Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita memang tidak dapat memberikan definisi tentang Tuhan, namun jika kita
memasukkan diri kita ke dalam ciptaan Tuhan, maka banyak sekali yang dapat
kita pahami dan sadari. Realisasi dari sifat dasar realitas ini adalah wajar bagu
seluruh ummat manusia, tetapi kualitas dan kuantitasnya bervariasi.

Begitupun manusia, naik pria maupun wanita, mempunyai Cinta, Kebaikan


dan Nilai-nilai kebaikan lainnya, berarti telah menyadari sebagian realitas. Kita
mungkin tidak pernah bisa menjelaskan apakah cinta itu, tetapi kita mengetahui
bahwa cinta adalah suatu realitas. Kita mengetahui dan menyadari bahwa
kebaikan itu juga suatu realitas. Orang-orang besar memiliki pandangan yang
lebih besar daripada saudara mereka yang kurang beruntung, tetapi tidak ada satu
pun yang andilnya. Bentuk-bentuk yang tertinggi dari realitas seperti itu disebut
inspirasi dan wahyu. Mengenai masalah ini kita harus belajar dari banyak contoh
dan ajaran yang di berikan oleh orang-orang besae. Dan orang yang terbesar
adalah Rasul-rasul Tuhan untuk menyampaikan sekelompok hukum kehidupan
dan nilai-nilai Nya.

Menurut filsafat al-Quran, kita yakin bahwa kejahatan itu disebabkan oleh
pilihan atau kehendak yang telah diberikan Tuhan kepada semua manusia.

Menusia telah menggunakan pilihan ini. Nampaknya, pilihan itu mereka


lakukan denganberbagai cara, di mana beberapa cara kelihatan lebih disukai
dibandingkan cara lain. Namun, dengan bakat yang sangat alami, pilihan harus
dijalankan, dan nampaknya hal itu mengahasilkan sejumlah kekacauan,
kegaduhan, perselisihan atau kehajatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Alqur’an?
2. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
3. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Al-Quran.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Apakah Al Qur’an itu?

Dari segi bahasa, Qur’an berasal dari qara’a, yang berarti menghimpun dan
menyatukan. Sedangkan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
yang satu dengan lainya dengan susunan rapih. Mengenai hal ini, Allah berfirman
dalam QS. Al Qiyamah (75) ayat 17-18 yaitu sebagai berikut:1

“Sesungguhnya atas tangguhan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannyan itu.” (Al Qiyamah: 17-18)

Qur’an secara bahasa dapat pula berarti “bacaan” sebagai masdar dari kata
qara’a. Dalam arti seperti ini, firman Allah SWT dalam Q.S Fushshilat (41) ayat
3:

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui.”

Dari segi istilahnya, Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al Qur’an adalah;

“ Al Qur’an adalah kamulah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan


kepada Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir
dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.”

Adapun Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefisikan Al Qur’an sebagai


berikut:

“Al Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rosul, dengan perantaraan

1
http://mediabilhikmah.blogspot.com/2011/11/apa-itu-al-quran.html? (diakses tanggal 04
Oktober 2017 pukul 07.12 WIB)

3
Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pad mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan
ibadah, yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan ditutup dengan surat An nas”2

Al-Quran Al-Karim dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dan filsafat


manusia, dapat disimpulkan mengandung tiga hal pokok:

A. Tujuan.

1. Akidah atau kepercayaan, yang mencakup kepercayaan kepada (a) Tuhan


dengan segala sifat-sifat-Nya; (b) Wahyu, dan segala kaitannya dengan,
antara lain, Kitab-kitab Suci, Malaikat, dan para Nabi; serta (c) Hari
Kemudian bersama dengan balasan dan ganjaran Tuhan.

2. Budi pekerti, yang bertujuan mewujudkan keserasian hidup bermasyarakat,


dalam bentuk antara lain gotong-royong, amanat, kebenaran, kasih sayang,
tanggung jawab, dan lain-lain.

3. Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesamanya,


dirinya, dan alam sekitarnya.

