Anda di halaman 1dari 11

1

DEFENSIVE WOUND, LUKA IRIS ATAU LUKA BACOK PADA


JARI TANGAN KANAN

dr. Nurul Ummi Rofiah


dr. Sigid Kirana Lintang Bhima, Sp.FM(K)
dr. Intarniati Nur Rohmah, Sp.FM (K)., MSi.Med

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro RSUP Dr Kariadi Semarang
Jl. Dr.Sutomo No.16 Semarang
Telp. (024) 8413993 Fax (024) 8313350
Email : nurulrofiah.nr@gmail.com
2

DEFENSIVE WOUND : LUKA IRIS ATAU LUKA BACOK PADA JARI TANGAN
KANAN

Nurul Ummi Rofiah*, Sigid Kirana Lintang Bhima2 , Intarniati Nur Rohmah2
1
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Universitas Diponegoro / RSUP DR Kariadi
2
Staff Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Dan Studi Medikolegal Program Pendidikan
Dokter Spesialis 1 Universitas Diponegoro
Email : nurulrofiah.nr@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Istilah luka tangkis sering didapati pada kasus pembunuhan atau penganiayaan.
Luka tangkis / luka pertahanan adalah luka yang diderita seseorang ketika ia mencoba
mempertahankan diri dari serangan dan merupakan hasil dari reaksi naluriah terhadap serangan.
Luka akibat kekerasan tajam merupakan luka yang disebabkan persentuhan dengan benda atau
alat bermata tajam sehingga mengakibatkan diskontiunitas jaringan. Pada beberapa kasus
kekerasan tajam terkadang cukup sulit bagi dokter untuk membedakan antara luka iris dan luka
bacok. Misalnya luka tangkis akibat pembacokan, dimana bentuk luka seperti luka iris tapi cara
melakukan kekerasan dengan cara dibacokkan.

Kasus : Pada tanggal 13 Maret 2020, sekitar jam 01.00 WIB di jalan perjalanan pulang kerumah,
korban diserang oleh enam orang tidak dikenal. Pelaku mencoba mengayunkan parang ke arah
korban tetapi korban dapat menahan senjata tersebut dengan tangannya. Korban mengeluh nyeri
pada tangan. Jari – jari tangan masih dapat digerakan.

Metode : Pada artikel ini akan mengulas sebuah Case Study penganiayaan akibat kekerasan
tajam yang mengenai jari tangan kanan.

Hasil : Berdasarkan anamnesa dari korban, pelaku mengayunkan parang kearah korban, korban
mencoba menangkis dengan jari tangan kanan. Pada pemeriksaan fisik, korban laki-laki usia 25
tahun, kesan gizi normal, dengan tanda vital dalam batas normal. Didapatkan tiga buah terbuka
pada jari-jari tangan kanan.

Kesimpulan : Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa luka pada jari tangan kanan adalah luka
iris, sesuai dengan pola luka iris walaupun cara melakukannya menurut pengakuan korban adalah
dibacok.

Kata kunci : Luka tangkis, luka iris, luka bacok


3

DEFENSIVE WOUND: INCISED WOUND OR CHOP WOUND IN RIGHT HAND


Nurul Ummi Rofiah*, Sigid Kirana Lintang Bhima2, Intarniati Nur Rohmah2
*Participant in Specialist Education Program 1 Diponegoro University / RS Kariadi Hospital
2
Staff Lecturer in Forensic Medicine and Medicolegal Studies Specialist Education Program 1
Diponegoro University
Email: nurulrofiah.nr@gmail.com

ABSTRACT

Background: The term bad injury is often found in cases of murder or ill-treatment. Defensive
injury is the wound suffered by a person when he tries to defend himself from an attack and is the
result of an instinctive reaction to an attack. Injury due to sharp violence is a wound caused by
contact with sharp-edged objects or tools, resulting in tissue discontunity. In some cases of sharp
violence sometimes it is quite difficult for doctors to distinguish between sliced wounds and stab
wounds. For example, a wound caused by a stab, where the shape of the wound is like an cut but
how to do violence by stabbing.

Case: On March 13, 2020, around 1:00 a.m. WIB on the way back home, the victim was attacked
by six unknown people. The perpetrator tries to swing the machete towards the victim but the
victim can hold the weapon with his hand. Victims complain of pain in the hands. The fingers can
still be moved.

Method: This article will review a Case Study of persecution resulting from sharp violence
involving the fingers of the right hand.

Result: Based on the victim's history, the perpetrator swung his machete towards the victim, the
victim tried to parry with his right hand. On physical examination, male victims aged 25 years,
the impression of normal nutrition, with vital signs within normal limits. There are three open
pieces on the fingers of the right hand.

