2SM
061930100920
SOAL-SOAL LATIHAN :
1. Jelaskan sifat-sifat bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat
produk keramik !
2. Jelaskan proses pembuatan produk keramik !
3. Jelaskan jenis-jenis/cara pembentukan produk keramik !
4. Jelaskan syarat-syarat yang harus dimiliki bata keramik dan apa yang terjadi
bila bata tersebut tidak memenuhi syarat !
5. Jelaskan proses pembuatan genteng keramik !
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan produk viterous dan semi viterous !
7. Jelaskan fungsi glasir pada keramik !
8. Jelaskan apa yang disebut dengan glasir frit dan jelaskan proses
pembuatan glasir tersebut !
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan refraktori !
10. Jelaskan jenis-jenis refraktori !
JAWAB
1. Tanah liat merupakan jenis tanah hasil penguraian batuan alam terutama batuan
feldspar yang mengandung alumina silikat hidrat. Jenis tanah ini bersifat plastis
bila basah dan akan mengeras/membatu bila dipanasi pada suhu tinggi. Lempung
terdiri dari butiran-butiran halus yang mengandung bermacam-macam mineral
sehingga pada umumnya lempung tidak mempunyai susunan kimia tertentu.
Felspar merupakan jenis batuan yang tidak terlalu keras, tersusun dari mineral
alumina silikat. Ada dua jenis yaitu felspar kalium (mengandung K2O) disebut
orthoclase feldspar dan felspar natrium (mengandung Na2O) disebut plagioclase
felspar. Felspar di industri keramik dipakai sebagai sebagai bahan pelebur
(merendahkan suhu leleh), glasir, gelas atau kaca.
Kwarsa Berbentuk batuan keras atau pasir. Pemakaian dalam industri keramik
yaitu : campuran dalam pembuatan keramik putih dan keramik halus Campuran
pembuatan glasir dan email,Bahan dasar pembuatan gelas atau kaca.,Bahan dasar
pembuatan batu tahan api jenis silika
Batu Kapur digunakan sebagai bahan campuran
Proses pembentukan produk keramik sangat menentukan sifat fisik suatu produk keramik.
Cara pembentukan keramik tergantung pada : tujuan pemakaian, sifat bentuknya dan bahan
dasarnya. Ada empat cara pembentukan produk keramik, yaitu :
a. Cara pembentukan dengan proses lempung lembek (soft mud process). Cara ini
biasanya digunakan untuk membentuk produk keramik yang
pembentukannya dikehendaki dengan lembek sehingga dapat dilakukan pembentukan
dengan tangan. Cara ini biasanya dipakai untuk benda-benda khusus yang tidak dapat
dikerjakan dengan alat lain, misalnya untuk produk keramik halus yang cara
pembentukannya dengan proses putar. Di dalam proses ini, lempung bersifat
lembek dengan kandungan air 25 – 40 %, dengan syarat lempung masih cukup lkuat
menahan beratnya sendiri sehingga tidak terjadi perubahan bentuk.
b. Cara pembuatan dengan proses lempung kaku (Stiff mud). Masa yang dipakai berupa
lempung kaku yang cukup berat bila dicetak/dibentuk dengan tangan. Kadar air
lempung kaku dalam cara ini kurang lebih 15 – 30 %. Biasanya cara ini memerlukan
alat pembentuk extruder sehingga dari alat ini dikeluarkan suatu kolom tanah yang
kaku. Kemudian kolom tanah ini dibentuk/dipotong, lalu dibentuk kembali menjadi
produk tertentu. Cara ini biasanya dipakai dalam pembuatan produk keramik berat
dan keramik banhan bangunan, misalnya genteng keramik, bata merah, bata
berlubang, pipa tanah dan bentuk produk keramik kasar lainnya.
c. Cara Pembentukan dengan masa slip. Cara ini dipakai bila lempung yang akan dicetak
disiapkan dalam bentuk bubur yang halus sekali dan berbentuk lumpur cair. Biasanya
lempung terdiri dari susunan butiran yang halus sekali. Kandungan air dalam lempung
ini 12 – 50 %. Cara ini biasanya dilakukan dengan membuat cetakan dari gips yang
telah dibakar dan dengan cara mencetak tersebut dapat dibuat produk yang sama.