B. Cara

Ketiga hal tersebut diusahakan pencapaiannya oleh Al-Quran melalui empat


cara:

1. Menganjurkan manusia untuk memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang-


bintang, udara, darat, lautan dan sebagainya, agar manusia --melalui
perhatiannya tersebut-- mendapat manfaat berganda: (a) menyadari kebesaran
dan keagungan Tuhan; dan (b) memanfaatkan segala sesuatu untuk
membangun dan memakmurkan bumi di mana ia hidup.

2. Menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah untuk memetik pelajaran dari


pengalaman masa lalu.

2
Ibid.

4
3. Membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa, yang dapat mendorong
manusia untuk mempertanyakan dari mana ia datang, bagaimana unsur-unsur
dirinya, apa arti hidupnya dan ke mana akhir hayatnya (yang jawaban-
jawabannya diberikan oleh Al-Quran).

4. Janji dan ancaman baik di dunia (yakni kepuasan batin dan kebahagiaan hidup
bahkan kekuasaan bagi yang taat, dan sebaliknya bagi yang durhaka) maupun
di akhirat dengan surga atau neraka.

C. Pembuktian

Untuk membuktikan apa yang disampaikan oleh Al-Quran seperti yang disebut
di atas, maka di celah-celah redaksi mengenai butir-butir tersebut, ditemukan
mukjizat Al-Quran seperti yang pada garis besarnya dapat terlihat dalam tiga hal
pokok:

1. Susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa Arab.

2. Ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkannya.

3. Ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti


kebenarannya.

Melihat kandungan Al-Quran seperti yang dikemukakan secara selayang


pandang tersebut, tidak diragukan lagi bahwa Al-Quran berbicara tentang ilmu
pengetahuan. Kitab Suci itu juga berbicara tentang filsafat dalam segala bidang
pembahasan, dengan memberikan jawaban-jawaban yang konkret menyangkut hal-
hal yang dibicarakan itu, sesuai dengan fungsinya: memberi petunjuk bagi umat
manusia (QS 2:2) dan memberi jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang mereka
perselisihkan (QS 2:213).

2.2 Ilmu Pengetahuan

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab ‘ilm yang berarti tahu atau
mengetahui. Dalam bahasa Inggris ilmu biasanya dipadankan dengan kata science.
Pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara

5
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapan digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang ilmu pengetahuan itu.3

Dari pengertian di atas nampak bahwa ilmu memang mengandung arti


pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara
sistematis atau menurut Moh Hatta (1945 : 5) “pengetahuan yang didapat dengan
jalan keterangan disebut ilmu.”

Sebelum berbicara tentang masalah tersebut, terlebih dahulu perlu diperjelas


pengertian ilmu yang dimaksud dalam tulisan ini. Al-Quran menggunakan kata
'ilm dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. Antara lain sebagai
"proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan" (QS 2:31-32).
Pembicaraan tentang ilmu mengantarkan kita kepada pembicaraan tentang
sumber-sumber ilmu di samping klasifikasi dan ragam disiplinnya.

Sementara ini, ahli keislaman berpendapat bahwa ilmu menurut Al-Quran


mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam
kehidupannya, baik masa kini maupun masa depan; fisika atau metafisika.

1. Berbeda dengan klasifikasi ilmu yang digunakan oleh para filosof --Muslim
atau non-Muslim-- pada masa-masa silam, atau klasifikasi yang belakangan ini
dikenal seperti, antara lain, ilmu-ilmu sosial, maka pemikir Islam abad 20,
khususnya setelah Seminar Internasional Pendidikan Islam di Makkah pada
tahun 1977, mengklasifikasikan ilmu menjadi dua katagori: Ilmu abadi
(perennial knowledge) yang berdasarkan wahyu Ilahi yang tertera dalam Al-
Quran dan Hadis serta segala yang dapat diambil dari keduanya.