Conclusion: In this case it can be concluded that the wound on the right hand finger is an iris
wound, according to the pattern of the iris wound, although the way to do it according to the
victim's confession is stabbed.
Keywords: Defensive Wound, Chop Wound, Incised wound
LATAR BELAKANG
4

Istilah luka tangkis sering didapati pada kasus pembunuhan atau penganiayaan. Luka
tangkis/ luka pertahanan adalah luka yang diderita seseorang ketika ia mencoba mempertahankan
diri dari serangan dan merupakan hasil dari reaksi naluriah terhadap serangan. Luka akibat
kekerasan tajam merupakan luka yang disebabkan persentuhan dengan benda atau alat bermata
tajam sehingga mengakibatkan diskontiunitas jaringan.
Luka Tangkis yang paling jelas terlihat dalam serangan benda tajam, karena korban sering
berusaha menangkal tusukan dengan merebut senjata. Ketika jari-jari ditutup di sekitar mata
pisau, penarikannya melintasi lintas falang, mengiris kulit dan mungkin tendon, atau kadang-
kadang keempat jari. Ini dapat dilihat dalam satu, setiap, atau bahkan ketiga ruas jari.1
Peran dokter, khususnya dokter forensik, adalah membantu penyidik dalam menyediakan
informasi medis mengenai luka terhadap suatu perkara apabila diperlukan. Hal ini tertuang dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pasal 133 Ayat 1. 2 Pada beberapa kasus kekerasan
tajam terkadang cukup sulit bagi dokter untuk membedakan antara luka iris dan luka bacok.
Misalnya luka tangkis akibat pembacokan, dimana bentuk luka seperti luka iris tapi cara
melakukan kekerasan dengan cara dibacokkan.3
Penentuan derajad luka dilakukan harus berdasarkan dampak luka tersebut terhadap
korban. Penentuan derajad luka berdasarkan hukum sudah tertuang di dalam KUHP pasal 90
yang menjelaskan tentang pembagian luka berat. Hal yang tidak kalah penting dalam pembuatan
Visum et Repertum adalah kesimpulan untuk membantu hakim untuk memutus perkara.4

LAPORAN KASUS
Pada hari Kamis, 13 Maret 2020 kurang lebih pukul 01.00 WIB, seorang laki-laki datang
ke IGD RSUP Kariadi dengan jari tangan kanan berdarah. Dari anamnesa pasien, pasien tiba –
tiba diserang oleh 6 orang pelaku yang tidak dikenal. Pelaku membawa parang kemudian tiba-
tiba mengayunkan kearah korban, korban menangkis dengan tangan kanan, akibatnya jari tangan
korban mengalami luka terbuka pada jari tengah kanan ruas pertama sisi depan, jari manis kanan
ruas pertama sisi depan dan jari kelingking kanan ruas pertama sisi depan. Sebelum mendapatkan

1
Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology.3rd ed. London : Edward Arnold Ltd.;2004
2
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
3
Dahlan, sofwan, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum, 2019
4
Dolinak D, Matshes EW, Lew EO. Forensic Pathology: Principle and Practice.London: Elsevier Academic Press:
2005
5

perawatan lebih lanjut dari dokter spesialis Bedah, tim IGD menghubungi bagian forensik untuk
melakukan identifikasi luka pada pasien. Setelah tim forensik melakukan pemeriksaan luka-luka,
selanjutkan diberikan edukasi untuk lapor ke pihak berwajib untuk dapat diproses secara hukum
agar dapat dibuatkan Visum et Repertum yang dapat dipakai dalam proses peradilan.

Identitas
Jenis kelamin: Laki-laki, Umur 25 tahun, Berat badan 59 kg, Kesadaran : sadar penuh. Denyut
nadi : 83x/menit. Pernapasan : 20x/menit. Suhu Badan: 37,2 0 C. Tekanan darah: 113/80 mmHg

Status lokalis:
Terdapat tiga buah luka terbuka pada anggota gerak atas kanan: ( Gambar 1)
1. Luka terbuka pertama terdapat pada jari tengah kanan ruas pertama sisi depan, dengan
ukuran P=1,5cm , L=0,3cm, D= 0,3cm dengan dasar luka otot.
2. Luka terbuka kedua terdapat pada jari manis kanan ruas pertama sisi depan, dengan
ukuran P=1cm , L=0,2cm, D= 0,2cm dengan dasar luka otot.
3. Luka terbuka ketiga terdapat pada jari kelingking kanan ruas pertama sisi depan, dengan
ukuran P=0,5cm , L=0,1cm, D= 0,1cm dengan dasar luka jaringan lemak.