Selain itu,juga memungkinkan untuk membentuk benda-benda yang sulit dibentuk
dengan cara tangan atau mesin. Cara pembuatan ini biasanya digunakan untuk
membuat produk sanitair (closet, wastafel, dll).
d. Cara Pembentukan dengan proses kering. Dalam cara ini dipakai
lempung/masa campuran yang berkadar air rendah 4 – 12 %, sehingga masa tadi
lembab. Cara membentuknya biasanya dengan alat kempa (press) yang bertekanan
tinggi untuk mendapatkan produk yang mempunyai kepadatan tinggi pula. Cara ini
umumnya dipakai untuk membuat produk keramik yang mempunyai kepadatan tinggi
tetapi hasil bakarannya tidak sampai meleleh, misalnya dalam pembuatan produk ubin
keramik, bata klinker dan bata tahan api.
C. Pengeringan
Pada saat keramik selesai dibentuk, biasanya mengandung air antara 7-30 % tergantung
cara pembentukkannya. Keramik ini masih dalam kondisi mentah dan basah sehingga
untuk mengurangi kadar airnya perlu dikeringkan lebih dulu. Tujuan pengeringan
adalah untuk menguapkan air yang masih terkandung di dalam produk mentah tadi,
sehingga pada saat dibakar tidak banyak terjadi kerusakan, tidak berubah sifat maupun
bentuknya. Pada saat pengeringan, akan terjadi penyusutan karena air di dalam
bahan mentah akan menguap sehingga butir-butir masa lempung akan mendekat satu sama
lain. Penyusutan akan terhenti apabila air yang menguap telah mencapai ± ½ - 1/3 kali.
Apabila penyusutan telah selesai, maka produk kering sudah tidak mengalami perubahan
bentuk lagi.
Pembakaran produk keramik bertujuan untuk mendapatkan produk yang bersifat tidak
berubah bentuknya, keras, cukup kuat menahan beban, tahan air, padat dan tahan terhadap
pengaruh cuaca lainnya.
Proses yang terjadi pada keramik selama pembakaran terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap penguapan air mekanis sisa pengeringan. Jumlah air yang terkandung
di dalam bahan mentah keramik setelah pengeringan ± 3 – 10%. Pada tahap awal
pembakaran, perlu dilakukan pengeringan air bebas ini. Pada tahap ini, pembakaran
dilakukan secara perlahan-lahan dengan suhu relatif rendah ( 40 - 150ºC ) untuk
menghindari penguapan secara mendadak yang menyebabkan benda retak. Kenaikan
suhu pembakaran biasanya diatur antara 5 atau 10ºC/jam.
b. Tahap Penguapan air mineral. Pada umumnya air yang terkandung di dalam masa
lempung tidak lepas pada suhu di bawah 200ºC dan umumnya lepas pada suhu di atas
500ºC - 700ºC. Pada tahap ini, benda keramik menjadi lebih berpori dan kurang kuat.
c. Tahap Pembakaran Cepat. Pada tahap ini dimaksudkan agar terjadi sedikit peleburan
pada dinding partikel lempung sehingga partikel satu dengan yg lainnya melekat. Untuk
beberapa produk keramik yang memerlukan penyerapan air rendah, maka dilakukan
peleburan lebih lanjut sehingga pori-pori yang ditinggalkan air bebas maupun air
mineral menjadi tertutup.