2. Ilmu yang dicari (acquired knowledge) termasuk sains kealaman dan


terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi
terbatas dan pengalihan antarbudaya selama tidak bertentangan dengan Syari'ah
sebagai sumber nilai.

2.3 Apakah Filsafat Itu?


3
http://www.duniaislam.org/18/01/2015/pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-kedudukan-ilmu-
menurut-islam/ (diakses tanggal 04 Oktober 2017 pukul 07.26 WIB).

6
Nama “filsafat” dan “filsuf” berasal dari kata-kata Yunani phiosophia dan
philosophos. Menurut bentuk kata, seorang philo-sophos adalah seorang “pencinta
bijaksana”. Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nam “filduf” (philosophos)
untuk pertama kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Phythagoras (abad ke-6
SM). Tetapi demikian sejarang tentang kehidupan dan aktivitas Phythagoras
demikian tercampur dengan legenda-legenda sehingga sering kali kebenaran tidak
dapat dibedakan dari reka-reakaan saja. Demikian halnya juga dengan hikayat
yang mengisahkan bahwa nama “filsuf” ditemukan oleh Phythagoras. Yang pasti
ialah bahwa dalam kalangan Sokrates dan Plato (abad ke-5 SM) nama “filsafat”
dam “filsuf” sudah lazim dipakai. Dalam dialog Plato yang berjudul phaidros
misalnya kita membaca: “Nama ‘orang bijaksana’ terlalu luhur untuk memanggil
seorang manusia dan lebih cocok untuk seorang dewa. Lebih baik ia dipanggil
philosophos, pecinta kebijaksanaan. Nama ini lebih berpautan dengan mahkluk
insani.”4

Dari semua cabang pengetahuan, filsafat adalah yang paling sulit. Sebab,
filsafat adalah yang paling samar, atau kabur. Oleh sebab itu, kita harus benar-
benar bersabar dalam mencari apa saja yang termasuk filsafat. Bahkan manakala
telah sampai pada akhir penelitian, kita pun masih tidak boleh menganggap bahwa
penelitian kita sudah selesai. Marilah kita pertimbangkan beberapa benda yang
bukan filsafat.

Pengertian Filsafat Ilmu dalam arti luas, yaitu mencakup permasalahan yang


menyangkut berbagai hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah seperti implikasi
ontologik-metafisik dan citra dunia yang bersifat ilmiah, tata susila yang menjadi
patokan dalam penyelenggaraan ilmu dan konsekuensi pragmatik-etik
penyelenggara ilmu.

Dalam arti sempit, pengertian ilmu filsafat yaitu menampung permasalahan


yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu
yang menyangkut sifat dari pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta
mencapai pengetahuan ilmiah.
4
Bertens, Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1999. (hal-17-18).

7
Pengertian Filsafat Ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang
digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang-lambang yang dipakai dan
terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis
ini kemudian dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu rasional,
juga antropologi, geologi dan sebagainya. Dalam hubungan ini yang terutama
sekali ditelaah yaitu ihwal penalaran dan teorinya. Sebagai contoh, sesuatu yang
akan dikerjakan oleh tukang kayu.

