Anda di halaman 1dari 7

I.

Judul : Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi


Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida
II. Hari/Tanggal Percobaan : Rabu/ 29 Maret 2017 pukul 13.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Rabu/ 29 Maret 2017 pukul 15.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui pengaruh katalis ammonium molibdat
: dalam reaksi kaliu iodida dan hidrogen peroksida
V. Tinjauan Pustaka :
A. Laju Reaksi
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk
dalm suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase
gas, satuan tekanan atmosfer, milimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakn
sebagai ganti konsentrasi. Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari atau bahkan
digunakan tahun, bergantung apakah reaksi itu cepat ataukah lambat (Keenan, et al :
1991).

Untuk menentukan laju dari reaksi kimia yang diberikan, harus ditentukan
seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi pada reaktan atau produknya.
Secara umum, apabila terjadi reaksi A → B, maka mula-mula zat yang A dan zat B
sama sekali belum ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi B akan meningkat
sementara konsentrasi zat A akan menurun. Hukum laju dapat ditentukan dengan
melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B → C, untuk
menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara
konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi
tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B,maka konsentrasi B dibuat
tetap sementara itu konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada
variasi konsentrasi tersebut (Partana, 2003 : 49).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan laju reaksi (Keenan, et al : 1991):
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab
semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila
semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi
antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
2. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu
pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel
semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering,
menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan,
maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
4. Luas Permukaan Sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju
reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi
semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang
sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju
reaksi pun semakin kecil.
5. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi.
B. Hubungan Katalis dengan Laju Reaksi
Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkatan temperatur,
kadang- kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil
pada temperatur tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada
sejumlah reaksi yang kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh adanya substansi yang
tidak mengalami perubahan sampai akhir proses, contohnya konversi pati menjadi
gula yang dipengaruhi oleh asam atau dekomposisi amoniak dan alkohol dengan
adanya logam platinum. Substansi tersebut oleh Berzelius (1836) disebut sebagai
katalisator.
Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan
lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi, terlibat dalam reaksi
tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk Pemilihan katalis ini sangat bergantung
pada jenis asam lemak yang terkandung di dalam minyak tersebut. Jenis asam lemak
dalam minyak sangat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel,
karena asam lemak ini yang akan membentuk ester atau biodiesel itu sendiri
(Mardiah, dkk. tahun 2006). Biasanya, dalam pembuatan biodiesel yang sering
digunakan ialah katalis natrium hidroksida. Natrium hidroksida murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketikadilarutkan. Ia juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya.Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas (Sidabutar, Faniudin, & Said, 2013).
Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu substansi yang mengubah
laju suatu reaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir reaksi. Walaupun menurut
definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi tidak berlaku
anggapan bahwa katalisator tidak mengawalijalannya reaksi selama reaksi
berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia. akan
terbentuk suatu kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya
yang terbentuk hanya merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali
menjadi produk reaksi dan molekul katalisator. Katalisator tidak mengalami
perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak memberikan energi ke dalam sistem,
tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi alternatif dengan energi
pengaktifan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis, sehingga
adanya katalis akan meningkatkan laju reaksi. Gambar berikut memperlihatkan
diagram profil energi dari reaksi tanpa dan dengan katalis. Entalpi reaksi kedua jenis
mekanisme tersebut tidaklah berbeda karena keadaan awal dan keadaan akhir reaksi
dengan atau tanpa katalis adalah sama (Widjajanti, 2005).

Sumber : https://shintaleon.files.wordpress.com/2013/09/6.png
C. Sifat – sifat Katalis
1. Pada reaksi katalitis, katalis akan menurunkan energi aktivasi.
2. Katalis yang sedikit akan mempercepat reaksi dari zat reaktan dalam jumlah
banyak.

3. Katalis tidak mengubah letak kesetimbangan untuk reaksi reversibel.

Berdasarkan tingkat kepentinganya, komponen inti katalis dapat dibedakan


menjadi tiga bagian diataranya:
1. Selektifitas adalah kemampuan katalis untuk memberikan produk reaksi yang
diinginkan (dalam jumlah tinggi) dari sejumlah produk yang mungkin dihasilkan.
2. Aktifitas adalah kemampuan katalis untuk mengubah bahan baku menjadi produk
yang diinginkan.
3. Stabilitas adalah sebuah katalis untuk menjaga aktifitas, produktifitas dan
selektifitas dalam jangka waktu tertentu.

D. Macam – macam Katalis


1. Katalis homogen. Katalis homogen merupakan katalis yang mempunyai fasa
sama dengan reaktan dan produk. Penggunaan katalis homogen ini mempunyai
kelemahan yaitu: mencemari lingkungan, dan tidak dapat digunakan kembali.
Selain itu katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada skala
laboratorium ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara
komersil, oprasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.
Contoh dari katalis homogen yang biasanya banyak digunakan dalam produksi
biodiesel, seperti basa (NaOH, KOH), asam (HCl, H2SO4).
2. Katalis Heterogen.  Katalis heterogen merupakan katalis yang fasanya tidak
sama dengan reaktan dan produk. Katalis heterogen secara umum berbentuk padat
dan banyak digunakan pada reaktan berwujud cair atau gas. Contoh-contoh dari
katalis heterogen adalah zeolit, CaO, MgO, dan resin penukar ion. Mekanisme
katalis heterogen melalui lima langkah, yaitu: Transport reaktan ke katalis,
interaksi reaktan-raktan dengan katalis (adsorpsi), reaksi dari spesi-spesi yang
teradsorpsi menghasilkan prodduk-produk reaksi, deadsorpsi produk dari katalis,
transport produk menjauhi katalis. Keuntungan dari katalis heterogen adalah
ramah lingkungan, tidak bersifat korosif,      mudah dipisahkan dari produk
dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang
lama. Selain itu, katalis heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi
samping dapat dieliminasi. Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit,
CaO, MgO, dan resin penukar ion.3.
3. Biokatalis. Adalah katalis yang memiliki keunggulan sifat (aktivitas tinggi,
selektivitas dan spesifitas) sehingga dapat dapat membantu proses–proses kimia
kompleks pada kondisi lunak dan ramah lingkungan. Kelemahannya antara lain
sangat mahal, sering tidak stabil, mudah terhambat, tidak dapat diperoleh kembali
setelah dipakai. Salah satu Biokatalis yang telah dilaporkan penggunaanya adalah
Enzim lipase (Triacylglycerol Acllydrolases). Enzim lipase atau enzim pemecah
lemak dipakai dalam reaksi pembuatan biodiesel. Enzim itu dapat mengatalisis,
menghidrolisis, serta mensintesis bentuk ester dari gliserol dan asam lemak rantai
panjang seperti halnya minyak goreng dan jelantah.
E. Pengaruh Katalis Ammonium Molibdat
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah suatu reaktan jernih tak berwarna yang
viskositasnya lebih tinggi dibandingkan dengan air. Titik didihnya sekitar 152,1 ˚C
dan titik bekunya -0,41 ˚C. Hidrogen peroksida biasanya digunakan sebagai pelarut,
namun fungsi ini dibatasi oleh sifat pengoksidanya yang kuat. Hidrogen peroksida
merupakan oksidator kuat baik dalam larutan asam atau basa. Hidrogen peroksida
akan bereaksi dengan Kalium Iodida (KI) pada kondisi optimum, yaitu dalam suasana
asam.
Katalis sangat diperlukan dalam reaksi organik, termasuk dalam organisme.
Sedangkan pada konsentrasi pereaksi, dua molekul yang akan bereaksi harus
bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya
bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan
mempercepat reaksi (Syukri, 1999). Dengan persamaan sebagai berikut:
ln (a – b) = -kt + ln a (Atkins, 1996).
Kecepatan reaksi sangat bergantung pada ion peroksida, kalium iodida dan
asamnya. Reaksi hidrogen peroksida dengan kalium iodida dalam suasana asam dan
dengan adanya ammonium molibdat, maka peroksida akan membebaskan iodium
yang berasal dari kalium iodida yang telah diasamkan dengan asam sulfat. Bila reaksi
ini merupakan reaksi irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan merubah
iodium bebas menjadi asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi besarnya
seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi terakhir tak berubah
(Bird,1993). Pada larutan yang mempunyai keasaman tinggi atau kadar iodida yang
tinggi akan didapatkan kecepatan reaksi yang lebih besar. Untuk menghitung
kecepatan reaksi, yang dapat dihitung adalah penjabaran kecepatan reaksi yang
memerlukan besarnya konstanta kecepatan reaksi. Hukum laju orde pertama untuk
konsumsi reaktan adalah
ln (a – b) = -kt + ln a (Atkins, 1996).

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Berzelius JJ. (1983). Quelques Idѐes sur une nouvelle Force agissant dans les Corps Organiques.
Ahn Chim Phys 61-146.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia. Jakarta.

Day, R.A. Jr and Underwood, A.L.1986. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Keenan, et al. 1991. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Terjemahan oleh A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Mardiah; Widodo, Agus; Trisningwati, Efi; Purijatmiko, Aries. 2006. Pengaruh Asam Lemak
dan Konsentrasi Katalis Asam terhadap Karakteristik dan Konversi Biodiesel pada
Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi. Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS). Surabaya.
Partana, Crys Fajar, dkk. 2003. Common Textbook : Kimia Dasar 2. Yogyakarta : UNY-Press.
Sidabutar, E. D. C., Faniudin, M. N., & Said, M. (2013). MENJADI METIL ESTER. Jurnal
Teknik Kimia, 19(1), 40–49.

Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung.

Tim Dosen Kimia Fisika III. 2017. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya : Jurusan
Kimia Fmipa Unesa
Widjajanti, E. (2005). Pengaruh katalisator terhadap laju reaksi.

Anda mungkin juga menyukai