3. Proses pembentukan produk keramik sangat menentukan sifat fisik suatu produk
keramik. Cara pembentukan keramik tergantung pada : tujuan pemakaian, sifat
bentuknya dan bahan dasarnya. Ada empat cara pembentukan produk keramik,
yaitu :
a. Cara pembentukan dengan proses lempung lembek (soft mud process). Cara
inibiasanya digunakan untuk membentuk produk keramik yang
pembentukannya dikehendaki dengan lembek sehingga dapat dilakukan pembentukan
dengan tangan. Cara ini biasanya dipakai untuk benda-benda khusus yang tidak dapat
dikerjakan dengan alat lain, misalnya untuk produk keramik halus yang cara
pembentukannya dengan proses putar. Di dalam proses ini, lempung bersifat lembek
dengan kandungan air 25 – 40 %, dengan syarat lempung masih cukup lkuat menahan
beratnya sendiri sehingga tidak terjadi perubahan bentuk.
b. Cara pembuatan dengan proses lempung kaku (Stiff mud). Masa yang dipakai berupa
lempung kaku yang cukup berat bila dicetak/dibentuk dengan tangan. Kadar air
lempung kaku dalam cara ini kurang lebih 15 – 30 %. Biasanya cara ini memerlukan
alat pembentuk extruder sehingga dari alat ini dikeluarkan suatu kolom tanah yang kaku.
Kemudian kolom tanah ini dibentuk/dipotong, lalu dibentuk kembali menjadi produk
tertentu. Cara ini biasanya dipakai dalam pembuatan produk keramik berat dan
keramik banhan bangunan, misalnya genteng keramik, bata merah, bata berlubang, pipa
tanah dan bentuk produk keramik kasar lainnya.
c. Cara Pembentukan dengan masa slip. Cara ini dipakai bila lempung yang akan dicetak
disiapkan dalam bentuk bubur yang halus sekali dan berbentuk lumpur cair. Biasanya
lempung terdiri dari susunan butiran yang halus sekali. Kandungan air dalam lempung
ini 12 – 50 %. Cara ini biasanya dilakukan dengan membuat cetakan dari gips yang
telah dibakar dan dengan cara mencetak tersebut dapat dibuat produk yang sama. Selain
itu,juga memungkinkan untuk membentuk benda-benda yang sulit dibentuk dengan
cara tangan atau mesin. Cara pembuatan ini biasanya digunakan untuk membuat produk
sanitair (closet, wastafel, dll).
d. Cara Pembentukan dengan proses kering. Dalam cara ini dipakai
lempung/masa campuran yang berkadar air rendah 4 – 12 %, sehingga masa tadi
lembab. Cara membentuknya biasanya dengan alat kempa (press) yang bertekanan
tinggi untuk mendapatkan produk yang mempunyai kepadatan tinggi pula. Cara ini
umumnya dipakai untuk membuat produk keramik yang mempunyai kepadatan tinggi
tetapi hasil bakarannya tidak sampai meleleh, misalnya dalam pembuatan produk ubin
keramik, bata klinker dan bata tahan api.
5. Bahan dan proses pembuatannya sama dengan bata merah yang menggunakan
extruder. penyiapan bahan mentah, pembentukan produk genteng keramik,
pengeringan, pembakaran dan finishing.
6. Produk Vitreous
Produk keramik yang dibakar pada suhu ± 1400°C sehingga massanya dapat
meleleh semua dan bersatu serta memiliki penyerapan air rendah (0,3 % - 4
%). Contoh produk keramik vitreous adalah : closet, wastafel, urinoir, bak cuci,
bak mandi, dll.
Produk Semi Vitreous Adalah Keramik Berpori dan tidak translusen dengan glasir
lunak.
7. Untuk memberi ketahanan air pada keramik.
Untuk memberi keindahan pada badan keramik.
Keramik mudah dibersihkan.
8. Glasir Frit
Glasir frit adalah glasir yang sebelum dipakai dilebur dulu. Hasil peleburannya
langsung dimasukkan air sehingga berbentuk pasir gelas kemudian digiling halus.
Pada saat pemakaian, tepung glasir frit ini dicampur air menjadi suspensi untuk
dilapiskan pada permukaan keramik