Gambar 1. Luka Terbuka Pada Jari Tangan Kanan


Sumber Primer 2020
6

Pada kasus ini didapatkan luka terbuka pada jari tangan, dan jari – jari masih dapat
digerakan, yang tidak memberi kelainan pada tulang, yang merupakan ciri-ciri pada luka bacok.

PEMBAHASAN
Perlukaan terjadi pada permukaan tubuh, sehingga penting untuk mengetahui struktur
anatomis dan histologi dari kulit dan jaringan subkutan. Secara histologis kulit tersusun dari
lapisan ( dari superfisial ke profunda ) adalah epidermis, dermis dan jaringan subkutan.5
Istilah luka tangkis sering didapati pada kasus pembunuhan atau penganiayaan. Luka
tangkis tersebut dapat terjadi ketika korban mempertahankan diri. Luka iris, sayat, tusuk, bacok,
robek, dan luka tembak digolongkan menjadi luka terbuka. Luka tangkis merupakan luka yang
terjadi akibat perlawanan korban pada umumnya ditemukan pada telapak tangan, punggung
tangan, jari – jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.
Luka pertahanan adalah cedera yang diderita seseorang ketika ia mencoba
mempertahankan diri dari serangan dan merupakan hasil dari reaksi naluriah terhadap serangan.6
1. Orang tersebut dapat menangkal senjata atau mencoba menangkap atau meraih
senjata - memotong bagian telapak tangan dan ulnar.
2. Untuk melindungi permukaan tubuh yang terbuka, ekstremitas atas - permukaan
ekstensor lengan bawah (sisi ulnaris), aspek lateral / posterior lengan dan dorsum
tangan dapat mengalami cedera.
3. Demikian pula aspek anterior dan posterior tungkai bawah dan punggung mungkin
terluka ketika seseorang meringkuk menjadi bola dengan fleksi tulang belakang,
lutut dan pinggul untuk melindungi bagian anterior tubuh
Dalam serangan apa pun, reaksi alami para korban adalah melindungi diri mereka sendiri.
Luka-luka pertahanan ini mungkin cukup signifikan secara medikolegal, karena menunjukkan
bahwa korban sadar. Luka pertahanan benda tajam khas adalah terdapat luka terbuka pada
jaringan antara pangkal ibu jari dan jari telunjuk, ketika bilah dicengkeram dalam suatu tindakan
penjepit yang dicoba. Luka pisau lainnya bisa di punggung tangan atau jari akibat gerakan yang
tidak menggenggam yang berusaha menangkal senjata (Gambar 2). Luka pertahanan dari pisau

5
J unqueira LC. Histologi dasar, Teks dan Atlas Edisi Sepuluh:EGC;2007
6
Rajesh Bardale. Principles of Forensic Medicine and Toxicoligy. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi,
2011
7

sering diiris tajam, karena bilahnya ditarik pada kulit yang diaplikasikan erat. Mereka sering
ditandai 'terlindung', dengan kulit yang longgar dan pendarahan yang berlebihan.7

Gambar 2. Luka Tangkis, Serangan Pisau,


Sumber Sekunder : Knight 2004

Luka iris merupakan luka yang terjadi akibat persentuhan dengan permukaan yang
tajam,dimana ukuran panjang luka lebih besar dari pada lebar maupun dalam luka.
Bentuk luka iris sendiri tergantung pada posisinya terhadap serat-serat elastis pada kulit
(garis-garis Langer ). Luka iris yang terletak paralel akan menghasilkan celah luka yang
rapat,sedangakan luka yang terletak tegak lurus terhadap Langer akan menghasilkan celah luka
yang mengganga.8 Secara umum, luka iris tidak berakibat fatal oleh karena kedalamanya yang
cukup dangkal,kecuali jika luka iris tersebut terjadi pada daerah vital yang mengandung
pembuluh darah besar seperti leher, pergelangan tangan, atau lipatan paha.9
Pada luka bacok hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, kadang pada bagian
tubuh yang mengalami pembacokan ikut terputus, dan juga kadang dijumpai memar atau luka
lecet disekitar luka.10 Jika sesorang mengalami serangan maka reflek akan melindungi diri.
Untuk perlindungan diri akan menggunakan ekstremitas untuk mempertahankan diri dari
serangan,sehingga luka-luka pertahanan pada umumnya terdapat pada lengan, tangan, tungkai