Filsafat, kami telah menyatakan dalam kata pendahuluan buku ini adalah
sulit. Sebab, filsafat itu kabur, samar-samar. Ilmu alam mengetahui fungsinya,
sebab, illmu alam berurusan dengan materi di dalam suatu ruang, atau dalam
rangkaian kesatuan ruang-waktu. Matematika mengetahui fungsinya, sebab
matematika berurusan dengan abstraksi-abstraksi ruang dan bilangan, demikian
pula ilmu pengetahuan lain, seperti astronomi dan lain-lain. Tetapi filsafat yang
kita uraikan dalam buku ini, belum mewujudkan batasan yang pasti. Justru di
situlah letak kesukaran dan ketidakjelasan filsafat. Tetapi filsafat bukanlah
rangkaian-kemauan-nol. Filsafat sangat penting bagi semua cabang ilmu dan
kemajuan, baik ummat manusia maupun seluruh ilmu pengetahuan ditopang
dengan kemajuan filsafat. Seperti halnya hasrat seorang manusia yang menguasai
semua tindakannya, filsafat suatu peradaban pun menguasai semua tingkah-
lakunya. Suatu perdaban dalam melakukan kerja tanpa petunjuk filsafat adalah
bagaikan sebuah kapan tanpa kompas. Memang kompas tidak bekerja seperti
mesin yang menyebabkan kapal bergerak di air atau pesawat terbang di udara,
tetapi tanpa adanya petunjuk kompas atau alat yang senada kapal atau pesawat
sekali-kali tidak akan mampu pergi dengan baik kecuali hanya untung-untungan
saja. Tetapi untung-untungan itu pun tidak dapat betahan lama. Tak ubahnya
dengan kapal, ilmu pengetahuan pun harus dikemudikan oleh kerja filsafat. Sebab,
jika tidak, maka semua pekerjaannavigasi dari ilmu pengetahuan manusia harus
berakhir dengan karamnya kapal ilmu pengetahuan

8
A. Bidang-bidang Filsafat

Pembagian dan pembidangan filsafat setiap harinya meluas. Tetapi, dengan


argumentasi umu, ada tiga bagian yang dapat dikatakan merupakan bidang pojok
dari filsafat, yaitu:

a. Ontologi (Perancis dan Jerman: eime be dan logos, kata atau pengetahuan)
yakni, ilmu yang berkaitan dengan esensi dari benda atau makhluk hidup
secara abstrak.
b. Epistemologi (Greej: episteme, pengetahuan dan logos) yakni, teori tenttau
dasar dang metode aari pengetahuan atau studi tentang hakikat tertinggi,
kebenaran dan batasan ilmu manusia.
c. Aksiologi (Greek: Axioo, menarik faedah dari sesuatu). Atau studi tentang
hakikat tertinggi, realitas dan arti dari nilai-nilai(kebaikan,keindahan,dan
kebeneran)

Ontologi dan epistemologi dikelompokkan bersama dan disebut Metafisika.


Sedangkan, aksiologi dibagi menjadi dua hal yaitu:

(a) Filsafat Etika atau Moral, adalah studi mengenai idealisme yang tertinggi atau
norma-norma tingkah-laku
(b) Aestetika atau Filsafat Keindahan, adalah studi tentang idealisme yang
tertinggi atau norma-norma seni.

Di samping bidang-bidang ini, logika atau studi tentang kondisi-


kondisiumum pemikiran yang sah, merupakan persiapan bagi studi-studi lain.
Logika (Greek: Logos) adalah studi tentang pengetahuan yang abstrak, seperti
halnya Matematika adalah studi tentang bilangan dan bentuk-bentuk yang abstrak.
Tetapi logika mendasarkan semuanya pada pemikiran, dan mungkin dapat
dikatakan bahwa logika menjadi induk segala pengetahuan, ilmu pengetahuan
yang membedaka manusia dari binatang-binatang lain adalah logika. Seseorang
tidak perlu jadi sarjana untuk menjadi seorang ahli logika

B. Sifat Luasnya Filsafat al-Quran

9
Terkadang ditentang al-Quran bahwa al-Quran tidak hanya semata-mata
sebuah kitab agama melainkan sebagai kitab yang juga mencampuri urusan sosial,
politik dan juga hubungan moral manusia. Keberatan tersebut sejauh bila
dikatakan bahwa al-Quran mencampuri segala aktivitas manusia, ini adalah salah.
Meskipun demikian, benarlah bila dikatakan bahwa al-Quran mengklaim
menentukan prinsip-prinsip yang mengusai segala aktivitas pokok manusia, di
setiap bidang kehidupan. Sebenarnya, segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
manusia, baik sebagai individu ataupun anggota masyarakat; baik
hanyaberhubungan dengan urusan duniawi maupun yang menyangkut urusan
spiritual, adalah termasuk dalam lingkup al-Quran.

