Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Untuk menentukan laju dari reaksi kimia yang diberikan, harus ditentukan
seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi pada reaktan atau produknya.
Secara umum, apabila terjadi reaksi A → B, maka mula-mula zat yang A dan zat B
sama sekali belum ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi B akan meningkat
sementara konsentrasi zat A akan menurun. Hukum laju dapat ditentukan dengan
melakukan serangkain eksperimen secara sistematik pada reaksi A + B → C, untuk
menentukan orde reaksi terhadap A maka konsentrasi A dibuat tetap sementara
konsentrasi B divariasi kemudian ditentukan laju reaksinya pada variasi konsentrasi
tersebut. Sedangkan untuk menentukan orde reaksi B,maka konsentrasi B dibuat
tetap sementara itu konsentrasi A divariasi kemudian diukur laju reaksinya pada
variasi konsentrasi tersebut (Partana, 2003 : 49).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan laju reaksi (Keenan, et al : 1991):
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, sebab
semakin besarkonsentrasi pereaksi, maka tumbukan yang terjadi semakin
banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila
semakin kecil konsentrasi pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi
antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
2. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu
pada suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel
semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering,
menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan,
maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari
pereaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
4. Luas Permukaan Sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam laju
reaksi, sebab semakin besar luas permukaan bidang sentuh antar partikel, maka
tumbukan yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi
semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang
sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju
reaksi pun semakin kecil.
5. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi.
B. Hubungan Katalis dengan Laju Reaksi
Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkatan temperatur,
kadang- kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil
pada temperatur tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada
sejumlah reaksi yang kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh adanya substansi yang
tidak mengalami perubahan sampai akhir proses, contohnya konversi pati menjadi
gula yang dipengaruhi oleh asam atau dekomposisi amoniak dan alkohol dengan
adanya logam platinum. Substansi tersebut oleh Berzelius (1836) disebut sebagai
katalisator.
Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi dengan bahan
lain. Katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu reaksi, terlibat dalam reaksi
tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk Pemilihan katalis ini sangat bergantung
pada jenis asam lemak yang terkandung di dalam minyak tersebut. Jenis asam lemak
dalam minyak sangat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia biodiesel,
karena asam lemak ini yang akan membentuk ester atau biodiesel itu sendiri
(Mardiah, dkk. tahun 2006). Biasanya, dalam pembuatan biodiesel yang sering
digunakan ialah katalis natrium hidroksida. Natrium hidroksida murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketikadilarutkan. Ia juga
larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini
lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya.Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas (Sidabutar, Faniudin, & Said, 2013).
Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu substansi yang mengubah
laju suatu reaksi kimia tanpa terdapat sebagai produk akhir reaksi. Walaupun menurut
definisi jumlah katalisator tidak berubah pada akhir reaksi, tetapi tidak berlaku
anggapan bahwa katalisator tidak mengawalijalannya reaksi selama reaksi
berlangsung. Katalisator akan mengawali penggabungan senyawa kimia. akan
terbentuk suatu kompleks antara substansi tersebut dengan katalisator. Kompleksnya
yang terbentuk hanya merupakan bentuk hasil antara yang akan terurai kembali
menjadi produk reaksi dan molekul katalisator. Katalisator tidak mengalami
perubahan pada akhir reaksi, karena itu tidak memberikan energi ke dalam sistem,
tetapi katalis akan memberikan mekanisme reaksi alternatif dengan energi
pengaktifan yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis, sehingga
adanya katalis akan meningkatkan laju reaksi. Gambar berikut memperlihatkan
diagram profil energi dari reaksi tanpa dan dengan katalis. Entalpi reaksi kedua jenis
mekanisme tersebut tidaklah berbeda karena keadaan awal dan keadaan akhir reaksi
dengan atau tanpa katalis adalah sama (Widjajanti, 2005).
Sumber : https://shintaleon.files.wordpress.com/2013/09/6.png
C. Sifat – sifat Katalis
1. Pada reaksi katalitis, katalis akan menurunkan energi aktivasi.
2. Katalis yang sedikit akan mempercepat reaksi dari zat reaktan dalam jumlah
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Berzelius JJ. (1983). Quelques Idѐes sur une nouvelle Force agissant dans les Corps Organiques.
Ahn Chim Phys 61-146.
Day, R.A. Jr and Underwood, A.L.1986. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Keenan, et al. 1991. Kimia untuk Universitas Edisi Keenam. Terjemahan oleh A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Mardiah; Widodo, Agus; Trisningwati, Efi; Purijatmiko, Aries. 2006. Pengaruh Asam Lemak
dan Konsentrasi Katalis Asam terhadap Karakteristik dan Konversi Biodiesel pada
Transesterifikasi Minyak Mentah Dedak Padi. Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS). Surabaya.
Partana, Crys Fajar, dkk. 2003. Common Textbook : Kimia Dasar 2. Yogyakarta : UNY-Press.
Sidabutar, E. D. C., Faniudin, M. N., & Said, M. (2013). MENJADI METIL ESTER. Jurnal
Teknik Kimia, 19(1), 40–49.
Tim Dosen Kimia Fisika III. 2017. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya : Jurusan
Kimia Fmipa Unesa
Widjajanti, E. (2005). Pengaruh katalisator terhadap laju reaksi.