7
Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology.3rd ed. London : Edward Arnold Ltd.;2004
8
Shepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. (Shepherd R, ed.). New York:Arnold;2003
9
Shkrum MJ, Ramsay DA, Forensic Pathology Of Trauma: Common Problem for the Pathologists. (Karch SB, ed.).
Totowa, New Jersey: Humama Press; 2007
10
DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology. 2nd ed. (Geberth VJ, ed.). Boca Raton: CRC Press LLC;2001
8

bawah. Luka peertahanan adalah luka-luka yang diperoleh korban pada saat berusaha
melindungi / mempertahankan diri terhadap suatu serangan.11
1. Aspek Medikolegal Visum Hidup
a. Visum et Repertum
Visum et Repertum” adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam
kapasitasnya sebagai ahli atas permintaan resmi dari penegak hukum yang berwenang
tentang apa yang dilihat dan yang ditemukan pada objek yang diperiksanya dengan
mengingat sumpah ketika menerima jabatan. Dalam KUHAP sendiri,istilah Visum et
Repertum ini tidak ada yang ada hanya istilah Alat Bukti Surat yang dibuat dengan
sumpah.12
b. Tata cara permintaan visum et repertum untuk korban hidup :13
1) Permintaan harus secara tertulis, tidak dibenarkan secara lisan, telepon atau melalui
pos
2) Korban adalah barang bukti, maka permintaan Visum et Repertum harus diserahkan
sendiri oleh polisi bersama-sama korban
3) Tidak dibenarkan permintaan Visum et Repertum tentang suatu peristiwa yang
lampau.

2. Kualifikasi Luka
Penentuan berat ringannya luka dicantumkan dokter dalam bagian kesimpulan VeR
berupa kualifikasi luka. Kualifikasi luka tersebut adalah :14
a. Luka ringan
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan
atau mata pencahariannya. Hukuman terhadap luka ringan ini tercantum pada pasal 352
ayat 1 KUHP : Kecuali yang tersebut pada pasal 353 dan 356,maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

11
www.exploreforensics.co.uk . defensive Wounds – explore forensic By: Jack claridge
12
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
13
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya: 2010
14
Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP )
9

atau pencarian,diancam,sebagai penganiayaan ringan,dengan pidana penjara paling


lama tiga bulan atau pidana paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

b. Luka Sedang
Luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau
mata pencariaanya untuk sementara waktu. Hukuman dapat dijatuhkan berdasarkan
pasal 351 ayat 1 KUHP : penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama
dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah
c. Luka berat
Luka berat adalah sebagaimana tercantum didalam pasal 90 KUHP yaitu:
1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali,atau yang menimbulkan bahaya maut
2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tuga jabatan atau pekerjaan
3) Kehilangan salah satu panca indera
4) Mendapat cacat berat
5) Menderita sakit lumpuh
6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih
7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam pembuatan Visum Et Repertum bersifat subjektif tergantung dokter yang
membuat visum berdasarkan keilmuannya dan dapat dipertanggung jawabkan dihadapan hukum.
Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa luka pada jari tangan kanan adalah luka iris, sesuai
dengan pola luka iris walaupun cara melakukannya menurut pengakuan korban adalah dibacok.
Kualifikasi derajat luka yang harus dicantumkan oleh dokter didalam laporan Visum Et Repertum
adalah berdasarkan ilmu kedokteran, yakni berupa prognosis yang dapat dinilai secara medis
setelah dokter tersebut melakukan pemeriksaan dan penanganan terhadap pasien / korban.
Prognosis ini diharapkan dapat membantu penyidik dalam membuat terang kasus/ perkara dan
10

membatu hakim dalam memutus suatu perkara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka pada kasus
ini disimpulkan dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan /
pencaharian untuk sementara waktu dan perlu perawatan kurang lebih satu minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Dahlan, sofwan, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum, 2019
DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology. 2nd ed. (Geberth VJ, ed.). Boca Raton: CRC Press
LLC;2001
Dolinak D, Matshes EW, Lew EO. Forensic Pathology: Principle and Practice.London: Elsevier
Academic Press: 2005
Hoediyanto, Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya: 2010
J unqueira LC. Histologi dasar, Teks dan Atlas Edisi Sepuluh:EGC;2007
Rajesh Bardale. Principles of Forensic Medicine and Toxicoligy. Jaypee Brothers Medical
Publishers. New Delhi, 2011
Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology.3rd ed. London : Edward Arnold Ltd.;2004
Shepherd R. Simpson’s Forensic Medicine. 12th ed. (Shepherd R, ed.). New York:Arnold;2003
Shkrum MJ, Ramsay DA, Forensic Pathology Of Trauma: Common Problem for the
Pathologists. (Karch SB, ed.). Totowa, New Jersey: Humama Press; 2007

Perundang – Undangan:
Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP )
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP)

Internet :
www.exploreforensics.co.uk . defensive Wounds – explore forensic By: Jack claridge
11

Anda mungkin juga menyukai