya pengembangan fasilitas untuk kepentingan tersebut,
pengembangan pusa-pusat riset dan terjemah seerti Baitu Hikam, majlis
munadzarah, dan pusat studi lainnya. 

Dinasti Abbasyiah adalah masa dimana umat islam membangun


pemerintahan, yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai suatu
keniscayaan yang diwujudkan dalam membawa umat ke suatu negri idaman,
suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam
sejarah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Abbasyiah,
pemerintah dinasti Abbasyiah, masa kejayaan dinasti Abbasyiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti Abbasyiah?
4. Apa sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk Mengetahui sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Untuk Mengetahui pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Untuk Mengetahui Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti
Abbasyiah?
4. Untuk Mengetahui sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejara Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Abbasyiah, nama dinasti kekhalifahan yang berkuasa mulai 749M hingga


1258 M (132 H-656 H) ini diambil dari nenek moyangnya Al-Abbas bin ‘Abdul
Mutalib bin Hasyim, paman Rasulullah.  Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abu
al-‘Abbas al-Saffah dan sekalugus sebagai khalifah pertama. 

Al-Saffah artinya sang penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya.


Julukan itu merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul ini
mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam
menjalannkan kebajikannya. Dari 750 M hingga 1258 M, penerus Abu Al-
Abbas memegang pemerintahan meskipun mereka tidak selalu berkuasa.
Orang Abbasyiah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati
kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi, yang menggantikan
pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti Umayyah. 

Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai


kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada
shalat jumat, khalifah mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan
oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, masa
pemerintahannya begitu singkat. As-Saffah meninggal (754 M-755M) karena
penyakit cacar air keika berusia 30 tahun.

Abu Ja’far (754 M-775 M), yang mendapat julukan Al-Manshur adalah kholifah
terbesar Dinasti Abbasyiah, meskipun bukan seorang muslim yang shaleh.
Dialah sebenarnya, bukan As-Saffah, yang benar-benar membangun dinasti
baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis
keturunannya. 

Pada masa kejayaan intelektual, merupakan kemajuan signifikan terkait


perkembangan dalam kebudayaan dan peradaban islam pada abad ke 8
sampai 12. Golden Prime  berati masa keemasan dalam perkembangan
intelektual yang membawa Baghdad sebagai pusat dinamika intelektual
Muslim pada masanya, dimana dalam periode ini orang-orang Muslim
memenuhi rasa haus mereka terhadap belajar dan memenuhi rasa candu
pada ilmu-ilmu yang belum pernah diketahui sebelumnya. Peradaban islam
meraih pertumbuhannya dan Muslim menjadi pemimpin dari pemikiran filsafat
dan ilmu pengetahuan. 

Munculnya Dinasti Abbasyiah sering dihubungkan dengan kejatuhan Dinasti


Umayayah.Dalam satu hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar:
Dinasti Umayyah terdiri atas orang Arab, sementara Dinasti Abbasyiah lebih
bersifat internasional. Dinasti Abbasyiah merupakan kejayaan orang islam
baru, tempat orang Arab hanya menjadi salah satu unsur dari berbagai
bangsa yang membentuk kerajaan itu. 

Kekuasaan dinasti Abbasyiah berlangsung dalam rentang waktu yang


panjang, yaitu selam lima abad. Selam dinasti ini berkuasa pola pemerintah
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan
budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para
sejarawan biasanya membagi masa pemerintah Bani Abbasyiah menjadi lima
periode.

1. Periode pertama (132 H/750 M s/d 232 H/847 M), disebut periode
pengaruh Persia Pertama.
2. Periode kedua (232 H/847 M s/d 334 H/945 M), disebut periode pengaruh
Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M s/d 447 H/1105 M), masa kekuasaan dinasti
Buwaihi dalam pemerintah Khalifah Abbasyiah. Periode ini disebut pengaruh
periode kedua.
4. Periode keempat (447 H/1105 M s/d 590 H/1195 M), masa kekuasaan
dinasti Saljuk yang biasa disebut dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/1195 M s/d 656 H/1258 M), masa khalifah bebas
dari pegaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad. 

Dinasti Abbasyiah, seperti halnya dengan dinasti lain dalam sejarah


islam,mencapai masa kejayaan politik dan intelektual mereka setelah
didirikan. Kekhalifahan Baghdad yang didirikan oleh As-Saffah dan al-
Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, al-Mahdi
dan khalifah kesembilan, al-Wastiq, dan lebih khusus lagi pada masa Harun
Ar-Rasyid dan anaknya, Al-Ma’mun. Hal ini karena pada masa kedua khalifah
yang hebat itulah, dinasti Abbasyiah memiliki kesan baik dalam ingatan politik,
dan menjadi dinasti paling terkenal dalam sejarah islam. Seorang penulis
antologi, Ats-Tsa’alabi (w. 1038 M) menyatakan. Dari para khalifah
Abbasyiah, “sang pembuka” adalah Al- Manshur, “sang penegah” adalah Al-
Ma’mun, dan “sang penutup” adalah Al-Mu’tadhid (892-902) adalah benar. 

B. Pemerintahan Dinasti Abbasyiah

Dalam pemerintahan dinasti Abbasyiah kepala Negara adalah khalifah, yang


setidaknya dalam teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat melimpahkan
otoritas sipilnya kepada orang wazir, otoritas pengadilan kepada seorang
hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang jendral (amir), namun
kholifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir dalam semua urusan
pemerintah. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas pemerintahnya khalifah
Baghdad mengikuti pola administrasi persia. Penolakan masyarakat terhadap
pemerintah sekuler Umayyah dimanfaatkan Abbasyiah dengan menampilkan
diri sebagai pemerintahan imamah, yang menekankan karakteristik dan
kewajiban religius. 

Pemerintah kepemimpinan secara turun-menurun seperti yang dilakukan


pada masa Umayyah yang diikuti oleh dinasti Abbasyiah, beserta dampak
buruknya. Khalifah yang sedang berkuasa akan menunjuk penggantinya
seorang anak, atau saudaranya yang menurutnya paling tepat. Khalifah
dibantu oleh pejabat rumah tangga istana yang bertugas memperkenalkan
utusan dan pejabat yang akan mengunjungi khalifah. Ada juga seorang
eksekutor yang menjadi tokoh penting istana yang bertugas dibawah tanah
istana, yakni tempat penyiksaan.

Ada beberapa biro dalam pemerintahan Abbasyiah, biro pajak, biro arsip
menagani semua surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan
ketetapan khalifah, dewan penyelidik atau semacam pengadilan tingkat
banding pengadilan tinggi, departemen kepolisian dan pos. 

Kekuatan militer dinasti Abbasyiah terdiri atas pasukan infantri yang


bersenjata tembok, pedang dan persisai, pasukan panah dan pasukan
kavaleri yang mengenakan pelindung kepala dan dada serta bersenjatakan
tembok panjang. Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh karean dinasti
Abbasyiah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam
dari pada pelunasan wilayah. 

Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya,
duni Barat masih dalam keadaan gelap gulita, bodoh dan primitif. Dunia islam
telah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observator, dunia
Barat asik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah menimbulkan dorongan untuk
menumbuhkan suatu kebudayaan baru yakni kebudayaan islam. 

DalamsejarahpemerintahanBaniAbbasiyahtercatatada 38 khalifah yang


menjabat,salah satu diantra khalifah tersebutyaitu : Al-Wastiq.Pada
pemerintahan dinasti Abbasyiah di atas, masa keemasan hanya berlangsung
sampai khalifah Al-Wasitq (842-847 M). Para kahalifah benar-benar tohoh
yang sangat kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini
juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafatdan ilmu
pengetahuan dalam islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintah
bani Abbasyiah mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan
ilmu pengetahuan terus berkembang. 

C. Kemajuan Peradaban Dinasti Abbasyiah

Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, kegiatan perekonomian bertambah


maju seiring dengan perkembangan jaman sehingga kekayaan negara
bertambah banyak, meskipun pada umumnya tidak berbeda dengan kegiatan
perekonomian yang dilakukan bani Umayah. Badri Yatim menulis bahwa pada
masa Al Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor
pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak,
emas, tembaga dan besi. 
Para khalifah dinasti Abbasyiah yang khususnya pada periode awal sangat
menyadari akan pentingnya bidang ekonomi bagi kelangsungan pemerintah.
Oleh karena itu mereka memberi perhatian penuh pada bidang yang satu ini.
Upaya untuk memajukan bidang ekonomi ini dimulai dengan pemindahan
pusat pemerintahan ke Baghdad.

Baghdad merupakan sebuah kota yang terletak didaerah yang sangat stategis
bagi perniagaan dan perdagangan. Begitu juga terdapat jalur pelayaran ke
sungai eufart yang cukup dekat. Sehingga barang-barang dagangan dan
perniagaan dapat diangkut mengalir sungai eufratdan tigris denagn
menggunakan perahu-perahu kecil. Di samping itu, yang terpenting adalah
terdapatnya jalan nyaman dan aman dari semua jurusan. Akahirnya, Baghdad
menjadi daerah sangat ramai, karena disamping ibu kota kerajaan juga
sebagai kota niaga yang cukup marak pada masa itu, dari situlah negara akan
dapat  devisa yang sangat besar jumlahnya. Selain itu faktor pertambahan
jumlah penduduk juga merupakan suatu faktor turut meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, dimana semakin pesat pertumbuhan pasar pensusuk,
maka semakin besar dan banyak pula faktor permintaan pasar (demand). Hal
ini pada gilirannya memicu produktivitas ekonomi yang tinggi. 

Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat di sebutka


beberapa berikut:

A. Bidang agama

Kemajuan dibidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu yaitu
ulumul qur’an, ilmu tafsir, hadist, ilmu kalam, bahasa dan fiqih. Pada masa
dinasti Abbasyiah lahir para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab anta lain:

a) Fiqih 

  Imam Abu Hanifah (700-767 M).


 Imam Malik (713-795 M).
 Imam Syafi’i (767-820 M).
  Imam Ahmad bin Hambal (780-855 M).

b) Ilmu tafsir

Perkembangan ilmu tafsir pada masa dinasti Abbasyiah mengalami kemajuan


pesat. Ahli tafsir pada masa dinasti Abbasyiah antara lain:
 IbnuJarirAth-Thabari.
 IbnuAthiyah Al- Andalusi.
 Abu Muslim Muhammad binBaharIsfahani.

c) Ilmu hadist 

Diantara para ahlihadispada masa DinastiAbbasiyahadalah:


 Imam Bukhori (194-256 H), karyanyaShahih Al-Bukhori.
 Imam Muslim (w. 261 H), karyanyaSahih Muslim.
 IbnuMajah, karyanyaSunanIbnuMajah.
 Abu Dawud, karyanyaSunan Abu Dawud.
  Imam An-Nasai, karyanyaSunan An-Nasai.
  Imam Baihaqi.

d)Ilmu kalam
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga
neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, yang
menghasilkan suatu kajian ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi.
Diantaratokohilmukalamadalah:
 Imam Abu Hasan Al- Asy’aridan Imam Abu Mansur Al Maturidi,
tokohAsy’ariyah.
 Washil bin Atha, Abu Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokohMu’tazilah.
 Al-Jubai.

e) Bahasa 

Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’ dan arudh. Bahasa arab di
jadikansebagaiilmupengetahuandisampingmenjadialatkomunikasiantarbangsa
. Di antara para ahliilmubahasaadalah:
 Imam Sibawaih (w. 183), karyanyaterdiridari 2 jilidsetebal 1000 halaman.
  Al-Kiasi.
 Abu Zakaria Al-Farra (w.208), kitabNahwunyaterdiridari 6000 halamanlebih.