Banyak orang yang bergerak mundur, hal itu begitu jelas. Namun al-Quran
memberikan sebuah petunjuk yang pasti benar kepada mereka yang
mengharapkan progrevisitas dan berharap dapat berjumpa dengan Yang Nyata.
Berjumpa dengan Yang Nyata, maksud kami adalah menyadari keberadaan-Nya
secara rohani. Sebaliknya, Yang Nyata ada di mana saja dan segala sesuatu berada
di dalam-Nya.

َ ‫ي أَنَّ َما إِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ َوا ِح ٌد ۖفَ َم ْن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك‬ َّ َ‫قُلْ إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰى إِل‬
‫بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا‬

“biarkan ia yang bercita-cita menuju perumpamaan dengan prinsip hidupnya


melakukan amalan-amalan yang baik dan jangan sampai ia membayar dengan
menyembah yang seharusnya hanya diberikan kepada Tuhan namun malah kepada
sesuatu yang lain” . (QS. 18: 110)

57﴿ ‫ق َّو َم ۤا اُ ِر ۡي ُد اَ ۡن ي ُّۡط ِع ُم ۡو ِن‬ ۡ ‫﴾ َم ۤا اُ ِر ۡي ُد ِم ۡنهُمۡ ِّم ۡن‬56﴿ ‫س اِاَّل لِيَ ۡعبُد ُۡو ِن‬
ٍ ‫رِّز‬ َ ‫ت ۡال ِج َّن َوااۡل ِ ۡن‬
ُ ‫﴾ َو َما َخلَ ۡق‬

“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan seharusnya mereka


menyembah-Ku”, dan “ Aku menghendaki rezeki dari mereka; tidak pula Aku
menginginkan bahwa mereka akan memberi makan kepad-Ku”. (QS. 51: 56-57).

Terjemahan di atas memang terjemahan harfiah. Namun maknanya amat


jelas. Hukum yang memerintahkan pemberian kepada fakir miskin, bersifat

10
persaudaraan, pengorbanan pada sebagian umat manusia, adalah tidak ditetapkan.
Sebab, Tuhan membutuhkan beberapa pertolongan semata-mata dimaksudkan
agar manusia mengolah spiritual untuk menghormati dan melakukan kewajiban
terhadap Yang Nyata yang telah membuat manusia. Manusia mempunyai pilihan
untuk mempergunakan rahmat Tuhan. Jika manusia mempergunakannya,
sebagaimana harapan Tuhan, berarti mempergunakannya menghormati Tuhan.
Tetapi manakala melakukan sebaliknya, berarti manusia kehilangan rahmat
tersebut untuk selamanya.

BAB III

11
PENUTUP

A. Simpulan.
1. Jadi Al Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan
perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian
disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya
merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan ditutup dengan
surat An nas.
2. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapan digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang ilmu pengetahuan itu.
3. Dalam arti sempit, pengertian ilmu filsafat yaitu menampung permasalahan
yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu,
yaitu yang menyangkut sifat dari pengetahuan ilmiah dan cara-cara
mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
B. Saran

Alangkah baiknya, setelah kita memahami dan mempelajari definisi dan fungsi
Al-Quran, ilmu pengetahuan, dan filsafat, kita lebih beriman kepada allah dan
lebih mengimani Al-Quran dan lebih mempelajari, memahami, mendalami ilmu
pengetahuan dan filsafat, karena bagaimanapun baik ilmu pengetahuan ataupun
filsafat awalnya datang dari Allah swt. Selain itu, diharapkan ada hikmah yang
dapat diambil yaitu kita harus memprakterkan ilmu pengetahuan, filsafat, dan Al-
Quran dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

12
Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1999.

Sumber internet:

http://www.duniaislam.org/18/01/2015/pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-
kedudukan-ilmu-menurut-islam/ (diakses tanggal 04 Oktober 2017 pukul 07.26
WIB).

http://mediabilhikmah.blogspot.com/2011/11/apa-itu-al-quran.html? (diakses
tanggal 04 Oktober 2017 pukul 07.12 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai