Tugas Capter 3
Tugas Capter 3
Fahryan Gemilang
Faisal Amin
a. Tanaman Padi
Optimum growth
Dalam penanaman padi terdapat berbagai cara namun penggunaan teknik
tanam 2:1 (tanam jajar legowo) yang dapat memberikan jumlah padi yang
banyak dengan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional
pada umumnya. Dengan penggunaan teknik penanaman tersebut akan lebih
memudahkan dalam perawatan tanaman padi karena dapat dengan mudah
mengatur jalur keluar masuknya air, selain itu juga dapat menekan serangan
hama dan penyakit karena cenderung lebih terang dan juga dapat menghemat
biaya. Pengelolaan lahan yakni dengan mengubah sifat fisik tanah agar
lapisan yang semula keras menjadi lumpur, hal tersebut akan membuat gulma
mati. Penggunaan benih berkualitas yang dapat beradaptasi dan memiliki
pertumbuhan yang cepat serta seragam tumbuh lebih cepat dan tinggi nilai
produktivitasnya. Dalam melakukan persemaian benih dapat dilakukan 25
hari sebelum masa tanam. Persemaian diusahakan tidak terlalu jauh dari lahan
agar menjaga waktu proses pemindahan dan yang paling penting yakni
memperhatikan drainase agar benih tidak kelebihan air. Sebelum disemai
lahan diberi sedikit pupuk organic untuk persediaan hara. Pada tahap
pemeliharaan pengendalian hama dan penyakit sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang optimal, pengendalian harus dilakukan secara alami
dan berkelanjutan sesuai dengan hama dan penyakit yang dihadapi. Panen
tanaman padi dilakukan ketika built padi hampis keseluruhan telah
menguning yang biasanya 33-36 hari setelah padi berkembang. Panen
dilakukan serentak dalam satu lahan untuk mengurangi risiko diserang hama.
Temperature
Suhu atmosfer memiliki efek yang cukup besar pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi. Padi membutuhkan suhu yang relatif tinggi
untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Kebutuhan suhu beras
berbeda untuk berbagai tahap pertumbuhan. Tanaman padi dapat tumbuh
dengan sukses di mana suhu udara rata-rata 21C atau lebih dari 21C selama 5
hingga 6 bulan. Suhu rata-rata kritis untuk pembungaan dan pemupukan
berkisar antara 16 hingga 20° C. Untuk pertumbuhan vegetatif, kisaran suhu
25 hingga 30C dan untuk pengisian gabah dan pematangan suhu 20 hingga
25C. Suhu tinggi terutama pada malam hari menyebabkan hilangnya
makanan melalui respirasi yang lebih besar. Untuk hasil biji-bijian yang lebih
tinggi, suhu siang hari 25 hingga 32 ° C dan suhu malam hari 15 hingga 20 °
C lebih disukai. Temperatur di atas 35 ° C tidak hanya mempengaruhi
pelepasan serbuk sari tetapi juga pengisian biji-bijian.
Suhu rata-rata yang lebih tinggi berkisar antara 25 hingga 32 ° C per hari
akan mengurangi durasi pertumbuhan dan mempercepat pembungaan
sedangkan suhu rata-rata kurang dari 15 ° C akan melambat selama
pertumbuhan vegetatif dan tanaman gagal berkembang. Oleh karena itu,
untuk pertumbuhan vegetatif yang kuat diperlukan suhu yang cukup tinggi.
Diketahui bahwa suhu malam yang sejuk dan cuaca cerah di siang hari lebih
baik untuk hasil padi yang tinggi, tetapi suhu kurang dari 15C tidak kondusif
untuk inisiasi malai serta untuk pertumbuhan tanaman.
Moisture
Kelembaban tanah yang optimum untuk budidaya padi sangat penting untuk
meningkatkan produksi padi dan produktifitas air. Kelembaban tanah
diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan kurva retensi air, yaitu basah, agak
basah, dan kering. Kelembaban tanah pada level basah untuk fase awal dan
vegetative sangat penting untuk tanaman khusus daerah perakaran dalma
menyediakan air yang cukup untuk pertumbuhan akar, batang dan daun.
Kemudian air irigasi dapat dikurangi untuk menjaga kelembaban tanah pada
agak basah untuk menghindari dan mengurangi jumlah bulir yang tidak
produktif. Pada fase pertumbuhan akhir musim kelembaban tanah pada level
kering dapat diterapkan untuk menghemat irigasi ketika fase ini kebutuhan air
tanaman minimal. Kelembaban udara juga mempengaruhi aktivitas
fotosintesa padi. Dan juga terjadi perubahan pola fotosintesa akibat
perubahan kelembaban udara dan hubungan kelembaban dengan intensitas
cahaya dan temperatur. Kisaran kelembaban nisbi optimum untuk pagi antara
50 – 90%. Di indonesia beriklim tropis tanah basah, kelembaban nisbi tidak
merupakan kendala bagi usaha peningkatan produksi padi.
Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap evapotranspirasi pada musim
kemarau dengan kelembaban rendah, intensitas sinar surya dan suhu tinggi
mempercepat laju evaportranspirasi. Bila laju evaportranspirasi tidak
diimbangi dengan laju translokasi air ke akar, tanaman padi akan mengalami
kekeringan.
Crop diversity
Nama Kultivar Nama padi Daerag asal
Melik Hitam Kedon-Gunjaran -Bantul
Yogyakarta
Jitheng Hitam Sleman,Yogyakarta
Cempo ireng Hitam Sleman,Yogyakarta
Padi hitam nusa tenggara Hitam Alor,Nusa tenggara timur
timur
Padi hitam Bantul Hitam Imogiri,Bantul
Padi Hitam Sragen Hitam Sragen Jawa tengah
Situ Bagendit Putih BB Padi sukamandi
Padi Hitam Wonosobo Hitam Banjaneagara perbatasan
Wonosobo Jawa Tengah
Fotosintesis
laju fotosintesis pada tanaman padi dengan bibit muda yang berlangsung
dengan baik yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan cepat
sehingga fotosintesis yang dihasilkan berupa biomass tanaman seperti akar,
daun, dan batang akan semakin banyak pula. Sedangankan untuk laju
fotosintesis dipengaruhi oleh luas daun da indeks luas daun tanaman. Pada
umur bibit 7 dan 14 hari, luas daun berbanding lurus dengan bobot kering
tanaman. Kedua peruabahan tersebut berhubungan erat dengan efisiensi
radiasi cahaya matahari, semakin banyak energy radiasi cahaya matahari yang
dikonversi dalam proses fotosintesis menjadi fotosintat, maka bobot kering
tanaman atau biomass akan semakin banyak pula. Hal ini menunjukkan
hubungan luas daun dan indeks luas daun dengan produksi biomass tanaman
terjalin melalui proses fotosintesis.
b. Jagung
Optimum growth
Jagung tanaman musim panas yang paling baik ditanam di iklim yang
menawarkan cuaca hangat. Bibit tidak dapat ditransplantasikan dengan baik,
jadi pendekatan terbaik yakni dengan menanam benih langsung ke tanah.
Namun didaerah-daerah dimana musim tnaam pendek, benih dapat dimulai
didalam ruangan menggunakan pot. Jagung senditif terhadap embun beku,
dan jika ditanam terlalu dini, seluruh tanaman bisa hilang. Pemilihan benih
untuk penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil produksi.
Benih yang digunakan harus murni atau tidak tercampur dengan biji lain,
tidak ada cacat, dan harus murni atau tidak ada cacat, dan berasal dari
tanaman yang sehat, serta produktifitasnya tinggi. Sistem perakaran tanaman
jagung yang terdiri atas 3 macam yakni seminal, adventif dank ait atau
penyangga. Kedalaman dan penyebaran akar tanaman jagung bervariasi
tergantung varietas, pengelolaan tanah, karakter fisika dan kimia tanah,
kondisi kelenasan tanah, dan pemupukan. Perkembangan akar tanaman
jagung dapat dijadikan indicator tanaman terhadap cekaman air dan hara.
Secara umum tanaman jagung memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang sama, namun interval waktu antartahap dapat berbeda. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung dapat dikelompokkan kedalam tahap
kecembahan, pertumbuhan vegetative, dan reproduktif.
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang
baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Temperature
Jagung dapat bertahan hidup dari paparan singkat hingga suhu buruk, seperti
suhu mulai dari mendekati 32 F (0 C) hingga lebih dari 112 F (45 C). Batas
pertumbuhannya agak kurang, dengan suhu awal mendekati 41 F (5 F) naik
menjadi mendekati 95 F (35 C). Suhu optimal untuk pertumbuhan bervariasi
antara siang dan malam, dan juga sepanjang musim tanam; misalnya, pada
siang hari, kisaran optimal antara 77 F dan 91 F (25-33 C) sementara suhu
malam berkisar antara 62 F dan 74 F (17-23 C). Namun, suhu rata-rata
optimal untuk seluruh musim tanam berkisar antara 68 F hingga 73 F (20-22
C).
Moisture
Kondisi pH yang baik untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 5,5-7,0 dan
Ph optimal 6,8 terutama pada saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan
yang normal untuk pertumbuhan tanaman jagung yang ideal sekitar
250mm/tahun. Curah hujan yang terjadi selama bulan penanaman cukup
tinggi sebesar 309mm dan 500mm, nilai curah hujan yang cukup tinggi
apabila dibandingkan distribusi hujan ideal bagi pertumbuhan jagung yaitu
200mm/bulan dan berpotensi menyebabkan pencucian pada unsur hara yang
terdapat didalam tanah. Tanaman jagung dalam pembudidayaan perlu
diperhatikan kelembaban nya, jagung membutuhkan kelembaban sebesar 80%
agar pertumbuhan dapat maksimal
Crop diversity
Jagung lokal (jagung kuning), jagung hibrida, jagung manis dan jagung putih.
Dari keempat kultivar jagung tersebut yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Desa Pandansari adalah jagung lokal (jagung kuning) (Gambar 1). Hal
tersebut dikarenakan masyarakat Desa Pandansari memanfaatkan jagung lokal
sebagai bahan pokok yang dikonsumsi seharihari
Jagung Hibrida
Jagung ini dalam melakukan perawatannya membutuhkan perawatan yang cukup
tinggi. Kerena membutuhkan perwawatan yang lumayan mahal, hanya sedikit
masayarakat yang membudidayakannya .Tapi menurut Dinas pertanian, Jagung
Hibrida terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari variates jagung yang
bersari bebas.
Jagung Putih
Jagung putih merupakan jagung yang dulunya digunakan sebagai bahan pokok.
Seiring berkembangnya zaman dan bertambahnya ilmu pengetahuan akhirnya
masayarakat lebih banyak yang menggunakan nama jjagun kuning. Kebanyakan
masayrakat yang berada di sekitar desa Pandansari masih menggunakan jagung
tersebut sebagai makan pokok sehari hari
c. Kopi
Optimum growth
Tanaman kopi dapat tumbuh baik pada zona antara 20o Lintang Utara dan 20o
Lintang Selatan. Indonesia yang terletak antara 5 o Lintang Utara sampai 10o
Lintang Selatan potensial untuk penanaman kopi yang baik. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kopi dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Masing-masing jenis tanaman kopi menghendaki lingkungan yang berbeda.
Unsur-unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap budidaya kopi adalah
elevasi (ketinggian tempat), tipe curah hujan, sinar matahari, dan angin.
Fotosintesis
Tanaman kopi tidak menghendaki sinar matahari langsung dalam jumlah
yang banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar
matahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan tanah
dan daun tanaman kopi, sehingga mengganggu keseimbangan proses
fotosintesis terutama pada musim kemarau. Sinar matahari juga berpengaruh
terhadap pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang cukup banyak
akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Tanaman kopi yang terkena
sinar matahari sepanjang tahun secara terus-menerus maka tanaman tersebut
akan membentuk bunga sepanjang tahun. Akibatnya tanaman kopi akan
menghasilkan bunga melebihi kemampuannya sehingga jumlah bunga yang
berhasil menjadi buah sedikit, selain itu mutu buah kopi juga rendah.
Tanaman kopi menghendaki sinar matahari dalam jumlah banyak pada awal
musim kemarau atau akhir musim hujan karena pada saat itu tanaman mulai
menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari.
Tanaman kopi umumnya membutuhkan pohon penaung. Untuk mengatur
sinar matahari agar sampai pada tanaman kopi, dilakukan dengan cara
mengatur pohon penaung. Tanaman penaung diatur agar tanaman kopi bisa
tumbuh pada tempat yang teduh tetapi mendapatkan sinar matahari yang
cukup.
Temperature
Ketinggian tempat tidak berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kopi, tetapi faktor temperatur yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman kopi. Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kopi terutama pembentukan bunga dan buah serta kepekaan
terhadap serangan penyakit. Pada umumnya, tinggi rendahnya temperatur
ditentukan oleh ketinggian tempat dari permukaan laut.
Temperatur dan elevasi saling berhubungan. Temperatur rata-rata tahunan di
Indonesia pada ketinggian permukaan laut sekitar 26o C, dan turun sekitar
0,6o C setiap ketinggian naik 100 m. Setiap jenis kopi menghendaki
temperatur atau elevasi yang berbeda. Kopi Arabika dapat ditanam pada
elevasi 500 – 2.000 m, tetapi elevasi yang optimal adalah 800 – 1.500 m
dengan temperatur rata-rata tahunan 17 – 21o C. Elevasi terendah untuk kopi
Arabika ditentukan oleh ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit karat
daun.
Moisture
Bagi tanaman kopi, distribusi curah hujan lebih penting daripada jumlah
hujan per tahun. Tanaman kopi menghendaki masa agak kering selama 3
bulan untuk pembentukan primordia bunga, florasi, dan penyerbukan. Masa
kering ini lebih penting bagi kopi Robusta yang menyerbuk silang.
Sedangkan kopi Arabika lebih toleran terhadap masa kering karena jenis kopi
ini menyerbuk sendiri. Tanaman kopi tumbuh optimum di daerah dengan
curah hujan 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan 3 bulan kering, tetapi
mendapat ”hujan kiriman” yang cukup.
Tanaman kopi masih tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 1.300 –
2.000 mm per tahun, asalkan tanaman kopi diberi mulsa dan irigasi intensif.
Pada akhir musim hujan, cabang-cabang primer mulai menghasilkan kuncup
bunga. Mula-mula pada ketiak daun tampak kuncup bunga berukuran kecil
yang diselubungi oleh sepasang daun penumpu. Kemudian, pada tiap kuncup
tumbuh beberapa dasar bunga berwarna hijau yang selanjutnya berubah
menjadi keputihan. Kuncup yang menjadi calon bunga ini untuk beberapa
saat beristirahat. Kuncup bunga yang istirahat akan segera tumbuh setelah
turun ”hujan kiriman”. Kemudian, akan menjadi bunga dewasa setelah 7 – 8
hari. Bila hujan kiriman tidak datang, calon bunga tidak akan tumbuh dan
mekar menjadi bunga dewasa sehingga tanaman gagal berbuah.
Oleh karena itu, bila ”hujan kiriman” tidak datang, tanaman kopi sering diairi.
Bunga kopi yang telah mekar siap untuk diserbuki. Pada saat bunga mekar
dan siap untuk diserbuki menghendaki cuaca kering dan tidak hujan selama
satu bulan. Bila terjadi hujan pada saat penyerbukan, maka tepung sari akan
menggumpal dan bunga akan rusak sehingga gagal menjadi buah. Perkebunan
kopi di Jawa sebagian besar ditanam pada daerah dengan tipe iklim C yang
agak kering, sedangkan di Sumatera sebagian besar perkebunan kopi ditanam
pada daerah dengan tipe iklim B yang agak basah. Panen buah kopi pada
daerah iklim B relatif merata dibanding dengan iklim C.
Diversitas Tanaman
Nama Kopi Cita Rasa
Arabika Gayo Daun teh hitam, daun salam, bunga melati,
legit, dan pisang.
Arabika Lintong Sereh, daun sirih, markisa, terong belanda, kayu
manis, coklat
Arabika Mandailing coklat, kemanisan gula kelapa, kayu manis,
tembakau, delima
Arabika Bengkulu gula kelapa, semangka, kayu manis
Temperature
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah
curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin. Di
Indonesia tanaman teh hanya ditanam di dataran tinggi. Ada kaitan erat antara
tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu semakin rendah elevasi suhu udara
akan semakin tinggi. Di Indonesia tanaman teh ditanam sebagai tanaman
perkebunan pada ketinggian 700 – 2.000 m dpl. Di negara tropis seperti
Indonesia, teh diperoleh sepanjang tahun dengan gilir petik 6 - 12 hari.
Tanaman teh bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 15 m, tetapi di
perkebunan tingginya dipertahankan sekitar 70 – 150 cm. Iklim yang sesuai
untuk tanaman teh adalah curah hujan minimum 2000 mm dan merata
sepanjang tahun dengan suhu 11°C – 25°C disamping tingkat kesuburan
tanah yang baik
Moisture
Kelembapan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh. Suhu yang berbeda pada setiap
tinggi tempat akan mempengaruhi proses fisiologis tanaman teh. Semakin
tinggi tempat maka suhu semakin rendah dan proses metabolisme pada
tanaman teh akan berjalan semakin lambat.
Crop diversity
e. Karet
Optimum growth
Tanaman mungkin tumbuh kerdil, daunnya sedikit, percabangannya banyak,
serta pertumbuhan yang kurang umum lainnya. Lingkungan yang kurang baik
juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah walaupun langkah
perawatan seperti pemupukan dan lainlainnya dilakukan sesuai kebutuhan.
Tanaman keret merupakan tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15⁰ LS
sampai dengan 15⁰ LU. Tanaman karet tumbuh dengan optimal di dataran
rendah dengan ketinggian 0-200 mdpl. Tanaman karet dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah mulai dari tanah alluvial, vulkanis, tanah gambut, dan
beberapa tanah marginal seperti podzolik merah kuning. Tanah yang ideal
untuk pertumbuhan tanaman karet adalah tanah yang bersolum dalam, jeluk
lapisan lebih dari 1 meter, dan permukaan air rendah. Sifat tanah lain ang
cocok untuk pertumbuhan tanaman karet adalah memiliki tekstur remah,
aerasi dan drainase cukup, struktur terdiri dari 35% liat, 30% pasir, dan
memiliki kemiringan lahan < 16%.
Temperature
Tanaman karet membutuhkan curah hujan 2000-4000 mm/tahun dengan
persebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman karet adalah 25⁰ C sampai 35⁰ C dengan suhu optimal
28⁰ C.
Moisture
Kelembaban udara yang sesuai untuk tanaman karet adalah 75-90%. Lama
penyinaran dan intensitas cahaya berperan penting dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet. Dalam sehari, tanaman karet
membutuhkan intensitas cahaya yang cukup dengan lama penyinaran 5-7 jam.
Angin yang kecang dapat merusak pertanaman karet karena pada umumnya
tanaman karet memiliki batang yang tinggi sehingga peka terhadap kerusakan
ketika banyak angina kencang yang menerpa
Crop diversity
Lateks Pekat
Merupakan jenis karet yang terbentuk dari cairan pekat tidak terbentuk lembaran
atau padatan lainnya biasanya jenis karet ini digunakan sebagai pembuatan bahan
karet tipis bermutu tinggi
karet (Hevea brasiliensis) adalah jenis yang mendominasi pada tingkatan pohon
dan tiang dengan nilai INP sebesar 90,92% dan 147,42%. Pada tingkat pancang
didominasi oleh Macaranga bancana dengan INP 36,63% serta jenis Scleria sp.
mendominasi tingkat semai dengan INP 25,84%. Lima jenis tumbuhan dengan
INP tertinggi pada setiap tingkat pertumbuhan
Castillaelastica (family moraceae)
Daftar pustaka
Anggraini, F, Suryanto, A. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman
Padi Sawah. Malang. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Bantacut, T. 2012. Produksi Padi Optimum Rasional: Peluang dan Tantangan.
Bogor: Fakultas Petanian Bogor.
Arif, C, dkk. 2014. Penentuan Kelembaban Tanah Optimum untuk Budidaya Padi
Sawah SRI. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nazam, M, dkk. Penetapan Luas Lahan Optimum Usahatani Padi Sawah
Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan di Nusa Tenggara
Barat. Bogor: Intitur Petanian Bogor.
Nazir, N. 2016. Mengenal Tanaman Kopi. (online) (http://www.bbpp-
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/1034-
mengenal-tanaman-kopi) diakses tanggal 28 Maret 2019.
Adiningsih, J.S, M. Soepartini, A. Kusno, Mulyadi, dan W. Hartati. 1994.
Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan
Lahan Kering. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan
Untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia, Palu 17-20
Januari 1994.
Amien, I. dan E. Runtunuwu. 2010. Capturing the Benefit of Monsoonal and
Tropical Climate to EnhanceNational Food Security. Jurnal Litbang
Pertanian, 29(1): 10-18.
Ayurnis, H.I. Muhammad, F. Tafzi, Esrita, W. Yunita dan Y Ratna. 2008.
Peningkatan Produksi Padi Melalui Pemanfaatan Varietas Unggul
Baru Hasil Litbang Iptek Nuklir di Desa Rambah Kecamatan
Tanah Tumbuh Kabupaten Bungo. Jurnal Pengabdian Masyarakat
No.46, 39-45
Moeljopawiro, S. 2010. Marka mikrosatelit sebagai alternatif uji BUSS dalam
perlindungan varietas tanamam padi. Bul. Plasma Nutfah 16(1):1-7