B. Bidang umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang dalam bidang filsafat, logika,
metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika, musik
kedokteran, kimia, sejarah dan sastra.  Para tokoh yang terkenal adalah
sebagai berikut;

a) Ilmu filsafat
 Al-Kindi (809-873 M) bukukarangannyasebanyak 236 judul.
 Al Farabi (wafattahun 916 M) dalamusia 80 tahun.
 IbnuBajah (wafattahun 523 H).
 IbnuThufail (wafattahun 581 H).
 IbnuShina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenalantara lain:
Shafa, Najat, Qoman, Saddiyadan lain-lain.
  Al Ghazali (1085-1101 M). DikenalsebagaiHujjatul Islam, karangannya:
 AlMunqizhMinadl-Dlalal,TahafutulFalasifah,MizanulAmal,IhyaUlumuddindan
lain-lain.
 IbnuRusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, TafsirUrjuza,
KasfulAfillhdan lain-lain

b) Bidang kedokteran
 Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenalsebagaibapak Kimia.
 Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahlimata yang terkenaldisampingsebagai 
penterjemahbahasaasing.
 Thabib bin Qurra (836-901 M).
 ArRaziatau Razes (809-873 M). Karangan yang
terkenalmengenaicacardancampak yang diterjemahkandalambahasalatin.

c) Astronomi
 Al Farazi : penciptaAstro lobe
 Al Gattani/Al Betagnius
 Abulwafat : menemukanjalanketigadaribulan
  Al Farghoniatau Al Fragenius

d) Matematika
 Umar Al Farukhan: InsinyurArsitek Pembangunan kota Baghdad.
 Al Khawarizmi: Pengarangkitab Al Gebra (Al Jabar), penemuangka (0).

e) Bidang seni ukir


Beberapasenimanukirterkenal: Badrdan Tariff (961-976 M) danadasenimusik,
senitari, senipahat, senisulam, senilukisdansenibangunan.

C. Bidang ekonomi

a) Perdagangan dan industri

Segala usaha yang ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan


memudahkan jalan-jalannya, seperti di bangun sumur dan tempat
peristirahatan di jalan-jalan yng dilewati oleh kafilah dagang, dibangun
armada-armada dagang, dan dibangun armada-armada untuk melindungi
pantai negara dari serangan bajak laut. Serta membentuk suatu badan
khusus yang bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran
timbangan, menentukan harga pasar (mengatur politik dagang) agar tidak
terjadi penyelewengan.

b) Pertanian dan perkebunan

Kota-kota administrasi seperti Basrah, Khufah, Mosul, dan al-Wasit pusat


usaha-usaha pengembangan pertanian dan rawa-rawa di sekitar Kuffah
dikeringkan dan dikembangkan menjadi  kawasan pertanian yang subur,
untuk menggarap daerah-daerah pertanian tersebut di datangkanlah buruh
tani dalam jumlah yang besar dari Asia Timur guna menciptakan ekonomi
pertanian dan perkebunan yang intensif. Di samping itu usaha untuk
mendorong kaum tani agar lahir lebih intensif dilakukan beberapa kebijakan
antara lain:
 Memperlakukan ahli zimmah dan nawaly denngan perlakuan yang baik dan
adil, serta menjamin hak milik dan jiwa mereka.
 Mengambil tindakan yang keras terhadap pejabat yang berlaku kejam
terhadap petani.
 Memperluas daerah pertanian dan membangun kanal-kanal dan bendungan
baik besar atau kecil, sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak ada
irigasi.

c) Pendapatan negara

Selain dari sektor perdagangan, pertanian, dan penindustrian, sumber


pendapatan negara juga berasal dari pajak. Pada masa Harun al-Rasyid,
pemasukan pada sektor ini mencapai 272 juta dirham dan 4,5 juta dina.
Sementara pada masa al-Mu’tashim, pajak yang berhasil terkumpul
meningkat sebesar 314.271.350 dirham dan 5.102.00 dirham. Kemudian
zakat yang dibebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas dan perak,
barang dagangan, dan harta milik lainnya yang mampu berkembang baik
secara alami maupun setelah diusahakan.

