Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Eales adalah suatu bentuk vaskulitis yang ditandai oleh peradangan vaskuler
pada retina perifer. Karena kecenderungannya untuk melibatkan pembuluh darah, gangguan
tersebut juga disebut "periphlebitis retinae" dan "periphlebitis retina idiopatik". Pada tahun 1880,
Henry Eales menggambarkan penyakit ini pada pria dewasa muda dengan pembuluh darah retina
abnormal dan perdarahan vitreus yang berulang.

Gejala klinis, pengobatan, dan prognosis penyakit Eales harus dibedakan dengan penyakit
inflamasi lain yang melibatkan retina. Penyakit Eales harus dibedakan dari gangguan sistemik
dan infeksi serta dari sindrom mata lain yang menyebabkan vaskulitis retina.

Penyakit Eales digambarkan awalnya di Inggris, tapi sekarang diamati lebih banyak di
benua India daripada di daerah lain. Penyakit Eales telah diperkirakan terjadi pada satu dari
setiap 135-250 pasien yang dievaluasi pada pusat perawatan mata di India.

Dilaporkan pada penyakit ini di dominasi oleh laki-laki. Namun, di Amerika Utara
dilaporkan perbandingan laki-laki dan perempuan sama. Dalam studi di india terjadi paling
sering antara usia 20 dan 30 tahun, dibandingkan pada Amerika dan Jerman pada usia 40 tahun.

Penyakit Eales mempunyai ciri periphlebitis retina, iskemia retina perifer, dan
neovascularization.. Tidak ada kematian yang diketahui terkait dengan penyakit Eales.
Kehilangan tajam penglihatan termasuk karakteristik yang menyebabkan perdarahan vitreous
berulang. Keterlibatan pembuluh darah retina (vaskuler) pada penyakit Eales mungkin bisa
perifer atau sentral. Penyakit Eales jarang sekali terjadi di bagian sentral.

Dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan imunologi, biologi molekuler dan


biochemical telah menunjukkan peran antigen leukosit manusia, retina antigen autoimmunity S,
genum Mycobacterium tuberculosis, kerusakan radikal bebas, dan mungkin
hyperhomocysteinemia di etiopathogenesis penyakit ini. Jadi etiologi penyakit ini tampaknya
mutlifactorial. Stres oksidan telah menunjukkan dengan meningkatnya kadar reaktif zat asam
thiobarbiturat (oksidasi lipid) di vitreous, eritrosit, trombosit, dan monosit.
Beberapa pasien mungkin mengalami bintik-bintik hitam atau floaters, penglihatan
buram, bahkan penurunan tajam penglihatan, karena perdarahan vitreous yang banyak.
Perdarahan vitreus berulang dengan atau tanpa ablasi retina adalah gejala sisa umum.

Manajemen tergantung pada tahap penyakit dan terdiri dari pengobatan dengan
kortikosteroid oral dalam tahap inflamasi aktif dan fotocoagulation laser pada retina yang
iskemik dan tahap neovascularization. Hasil yang memuaskan pada operasi vitreoretinal telah
ditemukan dalam kasus perdarahan vitreous dengan atau tanpa ablasi retina.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Retina dan Badan Kaca
a. Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam 2/3 poterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir
sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora
serrata berada disekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di
belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan
epitel pigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrane Bruch, khoroid, dan sclera. Di
sebagian besar tempat, retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk
ruang subretina. tetapi pada discus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen retina
saling melekat kuat.
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada sentral retina. Di
tengah-tengah retina posterior terdapat macula. Di tengah macula, sekitar 3,5 mm sebelah lateral
discus optikus terdapat fovea.
Retina menerima asupan darah dari dua sumber : khoriokapilaria yang berada tepat di
luar membrane Bruch yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis
luar dan lapisan inti luar fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari
ateria sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga sebelah dalam.
Berdasarkan topografi, retina dibagi menjadi retina sentral yaitu kurang lebih sama
dengan daerah macula dan retina perifer yaitu di daerah retina di luar daerah macula.
Fungsi retina pada dasarnya ialah menerima bayangan visual yang dikirim ke otak.
Bagian sentral retina atau daerah macula mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut
daripada bagian perifer retina yang memiliki banyak sel batang.

Retina manusia terdiri atas sepuluh lapis. Urutan lapisan-lapisan tersebut (ke arah kornea)
adalah:

1. Retinal pigment epithelium (RPE)


2. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut (Rods/Cones).
3. Membran limitans eksterna, merupakan membran ilusi.
4. Lapisan nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel batang dan kerucut. Ketiga
lapis diatas avaskuler dan mendapat metabolism dari kapiler koroid.
5. Lapisan plexiformis luar, atau dikenal sebagai "Lapisan serat Henle" (Fiber layer of
Henle) merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor
dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapisan nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapis
ini mendapat metabolism dari arteri retina sentral.
7. Lapisan plexiformis dalam, merupakan lapisan aseluler, tempat sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion, merupakan lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
merupakan asal dari serat saraf optik.
9. Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju kearah saraf optic.
Di dalam lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retrina.
10. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.

Epitel pigmen retina ( RPE ) terbentuk dari satu lapis sel, melekat longgar pada retina kecuali
diperifer  ( ora serata ) dan disekitar lempeng optic. RPE ini membentuk mikrovili yang
menonjol diantara lempeng segmen luar sel batang dan sel kerucut dan menyeimbanginya.
Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen eksternal sel batang dan kerucut, memfasilitasi
pasase nutrient dan metabolit antara retina dan koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin
dan opsin sel kerucut, pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga
mengandung granula melanin yang  mengabsorpsi cahaya yang terpencar

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Batang lebih
banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Fotoreseptor
kerucut berfungsi untuk sensasi terang, bentuk serta warna. Fovea hanya mengandung
fotoreseptor kerucut. Apabila fovea atau daerah makula menderita penyakit, maka visus sentral
(dan tajam penglihatan) akan terganggu. Fotoreseptor batang berfungsi untuk melihat dalam
suasana gelap atau remang-remang. Apabila bagian retina perifer menderita penyakit, maka
penglihatan malam, adaptasi gelap dan penglihatan samping akan terganggu. Daerah papil saraf
optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik
buta). Penyakit retina biasanya tidak memberi keluhan nyeri dan mata tidak merah. Pemeriksaan
retina dilakukan dengan oftalmoskop direk atau oftalmoskop indirek, foto fundus biasa dan
angiografi.

b. Anatomi Badan Kaca (vitreus)


Badan kaca mempunyai sifat gelatin, jernih, avaskuler dan terdiri atas 99 % air dan
selebihnya campuran kolagen dan asam hialuronik yang memberi sifat fisika normal lainnya.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola
mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Badan kaca memenuhi ruangan antara lensa mata, retina dan papil saraf optic. Bagian
luar (korteks) badan kaca bersentuhan dengan kapsul posterior lensa mata, epitel pars plana,
retina dan papil saraf optik. Badan kaca melekat sangat erat dengan epitel pars plana dan retina
dekat ora serata. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.
Badan kaca melekat tidak begitu erat dengan kapsul lensa mata dan papil saraf optik pada orang
dewasa.
Badan kaca yang normal sangat jernih sehingga tidak nampak apabila diperiksa dengan
oftalmoskopi direk maupun oftalmoskopi indirek. Apabila terjadi perubahan struktur badan kaca
seperti misalnya pencairan sel, kondensasi, pengerutan, barulah keadaan ini dapat dilihat dan
inipun hanya dengan slit-lamp dan bantuan lensa kontak.
Gejala subjektif yang paling sering ialah fotopsia, floaters. Fotopsia ialah keluhan berupa
kilatan cahaya yang dilihat penderita seperti kedipan lampu neon di lapangan. Kilatan cahaya
tersebut jarang lebih dari satu detik, tetapi sering kembali dalam waktu beberapa menit. Kilatan
cahaya tersebut dilihat dalam suasana redup atau dalam suasana gelap. Fotopsia diduga oleh
karena rangsangan abnormal badan kaca terhadap retina.
Floaters adalah kekeruhan badan kaca yang sangat halus, dilihat penderita sebagai
bayangan kecil yang berwarna gelap dan turut bergerak bila mata digerakkan. Bayangan kecil
tersebut dapat berupa titik hitam, benang halus, cincin, lalat kecil dan sebagainya. Floaters tidak
memberikan arti klinik yang luar biasa, kecuali bila floaters ini datangnya tiba-tiba dan hebat,
maka keluhan tersebut patut mendapat perhatian yang serius, karena keluhan floaters ini dapat
menggambarkan latar belakang penyakit yang serius pula, misalnya ablasio retina atau
perdarahan di badan kaca.

PENYEBAB KELAINAN-KELAINAN BADAN KACA


Kelainan yang sering ditemukan adalah kekeruhan badan kaca. Menurut penyebabnya
kekeruhan badan kaca dapat diklasifikasikan sebagai berikut: karena proses degenerasi,
peradangan, perdarahan dan neoplasma. Kekeruhan karena proses degenerasi biasanya
ditemukan antara lain pada myopia tinggi, keadaan senil, degenerasi vitreo-retina.
Pada degenerasi vitreo-retina terjadi tarikan pada badan kaca pada retina ditempat dimana
badan kaca melekat erat pada retina. Apabila juga terjadi degenerasi retina, maka tarikan tadi
dapat mengakibatkan timbulnya lobang retina atau dialisis retina di ora serata. Tarikan di daerah
makula dapat menimbulkan kista makula. Kekeruhan badan kacca karena peradangan ditemukan
pada penyakit korioretinitis, endoftalmitis dan sarkoidosis. Kekeruhan badan kaca akibat
peradangan ditemukan pada diabetes melitus, hipertensi, leukemia, trauma, tarikan vitreus pada
neovaskularisasi dan robekan retina.
Perdarahan halus didekat ora serata biasanya merupakan tanda dini robekan retina,
kemudian dapat disusul oleh ablasi retina. Perdarahan pada diabetes melitus biasanya oleh
karena adanya neovaskularisasi yang mudah berdarah. Kekeruhan badan kaca akibat neoplasma
retina misalnya pada retinoblastoma lanjut.

c. Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi
sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducens yang
efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus
dan akhirnya ke konteks penglihatan.
Macula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Macula terutama digunakan
untuk ketajaman sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).

Anda mungkin juga menyukai