d) Sistem moneter

Alat tukar yang digunakan adalah mata uang dinar (emas) dan Dirham
(perak). Penggunaan mata uang ini secara ekstensif mendorong tumbuhnya
perbankan. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi yang melakukan
perjalanan jauh, sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan uang
kredit. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan perjalanan
digunakanlah sistem yang dalam perbankan moderen disebut cek, yang
waktu itu dinamakan shakk. Dengan adanya sistem ini pembiayaan menjadi
fleksibel. Artinya uang bisadidepositokan di satu bank di tempat tertentu,
kemudian bisa ditarik atau dicairkan lewat cek di bank lain. Dan cek hanya
bisa dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yaitu bank. Bank pada masa
ini kejayaan islam juga sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha
perdagangan dan industri. Selain itu juga bank sedah menjalankan fungsi
sebagai currency exchange (pertukaran mata uang). 

D. Kemunduran Dinasti Abbasyiah

Faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasyiah antara lain: 


a. Persaingan antar bangsa

Khalifah Abbasyiah yang didirikan Bani Abbasy bersekutu dengan orang-


orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi persamaan nasib sesama
kekuasaan Bani Umayah, keduanya sama-sama tertindas, setelah Abbasyiah
berdiri, persekutuan tetap dipertahankan. Pada masa ini persaingan antar
bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecederungan masing-masing
bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah
Abbasyiah berdiri.

b. Kemorosotan ekonomi

Khalifah Abbasyiah mengalami kemuunduran ekonomi bersama dengan


kemunduran dibidang politik. Pada periode pertama, pemerintah Abbasyiah
merupakan yang kaya. Dan yang masuk lebih besar daripada pengeluaran,
sehingga baitul mal penuh dengan harta. Setelah khalifah mengalami periode
kemunduran, negara mengalami defsit anggaran, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.

c. Konflik keagamaan

Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra pada masa khilafah
Abbasiyah, sehingga mangakibatkan perpecahan. Berbagai aliran
keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlussunnah, dan kelompok-kelompok
lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk
mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

d. Ancaman dari luar

Selain yang disebutkan diatas, ada faktor-faktoe eksternal yang


menyebabkan kemunduran dinasti Abbasyiah lemah dan hancur, pertama,
perang salib yang berlangsung beberapa gelombang menelan banyak korban.
Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasyiah terpecah bela untuk
menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam mejadi lemah,
apalagi serangan Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuatan Abbasyiah mejadi lemah dan akhirnya menyerah
kepada kekuatan Mongol. 

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang
merupakan asa keemasan dan kejayaan dari peradaban uumat islam yang
pernah ada. Pada masa dinasti Abbasyiah kekayaan negara melimpah dan
kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban islam mengalami
kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh
ilmuan dari kalangan umat islam, baik itu dalam bidang agama, bidang umum
dan bidang ekonomi dan juga melahirkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-
masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid kesejahteraan
umat islam sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari kajayaan
dinasti Abbasyiah pembangunan dilakukan dimana-mana.

Namun diakhir pemerintahan khalifah dinasti Abbasyiah, islam mengalami


keterpurukan yang sangat rendah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara
Mongol yang telah menghancurkan pusat peradaban umat islam di Baghdad
Mongol ke wilayah kekuasaan Islam mejadi lemah, apalagi serangan Hulangu
Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan
Abbasyiah mejadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan Mongol.

DAFTAR PUSTAKA
Ali As-Salus, Imamah & Khalifah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Akram Dhiyaudi Umari, Masyarakat Madani Tinjauan Historis Kehidupan
Zaman Nabi, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Badri Yatim, Sejarah Peradan Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cv Pustaka
Setia, 2010.
C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, London: Routledge,
1988.
22-1-15 jam 09.45 WIB.
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,PerkembanganIlmu Pengerahuan
Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004,
Maurice Lombard, The Golden Age Of Islam New York: American Elsevier,
1975.
Nur Chamid, Sejarah Pemikiran Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta: SerambiIlmuSemesta, 2010.
SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai